tugas 3 pancasila

15
Berlin Berto Widya Danang Kelompok 2 PANCASIL A Pancasila Implementasi Nilai-Nilai Pancasila di Era Pasca Reformasi Widya Andi Karmila Saputri (141061008) Belladhanius Berlinditya O.R.E.P (141061007) Danang Afriansah (141061009) Wigbertus Ngabu (141061006)

Upload: widyaandiks-s

Post on 29-Jul-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Berl

in

Bert

oW

idya

D

anang

Kelompok 2

PANCASILA

PancasilaImplementasi Nilai-Nilai Pancasila

di Era Pasca Reformasi

Widya Andi Karmila Saputri (141061008)

Belladhanius Berlinditya O.R.E.P (141061007)

Danang Afriansah (141061009)

Wigbertus Ngabu (141061006)

Latar Belakang

Pancasila yang merupakan falsafah Negara Indonesia, pada era pasca reformasi seakan-akan mulai tersingkir di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalam sila-silanya menjadi tidak termaknai dengan baik

dalam pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sendi-sendi kehidupan di masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.

Pada hakikatnya Pancasila mengandung dua pengertian pokok, sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia dan sebagai dasar Negara Republik Indonesia.

Landasan Teori

Bahasa

jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berzina, jangan berdusta, dan jangan minum-minuman keras.

Panca “Lima” , Sila “dasar”

Ir. Soekarno

Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.

Penge

rtian

Panca

sila

Menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.

Apa itu Reformasi?

• s

Reformasi secara etimologis berasal dari kata reform, yang mempunyai

makna “make or become better by removing or putting right what is bad or wrong”.

Secara harfiah bermakna suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang, atau menata kembali hal-hal yang

Nilai-Nilai dalam Pancasila

Pancasila sebagai nilai yang termasuk nilai moral atau nilai kerohanian juga mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Hal ini bersumber dari dasar Pancasila, yaitu manusia yang mempunyai susunan kodrat, sebagai mahluk yang tersusun atas jiwa (rohani) dan raga (materi). Di samping itu Pancasila sebagai sistem nilai juga mengakui nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai kebenaran (epistemologis), setetis, etis, maupun nilai religius.

Nilai-nilai dasar Pancasila, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan yang bersifat universal, objektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain, walaupun tentunya tidak diberi nama Pancasila. Sebagai contoh, misalnya nilai kemanusiaan di negara lain diberi nama atau dipahami sebagai humanisme, persatuan dipahami sebagai nasionalisme, kerakyan dipahami dengan istilah demokrasi, keadilan dipahami dengan istilah kesejahteraan (Rukiyati, 2008).

Implementasi Pancasila di

Berbagai Bidang

Penyel

engga

raan

Negar

a Politik Sosial

Buda

ya

PANCASILA

Hukum

Ekonomi

PEMBAHASAN

Penyelenggaraan Negara

Penegasan Pancasila sebagai filosofi, ideologi, jiwa, dan pandangan hidup sudah

final. Akan tetapi, dalam tahap pelaksanaan masih banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran

yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Pelanggran-pelanggaran tersebut sebagai

contohnya dapat dilihat pada penyelenggaraan negara. Ada beberapa kejadian mengenai

pelanggaran Pancasila dalam Penyelenggaraan Negara, salah satu contohnya adalah pengaduan

gugatan terhadap Undang-Undang (UU).

Pengaduan gugatan Undang-Undang kepada Mahkamah Konstitusi (MK) pada

beberapa periode antara 2003-2012 ada sekitar 400 pengaduan. Pengaduan tersebut terkait

dengan adanya indikasi pelanggaran nilai-nilai Pancasila dalam Undang-Undang yang

dirancang. Beberapa kasus pengaduan tersebut, oleh Mahkamah Konstitusi kemudian di proses

dan sekitar 27 persen dibatalkan. Pembatalan Undang-Undang tersebut dilakukan, karena

sebagian besar didapatkan pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila.

Politik

Ini bisa dilihat betapa banyaknya pejabat yang mengidap penyakit “amoral” meminjam istilah Sri Mulyani-moral hazard. Hampir tiap komunitas (BUMN maupun BUMS), birokrasi, menjadi lumbung dan sarang “bandit” yang sehari-hari menghisap uang negara dengan praktik KKN atau kolusi, korupsi, dan nepotisme.

Melihat perilaku sebagaian besar elit politik kita sekarang yang mementingkan kepentingan kelompok/ partai, mereka rela menggunakan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan dan untuk memperbesar cengkeramannya pada upaya penguasaan bangsa. Pada kenyataannya kepentingan politik jangka pendek adalah segala-galanya

Hak-hak ulayat rakyat dirampas, kekerasan terjadi di mana-mana dan kepentingan Nasional justru diabaikan padahal mereka itu adalah konstituen yang harusnya mendapat perhatian dan kesejahteraan.

