tugas pancasila

26
KATA PENGANTAR Mata kuliah Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah yang sangat penting bagi mahasiswa karena pendidikan pancasila mengajarkan tentang pendidikan karakter yang sesuai dengan budaya Indonesia dan cita-cita luhur bangsa. Pendidikan karakter yang diajarkan di dalam pancasila diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap mahasiswa untuk terus menjunjung tinggi budi pekerti luhur sesuai dengan nilai-nilai pancasila, mengingat bahwa mahasiswa adalah salah satu generasi harapan perubah nasib bangsa menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan Pancasila diharapkan mampu mempertegas kedudukan mahasiswa sebagai warga negara dan sebagai pemuda dengan darah nasionalisme yang kental. Pendidikan Pancasila menjadi bahan baku bagi karakter mahasiwa untuk menuju karakter yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bertanggung jawab, berbudaya, mandiri, kreatif, dan berinteraksi dengan lingkungan sosial alam. Suatu negara akan tetap berdiri kokoh ketika warga negaranya terlebih pemudanya mampu mempertahankan dasar dari negara tersebut. Dasar negara Indonesia adalah Pancasila, sehingga Pancasila dijadikan sebagai landasan bernegara dan sebagai pedoman perilaku warga negara demi berdiri kokohnya suatu negara. Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa Pancasila memiliki kedudukan yang penting dalam menuntun mahasiswa sebagai warga negara sekaligus generasi harapan bangsa untuk menumbuh kembangkan potensi luhur yang sesuai dengan esensi Pancasila.

Upload: nismar09

Post on 23-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pancasila

KATA PENGANTAR

Mata kuliah Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah yang sangat penting bagi

mahasiswa karena pendidikan pancasila mengajarkan tentang pendidikan karakter yang

sesuai dengan budaya Indonesia dan cita-cita luhur bangsa. Pendidikan karakter yang

diajarkan di dalam pancasila diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap mahasiswa

untuk terus menjunjung tinggi budi pekerti luhur sesuai dengan nilai-nilai pancasila,

mengingat bahwa mahasiswa adalah salah satu generasi harapan perubah nasib bangsa

menuju masa depan yang lebih baik.

Pendidikan Pancasila diharapkan mampu mempertegas kedudukan mahasiswa

sebagai warga negara dan sebagai pemuda dengan darah nasionalisme yang kental.

Pendidikan Pancasila menjadi bahan baku bagi karakter mahasiwa untuk menuju karakter

yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bertanggung jawab,

berbudaya, mandiri, kreatif, dan berinteraksi dengan lingkungan sosial alam.

Suatu negara akan tetap berdiri kokoh ketika warga negaranya terlebih pemudanya

mampu mempertahankan dasar dari negara tersebut. Dasar negara Indonesia adalah

Pancasila, sehingga Pancasila dijadikan sebagai landasan bernegara dan sebagai pedoman

perilaku warga negara demi berdiri kokohnya suatu negara. Dalam hal ini, dapat terlihat

bahwa Pancasila memiliki kedudukan yang penting dalam menuntun mahasiswa sebagai

warga negara sekaligus generasi harapan bangsa untuk menumbuh kembangkan potensi luhur

yang sesuai dengan esensi Pancasila.

Dengan demikian, Pendidikan pancasila sangat diperlukan bagi mahasiswa sebagai

wadah mahasiswa untuk berfikir kritis, berpola pikir berdasarkan kebenaran dan disaring

dengan hati nurani (etika/kebaikan) yang kemudian diimplementasikan lewat perilaku

motorik (keterampilan/estetika). Pendidikan Pancasila juga penting karena di dalamnya

mahasiswa mampu mengetahui sejarah bangsa yang merupakan titik awal terbentuknya

negara yang kokoh. Pendidikan pancasila juga harus mampu menyadarkan mahasiswa untuk

berjiwa nasionalisme, patriotisme, serta loyalitas terhadap bangsa. Pancasila harus mampu

memberikan renungan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme pada mahasiswa yaitu salah

satunya berupa kalimat“Jangan tanyakan apa yang telah bangsa berikan kepadamu, tapi

tanyakanlah apa yang telah engkau berikan kepada bangsamu”.

