ringkasan mpkt

39
BAB I Kekuatan dan Keutamaan Karakter 1. Pendahuluan Persoalan karakter kembali muncul dimana belakangan ini dibahas di dalam diskusi dan seminar, yang bersamaan juga dengan bermunculannya lembaga pendidikan yang mendidik karakter. Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter yang kuat, dimana pembentukan karakter adalah faktor utama dalam kemajuan dan pembangunan bangsa, dan ini sesuai dengan apa yang telah diucapkan oleh Bung Hatta. Dalam psikologi, pembahasan tentang karakter dengan kekuatan dan keutamaannya cukup menonjol. Hal ini dalam rangka memahami makna kebahagiaan otentik yang berasal dari diri sendiri. Dengan keutamaan karakter, manusia dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dan melihat sisi baik hidupnya dalam kondisi apapun. Kekuatan karakter beraal dari keberadaan manusia sebagai makhluk spiritual, dimana daya spiritual yang ada dapat memberikan kebebasan kepadanya untuk melampaui keterbatasannya sebagai makhluk ilmiah. Maka itu spiritualitas manusia adalah dasar kekuatan manusia. 2. Kepribadian dan karakter 1

Upload: stefanus-lj

Post on 12-Aug-2015

138 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

MPKTA

TRANSCRIPT

Page 1: Ringkasan MPKT

BAB I

Kekuatan dan Keutamaan Karakter

1. Pendahuluan

Persoalan karakter kembali muncul dimana belakangan ini dibahas di dalam

diskusi dan seminar, yang bersamaan juga dengan bermunculannya lembaga

pendidikan yang mendidik karakter. Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan

bertujuan untuk membentuk karakter yang kuat, dimana pembentukan karakter

adalah faktor utama dalam kemajuan dan pembangunan bangsa, dan ini sesuai

dengan apa yang telah diucapkan oleh Bung Hatta.

Dalam psikologi, pembahasan tentang karakter dengan kekuatan dan

keutamaannya cukup menonjol. Hal ini dalam rangka memahami makna

kebahagiaan otentik yang berasal dari diri sendiri. Dengan keutamaan karakter,

manusia dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dan melihat sisi baik

hidupnya dalam kondisi apapun.

Kekuatan karakter beraal dari keberadaan manusia sebagai makhluk spiritual,

dimana daya spiritual yang ada dapat memberikan kebebasan kepadanya untuk

melampaui keterbatasannya sebagai makhluk ilmiah. Maka itu spiritualitas manusia

adalah dasar kekuatan manusia.

2. Kepribadian dan karakter

karakter bukan kepribadian meskipun kduanya berkaitan erat, sering kali

manusia memaknai kepribadian sama dengan karakter. Allport mendefinisikan

kepribadian sebagai organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko fisik dalam diri

individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang ybuj terhadap lingkungan.

Kepribadian manusia adalah hal yang terorganisasi tidak acak, dan unsurnya tidak

bekerja sendiri. Sebagai organisasi yang dinamis, kepribadian manusia terus

1

Page 2: Ringkasan MPKT

berkembang dan bergerak. Kepribadian juga tampil dalam perilaku yang melibatkan

aspek fisik manusia.

Organisasi, dinamika, dan interaksi antara psikis dan fisik manusia dala

kepribadiannya menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.

Factor internal dan eksternal diri manusia mempengaruhi kepribadian manusia.

Allprot juga menambahkan kepribadian dapat dipahami sebagai perpaduan dari

sifat-sifat mayor dan minor yang dapat berdiri sendiri dan dikenali.

Allport cenderung untuk tidak memilah-ilah dan menganalisis motif,

keinginan, dan perilaku sebagai hal yang terpisah satu sama lain, melainkan

mengganggapnya sebagai hal yang saing mempengaruhi. Allport meilhat manusia

sebagai keseluruhan yang utuh berdasarkan pembentukan sifat-sifat dasarnya.

Pemahaman tentang unsur-unsur kepribadian berdasarkan analisis terhadap unsur-

unsurnya masing-masing itu baru merupakan langkah awal untuk membantu

pmahaman tentang keseluruhan kepribadian.

3. Kekuatan dan Keutaman Karakter Karakter

identifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan

tertentu pada diri seseorang dapat dilakukan melalui pengenalan terhadap ciri-ciri

keutamaan yang tampak dalam perilaku khusus dan respons secara umum dari

orang itu. Peterson dan Seligman mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah

karakter yang beririkan keutamaan yang merupakan keunggulan manusia.

Penggalian, pengenalan dan pengukuran keutamaan dapat dilakukan melalui teknik

inventori, skala sikap, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (focus-group

discussion) dan simulasi. Pada prinsipnya, semua teknik itu membutuhkan ahli yan

memahami konstruksi karakter dan keutaman, terutama proses penafsiran karakter.

Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa teknik dapat digunakan oleh lebih

banyak orang yang terlebih dahulu dilatih dalam waktu singkat.

2

Page 3: Ringkasan MPKT

4. Membedakan Keutamaan, Kekuatan Karakter dan Tema Situasional

Peterson dan Seligman mengemukakan tiga level konseptual dari karakter,

yaitu keutamaan, kekuatan, dan tema situasinal dari karakter. Pembedaan ini

berguna untuk kepentingan pengenalan, pengukuran dan pendidikan karakter.

Hubungan antara keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter versifat

hierarkis. Keutaman berada di level atas, kekuatan di level tengah, dan teman

situasional di level bawah.

Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter. Peterson dan

Seligman pun menegaskan bahwa enam keutamaan ini universal dan mungkin

memiliki dasar pada manusia secara biologis. Enam keutamaan ini harus ada di atas

batas ilia standar pada ndiidu yang dipercaya sebagai orang yang memiliki karakter

yang baik.

Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi dan sebuah mekanisme yang

mendefinisika keutamaan. Keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian kekuatan

karakter. Untuk kepentingan pengukuran dan penddikan krakter, kekuatan karkater

adalah karakteristik yang dijadikan indicator untuk mengenali adanya satu atau lebih

keutamaan pada diri seseorang.

5. Kriteria karakter yang kuat

Peterson dan Seligman mengemukakan kriteria dari karakter yang kuat

sehingga kita dapat mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari. Peterson percaya

bahwa orang memiliki tanda kekuatan yang sama dengan yang disebut Allport

sebagai Personal traits. Kekuatan karakter itu yang dimiliki, dihargai dan seringkali

dilatih orang.

3

Page 4: Ringkasan MPKT

6. Keutamaan dan Kekuatan Karakter yang Membentuknya

Peterson dan Seligman berusaha untukmembuat daftar kekuatan arakter

pribadi, daftar ini masih terus diperbaiki dan dilengkapi. Berikut ini 24 kekuatan

karakter yang tercakup dalam 6 kategori keutamaan.

6.1 Kebijaksanaan dan Pengetahuan

Kebijaksanan dan pengetahuan merupakan keutamaan yang berkaitan

dengan fungsi kognitif, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan

pengetahuan. Kreativitas memberikan kemampuan untuk berpikir dengan cara baru

dan produktif dalam membuat konsep dan menyelasaikan pekerjaan. Keingintahuan

mencakup minat, dorongan untuk mencari kebaruan, keterbukaan terhadap

pengalaman. Keterbuaan pikiran mencakup kemampuan membuat penilaian dan

berpikir kritis. Cinta pembelajaran memampukan orang yang memilikinya menguasai

keterampilan topic, dan cabang pengetahuan baru, baik dengan cara belajar sendiri

maupun, secara formal dalam lembaga pendiikan.

6.2 Kemanusiaan dan Cinta

Kemanusiaan dan cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan

interpersonal dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Kekuatan

Kemanusiaan adalah kekuatan interpersonal yang meilbatkan kecenderungan dekat

dan bertemean dengan orang lain. Kekuatan kebaikan hati mencakup

kedermawanan, pemeliharaan, perawatan, kasih saying, dan altruistic menjadikan

orang mau berbagi kesenangan dan kebaikan dengan orang lain. Kecerdasan social

mencakup kecerdasan emosional dan kecerdasan intrapersonal memampukan orang

yang memilikinya memahami motif dan perasaan orang lain, serta memahami motif

dan perasaan diri sendiri.

4

Page 5: Ringkasan MPKT

6.3 kesatriaan (courage)

Keutamaan keatriaan (courage) merupakan kekuatan emosional yang

melibatkan kemauan kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipin mendapat

halangan atau tantangan, baik eksternal maupun internal. Keutamaan ini terdiri atas

Kekuatan keberanian, Ketabahan, Integritas(otentisitas), dan vitalitas (semangat).

6.4 Keadilan

Keutamaan keailan mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu

masyarakat. Ada tiga kekuatan yang tercakup, yaitu dedikasi demi keberhasilan

bersama, kesetaraan perlakuan terhadap orang lain,dan kepemimpinan.

6.5 Pengelolaan Diri

Pengelolaan diri adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat

buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena perbuatan sendiri, yang terdiri

dari kekuatan pemaaf, pengendalian diri, kerendahan hati, kehati-hatian.

6.7 Transdensi

Transdensi adalah keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia

dengan seluruh alam semesta dan memberi makna kepada kehidupan, dimana

terdiri dari kekuatan penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan,

kebersyukuran, optimism, spritualitas, dan menikmati hidup.

5

Page 6: Ringkasan MPKT

7. Karakter dan Spritualitas

Manusia memiliki kemampuan untuk memahami keterkaitan dirinya dengan

seluruh alam semesta, juga keterkaitan semua hal yang ada di alam semesta.

Karakter selalu didasari oleh spiritualitas. Daya-daya sprititual menjadi kekutan kita

untuk bertahan dan setia menuju satu tujuan. Narayanasamy menegaskan bahwa

tidak ada satu pun definisi dari spiritualitas yang otoritatif. Murray dan Zentner

tersebut mengusulkan harus ditempatkan dalam konteks keseluruhan alam semesta

dan keterkaitan isi dunia.

8. Keutamaan Karakter dan Kebahagiaan

Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian

kebahagiaan. Peterson dan Seligman memaparkan berbagai hasil penelitian yang

menunjukkan keberadaan potensi setiap keutamaan karakter itu paa diri manusia.

Menurut Seligman, tidak ada jlan pintas untuk mempersingkat pencapaian

kebahagiaan. Jika dipahami bahwa inti pendidikan adalah pembentukan karakter

maka seharusnyalah dicamkan pula bahwa setiap pendidikan adalah pembentukan

karakter. Tetapi belakangan kita menyaksikan pendidikan secara umum seperti

dipisahkan dari pembentukan karakter sehingga diperlukan usaha khusus untuk

menyelenggarakan “pendidikan karakter” sebelum nanti pembentukan karakter

kembali menjadi inti dari pendidikan.

6

Page 7: Ringkasan MPKT

BAB IIDASAR-DASAR FILSAFAT

1. Pendahuluan

Penjelasan tentang hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan dapat kita

temui dalam literature filsafat ilmu. Filsafat ilmu berkaitan dengan asumsi, fondasi,

metode, dan implikasi daari ilmu pengetahuan. Di sisi lain, filsafat ilmu berurusan

dengan pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan. Setidaknya, ada

tiga bidang kajian filsafat yang dibutukan ilmu pengetahuan untuk menjadi dasar bagi

aktuvitas-aktivitasnya mencari pengetahuan.

1. Etika. Ilmuwan dituntut bertindak secara etis, baik dalam aktivitas mencari

pengetahuan maupun dalam penerapan pengetahuan.

