tugas kedua pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu

26
1 TUGAS MATA KULIAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU Disusun oleh : Meison Satrio NIM 43113120430 Program Studi Manajemen Program Perkuliahan Kelas Karyawan Universitas Mercu Buana Jakarta 2014

Upload: meison

Post on 14-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Tugas Kedua Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

TRANSCRIPT

  • 1

    TUGAS MATA KULIAH PANCASILA

    PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN

    ILMU

    Disusun oleh :

    Meison Satrio

    NIM 43113120430

    Program Studi Manajemen

    Program Perkuliahan Kelas Karyawan

    Universitas Mercu Buana

    Jakarta

    2014

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

    memberikan Rahmat dan H idayahNya , maka saya dapa t

    menye lesa ikan maka lah ten tang PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI

    PENGEMBANGAN ILMU. Maka lah in i ada lah merupakan sa lah sa tu

    tugas mata ku l iah Pancas i la

    Saya se laku penu l i s menyadar i bahwa da lam penyusunan

    maka lah in i bukan lah ha l yang mudah . Banyak kesu l i tan yang

    saya hadap i da lam penye lesa iaannya , te tap i be rka t b imb ingan

    dosen dan teman teman, saya dapa t menye lesa ikan maka lah in i

    dengan ba ik . Da lam kesempatan in i saya mengucapkan te r ima

    kas ih yang sebesar besarnya kepada Ibu Frans isca Kadar i sman,

    SH se laku dosen mata ku l iah Pancas i la .

    Saya menyada r i bahwa Maka lah in i be lum sempurna , un tuk

    i tu saya se laku penu l i s mohon maaf apab i la te rdapa t penu l i s

    be rharap semoga maka lah in i dapa t be rmanfaa t bag i semua p ihak

    yang membacanya .

  • 3

    DAFTAR ISI

    K AT A PENG ANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

    D AFT AR IS I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i i

    B AB I PEND AHULU AN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

    A. Latar Be lakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

    B . Perumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

    C . Tujuan Penul isan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

    B AB I I PEMB AH AS AN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

    A. Tujuan Hidup Manusia Menurut Pandangan Islam ....... 2

    B. Arti Sukses Menurut Islam ............................................... 12

    C. Metode Atau Langkah Meraih Kesuksesan .................... 14

    BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 40

    A. KESIMPULAN .................................................................... 40

    B. SARAN ............................................................................... 40

    DAFTAR PUSTAKA

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Melakukan kajian- kajian tentang perkembangan pemikiran tentang

    peranan pancasila dalam berbangsah dan bernegara bukanlah hal yang yang

    mudah. Tanpa adanya pendekatan Partisipant observasion dan dengan

    adanya pancasila sebagai dasar Negara di jadikan yang di jadikan pedoman

    hidup bermasyarakat ,berbangsa dan bernegara.

    Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas

    berpikir manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata

    berbeda makna, ilmu dan pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui

    merupakan definisi pengetahuan, sedangkan ilmu adalah pengetahuan tentang

    suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode tertentu.

    Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di

    sekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan.

    Namun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan

    derajat manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh

    manusia, baik itu suatu teori mau pun materi menjadi lebih bernilai ketimbang

    penggagasnya. Itulah sebabnya, peran Pancasila harus diperkuat agar bangsa

    Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu pengetahuan yang saat ini

    semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.

    Melalui teori relativitas Einstein paradigm kebenaran ilmu sekarang sudah

    berubah dari paradigm lama yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu

    membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah. Paradigma sekarang ilmu

    bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun

    ilmu itu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis,

    logis dan empiris. Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari

    mekanisme keterbukaan terhadap koreksi. Itulah sebabnya ilmuwan dituntut

  • 5

    mencari alternatif-alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian

    eksperimen, baik mengenai aspekontologis epistemologis, maupun ontologis.

    Karena setiap pengembangan ilmu paling tidak validitas (validity) dan reliabilitas

    (reliability) dapat dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-kaidah

    keilmuan (context of justification) maupun berdasarkan sistem nilai masyarakat

    di mana ilmu itu ditemukan/dikembangkan (context of discovery).

    Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar

    ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar

    filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif

    sertaprerequisite/saling mempersyaratkan. Pengembangan ilmu selalu

    dihadapkan pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.

    B. PERUMUSAN MASALAH

    1. Bagaimanakah Filsafat Pancasila dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan di

    Indonesia?

    2. Bagaimanakah Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu ?

    3. Apakah Peran Pancasila Dalam Pendidikan di indonesia?

    C. TUJUAN PENULISAN

    1. Untuk mengetahui Filsafat Pancasila dan Perkembangan Iilmu Pengetahuan.

    2. Untuk mengetahui Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu.

    3. Untuk Mengetahui Peran Pancasila Dalam Pendidikan di indonesia.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. FILSAFAT PANCASILA DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

    Sejak 18 Agustus 1945, secara epistomologis, Pancasila dikaji oleh para

    ahli dan juga diuji oleh berbagai peristiwa-peristiwa yang mencoba merongrong

    kemerdekaan dan keutuhan Republik Indonesia. Secara empiris dan

    kenegaraan, Pancasila telah menunjukkan ketangguhannya hingga pada saat ini.