Page 2: Tugas Pancasila

BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia atau pedoman hidup bangsa

Indonesia. Pancasila dapat membuat sistem suatu negara lebih terarah untuk mencapai tujuan

dan cita-cita suatu bangsa. Pancasila yang terdiri dari lima sila merupakan sesuatu hal yang

sangat sakral. Pancasila bukanlah hanya suatu rangkaian kalimat yang tidak bermakna,

namun, dari ke- lima sila tersebut terdapat banyak makna yang tersirat. Di dalam pancasila

terdapat tujuan negara Indonesia,didikan dalam bernegara, bersikap sesuai karakter budaya,

dan pengantar untuk menuju bangsa yang diharapkan.

Sumpah pemuda adalah ikrar Pemuda bangsa Indonesia yang dikumandangkan pada

tanggal 28 Oktober 1998. Di dalam ikrar Sumpah Pemuda terdapat janji Pemuda yang

dipersembahkan untuk negara Indonesia. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1998

tersebut berbunyi,

“Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air

Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa

Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa

Indonesia.

Sumpah Pemuda merupakan salah satu bentuk sejarah. Sejarah Indonesia

memaparkan dan menjelaskan bagaimana berkembangnya Pancasila dalam berbagai

kebijakan dan kepentingan untuk terbentuknya negara yang kuat dan kokoh. Nilai Pancasila

selalu dicantumkan sebagai dasar dalam memperkuat kedudukan Indonesia dalam setiap sanu

bari warga negaranya.

Nilai-nilai Pancasila termanifestasi dalam ikrar sumpah pemuda, hal tersebut

membuktikan bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber dalam menentukan suatu

kebijakan, Pancasila dijadikan sebagai tonggak sejarah.

Keterkaitan antara Pancasila dan Sumpah Pemuda menjadi sangat penting, di mana

nilai-nilai pancasila dijadikan dasar atau bahan untuk terbentuknya Sumpah Pemuda.

Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membentuk karakter bangsa Indonesia

khususnya jiwa mudanya untuk berbudaya sesuai dengan nilai pancasila. Sumpah pemuda

dijadikan sarana untuk menyampaikan nilai Pancasila itu sendiri.

Dengan adanya Sumpah Pemuda, maka Pemuda Indonesia memiliki janji terhadap

bangsa Indonesia untuk terikat dalam jiwa nasionalisme. Karena Sumpah Pemuda berkaitan

Page 3: Tugas Pancasila

dengan Pancasila, maka akan menjadi sesuatu hal yang sangat sanksi ketika pemuda

melanggar ikrar tersebut, mengingat Pancasila adalah dasar negara sebagai penopang gedung

Indonesia, yang sangat sakral untuk dijadikan pedoman dan harus dijunjung tinggi nilainya.

Dengan demikian, tujuan kaitan Pancasila dengan Sumpah Pemuda adalah mendidik

dan mengingatkan pemuda bahwa Sumpah Pemuda bersumber dari Pancasila. Oleh karena

itu, jiwa Sumpah Pemuda haruslah melekat pada pemuda bangsa Indonesia, karena dengan

pemuda menjunjung tinggi nilai Sumpah Pemuda, maka pemudapun sekaligus menjunjung

tinggi nilai pancasila.

Page 4: Tugas Pancasila

BAB II

PANCASILA

2.1 Pancasila dalam Kajian Sejarah

Pancasila adalah sesuatu yang sangat mengakar dan terus berjaya sepanjang masa.

Panacasila adalah identitas bangsa Indonesia sepanjang masa. Sejak pancasila mulai digali

dan dilahirkan kembali menjadi Dasar dan Ideologi Negara, maka pancasila

membangunkan identitas negara yang tertidur akibat kolonialisme.

2.1.1 Pancasila Pra Kemerdekaan

Penjajahan di bumi pertiwi telah membuat bangsa Indonesia hilang arah dan

hilang jati diri bangsanya. Ketika Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku ketua BPUPKI

meminta untuk mengemukakan dasa negara Indonesia, maka bangkitlah keinginan dan

tekad untuk menemukan jati diri bangsa itu kembali. Figur-figur negarawan bangsa

Indonesia berfikir keras untuk menemukan kembali jati diri bangsanya.

Berbagai usulan pancasila dikemukakan salah satunya oleh Mr.Muhammad

Yamin, Prof.Dr.Soepomo dan Ir.Soekarno. Namun dari usulan-usulan tersebut, tidak

menutup pencarian jati diri bangsa, karena apa yang dikemukakan bukanlah dasar

Indonesia merdeka. Sebenarnya yang dibutuhkan di sini ialah pundamen, filsafat, pikiran

yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia yang kekal abadi

(Ir.Soekarno). Jadi, Pancasila adalah filsafat sosial/sistem nilai untuk berdiri kokohnya

Indonesia.

