tugas mata kuliah pancasila

22
MAKALAH MATA KULIAH PANCASILA “Pancasila sebagai Landasan Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Studi Kasus Hukuman Mati Gembong Narkoba Duo Bali Nine” Disusun oleh : PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Rami Andhina 135040200111048 Puji Nur Rahayu 135040200111055 Abyan Farhanditya S. 135040200111056

Upload: abyan-farhandhitya

Post on 05-Nov-2015

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kkk

TRANSCRIPT

MAKALAHMATA KULIAH PANCASILAPancasila sebagai Landasan Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Studi Kasus Hukuman Mati Gembong Narkoba Duo Bali Nine

Disusun oleh :Rami Andhina135040200111048

Puji Nur Rahayu135040200111055

Abyan Farhanditya S.135040200111056

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang bertujuan untuk menjadi masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.Pada dasarnya Pancasila telah di tetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.Mengingat berbagai permasalahan dewasa ini, yang berkaitan dengan situasi negeri kita di bidang politik, sosial, ekonomi dan moral, maka perlu adanya pembahasan untuk mencapai solusi (pemecahan) terhadap berbagai persoalan tersebut, jika adakalanya pikiran dan tindakan bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila yang sangat menjunjung tinggi Hak asasi manusia. Terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar ( hak asasi ) yang harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan. Seperti halnya mengenai kasus hukuman mati bagi Duo Bali Nine yang berbangsa asing yaitu bangsa Australia yang banyak menuai krontoversi dalam negeri serta luar negeri karena sangat berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) yang harus dijunjung tinggi, sehingga dalam permbahasan ini diharapkan dapat menemukan solusi yang sesuai dengan kejahatan yang dilakukan tetapi juga tidak melanggar Hak Asasi Manusia(HAM).1.2 Rumusan Masalah Apa pengertian dan ciri pokok hakikat Hak Asasi Manusia? Bagaimana Prinsip Penerapan dan Implementasi Hak Asasi Manusia dalam Pancasila? Seperti apa permasalahan dan upaya penegakkan HAM melalui Pancasila?

1.3 Tujuan Untuk mengetahui pengertian dan ciri pokok hakikat HAM di Indonesia. Untuk mengetahui prinsip dan implementasi HAM dalam Pancasila. Untuk mengetahui contoh studi kasus permasalahan HAM beserta solusinya berdasarkan Pancasila.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Ciri Pokok Hakikat Hak Asasi Manusia (HAM)HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Dan menurut John Locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Ruang lingkup HAM meliputi: Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain; Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada; Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia ada beberapa ciri pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