    Pengujian secara kognitif telah dilakukan oleh para ahli dengan berbagai

  • 6

    pendekatan. Notonegoro dengan analisis teori causal, Driarkara dengan

    pendekatan antroplogi metafisik, Eka Darmaputra dengan etika, Suwarno dengan

    pendekatan historis, filosofis dan sosio-yuridis, Gunawan Setiardja dengan

    analisis yuridis ideologis (Dimyati, 2006) dan bayak para ahli dan kalangan

    akademisi membuktikan Pancasila sebagai filsafat

    Berbagai pendekatan yag dilakukan oleh para ahli untuk membukikan

    filsafat pancasila diterima sebagai metode epistomologis Pancasila. Prinsip

    epistomologis Pancasila dapat dikemukakan dalam proposisi epistemis sebagai

    berikut :

    1. Aku tahu bahwa aku tidak tahu

    Bahwa ada semesta adalah fisiokismis, biotik, psikis, dan human akibat

    ketidaktahuanku, aku diperlakukan sebagai dia pemberlakuan sebagai dia

    tidak sesuai dengan martabat manusia.

    2. Aku tahu bahwa aku harus tahu

    Akibat ketidaktahuanku, maka aku diperlakukan sebagai kamu,

    pemberlakuan aku sebagai kamu sesuai dengan martabat manusia sebab

    adaku sebagai manusia adalah ada bersama dengan sesama manusia

    berdasarkan cinta kasih.

    3. Aku tahu bahwa ada aku bersama dengan ada kamu

    Akibat ada aku bersama kamu, maka kerinduanku adalah sama dengan

    kerinduanmu, kerinduanku sama dengan kerinduanmu adalah kerinduan

    akan harmoni

    4. Aku tahu bahwa kerinduan akan harmni adalah kerinduan abadi, kerinduan

    abadi adalah kerinduan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa

    5. Aku tahu bahwa kerinduan akan harmoni

    Mengaruskan aku memberlakukan kamu dengan cinta kasih, kerinduan akan

    harmoni tidak terjadi dalam hubungan aku dia atau mereka, hubungan aku

    dia adalah hubungan aku dengan bukan manusia, oleh karenanya

    6. Aku tahu bahwa Bhinneka Tunggal Ika

    Adalah tuntunan menuju kerinduan akan harmoni.

    Proposisi epistomologis Pancasila di atas merupakan landasan keilmuan di

    Indonesia secaara ontologis, kosmologis, maupun ekologis.

    Secara historis, epistomologis Pancasila terbentuk dari akulturasi

    budaya yang telah berlangsung ratusan abad. Akulturasi budaya ini meliputi juga

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di nusantara. Ilmu

    pengetahuan dan teknologi berkembang seiring sejalan dengan masuknya

    agama Hinddu-Buddha, Islam hingga bangsa Eropa. Atau secara garis besar,

    perkembangan iptek di nusantara banyak dipengaruhi dari India, Timur Tengah,

  • 7

    Cina, Jepang dan Eropa, selain dari nusantara sendiri. Dalam akulturasi ini, alih

    iptek memerlukan landasan epistomologis sebagai sesuatu yang dilakukan oleh

    pebelajar iptek. Penentuan objek materi ilmu dalam kerangka sudut pandang

    pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa akan menentukan pemberlakuan

    metode penelitian, teknik penelitian, dan analisa keilmuan tentang objek.

    Proses akulturasi setiap individu warga kebudayaan Indonesia

    berhadapan dengan perangkat item-traits-traits complex-cultural

    activities dunia. Hal ini menunjukkan tingkat keterpelajaran individu teruji untuk

    memilih atau tidak memilih salah satu perangkat item-traits-traits complex-

    cultural activitiesdunia. Proses akulturasi ini melibatkan kegiatan

    pendidikan. Kegiatan pendidikan akan tunduk pada hukum-hukum keilmuan

    pendidikan dan juga melibatkan ilmu-ilmu bantu yang memiliki prinsip dan teori

    sendiri.

    Pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa sebagai awal epistemologi

    Pancasila telah dihadapkan pada berbagai cabang ranting dan tangkai ilmu

    empiris analitis, ilmu historis hermenutis, dan ilmu-ilmu kritis. Ketiga ilmu

    tersebut telah sedemikian maju dan berkembang secara pesat. Epistemologi

    Pancasila menerima strategi trikon dan menggunakan pendekatan pencerdasan

    kehidupan bangsa sebagai awal pengembangan epistemologi Pancasila dalam

    menghadapi kemajuan ilmu- ilmu empiris analitis, ilmu historis hermenutis, dan

    ilmu-ilmu kritis. Selain itu, epistemologi Pancasila juga menerima strategi

    akulturasi dalam pengembangan ilmu dengan menggunakan paradigma baru.

    Terkait paradigma baru tersebut adalah terterimanya empat gaya pemikiran dan

    penyikapan dalam melakukan ilmu pengetahuan. Gaya pemikiran dan

    pengerjaan ilmu pengetahuan merupakan langkah awal pengerjaan atau

    pemberlakuan obyek materi ilmu. Uji kritis tentang paradigma-paradigma

    penelitian masih harus dilakukan oleh setiap peneliti ilmuwan dalam

    mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai keahlian.