Pancasila pun merupakan khasanah budaya Indonesia. Nilai-nilai Pancasila

terkandung dalam sejarah Indonesia yang terdapat dalam beberapa kerajaan yang ada di

Indonesia,seperti berikut:

1. Pada kerajaan Kutai, merupakan pembuka sejarah di Indonesia dengan

menampilkan nilai sosial/politik, Ketuhanan dalam bentuk kerajaan,

kenduri dan sedekah kepada Brahmana. Nilai-nilai tersebut sesuai

dengan nilai Pancasila yaitu nilai yang kental pada sila pertama.

2. Pada Kerajaan Sriwijaya, kental dengan nilai Pancasila yaitu nilai

persatuan dan ke- Tuhanan yang tampak pada raja sebagai pusat

Page 5: Tugas Pancasila

kekuasaan. Nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin hingga

luar pulau akibat perdagangan pada zaman itu.

3. Pada kerajaan Majapahit nilai ke- Tuhanan dapat dilihat dari kekuatan

religio magis yang berpusat pada sang prabhu, nilai-nilai sosial terlihat

dari ikatan sosial kekeluargaan antar kerajaan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai-nilai religius sosial dan politik

yang merupakan materi Pancasila sudah muncul sejak memasuki zaman sejarah. Bahkan,

pada masa kerajaan ini istilah pancasila dikenali di dalam buku Negarakertagama

karangan Prapanca dan Sutasoma karangan Empu tantular. Kedua buku tersebut di

dalamnya menjelaskan mengenai istilah Pancasila yang mempunyai arti “berbatu sendi

lima” (dalam bahasa Sansekerta), juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang

lima” (Pancasila Krama), yaitu

1. Tidak boleh melakukan kekerasan

2. Tidak boleh mencuri

3. Tidak boleh berjiwa dengki

4. Tidak boleh berbohong

5. Tidak boleh mabuk minuman keras

(Darmodiharjo, 1978: 6)

Zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dijadikan tonggak sejarah, karena

pada masa itu telah muncul kedaulatan, kesatuan, serta wilayah yang meliputi seluruh

Nusantara yang merupakan syarat sebagai bangsa yang mempunyai negara. Pencarian jati

diri bangsa belum selesai sampai di sini, masih banyak fase-fase sejarah yang harus

dilewati untuk menggali Pancasila yang tertimbun pada masa penjajahan Belanda menuju

Indonesia merdeka.

Salah satu tonggak sejarah lainnya yang dapat menggali kembali jati diri

bangsa Indonesia adalah Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1998.

Di dalam Sumpah Pemuda tersebut termanifestasi nilai-nilai Pancasila, sehingga Pancasila

dianggap mulai bertunas untuk mempertegas jati diri bangsa.

Akhirnya pada sidang BPUPKI yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei

sampai 1 Juni 1945 Pancasila sebagai jati diri bangsa lahir kembali. Tepatnya pada tanggal

1 Juni 1945 Ir.Soekarno dalam sidang BPUPKI menyebutkan lima dasar dari Pancasila.

Namun sebenarnya, selain lima dasar sila tersebut, Ir. Soekarno juga menawarkan Tri Sila

bahkan dikerucutkan kembali menjadi Eka Sila, karena takut jika ada yang tidak setuju

dengan angka Lima. Trisila tersebut isinya adalah socio –nationalisme, socio democratie,

Page 6: Tugas Pancasila

dan ke- Tuhanan . Sedangakan Eka Sila meliputi “Gotong Royong”, karena menurut

beliau bahwa negara Indonesia haruslah negara gotong royong.

Setelah sidang BPUPKI dilaksanakan, ternyata terjadi persaingan sengit akibat

perbedaan pendapat antara anggota BPUPKI dari elit Nasionalis Netral Agama, elit

Nasionalis Muslim, dan elit Nasionalis Kristen. Elit Nasionalis Muslim mengusulkan

pendapat bahwa dasar negara Indonesia haruslah Islam. Namun, dengan kesadaran yang

mendalam untuk menjunjung tinggi toleransi, maka elit Nasionalis Muslim dan elit

Nasionalis Netral Agama menyepakati untuk menghilangkan tujuh kata pada sila pertama

dalam Piagam Jakarta (22 Juni 1945) yaitu : “...dengan kewajiban melaksanakan syari’at

Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Kesepakatan tersebut dilaksanakan secara cepat karena untuk kepentingan nasioanalis. Hal

tersebut dilakukan karena elit Muslim tidak ingin negara yang dibentuk ini berbasis agama

tertentu.

