ringkasan buku ajar 1 mpkt a

35
Ringkasan Buku Ajar 1 MPKT-A 2012 Oleh : Fairuz Thifal Ariqoh Iriandi, 1206242901 1. Kekuatan dan keutamaan karakter Pembentukan karakter memang menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa. Jauh-jauh hari bung hatta (1932/1988) sudah menekankan pentingnya pembentukan karakter bersama dengan pembangunan rasa kebangsaan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan (hatta, 1988). Dengan kekuatan dan keutamaan karakter, orang dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dalam situasi apa pun. Pendidikan karakter juga merupakan usaha untuk membantu peserta didik mencapai kebahagiaan. Spiritualitas manusia merupakan dasar dari kekuatan karakter. Kemampuan manusia untuk memperbaiki diri dan dunianya dari waktu ke waktu bersumber pada daya-daya spiritualnya. Karakter bukan kepribadian meskipun keduanya berkaitan erat. Kepribadian manusia tampil dalam perilaku yang melibatkan aspek psikis (berpikir, mempercayai dan merasakan sesuatu) dan aspek fisik manusia (berjalan, berbicara dan melakukan tindakan-tindakan motorik). Manusia memiliki otonomi dalam dirinya tetapi, di sisi lain, ia juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara unik. Dengan keunikan itu, seorang manusia berbeda dari manusia lainnya. Dalam memahami kepribadian seseorang perlu diketahui sejarah hidup, latar belakang budaya, ambisi, 1

Upload: fairuz-thifal

Post on 06-Aug-2015

413 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

2012

TRANSCRIPT

Page 1: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

Ringkasan Buku Ajar 1 MPKT-A 2012

Oleh : Fairuz Thifal Ariqoh Iriandi, 1206242901

1. Kekuatan dan keutamaan karakter

Pembentukan karakter memang menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan

pembangunan bangsa. Jauh-jauh hari bung hatta (1932/1988) sudah menekankan

pentingnya pembentukan karakter bersama dengan pembangunan rasa kebangsaan dan

peningkatan pengetahuan serta keterampilan (hatta, 1988). Dengan kekuatan dan

keutamaan karakter, orang dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dalam situasi

apa pun. Pendidikan karakter juga merupakan usaha untuk membantu peserta didik

mencapai kebahagiaan. Spiritualitas manusia merupakan dasar dari kekuatan karakter.

Kemampuan manusia untuk memperbaiki diri dan dunianya dari waktu ke waktu

bersumber pada daya-daya spiritualnya.

Karakter bukan kepribadian meskipun keduanya berkaitan erat. Kepribadian

manusia tampil dalam perilaku yang melibatkan aspek psikis (berpikir, mempercayai dan

merasakan sesuatu) dan aspek fisik manusia (berjalan, berbicara dan melakukan

tindakan-tindakan motorik). Manusia memiliki otonomi dalam dirinya tetapi, di sisi lain,

ia juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara unik. Dengan keunikan itu,

seorang manusia berbeda dari manusia lainnya. Dalam memahami kepribadian seseorang

perlu diketahui sejarah hidup, latar belakang budaya, ambisi, cita-cita, karakter, motif,

dan sifatnya serta keterkaitan semua itu dalam pembentukan kepribadiannya. Sedangkan

karakter adalah kumpulan sifat mental dan etis yang menandai seseorang yang

menentukan orang seperti apa pemiliknya. Karakter juga menentukan apakah seseorang

akan mencapai tujuan secara efektif, apakah ia apa adanya dalam berurusan dengan

orang lain, apakah ia akan taat kepada hukum, dan sebagainya. Karakter diperoleh

melalui pengasuhan dan pendidikan meskipun potensialitasnya ada pada setiap orang.

Untuk membentuk karakter yang kuat, orang perlu menjalani serangkaian proses

pemelajaran, pelatihan dan peneladanan.

Peterson dan Seligman (2004) mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah

karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia.

Penggalian, pengenalan, dan pengukuran keutamaan dapat dilakukan melalui teknik

1

Page 2: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

inventori, skala sikap, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (focus-group

discussion) dan simulasi. Pada prinsipnya, semua teknik membutuhkan ahli yang

memahami konstruk karakter dan keutamaan. Tetapi, dalam pelaksanaannya, beberapa

teknik dapat digunakan oleh lebih banyak orang yang terlebih dahulu dilatih dalam

waktu singkat.

Peterson dan Seligman (2004) mengemukaan tiga level konseptual dari karakter,

yaitu keutamaan, kekuatan dan tema situasional dari karakter. Pembedaan ini berguna

untuk kepentingan pengenalan, pengukuran dan pendidikan karakter.Hubungan antara

keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter bersifat hierarkis. Keutamaan berada

di level atas, lalu kekuatan di level tengah, dan tema situasional di level bawah. kita

dapat mengenali tema situasional tertentu dari karakter, tetapi kita belum dapat

menyimpulkan bahwa orang itu memiliki kekuatan tertentu. Kita dapat lebih memastikan

kekuatan apa yang dimiliki orang itu jika kita dapat mengenali bahwa orang itu juga

menampilkan perilaku-perilaku sesuai tema situasional tertentu dalam beberapa situasi.

Kemudian, jika dalam berbagai situasi dan dalam rentang waktu yang relatif lama,

seseorang menunjukkan berbagai kekuatan tertentu secara konsisten, baru kita dapat

mengenali keutamaan orang itu. Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter

(Peterson & Seligman, 2004). Para filsuf dan agamawan menjadikan keutamaan sebagai

nilai moral oleh karena itu keutamaan dianggap sebagai dasar dari tindakan yang baik.

Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang

mendefinisikan keutamaan. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui

pencapaian kekuatan karakter. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus

yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.

Lingkungan juga berperanan penting dalam memfasilitasi munculnya kekuatan karakter

melalui pemunculan tema situasional. Semakin banyak dan sering tema situasional

ditampilkan semakin terbentuk kekuatan karakter.

Berikut ini 24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 kategori keutamaan

yang sejauh ini sudah dikembangkan oleh manusia.

Kebijaksanaan dan Pengetahuan, merupakan keutamaan yang berkaitan dengan fungsi

kognitif, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Ada

lima kekuatan yang tercakup dalam keutamaan ini, yaitu kreativitas (memberikan

2

Page 3: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

kemampuan untuk berpikir dengan cara baru dan produktif), keingintahuan mencakup

minat (menjadikan orang memiliki minat dalam pengalaman yang sedang berlangsung),

keterbukaan pikiran (memampukan orang yang memilikinya untuk berpikir mendalam

dan menyeluruh tentang berbagai hal), cinta pembelajaran (orang mau terus belajar dan

terus menerus mengembangkan dirinya menjadi lebih), dan kekuatan perspektif

(memiliki cara untuk melihat dunia yang masuk akal bagi diri sendiri dan orang lain).