    Manusia mencari kebenaran lewat filsafat dan penyelidikan secara

    ilmiah. Pencarian kebenaran pada hakekatnya berfungsi sebagai pemenuhan

    kebutuhan rokhani (hasrat ingin tahu), karena manusia senantiasa (a priori)

    mencari kebenaran demi tuntutan dan tujuan rokhaninya. Secara hierarikis

    kebenaran dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

    1. Kebenaran, pengetahuan indera, melalui pengalaman pancaindra

    2. Kebenaran ilmiah, sebagai tingkat lanjut dari pengamatan pengalaman

    (dengan metode apapun)

    3. Kebenaran filsafat sebagai puncak dan prestasi pemikiran murni manusia

    untuk menembus tapal batas fisika dan metafisika

  • 8

    4. Kebenaran religious sebegai kebenaran mutlak fundamental yang hakiki

    merupakan puncak dan batas tertinggi jangkauan akal budi kepribadian

    manusia. Kebenaran religious berwatak supranatural dan supra rasional.

    (Teliti karya Laboratorium Pancasila 1986 dalam Syam, 2006).

    Keempat tingkat kebenaran ini menunjukkan dimensi kesemstaan, alam,

    budaya, agama dan Tuhan sebagai dunia kepribadian martabat manusia.

    Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan kemampuan pribadi

    manusia unggul berkat potensi yang dikembangkannya. Manusia harus dapat

    mendayagunakan iptek dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia,

    mengembangkan dan melestarikan peradaban, merupakan tanggung jawab

    moral manusia(Syam, 2006).

    Proses pengembanga iptek secara normatif dan teoritis ilmiah adalah

    lewat kelembagaan pendidikan formal. Kelembagaan pendidikan merupakan

    tempat untuk proses belajar dan proses penelitian pengembangan iptek.

    Kelembagaan pendidikan harus melakukan rekonstruksi sistem pengetahuan

    dalam kebudayaan Indonesia. Pengembangan iptek merupakan tujuan bangsa

    Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia 4, yaitu

    mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai bangsa yang besar, tiap warga

    negara terutama para ilmuwan dan cendikiawan harus memilki budaya

    mengembangkan dan menciptakan pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat

    bagi kemaslahatan umat manusia.

    B. PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU

    Melalui teori relativitas Einstein paradigm kebenaran ilmu sekarang sudah

    berubah dari paradigm lama yang dibangun oleh fisika Newton yang ingin selalu

    membangun teori absolut dalam kebenaran ilmiah. Paradigma sekarang ilmu

    bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai meskipun

    ilmu itu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodologis, sistematis,

    logis dan empiris. Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari

    mekanisme keterbukaan terhadap koreksi. Itulah sebabnya ilmuwan dituntut

    mencari alternatif-alternatif pengembangannya melalui kajian, penelitian

    eksperimen, baik mengenai aspekontologis epistemologis, maupun ontologis.

    Karena setiap pengembangan ilmu paling tidak validitas (validity) dan

    reliabilitas (reliability) dapat dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-

    kaidah keilmuan (context of justification) maupun berdasarkan sistem nilai

    masyarakat di mana ilmu itu ditemukan/dikembangkan (context of discovery).

  • 9

    Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar

    ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar

    filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif

    sertaprerequisite/saling mempersyaratkan. Pengembangan ilmu selalu

    dihadapkan pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.

    1. Pilar ontologi (ontology)

    Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).

    a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,

    dualisme, pluralisme )

    b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu

    (mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).

    Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi,

    dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan

    multidisipliner. Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu

    dan kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misal masalah krisis moneter, tidak

    dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa

    ada kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka

    perlu bantuan ilmu lain seperti politik, sosiologi.

    2. Pilar epistemologi (epistemology)

    Selalu menyangkut problematika teentang sumber pengetahuan,

    sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses,

    sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem, prosedur, strategi. Pengalaman

    epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi kita : (a) sarana legitimasi

    bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu (b) memberi kerangka

    acuan metodologis pengembangan ilmu (c) mengembangkan ketrampilan

    proses (d) mengembangkan daya kreatif dan inovatif.

    3. Pilar aksiologi (axiology)

    Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral,

    religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu.

  • 10

    Pengalaman aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan

    ilmu, mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan

    (Iriyanto Widisuseno, 2009). Landasan pengembangan ilmu secara imperative

    mengacu ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat integratif

    dan prerequisite. Berikut ilustrasinya dalam bagan 1.

    Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan

    1. Prinsip-prinsip berpikir ilmiah

    a) Objektif: Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor

    subjektif (misal : perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otorita) .

    b) Rasional: Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh

    orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan

    dan otorita.

    c) Logis: Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/ konsisten,

    implikatif. Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap

    pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang rasional pasti logis.

    d) Metodologis: Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas

    dalam setiap berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis,

    hermeneutik, intuitif).

    e) Sistematis: Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan

    langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki

    target dan arah tujuan yang jelas.

    2. Masalah nilai dalam IPTEK

    a) Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan persoalannya

    Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini

    adalah keserbamajemukan ilmu itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak lagi

    satu, kita tidak bisa mengatakan inilah satu-satunya ilmu pengetahuan

    yang dapat mengatasi problem manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu

    pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan keekaannya daripada

    kebhinekaannya. Seperti pada awal perkembangan ilmu pengetahuan

    berada dalam kesatuan filsafat.