Dengan demikian, terlihat di sini bahwa Pancasila dijadikan sebagai kontrak

sosial, hal tersebut terlihat dari perdebatan dalam menentukan sila sebagai dasar negara.

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa Pancasila atau dasar negara adalah Kesepakatan

Politik.

2.1.2 Pancasila Pancasila Era Kemerdekaan

Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang yang dibom atom oleh Amerika

Serikat menjadi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan

Kemerdekaannya, karena pada saat itu Indonesia sedang dijajah oleh Jepang.

Untuk merealisasikan tekad tersebut, pada tanggal 16 Agustus 1945 terjadi

perundingan antara golongan muda dan golongan tua untuk menyusun teks Proklamasi

Kemerdekaan yang berlangsung secara singkat. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945,

teks Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan. Teks Proklamasi tersebut mengandung

semangat Piagam Jakarta yaitu melawan imperialisma-kapitalisme dan fasisme serta

memuat dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta ini disahkan oleh

PPKI pada tanggal 18 Agustus setelah sila pertamanya diganti.

Awal dekade 1950-an terdapat perbedaan perspektif terhadap Pancasila dari

sejumlah tokoh yang hendak melakukan interpretasi ulang terhadap Pancasila. Sejumlah

tokoh menganggap bahwa Pancasila bukanlah hanya sekedar kompromi politik dan

kontrak sosial, melainkan Pancasila adalah filsafat sosial atau weltanschauung bangsa.

Sedangakan sejumlah tokoh lainnya menggap bahwa Pancasila memang kompromi politik

Page 7: Tugas Pancasila

dan kontrak sosial karena terbukti pada sidang BPUPKI dan PPKI yang merubah sila

pertama pada Piagam Jakarta sebagai wujud sikap toleransi dan bentuk kompromi politik

antara elit Nasionalis Muslim dengan Elit Nasinalis Netral Agama.

2.1.3 Pancasila Era Orde Lama

Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 diumumkan karena terdapat dua

pandangam besar terhadap Dasar Negara. Pandangan pertama adalah mereka yang ingin

kembali ke UUD 1945 dengan Pancasila sebagaimana yang dirumuskan Piagam Jakarta

sebagai Dasar Negara. Pandangan kedua adalah mereka yang ingin kembali ke UUD 1945

dengan Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang

disahkan PPKI sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan tersebut tidak mencapai

keputusan, sehingga konstituante mengalami jalan buntu.

Sosialisasi terhadap paham Pancasila yang konklusif menjadi prelude penting

bagi upaya selanjutnya; Pancasila dijadikan “ideologi negara” yang tampil hegemonik.

Ikhtiar tersebut tercapai ketika Ir. Soekarno memberi tafsir Pancasila sebagai satu

kesatuan paham dalam doktrin “Manipol/USDEK”.

Oleh karena itu, mereka yang berseberangan paham memilih taktik “gerilya”

di dalam kekuasaan Ir. Soekarno. Mereka menggunakan jargon-jargon Ir. Soekarno

dengan agenda yang berbeda. Taktik demikian digunakan oleh sebagian besar kekuatan

politik. Tidak hanya PKI, mereka yang anti komunisme pun sama (Ali, 2009: 33).

Walaupun kepentingan politik mereka berbeda, kedua arus tersebut sama-sama

menggunakan Pancasila sebagai justifikasi. Ir. Soekarno menghendaki persatuan di antara

beragam golongan dan ideologi termasuk komunis, di bawah satu payung besar, bernama

Pancasila (doktrin Manipol/USDEK), sementara golongan antikomunis mengkonsolidasi

diri sebagai kekuatan berpaham Pancasila yang lebih “murni” dengan menyingkirkan

paham komunisme yang tidak ber-Tuhan (ateisme) (Ali, 2009: 34).

Dengan adanya pertentangan yang sangat kuat ditambah carut marutnya

perpolitikan saat itu, maka Ir. Soekarno pun dilengserkan sebagai Presiden Indonesia,

melalui sidang MPRS.

Page 8: Tugas Pancasila

2.1.4 Pancasila Era Orde Baru

Setelah Ir.Soekarno lengser dari kedudukannya sebagai presiden, maka kursi

kepresidenanpun diduduki oleh Jendral Soeharto. Dengan bergantinya kursi kepresidenan,

maka arah mengenai pemahaman Pancasila mulai diperbaiki.

Pancasila dijadikan sebagai political force selain sebagai kekuatan ritual.