2. Epistemologi. Sebagai bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan, epistemlogi

diperlukan oleh ilmu pengeryahuan unuk mmberi dasar bagi perolehan

pengetahuan. Pertanyaan yang diakukan epistemologi juga merupakan pertanyaan

yang perlu diaukan ilmu pengertahuan. Ilmu pengertahuan membutuhkan

jawaban setidaknya pendekatan kerja yang akan digunakan dalam penelitian,

yang biasanya tampil dalam bentuk paradigma ilmiah.

3. Logika. Bagaimana kita tahu bahwa pengetahuan yang kita peroleh dihasilkan

dari metode rasional? Untuk dapat menjawab ini, semua dibutuhkan filsafat

logika untuk dapat memastikan langkah-langkah perolehan pengetahuan benar.

Karakter dan filsafat memiliki hubungan yang saling menguatkan. Filsafat

memang mengandalkan pikiran karena untuk mencapai kebenaran diperlukan pikiran.

Berfilsafat juga melibatkan keseluruhan diri untuk terlibat dalam pencarian

kebenaran. Dari sini dapat dipahami bahwa berfilsafat membutuhkan kekuatan dan

karakter. Aktivitas dalam filsafat mencakup kegiatan berpikir, mencari kemungkinan

7

Page 8: Ringkasan MPKT

lain dari situasi, menjaga kesetiaan, berani mengambil risiko. Dengan dasar itu maka

filsafat dipelajari beriringan dengan pengembangan karakter.

2. Pengertian Filsafat

Kata filsafat pertama kali ditemukan dalam tulisan sejarawan YUnani Kuno,

Herodotus (484-424 SM). Ia menggunakan kata kerja “berfilsafat” dalam

percakapannya dengan Croesus yang kemudian menyampaikan kepada solon bahwa

ia mendengar solon telah melakukan perjalanan melalui berbagai negeri untuk

berfilsafat digerakan oleh hasrat akan pengetahuan. Ada dugaan yang tak dapat

dilacak catatan tertulisnya bahwa kata filsafat dapat dilacak lebih jauh lagi asalnya

pada Pythagoras (sekitar 582-500 SM). Pythagoras menjelaskan dirinya sebagai filsuf,

dan berkata bahwa urusannya adalah menyelidiki hakikat benda-benda. Penggunaan

kata filsuf selanjutnya digunakan leh beberapa penulis Yunani, diantaranya Xenophon

(430-354 SM) dan Plato (427-347 SM). Pengertian filsuf dalam tulisan-tulisan mereka

adalah orang yang mencurahkan dri dan hidupnya untuk mencari kebijaksanaan atau

untuk melakukan pembelajaran. Dalam arti sempitnya, filsuf adalah orang yang

menyelidiki dan mendiskusikan sebab-sebab benda dan ebaikan tertinggi(Thayer,

2011).

Apa yang dilakukan oleh filsuf kemudian disebut filsafat. Dari asal katanya

dalam bahasa Yunani Kuno yaitu Philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan) maka

artinya adalah cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan. Filsafat didefinisikan sebagai

usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal

dan sistematis. Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah usaha. Apa

yang hendak diketahui filsafat tak terbatas, oleh karena itu proses pemahaman

berlangsung terus menerus.

Meski produk filsafat berupa pemikiran filosifis mencerminkan proses

pencariannya dan merupkan pelajaran penting, tidak tepat jika dalam memahami

filsafat kita hanya fokus pada produknya. Sebagai produk, filsafat dapat terkesan

sebagai barang jadi, sesuatu yang telah selesai. Bisa jadi, jika kita lihat produknya saja

kalimat-kalimat dalam filsafat tampil sebagai resep, ibarat resep masakan, tinggal

diikuti petunjuknya, atau sebaliknya kalimat dalam filsafat menjadi sebuah kerumitan.

Ini terjadi karena kurang memahaminya proses yang ada. Jika filsafat hanya

8

Page 9: Ringkasan MPKT

diaanggap sebagai produk yang sudah selesai, maka akan terjadi kontradiksi dalam

pengertian filsafat. Setidaknya sebagai produk, filsafat adalah pemikiran yang perlu

dikaji, direfleksikan dan dikritik lagi.

Istilah kritisa dalam pengertian filsafat berasal dari istilah latin kritein yang

berarti memilah dan kritikos yang berarti kemampuan menilai. Secara lebih khusus

lagi kritis di sini diartikan sebagai terbukan pada kemungkinan baru dan dialektis.

Sifat utama filsafat yang lain adalah radikal. Istilah radika brerasal dari kata

radix yang berarti akar. Sifat radikan pada filsafat memungkinkannya memahami

persoalan sampai ke akar-akarnya dan mengajukan penjelasan yang mendasar.

Berfilsafat dilakukan secara sistematis. Asal kata sistematis adalah systema yang

berarti keteraturan. Jika kita cermati para filsuf besar dunia, maka kita temukan di

sana logika yang mereka gunakan untuk memahami perwujudan kenyataan yang

dikaji.

Berdasarkan pengertian filsafat yang sudah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa berpikir filosofis berarti merenung yang bukan mengkhayal atau melamun.

Filsafat merupakan pemikiran yang sistematis. Perenungan filosofis ialah

percobaanuntuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional untuk memahami

dunia tempat kita hidup. Hasrat filosif ialah berpikir secara ketat. Kegiatan filosofis

sesungguhnya merupakan perenungan atas pemikiran yang sfatnya kritis, tidak begitu

saja menerima sesuatu.

3. Cabang dan aliran Filsafat

ada berbagai cara untuk membagi filsafat menjadi cabang-cabang yang

memiliki obyek kajian khusus. Kita dapat menmukan pembagian filsafat berdasarkan

sstematika permasa;aha atau area kajian filsafat yang secara garis besar terdiri

ontologi epistemologi dan axiologi.