    Proses perkembangan ini menarik perhatian karena justru

    bertentangan dengan inspirasi tempat pengetahuan itu sendiri, yaitu

  • 11

    keinginan manusia untuk mengadakan kesatuan di dalam

    keserbamajemukan gejala-gejala di dunia kita ini. Karena yakin akan

    kemungkinannya maka timbullah ilmu pengetahuan. Secara metodis dan

    sistematis manusia mencari azas-azas sebagai dasar untuk memahami

    hubungan antara gejala-gejala yang satu dengan yang lain sehingga bisa

    ditentukan adanya keanekaan di dalam kebhinekaannya. Namun dalam

    perkembangannya ilmu pengetahuan berkembang ke arah

    keserbamajemukan ilmu.

    b) Mengapa timbul spesialisasi?

    Mengapa spesialisasi ilmu semakin meluas? Misalnya dalam ilmu

    kedokteran dan ilmu alam. Makin meluasnya spesialisasi ilmu dikarenakan

    ilmu dalam perjalanannya selalu mengembangkan macam metode, objek

    dan tujuan. Perbedaan metode dan pengembangannya itu perlu demi

    kemajuan tiap-tiap ilmu. Tidak mungkin metode dalam ilmu alam dipakai

    memajukan ilmu psikologi. Kalau psikologi mau maju dan berkembang

    harus mengembangkan metode, objek dan tujuannya sendiri. Contoh ilmu

    yang berdekatan, biokimia dan kimia umum keduanya memakai hukum

    yang dapat dikatakan sama, tetapi seorang sarjana biokimia perlu

    pengetahuan susunan bekerjanya organisme-organisme yang tidak dituntut

    oleh seorang ahli kimia organik. Hal ini agar supaya biokimia semakin maju

    dan mendalam, meskipun tidak diingkari antara keduanya masih

    mempunyai dasar-dasar yang sama.

    Spesialisasi ilmu memang harus ada di dalam satu cabang ilmu,

    namun kesatuan dasar azas-azas universal harus diingat dalam rangka

    spesialisasi. Spesialisasi ilmu membawa persoalan banyak bagi ilmuwan

    sendiri dan masyarakat. Ada kalanya ilmu itu diterapkan dapat memberi

    manfaat bagi manusia, tetapi bisa sebaliknya merugikan manusia.

    Spesialisasi di samping tuntutan kemajuan ilmu juga dapat meringankan

    beban manusia untuk menguasai ilmu dan mencukupi kebutuhan hidup

    manusia. Seseorang tidak mungkin menjadi generalis, yaitu menguasai

    dan memahami semua ilmu pengetahuan yang ada (Sutardjo, 1982).

    c) Persoalan yang timbul dalam spesialisasi

  • 12

    Spesialisasi mengandung segi-segi positif, namun juga dapat

    menimbulkan segi negatif. Segi positif ilmuwan dapat lebih fokus dan

    intensif dalam melakukan kajian dan pengembangan ilmunya. Segi negatif,

    orang yang mempelajari ilmu spesialis merasa terasing dari pengetahuan

    lainnya. Kebiasaan cara kerja fokus dan intensif membawa dampak

    ilmuwan tidak mau bekerjasama dan menghargai ilmu lain. Seorang

    spesialis bisa berada dalam bahaya mencabut ilmu pengetahuannya dari

    rumpun keilmuannya atau bahkan dari peta ilmu, kemudian menganggap

    ilmunya otonom dan paling lengkap. Para spesialis dengan otonomi

    keilmuannya sehingga tidak tahu lagi dari mana asal usulnya, sumbangan

    apa yang harus diberikan bagi manusia dan ilmu-ilmu lainnya, dan

    sumbangan apa yang perlu diperoleh dari ilmu-ilmu lain demi kemajuan

    dan kesempurnaan ilmu spesialis yang dipelajari atau dikuasai.

    Bila keterasingan yang timbul akibat spesialisasi itu hanya mengenai

    ilmu pengetahuan tidak sangat berbahaya. Namun bila hal itu terjadi pada

    manusianya, maka akibatnya bisa mengerikan kalau manusia sampai

    terasing dari sesamanya dan bahkan dari dirinya karena terbelenggu oleh

    ilmunya yang sempit. Dalam praktikpraktik ilmu spesialis kurang

    memberikan orientasi yang luas terhadap kenyataan dunia ini, apakah

    dunia ekonomi, politik, moral, kebudayaan, ekologi dll.

    Persoalan tersebut bukan berarti tidak terpecahkan, ada kemungkinan

    merelativisir jika ada kerjasama ilmuilmu pengetahuan dan terutama di

    antara ilmuwannya. Hal ini tidak akan mengurangi kekhususan tiap-tiap

    ilmu pengetahuan, tetapi akan memudahkan penempatan tiaptiap ilmu

    dalam satu peta ilmu pengetahuan manusia.

    Keharusan kerjasama ilmu sesuai dengan sifat social manusia dan

    segala kegiatannya. Kerjasama seperti itu akan membuat para ilmuwan

    memiliki cakrawala pandang yang luas dalam menganalisis dan melihat

    sesuatu. Banyak segi akan dipikirkan sebelum mengambil keputusan akhir

    apalagi bila keputusan itu menyangkut manusia sendiri.

    d) Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan

    Tema ini membawa kita ke arah pemikiran: (a) apakah ada kaitan

    antara moral atau etika dengan ilmu pengetahuan, (b) saat mana dalam

  • 13

    pengembangan ilmu memerlukan pertimbangan moral/etik? Akhir-akhir ini

    banyak disoroti segi etis dari penerapan ilmu dan wujudnya yang paling

    nyata pada jaman ini adalah teknologi, maka pertanyaan yang muncul

    adalah mengapa kita mau mengaitkan soal etika dengan ilmu

    pengetahuan? Mengapa ilmu pengetahuan yang makin diperkembangkan

    perlu sapa menyapa dengan etika? Apakah ada ketegangan ilmu

    pengetahuan, teknologi dan moral?

