tugas makalah mpkt-a manusia ditinjau dari kelompok

44
Manusia Ditinjau Dari Kelompok MPKT A-20 Focus Group 3 Disusun oleh : Afif Nurfiga (1406563986) Almira Rhea (1406569440) Amelia Safira Yani (1406606751) Muhammad Harits H. (1406570493) Rheza Raditya Wardhana (1406531510) Rizky Hari Ramadhan (1406533163)

Upload: afif-nurfiga-irsyad

Post on 11-Nov-2015

272 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

MPKT A

TRANSCRIPT

Manusia Ditinjau Dari Kelompok

MPKT A-20Focus Group 3Disusun oleh :Afif Nurfiga (1406563986)Almira Rhea (1406569440)Amelia Safira Yani (1406606751)Muhammad Harits H. (1406570493)Rheza Raditya Wardhana (1406531510)Rizky Hari Ramadhan (1406533163)

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS INDONESIADEPOK, 2015Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Manusia Ditinjau Dari Kelompok.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A (MPKT A). Kami mengharapkan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagaimana mestinya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak Dr. Drs. Rizal Subahar M.Biomed selaku fasilitator dan pembimbing kelas MPKT A-20 yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kurangnya kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Depok, 15 Maret 2015

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................. iKata Pengantar ............................................................................................................ iiDaftar Isi ..................................................................................................................... iiiAbstrak ........................................................................................................................ ivBAB I Pendahuluan ..................................................................................................... 1I.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1I.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2I.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2I.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2BAB II Pembahasan .................................................................................................... 3II.1 Pengertian Kelompok ............................................................................... 3II.2 Proses Pembentukan Kelompok ............................................................... 4II.3 Kelompok Formal dan Informal ............................................................... 5II.4 Tipe Kelompok Berdasarkan Efektivitas .................................................. 5II.5 Tahap Perkembangan Kelompok .............................................................. 6II.5 Peran Persepsi dalam Hubungan Antarpribadi .......................................... 6BAB III Penutup ......................................................................................................... 11III.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11III.2 Saran ....................................................................................................... 11Daftar Pustaka ............................................................................................................ 12

Abstrak

BAB IPendahuluan

I.1 Latar Belakang

Buku ajar II MPKT-A mempelajari tentang Manusia sebagai Individu, kelompok, dan masyarakat. FG 3 membahas materi yang mengenai manusia ditinjau dari segi kelompok. Materi FG 3 mencakup tahapan, formal/informal, efektifitas, dan persepsi. Manusia adalah mahluk sosial. Sosialitas manusia, secara asasi merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak. Manusia hanya dapat berkembangan sebagai manusia seutuhnya hanya bila ia berada dalam kelompok. Karl Marx (Perdue, 1986:312) menyatakan bahwa sociability manusia lebih dari sekedar pengertian bahwa manusia membutuhkan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Marx melihat manusia sebagai human social animal yang dapat berkembang sebagai pribadi dalam kelompok masyarakat.

Kita memahami bahwa manusia adalah makhluk sosial dan karena itu manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lainnya. Sehingga untuk melangsungkan kehidupannya, manusia senantiasa hidup berkelompok. Ini bukan karena tak ada alasannya. Manusia cenderung hidup berkelompok salah satunya dikarenakan untuk mempermudah pekerjaannya karena setiap manusia akan saling membantu manusia lainnya jika manusia tersebut butuh bantuan. Hidup berkelompok dapat mengembangkan kemampuan berinteraksi dan rasa kemanusiaan suatu individu. Kemudian alasan lainnya ialah karena faktor kepentingan yang sama.

I.2 Rumusan Masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang kelompok, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga kami membuat rumusan masalah sebagai berikut:1. Apa itu kelompok?2. Apa tanggung jawab dan tugas Insinyur Sipil?3. Apa saja keutamaan dan karakter seorang Insinyur Sipil?4. Bagaimana bentuk dan penerapan dari karakter seorang Insinyur Sipil?

I.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui definisi dan tanggung jawab seorang Insinyur Sipil2. Mengetahui kekuatan dan keutamaan karakter seorang Insinyur Sipil3. Mengetahui bentuk dan penerapan dari karakter seorang Insinyur Sipil

I.3 Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan yang sudah dicantumkan di atas, maka, manfaat yang diharapkan akan didapat adalah sebagai berikut:1. Mengenalkan definisi dan tanggung jawab seorang Insinyur Sipil.2. Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang kekuatan dan keutamaan karakter seorang Insinyur Sipil.3. Menambah wawasan dan pemahaman tentang bentuk dan penerapan dari karakter seorang Insinyur Sipil dalam menjalani pekerjaannya.

