tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

12
KOSEP DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Sejarah Lahirnya Pancasila, Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia) Dosen Pengampu: Drs. Suripto, M.Pd. Disusun oleh Siti Sangidah K7114172 / 14 4 B PROGRAM STUDI S1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Upload: siti-sangidah

Post on 15-Apr-2017

98 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

KOSEP DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

(Sejarah Lahirnya Pancasila, Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia)

Dosen Pengampu: Drs. Suripto, M.Pd.

Disusun oleh

Siti Sangidah

K7114172 / 14

4 B

PROGRAM STUDI S1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

Page 2: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

A. Sejarah Lahirnya Pancasila

Sebelum Indonesia merdeka, ada beberapa Negara yang pernah menjajah

Indonesia. Diantaranya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Terhadap

penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk

perjuangan bersenjata maupun politik.

Penjajahan Belanda berakhir pada tanggal 8 Maret 1942. Sejak saat itu

Indonesia diduduki oleh bangsa Jepang. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai

kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia

agar bersedia membantu tentara Jepang dalam melawan Sekutu, Jepang

memberikan janji kemerdekaan dikelak kemudian hari. Janji itu diucapkan oleh

Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 07 September 1994. Sebagai kelanjutan dari

janji Jepang tentang kemerdekaan Indonesia, maka pada tanggal 29 April 1945

dibentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI). Anggotanya sebanyak 62 orang dan dilantik pada tanggal 28 Mei

1945. Ketuanya adalah Dr. Radjiman Widyodiningrat.

Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan

Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas

badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya

dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi

kemerdekaan Indonesia.

Sidang I BPUPKI berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945-1 Juni 1945.

Dalam sidang tersebut Dr. Radjiman Widyodiningrat meminta kepada segenap

peserta sidang untuk memikirkan tentang dasar Indonesia merdeka.

Muncullah tanggapan dari peserta sidang mengenai pemikiran dasar

Negara Indonesia merdeka. Mereka yang mengajukan konsep dasar Negara

Indonesia merdeka diantaranya adalah Mr. Muhammad Yamin. Prof. Dr. Mr.

Soepomo, dan Ir. Soekarno.

Tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin mendapat kesempatan

terlebih dahulu untuk mengajukan konsep dasar Negara Indonesia merdeka.

Beliau mengajukan secara lisan konsep dasar Negara Indonesia merdeka yang

berjudul “ASAS dan DASAR NEGARA KEBANGSAAN REPUBLIK

INDONESIA” sebagai berikut :

Page 3: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu, Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 juga mengajukan

usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Prof .Dr. Supomo pada tanggal 31 Mei 1945 juga mengajukan usul secara

tertulis yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Persatuan

2. Mufakat dan demokrasi

3. Keadilan sosial

4. Kekeluargaan

5. Musyawarah

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengajukan usul mengenai

calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)

2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Kelima hal ini oleh Ir. Soekarno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno

mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:

1. Sosio nasionalisme

2. Sosio demokrasi

3. Ketuhanan

Page 4: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Berikutnya tiga hal ini menurut Ir. Soekarno juga dapat diperas menjadi Ekasila

yaitu Gotong Royong.

Istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi

perilaku seseorang atau bangsa;kelakuan atau perbuatan yang menurut adab

(sopan santun); dasar adab, akhlak, dan moral. Pancasila sebagai dasar negara

pertama kali diusulkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 dihadapan

sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI). Menurut beliau, istilah Pancasila tersebut diperoleh dari para

sahabatnya yang merupakan ahli bahasa.

Rumusan Pancasila yang dikemukakan tersebut berdiri atas :

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasional atau kemanusiaan

3. Mufakat atau demokrasi

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan yang berkemanusiaan

Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI

sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung

usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno

BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis

paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil

ini terdiri atas delapan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno

2. Ki Bagus Hadikusumo

3. K.H. Wachid Hasjim

4. Mr. Muh. Yamin

5. M. Sutardjo Kartohadikusumo

6. Mr. A.A. Maramis

7. R. Otto Iskandar Dinata

8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil,

dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai

Page 5: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-

Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno

2. Drs. Muh. Hatta

3. Mr. A.A. Maramis

4. K.H. Wachid Hasyim

5. Abdul Kahar Muzakkir

6. Abikusno Tjokrosujoso

7. H. Agus Salim

8. Mr. Ahmad Subardjo

9. Mr. Muh. Yamin

Tokoh-tokoh BPUPKI yang diberi nama Panitia Sembilan mengadakan

pertemuan untuk membahas pidato serta usulan-usulan mengenai dasar negara

yang telah dikemukakan dalam sidang- sidang BPUPKI. Panitia Kecil yang

beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan

berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih

dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”. Dalam pembahasan tersebut

didalamnya terdapat rumusan dan sistematika Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradap

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dalam preambul dinyatakan: “….kemerdekaan indonesia suatu susunan

Negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan

kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi

pemeluk-pemeluknya….” Selain itu disepakati bahwa Islam adalah agama

negara dan Presiden Republik Indonesia harus seorang yang berasal dari agama

Islam. Pada tanggal 22 Juni 1945, kesepakatan tersebut ditandatangani,

Page 6: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

bertepatan dengan hari jadi kota Jakarta. Karena itu, dokumen tersebut dikenal

dengan nama Piagam Jakarta.

Akan tetapi, Sehari setelah kemerdekaan ( 18 Agustus 1945 ) kesepakatan

itu dipersoalkan. Orang-orang Kristen yang sebagian besar berada diwilayah

timur Indonesia menyatakan tidak bersedia bergabung dengan republic Indonesia

kecuali jika beberapa unsur dalam piagam Jakarta dihapuskan. Unsur-unsur islam

yang dipersoalkan itu adalah: “…dengan kewajiban menjalankan syariat islam

bagi para pemeluk-pemeluknya”. Para tokoh dari Indonesia timur menghendaki

agar ketujuh kata tersebut dihapus. Selain itu, mereka juga menuntut agar kata-

kata: “islam adalah agama negara” dan “presiden harus seorang muslim” juga

dihapus.

Keinginan masyarakat wilayah timur nusantara memaksa para perumus

dasar Negara kembali mengadakan musyawarah. Setelah melalui suatu proses

yang melelahkan, akhirnya kelompok islam bersepakat untuk menghapus unsur-

unsur Islam yang telah mereka rumuskan dalam Piagam Jakarta. Sebagai

gantinya unsur “ketuhanan” dimasukkan kedalam sila pertama dalam pancasila.

Dengan demikian, sila pertama berbunyi; “ Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejak

diterimanya usul perubahan tersebut, maka dasar Negara republik Indonesia

yang berkedaulatan rakyat adalah PANCASILA, dengan lima sila: Ketuhanan

Yang Maha esa, Kemanusiaan yang Adil dan beradap, Persatuaan Indonesia,

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan Keadialan Sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Tanggapan

Perumusan pancasila dilakukan oleh para pendiri Negara melalui proses yang

panjang dan melelahkan. Mereka berjuang sekuat tenaga dan fikiran demi

terwujudnya ideologi dasar Negara Republik Indonesia. Jadi, sebagai warga

Negara Indonesia kita wajib mengamalkan sila-sila yang terkandung dalam

pancasila di kehidupan sehari-hari. Pancasila digali dari jiwa dan kepribadian

bangsa Indonesia. Oleh sebab itulah Pancasila dijadikan dasar Negara/ideologi

bangsa Indonesia.

Page 7: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Pancasila bersifat dinamis dan fleksibel artinya Pancasila dapat mengikuti

perkembangan jaman tanpa harus mengubah isi sila-sila dalam Pancasila. Selain

itu, Pancasila juga dapat mempersatukan warga Negara Indonesia yang berasal

dari berbagai suku, ras, budaya, serta agama. Sebagai contoh sila pertama “

ketuhanan Yang Maha Esa” isi sila tersebut tidak hanya menyangkut agama Islam

namun seluruh agama yang ada di bumi pertiwi ini.

B. Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan RI

Peraturan perundang-undangan, dalam konteks negara Indonesia, adalah

peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang mengikat secara umum.

Jenis dan Hierarki

Hierarki maksudnya peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Sebelum menuju pada poin utama Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia

menurut UU No. 12 Tahun 2012, tak ada salahnya kita juga mengetahui

perubahan-perubahan yang telah terjadi sebelumnya. Berikut merupakan Tata

Urutan Peraturan Perundang-undangan Indonesia di masa sebelumnya.

Tata perundang-undangan diatur dalam :

1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR

mengenai sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan

perundang-undangan Republik Indonesia.

Urutannya yaitu :

a. UUD 1945;

b. Ketetapan MPR;

c. UU;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Keputusan Presiden;

f. Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi

Menteri.

Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

Page 8: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan

Peraturan Undang-Undang.

Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-

undangan RI yaitu :

a. UUD 1945;

b. Tap MPR;

c. UU;

d. Peraturan pemerintah pengganti UU;

e. PP;

f. Keppres;

g. Peraturan Daerah;

Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. UU/Perppu;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah.

Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki

peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan MPR;

c. UU/Perppu;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah Provinsi;

f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Page 9: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Penjelasan:

Pasal 7 ayat 1 “Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan” terdiri

atas :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis

Negara Republik Indonesia dalam Peraturan Perundang-undangan, memuat

dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. UUD 1945

ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

UUD1945 mulai berlaku sejak 18 agustus 1945 sampai 27 desember 1949.

Setelah itu terjadi perubahan dasar negara yang mengakibatkan UUD 1945

tidak berlaku, namun melalui dekrit presiden tanggal 5 juli tahun 1959,

akhirnya UUD 1945 berlaku kembali sampai dengan sekarang.

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Merupakan putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai

pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR atau

bentuk putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berisi hal-hal yang

bersifat penetapan (beschikking). Pada masa sebelum perubahan (amandemen)

UUD 1945, ketetapan MPR merupakan Peraturan Perundangan yang secara

hierarki berada di bawah UUD 1945 dan di atas Undang-Undang.

Pada masa awal reformasi, ketetapan MPR tidak lagi termasuk urutan hierarki

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.

Contoh : TAP MPR NOMOR III TAHUN 2000 TENTANG SUMBER

HUKUM DAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA NOMOR III/MPR/2000

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama

Presiden. Perlu diketahui bahwa undang-undang merupakan produk bersama

dari presiden dan DPR (produk legislatif), dalam pembentukan undang-undang

ini bisa saja presiden yang mengajukan RUU yang akan sah menjadi Undang-

undang jika DPR menyetujuinya, dan begitu pula sebaliknya.

Page 10: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Undang-Undang memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat untuk

konsolidasi posisi politik dan hukum, untuk mengatur kehidupan bersama

dalam rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk Negara.

Contoh : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32

TAHUN 2010 TENTANG “LARANGAN MEROKOK”

d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal

kegentingan yang memaksa (negara dalam keadaan darurat), dengan ketentuan

sebagai berikut:

1) Perpu dibuat oleh presiden saja, tanpa adanya keterlibatan DPR;

2) Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut;

3) DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan

perubahan;

4) Jika ditolak DPR, Perpu tersebut harus dicabut.

Contoh : bahwa Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

hukum dan tuntutan masyarakat sehingga perlu diganti dengan undang-

undang yang baru; diganti dengan : UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI.

e. Peraturan Presiden (PP)

Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk

menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Peraturan Presiden

adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk

menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau

dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

Contoh : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

10 TAHUN 1987 TENTANG SATUAN TURUNAN, SATUAN

TAMBAHAN, DAN SATUAN LAIN YANG BERLAKU dan PERATURAN

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1973

TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH.

Page 11: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

f. Peraturan Daerah Provinsi

Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah Negara Indonesia adalah Negara

yang menganut asas desentralisasi yang berarti wilayah Indonesia dibagi dalam

beberapa daerah otonom dan wilayah administrasi. Daerah otonom ini dibagi

menjadi daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Dalam pelaksanaannya kepala

daerah dengan persetujuan DPRD dapat menetapkan peraturan daerah.

Peraturan daerah ini tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan

diatasnya.

Contoh : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG

PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DI PROPINSI

DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA dan PERDA NO. 10 TAHUN

2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 10

TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA

BARAT

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten atau Kota dengan persetujuan bersama Bupati atau

Walikota.

Contoh : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

GRESIK” NOMOR 01 TAHUN 1990 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK

NOMOR 01 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK

TAHUN ANGGARAN 1989/1990.

Tanggapan:

Peraturan tertinggi dalam hierarki perundang-undangan di Indonesia

adalah UUD 1945. Semua peraturan di bawahnya bersumber dari UUD 1945.

Jadi dalam pelaksanaannya tidak beleh menyimpang dari UUD !945.

Page 12: Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

SUMBER

Arini. Tanpa Tahun. Sejarah Lahirnya Pancasila. Diunduh dari:

http://arinnie.blogspot.co.id/p/sejarah-lahirnya-pancasila.html pada

tanggal 28 Februari 2016.

Rahmah. 2012. Sejarah Lahirnya Pancasila dan Konstitusi Republik Indonesia.

Diunduh dari http://asagenerasiku.blogspot.co.id/2012/03/sejarah-

lahirnya-pancasila-dan.html pada tanggal 28 Februari 2016.

Sugiarto.2015. Hierarki Peraturan Perundang-undangan Indonesia. Diunduh

dari: http://artonang.blogspot.co.id/2015/01/tata-urutanhierarki-

peraturan-perundang.html pada tanggal 28 Februari 2016.