    Untuk menjelaskan permasalahan tersebut ada tiga tahap yang perlu

    ditempuh.

    Pertama, kita melihat kompleksitas permasalahan ilmu pengetahuan dan

    teknologi dalam kaitannya dengan manusia.

    Kedua,membicarakan dimensi etis serta kriteria etis yang diambil.

    Ketiga, berusaha menyoroti beberapa pertimbangan sebagai semacam

    usulan jalan keluar dari permasalahan yang muncul.

    e) Permasalahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    Kalau perkembangan ilmu pengetahuan sungguhsungguh menepati

    janji awalnya 200 tahun yang lalu, pasti orang tidak akan begitu

    mempermasalahkan akibat perkembangan ilmu pengetahuan. Bila

    penerapan ilmu benar-benar merupakan sarana pembebasan manusia dari

    keterbelakangan yang dialami sekitar 1800-1900-an dengan menyediakan

    ketrampilan know how yang memungkinkan manusia dapat mencari nafkah

    sendiri tanpa bergantung pada pemilik modal, maka pendapat bahwa ilmu

    pengetahuan harus dikembangkan atas dasar patokan-patokan ilmu

    pengetahuan itu sendiri (secara murni) tidak akan mendapat kritikan tajam

    seperti pada abad ini. Namun dewasa ini menjadi nyata adanya

    keterbatasan ilmu pengetahuan itu menghadapi masalahmasalah yang

    menyangkut hidup serta pribadi manusia. Misalnya, menghadapi soal

    transplantasi jantung, pencangkokan genetis, problem mati hidupnya

    seseorang, ilmu pengetahuan menghadapi keterbatasannya. Ia butuh

    kerangka pertimbangan nilai di luar disiplin ilmunya sendiri. Kompleksitas

    permasalahan dalam pengembangan ilmu dan teknologi kini menjadi

    pemikiran serius, terutama persoalan keterbatasan ilmu dan teknologi dan

  • 14

    akibatakibatnyabagi manusia. Mengapa orang kemudian berbicara soal etika

    dalam ilmu pengetahuan dan teknologi?

    f) Akibat teknologi pada perilaku manusia

    Akibat teknologi pada perilaku manusia muncul dalam fenomen

    penerapan kontrol tingkah laku (behavior control). Behaviour

    control merupakan kemampuan untuk mengatur orang melaksanakan

    tindakan seperti yang dikehendaki oleh si pengatur (the ability to get some

    one to do ones bidding). Pengembangan teknologi yang mengatur perilaku

    manusia ini mengakibatkan munculnya masalahmasalah etis seperti berikut.

    1. Penemuan teknologi yang mengatur perilaku ini menyebabkan kemampuan

    perilaku seseorang diubah dengan operasi dan manipulasi syaraf otak

    melalui psychosurgerys infuse kimiawi, obat bius tertentu. Electrical

    stimulation mampu merangsang secara baru bagian-bagian penting,

    sehingga kelakuan bias diatur dan disusun. Kalau begitu kebebasan

    bertindak manusia sebagai suatu nilai diambang kemusnahan.

    2. Makin dipacunya penyelidikan dan pemahaman mendalam tentang kelakuan

    manusia, memungkinkan adanya lubang manipulasi, entah melalui iklan

    atau media lain.

    3. Pemahaman njlimet tingkah laku manusia demi tujuan ekonomis, rayuan

    untuk menghirup kebutuhan baru sehingga bisa mendapat untung lebih

    banyak, menyebabkan penggunaan media (radio, TV) untuk mengatur

    kelakuan manusia.

    4. Behaviour control memunculkan masalah etis bila kelakuan seseorang

    dikontrol oleh teknologi dan bukan oleh si subjek itu sendiri. Konflik muncul

    justru karena si pengatur memperbudak orang yang dikendalikan,

    kebebasan bertindak si kontrol dan diarahkan menurut kehendak si

    pengontrol.

    5. Akibat teknologi pada eksistensi manusia dilontarkan oleh Schumacher. Bagi

    Schumacher eksistensi sejati manusia adalah bahwa manusia menjadi

    manusia justru karena ia bekerja. Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia, ia

    adalah ciri eksistensial manusia, ciri kodrat kemanusiaannya. Pemakaian

    teknologi modern condong mengasingkan manusia dari eksistensinya

    sebagai pekerja, sebab di sana manusia tidak mengalami kepuasan dalam

  • 15

    bekerja. Pekerjaan tangan dan otak manusia diganti dengan tenaga-tenaga

    mesin, hilanglah kepuasan dan kreativitas manusia (T. Yacob, 1993).

    g) Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi

    Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan teknologi

    dikembangkan secara konkrit, unsur-unsur mana yang tidak boleh dilanggar

    dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat agar

    masyarakat itu tetap manusiawi.