BAB IIPembahasan

2.1 Pengertian KelompokKelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama. Pelakunya lebih dari satu. Antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.Pada hakikatnya suatu kelompok memiliki seorang pemimpin dan minimal dua orang anggota yang berinteraksi mengikuti pola yang tetap sesuai dengan norma-norma tertentu. Di bawah ini ada beberapa pengertian kelompok yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari beberapa orang yang melakukan suatu hubungan antara satu sama lain, bergantung kepada orang yang memiliki derajat tingkat penting. meskipun hubungan peranan dan status terbatas. Suatu kelompok adalah sejumlah orang-orang yang melakukan interaksi secara langsung, melalui orang lain, dan satu sama lain saling bergantung melalui proses tatap muka. Karakteristik kelompok itu antar lain terdapat dua atau lebih orang yang saling berinteraksi dengan satu sama lain. 2.2 Proses Pembentukan KelompokPada dasarnya, pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya, organisasi, independensi dan interaksi3). Dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:2.2.1 Persepsi: Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.2.2.2 Motivasi: Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.2.2.3 Tujuan: Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.2.2.4 Organisasi: Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.2.2.5 Independensi: Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.2.2.6 Interaksi: Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.

2.3 Tahap Perkembangan KelompokAdanya sebuah kelompok pada dasarnya tidak terlepas dari mengenai bagaimana sebuah kelompok terbentuk dan berkembang. Kelompok mulai tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan, mulai dari tahap forming (pembentukan), storming (goncangan), norming (pembentukan norma), performing (melakukan atau melaksanakan), adjourning (penangguhan)9). Setiap tahap-tahap tersebut memiliki karakteristik pembeda masing-masingnya dan menyajikan tantangan khusus bagi pemimpin dan anggota kelompok itu sendiri.2.3.1 Tahap Pertama: Pembentukan (Forming)Pada umumnya kelompok dibentuk untuk menyelesaikan tugas tertentu. Pada tahap ini awalnya anggota kelompok belum mengenal satu sama lain, bahkan jika mereka melakukan sesuatu, muncul perasaan ketidakpastian karena anggota kelompok belum memiliki kesempatan untuk mengenal satu sama lain untuk menetapkan tujuan kelompok. Pada tahap pembentukkan anggota kelompok akan terlibat dalam kegiatan, seperti mendefinisikan tugas awal, membahas bagaimana pembagian tugas, memahami ruang lingkup tugas, tujuan tugas, dan belajar tentang sumber daya (waktu, peralatan, personil) yang tersedia untuk menyelesaikan tugas. Pada tahap ini, beberapa anggota melakukan uji peran kepemimpinan, menemukan kesamaan kepribadian dan perbedaan, dan membuat beberapa pengungkapan awal. Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peran anggota ditahap pertama adalah untuk mendorong kelompok untuk menetapkan misi dan tujuan, mengatur jadwal kerja, mengenal satu sama lain, dan menetapkan beberapa norma awal untuk bekerja sama.2.3.2 Tahap Kedua: Goncangan (Storming)Pada tahap ini, diantara anggota kelompok mungkin timbul beberapa perbedaan, seperti arah, kepemimpinan, gaya kerja dan pendekatan, serta persepsi kualitas yang diharapkan dan produk akhir. Sama halnya dengan hubungan antar manusia lainnya, konflik tidak dapat dihindari. Saat konflik pertama diantara anggota kelompok muncul, beberapa atau semua anggota kelompok mulai merasa kurang antusias terhadap kelompok dan bahkan mungkin saja meragukan kelompok dapat mencapai tujuannya secara bersama sama. Pada tahap ini kemungkinan akan terjadi perebutan, kekuatan, dan peran. Disamping itu muncul perasaan-perasaan tertentu seperti resistensi terhadap tugas atau pendekatan yang dilandasi atas kebencian, perbedaan beban kerja, kemarahan tentang peran dan tanggung jawab, dan perubahan sikap terhadap kelompok atau anggota kelompok dan kekhawatiran. Biasanya dalam tahap goncangan, kelompok dalam kondisi konflik dan kacau, karena belum ditetapkannya cara berkomunikasi tentang perbedaan perbedaan ini.Pada tahap ini, peran anggota kelompok atau pemimpin adalah menahan diri, mendorong kelompok untuk mengembangkan saluran komunikasi, dan membantu anggota kelompok lain agar terpusat pada tugas dan bukan pada perbedaan pribadi. Selain itu, juga dipromosikan pula lingkungan komunikasi yang terbuka untuk memastikan bahwa konflik yang tak terhindarkan adalah sehat, efektivitas komunikasi ditingkatkan, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas kelompok. Sebaliknya, tingkat ketengangan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi produktifitas kelompok. Sebuah kelompok yang tidak dapat belajar bagaimana menangani konflik tidak pernah dapat mencapai tujuannya. 2.3.3 Tahap Ketiga: Membangun Norma (Norming)Pada tahap ini, para anggota kelompok berusaha menetapkan dan mematuhi pola perilaku yang dapat diterima dan dalam bekerja sama mereka belajar untuk menggabungkan metode dan prosedur baru yang telah disepakati sebelumnya. Pada tahap membangun norma (norming), anggota kelompok merasa memiliki kemampuan baru untuk mengekspresikan kritik yang konstruktif. Mereka merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok kerja dan memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan akan berhasil. Pada tahap ini, anggota berusaha mencapai keselarasan dengan menghindari konflik yang tidak perlu, bertindak lebih ramah terhadap sesama anggota kelompok, saling percaya satu sama lain, dan mengembangkan rasa kesatuan kelompok (bersama-sama kita mampu menyelesaikan masalah ini). Anggota atau pemimpin kelompok berperan mendorong anggota kelompok untuk mengambil tanggung jawab lebih, bekerjasama untuk menciptakan cara yang dapat diterima dalam menyelesaikan masalah, menetapkan tujuan yang menantang, dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk keberhasilan kelompok. Peran utama ada pada pemimpin kelompok. Jangan mengharapkan orang lain untuk melakukan seperti apa yang Anda katakan, tetapi tidak seperti yang Anda lakukan. Jika Anda terlihat bertengkar denga rekan-rekan dan diam-diam merencanakan langkah politik, anggota kelompok cenderung meniru perilaku normative dan ada kemungkinan mundur ke tahap goncangan.2.3.4 Tahap Keempat: Melakukan atau Melaksanakan (Performing)Pada tahap melakukan atau melaksanakan (Performing), status anggota kelompok sudah stabil, tugas sudah jelas, dan perhatian anggota kelompok lebih pada ganjaran. Anggota kelompok sudah termotivasi untuk menyelesaikan tugas mereka dan pusat perhatian lebih pada tujuan kelompok daripada kepentingan individu. Melalui bekerja bersama-sama, anggota kelompok telah mengembangkan wawasan ke dalam kekuatan dan kelemahan satu sama lain. Merasa puas dengan kemajuan kelompok dan percaya kelompok akan berhasil mencapai atau bahkan melebihi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahap ini, anggota terlibat dalam perubahan diri yang konstruktif demi kebaikan kelompok; kemampuan berkomunikasi dan memberikan umpan balik satu sama lain ditingkatkan; kemampuan antisipasi, mencegah, atau bekerja melalui masalah-masalah kelompok dikembangkan, dan sebagai hasilnya, keterikatan antaranggota kelompok juga berkembang.[1]Peran anggota dan pemimpin kelompok pada tahap ini adalah untuk mendorong anggota untuk memberikan dukungan dan berfungsi sebagai sumber daya satu sama lain. Anggota dan pemimpin kelompok juga berperan agar kelompok melanjutkan kemajuan yang sudah dicapai dan mempertahankan kohesi dan moral, dan memandu agar tetap sukses.