2.2 Prinsip Penerapan dan Implementasi Hak Asasi Manusia Dalam PancasilaPelaksanaan hak asasi manusia dalam pancasila tertanam dalam Pembukaan & Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea pertama: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Pasal 27 ayat 1& 2:Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya; dan pada ayat 2: tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 28:Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapakan dengan undang-undang. Pasal 29 ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 30 ayat 1: Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara. Pasal 31 ayat 1: Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pekerjaan. Pasal 33 ayat 1, 2 & 3: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan; dan pasal 33 ayat 2: cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara; serta pasal 33 ayat 3: bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran.Adapun Widjaja (2000) menyatakan bahwa HAM merupakan salah satu contoh dari penerapan pancasila sila kedua. Maksudnya disini adalah bagaimana HAM benar-benar dilaksanakan dan dijunjung tinggi dengan tetap berpegang pada pernyataan pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab. Di dalam kehidupan bangsa dan bernegara, manusia mempunyai kedudukan sebagai warga masyarakat dan warga negara. Oleh karena itu, mereka berhak untuk memiliki suatu kedudukan (harkat, martabat, dan drajat) yang sama. Sila kedua pancasila ini mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang mengakui adanya harkat dan martabat manusia, mengakui bahwa semua manusia adalah bersaudara, mengakui bahwa setiap manusia berhak diperlakukan secara adil, dan pengakuan bahwa setiap manusia wajib mengembangkan kehidupan bersama yang semakin berbudaya (beradab). Atas dasar tersebut, sila kemanusiaan tidak akan membedakan manusia dalam memperlakukan dan mengakui harkat dan martabatnya baik karena perbedaan kulit, suku, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Setiap warga negara diberi kebebasan yang sama, tidak ada perbedaan apapun misalnya kebebasan memeluk agama. Dalam melaksanakan perintah agama, diwajibkan saling menghormati. Kita tidak boleh melecehkan agama dan keyakinan orang lain. Peraturan pelaksanaan hak asasi manusia berbentuk peraturan perundang-undangan yang bersumber pada pancasila. Dalam pelaksanaannya, hak asasi perlu dilindungi dengan pelaksanaan kewajibannya. Setiap orang mempunyai hak asasi. Sesuai dengan ajaran hak asasi dalam berbagai peraturan yang berlaku, hak asasi manusia tidak dapat dilaksanakan secara mutlak sebab kalau dilaksanakan secara mutlak maka akan melanggar hak asasi orang lain. Jadi batas pelaksanaan hak asasi adalah hak milik orang lain. Mertoprawiro (dalam Margono, dkk, 2002: 60) menyatakan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia dalam pancasila harus selalu ada keserasian atau keseimbangan antara hak dan kewajiban itu sesuai dengan hakikat kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakatnya. Keduanya saling membutuhkan dan mempengaruhi. Keseimbangan tersebut harus dicapai sehingga dapat memberikan ketenangan dan keberhasilan setiap manusia. HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, sebagaimana ditegaskan dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 bahwa Hak Asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupaakan anugearh-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pada prinsifnya hak asasi manusia (HAM) yang universal. Dalam arti hak, merupakan hak dasar bangsa, agama, warna kulit, ras, suku, gender dan sebagainya serta dapat diterapkan semua penjuru dunia. Akan tetapi dalam pelaksanaan setiap negara memiliki persepsi khas tentang HAM disesuaikan dengan latar belakang kondisi politik dan sosial budaya masing-masing negara.Sebagai Dasar Negara Pancasila sangat menghargai Hak Asasi Manusia (HAM). Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan fundamental tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia. Perumusan ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.HAM juga terdapat di dalam Pembukaan konstitusi kita yang pernah berlaku. Namun, pelaksanaan HAM tetap berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Misalkan bagaimana kedudukan individu dalam sistem demokrasi? Demokrasi kita tetap berlandaskan kolektivisme, bukan pertentangan individu dan social orde seperti demokrasi liberal dan hak-hak lain berlandaskan kondisi masyarakat asli Indonesia. Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan sebagai berikut: Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut mengamanatkan bahwa setiap warga negara bebas untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing masing. Hal ini selaras dengan Deklarasi Universal tentang HAM pasal 2 dimana terdapat perlindungan HAM (Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk wilayah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan yang lain). Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang. Sila Kedua, mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Deklarasi HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi. Pasal 7 (Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam ini). Sila ini mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan Prinsip HAM dimana hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan. Pasal 1 (Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan). Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat. Inti dari sila ini adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan sehingga setiap orang tidak dibenarkan untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini sesuai pula dengan Deklarasi HAM. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. Asas keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini ditujukan bagi kepentingan umum tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu. 2.3 Permasalahan dan Upaya Penegakkan HAM melalui PancasilaBeberapa bulan terakhir, Indonesia sedang dihadapkan dengan polemik berupa vonis hukuman mati terhadap duo Bali Nine akibat kasus penyelundupan narkoba. Dimana terdapat opini yang bersifat pro dan mendukung vonis hukuman mati tersebut, maupun pihak tidak menyetujui vonis tersebut dan menyatakan bahwa hukuman mati merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Dikutip dari artikel online yang diterbitkan oleh media online Republika1]Komnas HAM memberikan pernyataannya terkait vonis hukuman mati yang diberikan kepada duo Bali Nine tersebut.Eksekusi Mati Gembong NarkobaBeberapa Alasan Komnas HAM tak Setuju Eksekusi Mati Duo Bali Nine