Kemanusiaan dan cinta, merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan

interpersonal dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Keutamaan ini

terdiri atas kekuatan cinta (membuat orang mampu menjalin hubungan dekat dengan

orang lain, khususnya yang bercirikan kegiatan berbagi dan peduli yang saling

membalas), kebaikan hati (berbuat baik sebagai bagian dari pengembangan dirinya), dan

kecerdasan sosial (memahami motif dan perasaan orang lain, serta memahami motif dan

perasaan diri sendiri).

Kesatriaan (courage) merupakan kekuatan emosional yang melibatkan kemauan kuat

untuk mencapai suatu tujuan. Mencakup empat kekuatan, yaitu kekuatan keberanian

(bertindak atas keyakinan meskipun tidak populer), ketabahan atau kegigihan (mampu

menyesuaikan kata-kata dan perbuatan, serta berpegang pada prinsip dalam berbagai

situasi), integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar (mampu menampilkan

diri secara tulus), dan vitalitas mencakup semangat, antusiasme, semangat, dan penuh

energi (menjalani kehidupan penuh dengan kegembiraan, semangat dan energi).

Keadilan (justice) mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat. Ada tiga

kekuatan, yakni Kewarganegaraan mencakup tanggung jawab sosial, loyalitas dan

kesiapan kerja dalam tim (dapat bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok yang

setia kepada kelompok), kesetaraan (orang memperlakukan semua orang sama di

hadapan keadilan), kepemimpinan (menyelesaikan tugas dan pada saat yang sama

menjaga hubungan yang baik dengan orang lain dalam kelompok).

Pengelolaan diri (temperance) adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala

akibat buruk. Di dalamnya tercakup kekuatan pengampunan (menghindarkan diri dari

pesimisme terhadap kebaikan manusia), pengendalian diri (dapat menentukan tindakan-

tindakan yang tepat bagi dirinya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain),

kerendahan hati (tidak melakukan kebaikan hanya untuk diri mereka sendiri), dan kehati-

3

Page 4: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

hatian (selalu berhati-hati dalam memilih atau melakukan hal-hal yang nantinya mungkin

akan disesali).

Transendensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan

seluruh alam semesta tercakup kekuatan penghargaan terhadap keindahan dan

keunggulan (terdorong juga untuk menghasilkan keindahan, keunggulan, keterampilan

dan kinerja yang baik), syukur (menerima apa yang ada dalam kehidupan sebagai

anugrah dan berkah), harapan mencakup optimisme (selalu optimistik menjalan hidup,

berusaha, dan bekerja untuk mencapainya), spiritualitas (perilaku yang konsisten dan

koheren sebagai bagian dari usaha), dan kekuatan menikmati hidup dan humor

(menjalani hidup secara ringan meski dalam situasi-situasi yang sulit dan berat).

Dalam salah satu pengertiannya, spiritualitas merujuk kepada sesuatu yang

teramat religius, sesuatu yang berkaitan dengan roh (spirit) dan hal-hal yang sakral

misalnya Tuhan dan makhluk-makhluk di luar manusia yang memiliki sifat dan kekuatan

gaib. Dengan menghayati kehidupan sehari-hari, seseorang dapat merasakan pengalaman

spiritual yang mendalam. Spiritualitas dapat dipahami sebagai dasar kekuatan dan

keutamaan karakter manusia. dalam kekuatan transendensi ada penghargaan terhadap

keindahan dan kesempurnaan. Penghargaan ini juga menyebabkan kekuatan karakter

yang lain menjadi penting dalam rangka memperjuangkan kehidupan yang indah dan

sempurna.

Karakter selalu didasari oleh spirtualitas. Daya-daya spiritual menjadi kekuatan

kita untuk bertahan dan setia menuju satu tujuan. Dengan daya-daya spiritual, manusia

dapat melampaui dirinya, berkembang terus sebagai makhluk yang self-trancendence

(selalu mampu berkembang melampaui dirinya). Dengan demikian, ketika kita berbicara

tentang karakter maka kita juga berbicara tentang spiritualitas, tentang daya-daya yang

menguatkan dan mengembangkan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian

kebahagiaan. Pada akhirnya, orang dengan watak atau karakter yang kuat adalah orang

yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif kepada masyarakatnya.

Setiap orang memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan, dan potensi untuk menjalani

hidup yang baik; tinggal bagaimana mengaktualisasikannya. Seligman (2004)

menyebutkan tiga kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang

4

Page 5: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

dilakukan, mengetahui kekuatan tertinggi, dan menggunakan kekuatan tertinggi untuk

melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar dari diri sendiri.

Pendidikan harus diarahkan kepada ketiga kebahagiaan itu. Peserta didik difasilitasi dan

dilatih untuk selalu memaknai setiap tindakan yang dilakukannya. Perpaduan dari tiga

kebahagiaan dan keutamaan-keutamaan karakter merupakan bahan dari pendidikan

karakter. Jika dipahami bahwa inti pendidikan adalah pembentukan karakter maka

seharusnyalah dicamkan pula bahwa setiap pendidikan adalah pembentukan karakter.

Tetapi belakangan kita menyaksikan pendidikan secara umum seperti dipisahkan dari

pembentukan karakter sehingga diperlukan usaha khusus untuk menyelenggarakan

“pendidikan karakter” sebelum nanti pembentukan karakter kembali menjadi inti dari

pendidikan.

2. Filsafat

Penjelasan tentang hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan dapat kita

temui dalam literatur filsafat ilmu. Filsafat ilmu berkaitan dengan asumsi, fondasi,

metode, dan implikasi dari ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu juga mempertimbangkan

masalah yang berlaku untuk ilmu tertentu (misalnya filsafat biologi atau filsafat fisika).

Di sisi lain, filsafat ilmu berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat

dijawab oleh ilmu pengetahuan. Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat

memastikan langkah-langkah perolehan pengetahuan yang benar. Karakter dan filsafat

memiliki hubungan yang saling menguatkan. Filsafat memang mengandalkan pikiran

karena untuk mencapai kebenaran diperlukan pikiran. Tetapi berfilsafat tidak hanya

menggunakan pikiran. Berfilsafat berarti juga melibatkan keseluruhan diri untuk terlibat

dalam pencarian kebenaran. Ada syarat-syarat berfilsafat yang melibatkan sifat-sifat baik

manusia.