2.3.5 Tahap Kelima: Penangguhan (Adjourning)Setelah berhasil menyelesaikan tugas atau tujuan, kelompok dapat bubar secara permanen atau beristirahat sementara. Beberapa kelompok mungkin mendapatkan anggota baru atau menerima tujuan baru. Pada tahap Penangguhan, anggota akan merasa kecewa jika pengalaman itu positif, atau rasa terima kasih jika pengalaman itu negatif. Tugas pada tahap ini adalah untuk mengendurkan ikatan kelompok untuk kemudian menindaklanjuti tugas-tugasnya.

Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peranan pada tahap akhir ini adalah mendorong anggota kelompok untuk mendiskusikan proyek atau tugas dengan membahas pelajaran yang dapat diperoleh dan menyampaikan kepada kelompok baru tentang cara pemecahan masalah apabila berhadapan dengan masalah serupa. Tahap ini juga bermanfaat sebagai upaya mengakui kelompok. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk pengakuan publik (uraian atas prestasi kelompok dalam newsletter bulanan), hadiah (imbalan organisasi berupa persentase dari pendapatan tabungan diwujudkan sebagai hasil dari kerja kelompok), atau manfaat lainnya (seperti mengajak kelompok untuk makan siang di luar kampus).

Dengan memberikan dorongan dan mengakui prestasi, kerja keras, dan upaya kelompok berarti membantu untuk melanjutkan momentum dan membangun motivasi. Tentu saja, pekerjaan yang sedang berlangsung mungkin tidak secara fisik berhenti bekerja atau istirahat. Pekerjaan mungkin tetap berlangsung terus dengan tujuan baru sekalipun proyek tertentu selesai. Dalam hal ini anggota kelompok dapat memilih untuk berdiskusi di taman atau kantin, mengevaluasi proses mereka, dan melakukan upaya komunikasi untuk memastikan mereka untuk menjaga alur kerja dan bekerja seproduktif mungkin.

Adalah sehat bagi kelompok untuk bergerak melalui beberapa atau semua tahap ini karena mereka berkembang menjadi sebuah kelompok kerja. Tidak semua kelompok berkembang melalui semua tahap, dan beberapa berkembang melalui langkah yang berbeda. Sebagai contoh, jika anggota kelompok yang sudah saling kenal sebelumnya dan memiliki nilai-nilai dan tujuan yang sama-serta ketat tenggat waktu, mereka mungkin dapat bergerak segera ke tahap penetapan norma (norming). Dalam kasus lain, anggota kelompok yang belum saling mengenal dengan baik akan memakan waktu lebih lama untuk mencapai tahap penetapan norma (norming) karena dibutuhkan waktu untuk saling mengenal dengan baik hingga terbentuk kelompok kerja yang efektif. Beberapa orang mungkin terjebak dalam salah satu tahapan dan bubar sebelum maju ke tahap berikutnya. Sebuah kelompok terjebak dalam tahap goncangan tetapi menghadapi tenggat waktu dekat harus terus melakukan. Dalam hal ini ada kemungkinan anggota kelompok akan menderita karena ketidakmampuan untuk berfungsi secara kohesif.

