mpkt a buku 2

174
BAB 1 APAKAH MANUSIA ITU? Evita E. Singgih 1. PENDAHULUAN Manusia adalah spesies tertinggi di bumi. Apa makna pernyataan ini? Jika manusia disebut sebagai spesies tertinggi, tentunya manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan spesies-spesies yang lebih rendah darinya. Pembahasan masalah ini biasanya akan membawa kita kepada pembahasan mengenai kemampuan berpikir dan bernalar yang pada manusia berkembang jauh melebihi kemampuan spesies lainnya. Manusia tidak hanya bergerak berdasarkan insting semata, melainkan mampu menggunakan nalar dan kemampuan berpikirnya dalam menjalankan hidup serta memecahkan berbagai masalah hidupnya sehingga kualitas hidup manusia melampaui kualitas hidup spesies-spesies lainnya. Von Uexküll ( dalam Cassirer, 1944) membahas bagaimana manusia di samping mengikuti hukum-hukum biologis seperti organisme lainnya, juga mampu melakukan penyesuaian diri yang lebih tinggi kualitasnya. Ikan, misalnya, sebagai makhluk 1

Upload: adrian-von-bismarck

Post on 05-Dec-2014

200 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: MPKT A BUKU 2

BAB 1APAKAH MANUSIA ITU?

Evita E. Singgih

1.PENDAHULUAN

Manusia adalah spesies tertinggi di bumi. Apa makna pernyataan ini? Jika manusia disebut

sebagai spesies tertinggi, tentunya manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan spesies-

spesies yang lebih rendah darinya. Pembahasan masalah ini biasanya akan membawa kita kepada

pembahasan mengenai kemampuan berpikir dan bernalar yang pada manusia berkembang jauh

melebihi kemampuan spesies lainnya. Manusia tidak hanya bergerak berdasarkan insting

semata, melainkan mampu menggunakan nalar dan kemampuan berpikirnya dalam menjalankan

hidup serta memecahkan berbagai masalah hidupnya sehingga kualitas hidup manusia

melampaui kualitas hidup spesies-spesies lainnya.

Von Uexküll ( dalam Cassirer, 1944) membahas bagaimana manusia di samping

mengikuti hukum-hukum biologis seperti organisme lainnya, juga mampu melakukan

penyesuaian diri yang lebih tinggi kualitasnya. Ikan, misalnya, sebagai makhluk air hanya bisa

hidup di air. Manusia, walaupun tidak termasuk makhluk air, bisa hidup di air maupun di luar

angkasa dalam waktu yang cukup panjang dengan bantuan peralatan-peralatan yang dibuatnya

untuk beradaptasi dengan lingkungannya (seperti kapal selam dan

alat-alat menyelam lainnya maupun perlengkapan untuk bernapas di

luar angkasa). Kecenderungan ini juga diungkapkan oleh Benjamin

Franklin; “Man is a tool making animal” (Manusia adalah hewan

pembuat alat). Manusia membuat berbagai alat untuk memudahkan

hidupnya (Cassirer, 1944).

1

Page 2: MPKT A BUKU 2

Bagaimana manusia bisa membuat berbagai macam alat dan apakah hewan tidak membuat alat?

Bukankah lebah juga membuat rumah yang cukup rumit? Begitu juga berang-berang dan burung

walet. Di Merauke, banyak dijumpai rumah semut yang tingginya bisa mencapai lebih dari 3

meter, sangat kokoh, indah seperti pohon, dan mengagumkan. Memang hewan-hewan tersebut

dapat membuat rumah yang cukup unik dan terkadang sangat cantik, namun semua dibuat

berdasarkan insting, dan rumah itu tak pernah berubah dari masa ke masa. Tidak demikian

halnya dengan rumah manusia. Berbagai bentuk dan model rumah dibuat untuk berbagai alasan

pula. Manusia tidak membuat rumah hanya berdasarkan insting tetapi juga dengan menggunakan

nalar, pikiran, minat, dan motivasi.

Gazzaniga (2008), dalam bukunya Human, the science behind what makes us unique,

mengungkapkan tubuh manusia memang terbuat dari bahan kimiawi yang sama dengan hewan-

hewan lain penghuni bumi, manusia juga memiliki banyak reaksi fisiologis yang sama dengan

hewan-hewan tersebut. Namun bagaimanapun manusia sangat berbeda dari hewan lainnya.

Gazzaniga (2008), selanjutnya dengan tegas menekankan perbedaan utama manusia

dibandingkan dengan hewan lain adalah pada otaknya. Otak manusia memungkinkan manusia

untuk berpikir kompleks dan melakukan pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking). Otak

manusia, menurut MacLean (1990), merupakan hasil evolusi paling mutakhir dari otak

makhluk lainnya. Dari generasi ke generasi otak manusia terus melalui proses evolusi sehingga

diperoleh kemampuan otak seperti yang ada sekarang ini. Evolusi kemampuan ingatan,

kesadaran diri, menciptakan, dan menggunakan alat (tools), membantu manusia melakukan

introspeksi dan mengarahkan perkembangan dirinya sendiri.

Membahas semua kemampuan itu berarti membahas otak, semacam CPU yang build-in

dalam kepala. Dengan memahami berbagai sifat dan cara kerja otak diharapkan kita mampu

memanfaatkannya secara lebih optimal. Bila kita mengenal komputer sebagai pengganti mesin

ketik, maka komputer yang canggih itu hanya akan menjadi mesin ketik belaka. Sebaliknya, bila

kita memahami berbagai kemampuan komputer maka kita juga menghayati manfaat lebih dari

komputer (menulis, mengolah data, menggambar, berinternet), dan menggunakannya

berdasarkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan kita (mempromosikan tulisan,

menganalisis hasil penelitian, membuat galeri seni virtual, mengeksplorasi berbagai potensi

interaksi global. Kita menghayati komputer selayaknya --mesin yang menakjubkan yang bisa

bisa membantu melipatgandakan pengalaman kita berkarya.

2

Page 3: MPKT A BUKU 2

Berkaitan dengan pembahasan di atas, dalam buku ini akan dibahas konsep tiga serangkai

otak dari MacLean yang relatif cukup mudah dipahami. Diharapkan dengan memahami konsep

tiga serangkai otak ini mahasiswa dapat menggunakan otaknya seoptimal mungkin.

2.Tiga Serangkai Otak (The Triune Brain)

Menurut MacLean, seorang neurolog mantan direktur dari Laboratory of the Brain and Behavior

pada United StatesNational Institute of Mental Health, otak berbagai spesies mengalami sebuah

evolusi panjang. Otak manusia merupakan hasil evolusi terakhir yang paling canggih.

Berdasarkan peneilitan yang panjang, MacLean (1990)

mengajukan sebuah konsep yang diberi nama The Triune Brain

(Tiga Serangkai Otak). Teorinya ini mulai dikembangkan pada

tahun 1954 dan terus berkembang berdasarkan berbagai

penelitian sampai akhir hayatnya. Menurut MacLean (1990),

otak berevolusi dalam tiga periode besar dan evolusi ini

membentuk tiga lapisan. Lapisan yang paling tua dikenal sebagai

R-complex, lapisan kedua disebut Limbic System, dan yang

terakhir Neocortex. Masing-masing lapisan memiliki karakter dan fungsi yang berbeda-beda

namun saling berhubungan dan bekerjasama dalam menentukan perilaku yang akan ditampilkan

oleh individu.

.2.1 R-complex

R-complex meliputi bagian atas batang otak dan cerebellum

merupakan otak yang tertua. Pada reptilia otak inilah yang

paling dominan. Oleh karena itu, otak ini juga disebut sebagai

Otak Reptil. Lapisan Otak Reptil ini yang bertanggungjawab

pada pola perilaku bawaan yang penting untuk kelangsungan

hidup diri maupun spesies. Fungsinya antara lain adalah

mengendalikan semua gerakan involunter dari jantung,

peredaran darah, reproduksi dan sebagainya yang dibutuhkan

3

Page 4: MPKT A BUKU 2

untuk kelangsungan hidup makhluk tersebut maupun spesiesnya. Kerusakan pada bagian otak ini

bisa berakibat fatal. Kalau dulu untuk menetapkan apakah seseorang masih hidup atau sudah

meninggal dunia biasa ditentukan dari apakah jantungnya masih bekerja atau tidak, saat ini

ditentukan oleh batang otaknya masih berfungsi atau tidak.

Otak Reptil juga bertanggungjawab bagi pola perilaku khas bawaan yang penting bagi

pertahanan diri. Reaksi yang paling sering muncul untuk mempertahankan hidup adalah tempur

atau kabur (fight or flight).

Perhatikan bagaimana seekor ular saat mempersepsikan ada ancaman

bagi hidupnya, reaksi yang biasa muncul adalah menegakkan kepala siap

untuk mematok (fight) atau lari sipat kuping (flight). Perilaku makan dan

reproduksi yang terkait dalam kelangsungan hidup diri dan spesies, juga

termasuk reaksi dari otak reptil.

Saat individu dikendalikan oleh Otak Reptilnya, ia pun biasa bertindak

secara refleks untuk mempertahankan hidupnya tanpa memikirkan secara

cermat apa yang akan dilakukannya. Ini biasa terjadi saat mereka berada

dalam keadaan darurat, bahaya, dan terdesak.