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia menolak eksekusi hukuman mati terhadap terpidana kasus kejahatan narkoba Bali Nine. Pasalnya Indonesia sudah meratifikasi Kovenan International Hak-hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights/ ICCPR).Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengatakan, sampai kapanpun pihaknya menolak pelaksanaan hukuman mati bandar narkoba asal Australia itu. Ada beberapa alasan mengaapa pihaknya menentang keras pelaksanaan eksekusi mati itu.Pertama, Indonesia sudah meratifikasi ICCPR melalui legislasi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005, tentang Hak-Hak Sipil dan Politik tentang kewajiban negara tidak melakukan hukuman mati, ujarnya saat dihubungi Republika, di Jakarta, Jumat (28/2) malam.Artinya dengan ditandatanganinya ratifikasi itu, Indonesia harus siap mengikuti standarnya dan menjadi hukum nasional. Kedua, negara atau individu tidak berhak menentukan hidup dan mati seseorang, melainkan tuhan. Alasan ketiga, dia menyebutkan kalau organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan jelas menyatakan bahwa menjadi bandar narkoba hanyalah kejahatan biasa dan sanksi maksimal bukanlah hukuman mati.Hukuman mati menurut PBB hanya bisa dilakukan untuk tindakan terorisme dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Karena itulah, kata dia, mengapa PBB sampai memprotes dan mengirim surat supaya tidak melakukan hukuman mati.Alasan keempat, hubungan Indonesia dengan negara-negara lain, maupun dari sisi ekonomi internasional terganggu. Ini karena dunia internasional yang menolak hukuman mati bisa terus menekan Indonesia. Alasan kelima, Natalius sebut bahwa bandar Duo bali nine telah berjasa menjadi mentor yang mengajari keterampilan seperti seni lukis hingga teknologi informasi kepada ratusan orang.Alasan terakhir, Natalius mengklaim bahwa terpidana yang akan dieksekusi dalam waktu dekat itu telah bertaubat. Untuk itu, negara seharusnya memberikan penghargaan yaitu grasi kepada mereka yang memberi sumbangsih selama mereka berada di negara kita. Apalagi, mereka telah bertaubat, ujarnya.

Tak senada dengan Komnas HAM, Menteri Agama memiliki pandangan tersendiri terkait vonis hukuman mati duo Bali Nine tersebut, dimana seperti yang dikutip dari media online Tempo2], Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa hukuman mati bukanlah suatubentuk pelanggaran HAM. Menteri Agama Lukman: Hukuman Mati Bukan Pelanggaran HAM