Dalam beberapa kasus ekstrim, kelompok akan mengalami disfungsi dan akan memerlukan intervensi dari luar untuk menyelesaikan tugasnya. Sebagaimana halnya dengan hubungan, kelompok juga memiliki siklus perkembangan. Memahami ini sebelumnya dapat membantu anggota dan pemimpin kelompok mengembangkan strategi untuk membantu kelompoknya berkembang menjadi sebuah kelompok efektif pada setiap langkah dari perjalanannya.

2.4 Kelompok Formal dan InformalManusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, senantiasa memiliki kebutuhan. Terdapat banyak cara untuk memenuhi kebutuhan itu. Salah satu yang cukup penting adalah dengan membentuk organisasi. Organisasi mencerminkan suatu keadaan dimana beberapa orang yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan organisasi maka tujuan itu akan dapat dicapai, artinya, organisasi membentuk tatacara bagaimana tujuan itu dapat dicapai. lni terutama diperlukan untuk mengatur banyak aktifitas dari banyak orang.

Jika suatu organisasi telah dibentuk, dimana didalamnya terdapat bagian- bagian atau seksi-seksi dan sebagainya, hubungan atasan bawahan telah mapan, jaringan komunikasi antara anggota telah dikembangkan, maka hal itu menunjukkan bahwa suatu struktur formal dari organisasi telah terbentuk. Dalam organisasi yang demikian ini, para anggota melakukan tugas yang diberikan kepadanya dan saling berinteraksi dengan anggota lainnya dalam kerangka organisasi tersebut. Dengan demikian, anggota dalam suatu bagian dari organisasi itu saling berinteraksi dengan lainnya, dan merasakan sebagai bagian dari bagian itu serta memiliki perasaan akan kehadiran atau ketidak hadiran anggota yang lain dalam bagian yang sama itu, untuk bekerja sama mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.Bagian-bagian dalam organisasi yang demikian dapat dipandang sebagai suatu bentuk kelompok formal.

Kelompok Formal ialah kelompok yang mempunyai struktur organisasi dan peraturan tegas yang dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antaranggota. Dalam setiap organisasi terdapat dua kecenderungan yang dapat terjadi. Pertama, terdapat pola interaksi yang secara umum berkaitan dengan pekerjaan atau tugas dalam organisasi dimana seseorang tidak menempatkan atasannya sebagai pihak yang dimintai pendapatnya atau diajak memecahkan masalahnya, tetapi pembicaraan atas masalah atau alternatif pemecahan masalah itu dilakukan bersama teman sejawatnya atau bahkan dengan bawahannya, baik dalam bagian yang sama atau bagian yang lain dalam organisasi. Implikasi dari pola ini adalah munculnya pola yang mengikuti pola hirarkhis dalam pendistribusian tugas yang ada dalam organisasi. Kedua, terdapat pola interaksi dimana anggota organisasi cenderung membicarakan semua hal, baik dalam hal tugas dalam organisasi maupun masalah lain, seperti masalah keluarga, ekonomi, kesehatan, hobby dan sebagainya, ketika mereka sedang melakukan tugas formalnya dalam organisasi.Kedua kecenderungan ini akan menghasilkan suatu bentuk kelompok yang memiliki nilai, norma dan kepercayaan yang sama, sehingga terbentuk pola perilaku yang tetap serta memiliki tujuan yang khusus bagi kelompok itu. Dengan kata lain, kelompok ini merupakan kelompok yang ada dalam lingkungan organisasi, tidak sengaja dibentuk dan tidak direncanakan, yang secara sosiologis kelompok yang demikian disebut dengan kelompok informal.Untuk memperoleh gambaran secara lebih jelas, mengikuti pendapat Sharma (1982), berikut ini ditampilkan beberapa perbedaan antara kelompok formal dengan kelompok informal dalam hubungannya dengan suatu organisasi.KarakteristikKelompok FormalKelompok Informal

Asal mula terbentuknyaSengaja dibentuk dan direncanakanSukarela dan bersifat spontan

TujuanSebagai alat untuk mencapai tujuan formalAlat untuk mencapai kepuasan sosial

Wewenang Wewenang diberikan oleh organisasi dan pada posisi tertentu melalui pendelegasian dari atasan ke bawahanWewenang diberikan oleh anggota pada seseorang tertentu, secara horizontal dan terkadang dari bawah ke atas

StatusDitentukan oleh posisi atau tanggung jawab kerjaTergantung pada perasaan dan sentiment dari anggota

StrukturDibentuk menurut kebutuhan teknis tertentuTidak terdapat desain tertentu

Sistem komunikasiSemua informasi melalui rantau perintahSemua informasi melalui saluran informal