Ontologi berasal dari dua kata bahasa latin, yaitu onta yang berarti ‘ada’ dan

logia yang berarti ilmu. Ontology secara umum didefinisikan sebagai studi flosifis

tentang hakikat eksistensi. Sebagai bidang kajian filsafat tentang eksistensi, ontologi

dalam arti umum dibagi dua menjadi 2 subbidang, yaitu ontology (dalam arti khusus)

dan metafisika. Kata metafisika berarti kenyataan dibalik fisika, dimana berhubungan

9

Page 10: Ringkasan MPKT

dengan obyek yang tidak dapat dijangkau secara inderawi karena obyek itu melapaui

sesuatu yang bersifat fisik.

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji teori tentang sumber,

hakikat, dan batas pengetahuan. Epistemologi dalam arti sempit merupakan cabang

filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan yang ditelusiri melalui 4 pokok, yaitu 1)

sumber pengetahuan, 2) struktur pengetahuan, 3) keabsahan pengetahuan, dan 4)

batas pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang

mengkaji ciri dan cara memperoleh ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang dikaji

berbeda dengan pengetahuan pada epistemology dalam arti sempit. Metodologi adalah

cabang filsafat yang mengkaji cara dan metode ilmu pengetahuan memperoleh

pengetahuan secara sistematis.

Axiologi adalah bidang filsafat yang mencoba menjawab pertanyaan “apa

yang dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia”. Axiology

mengkaji pengalaman dan penghayatan dari perilaku manusia. Cabang filsafat yang

termasuk dalam axiology adalah etitka dan estetika.

Dalam perkembangan filsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan.

Berikut adalah beberapa airan yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan

filsafat :

a. Rasionalisme : aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa semua

pengetahuan bersumber dari akal

b. Empirisme : aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman

sebagai sumber pengetahuan

c. Kritisisme : Aliran ini dasarnya aadalah kritik terhadap

rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu ekstrem

d. Idealisme : aliran filsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan

adalah proses mental ataupun psikologis yang sifatnya subyektif.

e. Vitalisme : aliran filsafat yang memandang hidup tidak dapat

sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia

berbeda dengan benda mati.

f. Fenomenologi : aliran filsafat yang mengkaji penampakan dan

memandang gejalan dan kesadaran selalu saling terkait.

10

Page 11: Ringkasan MPKT

4. Alternatif Langkah Belajar Filsafat

Ada banyak cara untuk belajar filsafat sesuai dengan pesatnya

erkembangan filsafat sekarang ini. Para filsuf mengembangkan cara belajar

filsafat sesuai dengan pendekatan yang digunakannya. Secara umum, filsuf

berusaha memperoleh makna istilah-istliah dengan cara melakukan analisis

terhadap istilah-istilah itu berdasarkan pengenalan obyeknya dalam kenyataan.

Analisis terhadap istilah merupakan langkah penting yang harus dilakukan

untuk mendapatkan makna yang tepat dan memadai.

Setelah analisis istilah, filsuf berusaha untuk memadukan hasil-hasil

penyelidikan melalui aktivitas sintesis. Penggunaan analisis dan sintesis dalam

filsafat ini disebut metode analisis-sinstesis. Metode ini merupakan metode

yang paling banyak digunakan oleh para filsuf.

Menurut kattsoff, secara filosfis analisis adalah pengumpulan semua

pengetahuan yang dapat dikumpulkan oleh manusia untuk menyusun suatu

pandangan tentang dunia. Secara ringkas, kattsoff mengemukakan langkah

umum yang disarankan dalam analisis-sintesis.

1. memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan

atau kelengkapannya

2. masalah umumnya terpecahkan dengan menguji prinsip

kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat

diragukan kebenarannya.

3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada

sangkut pautnya dengan kebenaran.

4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah

yang bersangkutan dan menguji penyelesaian mereka.

5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan

jawaban atas masalah yang diajukan.

6. Mengyhu konsekuensi dengan melakukan verifikasi

terhadap hasil penjabaran yang telah dilakukan

7. Menarik simpulan mengenai masalah yang mengawali

penyelidikan.

11

Page 12: Ringkasan MPKT

Metode belajar filsafat sebenarnya bukan hanya dapat dihunakan untuk belajar

filsafat, melainkan juga dapa dimanfaatkan dalam pembelajaran di bidang ilmu

pengetahuan. Secara umum, disadari atau tidak, filsafat digunakan manusia untuk

menyelasaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, berpikir filosofis

merupakan satu cara untuk membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan

dengan kekuatan-kekuatan yang dikandungnya.

12

Page 13: Ringkasan MPKT

BAB III

Dasar-Dasar Logika

1. Apakah logika itu?

logika dapat diartikan sebagai cabang dari filsafat yang mengkaji prinsip,

hukum, dan metode berpikir yang benar, tepat dan lurus. Jika ditempatkan

sebagai matematika maka logika merupakan cabang matematika yang

mengkaji seluk-beluk perumusan pernyataan atau persamaan yang benar,

khususnya pernyataan yang menggunakan bahasa formal. Bahasa formal

disini merujuk kepada rangkaian simbol matematis seperti yang biasa kita

jumpai dalam literatur matematika.

Kategori

Manusia berpikir dengan menggunakan kategori. Pada awalnya kategori

yang digunakan sangat sederhana dan umum seperti lebih besar dan lebih

kecil, atau lebih jauh dan lebih dekat, atau lebih keras atau lebih lembut.

Kemudian kategori yang lebih kompleks dikembangkan, seperti makhluk

hidup yang bernapas dengan paru-paru, tempat tinggal yang layak huni dan

nyaman, dan sebagainya.

2. Term,Definisi, dan Divisi

Term adalah tanda untuk menyatakan suatu ide yang dapat diinderai

sesuai dengan pakat/perjanjan. Tanda itu bersifat formal dan instrumental.

Untuk menyamakan pengertian dan menghindari kesalahan penafsiran

terhadap term diperlukan definisi. Definisi adalah pernyataan yang

menerangkan hakikat suatu hal.