2.2. Limbic System

Setelah Otak Reptil, bagian berikutnya yang berkembang dalam evolusi otak adalah Otak

Paleomammalia. Otak ini terdiri dari sistem limbik yang terkait dengan batang otak. Bagian otak

ini berkembang pada awal masa evolusi mamalia. Oleh karena itu, MacLean menyebutnya

sebagai Otak Mamalia. Sistem limbik memegang peranan penting dalam emosi serta motivasi.

Otak ini juga bertanggungjawab atas pemelajaran dan memori. Dua struktur yang paling penting

dalam sistem limbik adalah amygdala dan hippocampus.

2.2.1 Amygdala

Amygdala, yang berbentuk biji almond, membantu organisme untuk mengenali apakah sesuatu

atau situasi yang dihadapinya itu berbahaya atau tidak, apakah sesuatu itu penting bagi

kelangsungan hidup atau tidak, misalnya apakah makanan ini boleh dimakan, apakah orang ini

tepat untuk dijadikan pasangan, apakah situasi ini bahaya bagi kita. Pada manusia amygdala

membantu untuk memahami ekspresi dari orang yang dihadapinya. Kerusakan pada amygdala

4

Page 5: MPKT A BUKU 2

akan membuat individu tidak mampu berempati dengan orang

lain.

Karena dalam berfungsi amygdala banyak dipengaruhi oleh

persepsi, maka amygdala bisa keliru apabila organisme bisa

menangkap tanda-tanda yang keliru dalam memperseps, dan ini

dapat menyebabkannya mereka menampilkan perilaku yang

tidak sesuai (King, 2011).

Bila amygdala rusak, akibatnya adalah ketidakmampuan

individu dalam menangkap emosi yang signifikan dari setiap peristiwa. Kondisi ini kadang-

kadang disebut sebagai ‘buta afektif’ (Goleman, 1996). Orang yang mengalami kerusakan pada

amygdala atau yang dicabut amygdalanya akan sulit membaca ekspresi orang lain maupun

mengenali bahasa tubuh. Tentunya kesulitannya ini bisa membawa akibat dalam hubungan antar

manusia. Sulit baginya untuk memahami ekspresi dan bahasa tubuh dari orang yang dihadapinya.

Kemampuan membaca ekspresi pembicaralah yang dapat membantu kita memahami maksud

dari apa yang disampaikan oleh pembicara sebenarnya, apakah ia bersungguh-sungguh atau

sedang bercanda atau bahkan sedang menyindir kita. Bahkan dalam bukunya Emotional

Intelligence, why it matters more than IQ, Daniel Goleman (1996) menceriterakan bagaimana

seorang pemuda yang diangkat amygdalanya (untuk mengendalikan kejang-kejang yang

dialaminya) walaupun masih memiliki kemampuan berbicara, menjadi sama sekali tidak tertarik

pada orang lain, lebih suka memisahkan diri dari orang lain.

2.2.2 Hippocampus

Hippocampus memiliki peran khusus dalam ingatan (Bethus, Tse, &

Morris dalam King, 2011). Walaupun ingatan tidak tersimpan dalam

sistem limbik, hippocampus berperan penting dalam

mengintegrasikan berbagai rangsangan yang terkait serta membantu

dalam membangun ingatan jangka panjang. Selain itu, hippocampus

dan daerah sekitarnya berperan penting dalam membentuk ingatan

mengenai fakta-fakta walaupun hanya mengalami sekali saja. Sangat penting peranannya dalam

hidup terutama dalam belajar. Apa yang telah dipelajari dan diingat oleh individu inilah nantinya

5

Page 6: MPKT A BUKU 2

yang akan turut mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi segala sesuatu, sehingga

merangsang amygdala memberi signal pada individu.

Bila otak reptil mengeluarkan perilaku refleks yang kaku dan tidak berubah dari saat ke

saat, otak mamalia ini menghasilkan perilaku yang lebih luwes dan mengintegrasikan pesan dari

dalam maupun dari luar tubuh. Oleh karena itu perilaku yang ditampilkan bisa beraneka ragam,

tergantung sistem limbik ini berkolaborasi dengan siapa. Otak Reptilkah atau dengan Neocortex

yang canggih.

2.3 Neocortex

Periode evolusi terakhir dari otak menghasilkan neocortex atau otak neomamalian. Neocortex

adalah lapisan teratas yang mengelilingi otak mamalia, dan hanya dimiliki oleh jenis mamalia.

Reptil dan burung tidak memiliki bagian otak ini. Walaupun neocortex juga dimiliki mamalia

lain selain manusia, pada manusia perbandingan ukuran neocortex dari keseluruhan otak adalah

yang terbesar. Pada manusia neocortex mencakup 80% dari otak bila dibandingkan dengan pada

mamalia lain yang umumnya hanya mencakup 30 sampai 40% dari keseluruhan otaknya (King,

2011).

Perbedaan luasnya neocortex ini mempengaruhi banyaknya syaraf dan kompleksitas

hubungan antar syaraf yang berkaitan dengan kemampuan berpikir dari makhluk-makhluk

tersebut. Berbeda dengan amygdala yang bekerja dengan sistem intuitif yang primitif, neocortex

bekerja dengan sistem analitis yang lebih canggih. Sebagai hasil evolusi otak yang paling akhir,

neocortex mengendalikan keterampilan berpikir tingkat tinggi, nalar, pembicaraan, dan berbagai

tipe kecerdasan lainnya. Oleh karena itu bagian ini sering desibut sebagai otak berpikir.

Saat menjumpai masalah rumit yang perlu dipecahkan dengan pemikiran tingkat tinggi,

neocortexlah yang paling cocok berfungsi. Besarnya neocortex pada manusia membuat manusia

mampu berpikir abstrak, transendens, tidak terbatas pada hal-hal yang sedang dialami saat ini

6

Page 7: MPKT A BUKU 2

saja. Salah satu kelebihan dari kemampuan berpikir ini membuat manusia dapat melakukan

introspeksi untuk mengenali dirinya serta membuat perencanaan untuk mengembangkannya,

sedangkan gajah misalnya, mungkin tidak pernah sadar bahwa dia adalah seekor gajah, apalagi

memikirkan cara untuk menjadi gajah unggul.

Ketiga otak ini (triune brain) tidaklah bekerja secara terpisah. Menurut MacLean,

ketiganya bekerja seperti tiga komputer biologis yang saling berkaitan. Tentunya diharapkan

Otak Reptil secara rutin bekerja otomatis menjalankan fungsinya menjaga kelangsungan hidup,

dan tidak lengah dalam menggerakkan jantung agar memompa darah ke seluruh tubuh, atau

menggerakkan usus-usus dan seluruh alat pencernaan lainnya untuk mencerna makanan yang

kita makan. Namun dalam menghadapi masalah pelik, kita tentu mengharapkan neocortex yang

akan ‘memimpin’, memikirkan cara-cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan awal, Otak Reptil berfungsi dalam

mekanisme penyelamatan hidup (survival). Perilaku yang muncul sebagai reaksi dari otak reptil

ini muncul sebagai refleks-refleks pertahanan diri. Pertahanan diri tanpa pikir panjang yang

paling sering muncul dalam perilaku adalah tempur (fight) atau kabur (flight).

Perilaku yang merupakan reaksi dari otak reptil yang berupa reflek-

reflek instinktif dan tanpa dipikirkan masak-masak ini juga sering

kali muncul pada manusia. Reaksi ini bisa sangat membantu dalam

keadaan darurat, namun bisa pula justru mencelakai. Kita ambil

contoh seorang ibu yang menghadapi perampok bersenjata belati

yang bertubuh tegap. Bisa saja tanpa berpikir si ibu melawan (fight)

perampok tadi padahal ia tidak membawa senjata dan juga tidak

memiliki bekal ilmu bela diri. Perilaku ibu tadi memang bisa

membantu, karena bisa saja perampok terkejut lalu melarikan diri

(dalam hal ini sang perampok yang menunjukkan mekanisme pertahanan ‘kabur’ atau flight),

namun bisa juga membahayakan dirinya karena bisa jadi tenaga dan kemampuan bertempur

perampok itu lebih unggul ketimbang ibu tadi.

Pernahkah Anda mengalami keadaan seperti ini? Biasanya reaksi Otak Reptil ini tidak disadari,

baru setelah keadaan reda (bila masih selamat) individu menyadari betapa konyol tindakannya

tadi yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya. Ini terjadi karena apa yang seharusnya

dilakukan oleh neocortex diambil alih oleh otak reptil.

7

Page 8: MPKT A BUKU 2

Yang perlu diketahui adalah neocortex hanya bisa betul-betul berfungsi bila sistem

limbik berada dalam keadaan emosi terkendali. Sebab saat amygdala menemukan situasi yang

dipersepsi sebagai bahaya dan sistem limbik tak dapat membuat organisme menjadi lebih

nyaman, maka yang lebih sering berperan adalah otak reptil dengan refleks-refleks pertahanan

diri tanpa memikirkan secara mendalam bagaimana keadaan sebenarnya dan tindakan apa yang

sebaiknya diambil. Padahal bila sistem limbik bisa menenangkan dan membuat individu merasa

nyaman, maka neocortex bisa berperan dengan segala kecanggihannya untuk memikirkan apa

yang baiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Seperti pemegang kunci, sistem

limbiklah yang akan menetapkan ‘pintu’ mana yang akan dibuka. Pintu ke arah otak reptil atau

neocortex.