Perilaku anggota kelompokPerilaku diatur oleh aturan untuk mencapai tujuan yang efisien dan rasionalPerilaku anggota diatur oleh norma, nilai dan kepercayaan kelompok

Sanksi bagi anggotaGanjaran dan hukuman bersifat finansial dan non-finansialGanjaran dan hukuman terutama non-finansial, yaitu berupa status dan harga diri

Ukuran Pada umumnya cukup besarCenderung kecil sehingga mudah dikelola

Wujud dari kelompokBersifat stabil langgeng untuk waktu yang lamaBersifat tidak stabil

Kemungkinan penghapusan kelompokTergantung dari control manajemen organisasiTidak tergantung pada control dari manajemen organisasi

Jumlah kelompokKeseluruhan organisasi yang terbagi dalam unit unit atau bagian bagianSejumlah besar kelompok dapat hadir pada semua tingkat ornganisasi. Seseorang dapat menjadi anggota beberapa kelompok sekaligus dengan tujuan yang tidak selalu sama

Kelompok informal ialah kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu. Kelompok informal ini dapat memiliki beberapa bentuk, Akan tetapi, yang secara umum biasa ditemukan antara lain:

(1). Kelompok Persahabatan atau PersaudaraanHubungan persahabatan atau hubungan-hubungan persaudaraan (kekerabatan) antara anggota-anggota dalam suatu organisasi merupakan salah satu bentuk dari kelompok informal. Kelompok informal ini muncul karena para anggotanya telah saling kenal dengan baik sebelumnya.

(2). Klik (Clique)Kelompok informal ini terdiri dari orang-orang yang menyatu karena adanya kepentingan yang sama. Biasanya klik ini terdiri dari jumlah sedikit orang, saling kenal dengan baik dan selalu melakukan tukar informasi serta memiliki kepentingan yang sama. Klik cenderung mempertahankan jumlahnya yang kecil, karena dengan demikian, mereka mampu secara ketat menjaga keutuhan kelompok dan kontrol terhadap anggota kelompok kecil ini.

Beberapa bentuk klik ini adalah: (a). Klik VertikalYaitu klik yang terdiri dari orang-orang yang bekerja dalam suatu bagian tertentu dalam organisasi tanpa memperhatikan jenjang kedudukan dari anggotanya. Tidak jarang, seorang atasan menjadi anggota suatu kelompok informal dimana bawahannya memiliki posisi yang dominan dalam kelompok informal itu.

(b). Klik HorisontalKlik ini terdiri atas orang-orang yang sama kedudukannya dan pada umumnya berada dalam bidang tugas yang sama. Anggota kelompok informal seperti ini memiliki kebersamaan dan memikirkan tercapainya tujuan secara bersama. Ini merupakan kelompok informal yang paling banyak ditemui dalam setiap organisasi.(c). Klik Campuran.Kelompok informal ini terdiri dari orang-orang dengan berbagai jenjang kedudukan yang berbeda-beda, bagian-bagian unit kerja yang berbeda dan lokasi secara phisik yang berbeda. Para anggota kelompok informal ini memiliki kesamaan dalam tujuan.

(3). Subklik (Sub-Clique)Kelompok informal ini terdiri dari beberapa anggota dari suatu klik dalam organisasi dan membentuk suatu kelompok bersama-sama dengan orang-orang di luar organisasi. Anggota klik dalam organisasi dapat menerima orang-orang dari luar tersebut karena beberapa orang dalam kliknya berhubungan dengan mereka. 2.5 Tipe Kelompok Berdasarkan Efektivitas2.5.1 KelompokPseudoKelompok pseudo adalah kelompokyang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja bersama, namun sebenarnya tidak berminat untukmelaksanakannya. Mereka percayabahwa kinerja mereka akan dievaluasi, mulai dari yang tertinggi sampai yangpaling rendah. Walaupun anggota kelompok saling berbicara, sebenarnya mereka saling bersaing.Mereka menganggap satusama lain sebagaisaingan yang harus dikalahkan atau dihambatdan harussaling menghalangi kinerja satu sama lain.Mereka juga saling menyembunyikan informasi dan berusaha menyesatkan serta membuat yang lain bingung sehingga tidak percaya satu dengan yang lain. Akibatnya, individujadi lebih produktifapabila bekerja sendiri dan mersa lebih baik jika dibandingkan dengan kerja kelompok.Kelompok macam ini tidak akan mencapai kematangan karena anggotanya tidakberminat dan tidak komit akan masa depan kelompoknya. Contoh dari KelompokPseudo adalah kelompok parasalesman yang anggotanya saling bersaing untuk jadisalesman terbaik dan melakukan penjualan terbanyak.Sistem ini memang tidak baik jika dilihat dari segi kerja sama kelompok atau kekompakan kelompok, namun dari segi individu yang menjalaninya, ini merupakan jalan terbaik untuk mereka. Hal ini mengajarkan kita untuk berkomitmen, aktif, kontributif sejak awal terbentuknya kelompok agar dapat terbentuk kelompok yang baik kedepannya.1

