nilai-nilai filosofis pancasila menurut soekarno

87
NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Abdul Karim Habibullah NIM: 1113033100077 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT

SOEKARNO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S.Ag.)

Oleh:

Abdul Karim Habibullah

NIM: 1113033100077

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

“NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT

SOEKARNO”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, sebagai

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh :

Abdul Karim Habibullah

NIM : 1113033100077

Pembimbing

Iqbal Hasanuddin, M. Hum

NIP :

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 3: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO
Page 4: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Abdul Karim Habibullah

NIM : 1113033100077

Program Studi : Aqidah dan Filsafat Islam

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Desember 1994

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan kepada

Fakultas Ushuluddin untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata

1 (Satu) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain. Maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Januari 2019

Abdul Karim Habibullah

Page 5: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

ii

ABSTRAK

Abdul Karim Habibullah

“Nilai-Nilai Filosofis Pancasila Menurut Soekarno”

Penelitian ini akan menjelaskan tentang pemikiran Pancasila menurut

Soekarno. Melihat di era globalisasi sekarang, Pancasila diuji ketahanannya, dan

perbincangan seputar Pancasila kembali mengemuka. Bulan Juni 1945, 63 tahun

silam Pancasila lahir sebagai sebuah konsepsi kenegaraan yang sangat bersejarah

bagi bangsa Indonesia. Namun sekarang, eksistensi Dasar dan Ideologi Pancasila

telah ternoda oleh pandangan-pandangan organisasi yang mengusung ideologi

gerakan yang berbeda, bahkan bertolak belakang dengan makna awal Pancasila.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis untuk mengetahui

permasalahan dalam pemahaman nilai Pancasila menurut pemikiran Soekarno

sebagai Dasar Negara, yang merujuk kepada rujukan primer yaitu Filsafat

Pancasila Menurut Bung Karno karya Ir. Soekarno dan mengacu pada buku

Lahirnya Pancasila Kumpulan Pidato BPUPKI karya Kumpulan Pidato agar

penulis mampu mendeskripsikannya secara terperinci dalam pemahaman yang

komprehensif. Dalam teknik pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian

kepustakaan (library research) terhadap sumber primer maupun sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian di atas yaitu Pancasila—setelah disahkan dan

ditetapkan pada sidang PPKI— itu sangat fleksibel bagi bangsa dan negara

Indonesia. Artinya setiap isi dalam butir Pancasila sesuai dengan karakteristik

bangsa Indonesia dari berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara baik segi

adat istiadat, agama dan kepercayaan, sosial, serta kebudayaan. Selain itu, Pancasila

juga memiliki nilai-nilai moral yang luhur. Jelasnya setiap butir dalam Pancasila

tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam bahkan menambahkan kesejukan

dalam kehidupan keberagamaan di Indonesia, serta menjunjung nilai-nilai

peradaban bangsa. Karenanya, tidak mengherankan jika Soekarno mengusulkan

Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia.

Kata Kunci : Nilai-Nilai Filosofis, Pancasila Soekarno

Page 6: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan

kepada hambanya, berupa nikmat iman dan kesehatan. Sehingga penulis bisa

menyelesaikan tugas akhir studi. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada

baginda Rasulullah SAW yang telah memberikan suri tauladan kepada umatnya.

Skripsi yang berjudul Pancasila Menurut Soekarno disusun untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan saran-

saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Prof. Dr.

Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

2. Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Faqih, M.A., Selaku Dosen Penasehat

Akademik yang telah menasehati dari semester awal hingga akhir

3. Iqbal Hasanuddin, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan menasehati dengan setulus hati dalam memberi masukan

serta arahan yang baik kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini.

4. Dra. Tien Rohmatin, M.A., selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filasfat Islam,

Dr. Abdul Hakim Wahid, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan

Page 7: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

iv

Filsafat Islam dan juga jajarannya yang telah membantu penulis dalam

mengurus segala keperluan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

tidak bisa penulis sebut namanya satu persatu. Semoga ilmu yang telah

diajarkan kepada penulis dapat diamalkan dan semoga kelak mendapat

balasan dari Allah SWT.

6. Al-Habib Drs. R. Daraquthny bin Husein Assegaf, selaku ayah sekaligus

guru yang telah membantu penulis dalam mencari data demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini. Tak lupa, ibu tercinta Sufiyati, S.E. yang selalu

memberikan semangat dan do’a selama penulis melaksanakan pendidikan

S1 hingga lulus.

7. Keluarga tercinta, R. Idzhhar Dhiyauddin, S.SI., Alimatur Rofi’ah, A.Md.,

Inayatur Radhiyah, Nur Laili, Badri Ridho, selaku kakak serta adik yang

selalu memberikan do’a dukungan kepada penulis.

8. Calon Istri, Debby Aslamia, S.Si. yang senantiasa memberikan semangat

serta menjadikan motivasi penulis untuk cepat lulus.

9. Jama’ah Majelis Dzikir Safinatul Muslimin, yang telah medukung,

mendoakan, serta membantu dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

10. Teman-teman MAN 11 Jakarta, Feri Hidayat, Fikri Ramdan Saputra, Adi

Sulaksono, Rafsajani, Ahmad Mulyadi, Denny Muammar Khadafi, Ahmad

Badawi, dan seluluruh teman-teman MAN 11 Jakarta angkatan 2013 yang

sudah memberi semangat agar penulis dapat mengerjakan tugas akhirnya

dengan baik.

Page 8: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

v

11. Teman-teman Akar Seni Ushuluddin (ASUS) baik para pengurus ataupun

para pendiri, yang mendoakan serta memotivasi penulis agar segera

menyelesaikan skripsinya.

12. Teman-teman Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2013, yang tidak bisa

disebutkan namanya satu per satu. Terima kasih sudah memberi dukungan,

diskusi bersama dan membagi pengalamannya kepada penulis agar penulis

cepat menyelesaikan skripsinya.

Penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih atas do’a, dukungan, dan

motivasinya kepada semua pihak, dan mohon maaf apabila ada pihak yang belum

disebutkan satu per satu. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan menjadi

amal baik dan diberi balasan oleh Allah SWT.

Jakarta, 26 Januari 2019

Abdul karim Habibullah

Page 9: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Arab Indonesia

ṯ ط A ا

ẕ ظ B ب

‘ ع T ت

Gh غ Ts ث

F ف J ج

Q ق ẖ ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dz ذ

N ن R ر

W و Z ز

H ه S س

, ء Sy ش

Y ئ S ص

H ة ḏ ض

VOKAL PANJANG

Arab Indonesia

 ٱ

Î اى

Û او

Page 10: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i

ABSTRAK ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 6

E. Metodelogi Penelitian .......................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 14

BAB II BIORAFI SOEKARNO ................................................................... 16

A. Riwayat Hidup dan Perjalanan Intelektual Soekarno............................. 16

B. Keterlibatan Pemikiran Soekarno dalam Berbagai Oranisasi ................. 23

C. Karya-Karya Soekarno ........................................................................ 32

BAB III PERJUANGAN MENUJU KEMERDEKAAN .............................. 34

A. Pengantar ............................................................................................ 34

B. BPUPKI .............................................................................................. 35

C. Sejarah Penyusunan Ideologi Negara ................................................... 38

Page 11: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

viii

BAB IV NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA ...................................... 55

A. Pengantar ............................................................................................ 55

B. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara .............................................. 56

C. Nilai Kebangsaan ................................................................................. 61

D. Nilai Kemanusiaan .............................................................................. 64

E. Nilai Mufakat atau Demokrasi ............................................................. 65

F. Nilai Kesejahteraan Sosial ................................................................... 66

G. Nilai Ketuhanan .................................................................................. 67

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 70

A. Kesimpulan ......................................................................................... 70

B. Saran-Saran ......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 73

Page 12: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai suku, ras,

kepulauan, adat istiadat, budaya, bahasa, kepercayaan begitu juga kaya akan

kekayaan alamnya,1 sehingga banyak sekali negara lain yang ingin bergabung dan

menguasai Indonesia. Dan bukan menjadi hal yang rahasia lagi jika Indonesia

pernah dijajah selama 3 setengah abad oleh bangsa lain yaitu Belanda dan Jepang.2

Dari pengalaman dijajah tersebut para tokoh bangsa membangkitkan semangat

juang untuk merdeka, salah satunya yaitu Soekarno yang dikenal sebagai “bapak

bangsa”/ “sang tokoh proklamator”3 dan juga dikenal sebagai Pencetus4 serta

Penggali lahirnya Pancasila.5

Irwan Gesmi dan Yun Hendri menyebutkan dalam bukunya “Buku Ajar

Pendidikan Pancasila” bahwa Pancasila merupakan rumusan dan pedoman

kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.6 Dan R. Saddam

al-Jihad pun menyatakan bahwa Pancasila merupakan basis nilai perekat sosial

yang paripurna dalam mengatasi keretakan bangunan nation-state Indonesia,

1 Nasruddin Anshory, Strategi Kebudayaan; Titik Balik Kebangkitan Nasional, Cet. 1

(Malang: UB Press, 2013), h. 46. 2 Yonky Karman, Runtuhnya Kepedulian Kita; Fenomena Bangsa Yang Terjebak

Formalisme Agama (Jakarta: Buku Kompas, 2010), h. 107; dan lihat Komaruddin Hidayat, Memakai

Jejak-Jekak Kehidupan (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 43. 3 Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, Cet. 2 (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2016), h. 9; dan lihat Taufik Adi Susilo, Soekarno Biografi 1901-1970, Cet. 5

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 13. 4 Ahmad Syafii Maarif, Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan; Sebuah

Refleksi Sejarah, Cet. 1 (Bandung: Mizan, 2009), h. 137. 5 Peter Kasenda, Bung Karno Panglima Revolusi, Cet. 1 (Yogyakarta: Galang Pustaka,

2014), h. 42. 6 Irwan Gesmi, Yun Hendri, Pendidikan Pancasila, Cet. 1 (T.t.: Uwais Inspirasi Indoneasi,

2018), h. 1.

Page 13: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

2

sehingga Pancasila adalah sintesis dari kapitalisme7 dan sosialisme8 yang terbukti

mampu menjawab perkembangan zaman.9

Ketika disebut Pancasila, maka ada hubungan erat dengan dasar negara.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga

negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-

apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang

telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga, baik golongan

muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa

adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara

Indonesia.10

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Soekarno sebagai

Pencetus serta Penggali lahirnya Pancasila memberikan sumbangan pemikiran

mengenai Pancasila yang dijadikan sebagai Dasar dan Ideologi11 Negara.12 Semua

ide Soekarno yang mengusulkan adanya persatuan dan kesatuan tersebut telah

terakomodir dalam Pancasila yang menjadi Dasar Negara dan mendapatkan tempat

7 Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu memiliki

kebebasan sebagai anugerah Tuhan untuk memiliki kekayaan dan melakukan bisnis sesuai dengan

pilihan masing-masing. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu

dikorbankan demi pencarian uang secara tak tanggung jawab, sehingga saling pengertian dan saling

hormat diganti dengan aliensi, ketamakan, dan egoisme. Rafael Raga Maran, Pengantar Logika

(Jakarta: Gramedia, t.thn.), h, 41. 8 Sosialisme adalah ajaran, dan gerakan yang menganutnya, bahwa keadilan sosial tercapai

melalui penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi. Franz Magnis-Suseno, Pemikiran

Karl Marx; Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme (Jakarta: Gremidia, 2005), h. 270. 9 R. Saddam al-Jihad, Pancasila Ideologi Dunia; Sintesis Kapitalisme, Sosilisme, dan

Islam, Cet. 1 (Tangerang Selatan: Pustaka Alvabet, 2018), h. xi. 10 Ronto, Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara, Cet. 1 (Jakarta: Balai Pustaka,

2012), h. 40-41. 11 Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,

pengertian dasar, cita-cita, buah pikiran, dan logos yang berarti ilmu. Makna secara harfiah ideologi

berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Lihat Noor Aminudin, Filsafat Pendidikan Islam; Konteks

Kajian Kekinian, Cet. 1 (Gresik: Caremedia Communication, 2018), h. 193. 12 Lukman Surya Saputra, Pendidikan Kewarganegaraan Membutuhknan Nasionalisme

dan Patriotisme, Cet. 1 (Bandung: Setia Purna Inves, 2007), h. 3.

Page 14: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

3

yang utama sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Fakta historis yang terjadi

pada 1 Juni 1945 yang tertuang dalam pidatonya pada sidang BPUPKI disebutkan

sebagai hari lahirnya Pancasila.13 Dengan lahirnya Pancasila itu, Soekarno sangat

menekankan urgensi membangun jiwa dan karakter bangsa. Dan Jiwa dan karakter

bangsa yang ingin dibangun sudah pasti jiwa dan karakter bangsa yang sejati.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia,

terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945,

ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan

ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Impres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu,

Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga,

Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Sebelum penetapan Pancasila, ada hal terpenting tak lain adalah mengenai

isi Pancasila dan para tokoh perumusnya, itu semua bisa diketahui melalui

sejarahnya. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus

Pancasila itu ialah Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.

Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari

guncangan kisruh politik di negara ini. Pertama, Pancasila itu mengandung

toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.

Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat

mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain

13 M. Fuad Nasar, Islam dan Muslim di Negara Pancasila (Yogyakarta: Gre Publishing,

t.thn.), h. 129; dan lihat Asvi Warman Adam, Membongkar manipulasi Sejarah; Kontroversi Pelaku

dan Peristiwa (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 189.

Page 15: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

4

yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk mengembangkan

diri. Ketiga, sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang

positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai serta norma yang

bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme14 dan segala

bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan

dan beragama.

Selain itu, Diktatorisme15 juga ditolak, karena bangsa Indonesia

berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur. Kolonialisme juga ditolak

oleh bangsa Indonesia yang cinta akan kemerdekaan, karena bangsa Indonesia yang

sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakni bahwa Pancasila itu benar dan tidak

bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.

Namun di era globalisasi sekarang, Pancasila kembali diuji ketahanannya,

dan perbincangan seputar Pancasila kembali mengemuka. Eksistensi Dasar dan

Ideologi Pancasila telah ternoda oleh pandangan-pandangan organisasi yang

mengusung ideologi gerakan yang berbeda, bahkan bertolak belakang dengan

makna awal Pancasila.16

Untuk menganalisis seorang tokoh Soekarno sebagai pencetus Pancasila

sebagaimana yang telah disebutkan, akan lebih tepat dan efektif mengkaji dan

menelaah langsung buah pemikirannya melalui karya-karya, pidato dan jejak

perjuangannya agar penelitian ini terhindar dari unsur subjektivitas. Berdasarkan

14 Atheisme adalah paham yang mengingkari atau kurang percaya adanya Tuhan. Lihat A.

Fatih Syuhud, Ahlussunnah Wal Jamaah; Islam Wasathiyah Tasamuh Cinta Damai, Cet. 1 (Malang:

Alkhoirot, 2017), h. 306. 15 Diktatorisme atau kezaliman. Lihat Emha Ainun Nadjib, Mencari Buah Simalakama,

Cet. 1 (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2017), h. 8. 16 Muhammad Aziz Hakim, “Respositioning Pancasila Dalam Pergulatan Ideologi-Ideologi

Gerakan di Indonesia Pasca-Reformasi”, Kotemplasi 4, no. 1, (Agustus 2016), h. 132.

Page 16: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

5

fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih fokus dan mendalam, maka penulis

membatasi penelitian ini. Batasan masalahnya berfokus pada nilai-nilai Pancasila

menurut Soekarno.

Dari beberapa penjelasan latar belakang serta batasan masalah di atas

tentang tema yang diangkat, dapat diambil rumusan masalahnya yaitu sebagai

berikut: Bagaimana Nilai-Nilai Filosofis Pancasila menurut Soekarno?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam menjalakan setiap kegiatan terutama yang berkaitan dengan

penelitian, pasti memiliki tujuan di dalamnya. Hal ini bertujuan agar peneliti bisa

melakukan kegiatan penelitian tanpa keluar dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya agar kualitas dari penelitian ini baik dan pembaca juga dapat

mengambil lebih banyak manfaat dari penelitan ini.

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui konsep pancasila menurut pemikiran Soekarno sebagai Dasar

Negara.

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini sebagaimana tersebut

di atas, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat. Manfaat yang

penulis harap dapat diraih dari penelitian ini adalah:

Page 17: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

6

a. Turut memberikan sumbangan pemikiran dan masukan tentang bagaimana

memahami Pancasila.

b. Bentuk Sumbangan keilmuan untuk memperkaya khazanah perpustakaan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

Fakultas Ushuluddin.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini akan mengungkap “Nilai-Nilai Filosof Pancasila Menurut

Soekarno” di mana penyampaian isinya akan mengungkap mengenai bagaimana

Pancasila dilihat dari sudut pandang Soekarno.

Penulis menyadari bahwa kajian mengenai Pancasila telah banyak

dilakukan, namun penelitian mengenai “Nilai-Nilai Filosofis Pancasila Menurut

Soekarno” sejauh yang peneliti ketahui belum pernah dilakukan. Beberapa

penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian yang akan peneliti lakukan,

seperti:

1. Sudarto, jurnal dengan judul “Refleksi Metafisik atas Pancasila” (2000), dalam

jurnal tersebut dijelaskan bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka sehingga

memungkinkan untuk dapat mengembangkan pemikiran baru yang segar dan

kreatif dalam rangka mengamalkan Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi terbuka juga harus dipahami sebagai simbol,

keterbukaan Pancasila tidak akan tuntas ditafsir, karena keterbukaannya sebagai

sifat fleksibilitas mengikuti perubahan dan dinamika perkembangan zaman.