Sebagaimana dinyatakan MacLean, tiga serangkai otak ini bekerja seperti tiga komputer

biologis yang saling berkaitan. Dengan adanya neocortex yang sangat besar pada manusia, yang

membuatnya mampu berpikir tingkat tinggi, diharapkan manusia lebih banyak menggunakan

kemampuannya berpikir tingkat tingginya dan tidak sering dikendalikan oleh otak reptilnya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi sistem limbik untuk membuat organsime nyaman, dan perlu

untuk menjaga agar kesalahan amygdala dalam menilai situasi bisa segera disadari dengan

mengaktifkan neocortex dalam menilai dan menyadarkan sistem limbik bahwa ada cara yang

lebih tepat untuk mengendalikan keadaan.

Manusia berbeda dengan hewan lainnya, tidak sepenuhnya bergerak berdasarkan insting,

langsung bereaksi begitu mendapat rangsangan. Manusia mampu menunda reaksinya,

mengambil waktu untuk member kesempatan bagi neocortex berpikir dan menganalisis situasi.

Memang mula-mula penundaan ini membuat reaksi manusia acap terkesan lamban, namun

dengan latihan menganalisis dan berpikir kritis, lama kelamaan reaksi menjadi lebih cepat. Yang

penting adalah kesadaran akan pentingnya menunda reaksi demi menganalisis situasi dengan

lebih cermat. Beberapa cara untuk menenangkan diri adalah dengan menghirup napas panjang

beberapa kali, minum air putih, lalu menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk

menganalisis situasi. Makin sering kita menggunakan kemampuan analisis kita, semakin cepat

kita mampu menganalisis lingkungan dan situasi yang kita hadapi.

8

Page 9: MPKT A BUKU 2

3. Perbedaan Individual

Setiap manusia adalah unik. Tidak ada orang yang benar-benar sama, sepasang kembar

sekali pun. Perbedaan-perbedaan membawa pada keaneka ragaman cara dalam memandang

sesuatu, dalam bertindak pada berbagai situasi, dalam menentukan sasaran, dalam menilai dan

lain sebagainya. Adanya keanekaragaman manusia ini membawa dinamika kehidupan,

Perbedaan individual dalam kelompok dapat membawa pada sinergi yang kaya, namun bisa juga

menimbulkan konflik yang menguras tenaga.

Selaku manusia, kita memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok dengan

manusia-manusia lainnya. Dalam hidup berkelompok ini manusia saling berinteraksi dan

interaksi ini akan menjadi lebih efektif bila kita memahami diri kita sendiri dan orang yang kita

hadapi. Memahami diri adalah memahami ciri-ciri kepribadian yang akan mempengaruhi sikap,

kecenderungan, dan perilaku kita. Di samping itu, memahami diri akan membantu kita dalam

menangani maupun mengembangkan diri sehingga tercapai peningkatan kualitas kemanusiaan

kita, yaitu kepemimpinan, motivasi, empati, dan lain sebagainya. Ada berbagai teori kepribadian

yang berusaha membantu kita memahami keanekaragaman individu. Salah satunya adalah teori

kepribadian Myers-Briggs.

Teori kepribadian Myers-Brigs merupakan hasil pemikiran

sepasang psikolog, ibu dan anak, yaitu Katherine Briggs dan

Isabella Myers Briggs. Mereka mengembangkan sebuah Model

yang disebut Myers-Briggs Type Indicator (MBTI®), yang

dikembangkan berdasarkan teori kepribadian Carl Jung. MBTI

hasil kembangan mereka telah membantu menjelaskan teori tipe

psikologi dari Jung sehingga lebih mudah dipahami dan bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Melalui penelitian yang panjang serta penyempurnaan berkala, Myers dan Briggs membangun

sebuah instrument tes MBTI (Myers Briggs Type Indicator) yang mengukur tipe psikologi

seseorang. MBTI ini mengidentifikasi dan mengkategorisasi kecenderungan perilaku individu

dalam empat demensi, yaitu

1. (E) Ekstraversion / Introversion (I)

2. (S) Sensing / Intuition (N)

3. (T) Thinking / Feeling (F)

9

Page 10: MPKT A BUKU 2

4. (J) Judging / Perceiving (P)

Keempat demensi ini masing-masing merupakan suatu kontinum. Jadi seorang individu tidak

disebut ekstravert atau introvert, melainkan kecenderungan lebih ekstravert, sangat ekstravert

atau sangat introvert.

Berdasarkan skala empat demensi ini ini mereka mengelompokkan enambelas tipe

kepribadian, dan setiap orang masuk dalam salah satu kategori tersebut. Ini bukan berarti bahwa

setiap orang itu tidak unik. Setiap manusia itu tetap saja unik mengingat mereka memiliki

orangtua, gen, pengalaman, minat dan lain-lain yang berbeda satu dari lainnya. Namun, mereka

juga memiliki sejumlah besar persamaan, dan menemukan tipe kepribadian bisa membantu

menemukan, meramalkan perilaku yang akan ditampilkan dalam situasi tertentu, dan

mempelajari bagaimana memanfaatkan kesamaan ini.

Salah satu cara untuk mengetahui tipe kepribadian seseorang adalah menjalani test

MBTI® atau mengisi inventori MBTI®, kemudian meminta seorang profesional terlatih untuk

menginterpretasikannya. Sebetulnya, apabila kita telah memahami ciri-ciri dari masing-masing

tipe kepribadian, kita bisa mencoba menemukan tipe kepribadian kita melalui introspeksi diri

serta membandingkan ciri-ciri kita, yang ditemukan melalui introsteksi diri tersebut dengan ciri-

ciri dari keempat dimensi Tipe Kepribadian MBTI® ini, kemudian memikirkan mana yang

paling mirip dengan Anda (Tieger dan Barron-Tieger, 2001). Mempelajari tipe kepribadian ini

juga dapat membantu kita memahami orang lain, terutama orang yang berhubungan dan

bekerjasama dengan kita. Memahami orang-orang disekitar dan yang bekerjasama dengan kita

akan membantu melancarkan hubungan dan kerjasama tersebut.

3.1 Empat Dimensi Tipe Kepribadian

Sistem Tipe dari pengukuran ini didasarkan atas empat aspek dasar dari kepribadian manusia

Berdasarkan empat dimensi tipe kepribadian MBTI yang telah disebutkan sebelum ini. Keempat

dimensi ini tidak merupakan sesuatu yang mutlak (yang ini atau yang itu), melainkan

mengestimasikan suatu titik dalam sebuah garis kontinum.

(E) Exstraverts ____________________I___________________ Introverts (I)

(S) Sensors _______________________I___________________ Intuitives(N)

(T) Thinkers ____________________I___________________ Feelers(F)

(J) Judgers _____________________I___________________ Perceivers(P)

10

Page 11: MPKT A BUKU 2

Misalnya seberapa individu lebih ekstravert daripada introvert. Oleh karena itu sebaiknya

fokus dalam mempelajari dan menganalisis tipe kepribadian kita maupun orang lain,

hendaknya jangan hanya melihat pada satu tipe secara terisolasi, seperti hanya mempelajari

tipe extravert saja, melainkan pelajari juga lawannya (introvert). Dengan cara ini dapat

ditentukan titik secara relatif lebih tepat, misalnya ada lebih banyak ciri tipe extravert yang

cocok dengan saya, namun ada beberapa ciri dari introvert yang juga saya miliki, maka saya

cenderung extravert dan posisi dalam skala mgkin:

(E) Extraverts _________X__________I___________________ Introverts (I)

atau

(E) Extraverts ______________X_____I___________________ Introverts (I)

3.1.1 (E) Extraversion/Introversion (I)

Dimensi pertama ini membahas mengenai bagaimana individu

berinteraksi dengan dunia dan darimana asal energy yang

dimilikinya. Seorang dengan tipe Extravert lebih tertarik dengan

objek di luar dirinya. Umumnya mereka senang bergaul, bekerja

dalam kelompok, dan berada dalam keramaian. Adanya orang-orang

lain memberi semangat bagi dirinya, seperti energi yang

membuatnya bersemangat dan bergairah. Ini bukan berarti mereka

tidak dapat bekerja sendiri. Mereka bisa saja terampil bekerja

sendiri, namun bila mereka harus bekerja sendirian untuk jangka yang panjang, energinya mudah

terkuras. Untuk menambah semangat maka orang-orang ekstravert sebaiknya menyediakan

waktu untuk berkumpul dengan orang lain, karena dengan energi yang cukup, hasil kerjanya bisa

lebih optimal.

Sebaliknya, seorang yang introvert lebih tertarik melakukan kegiatan-

kegiatannya sendiri dalam ketenangan. Tetapi sebagaimana orang

ekstravert mampu bekerja sendiri, maka orang-orang introvert

walaupun lebih suka sendiri, bisa saja mempunyai kemampuan

kerjasama yang baik. Namun, jika terlalu lama berada diantara orang

11

Page 12: MPKT A BUKU 2

banyak membuat energinya terkuras dan mereka merasa lelah. Untuk mengisi ulang energinya,

seperti men-charge batere, mereka perlu meluangkan cukup waktu untuk aktivitas sendirian,

seperti mendengarkan music sendirian, membaca buku, ataupun bermain-main dengan

gagasannya sendiri. Orang yang cenderung ekstraversi disebut extravert dan dalam MBTI

dicantumkan insial E sedangkan yang cenderung introversi disebut introvert dengan inisial I.