2.5.2 Kelompok TradisionalKelompok Tradisional adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerjasama. Mereka sadar harus bekerja sama. Namun demikian, anggota kelompok percaya bahwa mereka akan dinilai sebagai individu, bukan sebagai anggota kelompok. Akibatnya, tugas-tugas menjadi sangat terstruktur sehingga kecil sekali kerja sama yang dituntut. Anggota kelompok berinteraksi terutama untuk menjelaskan bagaimana pekerjaan harus dilakukan. Mereka berusaha mendapatkan informasi dari yang lain tetapi tidak bermotivasi untuk membagi informasi pada anggota yang lain yang lain. Anggota kelompok bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-masing tetapi bukan sebagai tim. Beberapa anggota kelompok bermalas-malasan dan berusaha nbngpada anggota yang lebih serius. Anggota yang lebih serius merasa dieksploitasi lalu akan mengurangi kerjanya. Akibatnya adalah beberapa anggota hasil kerja sama itu akan lebih baikdaripada jika mereka bekerja sendiri-sendiri, namun hasil kerja anggota yang lebih serius akan lebih baik hasilnya kalau bekerja sendiri dibandingkan bila mereka bekerja dalam kelompok. Kelompok Tradisional banyak ditemui pada kelas-kelas yang ditetapkan oleh guru atau dosennya.1