Pancasila dilihat dari teori Plotinus adalah wujud emanasi Tuhan secara

bertahap “Yang Satu” atau Tuhan yang tersimbolkan pada sila pertama

Page 18: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

7

mengemanasikan dirinya pada manusia yang tersimbolkan pada sila kedua,

kemudian lebih lanjut proses emanasi menuju pada dataran yang paling rendah

yakni keadilan yang berkaitan dengan pembagian secara adil pada materi atau

benda.

Jurnal tersebut berusaha untuk mengungkap kedalam substansi

Pancasila dan keluasan aksidensinya dengan menggunakan metafisika, maka

hal ini berbeda dengan yang akan peneliti lakukan yaitu melihat Pancasila

dalam konsep beragama.

2. Skripsi Nurul Hidayatul Wahidah, dengan judul “Nilai-Nilai Moral dalam Teks

Pancasila dan Relevansinya dengan Materi Pendidikan Akhlak” (2014). Hasil

dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa nilai moral yang terkandung dalam

teks Pancasila terdiri dari moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral

kebangsaan, moral demokrasi, serta moral keadilan.

Nilai moral yang terkandung dalam teks Pancasila dengan materi

pendidikan akhlak dinyatakan relevan atau saling berhubungan. Hal ini

didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai-nilai yang

terkandung dalam teks Pancasila adalah merupakan nilai-nilai yang tergolong

dalam tiga induk akhlak yakni akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama

manusia serta akhlak terhadap lingkungan dimana ketiganya tersebut

merupakan materi utama dalam pendidikan akhlak.

Skripsi tersebut berusaha melihat Pancasila dan relevansinya dengan

materi pendidikan akhlak Madrasah Aliyah kelas X. Hal ini berbeda dengan apa

yang akan penulis lakukan yaitu melihat Pancasila dalam kehidupan berbangsa

Page 19: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

8

dan bernegara untuk mengetahui kesesuaian Pancasila dalam kaitannya dengan

ajaran Islam.

3. Skripsi Mahmud Alwi, dengan judul “Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam

Pengembangan Kurikulum PAI Di SMP Yogyakarta” (2017). Hasil dari

penelitian ini menunjukkan: (1) Nilai sila Pancasila di SMP Negeri 9

teraktualisasi melalui pembiasaan dan kegiatan siswa di sekolah, (2)

Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di SMP Negeri 9

Yogyakarta diwujudkan melalui pengembangan komponen tujuan kurikuler,

komponen materi, dan komponen strategi, (3) Aktualisasi nilai sila Pancasila di

dalam pengembangan kurikulum PAI di SMP Negeri 9 Yogyakarta diwujudkan

melalui kegiatan keagamaan dan sosial siswa yang terangkum dalam buku saku

siswa 2016 dan pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran PAI SMP

Negeri 9 Yogyakarta.

Skripsi tersebut berusaha melihat dan mengetahui perkembangan

nilai-nilai Pancasila yang diaktualisasikan di SMP Negeri Yogyakarta. Hal ini

berbeda dengan apa yang akan penulis lakukan yaitu mengetahui nilai-nilai

Filosofis Pancasila menurut Soekarno.

4. Skripsi Fani Pradana, dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sila

Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Dalam Kehidupan Santri Di Pondok

Pesantren (Studi Kasus Pondok Pesantren Muhammadiyah Desa Lemah

Gunung Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2014)” (2014). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pondok pesantren telah melaksanakan nilai-

nilai pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam setiap program

kegiatan, seperti: 1) Tidak membedakan santri kaya dan miskin, 2) Adanya

Page 20: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

9

pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia bahwa dalam menentukan

kamar dibedakan santri putra dan putri, 3) Adanya pemberian hukuman bagi

santri yang melanggar dan pemberian hadiah pada santri yang taat/berprestasi,

4) Adanya kegiatan untuk meningkatkan Toleransi, Gotong royong, Hormat-

menghormati, Nasionalisme, Keadilan, dan Demokrasi.

Skripsi tersebut berusaha mendiskripsikan implementasi nilai-nilai

Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kehidupan santri di

Pondok Pesantren Muhammadiyah Desa Lemah Gunung Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus. Hal ini berbeda dengan apa yang akan penulis lakukan yaitu

mengetahui nilai-nilai Filosofis Pancasila menurut Soekarno.

5. Skripsi Rahmat Hidayat, dengan judul “Ideologi Pancasila Dalam Implementasi

Pemerintahan di Indonesia; Analisis Dampak Kebijakan Izin Usaha

Pertambangan Terhadap Ekonomi Kerakyatan di Kolaka Utara” (2014). Dari

hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi Pancasila

merupakan manifestasi dari ideologi Pancasila yang berfungsi sebagai pedoman

pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui pembangunan ekonomi lokal seperti pertanian, perkebunan,

perikanan dan peternakan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa

implementasi sistem ekonomi Pancasila dalam kebijakan pertambangan dari

aspek perundangundangan di Kolaka utara sudah terealisasi. Dapat dilihat dari

dasar hukum kebijakan pertambangan di Kolaka Utara yang sudah sesuai

dengan sistem ekonomi Pancasila. namun di Kolaka Utara tidak ada peraturan

daerah sebagai landasan hukum kebijakan pemerintah untuk pengelolaan

pertambangan yang berorientasi terhadap sistem ekonomi Pancasila. Dari aspek

Page 21: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

10

pelayanan masyarakat sistem ekonomi Pancasila tidak terimplementasi

sebagaimana mestinya. Pembangunan ekonomi lokal masyarakat Kolaka Utara

seperti pertanian, perkebunan dan perikanan melalui kebijakan pertambangan

tidak terealisasi sebagaimana mestinya. Dampak izin usaha pertambangan

terhadap tiga aspek ekonomi lokal sangan signifikan dan negatif hanya sektor

peternakan yang tidak memiliki dampak signifikan dari kebijakan izin usaha

pertambangan.

Skripsi tersebut mengetahui implementasi sistem ekonomi Pancasila

dalam kebijakan pertambangan dari aspek perundang-undangan di Kolaka

Utara, dan mengetahui dampak izin usaha pertambangan terhadap ekonomi

kerakyatan di Kolaka Utara. Hal ini berbeda dengan apa yang akan penulis

lakukan yaitu mengetahui nilai-nilai Filosofis Pancasila menurut Soekarno.

6. Skripsi Helmi Ali Rakhbini, dengan judul “Integrasi Nilai Pancasila Dalam

Pendidikan Karakter Di SMP PGRI Dlingo Maladan, Jatimulyo, Dlingo,

Bantul” (2016). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1.) Pendidikan karakter

telah diterapkan di SMP PGRI Dlingo melalui mata pelajaran kewarganegaraan

yang mengajarkan etika personal dan nilai-nilai moral yang baik, melalui

kegiatan sholat dhuha, membaca Al-Quar’an dan proses pengembangan

karakter para siswa sebagai individu yang berkepribadian baik seperti siswa

SMP PGRI menyapa guru ketika bertemu baik di jalan maupun di sekolah. 2.)

Penerapan integrasi nilai Pancasila dalam pendidikan karakter di SMP PGRI

Dlingo dilakukan dengan menentukan nilai-nilai Pancasila untuk diajarkan

sesuai dengan kebutuhan riil di masyarakat yaitu: (a) Ketaatan kepada Tuhan

YME; (b) Menghargai harkat dan martabat manusia; (c) Hidup rukun dalam

Page 22: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

11

kebhinekaan; (d) Musyawarah dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur;

dan (e) Kerja keras dan mandiri. Penjabaran dari nilai - nilai ini diwujudkan

dalam kurikulum dan buku ajar. Dengan demikian pancasila merupakan acuan

dalam pendidikan karakter melalui mata pelajaran di sekolah dan di terapkan

langsung oleh peserta didik. 3.) Pendidikan karakter memberi pengaruh positif

bagi siswa dalam proses pengembangan kepribadian, tingkah laku, dan

kecerdasan emosional yang baik.

Skripsi tersebut berfokus mengetahui penerapan integritasi nilai

Pancasila dalam pendidikan karakter di SMP PGRI Dlingo. Hal ini berbeda

dengan apa yang akan penulis lakukan yaitu berfokus untuk mengetahui nilai-

nilai Filosofis Pancasila menurut Soekarno.

Kajian beberapa penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belum

ada penelitian dengan judul “Nilai-Nilai Filosofis Pancasila Menurut Soekarno”

yang akan diteliti penulis ini, sehingga penelitian ini diharapkan dapat melengkapi

penelitian-penelitian sebelumnya.

E. Metodelogi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sebuah penelitian agar menjadi terarah serta menghasilkan hasil yang

optimal dan mendapatkan data yang akurat, maka harus didukung dengan pemilihan

metode yang tepat. Metode ini yang akan menjadi kacamata yang akan meneropong

setiap persoalan yang sedang dibahas. Penelitian ini berjudul “Pancasila Menurut

Soekarno”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

research) yang masuk dalam kategori penelitian kualitatif.

Page 23: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

12

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap,

kepercayaan, keberagamaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok. Penelitian kualitatif umumnya dipakai apabila peneliti tertarik untuk

mengeksplorasi dan memahami satu fenomena sentral, seperti proses atau suatu

peristiwa.

Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama

menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore), kedua

menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).

2. Tehnik Pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data untuk

kemudian dianalisis sehingga ditemukan jawaban terhadap masalah penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting

(kondisi yang alamiah), dan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini maka metode

pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi.

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data yang bersifat dokumenter,

di dalam pengumpulan data tersebut, tentunya diupayakan data-data yang berkaitan

dengan fokus pembahasan. Data dari penelitian ini menggunakan data kepustakaan,

yakni dengan mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai tulisan baik dari buku-

buku, jurnal, internet, dan bahan-bahan yang dianggap mempunyai keterkaitan

dengan permasalahan yang dibahas.

Page 24: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

13

a. Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh dari buku-buku serta bahan bacaan lain yang

relevan dengan pembahasan. Data primer mengenai Pancasila dari penelitian ini

mengacu pada buku “Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno” (2017) penyunting

Floriberta Aning, dan buku “Lahirnya Pancasila Kumpulan Pidato BPUPKI”

(2017) penyunting Floriberta Aning. Data sekunder dari penelitian ini diambil dari

berbagai sumber baik berupa buku-buku, jurnal, artikel, internet, maupun bahan-

bahan bacaan lain yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses penyusunan data agar data tersebut

dapat dimengerti dan dipahami. Analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dalam

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Metode analisis data yang digunakan penulis untuk mendapatkan suatu

kesimpulan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskripsi analitik.

Pada deskripsi analitik, rancangan organisasional dikembangkan dari kategori-

kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disarankan atau yang

muncul dari data, dengan demikian deskripsi baru yang perlu diperhatikan dapat

dicapai. Penelitian ini berusaha memaparkan dan mengungkap kandungan

Pancasila dalam kaitannya dengan ajaran Islam. Data-data yang ada dianalisis

dengan secermat mungkin sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

Page 25: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

14

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan mengenai masalah dalam penelitian ini akan disusun kedalam

lima bab yang mana antara bab satu dengan bab berikutnya merupakan suatu

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan mengingat satu sama lainnya bersifat

integral, komprehensif. Untuk mendapatkan gambaran pokok penelitian secara

keseluruhan dan bagaimana hubungan antara bab pertama dengan bab selanjutnya,

maka sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:

Bab pertama, bab ini merupakan pendahuluan yang akan mengantarkan

pada bab-bab berikutnya. Bab ini merupakan gambaran umum secara global dengan

memuat: Latar belakang, Batasan dan Rumusan masalah, Tujuan dan manfaat

penelitian, Tinjauan pustaka, Metode penelitian, dan Sistematika penulisan. Dalam

bab pertama ini tampak penggambaran isi skripsi secara keseluruhan namun dalam

satu kesatuan yang ringkas dan padat guna menjadi pedoman untuk bab-bab

selanjutnya.

Bab kedua, pada bab ini akan dibahas mengenai biografi Soekarno meliputi

perjalanan intelektual dan pemikiran-pemikirannya, serta karya-karyanya. Teori-

teori dalam bab ini digunakan untuk mengetahui faktor utama tentang lahirnya

Pancasila sebaai Dasar dan Ideologi bangsa.

Bab ketiga, pada bab ini akan membahas mengenai Perjuangan Menuju

Kemerdekaan, yang memuat BPUPKI dan sejarah penyusunan Ideologi Negara.

Pembahasan ini sangat diperlukan guna mengetahui proses pengesahan Pancasila

dalam sidang BPUPKI.

Bab keempat, dalam bab ini dikupas dan dianalisis dari data-data yang

terdapat dalam bab III dengan menggunakan kacamata dalam bab II, sehingga

Page 26: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

15

hasilnya akan mencerminkan dan sesuai dengan tema yang diangkat. Maka pada

bab ini, pertama akan menjelaskan mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara.

Bab kelima, merupakan bab penutup, sebagai bab terakhir dari keseluruhan

pembahasan sekaligus merupakan akhir dari proses penulisan skripsi. Bab ini berisi

tentang kesimpulan guna menjawab persoalan dari rumusan masalah, dan saran-

saran berupa masukan secara umum yang diajukan kepada pembaca terkait

Pancasila serta masukan untuk kebaikan dan kesempurnaan pada penelitian

selanjutnya.

Page 27: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

16

BAB II

BIOGRAFI SOEKARNO

A. Riwayat Hidup dan Perjalanan Intelektual Soekarno

Soekarno lahir di Lawan Seketeng Surabaya Jawa Timur pada tanggal 6 Juni

1901-21 Juni 1970.1 Semula nama Soekarno adalah Kusno Sosrodiharjo.2 Karena

Kusno masa kecilnya selalu sakit-sakitan, maka namanya diganti menjadi

Soekarno.3 Hal itu terlihat bahwa dulu ia sering terserang penyakit disentri dan

malaria. Oleh karenanya ayahnya berpikir untuk mengganti nama Kusno menjadi

Karno. Alasan ayahnya mengubah menjadi Karno di samping agar tidak sakit–

sakitan, adalah ayahnya sangat mengagumi sosok Karno, salah satu tokoh

pewayangan dalam cerita Mahabarata yang digambarkan sebagai pahlawan besar

dalam cerita klasik Hindu tersebut. Karno juga tokoh yang setia kawan, memilki

keyakinan yang kuat, berani dan sakti.4

Ayahnya Soekarno bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, putra dari Raden

Harjodikromo yang berasal dari Tulung Agung Kediri Jawa Timur. Raden Sukemi

orang Jawa dan bekerja sebagai mantri guru di Sekolah Rakyat di Singaraja, Bali.

Sedangkan kakeknya Soekarno merupakan orang yang sangat disegani dan

dihormati oleh masyarakat setempat karena kebaikan hatinya yang selalu menolong

sesama manusia. Raden Sukemi dilahirkan pada tahun 1869, beliau menerima

pendidikan Belanda di sekolah pendidikan guru (Kweek School) pertama di

1 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, Cet. 5 (Yoyakarta: Garasi,

2016), h. 13. 2 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 14. 3 Sudjatmiko Budiman, Soekarno Muda (Yogyakarta: Delokomotif, 2010), h. 1; dan lihat

Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 14. 4 Sudjatmiko Budiman, Soekarno Muda, h. 4.

Page 28: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

17

Probolinggo Jawa Timur, setelah menyelesaikan pendidikannya Raden Sukemi

bertemu dengan Ida Ayu Nyoman Rai. Raden Sukemi mengalami kesulitan untuk

melamar Ida Ayu Nyoman Rai, dikarenakan Raden Sukemi beragama Islam,

sehingga wajar bila pihak perempuan tidak menyetujui hubungan mereka berdua.

Untuk menikah secara Islam, Ida Ayu Nyoman Rai harus terlebih dahulu

menganut agama Islam, dengan jalan melarikan diri dan akhirnya mereka berdua

menikah secara Islam,5 setelah menikah Sukemi dan istrinya tetap tingal di

Singaraja Bali untuk sementara waktu sampai melahirkan seorang putri kakak

Soekarno yang bernama Sukarmini.

Ketika Sukarmini berusia dua tahun, lalu Raden Sukemi mengajukan

permohonan kepada Departemen Pengajaran untuk pindah ke Jawa, karena Raden

Sukemi merasa tidak disukai oleh orang Bali disebabkan adanya perbedaan agama

dan tradisi yang dianut orang Bali, akhirnya permohonan Raden Sukemi untuk

pindah dari Bali ke Jawa dikabulkan, kemudian Raden Sukemi dikirim ke Surabaya,

disanalah Soekarno dilahirkan.6

Ibunya Soekarno bernama Ida Ayu Nyoman Rai, wanita keturunan

bangsawan di Singaraja, Bali (berasal dari Kasta Brahma) asal Buleleng, Bali.

Darah biru mengalir di tubuh Soekarno, ayahnya keturunan sultan Kediri sedangkan

ibunya keponakan raja terakhir dari Singaraja.7 Kakeknya adalah seorang pejuang

yang gagah dan gugur dalam Perang Puputan, perang yang terjadi di daerah Puputan

di Pantai Utara Bali tempat Kerajaaan Singaraja melawan penjajah pada tahun 1596

5 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, terj Abdul Barsalim

(Jakarta: PT. Gunung Agung 1966), Cet. 1, h. 27-29 6 Jhon D. Legge. Sukarno Sebuah Biografi Politik. Terjemah tim PSH. (Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan. 1996). Cet ke-3, h. 28 7 Sudjatmiko Budiman, Soekarno Muda, h. 1; dan lihat Taufik Adi Susilo, Soekarno:

Biografi Singkat 1901-1970, h. 14.

Page 29: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

18

(Portugis) yang mengakibatkan timbul rasa benci yang mendalam dari keluarga ibu

Soekarno terhadap penjajah Belanda8

Menurut ibunya, kelahiran Soekarno di waktu Fajar memiliki makna

khusus. Kata Soekarno, ibunya pernah mengatakan: “Kelak engkau akan menjadi

orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena Ibu

melahirkanmu jam setengah 6 pagi di saat Fajar mulai menyingsing. Kita orang

Jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari

terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebi dahulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-

kali kau lupakan, nak, bahwa engkau ini putra dari sang Fajar.”9

Tanggal kelahiran Soekarno pun dipandangnya nasib baik. Dia

mengatakan: “Hari lahirku ditandai oleh angka serba 6, Tanggal 6, bulan 6.”