Beberapa Ciri Extravert dan Introvert

Extraverts Introverts

Semangat dengan kehadiran orang lain Semangat dengan menghabiskan waktu sendiri

Senang menjadi pusat perhatian Menghindar dari pusat perhatian

Bertindak, lalu (atau sambil) berpikir Berpikir, baru bertindak

Cenderung berpikir dengan bersuara Berpikir dalam ‘kepala’

Mudah ‘dibaca’ dan mudah ditebak; membagi

informasi pribadi dengan bebas

Lebih pribadi, lebih suka membagi informasi pribadi

kepada orang tertentu saja

Lebih banyak bicara daripada mendengarkan Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara

Berkomunikasi dengan antusias Antusias disimpan hanya bagi dirinya sendiri

Memberi respons dengan cepat; menyukai pacu

pembicaraan yang cepat

Memberi respons setelah berpikir panjang; lebih suka

pacu pembicaraan yang lambat

Lebih menyukai pembicaraan yang luas daripada

mendalam

Lebih menyukai pembicaraan yang mendalam

daripada yang meluas

Dengan melihat ciri-ciri orang extravert maupun introvert, kita bisa mengenali kecenderungan

yang ada pada diri kita. Kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita, apakah kita cenderung

lebih ekstravert atau introvert. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah E atau I

dalam tanda kurung di bawah ini.

(E) Exstraverts ____________________I___________________ Introverts (I)

12

Page 13: MPKT A BUKU 2

3. 1.2 (S) Sensing/Intuition (N)

Dimensi ini membicarakan mengenai jenis informasi yang mudah

ditangkap oleh seseorang. Ada orang yang lebih mudah menangkap

informasi melalui panca inderanya, ada yang

lebih tertarik pada arti, hubungan-hubungan,

dan kemungkinan berdasarkan fakta,

ketimbang fakta-faktanya sendiri. Dalam

kehidupan sehari-hari kita menggunakan

kedua pendekatan ini terhadap informasi.

Akan tetapi setiap orang cenderung lebih

memilih, lebih mudah atau lebih merasa nyaman menggunakan yang satu daripada yang lain,

secara alamiah lebih mudah menggunakan yang satu daripadan lainnya, dan lebih sering benar

saat menggunakan satu pendekatan daripada yang lain. Seorang yang lebih mudah menangkap

informasi melalui pancaindera biasanya cukup cermat dengan fakta-fakta, namun harus berusaha

keras saat menggunakan mencari makna ‘di belakang’ fakta tersebut. Sebaliknya seorang intuitif

cepat menangkap makna dari sebuah fakta, namun harus hati-hati saat menangkap fakta dengan

inderanya, karena kurang jeli dan kadang-kadang keliru. Kerjasama antar keduanya sebenarnya

adalah yang terbaik, walaupun ada hal-hal yang lebih mudah dipelajari dengan menggunakan

indera dan yang lain lebih mudah dipelajari melalui intuisi. Orang-orang yang memiliki

kecenderungan sensing disebut sensors dan dalam MBTI ditulis dengan inisial S, dan yang

intuisi disebut intuitives dengan inisial N (huruf kedua dari intuitif karena inisial I sudah

mewakili Introvert).

Beberapa Ciri sensor dan intuitiive

Sensors Intuitives

Percaya pada apa yang pasti dan konkret Percaya pada inspirasi dan inference

Menyukai ide baru hanya bila bisa digunakan dengan praktis

Menyukai ide baru dan konsep-konsep

Menghargai realisme dan akal sehat Menghargai imajinasi dan inovasi

Senang menggunakan dan mengasah keterampilan yang sudah dimiliki

Senang mempelajari keterampilan baru; cepat bosan setelah menguasi sebuah keterampilan

Cenderung spesifik dan harafiah; memberikan Cenderung general dan figuratif; senang

13

Page 14: MPKT A BUKU 2

deskripsi detail menggunakan perumpamaan dan peribahasa

Mengajukan informasi dengan cara step-by-step Mengajukan informasi secara umum dan garis besar

Berorientasi pada masa kini Berorientasi pada masa depan

Dengan melihat ciri-ciri dari sensor maupun intuitives, kita bisa mengenali

kecenderungan yang ada pada diri kita, kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita. Apakah

kita cenderung lebih sensor atau intuitif. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah

S atau N dalam tanda kurung di bawah ini.

(S) Sensors ____________________I___________________ Intuitives(N)

3.1.3 (T) Thinking / Feeling (F)

Dimensi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Individu yang

memiliki kecenderungan thinking biasa disebut Thinkers, mereka biasa

berpikir panjang sebelum mengambil keputusan. Benar salahnya, baik

buruknya, aturan-aturannya, semua dianalisis dengan cermat. Setelah

pasti, baru menetapkan keputusannya. Ini berbeda

dengan mereka yang memiliki kecenderungan

Feeling. Individu yang cenderung feeling disebut

Feelers, dan mereka sangat peka terhadap perasaan

orang lain. Sebuah keputusan diambil setelah memperhitungkan dampaknya

bagi orang lain dan mengikuti suara hatinya. Oleh karena itu Feelers bisa

menerima kekecualian perlakuan, berbeda dari Thinkers yang bersikukuh dengan ‘satu hukum atau

aturan berlaku bagi semua.

Beberapa Ciri Thinker dan Feeler

Thinker Feeler

Saat akan memutuskan sesuatu, melangkah mundur; menggunakan analisis objektif terhadap situasi

Saat akan memutuskan sesuatu, melangkah ke depan; memikirkan dampak dari keputusan tersebut bagi orang lain

Menghargai logika, hukum dan keadilan; satu standar berlaku bagi semua

Menghargai empati dan harmoni; bisa menerima kekecualian dari suatu peraturan, tergantung situasi

Mudah menangkap kesalahan dan cenderung kritis Suka menyenangkan hati orang lain, mudah menghargai orang lain

Bisa tampak tidak berperasaan, tidak peka dan tidak peduli

Bisa kelihatan terlalu emosional, tidak logis, dan lemah

Menganggap lebih penting kebenaran daripada memikirkan cara menyampaikannya

Menganggap cara menyampaikan sesuatu sama pentingnya dengan kebenaran itu sendiri

14

Page 15: MPKT A BUKU 2

Menganggap perasaan hanya sahih bila logis Menganggap perasaan itu sahih, masuk akal ataupun tidak

Dimotivasi oleh keinginan berprestasi dan berhasil Dimotivasi oleh keinginan untuk dihargai

Dengan melihat ciri-ciri orang tipe Thinker maupun Feeler ini, kita bisa mengenali

kecenderungan yang ada pada diri kita (kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita). Apakah

kita cenderung lebih Thinker atau Feeler. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan

lingkarilah T atau F dalam tanda kurung di bawah ini.

(T) Thinkers ____________________I___________________ Feelers(F)

3.1. 4 (J) Judging / Perceiving (P)

Dimensi keempat ini membahas mengenai gaya hidup. Ada orang yang lebih suka hidup dengan

cara yang teratur, ada pula yang lebih spontan. Orang yang termasuk judging

disebut judger. Mereka cenderung hidup secara teratur dan lebih suka bila

kehidupannya terstruktur dengan jelas. Mereka senang mengambil

keputusan. Judgers mencari keteraturan dan senang

mengendalikan hidupnya, sedangkan mereka yang

memiliki kecenderungan perceiving, yang biasa disebut

perceivers lebih suka hidup secara spontan dan lebih

menyukai kehidupan yang luwes. Mereka menyukai berbagai kemungkinan,

dan lebih suka mencari apa makna dari kehidupan daripada

mengendalikannya.

Beberapa Ciri Judger dan Perceiver

Judgers Perceiver

Paling bahagia bila keputusan sudah dibuat Paling senang meninggalkan pilihan terbuka

Memiliki ‘etika kerja’: kerja dulu, bermain kemudian (itupun kalau sempat)

Memiliki ‘etika bermain’: nikmati hidup sekarang, menyelesaikan tugas nanti (itupun kalau masih ada waktu)

Menetapkan sasaran dan berusaha untuk mencapainya

Mengganti-ganti sasaran bila mendapat informasi baru

Lebih suka mengetahui apa yang akan dihadapinya terlebih dahulu baru bertindak

Suka beradaptasi pada situasi baru, bertindak sambil mempelajari situasi

Lebih berorientasi pada produk (penekanan pada penyelesaian tugas)

Lebih berorientasi pada proses (penekanan pada bagaimana menyelesaika tugas)

Mendapatkan kepuasan dalam menyelesaikan proyek

Mendapatkan kepuasan dari memulai proyek

15

Page 16: MPKT A BUKU 2

Melihat waktu sebagai sumberdaya yang pasti dan serius menanggapi tenggang waktu

Melihat waktu sebagai sumberdaya yang bisa diperbaharui dan melihat tenggang waktu sebagai elastik (bisa ‘jam karet’)

Dengan melihat ciri-ciri dari Judgers maupun Perceivers, kita bisa mengenali

kecenderungan yang ada pada diri kita. Kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita, apakah kita

cenderung lebih Judger atau Perceiver. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah J

atau P dalam tanda kurung di bawah ini.

(J) Judgers ____________________I___________________ Perceivers(P)

3. 2 Temperamen

Setelah mengetahui keempat dasar kecenderungan, dapat ditemukan temperamen dari setiap

individu. Temperamen ddapat dijelaskan sebagai sebuah pola dariperilaku karakteristik yang

merefleksikan kecenderungan-kecenderungan alamiah dari individu (Baron, 1998). Temperamen

akan berdampak pada bagaimana individu melihat dunia, apa nilai dan keyakinannya, bagaimana

pikiran, tindakan dan perasaannya. Individu-individu dengan temperamen yang sama memiliki

nilai utama yang sama, dan mereka memiliki banyak karakteristik yang sama. Karena

temperamen merupakan bawaan, bukan dipelajari, maka tindakan dan perilaku konsisten sudah

tampak sejak individu masih sangat muda.