Tipe kelompok berdasarkan efektivitasnya dibedakan empat macam kelompok yaitu kelompok pseudo (pseudogroups), tradisional (traditional groups), efektif (effective groups), dan kinerja tinggi ( high-performance groups). Yang akan dijelaskan disini adalah kelompok efektif dan kinerja tinggi2.1.1 Kelompok EfektifKelompok Efektif bukan sekadar jumlah dari bagian-bagiannya. Kelompok Efektif adalah kelompok yang anggota-anggotanya komit untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya maupun keberhasilan anggota-anggota yang lain. Beberapa karakteristik dari Kelompok Efektif adalah saling bergantung secara positif (positive interdependence), mampu menyatukan para anggota kelompok untuk mencapai sasaran operasional yang jelas, komunikasi-dua-arah, kepemimpinan didistribusikan (kepemimpinan secara bergantian), dan kekuasaan berdasarkan keahlian. Sebagai tambahan, kelompok yang efektif ini menampilkan proses pengambilan keputusan yang memungkinkan setiap anggota kelompok untuk saling mempertanyakan informasi dan penalarannya dan mengatasi konflik secara konstruktif. Anggota Kelompok Efektif saling mengandalkan tanggung jawab satu sama lain dalam menjalankan bagian tugasnya dengan membantu keberhasilan satu sama lain. Kelompok Kinerja-TinggiKelompok Kinerja-Tinggi memenuhi seluruh kriteria dari kelompok yang efektif. Bedanya dengan kelompok efektif terletak pada tingkat komitmen pada keberhasilan anggotanya maupun komitmen pada keberhasilan kelompok. Kelompok ini memiliki tingkat komitmen yang lebih tinggi, tidak hanya kepercayaan namun juga respek satu sama lain. Mereka sangat peduli pada anggota-anggota timnya, termasuk pada pengembangan pribadi setiap anggota kelompok. Setiap anggota selalu siap untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan. Sayangnya, jarang sekali ada kelompok yang mencapai tingkat perkembangan model ini. Membangun kelompok yang efektifKarena berbagai kemajuan teknologi dan kompetisi global, banyak jabatan menuntut adanya kolaborasi diantara manusia antar departemen atau antar keahlian. Pada intinya, pikiran orang banyak akan lebih baik ketimbang pikiran satu orang saja. Membangun sebuah kelompok adalah suatu proses memilih, mengembangkan, memberikan kemudahan, dan melatih kelompok kerja agar berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup memotivasi anggota-anggota agar merasa bangga dalam melaksanakan tugas kelompoknya. Pembangun tim harus mampu memenuhi tuntutan tugas (kualitas hasil, tepat waktu, dsb.) dan memenuhi kebutuhan anggota-anggota kelompok (adil, tidak konflik, dsb.)Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta ketrampilan, sebuah kelompok seringkali mampu menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh seorang individu. Untuk bisa menjadi efektif, sebuah kelompok harus melakukan tiga hal.Pertama,mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh kelompok. Hal ini dimaksudkan agar suatu kelompok fokus dengan arah dan tujuannya. Kedua,mempertahankan hubungan yang baik antar anggota kelompok.Ini pun penting agar dapat menghasilkan luaran yang maksimal. Ketiga,menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah dari lingkungannya. Hal ini dimaksud agar kelompok fleksibel terhadap perkembangan maupun kondisi diluar kelompok yang dapat berubah dan menjadi cepat tanggap untuk menyelesaikan masalah karenanya.Johnson dan Johnson (2008) mengajukan tujuh pedoman untuk membangun kelompok yang efektif, yaitu:1. Menetapkan sasaran kelompok yang jelas, operasional dan relevan sehingga menciptakan saling ketergantungan yang positif dan membangkitkan komitment yang tinggi dari setiap anggotanya.2. Membangun komunikasi-dua-arah yang efektif dalam kelompok dimana setiap anggota dapat mengkomunikasikan gagasan dan perasaannya secara tepat dan jelas. Komunikasi merupakan dasar dari interaksi manusia serta berfungsinya kelompok. Ini sangat penting saat sekelompok orang mengusahakan pencapaian sebuah tujuan bersama.3. Memastikan bahwa setiap anggota berkesempatan untuk menjadi pemimpin dan berpartisipasi. Partisipasi setara dan kepemimpinan memastikan bahwa semua anggota berinvestasi dalam kerja kelpompok, komit untuk menerapkan keputusan kelompok, dan puas dengan keanggotaannya.4. Memastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan bahwa pola pengaruh bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari kelompok, bukan pada otoritas ataupun karakter kepribadian.5. Menyesuaikan prosedur pengambilan keputusan dengan situasinya, yaitu keseimbangan antara waktu dan sumberdaya yang dimiliki kelompok dengan metode pengambilan keputusan yang dipilih.6. Melibatkan kontroversi yang konstruktif melalui ketidaksetujuan dantantanganterhadap kesimpulan dan penalaran satu sama lain, sehingga akan meningkatkan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang kreatif.7. Menghadapi dan memecahkan konflik secara konstrutktif. Konflik kepentingan bisa terjadi akibat kebutuhan dan tujuan yang tidak selaras, langkanya sumberdaya maupun adanya persaingan.Didalam kelompok biasanya terdapat konflik berikut cara menangani konflik. Dalam menangani konflik terdapat dua kepentingan yang menjadi pertimbangan, yaitutujuan atau sasaran kelompok atau hubungan antar anggota kelompok.Limastrategi dasar bisa digunakan untuk mengangani konflik kepentingan adalah:1. BerkolaborasiStrategi kolaborasi sangat menghargai tujuan maupun hubungan. Bila baik tujuan maupun hubungan dianggap sama-sama pentingnya, untuk menyelesaikan konflik individu akan memilih pemecahan masalah negosiasi.2. AkomodasiDalam strategi akomodasi, hubungan dianggap sangat penting, sedangkan tujuan memiliki derajat kepentingan yang rendah. Individu yang cenderung menggunakan strategi ini, dalam menghadapi konflik dengan orang lain, cenderung lebih mempertahankan kualitas hubungan dan cenderung akan mengorbankan tujuannya sendiri. Cara ini dapat saja dilakukan apabila tujuan tidak begitu penting dan apabila kualitas hubungan tidak dijaga akan lebih berdampak buruk.3. KonfrontasiStrategi konfrontasi menganggap hubungan tidak penting sedangkan tujuannya sangat penting, oleh karena itu individu ini akan mencoba untuk mengalahkan lawan dengan memaksa mereka untuk menyerah sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Mengakibatkan terganggu atau bahkan terputusnya hubungannya dengan anggota kelompok lain yang terlibat konflik dengannya itu.4. KompromiStrategi ini menganggap tujuan dan hubungan dengan anggota kelompok lainnya sama-sama cukup penting. Strategi kompromi sering digunakan ketika terjadi konflik, ingin terlibat dalam pemecahan masalah negosiasi tetapi tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya.5. MenghindarApabila terlibat konflik dengan orang lain, seseorang dengan strategi menghindarcenderung menarik diri menghindari konflik. Ketika tujuan tersebut adalah tidak penting dan kelompok tidak perlu menjaga hubungan dengan orang lain, strategi ini dapat dipilih.Anggota kelompok yang efektif akan menghadapi konflik dan terlibat dalam mengatasi konflik tersebut dengan cara negosiasi integratif. Jika negosiasi gagal, mediasi dapat terjadi.Apabila konflik berhasil diselesaikan secara konstruktif, efektivitas kelompok akan meningkat. Oleh karena itu konflik merupakan aspek penting dan sangat diperlukan guna meningkatkan efektivitas kelompok.

2.6 Peran Persepsi dalam Hubungan Antarpribadi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat Jalaludin, 1998). Persepsi juga dapat dikatakan sebagai sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya. Individu mempersepsi informasi sesuai dengan apa yang ditangkap oleh inderanya. Persepsi sendiri pun dipengaruhi oleh objek-objek atau peristiwa yang terjadi dan unsur sosio-budaya yaitu bersifat pribadi dan subjektif (Toha, 2006)4. Persepsi manusia baik yang negative maupun positif dapat memengaruhi tindakan tampak dalam hubungan antarpribadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cara persepsi suatu individu bergantung dengan individu penerima informasi itu sendiri, adapun faktor mental yang dapat mempengaruhi persepsi antara lain: 1. Ketersediaan informasi sebelumnya; artinya ketiadaan informasi ketika seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi.2. Kebutuhan; artinya seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat itu.3. Pengalaman masa lalu; artinya sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu.2

Peran persepsi dalam hubungan antarpribadi adalah mempengaruhi keyakinan individu akan apa yang dihadapinya, karena persepsi kadang tidak sesuai dengan realitas, melainkan subjektifitas individu menangkap makna dari informasi yang ada oleh inderanya. Persepsi dalam hubungan antarpribadi dapat dipengaruhi oleh faktor diri sendiri, orang lain, maupun situasi. Berdasarkan faktor-faktor ini maka peran persepsi secara garis besar adalah memstimulasi pola pikir individu terhadap lawan bicaranya sehingga mempengaruhi cara komunikasi antarpribadi tersebut.

Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah saat individu menilai individu lain seringkali dengan menggunakan jalan pintas. Jalan pintas yang sering diambil1 ini adalah sebagai berikut:1. Persepsi selektif: seseorang hanya menginterpretasikan sedikit dari apa yang ia lihat berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap yang dimilikinya. 2. Proyeksi: seseorang cenderung menerima individu lain sesuai dengan gambaran diri nya sendiri dibandingkan berdasarkan hasil observasi mengenai gambaran diri tersebut.3. Stereotip: menilai seseorang atau kelompok berdasarkan penilaian umum atau generalisasi. Beberapa contoh stereotip adalah sebagai berikut :a) Wanita bersikap emosionalb) Lelaki bersikap lebih mandiri dibanding wanitac) Orang Prancis penggemar wanita, anggur, dan makanan enakd) Orang Jawa halus pembawaane) Orang berkaca mata minus jenius, dll.4. Efek halo: seseorang mebuat kesan umum tentang seorang individu lainnya berdasarkan sebuah karakteristik seperti kepandaian, keramahan, atau kepandaian.5. Efek-efek kontras: reaksi seseorang terhadap individu lainnya dipengaruhi oleh individu lain yang baru ditemui. 6. Gegar Budaya: ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial (Kalvero Oberg). Gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmamapuan menyesuaikan diri (personality mal-adjustment) yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam membentuk maupun mendistorsi persepsi1 yaitu antara lain:1. Karakteristik dari indivdu yang mempersepsi (perceiver), seperti sikap, motif,minat, pengalaman masa lalu, dan sebagainya. Kecenderungan seseorang dalam mengartikan hal baru yang dikaitkan dengan pengalaman masa lalu. Selain itu, keadaan emosi juga berperan ketika pertamakaliberjumpa hal baru yang akan memberikan kesan tersendiri kepada dirinya.2. Karakteristik dari target. misalnya menarik atau tidak, gerakan, suara, ukuran dan lain sebagainya. 3. Situasi yang merupakan konteks dari lingkungan sekitar ketika hubungan interpersonal dilakukan. Dalam situasi ini dibagi menjadi dua konteks, yaitu konteks fisik dan konteks sosial. Konteks fisikberupa segala sesuatu yangdapat terlihat dan yang menyertai pada saat hubungan interpersonal tersebut berlangsung, seperti meja, ruang, penerangan, dan sebagainya. Sedangkankonteks sosial berupa segala hal yangberhubungan dengan targetatau orang lain, seperti jabatan, status sosial ekonomi, dan sebagainya.

Persepsi sangat penting dalam hubungan antarpripadi karena banyak perilaku individu didasari oleh persepsinya daripada realitanya. Persepsi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan yang ada dan masuk pada dari satu orang kepada orang lainnya. Setiap individu memiliki penafsiran yang berbeda tentang persepsi yang individu tersebut telah tangkap5. Di dalam komunikasi, seringkali terjadi kesalahpahaman karena perbedaan persepsi yang ditangkap oleh antar individu, untuk itu diperlukan kecermatan diri dalam mempersepsikan informasi yang diterima. Kecermatan dalam persepsi akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi hubungan antarpribadi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi3.

BAB IIIPenutup

III.1 Kesimpulan

Berikut kami tarik kesimpulan dari pembahasan diatas:1. Insinyur sipil memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat saat ini, mereka adalah orang-orang di balik layar dari pekerjaan kontruksi suatu bangunan penting dan struktur di seluruh tempat/kota/kampung seseorang.2. Seorang insinyur diharuskan untuk memiliki karakter yang kuat karena Insinyur diperlukan untuk dapat ditempatkan dalam berbagai posisi dan keadaan.3. Kekuatan karakter yang kuat menyempurnakan keberhasilan seorang Insinyur.

III.2 Saran

Insinyur memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan bangsa. Insinyur yang memiliki karakter yang kuat akan meningkatkan kualitas kerja yang dilakukan insinyur tersebut. Oleh karena itu, kekuatan karakter sangat dibutuhkan untuk seorang insinyur untuk kemajuan bangsa, Kekuatan karakter ini dapat dikembangkan dengan pendidikan karakter sejak dini, hal ini dapat membuat kekuatan karakter seseorang tertanam lebih kuat. Untuk itu, pendidikan karakter untuk insinyur sangat penting untuk dilakukan dan diterapkan.

Daftar Pustaka

1. Singgih .E.E, Miranda, Solihat .A, Moeis .J. (2013). Buku Ajar II MPKT A: Manusia sebagai Individu, Kelompok, dan Masyarakat. Depok: Universitas Indonesia. 2. 1