Ekonomi

Implementasi Nilai Pancasila

Ekonomi menurut Pancasila adalah berdasarkan asas

kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan

namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi

persaingan bebas yang mematikan. Namun pada kenyataannya, sejak

pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa Indonesia masih

terasa hingga hari ini.

Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah studi dari The

World Bank (1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle

economics, the unbelieveble progress of development, ternyata

perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang

mudah sirna begitu diterpa badai krisis (World Bank, 1993).

Ekonomi

Kebijakan perekonomian Indonesia yang diterapkan tidak membumi,

hanya sebatas “membangun rumah di atas langit” dan akibatnya upaya

pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi tersingkirkan. Rakyat masih terus

menjadi korban kegagalan kebijakan pemerintah. Potret perekonomian Indonesia

semakin buram, memperhatikan kebijakan pemerintah yang selalu “pasrah”

dengan Bank Dunia atau pun International Monetary Fund (IMF) dalam mencari

titik terang perbaikan ekonomi Indonesia. Belum lagi menumpuknya utang luar

negeri semakin menghimpit nafas bangsa Indonesia, sampai-sampai seorang bayi

baru lahir pun telah harus menanggung hutang tidak kurang dari 7 juta rupiah.

Sosial Budaya

Begitu luasnya cakupan kebudayaan tetapi dalam

pengamalan Pancasila kebudayaan bangsa Indonesia adalah

budaya ketimuran, yang sangat menjunjung tinggi sopan santun, ramah

tamah, kesusilaan dan lain-lain. Budaya Indonesia memang mengalami

perkembangan misalnya dalam hal Iptek dan pola hidup, perubahan dan

perkembangan ini didapat dari kebudayaan asing yang berhasil masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia.

Kondisi nyata saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan primordialisme sempit, munculnya indikasi tersebut sebagai salah satu gambaran menurunnya pemahaman tentang Pancasila sebagai suatu

ideologi, dasar filsafati negara, azas, paham negara.

Imple

menta

si Nilai

Pancas

ila

Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah, baik konflik horizontal maupun konflik vertical. Berbagai konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban jiwa antar sesama warga bangsa dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan berbicara, bersikap, dan bertindak amat memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi lain justru menimbulkan semangat primordialisme. Benturan antar suku, antar umat beragama, antar kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana. Kriminalitas meningkat dan pengerahan masa menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berpotensi tindakan kekerasan.

Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila.

Sosial Budaya

Hukum

PANCASILA

Indonesia adalah negara hukum, artinya semua lembaga, institusi maupun personil yang ada di dalamnya harus tunduk dan patuh pada hukum. Maka ketika hukum di Indonesia betul-betul ditegakkan dengan tegas, dan dikelola dengan jujur, adil dan bijaksana, maka negeri ini akan makmur dan tentram.

Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law enforcement) di negeri ini penegakkan hukum yang masih terkesan tebang pilih, Kepercayaan masyarakat terhadap supremasi hukum, termasuk lembaga-lembaga penegak hukum, kian terpuruk. Contohnya setelah putusan Prapardilan Budi Gunawan, sebagian besar masyarakat menganggap putusan pengadilan itu mengusik keadilan masyarakat sehingga menimbulkan rasa kekecewaan yang sangat besar. Akibatnya, kini ada kecenderungan munculnya sinisme masyarakat terhadap setiap gagasan dan upaya pembaharuan hukum yang dimunculkan oleh negara maupun civil society. Sejak komitmen reformasi dicanangkan tahun 1998, mandat reformasi hukum paling utama adalah membersihkan sapu kotor agar mampu membersihkan lantai kotor. Sapu kotor menggambarkan institusi penegak hukum kita kepolisian, kejaksaan, dan peradilan yang belum steril dari praktek korupsi sehingga menyulitkan untuk melaksanakan mandat penegakan hukum secara tidak diskriminatif.

Penutup

Penegasan Pancasila sebagai filosofi, ideologi, jiwa, dan pandangan hidup sudah final. Akan tetapi, dalam tahap pelaksanaan masih banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Faktanya, Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan peran vitalnya.

Di masa sekarang ini, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila mulai terkikis. Akibatnya, konflik terjadi di mana-mana, korupsi merajalela, dan keadilan tercabik-cabik.

Kesimp

ulan

Daftar Pustaka

Al-Marsudi, H. S. (2003). Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Maulana, A. (2014, 12). Implementasi Nilai Pancasila di Era Setelah reformasi.

Pokok-Pokok Materi: Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. (1998). Semarang.

Prof. DR. Kaelan, M. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Rukiyati, M, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: UNY Press.

Yamin, M. (1982). Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.