Kata filsafat pertama kali ditemukan dalam tulisan sejarawan Yunani Kuno,

Herodotus (484-424 SM). Kata “berfilsafat” di situ mengindikasikan bahwa Solon

mencari pengetahuan untuk pengetahuan semata. Kata filosof atau filsuf berasal dari kata

philosophos yang berati pencinta kebijaksanaan; philos berarti kebijaksanaan, dan sophos

berarti pecinta dari kata dasar sophia yang berarti cinta. Orang-orang yang gagasan dan

pemikirannya didasari oleh pengetahuan tentang kebenaran dan dapat

mempertahankannya dengan argumentasi yang kuat patut disebut filsuf. Mereka adalah

5

Page 6: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

pencinta kebijaksanaan dan apa yang dilakukan oleh filsuf kemudian disebut filsafat.

Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno hingga

abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala

perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Dari definisi itu dapat

disimpulkan bahwa filsafat adalah usaha. Sebuah usaha adalah sebuah proses, bukan

semata produk. Proses itu berisi aktivitas-aktivitas untuk memahami segala perwujudan

kenyataan atau apa yang ada (being). Apa yang hendak diketahui filsafat tak terbatas,

oleh karena itu proses pemahaman itu berlangsung terus menerus.

Filsafat yang memiliki sifat kritis tidak mungkin merupakan barang yang jadi.

Setidaknya, sebagai produk filsafat adalah pemikiran yang perlu dikaji, direfleksikan dan

dikritik lagi. Istilah kritis dalam pengertian filsafat berasal dari istilah latin kritein yang

berarti memilah-milah dan kritikos yang berarti kemampuan menilai. Lebih khusus lagi,

yang dimaksud berpikir kritis di sini adalah usaha yang dilakukan secara aktif untuk

memahami dan mengevaluasi informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu

diterima, ditolak atau belum dapat diputuskan penerimaannya karena belum jelas.

Sifat utama filsafat yang lain adalah radikal. Istilah radikal berasal dari kata

radix yang berarti akar. Berpikir kritis memungkinkan orang untuk dapat berpikir

radikal. Sifat radikal pada filsafat memungkinkannya memahami persoalan sampai ke

akar-akarnya dan mengajukan penjelasan yang mendasar.

Berfilsafat dilakukan secara sistematis. Asal kata sistematis adalah systema

yang berarti keteraturan, tatanan dan saling keterkaitan. Sistematis di sini memiliki

pengertian bahwa upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut suatu aturan

tertentu, runut dan bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti suatu aturan tertentu

pula. Dengan kata lain, sifat sistematis dalam filsafat sekaligus mencakup sifat logis.

Dari sini dapat dipahami bahwa filsafat mencakup logika. Artinya, filsafat selalu

memegang keyakinan akan daya argumen dan penalaran. Logika yang digunakan dalam

filsafat merupakan logika baru untuk jamannya.

Seorang filsuf bernama Jacques Maritain mengatakan, “Filsafat ialah suatu

kebijaksanaan dan sifatnya pada hakikatnya berupa usaha mengetahui. Mengetahui

dalam arti paling penuh serta paling tegas, yaitu mengetahui dengan kepastian

6

Page 7: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

berdasarkan sebab-sebabnya mengapa barang sesuatu itu seperti keadaannya, tidak bisa

lain dari itu” (Kattsoff, 2004:65).

Kita dapat menemukan pembagian filsafat berdasarkan sistematika

permasalahan (Gazalba, 1979) atau area kajian filsafat yang secara garis besar terdiri dari

ontologi, epistemologi dan axiologi.

Ontologi, istilah ontologi berasal dari dua kata bahasa Latin, yaitu onta yang berarti

‘ada’ dan logia yang berarti ‘ilmu’, ‘kajian’, ‘prinsip’ atau ‘aturan’. Ontologi secara

umum didefinisikan sebagai studi filosofis tentang hakikat ada (being), eksistensi, atau

realitas, serta kategori dasar keberadaan dan hubungan mereka.

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji teori-teori tentang sumber-sumber,

hakikat, dan batas-batas pengetahuan. Pertanyaan epistemologis yang hendak dijawab di

sini adalah bagaimana proses perolehan pengetahuan pada diri manusia dan sejauh mana

ia dapat mengetahui. Dalam epistemologi terdapat empat cabang yang lebih kecil (1)

epistemologi dalam arti sempit; (2) filsafat ilmu; (3) metodologi; dan (4) logika.

Epistemologi dalam arti sempit merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat

pengetahuan yang ditelusuri melalui 4 pokok, yaitu 1) sumber pengetahuan, 2) struktur

pengetahuan, 3) keabsahan pengetahuan, dan 4) batas-batas pengetahuan. Pengetahuan

di sini adalah pengetahuan umum atau pengetahuan sehari-hari (knowledge) atau

pengetahuan yang berguna bagi manusia secara praktis (eksistensial pragmatis).

Axiologi adalah bidang filsafat yang mencoba menjawab pertanyaan “Apa yang

dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia?” Axiologi mengkaji

pengalaman dan penghayatan dari perilaku-perilaku manusia. Cabang filsafat yang

termasuk dalam axiologi adalah etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang

mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. Kata

etika menunjuk dua hal. Pertama: disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan

pembenarannya. Kedua: pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai

hidup manusia yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku manusia. Estetika

mengkaji pengalaman dan penghayatan manusia dalam menanggapi apakah sesuatu itu

indah atau tidak. Jadi estetika membahas soal-soal keindahan yang dipersepsi oleh

manusia.

7

Page 8: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

Aliran Filsafat, hanya Immanuel Kant yang menjelajahi ketiga wilayah sistematika

filsafat secara lengkap lewat tiga bukunya: Critic of Pure Reason, Critic of Practical

Reason, dan Critic of Judgement. F.W. Nietzsche, seorang filsuf Jerman, hanya

menelaah wilayah epistemologi, metafisika, estetika dan etika. Filsuf-filsuf lain yang

cukup terkenal dan berpengaruh di antaranya Rene Descartes, David Hume, F.G.W.

Hegel, Edmund Husserl, Karl Marx dan Bertrand Russell.

Dalam perkembangan filsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan.