Pembuatan definisi yang memadai untuk digunakan untuk pemikiran logis

harus mengikuti aturan berikut.

1. Harus jelas dari yang didefinisikan

2. Definisi tidak boleh mengandung ide atau term dari yang didefinisikan

3. Definisi dan yang didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan pas

13

Page 14: Ringkasan MPKT

4. Definisi harus dinyatakan dalam kalimat positif

term juga dapat diuraikan dengan kriteria tertentu menjadi bagian-bagian.

Penguraian term itu biasa disebut divisi. Divisi adalah uraian suatu

keseluruhan kedalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan

karakteristik tertentu. Ada beberapa jenis divisi, yakni divisi real atau

aktual dan divisi logis.

Ada sejumlah aturan yang harus diikuti dalam pembuatan divisi, yakni :

1. Tidak boleh ada bagian yang terlewati

2. Bagian tidak boleh melebihi keseluruhan

3. Tidak boleh ada bagian yang meliputi bagian lain

4. Divisi harus jelas dan teratur

5. Jumlah bagian harus terbatas.

4.Kalimat, Pernyataan, dan Proposisi

4.1 Pengertian

Kalimat didefinisikan sebagai serangkaian kata yang disusun

berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dalam suatu bahasa, dan dapat

digunakan untuk tujuan menyatakan, menanyakan, atau

memerintahkan sesuatu hal.

Salah satu jenis kalimat adalah pernyataan (bahasa Inggris statement)

yang dalam praktiknya sama dengan kalimat berita. Tetapi pernyataan

memiliki pengertian yang lebih khusus. Pernyataan adalah kalimat

yang digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan

sesuatu yang bisa benar atau salah.

Dalam literatur logika dan ilmu pengetahuan, kita juga menemukan

term proposisi. Proposisi ialah makna yang diungkapkan melalui

pernyataan, atau dengan kata lain arti atau interpretasi dari suatu

pernyataan. Proposisi juga dapat dipahami sebagai makna dari kalimat

14

Page 15: Ringkasan MPKT

berita, mengingat bahwa pernyataan merupakan kalimat berita yang

dapat dinilai benar atau salah.

4.2 Pernyataan sederhana dan pernyataan kompleks

Secara umum, berdasarkan proposisi yang dikandung, ada dua jenis

pernyataan, yaitu pernyataan sederhana dan pernyataan kompleks.

Pernyataan sederhana adalah pernyataan yang hanya mengandung satu

proposisi. Sedangkan, pernyataan kompleks adalah pernyataan yang

mengandung lebih dari satu proposisi.

4.3 Jenis-jenis Pernyataan Kompleks

Berdasarkan hubungan antara proposisi-proposisi yang terkandung

dalam pernyataan kompleks, ada empat jenis pernyataan kompleks,

yaitu :

1. Negasi : Pengingkaran atas pernyataan

2. Konjungsi : Suatu pernyataan kompleks yang komponen logikanya

dihubungkan dengan kata dan disebut konjungsi atau kalimat

konungtif.

3. Disjungsi : Pernyataan kompleks yang komponen logikanya

dihubungkan dengan kata atau disebut disjungsi atau pernyataan

disjungtif.

4. Kondisional : Pernyataan kompleks yang komponen logikanya

dihubungkan dengan jika..., maka... disebut pernyataan kondisional

atau hipotesis.

4.4 Hubungan Antar Pernyataan

4.4.1 Kesimpulan langsung: Oposisi dan Proposisi

- Kontradiksi : tidak mungkin keduanya benar dan tidak

mungkin keduanya salah

- Kontrari : Tidak mungkin keduanya benar, tapi mungkin

saja keduanya salah

- Subkontrari : Mungkin saja keduanya benar, tetapi tidak

mungkin keduanya salah

15

Page 16: Ringkasan MPKT

- Subalternasi : Jika superalternasinya benar, maka

subalternasinya benar

4.4.2 Konsistensi dan Inkonsistensi

Dua pernyataan disebut inkonsisten jika dan hanya jika

keduanya tidak mungkin benar pada saat yang bersamaan. Pada

kondisi yang sebaliknya,dua pernyataan tersebut disebut

konsisten.

4.4.3 Implikasi, Ekuivalensi, dan Independensi Logis

Tiga jenis hubungan antar-pernyataan adalah implikasi,

ekuivalensi, dan independensi logis.

Untuk memahami ketiga jenis hubungan itu, dan untuk

menghindari kesalahan dalam penggunaannya, kita perlu

memahami pengertian masing-masing dan bagaimana

penggunaannya.

- Implikasi : Pernyataan P mengimplikasikan pernyataan Q

ketika secara logis tidak mungkin P benar dan Q salah pada

waktu yang bersamaan.

- Ekuivalensi : Dua pernyataan secara logis ekuivalen bila

keduanya saling mengimplikasikan.

- Independensi logis : Dua pernyataan disebut independensi

logis apabila secara logis tidak berhubungan.

5. Penalaran

Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-alasan yang

relevan. Alasan-alasan itu dapat berupa bukti, data, informasi akurat, atau

penjelasan tentang hubungan antara beberpa hal. Penalaran berlangsung

dalam pikiran. Ungkapan verbal dari penalaran adalah argumentasi.

Ada dua jenis penalaran, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.

Kedua jenis penalaran ini diperlukan dalam proses pencapaian kebenaran.

Deduksi adalah proses penalaran yang dengannya kita membuat suatu

kesimpulan dari suatu yang umum menjadi suatu yang khusus. Penyimpulan

deduktif juga disebut silogisme. Induksi adalah proses penalaran yang

membuat kesimpulan dari hal khusus menjadi halnyang bersifat umum.