Dengan menetapkan mana ciri dominan dari masing-masing dimensi, akan didapatkan

tipe temperamen dari individu, Ada 16 kombinasi, yaitu

ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ

ESTP ISTP ESFP ISFP

ENFJ INFJ ENFP INFP

ENTJ INTJ ENTP INTP

Keenambelas tipe ini memiliki ciri yang berbeda satu sama lain, namun berdasarkan

penelitian bertahun-tahun pada berbagai budaya, David Keirsey (Tieger dan Barron-Tieger,

16

Page 17: MPKT A BUKU 2

2001) berhasil mengelompokkan tipe-tipe dari Myers-Briggs ke dalam empat temperamen yang

berbeda.

Temperamen adalah gaya berperilaku, cara dan karakteristik yang ditampilkan oleh

individu dalam merespon (King, 2011). Temperamen dapat juga diartikan sebagai sifat

kepribadian yang dapat diamati.

Berdasarkan model MBTI, David Keirsey membagi empat kelompok temperamen dan dalam

tiap temperamen terdapat empat tipe yang berbeda, namun keempatnya memiliki beberapa

persamaan. Penting diingat bahwa keempat temperamen ini tidak sekedar merupakan

penggabungan dari masing-masing karakteristik MBTI, tetapi merupakan hasil interaksi dari dua

dimensi dasar dari perilaku manusia: komunikasi, perilaku, kata-kata dan niat, atau tegasnya, apa

yang dikatakan individu dan apa yang dilakukannya.

Keempat Temperamen tersebut diberikan nama yang disarikan dari kesamaannya. Penamaan

keempat kelompok berdasarkan temperamen adalah sebagaimana disebutkan berikuti ini.

Guardians/Tradisionalists (SJ): ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ

Artisans/Experiencers (SP): ESTP ISTP ESFP ISFP

Idealists (NF): ENFJ INFJ ENFP INFP

Rationals/Conceptualizers (NT): ENTJ INTJ ENTP INTP

17

Page 18: MPKT A BUKU 2

3. 2.1 Pembimbing/Tradisionalis (Sensing Judgers)

ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ

Kaum Sensors percaya pada fakta, data yang telah terbukti, pengalaman masa lalu, serta

informasi yang ditangkap oleh pancainderanya; sedangkan Judgers menyukai struktur serta

keteraturan, dan ini akan mempengaruhinya saat mengambil keputusannya. Bila digabung, kedua

preferensi ini menghasilkan Sensing Judger, sebuah tipe pribadi yang menapak bumi dan tegas,

yang disebut sebagai “Pembimbing/Tradisionalis.”

Motto dari tipe Pembimbing/Tradisionalis adalah “Cepat tidur,

bangun pagi.” Tipe ini adalah orang-orang yang paling tradisional

dari empat kelompok temperamen Keirsey. Mereka sangat

menghargai hukum dan keteraturan, jaminan, sopan santun, aturan,

serta mudah menyesuaikan diri. Mereka didorong oleh motivasi untuk

melayani kebutuhan masyarakat. Pembimbing/Tradisionalis

menghormati otoritas, hirarki, dan garis komando, serta memiliki

nilai-nilai yang konservatif. Mereka terikat pada rasa tanggungjawab

dan selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar. Ini membuat

mereka menjadi orang-orang yang dapat diandalkan, dapat dipercaya, dan tentu saja, orang yang

bertanggungjawab.

Walaupun sama-sama tergolong pada temperamen Pembimbing/Tradisionalis, kelompok

Thinking (STJ) maupun Feeling (SFJ), sangat berbeda. Mereka yang

ESFJ dan ISFJ, dalam ciri Pembimbing/Tradisionalis, tidak sekuat ciri

ESTJ dan ISTJ. Bagi ESFJ dan ISFJ hubungan dengan orang lain dan

kriteria orientasi pada manusia dalam pengambilan keputusan sangatlah

penting. Jadi, walaupun biasanya kaum Pembimbing/Tradisionalis (tak

peduli apapun gaya hidupnya, J atau P) paling senang bekerja di tempat

yang struktur dan ekspektasinya jelas. Mereka yang tergolong Feeling

akan berusaha membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain

18

Page 19: MPKT A BUKU 2

dan mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang memungkinkan mereka membantu

orang lain secara nyata.

Kekuatan dan kelemahan

Pembimbing/Tradisionalis membutuhkan perasaan menyatu dengan kelompok, dan melakukan

yang benar. Mereka menghargai stabilitas, keteraturan, kooperasi, konsistensi, dan kesahihan,

serta cenderung serius dan merupakan pekerja keras. Pembimbing/Tradisionalis selalu menuntut

baik dirinya, maupun orang lain untuk selalu fokus pada pekerjaan dan bekerja sebaik-baiknya.

Kekuatan

Pembimbing/Tradisionalis adalah orang-orang yang praktis dan terorganisasi, teliti serta

sistematis. Mereka sangat memperhatikan peraturan, kebijakan, kontrak, ritual, maupun jadwal.

Mereka sangat hebat dalam memandu, memonitor, dan menjalankan aturan.

Pembimbing/Tradisionalis senang bekerja dengan fakta-fakta yang telah terbukti dan

menggunakannya untuk mengarahkan diri pada sasaran organisasi di mana mereka menjadi

anggotanya. Mereka sangat bangga bahwa mereka selalu bekerja dengan baik. Mereka juga

pandai melihat apa yang harus diperhatikan dan menyelesaikan tugas dengan sumberdaya

seefisien mungkin. Begitu mereka komit, Pembimbing/Tradisionalis selalu melaksanakannya

dengan teliti. Dalam keadaan terbaiknya, mereka adalah orang-orang yang solid, bisa dipercaya

dan diandalkan.

Kemungkinan kelemahan

Pembimbing/Tradisionalis tidak tertarik pada teori atau hal-hal yang abstrak, dan kurang

memperhatikan masa depan dibandingkan masa kini. Perencanaan jangka panjang bukanlah

kekuatannya. Pembimbing/Tradisionalis kadang-kadang terlalu cepat dalam mengambil

keputusan. Mereka juga cenderung melihat hitam putih, sulit melihat area abu-abu. Ada risiko

mereka sulit menghadapi perubahan dan lambat dalam menyesuaikan diri, cenderung enggan

mencobakan pendekatan baru yang berbeda, apalagi yang belum teruji. Kemungkinan besar

mereka akan minta bukti bahwa solusi baru itu bisa jalan, sebelum mereka bisa

mempertimbangkan untuk menggunakannya. Kelemahan utama Pembimbing/Tradisionalis

adalah mereka sering kurang luwes, cenderung dogmatis, dan kurang imajinatif. Contoh tokoh

19

Page 20: MPKT A BUKU 2

dengan temperamen ini adalah Mother Theresa, Jenderal Washington, Mar’ie Muhammad, Ir.

Ciputra.

3.2.2 Artis/Experiencers (Sensing, Perceivers)

ESTP ISTP ESFP ISFP

Sensors berkonsentrasi pada apa yang dilihat, didengar, diraba, dicium dan dikecap dan percaya

pada apa yang dapat diukur serta dicatat. Perceivers terbuka pada berbagai kemungkinan dan

suka hidup secara luwes. Bila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan “Sensing Perceiver,”

sebuah tipe individu yang responsive dan spontan, yang disebut temperamen

Artis/Experiencers.”

Mottonya adalah “Makan, minum, dan brgembiralah!” Ini adalah

suatu tipe yang paling avonturir. Mereka hidup untuk bertindak,

mengikuti kata hati, dan demi masa ini. Fokusnya adalah pada

situasi sesaat dan kemampuan untuk menetapkan apa yang harus

dilakukan sekarang. Karena Artis/Experiencers menghargai

kebebasan dan spontanitas, mereka jarang menyukai aktivitas atau

situasi yang terlalu terstruktur atau terlalu banyak aturan. Mereka

cenderung senang menyerempet bahaya (risk-taker), mudah

menuesuaikan diri, easy-going, dan pragmatis. Mereka mengagumi

pertunjukan keterampilan di segala bidang atau disiplin. Banyak (tapi tidak semua)

Artis/Experiencers adalah orang-orang yang senang hidup di ‘ujung tanduk.’

Artis/Experiencers membutuhkan aktivitas dan kebebasan untuk bertindak sesuai kata

hatinya. Dalam bekerja, mereka fokus pada apa yang akan diselesaikan saat ini, mereka

menghargai perbuatan heroik dan tindakan akhli dan senang menghadapi tantangan-tantangan.

Seperti Pembimbing/Tradisionalis, Artis/Experiencers juga ada dua macam, yaitu STP dan SFP.

SFP tidak sepenuhnya sesuai dengan gambaran temperamen Artis/Experiencers yang penuh

dengan kebebasan, Experiencer yang SFP terutama ingin berespons pada kebutuhan orang lain

dan ingin hasil kerjanya bisa membawa perubahan segera pada orang lain.