Pancasila sebagai dasar negara membuat Negara Indonesia menjadi tidak loyo. Bahkan

tidak ada satupun yang dapat merubah atau mengganti Pancasila, karena jika demikian,

pasti akan digagalkan.

Pada tanggal 22 Maret 1978 ditetapkan ketetapan (disingkat TAP) MPR

Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

(Ekaprasetya Pancakarsa) yang salah satu pasalnya tepatnya Pasal 4 menjelaskan,

“Pedoman Penghayatan dan Pengamalan pancasila merupakan penuntun dan

pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara bagi setiap

warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan

lembaga kemasyarakatan, baik Pusat maupun di Daerah dan dilaksanakan secara bulat dan

utuh”.

Adapun nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan

dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) berdasarkan ketetapan tersebut

meliputi 36 butir. Nilai-nilai Pancasila yang terdiri atas 36 butir tersebut, kemudian

pada tahun 1994 disarikan/dijabarkan kembali oleh BP-7 Pusat menjadi 45 butir P4.

Perbedaan yang dapat digambarkan yaitu: Sila Kesatu, menjadi 7 (tujuh) butir; Sila Kedua,

menjadi 10 (sepuluh) butir; Sila Ketiga, menjadi 7 (tujuh) butir; Sila Keempat, menjadi 10

(sepuluh) butir; dan Sila Kelima, menjadi 11 (sebelas) butir.

Ketika itu, golongan Islam menganggap bahwa pemerintah akan

mengagamakan Pancasila. Hal tersebut membuat pemerintah marah, sehingga Soeharto

angkat bicara dan mengatakan bahwa Orba tidak akan mengubah Pancasila dan UUD

1945, malahan diperkuat sebagai comparatist ideology. Terlihat bahwa pemerintah Orba

sangat membentengi Pancasila dan TAP. Pancasila menjadi sesuatu yang sakral sehingga

tidak ada yang berani keluar dari Pancasila. Setelah itu, pemerintah Orba mengeluarkan

“Azas Tunggal” yaitu pengakuan Pancasila sebagai Azas Tunggal bahwa setiap partai

politik harus mengakui posisi Pancasila sebagai pemersatu bangsa.

Namun, seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin terbukanya

informasi dunia, pengaruh luar masuk ke Indonesia dan secara tidak langsung mengancam

aplikasi Pancasila yang dilakukan oleh Orba. Pemerintah Orba menjadi terkesan munafik

Page 9: Tugas Pancasila

karena pemerintahannya menjadi tidak transparan dan otoriter, represif, korup dan

manipulasi politik sehingga bertolak belakang dengan praktek Pancasila.

2.1.5 Pancasila Era Reformasi

Akibat masalah pada masa Orde baru,maka timbul gerakan masyarakat dan

para cendikiawan untuk menumbangkan masa tersebut menuju reformasi. Namun setelah

tumbangnya masa orde baru, Pancasila menjadi sesuatu yang dikesampingkan oleh

masyarakat, karena pada Orde baru Pancasila cenderung dijadikan legitimasi politik.

Sikap mengesampingkan Pancasila tersebut sangat berdampak fatal bagi

kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Masyarakat menjadi kehilangan kendali

dan tuntunan dalam bersikap di lingkungan sosial sehingga persatuan dan kesatuan

menjadi terancam. Dalam hal budaya, karakter bangsa tidak lagi dijunjung tinggi sehingga

moral masyarakatpun luntur khususnya moral generasi muda. Dalam hal ekonomi,

perekonomian di Indonesia menjadi terancam oleh cengkraman modal asing, selain itu,

banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan diberbagai sektor. Sedangkan dalam hal politik,

kebijakan-kebijakan yang dijunjung cvenderung hanya untuk kepentingan kelompok atau

golongan tertentu bukan untuk kepentingan nasional sehingga menimbulkan kehidupan

bernegara yang carut marut seperti dewasa ini.

Hal tersebut menunjukan bahwa Pancasila semakin memudar di lingkungan

bermasyarakat dan membuat khawatir seluruh elemen lapisan masyarakat. Oleh karena itu,

pada tahun 2004 Azyumardi Azra mengusulkan rejuvenasi Pancasila. Hal tersebut

direspon oleh sejumlah kalangan, sehingga diskusi mengenai Pancasila menjadi hangat

kembali. Salah satu revitalisasi nilai-nilai sosial Pancasila itu adalah “Empat Pilar

Kebangsaan”, yang terdiri dari: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika

yang dilakukan oleh MPR-RI.