16

Page 17: Ringkasan MPKT

6. Argumen Deduktif

Penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin

validitasnya jika bukti yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan

untuk menghasilkan kesimpulan adalah tepat. Kesimpulan juga harus

didasari hanya oleh bukti yang sudah ada sebelumnya. Kesimpulan tidak

boleh mengandung informasi baru tentang materi. Penalaran deduktif

bertujuan untuk menentukan putusan yang sahih tentang hal khusus tertentu

berdasarkan pemahaman tentang hal-hal yang lebih umum.

Penalaran deduktif juga bisa dinyatakan dalam silogisme yang terdiri dari

premis minor,mayor, dan kesimpulan. Dalam membuat silogisme, harus

tunduk pada delapan hukum yang masing-masing diterapkan berikut ini.

a. Silogisme hanya mengandung tiga term

b. Term mayor atau minor tidak boleh menjadi universal dalam kesimpulan

jika dalam premis hanya bersifat partikular.

c. Term tengah tidak boleh muncul di kesimpulan.

d. Term tengah harus digunakan sebagai proposisi universal dalam premis-

premis, setidaknya satu kali.

e. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan jua afirmatif

f. Kalau salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif. Kalau salah

satu premis partikular, kesimpulan harus partikular.

g. Tidak boleh kedua premis negatif, minimal satu afirmatif.

h. Tidak boleh kedua premis partikular, minimal satu universal

7. Argumen Induktif

argumen induktif biasanya mencakup proses inferensial dalam mendukung

atau memperluas keyakinan kita kepada kondisi yang mengandung risiko

atau ketidakpastian. Argumen induktif dapat dipahami sebagai hipotesis yang

mengandung risiko dan ketidakpastian.

a. Induksi enumeratif : proses menggunakan premis-premis yang

menggambarkan karakteristik sampel untuk mengambil kesimpulan

umum. Mengenai kelompok asal sampel tersebut.

17

Page 18: Ringkasan MPKT

b. Silogisme statistikal : argumen yang menggunakan generalisasi statistik

tentang suatu kelompok untuk mengambil kesimpulan mengenai suatu

sub kelompok atau anggota individual dari kelompok itu.

c. Induksi Eliminatif atau Diagnostik : Mempunyai premis-premis yang

menggambarkan suatu konfigurasi fakta atau data yang berbeda-beda,

yang merupakan bukti dari kesimpulannya. Induksi jenis ini

menghasilkan kesimpulan yang merupakan penjelasan terbaik, tetapi

tidak statistikal.

Bukti-bukti dalam argumen induktif mana pun tidak menjamin

kesimpulannya. Premis-premis dari argumen induktif dapat mendukung

beberapa kesimpulan yang berbeda dan bertentangan.

8. Sesat Pikir

Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran

berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak

sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika.

- Sesat Pikir Formal

Jika sebuah penalaran bentuknya tidak sesuai dengan bentuk deduksi

yang baku, maka penalaran itu tidak sahih dan tergolong sesat pikir.

a. Empat term : Kesalahan yang terjadi jika ada empat term yang

diikutsertakan dalam silogisme padahal silogisme hanya mempunyai

tiga term.

b. Term tengah yang tidak terdistribusikan : silogisme kategoris yang

term tengahnya tidk memadai menghubungkan term mayor dan term

minor.

c. Proses Ilisit : perubahan tidak sahih dari term mayor atau term

minor.

d. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif : dalam premis

digunakan digunakan proposisi afirmatif teapi dalam kesimpulan

digunakan proposisi negatif.

e. Premis negatif dan kesimpulan afirmatif : Sesat pikir ini terjadi jika

dalam premis digunakan proposisi negatif tetapi dalam kesimpulan

digunakan proposisi afirmatif

18

Page 19: Ringkasan MPKT

f. Dua premis negatif : Jika dalam silogisme kedua premis yang

digunakan adalah proposisi negatif.

g. Mengafirmasi konsekuensi : pembuatan kesimpulan yang diturunkan

dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan

konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah

hubungan itu suatu keniscayaan.

h. Menolak Anteseden : pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari

pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya

tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu

keniscayaan. Tetapi dalam bentuk ini yang ditolak adalah

antesedennya.

i. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi

disjungsi subkonter.

j. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang konter

- Sesat Pikir Nonformal

a. Perbincangan dengan ancaman : kebenaran dari kesimpulan

didasarkan kepada ancaman.

b. Salah Guna : Penyalahgunaan pertimbangan-pertimbangan yang

secara logis tidak relevan.

c. Argumentasi berdasarkan kepentingan

d. Argumentasi berdasarkan ketidaktahuan

e. Argumentasi berdasarkan belas kasihan

f. Agumentasi yang disangkutkan dengan banyak orang

g. Argumentasi dengan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak

relevan.

h. Argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial

i. Perumusan yang tergesa-gesa

j. Sebab yang salah

k. Penalaran sirkular

l. Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab

sehingga jawaban tak sesuai dengan pertanyaan.

m. Kesimpulan tidak relevan

19

Page 20: Ringkasan MPKT

n. Makna ganda

o. Makna ganda ketata-bahasaan

p. Sesat pikir karena perbedaan logat dan dialek.

q. Kesalahan komposisi

r. Kesalahan divisi

s. Generalisasi tak memadai

9. Kesalahan umum dalam penalaran induktif

Anda harus selalu siap memberikan kritik dengan cara melakukan teknik-

teknik rekonstruksi dan evaluasi yang telah dijelaskan paal-pasal sebelumnya.

Jika Anda menyebutkan bahwa suatu argumen mengandung kesalahan

tertentu, anda harus siap untuk menjelaskan letak kesalahan atau kesimpulan

yang patut dipertanyakan.

9.1 Menilai penalaran Induktif dengan Standar Deduktif

Kita tidak perlu menolak suatu kesimpulan induktif semata-mata

karena buktinya tidak dapat menjamin kebenaran kesimpulan itu.

Jaminan memang bukan karakteristik induksi, dan kita jangan menilai

argumen induktif dengan standar deduktif.