Pertanda lainnya adalah meletusnya gunung Kelud ketika dia lahir. Mengenai hal

ini, dia menyatakan: “Orang yang percaya kepada tahayyul, meramalkan, ‘ini

adalah penyambutan terhadap bayi Soekarno.” Selain itu, penggantian nama Kusna

menjadi Karno pun memberi satu mitos lagi dalam diri Soekarno kecil tentang

dirinya sebagai calon pejuang dan pahlawan bangsanya.10

Soekarno juga mengatakan bahwa ia lahir menjelang fajar pada 05.30 pagi,

dan inilah mengapa ia disebut “Putra Sang Fajar”. “Bersamaan dengan kelahiranku,

menyingsinglah fajar dari suatu hari yang baru dan menyingsing pulalah fajar dari

satu abad yang baru”, ujar Bung Karno.11

Pada masa kecilnya soekarno lebih berani dari teman-temannya sehingga

beliau dikenal sebagai jagoan muda, dalam setiap permainan beliau selalu ingin jadi

8 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 26. 9 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 14. 10 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 14-15. 11 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 52.

Page 30: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

19

pemimpin yang mengatur kegiatan bersama, selalu menjadi pusat perhatian teman-

temannya dan Soekarno digambarkan sebagai seorang anak yang tidak mau

mengaku kalah baik dalam permainan maupun dalam adu argumentasi, ini sudah

menjadi sifat yang menonjol setelah beliau menjadi pemimpin bangsanya di

kemudian hari.12

Soekarno hidup didalam lingkunan keluarga yang miskin, sehinga membuat

beliau lebih tertarik kaepada rakyat jelata dan ini diakuinya dalam bukunya Jhon

D. Legge, Sebuah Biografi Politik, dalam buku ini digambarkan bahwa beliau

membesar-besarkan kemiskinan dengan mengatakan bahwa sebagai seorang anak

miskin dari orang tua yang miskin.13

Menurutnya ayahnya hanyalah seorang guru kecil yang gajinya 25 golden

sebulan yang berarti 10 dolar AS, hal ini diucapkan pada sebuah pidato pada saat

beliau mengunjungi Amerika Serikat pada tahun 1956, disini memang ada sedikit

romantisme kemiskinan Soekarno adalah simbol kemiskinan rakyat Jawa pada

umumnya.14

Jika dibuat perbandingan, beliau tidaklah miskin, sebagai mantri guru yang

berarti kepala sekolah di Mojokerto, Sukemi tidak terlalu kekurangan oleh karena

itu, Soekarno bukanlah anak orang miskin dalam arti sebenarnya dan sejak lahir

beliau sudah banyak keadaan yang membedakan dengan orang lain.15

Suatu ketika nenek dari ayahnya meminta Soekarno kecil ke tempatnya

(Tulungagung) untuk sementara. Soekarno pun tinggal di Tulungagung bersama

12 Jhon D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik, h 29-30. 13 Jhon D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik, h 29-30. 14 Jhon D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik, h 29-30. 15 Jhon D. Legge, Soekarno Sebuah Biografi Politik, h. 29-30.

Page 31: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

20

kakeknya, Raden Hardjokromo. Sedangkan orangtuanya saat itu tinggal di

Mojokerto.16

Di Tulungagung ini Soekarno masuk sekolah desa “melayu”, yaitu di

saekolah Bumi Putra, dimana semua muridnya orang pribumi. Ketika Soekarno

duduk di kelas lima, Raden Soekemi mengemukakan maksudnya untuk

menyekolahkan anaknya ke sekolah yang lebih tinggi. Pendidikan di Bumi Putra

hanya sampai kelas lima. Untuk itu Sokarno harus disekolahkan ke sekolah

Belanda. Akan tetapi, Soekarno kecil menolak, bukan karena ia tidak mau sekolah,

tetapi karena pengalaman buruk yang pernah diterimanya dari anak-anak Belanda.17

Karena tidak ada pilihan, maka Soekarno akhirnya masuk ke sebuah sekolah

Belanda di Mojokerto, yaitu di sekolah Eerste Inlandsche School (EIS), tempat

dimana ayahnya mengajar. Kemudian bulan Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke

Europeesche Lagere School (ELS). Seharusnya ia berada di kelas enam di ELS,

tetapi karena bahasa Belandanya masih kurang, Soekarno ditempatkan di kelas

yang lebih rendah. Sebenarnya Soekarno adalah anak yang cerdas. Hanya karena

kekurangan di bidang bahasa saja sehingga ia turun kelas sedikit. Soekarno

sebenarnya merasa malu atas keputusan yang diberlalkukan oleh sekolah ELS ini,

kerena pada saat itu usianya sudah 14 tahun. Nanti dikira orang bahwa dirinya

bodoh sehingga tinggal kelas. Untuk menyiasati ini, maka ayahnya menyarankan

bahwa memberitahu bahwa umurnya baru 13.18

Agar seseorang dapat bersekolah di sekolah tinggi Belanda, ia harus melalui

sekeolah rendah Belanda lebih dahulu. Di sekolah ELS pada tahun 1915 ia berhasil

16 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 46. 17 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 47. 18 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 48.

Page 32: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

21

menempuh ujian Amtenar Rendah (Klein Ambtenaars Examen) yang memberinya

hak untuk memulai karier sebagai amtenar pemerintahan pribumi tingkat yang

paling rendah. Soekarno pun lulus ujian dan diterima di sekolah HBS (Hogere

Burger School) yang pada masa itu hanya memiliki siswa berkebangsaan Belanda

dan Indo-Eropa serta putra-putra dari lingkungan ningrat atas Jawa dan putra-putra

amtenar tinggi Jawa. Soekarno pun diberangkatkan ke Surabaya untuk melanjutkan

sekolah ke jenjang yang berikutnya, yaitu HBS. Soekarno dititipkan kos dirumah

sahabat ayahnya, Raden Haji Oemar Said (H.O.S) Tjokroaminoto. H.O.S

Tjokroaminoto adalah pemimpin politik di Jawa, sebagai ketua Sarekat Islam.

Rumah kosnya berada di Gang Peneleh 7, nomor 3, Surabaya.19

“Di sini Soekarno bisa belajar dari pengaruh Tjokroaminoto, baik bidang

politik maupun agama Islam. Dalam banyak literatur, Bung Karno selalu menyebut

nama Tjokroaminoto sebagai guru sekaligus pujaannya di kala muda. Di Surabaya

ini pula Soekarno ada kesempatan bisa bertemu dengan tokoh-tokoh Marxis

Indonesia seperti Musso, Alimin, Semaun, dan para tokoh radikal sosial, seperti

guru bahasa Jerman-nya di HBS, yaitu Coos Hartogh, Hen Sneevliet, dan Assers

Baars, semua anggota dari perkumpulan kecil yang sangat militan, yaitu

Perkumpulan Social-Demokrat Hindia (ISDV). Para Marxis Indonesia dan Belanda

ini yang mendesak Tjokroaminoto agar melepaskan arahnya yang moderet dan

menggantinya dengan memilih posisi yang militan, mempengaruhi Soekarno.

Maka, atas desakan Asser Baars pada 1917, ia memilih cara pendekatan sosial

internasional ketimbang cara nasionalisame sempit. Namun, ini tidak berlangsung

lama. Pada awal 1919, Soekarno membaca tulisan “San Min Chui” dari Sun Yat-

19 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 49.

Page 33: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

22

Sen, yang mengajukan gabungan nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme sebagai

resep untuk bentuk pemerintahan Asia yang baru.”20

“Di Surabaya, Soekarno aktif dalam kegiatan Tri Koro Dharmo, sebuah

organisasi pemuda di bawah naungan organisasi Budi Utomo. Pada tahun1918,

nama organisasi ini berganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). Selain itu,

Soekarno juga aktif menulis di harian Oetoesan Hindia yang dipimpin oleh

Tjokroaminoto.”21

“Pada 10 Juni 1921, ketika usia 20 tahun, Soekarno menyelesaikan studinya

di HBS (yang setara dengan SMA). Lalu Soekarno memenuhi permintaan

orangtuanya dan melanjutkan studinya di Sekolah Teknik Tinggi (sekarang disebut

ITB-Institut Teknologi Bandung) di Bandung. Nama Belandanya adalah

Technische Hooge School (THS). Ia mengambil jurusan Teknik Sipil Pada minggu

terakhir juni 1921, Soekarno tiba di kota Bandung. Bandung sejak dahulu terkenal

dengan kota pelajar.”22

“Di kota inilah Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara. Tjipto

Mangoenkoesoema, dan Dr. Douwes Dekker (Pemimpin National Indische Partji).

Dari sinilah Soekarno meraih gelar Insiyur (Ir), yang selalu dicantumkan di depan

namanya.”23

“Soekarno dinyatakan lulus ujian Insinyur pada 25 Mei 1926. Dalam Dies

Natalis ke-6 Technische Hooge School pada 3 juli 1926, ia diwisuda bersama 18

Insinyur (Ir) lainnya. Pada waktu itu Profesor Jacob Clay selaku ketua fakultas

menyatakan, “Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya tiga

20 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 51-52. 21 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 52. 22 Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 57. 23 Jonar T .H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 57.

Page 34: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

23

orang Insinyur orang Jawa.” Ketiga orang itu adalah Soekarno, Anwari, dan

Soetedjo. Sebenarnya dari kalangan pribumi jumlahnya menjadi 4 orang karena

wisudawan lainnya adalah Johannes Alexander Henricus Ondang dari Minahasa.”24

“Ternyata selama kuliah di Bandung inilah Soekarno kecantol dengan

seorang wanita yang sudah menjadi isteri orang lain. Wanita itu adalah ibu kosnya

sendiri, yang tidak lain adalah isteri dari bapak kostnya, yaitu Haji Sanusi, yang

pada akhirnya menjadi suami isteri.” 25

“Soekarno jatuh hati pada Inggit Garnasih, yang adalah isteri Haji Sanusi.

Haji Sanusi mengetahui serta mengerti dan memahami hubungan khusus antara

mereka. Pada akhirnya Haji Sanusi memilih cerai dengan Inggit Garnasih,

kemudian Soekarno menikahi Inggit tahun 1923, usia mereka terpaut jauh, 15 tahun

lebih tua dari Soekarno. Pernikahan ini berlangsung sampai 1943. Sejak itulah

pengorbanan Inggit pada kehidupan Soekarno luar biasa. Lebih dari seorang isteri,

hanya Inggit Garnasihlah yang merupakan tiga dalam satu diri: Ibu, kekasih, dan

kawan yang memberi tanpa menerima. Kekurangan Inggit hanyalah karena ia tak

mampu melahirkan anak bagi Soekarno.”26

B. Keterlibatan Pemikiran Soekarno dalam Berbagai Organisasi

Soekarno adalah sosok yang kreatif dan aktif. Sejak tinggal bersama di

rumah Tjokroaminoto, ia sering terlibat dalam berbagai kegiatan, khususnya

kegiatan organisasi Serikat Islam yang dipimpin Tjokroaminoto. Terkadang

Soekarno diminta untuk menggantikan Tjokroaminoto dalam berpidato. Mulai dari

sinilah dirinya diasah dalam bidang organisasi dan politik. Ia pun mulai aktif

24 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 57-58. 25 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 57-58. 26 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 62-64.

Page 35: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

24

menuliskan ide-ide segarnya di harian Oetoesan Hindia yang dipimpin oleh

Tjokroaminoto. Tulisannya diberbagai media dihimpun menjadi satu buku.

Himpunan yang dikenal dari tulisannya adalah Di bawah Bendera Revolusi, dan

membentuk organisasi pemuda, yang dikenal dengan Jong Java (Pemuda Jawa).

Perkumpulan ini dipelopori oleh para sahabatnya yang bersama-sama tinggal (kos)

di rumah Tjokroaminoto, yaitu Alimin, Musso, Darsono, Agus Salim, dan Abdul

Muis, dan ciri khasnya kumpulan Jong Java adalah dalam berpakaian, yaitu

memakai peci, kopiah beludru hitam, dan menurut kalangan inteligensia,

penampilan ini dianggap kampungan dan kalangan masyarakat yang lebih rendah.27

Selain dua organisasi tersebut di atas, Soekarno juga terlibat dengan

organisasi lainnya. “Gerakan nasionalis yang pertama di negeri ini adalah Boedi

Oetomo yang lahir pada 20 Mei 1908. Pergerakan ini dipimpin oleh Dokter

Soetomo di Jakarta. Lalu pada tahun 1912 lahirlah Sarekat Islam di Surabaya yang

dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto, Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Serikat

Islam kemudian pecah menjadi SI Merah dan SI Putih.”28

“Di Kota Bandung Soekarno bekerja sama dengan beberapa tokoh. Pada

tahun 1912, lahir pula gerakan politik yang sangat penting yaitu Indische Partij,

Pendiri Indische Partij, dibawah pimpinan Douwes Dekker (Dr. Setia Budi), R.M.

Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), Dr. Tjipto Mangunkoesoema.”29

yaitu dikenal dengan Tiga Serangkai penggagas yang memajukan bidang

pendidikan. Ki Hajar Dewantara dikenal dengan SekolahTaman Siswa yang

didirikannya. Sampai sekarang ini sekolah tersebut tetap eksis.”30

27 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 64-65. 28 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 60. 29 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 60. 30 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 66

Page 36: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

25

“Tidak lama kemudian, Soekarno terpengaruh oleh ketiga pendiri Indische

Partij, partai politik pribumi pertama yang menjunjung slogan, “Indonesia untuk

bangsa Indonesia.” Partai ini hanya hidup satu tahun dan pada tahun 1913 dilarang,

sedangkan ke Tiga Serangkai pendirinya dibuang ke negeri Belanda. Namun

sekembali dari negeri Belanda. Ki Hajar Dewantara dapat menarik minat

mahasiswa. Tujuan dari gagasan para tokoh ini adalah memberantas kebodohan dari

kalangan pemuda Indonesia.”31

“Soekarno juga terlibat dalam gerakan Perkumpulan Studi Umum di

Surabaya bersama seorang dokter Sutomo yang telah pulang dari studi di negeri

Belanda pada Juli tahun 1924. Soekarno terlibat sebagai Sekretaris 1, serta

menerbitkan majalah bulanan Indonesia Moeda.32

“Pada pertengahan 1926, Soekarno ikut mendirikan Klub Studi Umum,

Bandung. Menjadi Gerakan politik dan terbit artikelnya yang terkenal dengan

“Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.” dalam Suluh Indonesia

Muda.(diterbitkan ulang oleh penerbit Kreasi Wacana, Bantul, tahun 2012 dengan

judul yang sama)”33. “Semangat perjuangan melawan Belanda pula yang

mendorong Soekarno untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) di

Bandung pada 4 Juli 1927. Para pemimpin PNI pada waktu itu adalah Dr.

Tjiptomangkusumo, Mr. Sartono, Mr. Ishaq Tjokrohadisurjo, dan Mr. Sunario.”34

diterbitkan ulang oleh penerbit Kreasi Wacana, Bantul, tahun 2012 dengan judul

yang sama) yang menegaskan bahwa nyawa pergerakan rakyat Indonesia

mempunyai tiga sifat, yaitu Nasionalis, Islamistis, dan Marxistis. Soekarno

31 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 66-67. 32 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 66-67. 33 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 67 34 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 61.

Page 37: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

26

menyatakan, “Bukannya kita mengharap, yang nasionalis itu supaya berubah

paham jadi Islamis atau Marxis. Bukannya maksud kita menyuruh Marxis dan

Islamis itu berbalik menjadi Nasionalis, akan tetapi impian kita ialah kerukunan,

persatuan antara tiga golongan itu.”35

“Pada tahun 1914, sebuah organisasi berpaham kiri, yaitu Indische Sociaal

Democratische Vereeniging (ISDV) lahir di Semarang. Pimpinannya Sneevliet dan

Semaun. Pada 23 Mei 1920, ISDV berubah menjadi Partai Komunis Indonesia

(PKI) yang dipimpin oleh Semaun. Dalam perjuangannya melawan kolonialisme

Belanda. PKI mencetuskan pemberontakan di Banten, Jakarta, dan Yogyakarta

pada tahun 1926, dan di Sumatera Barat pada tahun 1927. Setelah pemberontakan

itu ditumpas oleh pemerintahan kolonial Belanda, maka ribuan pimpinan dan

anggota PKI ditangkap serta dibuang ke pengasingan di Tanah Merah (Digul).”36

Risalah ini ditulis akibat keprihatinan, Soekarno yang begitu terbebani

dalam dunia pendidikan, organisasi masyarakat (ormas), dan bidang politik. Ia

dikenal sebagai pemikir yang andal dan suka belajar dan belajar dalam memajukan

bangsa dan perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari para penjajah.

“Namun, hal itu juga yang menimbulkan ketidakpahaman sebagian besar

komponen bangsa Indonesia terhadap Soekarno. Kondisi ini ditambah usaha-usaha

kekuatan neo-kolonialisme dan neo-imperalisme internasional yang sudah lama

berobsesi akan mengganggu seluruh kerja besar Soekarno. Situasi itu bermuara

dalam peristiwa G 30 S pada tahun 1965 yang kemudian memantik runtuhnya

kekuasaan Soekarno.”37

35 Jonar T. H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 67. 36 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 60. 37 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 59.