Kekuatan

20

Page 21: MPKT A BUKU 2

Artis/Experiencers bisa melihat dengan jelas apa yang sedang

terjadi dan tangkas mengangkap kesempatan. Mereka

sangat unggul dalam mengenali masalah praktis dan

melakukan pendekatan pada masalah ini secara luwes,

berani, dan banyak akal. Mereka tidak takut mengambil

risiko ataupun berimprovisasi bilamana perlu. Artis/Experiencers senang melakukan perubahan

demi kebutuhan atau krisis mendesak. Namun seperti Pembimbing/Tradisionalis,

Artis/Experiencers juga lebih suka menghadapi fakta dan masalah nyata daripada teori atau

gagasan. Artis/Experiencers merupakan pengamat yang tajam bagi perilaku manusia dan

merupakan negosiator-negosiator yang hebat. Mereka sangat efisien serta dalam menggunakan

perhitungan ekonomi untuk mencapai sasarannya. Banyak Artis/Experiencers, walaupun tidak

semua, sangat terampil menggunakan alat dan instrumen segala alat yang bisa dimanipulasi

secara fisik dan membutuhkan ketepatan. Dalam keadaan terbaiknya mereka bisa banyak akal,

mengasyikan, dan menyenangkan.

Kemungkinan kelemahan

Artis/Experiencers sering sulit ditebak oleh orang lain, dan kadang-kadang tidak berpikir secara

cermat sebelum bertindak. Mereka tidak suka teori, hal-hal abstrak, maupun konsep, dan

mengalami kesulitan dalam melihat hubungan maupun pola dari sebuah peristiwa.

Artis/Experiencers cenderung kehilangan antusiasmenya begitu fase krisis dari situasi telah

berlalu. Dan karena mereka menyukai pilihan-pilihan yang terbuka, mereka tidak selalu

mengikuti aturan yang baku dan terkadang mengindari komitmen dan rencana. Keadaan

terburuknya adalah mereka bisa kurang bertanggungjawab, kurang bisa diandalkan, kekanak-

kanakan, dan impulsif. Contoh tokoh dengan temperamen ini adalah Ernest Hemmingway,

Barbara Streissant, Gus Dur.

3.2.3 Idealis (Intuitive Feelers)

ENFJ INFJ ENFP INFP

Kaum Intuitif adalah orang-orang yang tertarik pada arti, hubungan dan kemungkinan-

kemungkinan, dan Feelers cenderung membuat keputusan berdasarkan nilai pribadi. Bila

digabung, kedua preferensi ini menghasilkan “Intuitive Feeler”, tipe yang peduli akan tumbuh

21

Page 22: MPKT A BUKU 2

kembang orang lain dan memahami dirinya maupun orang lain. Mereka biasa disebut sebagai

Idealis. Mottonya “Jujurlah pada diri sendiri.” Idealis adalah tipe yang paling filosofis spiritual.

Seolah-olah mereka terus-menerus dalam pencarian arti kehidupan. Mereka sangat menghargai

kejujuran dan integritas pada orang maupun suatu hubungan, dan cenderung mengidealkan orang

lain. Idealis fokus pada potensi manusia dan seringkali berbakat dalam membantu orang lain

untuk tumbuh dan berkembang, suatu tugas yang dapat memuaskannya. Sering kali tipe Idealis

ini merupakan komunikator ulung dan bisa dianggap katalisator bagi perubahan yang positif.

Idealis senang menggunakan kemampuan alami mereka untuk memahami dan menghubungkan

mereka dengan orang lain. Secara alami mereka mampu berempati dan fokus pada kebutuhan

orang lain.

Kekuatan

Idealis tahu bagaimana mengeluarkan potensi terbaik orang dan memahami cara memotivasi

orang lain untuk bekerja sebaik-baiknya. Mereka ahli dalam menyelesaikan konflik dengan

orang lain serta membangun tim yang bisa bekerjasama dengan efektif, dan pandai membuat

orang percaya diri. Idealis pandai dalam mengidentifikasi solusi kreatif bagi berbagai masalah.

Mereka berkomunikasi dengan baik, secara lisan maupun tulisan dan bisa membangkitkan gairah

orang terhadap gagasan maupun tindakannya. Idealis umumnya adalah orang yang karismatik,

mau menerima gagasan baru dan bisa menerima orang lain apa adanya.

Kemungkinan kelemahan

Idealis memiliki kecenderungan mengambil keputusan berdasarkan perasaannya dan mudah larut

pada masalah orang lain sehingga membuatnya kewalahan. Mereka juga kadang-kadang jadi

terlalu idealisti sehingga terkesan kurang praktis. Walaupun mereka memiliki kemampuan

untuk mencela dirinya sendiri, Idealis kurang mampu mendisiplin ataupun mengkritik orang lain.

Kadang-kadang mereka akan mengorbankan pendapatnya demi hubungan harmoni, kelemahan

terbesar adalah mereka bisa angin-anginan, tidak bisa diterka dan terlalu emosional. Contoh

tokoh dengan temperamen ini adalah Mahatma Gandhi, Putri Diana, Romo Magnis.

3.2.4 Rasional/Konseptualis (Intuitive Thinkers)

ENTJ INTJ ENTP INTP

22

Page 23: MPKT A BUKU 2

Intuitive cenderung mencari arti dari segala sesuatu dan fokus pada implikasinya, sedangkan

Thinkers mengambil keputusan secara impersonal dan logis. Bila disatukan, kedua preferensi ini

menghasilkan “Intuitive Thinker,” sebuah tipe yang intelektual dan kompeten, yang disebut

“Rasional/Konseptualis.”

Motto kaum “Conceptualizer” adalah “Unggullah dalam segala

sesuatu.” Mereka adalah yang paling mandiri dari keempat

temperamen Keirsey, didorong oleh keinginan mendapatkan

pengetahuan dan menetapkan standar yang tinggi sekali bagi dirinya

maupun orang lain. Secara alami Rasional/Konseptualis penuh rasa

ingin tahu. Mereka biasanya dapat melihat berbagai segi mengenai

suatu argument atau isu. Rasional/Konseptualis unggul dalam

melihat berbagai kemungkinan, memahami kompleksitas, serta

merancang solusi pada masalah riil maupun hipotetis. Peranannya sering menjadi arsitek

perubahan.

Kekuatan dan kelemahan

Rasional/Konseptualis senang menggunakan kemampuannya untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan dan menganalisisnya secara logis untuk mendapatkan pemecahannya. Mereka

berminat untuk terus-menerus mendapatkan pengetahuan, baik demi pengetahuan itu sendiri

maupun untuk alasan stratejik.

Kekuatan

Rasional/Konseptualis memiliki visi dan bisa menjadi innovator yang hebat. Mereka bisa melihat

berbagai kemungkinan maupun gambaran besar dari situasi, serta mudah mengkonseptualisasi

dan merancang perubahan-perubahan yang perlu di lingkungannya. Mereka unggul dalam

membuat strategi, rencana, dan membangun sistem untuk mencapai sasaran, dan menikmati

prosesnya. Rasional/Konseptualis sangat mudah dalam memahami gagasan yang kompleks dan

teoretikal serta pandai dalam mendeduksi prinsip-prinsip atau kecenderungan-kecenderungan.

Mereka senang akan tantangan dan menuntut dirinya sendiri maupun orang lain untuk mencapai

standar yang tinggi, dan biasanya mampu menerima kritikan yang konstruktif tanpa merasa

23

Page 24: MPKT A BUKU 2

diserang secara pribadi. Dalam keadaannya yang terbaik Rasional/Konseptualis itu penuh

percaya diri, tangkas, dan imajinatif.

Kemungkinan kelemahan

Kadang-kadang Rasional/Konseptualis bisa terlalu rumit untuk dipahami oleh orang lain. Mereka

juga memiliki kecenderungan yang untuk mengabaikan detail-detail yang penting. Mereka bisa

menjadi sangat skeptis dan sering menantang aturan-aturan, asumsi, atau adat istiadat yang

berlaku. Rasional/Konseptualis juga kadang-kadang mengalami masalah dengan otoritas dan bisa

tampil sebagai elitis. Mereka sering kali mengalami kesulitan melihat dampak tindakannya pada

orang lain. Mereka bisa tidak menganggap penting hubungan yang harmoni, maupun pentingnya

perasaan. Mereka juga sangat kompetitif dan kadang-kadang tidak peduli dengan suatu tugas bila

mereka tidak merasa bisa unggul di sana. Yang paling parah, Rasional/Konseptualis bisa arogan,

menarik diri, dan asyik dalam dunianya sendiri.

Dalam bekerjasama Rasional/Konseptualis membutuhkan banyak kebebasan, keaneka-ragaman,

banyak rangsangan intelektual, dan kesempatan untuk menghasilkan gagasan, dan harus melihat

bahwa pekerjaannya menantang. Contoh dari tokoh-tokoh dengan

temperamen Rasional/Konseptualis adalah Einstein, Thatcher, Bung

Hatta.|

Memahami segala segi dari manusia; kemampuannya, faktor-faktor yang

mempengaruhi dirinya, termasuk tipe kepribadiannya, bisa membantu

individu dalam memahami dan merencanakan pengembangan dirinya. Di

samping itu, pengetahuan tersebut dapat membantu individu dalam

menjalin hubungan antar manusia yang harmonis dan efektif karena pada

dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kecenderungan

kuat untuk hidup bersama orang lain. Tanpa kehidupan sosial, tampaknya sulit mengharapkan

individu dapat berkembang sepenuhnya, sehingga ada ungkapan “Manusia hanya bisa menjadi

manusia bila ia hidup bersama manusia lain”

Pada awal abad 19 di daerah pegunungan di Perancis ditemukan seorang anak yang dibesarkan

oleh serigala. Anak ini kemudian terkenal sebagai Anak laki-laki dari Avignon (Le Garçon

d’Avignon), yang kemudian diberi nama Victor. Oleh Jean–Marc–Gaspard Itard, Victor dicoba

dididik dan ‘dimanusiakan’ namun berbeda dengan cerita dalam The Jungle Book dari Rudyard

24

Page 25: MPKT A BUKU 2

Kipling, kisah nyata ini tidak semanis dongengnya. Sampai akhir hayatnya yang singkat, Victor

tidak berhasil untuk diajarkan bahasa manusia. Di samping kisah Anak Laki-laki dari Avignon

ini, di India juga pernah ditemukan dua orang anak perempuan yang dipelihara oleh serigala.