TEMPO.CO, Kendari - Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin mengatakan hukuman mati di Indonesia merupakan hukum positif yang masih diterapkan saat ini."Dalam konteks Indonesia, hukuman mati diberlakukan pada dua kejahatan, yakni kejahatan narkoba dan korupsi," kata Lukman Hakim di Kendari, usai tatap muka dengan para tokoh lintas agama di daerah itu, Sabtu, 7 Maret 2015.Alasannya, kata dia, kejahatan narkoba memiliki daya rusak terhadap generasi dan bangsa yang sangat tinggi, demikian halnya dengan korupsi. "Karena memiliki daya rusak terhadap generasi dan bangsa yang sangat tinggi sehingga dua kejahatan itu memungkinkan untuk dihukum mati dan itu dibolehkan," katanya. Menurut dia, hukuman mati di Indonesia bukanlah sesuatu yang melanggar hak asasi manusia karena pemahaman hak asasi manusia sebagaimana yang diatur dalam undang undang dasar adalah paham di mana HAM itu dimungkinkan untuk dibatasi semata-mata demi untuk menghormati HAM orang lain."Indonesia menganut HAM yang bisa dibatasi oleh undang-undang, bukanlah HAM yang tanpa batas atau bukan HAM liberal yang tanpa batas. Di mana pembatasan diberlakukan semata mata untuk terlindunginya HAM orang lain dan untuk menghormati orang lain," katanya.Lukman menggambarkan ulah para pengedar narkoba menyebabkan orang meninggal sekitar 50 orang setiap hari di Indonesia. Bahkan, saat ini ada 4,2 juta warga Indonesia yang menjadi pengguna narkoba dengan 1,2 juta di antaranya sudah tidak bisa disembuhkan."Karena itu dengan memberikan hukuman mati bagi pelaku kejahatan narkoba, maka ikut menyelamatkan dan melindungi HAM orang lain," katanya. Alasannya, kata dia, karena kejahatan narkoba memiliki daya rusak terhadap generasi dan bangsa yang sangat tinggi demikian halnya dengan korupsi. "Karena memiliki daya rusak terhadap generasi dan bangsa yang sangat tinggi, sehingga dua kejahatan itu memungkinkan untuk dihukum mati dan itu dibolehkan," katanya. Menurut Lukman, hukuman mati di Indonesia bukanlah sesuatu yang melanggar hak asasi manusia, karena pemahaman hak asasi manusia yang diatur dalam Undang Undang Dasar adalah paham HAM itu dimungkinkan untuk dibatasi semata mata demi untuk menghormati HAM orang lain."Indonesia menganut HAM yang bisa dibatasi oleh undang-undang, bukanlah HAM yang tanpa batas atau bukan HAM liberal yang tanpa batas. Dimana pembatasan diberlakukan semata mata untuk terlindunginya HAM orang lain dan untuk menghormati orang lain," ia menegaskan