Berbagai usaha dilakukan demi memunculkan kembali Pancasila ke

permukaan salah satunya adalah membuat peraturan perundang-undangan. Hal demikian

membuktikan bahwa Pancasila adalah pedoman yang sangat penting, oleh karena itu

kajian sejarah Pancasila menjadi pelajaran bagi kita untuk terus menjunjung tinggi nilai-

nilai Pancasila agar tercapai tujuan negara yang diharapakan dan dicita-citakan oleh

bangsa Indonesia.

Page 10: Tugas Pancasila

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dasar Negara merupakan hasil pengumpulan pemikiran dari para pendiri-pendiri

negara. Dasar Negara dibuat untuk dijadikan landasan agar suatu negara dapat berdiri

kokoh untuk di atasnya didirikan negara Indonesia.

2.1 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945

Pancasila memiliki kedudukan yang berbeda dengan UUD, yaitu pancasila

bukanlah hukum, melainkan sebagai sumber hukum dan kaidah hukum yang melekat.

Pancasila sebagai suatu cita hukum yang menjiwai seluruh bidang kehidupan di

Indonesia.

Konsekuensi bahwa Pancasila sebagai sumber hukum yaitu seluruh perturan

perundang-undangan Repulik Indonesia (TAP MPR, UU, Peraturan

Pemerintah,Keputusan Presiden dan Peraturan Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan

oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia) haruslah sejiwa dan sejalan dengan

Pancasila.

Berdasarkan penjelasan di atas, hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD

NRI tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material.

Pembukaan yang berintikan Pancasila merupakan sumber bagi batang tubuh UUD NRI

tahun 1945. Selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mempunyai

kedudukan atau eksistensi sendiri. Akibat hukum dari kedudukan Pembukaan ini adalah

memperkuat kedudukan Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak

dapat diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan hidup Negara

Republik Indonesia.

2.2 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945

Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang

meliputi suasana kebatinan, cita- cita hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia.

Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh

bangsa Indonesia karena bersumber dari pandangan hidup dan dasar negara, yaitu

Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan

ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945.

Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila

dengan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan

Page 11: Tugas Pancasila

kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab

keberadaan batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti

Pembukaan dan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan.

2.3 Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam

Bidang Politik,Ekonomi,Sosial Budaya dan Hankam

Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat, dan

Ketuhanan Yang Maha Esa yang terkandung dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945

merupakan pancaran dari Pancasila. Empat pokok pikiran tersebut mewujudkan cita-

cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, yaitu Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945.

Penjabaran keempat pokok pikiran Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD

NRI tahun 1945 mencakup empat aspek kehidupan bernegara, yaitu: politik, ekonomi,

sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang disingkat menjadi POLEKSOSBUD

HANKAM.

Pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus

memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan

berada di tangan rakyat. Rakyat merupakan asal mula kekuasaan dan oleh karena itu,

politik Indonesia yang dijalankan adalah politik yang bersumber dari rakyat,

bukan dari kekuasaan perseorangan atau kelompok dan golongan, sebagaimana

ditunjukkan oleh Kaelan (2000:238) bahwa sistem politik di Indonesia bersumber

pada penjelmaan hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam

wujud dan kedudukannya sebagai rakyat.

Selain itu, sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang

memperhatikan Pancasila sebagai dasar-dasar moral politik. Dalam hal ini, kebijakan

negara dalam bidang politik harus mewujudkan budi pekerti kemanusiaan dan

memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur untuk mencapai keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di Indonesia dimaksudkan

untuk menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan

berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan

ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto, sebagaimana dikutip oleh

Kaelan (2000: 239), yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar

Page 12: Tugas Pancasila

pertumbuhan, melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa.

Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai

moral kemanusiaan.

Dengan demikian, sistem perekonomian yang berdasar pada Pancasila dan

yang hendak dikembangkan dalam pembuatan kebijakan negara bidang ekonomi di

Indonesia harus terhindar dari sistem persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang

berpotensi menimbulkan penderitaan rakyat dan penindasan terhadap sesama

manusia. Sebaliknya, sistem perekonomian yang dapat dianggap paling sesuai

dengan upaya mengimplementasikan Pancasila dalam bidang ekonomi adalah sistem

ekonomi kerakyatan, yaitu sistem ekonomi yang bertujuan untuk mencapai

kesejahteraan rakyat secara luas.

Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang

sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat Indonesia harus diwujudkan dalam proses

pembangunan masyarakat dan kebudayaan di Indonesia.