9.2 Kesalahan generalisasi

- Generalisasi yang Terburu-buru

- Kesalahan Kecelakaan

- Kesalahan Penggunaan Bukti Secara Salah

- Kesalahan Statistikal

- Kesalahan Kausal

- Kesalahan Analogi

20

Page 21: Ringkasan MPKT

BAB IV

MODUL ETIKA MPKT

1. Perbedaan Etika dan moralitas

Ada dua kata yang seringali rancu penggunaannya, yaitu etika dan moralitas.

Etika dan moralitas memang dua kata berhubungan errant dan seringkali orang

menggunakan dua kata tersebut secara bergantian tapi tidak tepat.

Secara etimologi, istilah etika berasa dari kata Yunani “ethikos” yang artinya

kebiasaan. Dalam perkembangannya, etika mengacu pada seperangkat aturan, prnsip

dan cara berpikir. Secara umum maka etika diartikan sebagai cabang ilmu filsafat

yang menyelidiki suatu sistem prinsip moral.

Lain halnya dengan moralitas yang berasal dari kata Latin “moralis” yang artinya

tata cara. Secara terminologis moralitas sering kali dirujuk sebagai diferensiasi dari

keputusan dan tindakan antara yang baik atau yang tidak baik. Moralitas sangan

berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek kajiannya. Etika adalah suatu

abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan moral dengan melakukan refleksi

atasnya

Ada asumsi penting terkait masalah penjelasan moral tentang tanggung jawab etis.

Asumsi tersebut di dalam etika, yaitu pentingnya kehendak bebas di dalam

pertangungjawaban etis. Sedang dalam soal moralitas hal ini biasanya tidak teralu

dipentingkan.

2. Klasifikasi Etika

2.1 Etika normatif

Etika normative merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait

dengan pertimbangan-pertibangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak

secara etis. Dalam etika normatif, muncul teori-teori etika, misalnya etika

utilitariannisme, etika deontologis, etika kebajikan dan lain-lain. Suatu teori etika

dipahami bahwa hal tersebut mengajukan suatu kriteria tertentu tentang bagaimana

seseorang harus bertindak dalam situasi etis.

21

Page 22: Ringkasan MPKT

2.2 Etika Terapan

Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori etika secara lebih

spesifik kepada topic-topik kontroversial baik pada domain privat atau public seperti

perang, hak-hak bnatang, hukuman mati dan lain-lain. Berbeda dengan permasalahan

etis yang lebih bersifat universal, seperti kewajiban untuk tidak berbohong, dan tidak

terbatas suatu masyarakat tertentu saja. Dengan begitu bisa dimegerti bahwa istilah

etika terapan digunakan untuk menggambarkan upaya untuk menggunakan metode

filosofis mengidentifikasi apa saja yang benar secara moral terkait dengan kehidupan

manusia.

2.3 Etika Deskriptif

Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap

etis oleh individu atau masyarakat. Dengan begitu etika deskriptif bukan sebuah etika

yang mempunyai hubungan langsung dengan filsafat tetapi merupakan sebuah bentuk

studi empiris terkait dengan perilaku-perilaku individual atau kelompok. Penyelidikan

etika deskriptif juga melibatkan tentang apa yang dianggap seseorang atau masyarakat

sebagai sesuatu yang ideal. Oleh karena itu, etika deskriptif melibatkan studi empiris

seperti psikologi, sosiologi, dan antropologi untuk memberikan suatu gambaran utuh.

Etika deskriptif dapat digunakan dalam argumentasi folosifis terkait dengan masalah

etis tertentu.

2.4 Metaetika

Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Focus dari

metaetika adalah arti atau makna dari pernyataan yang ada di dalam etika. Metaetika

juga bisa dimengerti sebagai sebuah cara untuk melihat fungsi-fungksi pernyataan

etika, dalam arti bagaimana kita mengerti apa yang dirujuk dari pernyataan tersebut

dan bagaimanan pernyataan itu didemonstrasikan.

3.Realisme Etis dan Non-Realisme Etis

3.1 Realisme Etis

Gagasan realism etis berpusat pada manusia menemukan lebenaran etis

yang memiliki eksistensi independen di luar dirinya, konsekuensinya, realism etis ini

22

Page 23: Ringkasan MPKT

mengajarkan bahwa kualitas etis atau tidak ada secara independen dari diri manusia

dan pernyataan etis memberikan pengetahuan tentang dunia objektif. Masalah bagi

etika realis adalah manusia mengikuti keyakinan etis yang berbeda-beda. Jika

memang ada kebenaran etis yang nyata di luar sana, maka manusia seharusnya bisa

menemukan dan punya keyakinan etis yang sama.

3.2 Non-realisme Etis

Keberatan terhadap realism etis menimbulkan cara melihat persoalan

etis yang disebut dengan nonrealisme etis. Gagasan utama dari nonrealisme etis

adalah manusia yang menciptakan kebenaran etis. Akan teteapi ada persoalan juga di

dalam relativisme etis. Diantaranya adalah kita merasa bahwa aturan etis memiliki

kualitas yang lebih tinggi daripada sekedar kesepakatan umum dari sekelompok

orang. Lebih jauh lagi, relativisme memiliki masalah dengan persoalan tirani

mayoritas. Dalam relativisme etis, jika kebanyakan orang dalam suatu masyarakat

setuju dengan aturan tertentu, itulah akhir dari masalah etis.

4.Empat Jenis Pernyataan Etika

kita bisa melihat ketika orang mengucapkan pernyataan “pembunuhan itu

tidak baik”, orang merujuk pada hal yng berbeda. Perbedaan ini memberikan

pendekatan yang berbeda pula untuk melihat persoalan etis. Kita dapat menunjukkan

beberapa hal yang berbeda ketika mengatakan hal itu dengan menulis ulang

bernyataan tersebut untuk menunjukkan apa yang benar-benar dimaksud sebagai

berikut:

1. saya mungkin bermaksud membuat pernyataan tentang fakta etis, seperti

“pembunuhan itu adalah salah”. Hal ni adalah realism moral yang

didasarkan pada gagasan bahwa ada fakta nyata dan objektif terkait

masalah etis di alam semesta.