Setiap manusia mempunyai hak yang melekat sejak lahir. Hak pertama yang mutlak adalah hak hidup. Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 menyatakan:Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan umum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surutadalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun .Hidup adalah sebuah anugerah dari Tuhan YME dan tidak ada satupun manusia yang dapat mencabutnya. Namun pernyataan itu seakan sirna dengan adanya hukuman mati bagi narapidana pada kasus narkoba seperti yang tercantum dalam UU nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 113, yaitu :Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).Banyak kontroversi tentang hal ini, banyak yang menilai bahwa hukuman mati menyimpang dari Pancasila sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dan melanggar Hak Asasi Manusia, namun sebagian juga menilai hukuman mati adalah cara yang paling ampuh untuk membuat jera para pelaku kejahatan. Dibeberapa Negara lain hukuman mati sudah dihapuskan, namun di Indonesia sendiri hukuman mati masih secara tegas diberlakukan. Hukuman mati belum tentu dapat membuat para pelaku kejahatan jera, hal itu juga dapat menutup rapat kejahatan yang belum terselesaikan, seperti hukuman mati yang diberlakukan pada kasus teroris. Kasus Bali nine merupakan salah satu kasus dari banyaknya kasus mengenai Bandar Narkotika dan kasus Narkotika lainnya. Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa tidak ada kata jera untuk para pelaku Bandar Narkotika beserta para pengedarnya di Indonesia.Menurut T.Mulya Lubis dan Alexander Ray ( 2009 : 65 ) yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan narapidana melakukan tindak pidana, bukan narapidana yang bersangkutan. Kutipan diatas dapat dijadikan inspirasi untuk menghapus hukuman mati di Indonesia. Hukuman mati seperti bukan sebuah hukuman, namun hukuman mati lebih terlihat sebagai reaksi balas dendam. Pancasila sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa juga bertentangan dengan hukuman mati, dalam sila pertama kita diharuskan meyakini keberadaan Tuhan YME namun apa yang dilakukan jelas bertentangan dengan sila tersebut. Mencabut nyawa adalah hak Tuhan, dengan adanya hukuman mati seakan akan manusialah yang berkuasa atas kematian manusia tersebut.Perkap No 12 th 2010 menyatakan :bahwa dalam menjalankan tugas sebagai pelaksana pidana mati, diperlukan suatu peraturan yang memuat tata cara bertindak yang terarah dan terorganisir agar pelaksanaan pidana mati dilakukan secara profesional dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia;Dalam Perkap tersebut terdapat kalimat tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia, namun kenyataannya hukuman mati dengan jelas melanggar HAM hak untuk hidup.Hukuman mati ada baiknya diganti dengan hukuman seumur hidup untuk melindungi HAM, bukan dalam artian untuk meringankan hukuman, namun juga untuk menghukum seadil-adilnya jika terjadi kesalahan dalam mendakwa narapidanya yang sebenarnya tidak bersalah. Dan juga dengan melakukan reaktualisasi dari pancasila itu sendiri, dimana nilai-nilai yang tertanam dalam setiap sila pancasila haruslah diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanBerdasarkan paparan yang telah dibahas sebelumnya, kesimpulan yang dapat kelompok kami sampaikan ialah sebagai berikut: HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Ada beberapa ciri pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu: HAM tidak perlu diberikan; HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa; HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Dalam pancasila, prinsip penerapan dan implementasi HAM dapat terlihat penerapan pancasila sila kedua. Maksudnya adalah bagaimana HAM benar-benar dilaksanakan dan dijunjung tinggi dengan tetap berpegang pada pernyataan pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab. Upaya penegakkan HAM melalui Pancasila dapat diamati melalui studi kasus yang diangkat, yaitu berupa vonis hukuman mati terhadap duo Bali Nine akibat kasus penyelundupan narkoba. Kasus tersebut penuh dengan kontroversi ada yang pro dan kontra. Menurut analisis berdasarkan Pancasila dan HAM, hukuman mati ada baiknya diganti dengan hukuman seumur hidup untuk melindungi HAM, bukan dalam artian untuk meringankan hukuman, namun juga untuk menghukum seadil-adilnya jika terjadi kesalahan dalam mendakwa narapidanya yang sebenarnya tidak bersalah.

3.2 SaranSebagai mahasiswa sudah sepantasnya kalau kita saling mengingatkan bahwa tidak mungkin ada solusi (pemecahan) terhadap berbagai persoalan gawat yang sedang kita hadapi bersama, jika pikiran dan tindakan kita bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila yang sangat menjunjung tinggi Hak asasi manusia. Sehingga dengan adanya pembahasan diharapkan dapat memperoleh solusi bersama atas permasalahan tersebut untuk negara selain untuk saling mengingatkan.

DAFTAR PUSTAKA1]http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/02/28/nkg5jn-beberapa-alasan-komnas-ham-tak-setuju-eksekusi-mati-duo-bali-nine2]http://www.tempo.co/read/news/2015/03/08/078648049/Menteri-Agama-Lukman-Hukuman-Mati-Bukan-Pelanggaran-HAMhttp://www.pusakaindonesia.org/pancasila-memayungi-hak-asasi-manusia-ham/Kitab Undang-undang Hukum Acara PidanaLubis, T.Mulya & Ray, Alexander. 2009. Kontroversi hukuman mati. Jakarta: PT. Kompas Media NusantaraLubis, T.Mulya. 2005. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia PT. Gramedia .Jakarta: Pustaka Utama.Margono Suyud, 2002. Alternative Disput Resolution dan Arbitrare. Jakarta: Ghalia Indonesia.Marpaung, Leden, S.H..2005. Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh.Jakarta : Sinar Grafika.Mertoprawiro, Sudikno. 2003.Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty.Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-undang Dasar 1945.Widjaja, 2000. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta: RINEKA CIPTA