Dengan demikian, Pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arah bagi

kebijakan negara dalam mengembangkan bidang kehidupan sosial budaya Indonesia

yang beradab, sesuai dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab.

Selain itu, pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat

nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia, yaitu nilai-nilai Pancasila. Hal ini tidak

dapat dilepaskan dari fungsi Pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan

nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.

Perbenturan kepentingan politik dan konflik sosial yang pada gilirannya

menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia, seperti kebersamaan atau

gotong royong dan sikap saling menghargai terhadap perbedaan suku, agama, dan ras

harus dapat diselesaikan melalui kebijakan negara yang bersifat humanis dan beradab.

Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang

pertahanan keamanan harus diawali dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah

negara hukum. Dengan demikian dan demi tegaknya hak- hak warga negara,

diperlukan peraturan perundang- undangan negara untuk mengatur ketertiban warga

negara dan dalam rangka melindungi hak-hak warga negara. Dalam hal ini,

segala sesuatu yang terkait dengan bidang pertahanan keamanan harus diatur dengan

memperhatikan tujuan negara untuk melindungi segenap wilayah dan bangsa

Indonesia.

Page 13: Tugas Pancasila

Pertahanan dan keamanan negara diatur dan dikembangkan menurut dasar

kemanusiaan, bukan kekuasaan. Dengan kata lain, pertahanan dan keamanan

Indonesia berbasis pada moralitas kemanusiaan sehingga kebijakan yang terkait

dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia.

Ketentuan mengenai empat aspek kehidupan bernegara, sebagaimana

tertuang ke dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945 tersebut adalah bentuk nyata

dari implementasi Pancasila sebagai paradigma pembangunan atau kerangka dasar

yang mengarahkan pembuatan kebijakan negara dalam pembangunan bidang politik,

ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan di Indonesia. Berdasarkan

kerangka dasar inilah, pembuatan kebijakan negara ditujukan untuk mencapai cita-cita

nasional kehidupan bernegara di Indonesia

Page 14: Tugas Pancasila

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kaitan Nilai Sumpah Pemuda dengan Pancasila serta

Dampak atau Implikasi Terhadap Pemuda Masa kini

Pancasila bukanlah sesuatu yang hanya untuk dikumandangkan saja, Pancasila

bukanlah sesuatu yang hanya untuk dikeramatkan di dalam UUD saja, Pancasila bukan hanya

sesuatu yang dipajang saja sebagai hiasan dinding. Namun, sesungguhnya pancasila perlu

diamalkan dalam setiap aspek kehidupan. Aspek kehidupan yang sesuai dengan pengamalan

pancasila akan berujung pada keadaan negara yang harmonis dan aman.

Pengamalan Pancasila dapat diwujudkan dengan tema Sumpah Pemuda pada tanggal

28 Oktober 2013 kemarin yaitu, “Santun, Cerdas, Inspiratif, Berprestasi” . Tujuan

keterkaitan antara pancasila dan tema sumpah pemuda tersebut untuk mempertegas nilai-nilai

sesungguhnya yang terdapat di dalam Pancasila, bahwa pada dasarnya tema sumpah pemuda

memiliki esensi yang sama dengan pancasila karena dasar atau pedoman dari tema sumpah

pemuda itu sendiri adalah pancasila.

Santun, Cerdas, Inspiratif, Berprestasi adalah karakter pemuda yang diharapkan oleh

bangsa. Karakter-karakter tersebut merupakan singgungan atas nilai pancasila, karena

pancasila itu sendiri mengajarkan dan memberikan pedoman untuk membentuk karakter yang

sesuai dengan tema sumpah pemuda tersebut.

Cerdas adalah kemampuan seseorang untuk memahami secara futuristik sesuai

dengan kapasitasnya dalam mendayagunakan otak dan kemampuan berpikir lebih kreatif

dalam menemukan sesuatu (inventions) yang benar-benar tidak terpikirkan banyak orang.

Sedangakan santun adalah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang

natural. Santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami. Santun sebuah ideologi

yang memerlukan konseptualisasi. Jadi, santun adalah sikap seseorang terhadap apa yang ia

lihat, ia rasakan, dan dalam situasi, kondisi apapun. Sikap santun yang benar ialah lebih

menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa saja.

Dari kedua karakter tersebut, yaitu cerdas dan santun, merupakan karakter yang

berbudi luhur sesuai dengan nilai panacasila. Cerdas dapat mengantarkan seseorang

berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik karena cerdas berhubungan

dengan IQ atau akal yang baik. Namun, kecerdasan yang dapat mengantarkan pada prestasi

Page 15: Tugas Pancasila

bukanlah hanya semata-mata kecerdasan otak saja, melainkan harus diiringi dengan

kecerdasan hati nurani dan kecerdasan perilaku/etika yang baik.