Page 38: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

27

Begitu pula kisah De-Soekarnoisasi, “De-Soekarnoisasi adalah kebijakan

yang diambil oleh pemerintah Orde Baru di bawah Jendral Soeharto untuk

memperkecil peranan dan kehadiran Soekarno dalam sejarah dan dari ingatan

bangsa Indonesia. Langkah-langkah tersebut dilakukan antara lain dengan jalan

mengganti Soekarno yang diberikan pada berbagai tempat atau bangunan di

Indonesia. Misalnya, Stadion Gelora Bung Karno diubah menjadi Stadion Utama

Senayan, kota Soekarnopura (sebelumnya bernama Hollandia) diubah namanya

menjadi Jayapura, dan Puncak Soekarno diubah namanya menjadi Puncak Jaya.

Selain itu, pada saat Soekarno meninggal keinginannya untuk dikebumikan di

Istana Batu Tulis, Bogor tidak dipenuhi oleh Pemerintah. Sebaliknya, Soekarno

dikebumikan di Blitar, tempat tinggal kedua orang tua beserta kakaknya, Ibu

Wardojo.

Soekarno menyatakan pula bahwa: “Dan .... entah ini dimengerti orang atau

tidak .... saya mencintai sosialisme, oleh karena saya berTuhan dan menyembah

Tuhan. Saya mencintai sosialisme, oleh karena cinta kepada Islam. Saya mencintai

sosialisme dan berjuang untuk sosialisme itu, malahan sebagai salah satu ibadah

kepada Allah. Di dalam cita-cita-sosialku aku ini sosialis, di dalam cita-cita

sukmaku aku ini sama sekali theis. Sama sekali percaya kepada Tuhan, sama sekali

ingin mengabdi kepada Tuhan (Soekarno, 1963: 325). ”38

Soekarno adalah seorang muslim, bahkan di negara Timur Tengah dia

dikenal sebagai seorang tokoh Islam, sedangkan di Indonesia dia dikenal dengan

sang tokoh nasionalis, dalam pemikirannya Soekarno menekankan nilai-nilai yang

sangat esensial yang menjadi dasar filosofi bangsa Indonesia, yang menjadi jati diri

38 Redaksi Great Publisher, Buku Pintar Politik: Sejarah, Pemerintahan, dan

Ketatanegaraan, Cet. 1 (Yogyakarta: Jogja Great Publisher, 2009), h. 118.

Page 39: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

28

bangsa Indonesia. Nilai-nilai inilah yang diperjoangkan agar menjelma dalam diri

manusia Indonesia dan menjadi kepribadian bangsa Indonesia.

Namun Soekarno bukan tokoh yang menganut faham nasionalisme yang

chauvinistik, (nasionalisme yang sempit) melainkan juga internasionalisme ( yang

melampaui batas-batas nasional) dengan tetap memegang teguh nilai-nilai filosofi

bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Bahkan Pancasila itu sendiri karena keluhuran

nilai-nilai yang dikandungnya dikampanyekan di forum sidang umum PBB. Inilah

salah satu perjuangan Soekarno dalam pemikirannya mengenalkan Dasar dan

Ideologi bangsa Indonesia kepada dunia, “Untuk itu dia menjalankan strategi global

guna melakukan perubahan dunia menuju keadilan sosial, kemerdekaan bangsa,

dan tata dunia baru sehingga dia menjadikan dirinya sebagai anak zaman dan ikut

mengarahkan jalannya sejarah kemanusiaan.”39

Soekarno menjadi pemimpin besar pada kebangkitan bangsa, sejak

kemunculan di berbagai gerakan nasional dalam melawan para penjajah yang ada

di Indonesia, melalui ide-ide pemikirannya. Karena kebangkitan bangsa adalah

merupakan cita-cita Soekarno dalam perjalanan hidupnya.

“Selama mengabdi pada republik, Soekarno sudah memformulasikan

pikiran-pikiran yang cerdas. Pikiran-pikiran itu lalu menjadi kesaksian sejarah

perjalanan kemanusiaan. Pikiran Soekarno yang meluncur melalui tulisan, ucapan,

dan tindakan itulah yang kemudian dalam pidato tanggal 17 Agustus 1965

disebutnya sebagai ajaran Soekarno. Soekarno membakukan pidato itu denan

formulasi Panca Azimat Revolusi. Kelima formulasi itu adalah:

39 Taufik Adi Susilo, Soekarno: Biografi Singkat 1901-1970, h. 59.

Page 40: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

29

1. Naskom (Nasionalisme, Agama dan Komunis). Soekarno sudah meyakini

konvergensi ketiga pemikiran tersebut dalam Nasionalisme, Islam dan

Marxisme (1926).

2. Pancasila (1945).

3. Manipol/USDEK (1959).

4. Trisakti (berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan

kepribadian di bidang kebudayaan) tahun (1964).

5. Berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri (1965).

Kelima tonggak Panca Azimat Revolusi merupakan kesaksian sejarah

kemanusiaan karena berisi amanat penderitaan rakyat di seluruh dunia. Ajaran

Panca Azimat Revolusi seluruhnya berisi membangun kemerdekaan bangsa-

bangsa, sosialisme perdamaian dunia yang adil dan beradab. Itulah yang

menyebabkan Soekarno dengan seluruh ajarannya yang tersimpul dalam Panca

Azimat Revolusi tidak pernah basi.”40

Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki kepulauan, adat

istiadat, agama, budaya dan bahasa. Dari kesemuanya ini, penduduk yang terbesar

beragama Islam baik di dalam maupun di luar negeri. Sistem demokrasi dan

beragamnya agama di Indonesia dalam ketatanegaraan menjadikan artikulsi dan

ekspresi umat Islam Indonesia hingga memiliki karakter yang berbeda-beda. Di saat

bersentuhan dengan khazanah peradaban bercorak dan beragam, Islam di masing-

masing tempat membentuk karakter baru sesuai dengan sistem tata nilai daerah

40 Taufik Adi Susilo, Soekarno Biografi Singkat 1901-1970, h. 61-62.

Page 41: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

30

yang bersangkutan, diantaranya seperti karakter yang dimiliki oleh kelompok

radikal41.

Adapun penyebab tumbuhnya Radikalisme semakin marak di Indonesia

adalah sebagai berikut:

1. Doktrin agama yang sangat kaku dengan kembali ke masa klasik yakni Islam

secara kaffah. Sikap liberal yang memahami teks bersesuaian sama dengan

perilaku nabi, membuat Islam sebagai agama kontekstual.

2. Penguasa yang memarginalkan Islam justru mempersubur radikalisme.

3. Masyarakat yang mengalami sekuralisasi, dedikasi moral, dan krisis

kepemimpinan, sehingga memantapkan niat bahwa solusi dari problem tersebut

adalah Islam.

Radikalisme yang tumbuh di kalangan Muslim adalah efek domino dari

kebrobokan sistem sosial masyarakat yang tidak lagi mengindahkan peraturan

agama sehingga Indonesia harus menjadi negara Islam. Kesemuanya yang

disebutkan di atas adalah faktor timbulnya radikalisme di Indonesia yang

diinterprestasikan oleh ormas, bahkan oleh partai Islam yang ada di Indonesia,

karena pemahaman mereka yang salah terhadap pancasila. Dan Soekarno sendiri

menempatkan agama sebagai kekuatan revolusioner untuk mendukung

nasionalisme yang dikembangkan di Indonesia.

41 Radikal berarti sama sekali, besar-besaran dan menyeluruh, keras, kokoh, maju, dan tajam

(dalam berfikir). Sedangkan radikalisme adalah faham politik kenegaraan yang menghendaki

adanya perubahan dan perombakan besar sebagai jalan untuk mecapai taraf kemajuan. Berdasarkan

kamus ilmiah tersebut dapat diketahui bahwa makna radikal memiliki konotasi yang positif yaitu

menyeluruh, kokoh, maju, dan tajam dalam berfikir, dan memiliki makna yang negatif yaitu keras.

Terlepas dari aneka ragam makna radikal tersebut, makna islam radikal ini memiliki konotasi yang

negatif yaitu sebagai islam keras atau ekstrim tidak menerima Pancasila. Lihat Windy Novia, Kamus

Ilmiah Populer, Cet. 1 (T.tp.: Wipress, 2009), h. 400.

Page 42: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

31

Di malam sebelum Bung Karno akan berbicara di Badan Penyelidik, ia pergi

ke luar rumah, kemudian memandangi bintang-bintang di langit. Ia kagum pada

ciptaan yang sempurna itu, dan meratap pelan-pelan. Bung Karno menyampaikan

kepada Tuhan: ”Aku menangis karena besok aku akan menghadapi saat bersejarah

dalam hidupku. Dan aku memerlukan bantuan-Mu. Aku tahu, pemikiran yang akan

kusampaikan bukanlah milikku. Engkaulah yang membukakannya kepadaku.

Hanya Engkaulah yang Maha Pencipta. Engkaulah yang selalu memberi petunjuk

pada setiap nafas hidupku. Ya Allah, berikan kembali petunjuk serta ilham-Mu

kepadaku.”42

Kehidupan Soekarno tidak lepas dengan perjuangan sejarah bangsa

Indonesia yang sangat panjang untuk mewujudkan Indonesia Merdeka, sementara

itu Penulis lebih banyak mengamati serta menilai dari aspek manusiawi (human

interest) seorang pejuang nasional yang tidak saja membebaskan bangsanya dari

penjajah, selain perjuangan fisik, Soekarno secara gigih mampu membangun

patriotisme sebagai pondasi kemerdekaan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi

banyak manusia baik dari dalam negeri maupun diluar negeri.

Meskipun terdapat juga narasi yang disampaikan dengan penuh empati dan

ada pula yang sinis atau menyindir. Keragaman ini menunjukkan bahwa pandangan

masyarakat terhadap sang proklamator tidaklah monoton. Kehidupannya sarat

dengan makna dan bernuasa politik, walaupun seluruh daya dan upaya dicurahkan

untuk membangun kekuatan nasional dan internasional dalam rangka memutuskan

garis hidup kolonialisme (penjajahan), neo-kolonialisme dan neo-imperalisme serta

kapitalisme, feodalisme ( kekuasaan yang absolut) yang berusaha mempertahankan

42 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 519.

Page 43: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

32

cengkraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi jasad sebagai sang

tokoh nomor satu dalam memproklamirkan kemerdekaan terungkap pula sebagai

manusia yang mempunyai sisi kelemahan dalam kehidupan.

C. Karya-Karya Soekarno

Adapun pemikiran-pemikiran Soekarno dituangkan dalam karya-karyanya,

antara lain:

1. Pancasila Dan Perdamaian Dunia

2. Kepada Bangsaku

3. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat

4. Pancasila Sebagai Dasar Negara

5. Bung Karno Tentang Marhaen Dan Proletar

6. Negara Nasional Dan Cita-cita Islam: Kuliah Umum Presiden Soekarno

7. Mencapai Indonesia Merdeka

8. Lahirnya Pancasila

9. Indonesia Menggugat: Pidato Pembelaan Bun Karno Di depan Pengadilan

Kolonial

10. Sarinah: Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia

11. Indonesia Merdeka

12. Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1

13. Di Bawah Bendera Revolusi Jilid II

14. Amanat Penegasan Presiden Soekarno Di depan Sidang Istimewa Depernas

15. Camkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara

16. Komando Presiden/Pemimpin Besar Revolusi

17. Wejangan Revolusi

Page 44: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

33

18. Capailah Bintang-bintang Di Langit

19. Panca Azimat Revolusi.

Selanjutnya, usulan Para Tokoh termasuk Soekarno dalam pemikiran

mereka mengenai Dasar Negara yang sangat penting secara fundamental serta

sejarah penyusunan Ideologi Negara akan diuraikan pada Bab berikutnya.

Page 45: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

34

BAB III

PERJUANGAN MENUJU KEMERDEKAAN

A. Pengantar

Di dalam mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka, maka sewajarnya

panitia Kemerdekaan beserta seluruh anggotanya harus mempersiapkan serta

menuangkan inspirasi serta pemikiran secara lahir dan batin demi sebuah bangsa

yang besar haruslah dengan perjuangan dan pengorbanan.

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme melalui proses dan

tahapan perjuangan sejarah yang sangat panjang. Selain perjuangan fisik, bangsa

Indonesia secara gigih mampu membangun pondasi Kemerdekaan dengan

merumuskan Dasar dan Ideologi Negara melalui persiapan-persiapan yang

dilakukan oleh para tokoh-tokoh bangsa dengan wadah BPUPKI (Badan Penyelidik

Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

B. BPUPKI

BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

pada 1 maret 19451, yang pada awal mulanya dibentuk oleh Pemerintahan Jepang

di Jawa melalui Saiko Syikikan Kumakici Harada2, untuk mengumumkan secara

resmi berdirinya BPUPKI (dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai3)

yang berjumlah 76 anggota:

1 Bahara R. Hutagalung, Serangan Umum I Maret 1949: Dalam Kodeidoskop Sejarah

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, Cet. 1 (Yogyakarta: LKiS, 2010), h. 57. 2 Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia; Penelitian Pancasila dengan Pendekatan

Historis, Filosofis dan Sosio-Yuridis Kenegaraan, Cet. 9 (Yogyakarta: Kanisius, 2009), . 43. 3 Sugiharsono, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 141.

Page 46: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

35

1. Abdoel Kaffar

2. Abdul Kahar Moezakir

3. Agoes Moechsin Dasaad

4. AR. Baswedan

5. Bandoro Pangeran Hario Poeroebojo

6. Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Soejohamidjojo

7. Bendoro Pangeran Hario Bintoro

8. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Wedyodiningrat

9. Dr. Raden Boentaran Martoatmojo

10. Dr. Raden oleiman Effendi Koesoemaatmadja

11. Dr. Samsi Sastrawidagda

12. Dr. Soekiman Wirjosandjojo

13. Drs. Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat

14. Drs. Mohammad Hatta

15. Haji A.A., Sanoesi

16. Haji Abdoel Wahid Hasjim

17. Haji Agoes Salim

18. Ir. Pangeran Mohammad Noor

19. Ir. Raden Ashar Soetedjo Moenandar

20. Ir. Raden Mas Panji Tjokroardisoerjo

21. Ir. Raden Roeseno Soerjohadikoesoemo

22. Ir. Soekarno

23. K.H. Abdul Halim (Mohammad Sjatari)

24. Kanjeng Raden Mas Toemenggoeng Ario Woerjaningrat

Page 47: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

36

25. Ki Bagoes Hadikusuma

26. Ki Hajar Dewantara

27. Kiai Haji Abdul Fatah Hasan

28. Kiai Haji Mas Mansoer

29. Kiai Haji Masjkoer

30. Liem Koen Hian

31. Mas Aris

32. Mas Soetarjo Kartohadikoesoemo

33. Mr. A.A. Maramis

34. Mr. Kanjeng Raden Mas Toemenggoeng Wongsonagoro

35. Mr. Mas Besar Martokoesoemo

36. Mr. Mas Soesanto Tirtoprodjo

37. Mr. Muhammad Yamin

38. Mr. Raden Ahmad Soebarjo

39. Mr. Raden Hindromartono

40. Mr. Raden Mas Sartono

41. Mr. Raden Panji Singgih

42. Mr. Raden Sjamsoedin

43. Mr. Raden Soewandi

44. Mr. Raden Sastromoeljono

45. Mr. Johanes Latuharhary

46. Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah Santoso

47. Ny. Raden Ngenten Siti Soekaptinah Soenarjo Mangoenpoespito

48. Oey Tiang Tjoei

Page 48: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

37

49. Oey Tjong Hauw

50. P.F. Dahler

51. Parada Harahap

52. Prof. Dr. Mr. Raden Soepomo

53. Prof. Dr. Pangeran Ario Husein Djajadiningrat

54. Prof. Dr. Raden Djenal Asikin Widjaja Koesoema

55. Abdul Raden Kadir

56. Raden Abdoelrahim Pratalykrama

57. Raden Abikoesno Tjokrosoejoso

58. Raden Adipati Ario Poerbonegoro Soemitro Kolopaking

59. Raden Adipati Wiranatakoesoema

60. Raden Asikin Natanegara

61. Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo

62. Raden Mas Toemenggoeng Ario Soerjo

63. Raden Oto Iskandardinata

64. Raden Pandji Soeroso

65. Raden Roeslan Wongsokoesoemo

66. Raden Soedirman

67. Raden Soekardjo Wirjopranoto

68. Tan Eng Hoa

69. Ichibangase Yosio

70. Matuura Mitukiyo

71. Miyano Syoozoo

72. Tanaka Minoru

Page 49: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

38

73. Tokonami Tozuki

74. Itagaki Masumitu

75. Toyohiko Masuda

76. Konsep Teitiroo.4

C. Sejarah Penyusunan Ideologi Negara

Dalam penyampaian BPUPKI menggelar sidang sebanyak dua kali. Sidang

pertama dibuka pada tanggal 29 Mei dan 31 Mei serta 1 Juni 1945, di gedung Cou

Sangi In (sekarang menjadi Departemen Luar Negeri). Sidang pertama

“Menetapkan Dasar Negara Pancasila”5 membutuhkan waktu selama 4 hari. Sidang

yang pertama ini terdapat 32 orang anggota BPUPKI yang berbicara, yaitu 11 orang

pada tanggal 29 Mei, 10 orang pada tanggal 30 Mei dan 6 orang pada tanggal 31

Mei, serta 5 orang pada tanggal 1 Juni 1948.

Pada tanggal 14 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima oleh BPUPKI sebagai

Pembukaan dan Rancangan Undang-Undang Dasar 1945.6 Dan pada tanggal 7

Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan oleh Pemerintah Penduduk Jepang, sebagai

gantinya Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan

4 Saafroedin Bahar, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kebebasan

Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kebebasan Indonesia (PPKI) 29 Mei 1945 – 19 Agustus

1945, Edisi II, Cetakan 4 (Jakarta: Sekretariat Negara RI, 1993), h. 327.