    1. Rumusan hak azasi merupakan sarana hukum untuk menjamin

    penghormatan terhadap manusia. Individu individu perlu dilindungi dari

    pengaruh penindasan ilmu pengetahuan.

    2. Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi sebagai hal yang

    mutlak. Perkembangan teknologi sudah membawa akibat konsentrasi

    kekuatan ekonomi maupun politik. Jika kita ingin memanusiawikan

    pengembangan ilmu dan teknologi berarti bersedia mendesentralisasikan

    monopoli pengambilan keputusan dalam bidang politik, ekonomi.

    Pelaksanaan keadilan harus memberi pada setiap individu kesempatan

    yang sama menggunakan hak-haknya.

    3. Soal lingkungan hidup. Tidak ada seorang pun berhak

    menguras/mengeksploitasi sumber-sumber alam dan manusiawi tanpa

    memperhatikan akibat-akibatnya pada seluruh masyarakat. Ekologi

    mengajar kita bahwa ada kaitan erat antara benda yang satu dengan

    benda yang lain di alam ini.

    4. Nilai manusia sebagai pribadi. Dalam dunia yang dikuasai teknik, harga

    manusia dinilai dari tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem

    administrasi kantor tertentu. Akibatnya manusia dinilai bukan sebagai

    pribadi tapi lebih dari sudut kegunaannya atau hanya dilihat sejauh ada

    manfaat praktisnya bagi suatu sistem. Nilai sebagai pribadi berdasar

    hubungan sosialnya, dasar kerohanian dan penghayatan hidup sebagai

    manusia dikesampingkan. Bila pengembangan ilmu dan teknologi mau

    manusiawi, perhatian pada nilai manusia sebagai pribadi tidak boleh kalah

  • 16

    oleh mesin. Hal ini penting karena sistem teknokrasi cenderung

    dehumanisasi ( T. Yacob, 1993).

    3. Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi Pengembangan ilmu

    pengetahuan dan Teknologi

    Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara

    pada kehidupan manusia maka perlu mempertimbangan strategi atau cara-

    cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar pengembangan ilmu dan

    teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan

    manusia.

    Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita

    meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pengertian dasar nilai

    menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi dan arah

    pengembangan ilmu. Dalam konteks Pancasila sebagai dasar nilai

    mengandung dimensi ontologis, epistemologis dan aksiologis. Dimensi

    ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari

    kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau an unfinished journey.

    Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan

    produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau

    analisis/metode berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi aksiologis,

    mengandung nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-

    sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut

    memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka diperlukan

    suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural. Ilustrasinya dapat

    dilihat pada bagan 2 berikut ini.

    4. Strategi Pengembangan IPTEK Pancasila Sebagai Dasar Nilai

    Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut.

    1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan

    menciptakan perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara

    rasa dan akal. Sila ini menempatkan manusia dalam alam sebagai

    bagiannya dan bukan pusatnya.

  • 17

    2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan

    mengendalikan ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya

    semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan

    tertentu.

    3) Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme

    dalam sila-sila yang lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan

    sistem dan sub-sistem. Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting

    untuk kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak

    mengganggu integrasi.

    4) Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

    permusyawaratan/perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu

    pengetahuan dan teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.

    Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan harus

    demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari

    kebijakan, penelitian sampai penerapan massal.

    5) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga

    keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan

    keadilan komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara

    kepentingan individu dan masyarakat, karena kepentingan individu

    tidak boleh terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan

    landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.

    Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi

    pada nilai-nilai Pancasila.

    Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan

    kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia.

    Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada

    penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian

    ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak

    dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri,

    khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat

    mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya.

    C. PERAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

  • 18

    Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

    kepribadian dan kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis harmonis

    dinamis, didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh

    karena itu pengembangan pendidikan haruslah berorientasi kepada dua tujuan,

    yakni untuk pembinaan moral dan intelektual. Moral tanpa intelektual akan tidak

    berdaya. Intelektual tanpa moral akan berbahaya, karena seseorang dapat

    menggunakan kepandaiannya itu untuk kepentingannya sendiri dan merugikan

    orang lain. Selain itu pendidikan juga suatu proses secara sadar dan terencana

    untuk membelajarkan peserta didik dan masyarakat dalam rangka membangun

    watak dan peradapan manusia yang bermartabat. Ialah manusia manusia

    yang beriman dan brtaqwa kepada Tuhan Yang Maha kemanusiaan,

    menghargai sesama, santun dan tenggang rasa, toleransi dan mengembangkan

    kebersamaan dan keberagaman, membamgun kedisiplinan dan kemandirian,

    sesuai dengan nilai nilai pancasila. Oleh karena itu proses dan isi

    pembelajaran hendaknya dirancang secara cermat sesuai dengan tujuan

    pendidikan. Pada giliran selanjutnya akan menjadi potensi bagi proses

    pembelajaran yang berkualitas.