Berikut adalah beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan

filsafat:

a. Rasionalisme: aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa semua pengetahuan

bersumber dari akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu mendapatkan

pengetahuan secara jernih (clear) dan lugas/terpilah (distinct) tentang realitas.

b. Empirisme: aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber

pengetahuan.

c. Kritisisme: aliran filsafat yang dibangun oleh filsuf besar: Imanuel Kant. Aliran ini

pada dasarnya adalah kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap

terlalu ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusia. Akal menerima bahan-bahan

yang belum tertata dari pengalaman empirik, lalu mengatur dan menertibkannya

dalam kategori-kategori.

d. Idealisme: aliran filsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses

mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif. Materi tidak memiki

kedudukan yang independen melainkan hanya merupakan materialisasi dari pikiran

manusia.

e. Vitalisme: aliran filsafat yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan

secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati. Manusia

memiliki kehendak yang mampu mengubah keadaannya yang statis menjadi lebih

dinamis.

f. Fenomenologi: aliran filsafat yang mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan

memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait.

8

Page 9: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

Analisis terhadap istilah merupakan langkah penting yang harus dilakukan

untuk mendapatkan makna yang tepat dan memadai. Secara ringkas, Kattsoff (2004:34-

38) mengemukakan langkah-langkah umum yang disarankan dalam menganalisis dan

sintesis.

1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya.

2. Masalah umumnya terpecahkan dengan mengikuti dua langkah, yakni menguji

prinsip-prinsip kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan

kebenarannya (untuk menyimpulkan kebenaran yang lain).

3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan

kebenaran.

4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan

menguji penyelesaian-penyelesaian mereka.

5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang

diajukan.

6. Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil

penjabaran yang telah dilakukan.

7. Menarik simpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan.

Dengan demikian, berpikir filosofis merupakan satu cara untuk membangun

keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatan-kekuatan yang

dikandungnya.

3. Dasar-dasar logika

Logika dikenal sebagai cabang filsafat, tetapi ada juga ahli yang

menempatkannya sebagai cabang matematika. Logika dapat diartikan sebagai kajian

tentang prinsip, hukum, metode, dan cara berpikir yang benar untuk memperoleh

pengetahuan yang benar. Jika ditempatkan sebagai cabang filsafat, logika dapat diartikan

sebagai cabang dari filsafat yang mengkaji prinsip, hukum dan metode berpikir yang

benar, tepat dan lurus. istilah logika dipakai oleh Cicero (abad ke-1 M) yang

9

Page 10: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

menggunakan kata logika dalam arti ‘seni berdebat’. Aristoteles sendiri menggunakan

istilah analitika untuk merujuk kepada penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi

yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang sudah dipastikan kebenarannya, serta

dialektika untuk penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari

putusan-putusan yang belum pasti kebenarannya (Bertens, 1999).

Logika, di samping etika, dapat dipahami sebagai asas pengaturan alam dan

isinya yang dikembangkan manusia. Secara filosofis, logika adalah kajian tentang

berpikir atau penalaran yang benar. Penalaran adalah proses penarikan kesimpulan

berdasarkan alasan yang relevan. Untuk dapat menjelaskan karakteristik penaralan yang

benar serta mengapa dan bagaimana itu dapat dihasilkan, logika menggunakan

pemahaman tentang standar kebenaran yang diperoleh dari epistemologi yang

merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan. sebagai bagian dari

epistemologi dalam arti luas, logika juga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang

mencakup segi-segi sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan, dan

keabsahan pengetahuan. Untuk menentukan benar atau tidaknya sebuah penalaran

sebuah sistem logika perlu didasari oleh syarat-syarat dari keabsahan pengetahuan.

Sebagai kajian tentang penalaran, logika juga berhubungan erat dengan bahasa alamiah

yang sehari-hari dipakai oleh manusia yang juga berkaitan dengan matematika.

Kebenaran logis merupakan satu kebenaran yang diungkapkan dengan representasi yang

secara logis tidak mengikuti asumsi apa pun. Dalam pengertian lain, kebenaran logis

adalah satu pernyataan yang kebenarannya dijamin sejauh makna dari konstanta logisnya

tetap, terlepas dari apa makna bagian lain yang menyertainya.

Manusia berpikir dengan menggunakan kategori untuk mengenali dan

mengelompokkan benda-benda. Dari segi kuantitasnya, setiap pernyataan atau putusan

selalu dapat digolongkan sebagai universal atau partikular. Kuantitas universal atau

partikular dari sebuah pernyataan ditentukan oleh ekstension (keluasan) dari term

(istilah) subjek pernyataan. Dari segi kualitasnya, setiap pernyataan dapat dibedakan

apakah itu afirmatif, negatif atau infinit. Sebuah pernyataan memiliki kualitas afirmatif

jika itu mengafirmasi atau mengiyakan suatu hal. Dari segi relasi, pernyataan-pernyataan

yang ada dapat digolongkan sebagai kategorikal, hipotetikal atau disjunktif. Sebuah

pernyataan termasuk dalam kategori kategorikal jika pernyataan itu dapat langsung

dinilai benar salahnya tanpa tergantung pada kondisi dan situasi tertentu, juga tidak

10

Page 11: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

tergantung pada tempat dan waktu. Dari segi modalitas, setiap pernyataan dapat

digolongkan sebagai pernyataan problematik, asertorik atau apodeiktik. Sebuah

pernyataan adalah problematik jika apa yang diungkap dengan pernyataan itu masih

berupa kemungkinan. Dalam pandangan Kant, kategori-kategori yang sudah diuraikan di

atas merupakan ide bawaan dan terkandung dalam pikiran manusia dan menjadi

kerangka bagi rasionalitas manusia. Pada dasarnya, pemikiran mengenai kategori dari

berbagai filsuf memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam mengenali dan memahami

benda-benda, kita perlu cermat dan hati-hati. Kita tidak dapat sembarangan mengartikan

satu hal dan tidak dapat mencampuradukan kategori yang satu dengan kategori yang lain.

Kita dapat menggunakan kategori yang kita anggap sesuai dengan kebutuhan kita dalam

mencari pengetahuan, tetapi kita harus konsisten dan koheren dalam menggunakannya.

Untuk menyamakan pengertian dan menghindari kesalahan penafsiran

terhadap term diperlukan definisi. Definisi adalah pernyataan yang menerangkan hakikat

suatu hal. Keterbatasan pengetahuan sering menghasilkan definisi yang terlalu luas.

Keterbatasan term memungkinkan penggunaan term yang sama untuk mewakili hal yang

berbeda. ada dua jenis definisi, yakni definisi nominal (definisi sinonim) dan definisi real

(definisi analitik). Definisi nominal ialah definisi yang menerangkan makna kata seperti

yang dimuat dalam kamus, misalnya introspeksi berarti ‘menilai diri sendiri’, inspeksi

‘memeriksa’, dan kursi ‘tempat duduk’. Definisi real adalah definisi yang menerangkan

arti hal itu sendiri. Pembuatannya menuntut dilakukannya analisis terhadap hal yang

akan didefinisikan terlebih dahulu. Sebagai contoh, sikap adalah ‘kecenderung

memberikan tanggapan secara positif atau negatif terhadap objek tertentu’ dan HP adalah

‘daya gerak yang ada dalam mesin yang dinyatakan dengan daya gerak seekor kuda’.