2. Saya mungkin bermaksud hendak menyatakan tentang perasaan saya

sendiri, “saya tidak menyetujui pembunuhan”, hal ini adalah

subjektivisme, dimana mengajarkan bahwa penilaian etis tidak lebih dari

pernyataan perasaan atau sikap seseorang.

23

Page 24: Ringkasan MPKT

3. Saya mungkin bermaksud untuk mengespresikan perasaan saya saja “tidak

ada kompromi dengan pembunuhan”. Hal ini adalh emotivisme dimana

merupakan pandangan bahwa klaim moral adalah tidak lebih dari ekspresi

persetujuan atau ketidaksetujuan.

4. Saya mungkin bermaksud ingin memberikan instruksi atau larangan,

seperti “jangan melakukan pembunuhan”. Hal ini adalah preskriptivisme,

yaitu gagasan yang berfokus pada pernyataan etis adalah petunjuk atau

rekomendasi.

5.Kegunaan etika

Etika sebenarnya tidak secara langsung mengharuskan orang mengikuti hasil

analisisnya. Artinya tidak ada inensi dari etika untuk menekan orang untuk melakukan

suatu tindakan atau keputusan etis sesuai dengan pedoman tertentu. Etika

menyediakan alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu moral. Dengan kata lain,

etika memberika sebuah peta moral atau kerangka berpikir yang bisa digunakan untuk

menemukan jalan keluar dari masalah moral yang sulit. Memang harus dimengerti

bahwa etika tidak selalu memberi jawaban yang tepat untuk masalah moral. Hal ini

dikarenakan masalah-masalah moral, seringkali tidak ada jawaban yang tunggal.

6.Immanuel Kant dan Etika Kewajiban

Immanuel Kant membahas secara filosofis tetang apa yang dimaksud dengan

moral. Prinsip moral dapat muncul dari berbagi sumber, diserap dari nilai-nilai agam,

kaidah norma masyarakat, maupun dari hokum yang dibuat oleh negara. Bagi

Immanuel Kant, sika etis tidak datang dari luar individu, ini berkaitan dengan era

dimana Kant mempopulerkan filsafatnya dengan selalu berkata Sapere Aude yang

artinya beranilah berpikir secara mandiri. Etika kewajiban dari Kant mengingatkan

kita betapa pentingnya perbuatan moral yang patuh pada suatu prinsip moral bahwa

kebaikan tersebut intrinsik adanya, dimana pemahaman ini mewajibkan tentang

konsep kebaikan universal.

24

Page 25: Ringkasan MPKT

7.Stuart Mill dan Konsep Etika Utilitarian

Utilitarian yang berasa dari kata utility, yang artinya kegunaan, merupakan

teori yang menggap bahwa dorongan utama bagi seseorang untuk bersikap etis adalah

untuk mencapai kebahagiaan. Tapi seringkali pernyataan kaum utilitarian

disalahartikan menjadi pandangan yang secara general memperbolehkan apapun

untuk mencapai kebahagiaan, inilah kritik terutama bagi kaum utilitarian. Mill

menyatakan bahwa pandangan utitlitarian tidak sesederhana itu dalam menggunakan

kata kebahagiaan. Mill menekankan, keijaksanaan yang utama erta memiliki nilai

moral adalah mengejar kebahagiaan. Dengan meningkatkan kebahagiaan, menurut

etika utilitarian, merupakan objek dari kebijaksanaan.

8.W.D Ross; Intuisi dan Kewajiban

Ross berargumen bahwa sesorang mengetahui secara intuitif perbuatan apa

yang bernilai baik maupun buruk. Ia mengkritik pandangan utilitarian yang terlalu

menekankan konsep kebahagiaan, bahkan mensejajarkan kebahagiaan dengan

kebaikan. Senada dengan Kant, Ross adalah seorang filosf moral yang menekankan

bahwa tindakan etis haruslah terlepas dari kepentingan individual. Meski terdapat

keserupaan dalam filsafat moral Ross dengan Kant, ada perbedaan penting antara

Ross dan Kant. Ross mengkritik kewajiban sempurna dari Kant. Ia mendebat bahwa

kewajiban sempurna mengaikan bahwa tidak ada perselisihan menyangkut tindakan

moral mana yang harus diprioritaskan. Ross memapakrkan bahwa secara intuitif kita

memahami bahwa manakah prioritas dalam dilemma moral semacam ini. Ide moral

semacam ini disebut oleh Ross sebagai Prima Facie, dimana menunjukan bahwa

sesungguhnya pada pandangan awal yang muncul adalah situasi moral yang hanya

kemunculan semata, tetapi apa yang dimaksud dengan Prima Facie adalah situasi

moral yang dapat ditelaah secara objektif.

Ross menjelaskan enam tipe dari Prima Facie sebagai berikut :

1. Fidelitas : menyangkut bagaimana seseorang memegang komitmennya

2. Kewajiban atas rasa terimakasih

3. Kwajiban berdasarkan keadian

4. Kewajiban beneficence : bersikap dermawan sebagai tanggung jawab

social

25

Page 26: Ringkasan MPKT

5. Kewajiban untuk menjaga diri sendiri

6. Kewajiban untuk tidak menyakiti orang lain

Dari keenam tipe ini, Ross menunjukan bahwan dalam kondisi tertentu kita kerap

terbentuk untuk memutuskan diantara pilihan-pilihan moral. Ross menekankan pada

kemampuan intuitif manusia untuk mengambil keputusan. Dengan begitu, maka ia

menghindarkan dirinya dari pilihan yang menyebabkan keburukan untuk dirinya

maupun orang disekitarnya.

26