    Sedangkan untuk saat ini pendidikan di Indonesia selama ini

    dianggap terlalu mahal dan menguntungkan pihak atau masyarakat yang

    mampu atau masyarakat yang mempunyai kekayaan lebih sehingga mereka

    mampu menyekolahkan putra putrinya bahkan sampai ke luar negeri sekalipun

    untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan memadai, sebaliknya dengan

    warga miskin atau warga kurang mampu banyak yang kesulitan untuk

    menyekolahkan anaknya minimal memenuhi target pemerintah untuk program

    wajib belajar 9 tahun sampai lulus SMP atau lulus sekolah menengah tingkat

    pertama, para orang tua ini bahkan terpaksa menyuruh anaknya untuk bekerja

    dan putus sekolah untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

    Kemudian pemerintah melakukan gebrakan melalui Menteri Pendidikan

    Nasional Professor Bambang Sudibyo dengan cara mencanangkan program

    sekolah gratis wajib belajar 9 tahun sampai lulus SMP khusus siswa yang

    sekolah di SD/SMP negeri kecuali sekolah yang sudah bertaraf internasional

    agar para anak-anak penerus bangsa ini tidak bodoh dan buta huruf dan juga

    agar pendidikan di Indonesia menjadi bertambah maju. Sehingga pelaksanaan

    wajib belajar 9 tahun dilaksanakan diberbagai penjuru kota di Negara ini.

  • 19

    Setelah semua masyarakat sepakat dengan konsep tentang wajar, maka tugas

    kita bisa bersama-sama untuk memajukan pendidikan. Pendidikan bukan hanya

    tanggungjawab guru atau sekolah, melainkan seluruh warga Negara terutama

    orang tua.

    Pendidikan adalah investasi jangka panjang, pendidikan adalah tanggung

    jawab bersama. Bagaimana agar program sekolah gratis bisa efektif dan tepat

    sasaran untuk anak-anak miskin dan kurang mampu agar mau mengikuti

    program sekolah gratis dan bagaimana bentuk atau cara-cara jitu pemerintah

    dan pihak sekolah agar orang tua murid mau melepas anak mereka untuk

    bersekolah kembali. Setiap program yang dicanangkan oleh pemerintahan

    tentunya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Negara ini, sudah pasti

    yaitu pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sehingga

    proses pelaksanaannya harus disesuaikan dengan pancasila.

    Untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Indonesia yang sesuai dengan

    Peranan Nilai-nilai Pancasila Pemerintah menyelenggarakan Program Wajib

    Belajar 9 Tahun adalah:

    1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

    Peranan sila pertama sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan.

    Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa akan diajarkan berbagai macam

    ilmu mulai dari penjaskes, Pkn (pancasila dan Kewarganegaraan), kesenian,

    biologi, fisika dan lainnya salah satunya agama.Dalam pendidikan agama

    akan dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai

    dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa.

    Sehingga ditegaskan bagi setiap warga Indonesia terutama bagi warga

    yang sudah berkeluarga itu mengharuskan anak-anak untuk bersekolah,

    karena sekolah sebagai salah satu sarana untuk pengembangan diri. Tetapi

    masih saja banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan perintah ini

    dengan alasan tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu

    keseimbangan antara pendidikan dunia maupun agama itu sangatlah berarti

    dalam kehidupan setiap manusia. Sehingga dengan tolak ukur bahwa

    pendidikan itu sangat penting bagi suatu bangsa maka pemerintahan

    melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.

    Hal tersebut tidak lepas dari sumber daya manusianya yang berkualitas.

    Sehingga peran pendidikan sangat penting karena sebagai sarana dalam

  • 20

    mengembangkan potensi dari setiap warga Negara. Peran dari bidang

    pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta

    menjadikan siswanya memiliki akhlak yang baik.

    2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

    Pendidikan memainkan peranan penting dalam pengembangan

    kemampuan dan pembentukan karakter yang menjadi landasan utama bagi

    terciptanya manusia Indonesia yang mampu hidup dalam zaman yang selalu

    berubah.Sistem pendidikan nasional harus dapat memberi pendidikan dasar

    bagi setiap warga negara Republik Indonesia, agar masing-masing

    memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar,

    yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta

    menggunakan bahasa Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara

    untuk dapat berperanserta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

    bernegara.

    Maka diharapkan Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban

    pokoknya sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat

    memenuhi kebutuhan diri sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi

    kebutuhan masyarakat, dan memperkuat persatuan dan kesatuan serta

    upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan kemampuan ini harus dapat

    diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk

    memberi makna pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal

    31 ayat (1) yang menyatakan, bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak

    mendapat pengajaran".

    Warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada tahap

    manapun dalam perjalanan hidupnya --pendidikan seumur hidup--,

    meskipun sebagai anggota masyarakat ia tidak diharapkan untuk terus-

    menerus belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang diperolehnya untuk

    kepentingan masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh, baik melalui jalur

    pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.

    Pembelajaran pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting,

    karena mengingat pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia.

    Hal ini mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa

    yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Dengan

  • 21

    adanya program pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun dapat

    memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar Pancasila.

    Pembelajaran di sekolah dapat memberikan informasi bagaimana

    melaksanakan kewajiban dan Hak-hak yang dimiliki sesuai dengan koridor

    yang seharusnya. Manusia itu dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat

    dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus dihormati oleh siapapun.

    Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan memaksakan

    kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.

    3. Sila Persatuan Indonesia

    Negara Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang. Dibutuhkan

    sumber daya masyarakat yang bagus untuk membuat Indonesia menjadi

    semakin berkembang. Dibutuhkan pula persatuan yang erat antar sesama

    warga negara. Dengan adanya pendidikan maka dapat dijadikan sarana

    untuk meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu

    diterapkan dilingkungan pendidikan.