Kecerdasan perilaku/etika itu salah satunya adalah santun. Ketika cerdas dan santun

dipadukan, maka akan tercipta inspirasi yang mengantarkan kepada hal-hal yang bernilai

baik. Inspirasi tersebut akan menciptakan suatu inovasi di mana inovasi tersebut dapat

mengantarkan kepada suatu prestasi.

Jadi, berdasarkan tema sumpah pemuda 28 Oktober 2013 yaitu “Santun, Cerdas,

inspiratif, berprestasi”, Keempata karakter dalam tema tersebut saling berkaitan satu sama

lain di mana santun dan cerdas itu adalah karakter yang dapat mengantarkan kepada inspirasi

untuk menciptakan inovatif sehingga dapat memperoleh prestasi.

Karakter-karakter tersebut merupakan pengamalan dari nila-nilai pancasila yang

mengajarkan budi pekerti luhur guna menuju negara yang berkualitas dalam aspek sumber

daya manusianya. Sebagai contoh nilai yang terkandung dalam pancasila sila ke-2

“Kemanusiaan yang adil dan beradab” salah satunya adalah mengembangkan sikap tenggang

rasa dan tepo seliro, dan mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama

dengan bangsa lain. Nilai pancasila tersebut dapat diamalkan dengan perilaku santun yang

merupakan salah satu karakter yang diharapkan dalam tema sumpah pemuda kemarin.

Dampak atau implikasi dari nilai-nilai sumpah pemuda yang didasarkan kepada

pancasila terhadap anak muda masa kini tidak terlalu signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh

era globalisasi yang merajalela sehingga arus informasi dan pengaruh budaya luar meracuni

karakter pemuda bangsa kita. Selain itu, kepedulian terhadap pengamalan nilai-nilai pancasila

menjadi dibelakangkan karena kurangnya pengetahuan akan pentingnya nilai pancasila. Jiwa

naionalisme anak muda saat ini mengalami krisis, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal

tersebut terjadi, salah satunya adalah keadaan negara yang terus dilanda oleh masalah, dan

para pendiri-pendiri negara yang mengkhianati bangsa seperti korupsi.

Karakter anak muda masa kini menjadi labil, Pancasila menjadi tidak dilirik lagi,

bahkan Pancasila hanya sebagai formalitas saja untuk dikumandangkan setiap upacara hari

Senin. Ini menjadi suatu masalah yang besar bagi suatu bangsa. Bagaimana suatu bangsa

akan berdiri kokoh, jika pemudanya tidak peka terhadap dasar negaranya ? padahal pemuda

merupakan harapan bangsa yang diandalkan untuk merubah bangsa kita yang semakin rapuh

akibat ulah petinggi negara yang tidak sesuai dengan nilai Pancasila.

Ciri pemuda yang mendapatkan dampak atau implikasi dari nilai sumpah pemuda

yang mengandung nilai pancasila adalah ketika pemuda itu membawa nama baik bangsa

dengan cara menorehkan prestasi, bersikap sesuai karakter budaya, artinya tidak terlalu

Page 16: Tugas Pancasila

fanatik pada pengaruh globalisasi. Berprestasi dan mengharumkan nama bangsa merupakan

wujud jiwa nasionalisme dan cinta tanah air. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk

perjuangan dalam membela negara. Sumpah pemuda dan nilai Pancasila menjadi mendarah

daging. Pemuda seperti inilah yang diharapkan oleh bangsanya, yaitu pemuda yang peduli

terhadap dasar negaranya.

Terlihat di sini bahwa ketertarikan pada Pancasila adalah penting. Maka dari itu,

perlu adanya usaha yang terus dikembangkan dalam menjunjung tinggi nilai pancasila, salah

satunya dengan pendidikan Pancasila secara khusus. Pendidikan pancasila akan mengajarkan

karakter serta memperlihatkan secara tegas kedudukan pancasila atau proritas Pancasila bagi

aspek hidup pemuda. Pemuda harus disadarkan untuk peka terhadap dasar negaranya,

minimal mencintai bangsanya sendiri.

Dengan demikian, terbukti bahwa Pancasila merupakan dasar dan pedoman perilaku

berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, segala perbuatan yang dapat menjunjung tinggi

negara, bersumber dari Pancasila.