Definisi real dibedakan atas dua, yakni definisi esensial dan definisi deskriptif. Definisi

esensial menerangkan inti (esensi) dari suatu hal dengan menyebutkan genus dan

diferentia-nya. Definisi deskriptif mengemukakan segi-segi yang positif tetapi belum

tentu esensial mengenai suatu hal. Definisi deskriptif dibedakan atas empat, yakni

definisi distingtif (menunjukkan properti), definisi genetik (proses terjadinya suatu hal),

definisi kausal (penyebab atau akibat), dan definisi aksidental (tidak mengandung hal-hal

yang esensial). Pembuatan definisi yang memadai untuk digunakan dalam pemikiran

logis harus mengikuti aturan-aturan berikut ini. Pertama, definisi harus lebih jelas dari

yang didefinisikan; jika tidak, maka definisi akan kehilangan fungsinya. Kedua, definisi

11

Page 12: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

tidak boleh mengandung ide atau term dari yang didefinisikan. Ketiga, definisi dan yang

didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan pas. Selain dapat dijelaskan apa artinya,

term juga dapat diuraikan dengan kriteria tertentu menjadi bagian-bagian. Penguraian

term itu biasa disebut divisi. Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-

bagian berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu. Pembagian dalam bentuk divisi

merupakan upaya lain untuk menjelaskan term.

Berikut ialah tiga hal yang menjadi konsekuensi dari definisi kalimat,

pernyataan dan proposisi tersebut. Pertama, kalimat yang tidak bermakna atau tidak

koheren tidak mengungkapkan proposisi apa pun. Kedua, pernyataan atau kalimat yang

berbeda dapat mengungkapkan proposisi yang sama. Ketiga, kalimat atau pernyataan

yang sama dapat mengungkapkan proposisi yang berbeda. berdasarkan proposisi yang

dikandung, ada dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan sederhana dan pernyataan

kompleks. Pernyataan sederhana adalah pernyataan yang hanya mengandung satu

proposisi. Pernyataan kompleks adalah pernyaataan yang mengandung lebih dari satu

proposisi. Proposisi yang dikandung oleh suatu pernyataan juga disebut komponen

logika dari pernyataan. Komponen logika adalah komponen yang turut menentukan

benar atau salahnya suatu pernyataan.

Berdasarkan hubungan di antara proposisi-proposisi yang terkandung dalam

pernyataan kompleks, ada empat jenis pernyataan kompleks, yaitu:

1) Negasi (bukan P), negasi dari suatu pernyataan sederhana adalah pengingkaran atas

pernyataan itu.

2) Konjungsi (P dan Q), merupakan pernyataan kompleks yang komponen logikanya

dihubungkan dengan kata dan.

3) Disjungsi (P atau Q), merupakan pernyataan kompleks yang komponen logikanya

dihubungkan dengan kata atau.

4) Kondisional (Jika P maka Q), merupakan pernyataan kompleks yang komponen

logikanya dihubungkan dengan jika…, maka… .

Ada pengetahuan tertentu yang dapat langsung disimpulkan dari suatu

pernyataan. Oleh para ahli logika, ini disebut hubungan langsung. Ada beberapa jenis

hubungan seperti itu yang masing-masing diterapkan berikut ini. Pernyataan kategorikal

adalah pernyataan yang terdiri dari subjek dan predikat yang membenarkan atau

12

Page 13: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

menidakkan bahwa individu adalah anggota suatu kelompok. Dengan A (semua S adalah

P)(Universal-afirmatif), E ( tidak ada S yang P) (Universal-negatif), I (beberapa S

adalah P)(Partikular-afirmatif), dan O (beberapa S bukan P)(Partikular-negatif).

Dua pernyataan disebut inkonsisten jika, dan hanya jika keduanya tidak mungkin

benar pada saat yang bersamaan. Berikut ini contohnya,

Pernyataan Konsisten InkonsistenAda anyelir Ada anggrek. Tidak ada anyelir.Dia harus belajar. Dia harus belajar logik. Dia tidak boleh belajar.Dia X dan Y. Dia X. Dia bukan Y.Jika A maka B. Jika B maka A. A dan bukan-B.

Tiga jenis hubungan antar-pernyataan adalah implikasi, ekuivalensi dan

independensi logis. Ketiga jenis hubungan ini sering muncul dalam keseharian kita dan

sering pula dipertukarkan pengertiannya; tidak jarang orang memperlakukan hubungan

yang satu sebagai hubungan yang lain.

Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang

relevan. Alasan-alasan itu dapat berupa bukti, data, informasi akurat, atau penjelasan

tentang hubungan antara beberapa hal. Penalaran berlangsung dalam pikiran. Ungkapan

verbal dari penalaran adalah argumentasi.tida

Fungsi akal manusia adalah mencapai kebenaran. Proses pencapaian

kebenaran dimulai dari pengenalan terhadap gejala dan pembentukan ide itu sendiri.

Tetapi kebenaran tidak terdapat dalam Ide. Kebenaran terdapat dalam putusan

(judgement). Untuk dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang hal-hal yang

tidak dapat dibuktikan dengan penyimpulan langsung atau indera, kita perlu

membandingkan ide-ide. Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide adalah penyimpulan

tak langsung. Ada dua jenis penaralan, yaitu deduksi atau penalaran deduktif (proses

penalaran yang dengannya kita membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau

prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang khusus yang tercakup dalam suatu hal

tersebut) dan induksi atau penalaran induktif (proses penalaran yang dengannya kita

menyimpulkan hukum, dalil, atau prinsip umum dari kasus-kasus khusus <individual>).

Manusia tidak jarang memperoleh pengetahuan yang tidak benar karena adanya

kesalahan dalam proses penyimpulan. Kesalahan penyimpulan digolongkan atas dua,

yakni kesalahan material (kesalahan putusan yang digunakan sebagai pertimbangan yang

13

Page 14: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

seharusnya memberikan fakta atau kebenaran) dan kesalahan formal (kesalahan yang

berasal dari urutan penyimpulan yang tidak konsisten).