    Sila Persatuan Indonesia harus dijadikan sebagai dasar persatuan

    dikalangan intelektual dan harus selalu diterapkan dalam lingkungan

    pendidikan, terutama saat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

    Pertama (SMP) yang dicanangkan dalam program Wajib Belajar 9 Tahun.

    4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

    Permusyawaratan dan Perwakilan

    Wajib belajar 9 tahun yang merupakan salah satu program yang gencar

    di galangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS).

    Diwajibkan setiap warga Negara untuk bersekolah selama 9 tahun, pada

    jenjang pendidikan dasar yaitu dari tingkat kelas 1 sekolah dasar (SD) /

    Madrasah Diniyah (MI) hingga kelas 9 sekolah menengah pertama (SMP)

    atau Madrasah Tsanawiyah (MTS).

    Pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa.

    Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai

    prioritas utama dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya

    manusia yang bermutu yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan

    kunci keberhasilan suatu Negara.

  • 22

    Mendiknas menargetkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh anak

    Indonesia, tanpa kecuali. Berdasarkan sila keempat Pancasila : Kerakyatan

    Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

    permusyawaratan/perwakilan :

    Semua kebijakasanaan pemerintah harus berdasarkan kebutuhan

    rakyat. Semua kebijaksanaan yang pemerintah buat harus berdasarkan

    kesepakatan rakyat (yang diwakili oleh wakil rakyat di parlemen).Salah satu

    kebijaksanaan tersebut adalah Program Wajib Belajar 9 tahun yang telah

    diberlakukan pada tahun 2009. Banyak pendapat pro-kontra yang tersebar

    di tengah-tengah masyarakat luas.

    Program Wajib Belajar 9 Tahun harus merupakan program bersama

    antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat.

    Upaya-upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui

    gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal

    formal perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang belum memahami

    pentingnya pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat untuk

    mensukseskan program nasional tersebut.

    Oleh karena itu Program Wajib Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak

    Bangsa Indonesia untuk menjadi generasi penerus bangsa yang

    berpendidikan dan diharapkan jumlah anak putus sekolah (drop out) bisa

    diminimalisir dan salah satu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan

    Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh

    karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama umtuk tetap

    meningkatkan partisipasinya dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun.

    Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut

    serta dalam mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat

    baik untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua

    terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta

    upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

    5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

    Seiring perkembangan jaman, perkembangan teknologi dan ilmu

    pengetahuan semakin tidak dapat dikendalikan juga. Pendidikan menjadi hal

    terpenting yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua, agar anak-anak

  • 23

    mereka menjadi anak-anak yang mampu bersaing dengan lingkungan yang

    ada saat ini. Tapi terkadang masalah ekonomi menjadi hambatan bagi para

    orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Dalam hal ini, peran

    serta pemerintah sangat diperlukan.

    Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan pendidikan di

    Indonesia adalah dengan mengadakan program wajib belajar 9 tahun (

    WAJAR 9 tahun ). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan di

    Indonesia. Selain itu, pemerintah pun memberikan bantuan-bantuan bagi

    dalam bidang pendidikan, seperti memberikan BOS ( Biaya Operasional

    Siswa ).

    Hal ini diharapkan agar setiap warga negara Indonesia bisa

    mendapatkan pendidikan seperti yang tertera pada Undang-Undang Dasar

    1945 pasal 31 ayat 1 sampai 5, yang berbunyi :

    a. Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan .

    b. Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

    pemerintah wajib membiayainya .

    c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

    pendidikan nasional .

    d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya

    20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah .

    e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

    menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

    kemajuan peradaban serta kesejahteraan manusia .

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diwajibkannya Program

    WAJAR 9 tahun ini, semakin memperjelas mengenai peranan sila ke-5

    Pancasila dalam mewujudkan salah satu tujuan negara, yaitu untuk

    mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan pendidikan secara

    layak dan adil untuk setiap warga Negara Indonesia.

  • 24

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Jadi, dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa nila-nilai yang

    terkandung dalam pancasila sangat berpengaruh dalam perkembangan

    pendidikan diindonesia. Karena nilai-nilai tersebut mengatur progam wajib

    belajar yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan persatuan dengan pola

    pikir pancasila yang selalu diterapkan dilingkungan pendidikan. Peranan

    pancasila di dalam berbangsa dan bernegara sangatlah penting bagi

    masyarakat kususnya Indonesia. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa

    pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa. Hampir

    semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama

    dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu

    yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu

    Negara.

    Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali karena memberikan

    peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri, oang lain ataupun

    Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang

    lain kita bias mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang masih

    awam dan untuk Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik

    Negara kita di dunia internasional.

    B. Saran

    Program Wajib Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak Bangsa Indonesia

    untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan diharapkan

    jumlah anak putus sekolah (drop out) bisa diminimalisir dan salah satu strategi

    untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9

    Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program

  • 25

    itu perlu kerjasama umtuk tetap meningkatkan partisipasinya dalam Program

    Wajib Belajar 9 Tahun.

    Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut serta

    dalam mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat baik untuk

    meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan

    generasi penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan

    kehidupan bangsa.

    Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan

    kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya.

    Dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat

    mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan

    kritikan dan masukan yang bersifat membangun.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    1. http://www.balairungpress.com

    2. http://14april92.blogspot.com

    3. http://endangsriyani.blogspot.com

    4. http://anislestarihasim.blogspot.com