Ketua adalah Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Wakil-wakil ketua, yakni Icibangase yang

sekaligus sebagai ketua Badan Perundingan dan R.P. Suroso yang sekaligus sebagai kepala

sekretariat.Sebagai kepala sekretariat, R.P. Suroso dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. AG. Pringgodigdo. Lihat Suparman, Pancasila, Cet. 1 (Jakarta: Persero, 2012), h. 23; dan lihat

Sugiharsono, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial, h. 141. 5 Dalam sidang BPUPKI I, para pemimpin yang hadir menyumbangkan buah pikirannya,

baik lisan maupun tertulis, seperti Ir. Soekarno (1 Juni 1945), Drs. Mohammad Hatta, Mr. Supomo

(31 Mei 1945), dan Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945). Lihat M. Junaidi Al-Anshori, Sejarah Nasional

Indonesia: Masa Prasejarah Masa Proklamasi Kemerdekaan, Cet. 3 (Jakarta: Mitra Askara

Panaitan, 2010), h. 125-126. 6 Adam Muhshi, Teologi Konstitusi: Hukum Hak Asasi Manusia atas Kebebasan

Beragama, Cet. 1 (Yogyakarta: Pelangi Askara, 2015), h. 68.

Page 50: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

39

ditunjuklah Ir. Soekarno sebagai ketua dan wakilnya Drs. Mohammad Hatta.7 Pada

awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra,

2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1

orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa), dan selanjutnya ada anggota

tambahan tanpa sepengetahuan Jepang sebanyak 6 orang. Jadi total anggota

sebanyak 27 orang, adapun susunan anggota PPKI adalah sebagai berikut:

1. Anang Abdul Hamidhan

2. Andi Pangeran Pettarani

3. Bandoro Pangeran Hario Poeroebojo

4. Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Soerjohamidjojo

5. Dr. G.S.S.J. Ratulangie

6. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Rajiman Wedyodiningrat

7. Dr. M. Amir

8. Drs. Mohammad Hatta

9. Drs. Yap Tjwan Bing

10. Haji Abdoel Wachid Hasjim

11. Hadji Teuku Moehammad Hasan

12. Ir. Soekarno

13. Ki Bagoes Hadikoesoemo

14. Ki Hajar Dewantara

7 Dalam sidang baik BPUPKI maupun PPKI tidak terlepas dari perbedaan pendapat para

anggotanya. Berikut ini adalah bagian-bagian perbedaan yang muncul pada dalam sidang-sidang

BPUPKI dan PPKI. (1) Rumusan Dasar Negara, (2) Mukadimah dan batang tubuh UUD 1945, (3)

Bentuk Negara, (4) Wilayah Negara, (5) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, (6) Kementrian

serta masalah pembagian daerah. Lihat Parwoto, Seri IPS Sejarah 2, Cet. 1 (T.t.; Yudhistira, 2007),

h. 90. Dan lihat St. Sularto dan D. Rini Yunarti, Konflik Di Balik Proklamasi; BPUPKI, PPKI dan

Kemerdekaan (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), h .xviii.

Page 51: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

40

15. Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo

16. Mr. Abdul Abbas

17. Mr. I Gusti Ketut Pudja

18. Mr. Raden Ahmad Soebardjo

19. Mr. Raden Iwa Koesoema Soemantri

20. Mr. Raden Kasman Singodimedjo

21. Mr. Johanes Latuharhary

22. Mohammad Ibnu Sayuti Melik

23. Prof. Dr. Mr. Raden Soepomo

24. Raden Abdul Kadir

25. Raden Adipati Wirantakoesoema

26. Raden Oto Iskandardinata

27. Raden Pandji Soeroso

Kembali ke sidang BPUPKI yang pertama, berikut para tokoh atau anggota

BPUPKI pada sidang pertama dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 yang hadir untuk

menyampaikan atau menyumbangkan pikirannya tentang Dasar Negara, antara lain:

1. Muhammad Yamin;

2. Soepomo;

3. Mohammad Hatta;

4. Ki Bagus Hadikoesoemo; dan

5. Soekarno.

Berikut usulan-usulan para tokoh atau anggota BPUPKI 1945:

Page 52: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

41

1. Usulan Pancasila Muhammad Yamin

Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin berpidato, dan ditulis secara

sistematis dengan judul Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia,

Muhammad Yamin mengemukakan lima dasar sbb.:

a. Peri Kebangsaan, yang artinya negara kebangsaan Indonesia yang sesuai

dengan peradaban bangsa Indonesia dan menurut susunan kekeluargaan

yang didasarkan pada kebangsaan dan Ketuhanan. (Muhammad Yamin,

1959: 89-90).

b. Peri Kemanusiaan, yang diartikan kedaulatan rakyat Indonesia dan

Indonesia merdeka berdasarkan peri kemanusiaan yang universal. Dengan

demikian, kemanusiaan ini mengandung arti humanisme dan

internasionalisme semua bangsa. Maka menurut dia, dasar perikemanusiaan

ini adalah dasar universalisme dalam hukum internasional dan peraturan

kesusilaan segala bangsa dan negara mereka. (Muhammad Yamin, 1959:

93-94).

c. Peri Ketuhanan, dengan penjelasan bahwa bangsa Indonesia yang akan

bernegara merdeka itu ialah bangsa yang berperadaban luhur, dan

peradabannya itu mempunyai Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikia, dia

mengatakan bangsa Indonesia insyaf, bahwa negara kesejahteraan

Indonesia merdeka ber-Ketuhanan, dan Tuhan akan melindungi Negara

Indonesia Merdeka. (Muhammad, 1959: 94).

d. Peri Kerakyatan, dalam peri kerakyatan ini mengandung (a)

permusyawaratan yang sesuai dengan peradaban asli Indonesia dan surat

Page 53: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

42

Asyura ayat 38 dari al-Qur’an; (b) perwakilan yang menjadi dasar desa,

negeri, dusun, marga, dll. Di seluruh Indonesia; dan (c) kebijaksanaan yang

dimaksud hikmat kebijaksanaan yang menjadi pimpinan kerakyatan

Indonesia ialah rasionalisme yan sehat, karena telah melepaskan diri dari

anarki, liberalisme, dan semangat penjajahan. (Muhammad Yamin, 1959:

103)

e. Kesejahteraan Rakyat atau Keadilan Sosial, dalam pidato itu

Muhammad Yamin tidak menyebut istilah Pancasila seperti halnya

Soekarno, meskipun secara sistematis dia menguraikan pancasila sila-sila

itu satu persatu secara rinci dan panjang lebar. Lagipula tidak ada catatan

reaksi hadirin seperti terhadap pidato Soekarno, bahkan dalam menguraikan

sila kesejahteraan Muhammad Yamin mendapat teguran ketua sidang yang

pada luar dari konteks dasar negara Indonesia merdeka.8

2. Usulan Pancasila Soepomo

Dua hari kemudian—dari 29 Mei 1945—, sidang tentang dasar Indonesia

merdeka dilanjutkan kembali. Soepomo yang mendapat kesempatan berpidato pada

31 Mei 1945. Soal yang dibicarakan ialah syarat-syarat mutlak dari suatu negara

“Bagaimana akan dasar-dasarnya Negara Indonesia Merdeka”.9

Soepomo menyebutkan bahwa syarat-syarat mutlak untuk mengadakan

negara dipandang dari sudut hukum dari sudut formeel (jurisprudence), yaitu harus

ada daerah (territory), rakyat, dan harus ada pemerintah yang daulat (souverein)

8 Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, h. 50-51. 9 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, Cet. 1 (Yogyakarta: Media Pressindo,

2006), h. 50.

Page 54: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

43

menurut hukum internasional. Akan tetapi, syarat-syarat mutlak ini tidak mengenai

dasar kemerdekaan dari negara dalam arti sosiologi dan arti politik. Juga suatu

syarat mutlak yang telah dibicarakan dalam sidang ini ialah tentang pembelaan

tanah air.

Soepomo lalu menyebut pembelaan tanah air jadi syarat mutlak sebuah

negara merdeka. Syarat Mutlak yang Pertama, tentang daerah. “Pada dasarnya

Indonesia, yang harus meliputi Batas-batas Hindia-Belanda”.Akan tetapi jikalau,

misalnya daerah Indonesia yang lain, umpamanya negeri Malaka, Borneo Utara

hendak ingin juga masuk lingkungan Indonesia, hal itu kami tidak keberatan.

Sudah tentu itu bukan kita saja yang akan menentukan, akan tetapi juga pihak

saudara-saudara yang Malaka dan Borneo Utara.10

Syarat mutlak yang kedua, Hal rakyat sebagai warga negara. Pada dasarnya

ialah sebagai warga negara yang mempunyai kebangsaan Indonesia, dengan

sendirinya bangsa Indonesia asli. Bangsa peranakan, Tionghoa, India, Arab, yang

telah turun-temurun tinggal di Indonesia, harus diterima sebagai warga Negara

dengan diberi kebangsaan Indonesia (Nasionaliteit Indonesia). Yang penting juga

kita harus menjaga supaya tidak ada “dubbele onderdaanschap” dan menjaga

jangan ada “staatloosheid”. Hal yang sebagian tergantung juga dari sistem

Undang-Undang dari Negara lain-lain. Sebagai pokok dasar kewarganegaraan

indonesia ialah ius sangguinis (prinsip keturunan) dan ius soli (prinsip teritorial).11

Syarat Mutlak yang ketiga, ialah pemerintah daulat menurut hukum

Internasional. Lalu beliau menyampaikan gagasannya tentang dasar sistem

pemerintahan Indonesia. Dasar sistem pemerintahan itu bergantung kepada

10 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 51. 11 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 52.

Page 55: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

44

staatside kepada “begrip” (pengertian-red) “staat” (negara) yang hendak kita

dipakai untuk pembangunan Negara Indonesia. Dasar tersebut adalah: Pertama,

apakah Indonesia akan berdiri sebagai persatuan bangsa (eenheidsstaat) atau

negara serikat (bondstaat) atau sebagai persekutuan negara (statenbond).12

Kedua, dipersoalkan hubungan antar Negara dan agama. Ketiga, apakah

republik atau monarki.13

Menurut Soepomo, dalam ilmu Negara, kita mendapati beberapa teori,

beberapa aliran pikiran tentang Negara, antara lain:

a. Ada suatu aliran pikiran yang menyatakan bahwa negara itu terdiri atas dasar

teori perseorangan, teori individualistis. Sebagaimana diajarkan oleh Thomas

Hobbes dan John Locke (Abad ke-17), Jean Jacques Rousseau (Abad ke-18),

Herbert Spencer (Abad ke-19), H.J. Laski (Abad ke-20). Menurut aliran ini

negara ialah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak antara

seluruh seseorang dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Aliran ini terdapat di

Eropa Barat dan di Amerika.14 Inilah yang dinamakan Negara Liberalis.15

b. Aliran tentang Negara ialah teori (golongan). Dari negara kelas teori (class

theory) sebagai yang diajarkan oleh Marx, Engels, dan Lenin. Maksudnya

Negara dianggap sebagai alat dari suatu golongan atau (suatu classe) untuk

menindas classe lain (negara yan kuat ekonominya menindas negara yang

ekonominya lemah), inilah yang dinamakan Negara Kapitalis.16

12 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 52. 13 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 53. 14 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 54. 15 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 56. 16 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 54.

Page 56: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

45

c. Aliran pikiran negara yang berteori intergralistik yang diajarkan oleh Spinoza,

Adam Muller, Hegel dan lain-lain (Abad ke 18 dan 19). Maksudnya, negara

tidak untuk menjamin dan tidak memihak kepentingan seseorang atau

golongan, akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai

persatuan (yang terpenting dalam negara yan berdasar aliran pikiran integral

ialah penghidupan bangsa seluruhnya).17

Oleh karena itu, merurut Soepomo, politik pembangunan negara Indonesia

harus sesuai dengan “sociale structuur” masyarakat Indonesia.18 Dan menanggapi

hal-hal di atas, Soepomo menegaskan bahwa Indonesia harus berdasarkan pada

negara yang integralistik. Jika kita hendak mendirikan negara Indonesia yang sesuai

dengan keistimewaan sifat corak masyarakat Indonesia, maka negara kita harus

berdasar atas (aliran pikiran staatsidee dan negara yang integralistik), negara yang

teratur, persatuan dengan seluruh rakyatnya yang tersusun, yang mengatasi seluruh

golongan-golongannya dalam lapangan apapun, maka tidak akan ada dualisme

staat and individu, tidak ada pertentangan antara susunan staat dan susunan hukum

individu, tidak akan ada dualisme staat and staatsfreie gesellschaft, tidak akan

membutuhkan jaminan grand und freiheitsfrechte dari individu contra staat.19

Secara terperinci Soepomo menajukan Dasar Negara yang dipakai untuk

membangun bangsa Indonesia yang diajukan oleh Soepomo ialah :

a. Persatuan

Menurut Soepomo, Negara Jerman adalah Nasional Sosialis. Negara itu

berdasar atas aliran pikiran negara totaliter, das Ganze der politischen Einheit des

17 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 54-55. 18 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 56. 19 Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 61.

Page 57: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

46

Volkes (integrate theory). Prinsip “pimpinan” (fuhrung) sebagai kernbegriff (ein

totaler fiihrerstaat) dan sebagai prinsip yang dipakainya juga ialah persamaan

darah dan persamaan daerah (blut and boden theorie) antara pimpinan dan rakyat.

Dari aliran pikiran nasional sosialis ialah prinsip persatuan antara pimpinan dan

rakyat dan prinsip persatuan dalam negara seluruhnya cocok dengan aliran pikiran

ketimuran.20

Soepomo meninjau Negara Asia adalah Negara Dai Nippon. Negara Dai

Nippon berdasar atas persatuan lahir dan batin yang kekal antara Yang Maha Mulia

Tennoo Heika, negara dan rakyat Nippon seluruhnya. Tenno adalah pusat rohani

dan seluruh rakyat. Negara atas dasar kekeluargaan. Keluarga Tennoo yang

dinamakan “Koshitu” ialah keluarga yang terutama. Dasar persatuan dan

kekeluargaan ini sangat sesuai pula dengan corak masyarakat Indonesia.21

b. Kekeluargaan

Soepomo berkata bahwa dalam suasana persatuan antara rakyat dan

pemimpinnya, anatara golongan-golongan rakyat satu sama lain, segala golongan

diliputi semangat gotong-royong. Dan gotong-royong tumbuh sebab adanya rasa

kekeluargaan antara rakyat dan pemimpin.22 Oleh karena itu, dasar ini sangat cocok

dengan sifat bangsa Indonesia.

c. Keseimbangan Lahir dan Batin

Menurut Soepomo, struktur sosial yang asli tidak lain ialah ciptaan

kebudayaan Indonesia, ialah buat aliran pikiran atau semangat kebatinan bangsa

Indonesia. Dengan semangat kebatinan, struktur kerohaniaan dari bangsa Indonesia

20 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 57-58. 21 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 58. 22 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 60.

Page 58: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

47

bersifat dan bercita-cita persatuan hidup, persatuan kawulo gusti, yaitu persatuan

antara dunia luar dan dunia batin, antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara

rakyat dengan pimpinan-pimpinannya. segala-galanya ditujukan kepada

keseimbangan lahir dan batin. Inilah ide totaliter, ide intregalistik dari bangsa

Indonesia yang berwujud juga dalam susunan tata negaranya yang asli.23

d. Musyawarah

Soepomo menyatakan bahwa kepala desa, atau kepala rakyat wajib

menyelenggarakan keinsafan keadilan rakyat, harus senantiasa memberi bentuk

(gestaltung) kepada rasa keadilan dan cita-cita rakyat. Oleh karena itu, kepala

rakyat “memegang adat” senantiasa memperhatikan segala gerakk-gerik dalam

masyarakatnya. Dan untuk maksud itu, senantiasa bermusyawarah dengan

rakyatnya atau dengan kepala-kepala keluarga dalam desanya supaya pertalian

batin antara pemimpin dan rakyat seluruhnya senantiasa terpelihara.24 Dasar

musyawarah ini sangat cocok untuk masyarakat Indonesia.

e. Keadilan rakyat

Soepomo berkata, atas dasar totaliter dari negara kebangsaan yang bersatu

dan atas dasar pengertian negara sebagai persatuan bangsa Indonesia yang tersusun

atas sistem hukum yang bersifat integralistik tadi, di mana negara akan berwujud

dan bertindak sebagai penyelenggara keinsafan keadilan rakyat seluruhnya, maka

kita akan dapat melaksanakan negara Indonesia yang bersatu dan adil, seperti sudah

termuat dalam panca darma, pasal dua, yang berbunyi, “Kita mendirikan negara

Indonesia, yang (makmur, bersatu, berdaulat) adil.” Maka, negara hanya bisa adil,

jikalau negara itu menyelenggarakan rasa keadilan rakyat dan menuntun rakyat

23 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 58-59. 24 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 59-60.

Page 59: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

48

kepada cita-cita yang luhur, menurut aliran zaman.25 Oleh karena itu, prinsip

keadilan rakyat sangat penting untuk menjadi dasar negara Indonesia.

Dari hasil pidato Soepomo saat itu tiada satupun hadirin yang hadir

menginterupsi, begitu juga dalam risalah sidang BPUPKI, tiada tertulis adanya

tepuk tangan riuh dari para anggota sidang.