Deduksi adalah bentuk argumen yang kesimpulannya niscaya mengikuti

premis-premisnya. Lazimnya deduksi juga dipahami sebagai pembuatan pernyataan

khusus berdasarkan pernyataan-pernyataan yang lebih umum. Pernyataan khusus itu

disebut kesimpulan dan pernyataan-pernyataan yang lebih umum disebut premis. Dalam

deduksi kesimpulan diturunkan dari premis-premisnya. Menerima premis tetapi menolak

kesimpulan adalah tidak konsisten. Penalaran deduktif—yang sering digunakan untuk

menulis esai argumentatif—diawali dengan generalisasi yang dianggap benar (self-

evident) yang menghasilkan premis-premis, lalu dari situ diturunkan kesimpulan yang

koheren dengan premis-premisnya. Premis dan kesimpulan harus berkesesuaian dan

tertata dalam bentuk argumentasi tertentu. Bentuk deduksi yang paling umum digunakan

adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

Silogisme adalah jenis argumen logis yang kesimpulannya diturunkan dari dua

proposisi umum (premis) yang berbentuk prosisi kategoris. Dilihat dari bentuknya,

penilaian terhadap silogisme adalah sahih (valid) atau tidak sahih (invalid). Silogisme

sahih jika kesimpulannya dibuat berdasarkan premis-premisnya dengan bentuk-bentuk

yang tepat. Sedangkan penilaian benar (true) diberikan jika silogisme valid dan klaimnya

akurat (informasinya sesuai dengan fakta). Bentuk dasar silogisme kategoris ialah: Jika A

adalah bagian dari C maka B adalah bagian dari C (Adan B adalah anggota dari C).

Silogisme kategoris ini mengikuti hukum “Semua atau Tidak Sama Sekali” (All or None

atau Dictum de Omni et Nullo); artinya, berlaku untuk seluruh anggota kelas, atau tidak

sama sekali. Silogisme tunduk kepada delapan hukum yang masing-masing diterapkan

berikut ini.

Hukum 1 : Silogisme hanya mengandung tiga term.

Hukum 2 : Term mayor atau term minor tidak boleh menjadi universal dalam

kesimpulan jika dalam premis hanya bersifat pertikular.

Hukum 3 : Term tengah tidak boleh muncul dalam kesimpulan.

Hukum 4 : Term tengah harus digunakan sebagai proposisi universal dalam premis-

premis, setidak-tidaknya satu kali.

14

Page 15: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

Hukum 5 : Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan juga afirmatif.

Hukum 6 : Tidak boleh kedua premis negatif, setidaknya salah satu harus afirmatif.

Hukum 7 : Kalau salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif. Kalau salah

satu premis partikular, kesimpulan harus partikular.

Hukum 8 : Tidak boleh kedua premis partikular, setidaknya salah satu harus

universal.

Istilah argumen induktif atau induksi biasanya mencakup proses-proses

inferensial dalam mendukung atau memperluas keyakinan kita pada kondisi yang

mengandung risiko atau ketidakpastian. Argumen induktif dapat dipahami sebagai

hipotesis yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Ketidakpastian dalam argumen

induktif muncul dalam dua area yang berhubungan, yaitu dalam premis-premis argumen

dan dalam asumsi-asumsi inferensial argumen. Mari kita ambil sebuah contoh kasus:

“Jono mati tertembak”. Argumen berikut ini merupakan argumen deduktif yang sahih

yang dapat diberikan untuk mendukung pernyataan bahwa “Andi membunuh Jono”.

Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran

berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang

disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Dalam deduksi, penalaran

ditentukan oleh bentuknya. Jika sebuah penalaran bentuknya tidak sesuai dengan bentuk

deduksi yang baku, maka penalaran itu tidak sahih dan tergolong sesat pikir.

Berikut ini adalah beberapa jenis sesat pikir formal. Empat Term, sesat pikir

jenis empat term terjadi jika ada empat term yang diikutsertakan dalam silogisme

padahal silogisme yang sahih hanya mempunyai tiga term. Term tengah yang tidak

terdistribusikan, silogisme kategoris yang term tengahnya tidak memadai

menghubungkan term mayor dan term minor. Proses ilisit adalah perubahan tidak sahih

dari term mayor atau term minor. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif

terjadi jika dalam premis digunakan proposisi afirmatif (pernyataan yang menyatakan

sesuatu secara positif) tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi negatif (pernyataan

yang menegasi sesuatu). Dua premis negatif terjadi jika dalam silogisme kedua premis

15

Page 16: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

yang digunakan adalah proposisi negatif. Mengafirmasi konsekuensi adalah pembuatan

kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan

konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu

keniscayaan. Menolak anteseden juga merupakan pembuatan kesimpulan yang

diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya tidak

niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan. Mengiyakan

suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer (atau) terjadi jika

hubungan atau di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu

terhadap hal yang lain. Atau belum tentu menunjukkan suatu pengingkaran. Mengingkari

suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (dan)terjadi jika dua hal yang

dihubungkan dengan kata dan diperlakukan seolah-olah nilai kebenaran (benar atau tidak

benar) dari gabungan keduanya sama dengan nilai kebenaran dari setiap hal yang

digabungkan, atau nilai tidak benar dari gabungan dari dua hal itu seolah-olah

disebabkan oleh salah satunya.

Kesalahan Umum Dalam Penalaran Induktif , kesalahan itu sering disebut

dengan nama yang cukup umum dalam percakapan sehari-hari mengenai argumen

induktif dan statistik. Dari semua pengetahuan yang kita miliki, sebagian besar kita

peroleh dari pengalaman dan dokumentasi mengenai pengalaman orang lain. Tanpa

pengetahuan empiris, kita tidak mungkin bertahan hidup. Pada akhirnya, kita

mendasarkan pengetahuan empiris kita pada penalaran induktif. Deduksi memungkinkan

kita memastikan kebenaran pengetahuan kita hanya jika kita yakin akan kebenaran

premis-premisnya. Kesalahan Generalisasi yang Terburu-buru merupakan kesalahan

yang sering dilakukan. Kita seringkali senang “merapikan” dunia dengan

memasukkannya dalam kategori-kategori dan menggeneralisasi pengalaman kita.