3. Usulan Pancasila Moh. Hatta

Dalam bernegara Moh. Hatta pemikirannya lebih menitikberatkan pada

Pancasila yaitu Persatuan di Indonesia. Dikatakan bahwa negara persatuan di

Indonesia hendaknya urusan negara dipisahkan dari urusan agama. Di Indonesia

ada 2 faham, ialah faham dari angota-anggota ahli agama yang menganjurkan

supaya Indonesia didirikan sebagai Negara Islam, dan faham dari negara persatuan

nasional yang memisahkan urusan negara dan Islam; dengan lain kata: bukan

negara Islam. Apa sebabnya di Indonesia bukan negara Islam?. Perkataan “negara

Islam”, lain artinya daripada perkataan “negara berdasar atas cita-cita luhur dari

agama Islam”. berbeda halnya dengan negara yang tersusun sebagai “negara

Islam”. Negara tidak bisa dipisahkan dari agama. Negara dan agama ialah satu,

bersatu padu.26

Dari keterangan di atas, disimpulkan oleh Moh. Hatta bahwa Negara

Indonesia bukanlah negara Islam karena negara Islam itu sebuah negara yang tidak

dapat dipisahkan dengan sistem hukum-hukum agama, politik, sosial, ekonomi,

yang semuanya harus bersumber dan bersandar pada hukum al-Qur’an dan hadis

sebagai pusat dan sumber hukum kehidupan manusia khususnya yang beragama

25 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 74. 26 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 64.

Page 60: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

49

Islam. Jadi, negara dan agama bersatu padu, negara yang tidak bisa dipisahkan

dengan syari’at Islam (karena hukum syari’at Islam dianggap sebagai perintah

Tuhan) untuk dijadikan landasan dasar bernegara, misalnya Negara Mesir dan lain-

lainnya. Sedangkan menurut Moh. Abduh hukum syari’at bisa diubah asalkan

dengan acara ijma’, yaitu permusyawaratan, asal saja tidak bertentangan dengan al-

Qur’an dengan al-Qur’an dan hadis.27

Dengan kata lain, negara-negara Islam masih ada pertentangan pendirian

tentang bagaimana bentuk yang seharusnya bentuk hukum negara sesuai dengan

aliran zaman modern yang meminta perhatian dari negara-negara yang turut

berhubungan dengan dunia Internasional itu. Jadi, di Indonesia didirikan Negara

Islam, maka tentu akan timbul soal-soal “minderheden” soal golongan agama yang

kecil-kecil yang sulit dipersatukan dengan Negara.28

Jadi, Moh. Hatta menganjurkan dan mufakat dengan pendirian yang hendak

mendirikan Negara Nasional yang bersatu dalam arti totaliter, yaitu Negara yang

tidak akan mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar, akan tetapi yang

akan mengatasi segala golongan dan akan mengindahkan dan menghormati

keistimewaan dari segala golongan. Dengan demikian, urusan agama akan terpisah

dari urusan negara. Dan dengan sendirinya, dalam negara Nasional yang bersatu itu

urusan agama akan diserahkan pada golongan agama yang bersangkutan. Dalam

bernegara, seseorang akan merdeka memeluk agama yang disukainya, dan semua

golongan agama merasa bersatu dengan negara (dalam bahasa asing “zal zich thuis

27 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 66. 28 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 67.

Page 61: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

50

voelen” dalam negaranya).29 Usulan Mohammad Hatta tentang dasar negara di atas

terjadi pada tanggal 31 Mei 1945.

4. Usulan Pancasila Ki Bagoes Hadikoesoemo

Ki Bagoes Hadikoesoemo dalam persidangan BPUPKI ke dua, pada tanggal

31 Mei 1945, yang ditemukan catatan notulensinya. Selama berpuluh-puluh tahun

notulensi pidato Ki Bagoes Hadikoesoemo itu tidak pernah dimuat dalam dokumen

resmi. Beberapa petikan pidato Ki Bagoes Hadikoesoemo dalam Sidang BPUPKI

tanggal 31 Mei 1945 itu, adalah sebagai berikut:

“Tuan-tuan dan sidang yang terhormat! Dalam negara kita, niscaya tuan-

tuan menginginkan berdirinya satu pemerintahan yang adil dan bijaksana,

berdasarkan budi pekerti yang luhur, bersendi permusyawaratan dan putusan rapat,

serta luas berlebar dada tidak memaksa tentang agama. Kalau benar demikian,

dirikanlah pemerintahan itu atas agama Islam, karena ajaran Islam mengandung

kesampaiannya sifat-sifat itu.”30

Setelah mengutip ayat suci Al-Qur’an dalam surah An-Nahl ayat 90, surah

An-Nisa ayat 5, surah Ali Imron ayat 158, surah Asy-Syura ayat 38 serta surah Al

Baqarah ayat 256, Ki Bagoes Hadikoesoemo kemudian melanjutkan lagi pidatonya:

“Dengan ayat-ayat yang singkat ini, cukuplah kiranya sudah untuk

mengetahui bahwa agama Islam itu cakap dan cukup serta pantas dan patut untuk

menjadi sendi pemerintahan kebangsaan di negara kita Indonesia ini. Tetapi di

antara tuan-tuan ada juga orang-orang yang tidak setuju negara kita ini berdasarkan

agama.”31

Pada bagian akhir Ki Bagoes mengatakan :

“Oleh karena itu tuan-tuan, saya sebagai seorang bangsa Indonesia tulen,

bapak dan ibu saya bangsa Indonesia, nenek moyang saya pun bangsa Indonesia

juga yang asli dan murni belum ada campurannya; dan sebagai seorang Muslim

29 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 68. 30 Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang Badan Penyelidik

Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

28 Mei 1945-22 Agusttus 1945 (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998), h 41. 31 Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 42.

Page 62: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

51

yang mempunyai cita-cita Indonesia Raya dan Merdeka, maka supaya negara

Indonesia merdeka itu dapat berdiri tegak dan teguh, kuat dan kokoh, saya

mengharapkan akan berdirinya negara Indonesia itu berdasarkan agama Islam.

Sebab, itulah yang sesuai dengan keadaan jiwa rakyat yang terbanyak, sebagaimana

yang sudah saya terangkan tadi. Janganlah hendaknya jiwa yang 90 persen dari

rakyat itu diabaikan saja tidak dipedulikan. Saya khawatir apabila negara Indonesia

tidak berdiri di atas agama Islam, kalau-kalau umat Islam yang terbanyak itu nanti

bersifat pasif atau dingin tidak bersemangat: sebagaimana yang dikuwatirkan juga

oleh tuan Kiai Sanusi tadi. Tetapi saya mengharapkan jangan sampai kejadian

demikian. Tuan-tuan, sudah banyak pembicara yang berkata, bahwa agama Islam

itu memang tinggi dan suci. Sekarang bagaimana kalau orang yang tidak mau diikat

oleh agama yang sudah diakui tinggi suci, apakah kiranya akan mau diikat oleh

pikiran yang rendah dan tidak suci? Kalau jiwa manusia tidak mau bertunduk

kepada agama perintah Allah, apakah kiranya akan suka bertunduk kepada perintah

pikiran yang timbul dari hawa nafsu yang buruk? Pikirkan dan camkanlah tuan-

tuan.”32

Menurut penulis, notulensi pidato Ki Bagoes Hadikoesoemo sangatlah

mendasar. Tokoh-tokoh Islam yang ada dalam anggota BPUPKI sangatlah berperan

dalam pembahasan pembentukan dasar negara Islam yang selama ini tidak pernah

terungkap dalam pembicaraan politik dan urusan kenegaraan di Indonesia, padahal

mereka dikenal oleh masyarakat muslim sebagai orator dan singa podium. Dasar

tidak terungkapnya itu bertujuan agar pemikiran, ide serta peranan para founding

fathers Indonesia dari kalangan ulama dan tokoh-tokoh Islam tidak muncul,

sehingga seolah-olah kaum muslimin tidak berperan sama sekali dalam penyusunan

sendi-sendi negara ini.

Dalam buku yang disusun oleh Prof. Moh. Yamin “Naskah Persiapan UUD

1945”, disebutkan bahwa Moh. Yamin sama sekali tidak mencantumkan

pembicaraan para pemuka nasionalis Islam, karena pada dasarnya, ia memang

hendak menolak Islam menjadi dasar negara Indonesia. Buku itu tampaknya

kemudian menjadi strategi dasar de-Islamisasi dalam penulisan sejarah Indonesia.33

32 Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor). Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 48. 33 Ahmad Mansyur Suryanegara, Api Sejarah 2 (Bandung: Salamadani, 2010), h. 128.

Page 63: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

52

Dalam sidang BPUPKI ini terjadi perdebatan yang sangat sengit dan tajam

antara kubu Islam, dengan 35 anggota yang menghendaki dasar negara Indonesia

berdasarkan Islam dan kubu seluler dan non-muslim yang tidak menghendaki

agama Islam berperan dalam negara. Kedua golongan ini berlangsung hingga

tanggal 1 Juni 1945.

5. Usulan Pancasila Soekarno

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berpidato selama 1 jam yang penuh

dengan janji kepada para tokoh BPUPKI dari kubu Islam agar mau berkorban dan

berkompromi untuk membangun cita-cita negara Islam yang hendak dicapai

bersama. Pidato panjang yang sangat memukai itu dikenal dengan judul “Lahirnya

Pancasila”. Berikut beberapa petikannya:

“Saya minta, saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan saudara-saudara Islam

lain: maafkan saya memakai perkataan, “kebangsaan” ini! Saya pun orang Islam.

Tetapi saya meminta kepada saudara-saudara, janganlah saudara-saudara salah

faham jikalau saya katakan bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar

kebangsaan. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi saya

menghendaki satu nationale staat, seperti yang saya katakan dalam rapat di Taman

Raden Saleh beberapa hari yang lalu. Satu Nationale Staat Indonesia bukan berarti

staat yang sempit. Sebagai saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo katakan kemarin,

maka Tuan adalah orang Bangsa Indonesia, datuk-datuk Tuan, nenek moyang Tuan

pun Bangsa Indonesia. Di atas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti yang

dimaksudkan oleh saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita dasarkan Negara

Indonesia.”34

Selanjutnya, untuk menarik perhatian para tokoh muslim anggota BPUPKI,

Soekarno pun mencoba meyakinkan mereka, bahwa dirinya pun sejatinya adalah

seorang pembela Islam. Selanjutnya, dalam pidatonya, Soekarno mengatakan:

“Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama.

Kita, saya pun, adalah orang Islam –maaf beribu maaf, keislaman saya jauh belum

sempurna—tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada, dan melihat

34 Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 92-

93.

Page 64: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

53

saya punya hati, Tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati Islam. Dan hati

Islam Bung Karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam

permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal juga keselamatan

agama, yaitu dengan jalan pembicaraan dan permusyawaratan di dalam Badan

Perwakilan Rakyat.”35

Ketika menjelaskan tentang prinsip musyawarah mufakat, Soekarno pun

kembali menyinggung sentimen kaum muslimin tentang pemilihan seorang

Khalifah atau Amirul Mu’minin, sebutan untuk kepala negara dalam pandangan

Islam:

“Tidakkah agama Islam mengatakan bahwa Kepala-Kepala Negara, baik

khalif maupun Amirul Mu’minin harus dipilih oleh rakyat? Tiap-tiap kita

mengadakan Kepala Negara, kita pilih. Jikalau pada suatu hari Ki Bagoes

Hadikoesoemo misalnya menjadi Kepala Negara Indonesia dan mangkat,

meninggal dunia, jangan anaknya Ki Hadikoesoemo dengan sendirinya, dengan

otomatis menjadi pengganti Ki Hadikoesoemo. Maka oleh karena itu saya tidak

mufakat kepada prinsip monarkhi.”36

Namun, pada saat menjelaskan tentang prinsip Indonesia Merdeka dengan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Soekarno justru mengingatkan kewajiban

kaum muslimin untuk melaksanakan syari’at Islam ketika mengaku sebagai seorang

muslim, dan ber-Tuhan menurut ajaran Nabi Muhammad SAW. Dengan lugas ia

mengatakan:

“Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi

masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang

Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al Masih, yang belum ber-Tuhan

menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW, orang Buddha menjalankan ibadatnya

menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semua ber-Tuhan.

Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat

menyembah Tuhan dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan

secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme agama”. Dan hendaknya Negara

Indonesia satu negara yang ber-Tuhan.”37

35 Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 98. 36 Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 101. 37 Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, h. 101.

Page 65: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

54

Dengan demikian Soekarno telah menempatkan pemikiran pada umat

beragama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan perintah etika atau akhlak yang

bersifat mengikat atas segala aspek kegiatan yang bertalian dengan prinsip-prinsip

keadilan, kemanusian, kebangsaan, dan kemerdekaan dalam berbangsa dan

bernegara sebagaimana terkandung dalam ajaran moral. Adapun uraian pemikiran

Pancasila Soekarno akan dijelaskan secara rinci pada Bab berikutnya.

Page 66: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

55

BAB IV

NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA

A. Pengantar

Selain perjuangan fisik, bangsa Indonesia secara gigih mampu membangun

pondasi Kemerdekaan dengan merumuskan Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi

Negara melalui salah satu persiapan-persiapan yang dilakukan oleh para tokoh-

tokoh bangsa dengan wadah BPUPKI.1

Istilah Pancasila secara etimologis, berasal dari bahasa Sansekerta: Panca

yang artinya lima, dan syila yang artinya batu sendi, alas atau dasar. Oleh karena

itu, Pancasila sering diartikan sebagai lima dasar, sedangkan syila yang artinya

tingkah laku yang baik yang kemudian sering diartikan susila.2 Dan mulai dikenal

di Indonesia sejak abad XIV pada zaman Kerajaan Majapahit. Ketika Majapahit di

bawah pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada yang untuk

pertama kalinya istilah Pancasila itu ditulis dalam kitab Negarakertagama karangan

Empu Prapanca dan kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Di dalam kitab

Sutasoma itu, istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu sendi yang

lima” (dari bahasa Sansekerta) juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang

lima” (Pancasila Krama), yaitu:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan.

2. Tidak boleh mencuri.

3. Tidak boleh berjiwa dengki.

1 Dalam bahasa Jepang BPUPKI disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. 2 Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, Cet. 2 (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2016), h. 425.

Page 67: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

56

4. Tidak boleh berbohong.

5. Tidak boleh mabuk minuman keras.3

Pertama-tama yang harus kita akui bahwa Ir. Soekarno adalah penggali dan

penemu serta penggagas dari Pancasila dan sebagai falsafahnya yang dikenal

dengan sebutan falsafah gotong-royong.

Selain itu, Soekarno merupakan tokoh yang mempelajari Islam beserta

ajaran-ajarannya secara mendalam dan universal. Tak hanya itu, pemahaman dan

ajaran Islamnya begitu lenkap, sehingga beliau dapat mengamalkannya melalui

gagasan dan pemikiran-pemikiran yang maju atau progresif. Menurutnya, ajaran-

ajaran Islam menjadi maju dengan cara bersinergi dengan alam pikiran modern

yang berkembang sehingga dengan kata lain, mempertemukan antara ajaran Islam

berupa ritual keagamaan dengan keilmuan modern. Kedua hal ini akan membangun

peradaban umat manusia.

B. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara

Sebelum membahas tentang Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara,

seyogyanya diperlukan penjelasan tentang perjalanan sejarah Pancasila. Menurut

Asvi Warman Adam (2009: 7-11) mencoba menjelaskan akan perjalanan sejarah

Pancasila yang dibagi atas empat gelombang, yaitu:

1. Gelombang pertama adalah saat penciptaan (pada 1 Juni 1945). Pada 1 Juni

1945, Soekarno berpidato di depan siding BPUPKI menjawab pertanyaan

ketua siding Radjiman Widyodiningrat tentang dasar negara. Pada rapat 22

Juni 1945 tim Sembilan yang diketuai Soekarno mencantumkan tujuh buah

3 Jonar, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 425-426.

Page 68: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

57

kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya” dalam rancangan pembukaan UUD 1945. Namun menjelang

proklamasi kemerdekaan, Hatta menerima pesan dari masyarakat Indonesia

Timur yang menolak bergabung dengan Indonesia bila pernyataan itu

dipertahankan. Hatta kemudian merundingkan hal tersebut dengan tokoh-

tokoh Islam, yang akhirnya dalam UUD 1945 yang disahkan pada tanggal

18 Agustus 1945 menghilangkan kalimat “dengan kewajiban menjalankan

syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” sehingga menjadi “Ketuhanan

Yang Maha Esa” yang menjadi sila pertama dalam Pancasila. Urutan yang

disepakati adalah seperti Pancasila yang ada sekarang ini.

2. Gelombang kedua adalah masa perdebatan. Setelah pemilihan umum tahun

1955, terbentuklah Konstituante yang bertugas merancang undang-undang

dasar. Ketika itu Pancasila diperdebatkan apakah sebagai dasar negara atau

ideologi lain.

3. Gelombang ketiga adalah masa rekayasa. Pada masa pemerintahan

Soeharto, Pancasila dijadikan asas tunggal untuk partai dan organisasi

masyarakat. Hal ini pada awalnya ditentang oleh organisasi, namun pada

akhirnya mereka tidak mempunyai pilihan lain. Sejak 1 Juni 1970,

peringatan hari lahirnya Pancasila dilarang Kopkamtib.

4. Gelombang keempat adalah masa penemuan kembali. Pada awal reformasi

BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan

dan Pengamalan Pancasila) dibubarkann dan kegiatan penataran P4

(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dihapuskan. Meskipun

demikian, Pancasila masih tetap diajarkan di sekolah dan sebagian

Page 69: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

58

perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan adanya pengurangan pengajaran

pada bidang Pancasila. Namun, peringatan hari lahirnya Pancasila kembali

diselengarakan. Seiring berjalannya waktu, muncul kembali kerinduan pada

ideologi ini. Suasana masyarakat yang dibayangi ancaman perpecahan

menyebabkan masyarakat melihat kembali sesuatu yang bisa jadi perekat

kesatuan bangsa. Yang tepat untuk itu adalah Pancaasila.4

Sebenarnya, Pancasila itu berasal dari kristalisasi nilai-nilai yang sudah ada

di Indonesia sejak zaman dahulu kala yang tercermin di dalam adat istiadat, agama

dan kepercayaan serta kebudayaan. Nilai-nilai itu kemudian diambil intinya yang

kemudian dirumuskan menjadi lima hal yang merupakan unsur-unsur dari

Pancasila.