Kesalahan Kecelakaan, kesalahan ini muncul ketika suatu prinsip umum salah

diterapkan pada contoh atau situasi yang sebenarnya tidak termasuk dalam prinsip umum

tersebut. Si pembicara menerapkan generalisasi atau aturan secara salah supaya

kesimpulannya yang kurang tepat dapat diterima, atau untuk memaksakan kepatuhan

pada aturan itu. Kesimpulan Yang Tidak Relevan muncul ketika orang menarik

kesimpulan yang salah dari bukti yang ada. Biasanya bukti yang ada itu dapat digunakan

untuk mendukung kesimpulan yang berhubungan atau mirip, sehingga kesalahan ini sulit

dilacak. Kesalahan Bukti yang Ditahan, terjadi ketika pembicara menarik kesimpulan

16

Page 17: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

yang tidak tepat dengan mengabaikan, menahan, atau meminimalkan derajat pentingnya

suatu bukti yang bertentangan dengan kesimpulan. Kesalahan ini tidak hanya mencakup

disembunyikannya suatu bukti secara sengaja supaya kesimpulannya diterima, tetapi juga

yang tidak disengaja. Kesalahan statistikal, sering muncul dalam argumen sehari-hari,

yaitu yang mengambil kesimpulan secara terburu-buru dari pengalaman pribadi saja.

Dalam usaha kita untuk memahami dunia, kita sering kali kurang teliti. Dua kesalahan

pertama dari tiga yang akan kita bahas sering disebut kesalahan pemercontohan

(sampling error). Kesalahan Kausal terjadi jika terdapat hubungan kausal di antara dua

kejadian X dan Y, ada tiga kasus yang mungkin, yaitu (1) X menyebabkan Y; (2) Y

menyebabkan X; dan (3) X dan Y sama-sama disebabkan oleh Z. Kesalahan analogi

terjadi ketika orang menggunakan analogi yang tidak tepat atau yang menyesatkan dalam

argumennya. Dari sudut pandang logika, argumen analogi bukanlah argumen yang paling

baik. Analogi dapat merupakan cara pandang yang original, kreatif, dan menohok

pikiran. Namun analogi tidak dapat menggantikan argumentasi langsung mengenai suatu

sudut pandang.

4. Etika

Etika dan moralitas memang dua kata berhubungan erat dan seringkali orang

mengunakan dua kata tersebut secara bergantian, tetapi tidak tepat (Graham, 2010, 1).

Etika merupakan refleksi filosofis atas moral, sedangkan moralistas merupakan

kepercayaan atau perilaku tentag baik dan buruk.

Dalam pengertian yang terakhir ini, etika adalah cabang ilmu filsafat yang

menyelidiki suatu sistem prinsip moral. Tidak heran jika etika disebut juga filsafat atas

moral. Etika punya fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu baik atau

tidak. Lain halnya dengan moralitas berasal dari kata Latin "moralis" yang berarti "tata

cara", "karakter", atau "perilaku yang tepat" (Pritchard, 2012, 1). Secara terminologis

moralitas sering kali dirujuk sebagai diferensiasi dari keputusan dan tindakan antara yang

baik atau yang tidak baik. Moralitas lebih dipahami sebagai suatu keyakinan untuk

menjalani hidup yang baik. Karena itu sistem moralitas seringkali sangat bergantung

dengan komutitasnya.

Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek

kajiannya. Etika adalah suatu abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan moral

17

Page 18: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

dengan melakukan refleksi atasnya. Etika membahas persoalan moral pada situasi

tertentu dengan pendekatan tertentu pula. Sedang moralitas tergantung pada pilihan

individu, keyakinan atau agama dalam menentukan hal yang benar atau salah, baik atau

buruk.

Etika bisa dibagi menjadi berberapa bidang sebagai berikut :

Etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau keputusan etis yang berfokus pada

prinsip-prinsip yang seharusnya dari tindakan yang baik. Dalam etika normatif ini

muncul teori-teori etika, misalnya etika utilitarianisme, etika deontologis, etika kebajikan

dan lain-lain. Dalam pengajukan kriteria norma tersebut, teori etika akan memberikan

semacam pernyataan yang secara normatif mengandung makna seperti "Fulan

seharusnya melakukan X" atau "Fulan seharusnya tidak melakukan X".

Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik

kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang,

hak-hak binatang, hukuman mati dan lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi etika

profesi, etika bisnis dan etika lingkungan. Dapat dimengerti bahwa istilah etika terapan

digunakan untuk menggambarkan upaya untuk menggunakan metode filosofis

mengidentifikasi apa saja yang benar secara moral terkait dengan tindakan dalam

berbagai bidang kehidupan manusia.

18

Page 19: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap 'etis' oleh individu

atau masyarakat. Etika deskriptif hanya melakukan observasi terhdapap apa yang

dianggap baik oleh individu atau masyarakat. Tujuan dari etika deskriptif adalah untuk

menggambarkan tentang apa yang dianggap oleh seseorang atau masyarakat sebagai

bernilai etis serta apa kriteria etis yang digunakan untuk menyebut seseorang itu etis

atau tidak (Kitchener, 2000, 3).

Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adala arti

atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika. Dengan kata lain,

metaetika merupakan kajian tingkat kedua dari etika. Metaetika juga bisa dimengerti

sebagai sebuah cara untuk melihat fungsi-fungsi pernyataan-pernyataan etika, dalam arti

bagaimana kita mengerti apa yang dirujuk dari pernyataan-pernyataan tersebut dan

bagaimana pernyataan itu didemonstrasikan sebagai sesuatu yang bermakna.

Gagasan realisme etis berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis yang

memiliki eksistensi independen di luar dirinya. Konsekuensinya, realisme etis ini

mengajarkan bahwa kualitas etis atau tidak ada secara independen dari manusia dan

pernyataan etis memberikan pengetahuan tentang dunia objektif. Dengan kata lain,

properti etis terlepas dari apa yang orang pikirkan atau rasakan. Artinya, jika seseorang

mengatakan bahwa tindakan tertentu salah, maka hal itu adalah kualitasnya yang salah

dan itu harus ada di sana dan bersifat independen.

Gagasan utama dari nonrealisme etis adalah manusia yang menciptakan

kebenaran etis (Callcut, 2009, 46). Nonrealisme etis ini sangat terkait dengan relativisme

etis. Relativisme menghormati keragaman budaya dan tindakan manusia yang berbeda

pula dalam cara merespon situasi yang berbeda. Akan tetapi, ada persoalan juga di dalam

relativisme etis. Diantaranya adalah kita merasa bahwa aturan etis memiliki nilai kualitas

yang lebih tinggi daripada sekedar kesepekatan umum dari sekelompok orang. Dengan

kata lain, relativisme menghormati keragaman budaya dan tindakan manusia yang

berbeda pula dalam cara merespon situasi yang berbeda.