Dari penjelasan di atas, nilai-nilai Pancasila mengandung unsur etika, dan

hal ini sesuai dengan respon Jonar dalam buku Bung Karno: Biografi Putra Sang

Fajar, “Etika Pancasila adalah filsafat moral atau filsafat kesusilaan yang

berdasarkan atas kepribadian, ideologi, jiwa, dan pandangan hidup bangsa

Indonesia. Etika Pancasila adalah etika yang berdasarkan atau berpedoman pada

norma-norma yang bersumber dari ajaran Pancasila”.5 Dengan demikian, Pancasila

layak sebagai dasar-dasar dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Dalam pembentukan dan membangun sebuah Negara dibutuhkan

perumusan dasar-dasar Negara, seperti yang telah disebutkan Soekarno pada salah

satu pidatonya di BPUPKI sebagai berikut;

“Paduka Tuan Ketua, setelah saya menguraikan dasar-dasar yang menurut

hemat saya hendak dipakai untuk membangun Negara Indonesia, maka saya

sekarang hendak menguraikan konsekuensi dari teori Negara tersebut terhadap pada

4 Jonar, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 426-429. 5 Jonar, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 439.

Page 70: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

59

soal-soal: (1) Perhubungan Negara dan agama. (2) Cara pembentukan

pemerintahan. (3) Kehidupan Negara dan ekonomi.”6

Menurut Ir.Soekarno Negara yang berdasarkan persatuan itu akan sesuai

dengan corak masyarakat Indonesia, akan tetapi Negara yang bersifat persatuan itu

telah menjadi cita-cita pergerakan politik Indonesia pada zaman dahulu sampai

sekarang.7

Untuk mewujudkan Indonesia merdeka maka harus mempersipkan

beberapa hal. Salah satu di antaranya adalah dasar ideologi dari bangsa tersebut.

Jika dasarnya belum dibangun, maka bangsa itu terlihat rapuh. Oleh karena itulah,

dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan agar Dasar Negara

Indonesia diberi nama Pancasila.

Pada mulanya Rumusan Pancasila yang diusulkan Soekarno, yang

disampaikan dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 pada sidang BPUPKI, dengan

urutan sebagai berikut: (1) Kebangsaan Indonesia, (2) Internasionalisme atau

Perikemanusiaan, (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, dan (5)

Ketuhanan yang berkebudayaan.

Selain itu, pada 22 Juni 1945, sembilan tokoh nasional dan juga tokoh-tokoh

Dokuritsu Junbi Choosakai (disebut juga BPUPKI) mengadakan pertemuan untuk

membahas pidato serta usul-usul mengenai asas dasar negara yang telah

dikemukakan dalam sidang BPUPKI. Kesembilan tokoh mencoba menyusun

rumusan dasar dari Pancasila yang dikenal dengan nama “Piagam Jakarta”8. Dari

6 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, Cetakan Pertama (Jakarta: Media

Pressindo, 2017), h. 63. 7 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, Cetakan Pertama (Jakarta: Media

Pressindo, 2017), h. 63. 8 Isi dari “Piagam Jakarta” yaitu: (1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at

Islam bagi pemeluk-pemeluknya. (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab. (3) Persatuan Indonesia.

(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. (5)

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 71: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

60

sinilah dua pilar negara (Pancasila dan Piagam Jakarta) yang menyebabkan

persatuan sampai dengan sekarang dalam bingkai ke-Indonesia-an karena Pancasila

merupakan (1) pernyataan kebersamaan atau titik temu di mana Indonesia berdiri

atas kepentingan dan ideologi yang sama dari berbagai perbedaan. (2) kesepakatan

kuat. Sebagaimana maksudnya bahwa Indonesia bukanlah Negara agama tetapi

berdasarkan agama. Oleh karena itu, setiap butir dalam Pancasila menambah

kesejukan dalam kehidupan di tengah keberagamaan yang ada di Indonesia, serta

menjujung tinggi nilai-nilai peradaban sebuah bangsa.

Walaupun tanggal 1 Juni bukanlah hari kelahiran Pancasila, tetapi

merupakan hari bersejarah, di mana nilai-nilai peradaban pada zaman dahulu kala

digali kembali. Hal itulah yang dilakukan oleh Soekarno sebagai penggali akan

Pancasila tersebut.9 Dan mengingat kejadian-kejadian historis tersebut, di antaranya

yaitu pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno adalah pertama kalinya melahirkan dan

mengusulkan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang merdeka dan

berdaulat. Saat itu, Soekarno menamakan Pancasila dengan dasar-dasar”,

9 Jonar T.H. Situmorang, Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar, h. 425-432.

Page 72: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

61

”Philosofische grondslag”10, “Weltanschauung”11, di atas mana didirikan Negara

Indonesia daripada Indonesia Merdeka.12

Oleh karenanya, layaklah Soekarno menyatakan bahwa buat bangsa

Indonesia “Weltanschuung” sudah lama harus (di) bulatkan di dalam pikiran

sebelum Indonesia Merdeka mendatang. Adapun pendirian dan pandangan hidup

itu Soekarno telah menyediakan dan memperjuangkannya sejak 1918.13 Pernyataan

ini didukungkan dengan perkataan Soekarno sebagai berikut:

“Akan hasil atau tidaknja kita mendjalankan kewadjiban jang seberat dan

semulia itu, bukanlah kita jang menetukan. Akan tetapi, kita tidak boleh putus-putus

berdaja-upaja, tidak boleh habis-habis ichtiar mendjalankan kewadjiban ikut

mempersatukan gelombang-gelombang tahadi itu! Sebab kita jakin, bahwa

persatuanlah jang kelak kemudian hari membawa kita ke arah terkabulnja impian

kita: Indonesia-Merdeka. Entah bagaimana tertjapainja persatuan itu, entah pula

bagaimana rupanja persatuan itu; akan tetapi tetaplah bahwa kapal jang membawa

kita ke Indonesia-Merdeka itu, ialah Kapal-Persatuan adanja!”.14

Kemudian pantaslah Soekarno menyatakankan bahwa Pancasila bukan

suatu konsepsi politis, akan tetapi buah hasil perenungan jiwa yang dalam, buah

hasil penyelidikan cipta yang teratur dan seksama di atas basis pengetahuan dan

10 Philosofische grondslag (bahasa Belanda) adalah fundamen, filsafat, pikiran yang

sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung

Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi, keberadaannya, rumusannya, penyebutannya, fungsi, dan

kedudukannya dalam sistem kenegaraan Indonesia tetap sesuai yang diamanahkan founding fathers

sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Lihat Wawan Tunggul Alam, Demi

Bangsaku Pertentangan Bung Karno vs Bung Hatta (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 177. 11 Weltanschauung adalah nilai-nilai falsafah yang sudah ada sejak lama tertanam kuat

dalam kebudayaan masyarakat Nusantara sebagai sistem kebenaran dan sistem keyakinan yang

dipegang dan dianut oleh masyarakatnya yang bertebaran di seluruh bumi Nusantara. Sistem

kebenaran dan keyakinan itu telah diperjuangkan oleh masyarakat Nusantara, sehingga telah

menyemangati dn memotivasi mereka bertahun-tahun, karena itu harus segera dibulatkan di dalam

hati dan pikiran sebagai sebuah Weltanschauung atau pandangan hidup (way of life) yang utuh dan

resmi bagi Indonesia merdeka. Lihat Tim Pusat Studi Pancasila UGM dan Tim Universitas Pattimura Ambon, Prosiding Kongres Pancasila VI: Penguat, Sinkronisasi, Harmonisasi, Integrasi

Pelembgan dn Pembudyaan Pancasil dalam Rangka Memperkokoh Kedaulatan Bangsa

(Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila, 2014), h. 50. 12 Soekarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, Cet. 2 (Jakarta: Media Presindo,

2017), h. 14. 13 Ir.Soekarno, Filsafat Pancasila menurut Bung Karno, Cet 2. (Yogyakarta: Media

Presindo, 2017), h. 14-15. 14 Iwan Siswo, Panca Azimat Revolusi; Tulisan, Risalah, Pembelaan, & Pidato Sukarno

1926-1966, Jilid I (Jakarta: Gramedia, 2014), h. 4.

Page 73: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

62

pengalaman yang luas. Dan Pancasila bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa yang berarti bahwa Pancasila itu juga merupakan dasar dari pendidikan dan

pengajaran serta usaha ilmu pengetahuan.15

C. Nilai Kebangsaan

Dasar filosofis yang pertama rumusan Pancasila pada pidatonya saat sidang

BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan, yaitu Kebangsaan Indonesia,

diingatkan Soekarno bukan satu kebangsaan dalam arti yang sempit, melainkan

yang ia kehendaki satu ”nationale staat”. Bangsa Indonesia bukanlah sekedar satu

golongan orang yang hidup dengan ”kehendak akan bersatu” di atas daerah yang

kecil seperti Madura, atau Jogja, atau Sunda, atau Bugis yang lainnya, tetapi bangsa

Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang, menurut geopolitik yang telah

ditentukan oleh Allah SWT, tinggal di kesatuannya semua pulau Indonesia dari

ujung Utara Sumatera sampai ke Irian. ”nationale staat” hanya Indonesia

seluruhnya, yang telah berdiri di jaman Sri Wijaya dan Majapahit dan yang kini

pula kita harus dirikan bersama-sama.16

Dengan kata lain, Kebangsaan Indonesia. Artinya; “Kebangsaan yang kita

anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri bukan chauvinism, sebagaimana

dikobar-kobarkan orang Eropa, yang mengatakan “Deutsrhland uber Alles”, tidak

ada yang setinggi Jermania, yang katanya bangsa minulyo (mulya – red) berambut

jagung, dan bermata biru,”bangsa Aria”, yang dianggapnya tertinggi ndi atas dunia,

sedangkan bangsa-bangsa lain tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di atas azas

15 Soekarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, h. 17-18. 16 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Penerjemah: Syamsu

Hadi (Yogyakarta: Yayasan Bung Karno & Media Pressindo, 2007), h. 240.

Page 74: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

63

demikian Tuan-tuan, jangan berkata bahwa Indonesialah yang terbagus dan

termulia, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju persatuan dunia,

persaudaran dunia”.17

Berhubungan dengan sila Kebangsaan Indonesia, Soekarno menegaskan

bahwa, “jangan mengira, bahwa setiap negara merdeka adalah satu nationale

staat!”. Kita hanya dua kali mengalami nationale staat, yaitu di Zaman Sriwijaya

dan di jaman Majapahit. Karena itu, jika tuan-tuan terima baik, marilah kita

mengambil sebagai dasar Negara yang pertama: Kebangsaan Indonesia.18

Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan

kebangsaan Sumatra, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang bersama-

sama menjadi dasar atau ”nationale staat”. Memang prinsip kebangsaan ini ada

bahayanya. Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan nasionalisme menjadi

chauvisme19, sehingga berfaham ”Indonesia Uber Alles”20. Inilah bahayanya kata

Soekarno:

“Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita

harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. Kita cinta tanah air yang

satu, merasa berbangsa yang satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air

kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Kita harus menuju

pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa”.21

17 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, Cetakan Pertama (Jakarta: Media

Pressindo, 2017), h. 134. 18 Soekarno, Camkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara, h. 22-23. 19 Chauvisme adalah paham yang membanggakan ras atau bangsanya sendiri secara

berlebihan sehingga menganggap yang lain tidak bagus. Dan inilah yang menyebabkan

Chauvinisme bertentangan dengan sila ketiga dari Pancasila. 20 Konsep Über Alles ini mengambil kata Über Alles dari semboyan bangsa Jerman ketika

era Nazi berkuasa yang secara harfiah diartikan “di atas segalanya”. Latar belakang Jerman saat itu

adalah mereka bercita-cita untuk menyatukan dunia dibawah satu panji kepemimipinan yaitu bangsa

Jerman. Selanjutnya Über Alles mengakibatkan sikap chauvinisme bagi sebagian bangsa Jerman

yang mencoba memahami definisinya namun tidak menggunakan nalar logisnya. 21 Soekarno, Camkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara, h. 23-24.

Page 75: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

64

Dengan demikian, prinsip ini mengingatkan bahwa bangsa Indonesia yang

meliputi berbagai macam agama namun tetap bersatu yang paling utama dalam

falsafah hidup berbangsa yaitu dengan meyakini Ketuhanan yang Maha Esa sebagai

falsafah hidupnya. Hal inilah yang merupakan karakteristik bangsa Indonesia.

Soekarno juga menjelaskan bahwa masa depan sebuah bangsa harus

berdasarkan pada kebangsaan, karena “orang dan tempat itu tidak dapat

dipisahkan!. Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di bawah

kakinya”.22

Soekarno pun menanggapi masalah ini bahwa inti sosial di Indonesia itu

sebagai pendorong untuk mencapai keadilan dan kemakmuran. Karenanya

Soekarno bicara tentang seluruh dunia bahwa masyarakat yang adil dan makmur

dapat merupakan cita-cita dan tujuan semua orang.23

D. Nilai Kemanusiaan

Dasar atau Prinsip filosofis yang nomor dua yang diusulkan oleh Soekarno

adalah ”internasionalisme” atau perikemanusiaan. Internasionalisme yang

dimaksud oleh Soekarno bukanlah kosmopolitisme24, yang tidak mau adanya

kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada

Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika dan lain-lainnya.25

Soekarno menjelaskan bahwa Internasionalisme sama sekali bukan

kosmopolitanisme, yang merupakan penyangkalan terhadap nasionalisme.

22 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 240. 23 Soekarno, Membangun Dunia Baru: To Build the World Anew (Yogyakarta: Media

Pressindo, 2000), h. 60-61. 24 Kosmopolitisme merupakan sebuah paham yang menyatakan bahwa semua suku bangsa

manusia merupakan satu komunitas tunggal yang memiliki moralitas yang sama. 25 Soekarno, Camkan Pancasila: Pancasila Dasar Falsafah Negara, h. 25-29

Page 76: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

65

Internasionalisme yang sejati adalah pernyataan dari nasionalisme yang sejati, yaitu

setiap bangsa menghargai dan menjaga hak-hak semua bangsa, baik yang besar

maupun yang kecil, yang lama maupun yang baru. Internasionalisme yang sejati

adalah tanda, bahwa suatu bangsa telah menjadi dewasa dan bertanggung jawab,

telah meninggalkan sifat kekanak-kanakan mengenai rasa keunggulan nasional atau

rasial. Internnasionalisme yang sejati telah meninggalkan penyakit kekanak-

kanakan tentang chauvinisme dan kosmopolitanisme.26

Dalam hal ini, Internasionalisme tidak dapat tumbuh kalau tidak berakar di

dalam buminya nasionalisme. Dan Nasionalisme tidak dapat tumbuh kalau tidak

hidup dalam taman sarinya internasionalisme. Jadi dua hal ini memiliki hubungan

erat satu sama lain.

E. Nilai Mufakat atau Demokrasi

Berikut Dasar atau Prinsip filosofis ketiga ialah dasar mufakat, dasar

perwakilan, dasar permusyawaratan. Soekarno menjelaskan bahwa:

“Indonesia bukan satu Negara untuk satu golongan, walaupun golongan

kaya, tetapi kita memikirkan Negara “semua buat semua”, “satu buat semua”,

“semua buat satu”. Saya yakin bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara

Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan”.27

“Tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politieke

economische democratic yang mampu mendatangkan kesejahteran sosial! Rakyat

Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud dengan paham

Ratu Adil ialah sociale rechtvaardigheid, rakyat ingin sejahtera. Badan

permusyawaratan yang kita akan buat hendaknya bukan badan permusyawaratan

politiek demokratie tetapi badan yang bersama dengan masyarakat dapat

mewujudkan dua prinsip: politieke rechtvaardigheid dan sociale

rechtvaardigheid.”28

26 Soekarno, Membangun Dunia Baru, h. 62-63. 27 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 135. 28 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, h. 140-141.

Page 77: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

66

Berdasarkan pernyataan Soekarno di atas, dapat diketahui bahwa

permusyawaratan dan demokrasi merupakan salah satu unsur penting negara,

karena mampu mendatangkan kesejahteraan sosial. Menanggapi hal ini, Soekarno

berkata:

“Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia

ialah permusyawaratan, perwakilan. Dalam perwakilan nanti ada perjoangan

sehebat-hebatnya. Tidak ada satu staat yang hidup betul-betul hidup, jikalau di

dalam badan perwakilannya tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah

Candradimuka, kalau tidak ada perjoangan faham di dalamnya.”29

“Demokrasi bukanlah monopoli atau penemuan dari aturan sosial Barat,

melainkan demokrasi merupakan keadaan asli dari manusia, meskipun diubah

untuk disesuaikan dengan kondisi-kondisi sosial yang khusus.”30

Selama berabad-abad negeri Indonesia hidup terbiasa musyawarah dan

mufakat. Ini adalah perundingan demokratis model Asia. Sebagai seorang yang

meyakini bahwa kekuatan terletak dalam pemerintahan atas perwakilan, Soekarno

berkata, “Kita tidak akan menjadi negara untuk satu golongan” tetapi ”Semua buat

semua, satu buat semua, semua untuk satu”, jadi Soekarno menjelaskan bahwa

mengambil keputusan atau persetujuan bulat harus dengan kesepakatan bersama

dan suatu pembicaraan yang berasaskan kekeluargaan. Jadi, bangsa mengambil

keputusan yang dilakukan dengan cara mengemukakan pendapat yang dapat

diterima dan menghasilkan suatu hasil yang dapat digunakan oleh orang banyak.31

F. Nilai Kesejahteraan Sosial

Dasar atau prinsip filosofis keempat adalah kesejahteraan sosial, maksudnya

prinsip tidak ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Sebagaimana perkataan

Soekarno, yaitu:

29 Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, Jilid I (Jakarta: Panitya, 1964), h. 25. 30 Soekarno, Membangun Dunia Baru, h. 63. 31 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 241.

Page 78: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

67

“Prinsip kesejahteraan, prinsip tidak akan ada kemiskinan di dalam

Indonesia merdeka. Prinsip kesejahteraan yaitu prinsip tidak ada kemiskinan di

dalam Indonesia Merdeka. Prinsipnya San Min Chu I ialah Min mintsu Chuan, Min

Cheng: Nasionalism, Democracy, Sosialism”. Maka prinsip kita harus: apakah kita

mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalnya merajalela, ataukah yang semua

rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam

kesejahteraan merasa dipangku oleh oleh ibu pertiwi yang cukup memberi sandang,

pangan kepadanya?32 Ajaran Sun Yat Sen adalah San Min Chui yang terdiri dari:

“Nasionalisme (Min T’sen). Sun Yat Sen menghendaki adanya satu bangsa dan satu

negara, yakni bangsa/negara Cina sebagai kesatuan.Demokrasi (Min Chu). Sun Yat

Sen menginginkan pemerintahan di Cina berbentuk Republik yang demokratis.

Oleh karena itu pemerintahan Monarki harus dihapuskan. Sebab pemerintahan

monarki akan mudah digunakan sebagai alat bagi raja atau kaisar untuk

melampiaskan kesenangannya. Sosialisme (Min Sheng). Sosialisme berarti

kesejahteraan rakyat. Artinya seluruh rakyat harus dapat mencari nafkah yang serba

cukup untuk kehidupan yang lebih layak.”33

“Jangan saudara kira, bahwa kalau Badan Perwakilan Rakyat ada, kita

dengan sendirinya sudah mencapai kesejahteraan ini. Negara-negara Eropa dan

Amerika ada Badan Perwakilan, ada demokrasi parlementer. Tetapi di Eropa justru

kaum kapitalis merajalela. Tidakkah di seluruh benua Barat kaum kapitalis

merajalela? Padahal ada badan perwakilan rakyat. Tak lain tak bukan adalah yang

dinamakan demokrasi di Barat itu hanyalah ”politieke democratie” saja, sema-mata

tidak ada ”sociale rechtsvaardigheid”, ini bukan keadilan sosial. Kalau kita mencari

demokrasi hendaknya bukan demokrasi Barat, tetapi permusyawaratan yang

memberi hidup, yakni ”politiek-economische democratie” yang mampu

mendatangkan kesejahteraan sosial!”.34

Dari penyataan Soekarno di atas, maka diketahui bahwa prinsip

kesejahteraan sosial yang sangat diperlukan bagi berbangsa sehingga ini layak

untuk diterapkan dan dijadikan dasar Negara Indonesia.

G. Nilai Ketuhanan

Dasar atau prinsip filosofis kelima adalah ketuhanan yang maha Esa,

menurut Soekarno dikemukakan sebagai berikut:

“Saya telah mengemukakan empat prinsip: (1) Kebangsaan Indonesia, (2)

Internasionalisme atau perikemanusiaan, (3) Mufakat atau demokrasi, (4)

32 Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI, Cetakan Pertama (Jakarta: Media

Pressindo, 2017), h. 138. 33 Dr. Sun Yat Sen, San Min Chu I, Penerjemah Frank W. Price (Shanghai: The Commercial

Press Limited, 1928). 34 Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, Jilid I, h. 27-28.

Page 79: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

68

Kesejahteraan sosial. Dan prinsip yang kelima ini hendaknya menyusun Indonesia

Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip ketuhanan,

bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia

hendaknya ber-Tuhan Tuhannya sendiri. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan

secara kebudayaan, yakni dengan tiada ”egoisme-agama”. Dan hendaknya Negara

Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan! Marilah kita amalkan, jalankan agama,

dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-

menghormati satu dengan lain. Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita

susun ini sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima dari pada negara

kita, ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur,

Ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raja,

jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Negara Indonesia Merdeka berazaskan

Ketuhanan Yang Maha Esa.35

Soekarno menegaskan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam

agama, namun tetap bersatu, kami menempat Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai

yang paling utama dalam falsafah hidup kita. Kepercayaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa merupakan karaktersitik bangsa Indonesia.36

Dari sinilah kita belajar dari Soekarno bagaimana membangun impian lewat

ide-ide besar yang dipikirkannya untuk bangsa Indonesia. Konstribusi dari kelima

falsafah di atas sejatinya harus terus dijaga dan diinternalisasikan untuk kemajuan

bangsa dan bernegara, bukan untuk menghancurkan bahkan menolak Pancasila

dengan memasukkan ideologi-ideologi yang lain yang lahir dari sentimen sebuah

agama tertentu. Di sinilah Soekarno memberikan inspirasi bagi generasi bangsa

sehingga bangsa Indonesia bersatu yang telah diwarisi oleh para tokoh-tokoh

pejuang serta para ulama yang telah mempertahankan NKRI melalui ideologi dan

dasar Pancasila.

Soekarno menyatakan pula keinginannya bahwa Pancasila memiliki fungsi

yang melampaui batas-batas nasional:

“Saya sungguh-sungguh percaya bahwa Pancasila mengandung lebih

banyak daripada arti nasional saja. Pancasila mempunyai arti universal dan dapat

digunakan secara internasional. Bangunlah dunia ini kembali! Bangunlah dunia ini

35 Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, Jilid I, h. 29-30. 36 Soekarno, Membangun Dunia Baru, h. 58-59.

Page 80: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

69

kokoh dan kuat dan sehat! Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup

dalam damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan

cita-cita umat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau, karena

fajar sedang menyingsing. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau,

sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan diri terhadap masa depan.37

Dari pemikiran di atas, Soekarno mendalami tentang ajaran Islam secara

luas karena menurutnya Islam di Dunia dan Nusantara merupakan satu paket

pemahaman yang begitu lengkap yang ada dalam Pancasila.

Adapun isu-isu yang ingin menghilangkan Pancasila sebagai dasar negara

salah satunya disebabkan banyaknya perkembangan aqidah yang menyimpang dan

memiliki cara berfikir yang menyimpang, radikal, dan intoleran, adalah sebuah

kemunduran total, yang secara yuridis formal akan membawa kembali negara

Indonesia sebelum merdeka. Soekarno pun menegaskan bahwa tiga perempat dari

permukaan bumi ini, telah dijelajahi, bahkan telah diziarahi oleh berbagai negara

termasuk negara-negara yang umatnya adalah umat Islam. Soekarno semakin

merasa bangga bahwa dasar negara Pancasila itu adalah satu dasar negara yang

dikagumi oleh hampir semua bangsa yang telah dikunjungi, terutama sekali oleh

umat Islam.38

Maka, sudah sewajarnya kalau Soekarno dengan semangat yang berapi

tokoh yang sangat gigih dalam mensosialisasikan kehebatan Pancasila.39 Oleh

karenanya menjadi seorang Muslim tidak boleh mengamalkan ritual-ritual

keagamaan semata. Lebih daripada itu, ia harus bersinergi dengan perkembangan

zaman khususnya dalam membangun peradaban Umat Manusia.

37 Soekarno, Membangun Dunia Baru, h. 65-94. 38 Soekarno, Bung Karno dan Islam: Kumpulan Pidato tentang Islam 1953-1966 (Jakarta :

Penerbit cv. Haji Masagung, 1990), h. 57. 39 Dwi Siswoyo, “Pandangan Bung Karno Tentang Pancasila dan Pendidikan”, Cakrawala

Pendidikan XXXII, no. 1 (Februari, 2013), h. 109.

Page 81: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Pancasila menurut Soekarno, peneliti menarik

kesimpulan bahwa Pancasila—setelah disahkan dan ditetapkan pada sidang

PPKI— itu fleksibel bagi bangsa dan negara Indonesia. Artinya setiap isi dalam

butir Pancasila sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia dari berbagai aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara baik segi adat istiadat, agama dan kepercayaan,

sosial, serta kebudayaan. Selain itu, Pancasila juga memiliki nilai-nilai moral yang

luhur. Jelasnya setiap butir dalam Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan

ajaran Islam bahkan menambahkan kesejukan dalam kehidupan keberagamaan di

Indonesia, serta menjunjung nilai-nilai peradaban bangsa. Karenanya, tidak

mengherankan jika Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai Dasar Negara

Indonesia.

Adapun kesesuaian setiap butir Pancasila menurut Soekarno dengan

karakteristik bangsa dan negara dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut:

1. Nilai Kebangsaan, artinya bangsa Indonesia bukanlah sekedar satu

golongan orang yang hidup dengan “kehendak akan bersatu” di atas daerah

yang kecil seperti Madura, atau Jogja, atau Sunda, atau Bugis yang lainnya,

tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut

geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah SWT, tinggal di kesatuannya

semua pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian.

Page 82: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

71

2. Nilai Kemanusiaan, artinya setiap bangsa menghargai dan menjaga hak-hak

semua bangsa, baik yang besar maupun yang kecil, yang lama maupun yang

baru.

3. Nilai Mufakat atau Demokrasi, artinya mengambil keputusan atau

persetujuan bulat harus dengan kesepakatan bersama dan suatu pembicaraan

yang berasaskan kekeluargaan. Jadi bangsa mengambil keputusan yang

dilakukan dengan cara mengemukakan pendapat yang dapat diterima dan

menghasilkan suatu hasil yang dapat digunakan oleh orang banyak.

4. Nilai Kesejahteraan Sosial, artinya prinsip tidak ada kemiskinan di dalam

Indonesia Merdeka.

5. Nilai Ketuhanan, artinya bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam

agama, namun tetap bersatu, menempatkan Ketuhanan yang Maha Esa

sebagai yang paling utama dasar dalam kehidupan.

B. Saran-Saran

Setelah mengamati kesimpulan dan menganalisa hasil penelitian di atas, ada

beberapa saran yang peneliti akan disampaikan yang bersangkutan dengan skripsi,

yaitu:

1. Saran untuk akademisi khususnya baik mahasiswa, Nilai-nilai Pancasila

menurut perspektif Islam perlu dikembangkan karena zaman sekarang ada

beberapa oknum yang menyalahkan atau anti Pancasila dengan alasan

bahwa Pancasila tidak berdasarkan Islam (al-Qur’an dan Hadis). Oleh

karenanya, Pancasila nilai Pancasila menurut perspektif Islam sangat

penting untuk generasi bangsa ke depan.

Page 83: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

72

2. Saran untuk masyarakat, supaya lebih cermat dan cerdas antara berita fakta

dan fiktif agar terhindar dari sifat subyektif dan kesalahpahaman terhadap

menilai beberapa oknum yang anti Pancasila.

Page 84: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

73

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Asvi Warman. Membongkar manipulasi Sejarah; Kontroversi Pelaku dan

Peristiwa. Jakarta: Gramedia, 2009.

Adams, Cindy. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. terj Abdul

Barsalim. Cet. 1. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1966.

Alam, Wawan Tunggul. Demi Bangsaku Pertentangan Bung Karno vs Bung Hatta.

Jakarta: Gramedia, 2003.

Aminudin, Noor. Filsafat Pendidikan Islam; Konteks Kajian Kekinian. Cet. 1.

Gresik: Caremedia Communication, 2018.

Al-Anshori, M. Junaidi. Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Masa

Proklamasi Kemerdekaan. Cet. 3. Jakarta: Mitra Askara Panaitan, 2010.

Anshory, Nasruddin. Strategi Kebudayaan; Titik Balik Kebangkitan Nasional. Cet.

1. Malang: UB Press, 2013.

Bahar, Saafroedin dan Nannie Hudawati (Editor). Risalah Sidang Badan Penyelidik

Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI); 28 Mei 1945-22 Agustus 1945.

Jakarta: Sekertariat Negara Republik Indonesia, 1998.

Budiman, Sudjatmiko. Soekarno Muda. Yogyakarta: Delokomotif, 2010.

Gesmi, Irwan. Yun Hendri. Pendidikan Pancasila. Cet. 1. T.t.: Uwais Inspirasi

Indoneasi, 2018.

Hakim, Muhammad Aziz. “Respositioning Pancasila Dalam Pergulatan Ideologi-

Ideologi Gerakan di Indonesia Pasca-Reformasi”. Kotemplasi 4. no. 1.

(Agustus 2016). h. 132.

Hidayat, Komaruddin. Memakai Jejak-Jekak Kehidupan. Jakarta: Gramedia, 2009.

Hutagalung, Bahara R. Serangan Umum I Maret 1949: Dalam Kodeidoskop

Sejarah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Cet. 1.

Yoyokaarta: LKiS, 2010.

Al-Jihad, R. Saddam. Pancasila Ideologi Dunia; Sintesis Kapitalisme. Sosilisme.

dan Islam. Cet. 1. Tangerang Selatan: Pustaka Alvabet, 2018.

Karman, Yonky. Runtuhnya Kepedulian Kita; Fenomena Bangsa Yang Terjebak

Formalisme Agama. Jakarta: Buku Kompas, 2010.

Page 85: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

74

Kasenda, Peter. Bung Karno Panglima Revolusi. Cet. 1. Yogyakarta: Galang

Pustaka, 2014.Situmorang, Jonar T.H. Bung Karno; Biografi Putra Sang

Fajar. Cet. 2. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Koerniatmanto. Bukan Kapitalisme Bukan Sosialisme. Cet. 5. Yogyakarta:

Kanisius, 2007.

Lahirnya Pancasila; Kumpulan Pidato BPUPKI. Cet. 1. Jakarta: Media Pressindo,

2017.

Legge, Jhon D. Sukarno Sebuah Biografi Politik. Terj tim PSH. Et. 3. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Maarif, Ahmad Syafii. Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan;

Sebuah Refleksi Sejarah. Cet. 1. Bandung: Mizan, 2009.

Maran, Rafael Raga. Pengantar Logika. Jakarta: Gramedia, t.th.

Mohammad, Herry. Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20. Cet. 2.

Jakarta: Gema Insani, 2008.

Muhshi, Adam. Teologi Konstitusi: Hukum Hak Asasi Manusia atas Kebebasan

Beragama. Cet. 1. Yogyakarta: Pelangi Askara, 2015.

Nadjib, Emha Ainun. Mencari Buah Simalakama. Cet. 1. Yogyakarta: Bentang

Pustaka, 2017.

Nasar, M. Fuad. Islam dan Muslim di Negara Pancasila. Yogyakarta: Gre

Publishing. t.th.

Novia, Windy. Kamus Ilmiah Populer. Cet. 1. T.tp.: Wipress, 2009.

Parwoto. Seri IPS Sejarah 2. Cet. 1. T.t.; Yudhistira, 2007.

Pasha, Mustafa Kemal. dkk. Pancasila dalam Tinjauan Historis. Yuridis. dan

Filosofis. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003.

Redaksi Great Publisher. Buku Pintar Politik: Sejarah. Pemerintahan. dan

Ketatanegaraan. Cet. 1. Yogyakarta: Jogja Great Publisher, 2009.

Ronto. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Cet. 1. Jakarta: Balai

Pustaka, 2012.

Saputra, Lukman Surya. Pendidikan Kewarganegaraan Membutuhknan

Nasionalisme dan Patriotisme. Cet. 1. Bandung: Setia Purna Inves, 2007.

Sarinah. dkk.. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN Perguruan

Tinggi). Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2016.

Page 86: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

75

Setiawan, Hersri. Kamus Gestok. Yogyakarta: Galang Press, 2003.

Siswo, Iwan. Panca Azimat Revolusi; Tulisan. Risalah. Pembelaan. & Pidato

Sukarno 1926-1966. Jilid I. Jakarta: Gramedia, 2014.

Siswoyo, Dwi. “Pandangan Bung Karno Tentang Pancasila dan Pendidikan”.

Cakrawala Pendidikan XXXII. no. 1 (Februari. 2013). h. 109.

Situmorang, Jonar T.H. Bung Karno; Biografi Putra Sang Fajar. Cet. 2.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Soekarno. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Cet. 2. Jakarta: Media

Presindo, 2017.

________________. Membangun Dunia Baru: To Build the World Anew.

Yogyakarta: Media Pressindo, 2000.

________________. Di bawah Bendera Revolusi. Jilid I. Jakarta: Panitya, 1964.

________________. Bung Karno dan Islam : Kumpulan Pidato tentang Islam

1953-1966. Jakarta : Penerbit cv. Haji Masagung, 1990.

Sen, Sun Yat. San Min Chu I. Penerjemah Frank W. Price. Shanghai: The

Commercial Press Limited, 1928.

Sularto, St. dan D. Rini Yunarti. Konflik Di Balik Proklamasi; BPUPKI. PPKI dan

Kemerdekaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.

Suparman. Pancasila. Cet. 1. Jakarta: Persero. 2012.

Suseno, Franz Magnis. Pemikiran Karl Marx; Dari Sosialisme Utopis ke

Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gremidia, 2005.

Susilo, Taufik Adi. Soekarno Biografi 1901-1970. Cet. 5. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2016.

Suwarno. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia; Penelitian Pancasila dengan

Pendekatan Historis. Filosofis dan Sosio-Yuridis Kenegaraan. Cet. 9

Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Syuhud, A. Fatih. Ahlussunnah Wal Jamaah; Islam Wasathiyah Tasamuh Cinta

Damai. Cet. 1. Malang: Alkhoirot, 2017.

Team Pusat Studi UGM. Prosiding FGD Pakar: Kajian Ilmiah Masalah Perbedaan

Pendapat 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Yogyakarta: PSP

UGM, 2013.

Page 87: NILAI-NILAI FILOSOFIS PANCASILA MENURUT SOEKARNO

76

Tim Pusat Studi Pancasila UGM dan Tim Universitas Pattimura Ambon. Prosiding

Kongres Pancasila VI: Penguat. Sinkronisasi. Harmonisasi. Integrasi

Pelembgan dn Pembudyaan Pancasil dalam Rangka Memperkokoh

Kedaulatan Bangsa. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila, 2014