Pengkajian terhadap permasalahan etis pada dasarnya bisa dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan sebagai berikut: Ketika seseorang mengatakan "pembunuhan itu

tidak baik" apa yang dimaksudkannya sesungguhnya? Kita dapat menunjukkan beberapa

hal yang berbeda ketika Anda mengatakan 'pembunuhan adalah tidak baik' dengan

19

Page 20: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

menulis ulang pernyataan tersebut untuk menunjukkan apa yang benar-benar dimaksud.

Pernyataan "pembunuhan itu adalah salah" adalah realisme moral yang didasarkan pada

gagasan bahwa ada fakta-fakta nyata dan objektif terkait masalah etis di alam semesta.

Pernyataan "saya tidak menyetujui pembunuhan" adalah subjektivisme yang

mengajarkan bahwa penilaian etis tidak lebih dari pernyataan perasaan atau sikap

seseorang. Pernyataan "tidak ada kompromi dengan pembunuhan" adalah emotivisme

yang merupakan pandangan bahwa klaim moral adalah tidak lebih dari ekspresi

persetujuan atau ketidaksetujuan. Pernyataan "jangan melakukan pembunuhan” adalah

preskriptivisme yang berfokus pada pernyataan etis adalah petunjuk atau rekomendasi.

Etika menyediakan alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu moral.

Dalam konteks ini etika dapat menyediakan sebuah gambaran utuh dan lebih

mengedepankan rasionalitas ketika berhadapan dengan isu-isu tersebut. Di sinilah peran

etika, yaitu menawarkan suatu prinsip-prinsip yang memungkinkan kita untuk

mengambil pandangan yang lebih jernih dalam melihat isu-isu moral. Dengan kata lain,

etika memberikan sebuah peta moral atau kerangka berpikir yang bisa digunakan untuk

menemukan jalan keluar dari masalah-masalah moral yang sulit. Dengan kata lain etika

sangat memperhitungkan bukan hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain. Dalam konteks

ini, etika berkaitan dengan kepentingan orang lain secara lebih luas.

Prinsip moral dapat muncul dari berbagai sumber, diserap dari nilai-nilai

agama, kaidah norma masyarakat, maupun dari hukum yang dibuat oleh negara. Hal-hal

ini dapat menjadi referensi bagaimana seseorang bertingkah laku dan membedakan

manakah baik dan buruk. Kant mempopulerkan filsafatnya, ia selalu berkata Sapere

Aude! (beranilah berpikir secara mandiri), semangat ini tercermin juga didalam

filsafatnya. Pengertian Kant mendorong individu bahkan dalam urusan bersikap etis,

individu harus dapat memikirkan dan bertindak atas kehendaknya sendiri. Dimana

pemahamannya ini mewajibkannya untuk bersikap etis, dan melakukan tindakan etis

tanpa melibatkan perasaan atau memikirkan tentang hasilnya saja, tetapi tegas untuk

mematuhi suatu prinsip moral.

Teori moral dalam filsafat dapat dipahami menjadi dua aliran besar, yang

pertama adalah deontologis, seperti yang telah dibahas pada bagian Immanuel Kant,

yang kedua adalah kaum konsekuensialis. Pandangan konsekuensialis menyatakan

bahwa segala tindakan dianggap bernilai secara moral bila mempertimbangkan hasil

20

Page 21: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

akhir dari tindakan tersebut. Adapula tokoh yang mengembangkan paham etis utilitarian

adalah John Stuart Mill. Utilitarianisme, dari akar kata utility, yang berarti kegunaan,

menganggap bahwa dorongan utama bagi seseorang untuk bersikap etis adalah untuk

mencapai kebahagiaan, “Kredo yang menerima prinsip moral utility, atau kebahagiaan

sebagai fondasi moral meyakini bahwa tindakan dianggap sebagai suatu kebenaran

sejauh tindakan itu memproduksi serta mempromosikan kebahagiaan, akan menjadi

kesalahan bila berlaku terbalik dari kebahagiaan itu”. Tetapi seringkali pernyataan kaum

utilitarian disalahartikan menjadi pandangan yang secara general memperbolehkan

apapun untuk mencapai kebahagian, inilah kritik terutama bagi kaum utilitarian.

Pandangan moral intuitif dari seorang etikus bernama W.D Ross, ia

menggunakan penjelasan intuisi. Ross berargumen bahwa seseorang mengetahui secara

intuitif perbuatan apa yang bernilai baik maupun buruk. Ia mengkritik pandangan

utilitarian yang terlalu menekankan pada konsep kebahagiaan, bahkan mensejajarkan

kebahagiaan sebagai kebaikan. Bagi Ross, kebahagiaan tidak dapat secara mudah

disamakan dengan kebaikan, justru kebaikan adalah bentuk nilai moral yang lebih tinggi.

Jadi tujuan moral adalah mencapai kebaikan bukan kebahagiaan. Senada dengan Kant,

Ross adalah seorang filosof moral yang menekankan bahwa tindakan etis haruslah

terlepas dari kepentingan individual. Bila dalam argumen utilitarian ditekankan bahwa

motif merupakan hal yang mendasar, bagi Ross, motif menunjukan bahwa seseorang

bertindak etis bukan karena tindakan itu benar secara prinsipil, tapi tindakan itu

menguntungkan baginya. Ross menyebutkan tentang berbagai macam kewajiban yang

membutuhkan pertimbangan individu dalam kejadian-kejadian aktual, ia menyusunya

sebagai berikut; 1) Fidelitas atau yang menyangkut perihal bagaimana seseorang

memegang janji atau komitmennya, 2) Kewajiban atas rasa terimakasih, ketika kita

berkewajiban atas jasa yang sudah ditunjukan oleh orang lain, 3) Kewajiban berdasarkan

keadilan, hal ini menyangkut perihal pembagian yang merata yang berhubungan dengan

kebaikan orang banyak, 4) Kewajiban beneficence, atau bersikap dermawan, dan

menolong orang lain sebagai tanggung jawab sosial, 5) Kewajiban untuk merawat dan

menjaga diri sendiri, 6) Kewajiban untuk tidak menyakiti orang lain.

Enam tipe dari Prima Facie yang dijelaskan oleh Ross menunjukan bahwa

dalam kondisi-kondisi tertentu kita kerap terbentur untuk memutuskan diantara pilihan-

pilihan moral. Pertimbangan intuitif ini bagi Ross sangat vital, karena intuisi bukanlah

21

Page 22: ringkasan buku ajar 1 mpkt a

pertimbangan yang serampangan, tetapi pertimbangan yang menggunakan segala aspek

kecerdasan dan sensibilitas individu tersebut. Dengan demikian maka ia dapat

menghindarkan dirinya dari pilihan yang menyebabkan keburukan untuk dirinya maupun

terhadap orang disekitarnya.

22