Setelah induk serigalanya ditembak, kedua anak ini dimasukkan ke rumah piatu di bawah

pengawasan pendeta Joseph Singh. Seperti Victor, kedua anak ini pun tidak berhasil dilatih

untuk berperilaku (berjalan, bicara) seperti manusia. Sampai akhir hayatnya anak-anak malang

ini tetap lebih mirip serigala dari pada manusia.

Memang manusia bisa hidup sendiri saat keadaan memaksa, seperti yang terjadi pada

beberapa orang, misalnya mereka yang terdampar atau karena alasan lainnya. Seperti yang

terjadi pada Nakamura, seorang perajurit Jepang, asli Taiwan, pada perang

dunia kedua. Pada tahun 1975 Nakamura ditemukan di pulau Morotai. Ia

mengira perang dunia kedua masih berlangsung. Oleh karena itu ia

bersembunyi dan hidup seorang diri. Ia membuat sebuah gubuk sederhana

untuk tempat tinggal dan bercocok tanam di ladang untuk kelangsungan

hidupnya. Puluhan tahun ia tinggal sendiri sampai ditemukan oleh

penduduk Morotai. Begitu ditemukan dan tahu bahwa perang dunia sudah

usai, ia langsung minta dipulangkan ke negara kelahirannya: Taiwan, agar

bisa berkumpul dengan keluarga dan lingkungan sosialnya. Demikianlah manusia, bilamana

mungkin, pasti mereka berusaha hidup dalam sebuah lingkungan sosial.

Daftar Kepustakaan Baron, Renee. (1998). What type am I? discover who you really are. New York: Penguin Books. Gazzaniga, Michael S. 20… Human, the science behind what makes us unique. HarperCollins e-

books. Rakic, Pasko T. (1999). Medicine in the Twenty-First Century, Annals of the New York Academy

of Sciences 882. Cassirer, Ernest. (1944). An essay on man. Peoples, David A. (1992). Presentations Plus, 2nd edition. John Wiley and Sons Inc. Tieger, Paul D. & Barbara Barron-Tieger. 2001. Do what you are, thierd ed. Boston: Little

Brown Company. Weiten, W. et al.2009. Psychology applied to modern life.Belmont: Wadsworths Cengage

Learning. MacLean, Paul D. 1990 The Triune Brain in Evolution: Role of Paleocerebral Functions, New

York: Springer. King, Laura A. 2011. The science of Psychology. New York: MacGraw-Hill. ISBN: 978-0-07-

122154-2

25

Page 26: MPKT A BUKU 2

BAB IIINDIVIDU DAN KELOMPOK

Miranda Diponegoro Z

Sebagai mahluk sosial, individu memiliki kebutuhan yang kuat untuk hidup bersama dalam

kelompok dan melalui hidup berkelompok individu dapat mengembangkan kemanusiaannya..

Dengan demikian secara umum tidak ada individu yang tidak ingin hidup bersama orang lain.

Individu yang ada di dalam kelompok, melakukan interaksi di antara mereka dan melalui

interaksinya itu disepakati aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur kehidupan

berkelompok.

1.Tahap perkembangan kelompok

Saat kita berbicara tentang kelompok, kita tidak akan terlepas membahas mengenai bagaimana

sebuah kelompok terbentuk dan berkembang.

Menurut Tuckman (dalam Suzanne Janasz, Karen Dowd dan Beth Scheider, 2009) kelompok

tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan, mulai dari tahap forming (pembentukan),

strorming (goncangan), norming (pembentukan norma), performing (melakukan atau

melaksanakan), adjourning (penangguhan). Setiap tahap memiliki karakteristik pembeda dan

menyajikan tantangan khusus bagi anggota dan pemimpin kelompok. lihat gambar II.1.

Gambar: II.1. Tahap perkembangan Kelompok (Tuckman, 2009)

1.1 Tahap Pertama: Pembentukan (Forming)

26

Page 27: MPKT A BUKU 2

Umumnya kelompok dibentuk untuk menyelesaikan tugas tertentu. Pada tahap ini, awalnya

anggota kelompok belum mengenal satu sama lain, dan bahkan jika mereka lakukan sesuatu,

muncul perasaan ketidakpastian karena anggota kelompok belum memiliki kesempatan untuk

mengenal satu sama lain dan menetapkan tujuan kelompok. Pada tahap pembentukan, anggota

kelompok akan terlibat dalam kegiatan, seperti mendefinisikan tugas awal, membahas bagaimana

pembagian tugas, memahami ruang lingkup tuga, tujuan tugas, dan belajar tentang sumber daya

(waktu, peralatan, personil) yang tersedia untuk kelompok bekerja menyelesaikan tugas. Pada

tahap ini, beberapa anggota melakukan uji peran kepemimpinan, menemukan kesamaan

kepribadian dan perbedaan, dan membuat beberapa pengungkapan awal, namun kemajuan relatif

sedikit.

Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peran anggota kelompok di tahap pertama adalah

untuk mendorong kelompok untuk memantapkan misi dan tujuan, mengatur jadwal kerja,

mengenal satu sama lain, dan menetapkan beberapa norma awal untuk bekerja sama.

1.2 Tahap Kedua: Goncangan (Storming)

Pada tahap ini, di antara anggota kelompok timbul beberapa perbedaan seperti arah,

kepemimpinan, gaya kerja dan pendekatan, dan persepsi tentang kualitas yang diharapkan dan

produk akhir. Sama halnya dengan hubungan antar manusia lainnya, konflik tidak dapat

dihindari. Saat konflik pertama di antara anggota kelompok muncul, beberapa atau semua

anggota mulai merasa kurang antusias terhadap kelompok dan bahkan mungkin saja meragukan

kelompok akan mencapai tujuannya secara bersama-sama. Pada tahap ini kemungkinan akan

terjadi perebutan kepemimpinan ("cara saya adalah yang terbaik"), kekuatan ("jika Anda tidak

setuju kami akan meninggalkan Anda di belakang"), dan peran ("yang ditunjuk kepala Anda?").

Di samping itu, muncul perasaan-perasaan tertentu seperti resistensi terhadap tugas atau

pendekatan yang dilandasi oleh kebencian, perbedaan beban kerja, kemarahan tentang peran dan

tanggung jawab, dan perubahan sikap terhadap kelompok atau anggota kelompok dan

kekhawatiran. Biasanya dalam tahap goncangan, kelompok dalam kondisi konflik dan kacau,

karena belum ditetapkannya cara untuk berkomunikasi tentang perbedaan-perbedaan ini.

Pada tahap ini, peran anggota kelompok atau pemimpin adalah untuk menahan diri dari

mengambil sisi, mendorong kelompok untuk mengembangkan saluran komunikasi, dan

27

Page 28: MPKT A BUKU 2

membantu anggota kelompok lain agar terpusat pada tugas dan bukan pada perbedaan pribadi.

Selain itu juga mempromosikan lingkungan komunikasi yang terbuka untuk memastikan bahwa

konflik yang tak terhindarkan adalah sehat , efektivitas komunikasi ditingkatkan, dan memiliki

komitmen yang tinggi terhadap tugas kelompok. Perlu diingat bahwa tingkat ketegangan yang

tepat dapat memotivasi kelompok, akan tetapi tingkat ketegangan yang terlalu tinggi atau terlalu

rendah dapat mempengaruhi produktivitas kelompok. Sebuah kelompok yang tidak dapat belajar

bagaimana menangani konflik tidak pernah dapat mencapai tujuannya.

1.3 Tahap Ketiga: Membangun Norma (Norming)

Pada tahap ini, para anggota kelompok berusaha menetapkan dan mematuhi pola perilaku yang

dapat diterima dan dalam bekerja sama mereka belajar untuk menggabungkan metode dan

prosedur baru yang telah disepakati sebelumnya. Pada tahap membangun norma (norming),

anggota kelompok merasa memiliki kemampuan baru untuk mengekspresikan kritik yang

konstruktif, mereka merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok kerja dan memiliki keyakinan

bahwa segala sesuatu yang dikerjakan akan berhasil. Pada tahap ini, anggota berusaha untuk

mencapai keselarasan dengan menghindari konflik yang tidak perlu, bertindak lebih ramah

terhadap sesama anggota kelompok, saling percaya satu sama lain, dan mengembangkan rasa

kesatuan kelompok ("bersama-sama, kita mampu memecahkan masalah ini"). Norma tidak harus

sama untuk setiap keputusan atau kebijakan.

Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, berperan mendorong anggota kelompok untuk

mengambil tanggung jawab lebih, bekerja sama menciptakan cara yang dapat diterima untuk

memecahkan masalah, menetapkan tujuan yang menantang, dan mengambil tanggung jawab

pribadi untuk keberhasilan kelompok. Peran utama ada pada pemimpin kelompok. Jangan

mengharapkan orang lain untuk "melakukan seperti yang Anda katakan, tapi tidak seperti yang

Anda lakukan." Jika Anda terlihat bertengkar dengan rekan-rekan dan diam-diam merencanakan

langkah politik, anggota kelompok cenderung meniru perilaku normatif dan ada kemungkinan

mundur ke tahap goncangan.

28

Page 29: MPKT A BUKU 2

1.4 Tahap Keempat: Melakukan atau Melaksanakan (Performing)

Pada tahap Melakukan atau Melaksanakan (Performing), status keanggotaan anggota kelompok

sudah stabil, tugas sudah jelas, dan perhatian anggota kelompok lebih pada ganjaran. Anggota

kelompok sangat termotivasi untuk menyelesaikan tugas mereka dan pusat perhatian lebih pada

tujuan kelompok daripada kepentingan individu. Melalui bekerja bersama-sama, anggota

kelompok telah mengembangkan wawasan ke dalam kekuatan dan kelemahan satu sama lain,

merasa puas dengan kemajuan kelompok, dan percaya kelompok akan berhasil mencapai atau

bahkan melebihi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahap ini, anggota terlibat dalam

perubahan diri yang konstruktif demi kebaikan kelompok; kemampuan berkomunikasi dan

memberikan umpan balik satu sama lain ditingkatkan; kemampuan antisipasi, mencegah, atau

bekerja melalui masalah-masalah kelompok dikembangkan, dan sebagai hasilnya, keterikatan

antar anggota kelompok juga berkembang.

Peran anggota dan pemimpin kelompok pada tahap ini adalah untuk mendorong anggota

untuk memberikan dukungan dan berfungsi sebagai sumber daya satu sama lain. Anggota dan

pemimpin kelompok juga berperan agar kelompok melanjutkan kemajuan yang sudah dicapai

dan mempertahankan kohesi dan moral, dan memandu agar tetap sukses.

1.5 Tahap kelima: Penangguhan (Adjourning)

Setelah berhasil menyelesaikan tugas atau tujuan, kelompok dapat bubar secara permanen atau

beristirahat sementara. Beberapa kelompok mungkin mendapatkan anggota baru atau menerima

tujuan baru. Pada tahap Penangguhan, anggota akan merasa kecewa jika pengalaman itu positif,

atau rasa terima kasih jika pengalaman itu negatif. Tugas pada tahap ini adalah untuk

mengendurkan ikatan kelompok untuk kemudian menindaklanjuti tugas-tugasnya.

Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peranan pada tahap akhir ini adalah mendorong

anggota kelompok untuk mendiskusikan proyek atau tugas, dengan membahas pelajaran yang

dapat diperoleh dari hasil pekerjaan mereka dan menyampaikan kepada kelompok baru cara

pemecahan masalah apabila berhadapan dengan masalah yang serupa. Tahap ini juga bermanfaat

sebagai upaya mengakui kelompok. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk pengakuan publik

(uraian atas prestasi kelompok dalam newsletter bulanan), hadiah (imbalan organisasi berupa

persentase dari pendapatan tabungan diwujudkan sebagai hasil dari kerja kelompok), atau

29

Page 30: MPKT A BUKU 2

manfaat lainnya (seperti mengajak kelompok untuk makan siang di luar kampus). Dengan

memberikan dorongan dan mengakui prestasi, kerja keras, dan upaya, berarti membantu untuk

melanjutkan momentum dan membangun motivasi. Tentu saja, pekerjaan yang sedang

berlangsung mungkin tidak secara fisik berhenti bekerja atau istirahat. Pekerjaan mungkin tetap

berlangsung terus dengan tujuan baru sekalipun proyek tertentu selesai. Dalam hal ini, bukan

menangguhkan, anggota kelompok dapat memilih untuk berdiskusi di taman atau kantin,

mengevaluasi proses mereka dan melakukan upaya komunikasi untuk memastikan mereka untuk

menjaga alur kerja dan bekerja seproduktif mungkin.

Adalah sehat bagi kelompok-kelompok untuk bergerak melalui beberapa atau semua tahap

ini karena mereka berkembang menjadi sebuah kelompok kerja. Tidak semua kelompok

berkembang melalui semua tahap, dan beberapa berkembang melalui langkah yang berbeda.

Sebagai contoh, jika anggota kelompok yang sudah saling kenal sebelumnya dan memiliki nilai-

nilai dan tujuan yang sama-serta ketat tenggat waktu, mereka mungkin dapat bergerak segera ke

tahap penetapan norma (norming). Dalam kasus lain, di mana anggota kelompok belum saling

mengenal dengan baik, akan memakan waktu lebih lama untuk mencapai tahap penetapan norma

(norming), karena dibutuhkan waktu untuk saling mengenal dengan baik hingga terbentuk

kelompok kerja yang efektif. Beberapa orang mungkin terjebak dalam salah satu tahapan dan

bubar sebelum maju ke tahap berikutnya tampil di tingkat lebih rendah daripada apa yang

mungkin. Sebuah kelompok terjebak dalam tahap goncangan tetapi menghadapi tenggat waktu

dekat harus terus melakukan. Dalam hal ini ada kemungkinan anggota kelompok akan menderita

karena ketidakmampuan untuk berfungsi secara kohesif. Dalam beberapa kasus ekstrim,

kelompok akan mengalami disfungsi dan akan memerlukan intervensi dari luar untuk

menyelesaikan tugasnya. Sebagaimana halnya dengan hubungan, kelompok juga memiliki siklus

perkembangan. Memahami ini sebelumnya dapat membantu anggota dan pemimpin kelompok

mengembangkan strategi untuk membantu kelompoknya berkembang menjadi sebuah kelompok

efektif pada setiap langkah dari perjalanannya.

2.Kelompok Formal dan Kelompok Informal

Kelompok formal ialah: kelompok yang mempunyai struktur organisasi dan peraturan yang tegas

dan dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan diantara anggotanya.

Kelompok informal ialah: kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu.

30

Page 31: MPKT A BUKU 2

Hal yang menarik perhatian banyak ilmuan sosial ialah adanya kaitan antara kelompok

formal dan kelompok informal. Setelah seseorang menjadi anggota organisasi formal seperti

sekolah,universitas, atau perusahaan biasanya ia mulai menjalin hubungan persahabatan dengan

anggota lain dalam organisasi formal tersebut sehingga tampak dalam organisasi formal akan

terbentuk kelompok informal. Gejala yang telah di amati para ilmuan sosial ialah bahwa dalam

organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat searah,

berbeda atau bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal.

Apabila kelompok persahabatan memiliki nilai dan norma yang searah dengan tujuan kelompok

formal, belajar bersama untuk mendapatkan nilai A, tujuan belajar akan mendukung tujuan

perguruan tinggi sebagai kelompok/organisasi formal. Bila di kalangan siswa dan mahasiswa

tujuan kesetiakawanan bertentangan dengan aturan organisasi, seperti melakukan pelangaran

disiplin dalam melengkapi daftar hadir, tentunya akan mempersulit tercapainya tujuan institusi

pendidikan sebagai organisasi formal.

3.Tipe kelompok berdasarkan efektivitasnya

Berdasarkan efektivitasnya, Johnson dan Johnson (2006) membedakan empat macam

kelompok yaitu kelompok pseudo (pseudogroups), tradisional (traditional groups), efektif

(effective groups) dan kinerja tinggi (high-performance groups).

31

Page 32: MPKT A BUKU 2

3.1Kelompok Pseudo

Kelompok pseudo adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja

bersama namun sebenarnya tidak berminat untuk melaksanakannya. Mereka percaya bahwa

mereka akan dievaluasi dalam peringkat, mulai dari yang kinerjanya tertinggi sampai yang

paling rendah. Walaupun anggota kelompok saling berbicara, sebenarnya mereka saling

bersaing. Mereka menganggap satu sama lain sebagai saingan yang harus dikalahkan atau

dihambat, dan harus saling menghalangi kinerja satu sama lain, mereka saling menyembunyikan

informasi, berusaha menyesatkan dan membuat yang lain bingung, tidak percaya satu dengan

yang lain. Akibatnya individu jadi lebih produktif bila bekerja sendiri dan hasil kerja kelompok

jadi lebih buruk daripada bila mereka bekerja sendiri-sendiri. Kelompok macam ini tidak akan

mencapai kematangan karena anggotanya tidak berminat dan tidak komit akan masa depan

kelompoknya. Contoh dari Kelompok Pseudo adalah kelompok para salesman yang anggotanya

saling bersaing untuk jadi salesman terbaik dan melakukan penjualan terbanyak.

3.2Kelompok Tradisional

Kelompok Tradisional adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja sama

dan bisa menerima bahwa mereka harus bekerja sama. Anggota kelompok percaya bahwa

mereka akan dinilai sebagai individu, bukan sebagai anggota kelompok. Tugas-tugas sangat

terstruktur sehingga kecil sekali kerjasama yang dituntut. Anggota kelompok berinteraksi

terutama untuk menjelaskan bagaimana pekerjaan harus dilakukan. Mereka berusaha

mendapatkan informasi dari yang lain tapi tidak bermotivasi untuk membagi informasi pada

anggota yang lain yang lain. Anggota kelompok bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-

masing tapi bukan sebagai tim. Beberapa anggota kelompok akan bermalas-malasan dan

berusaha nèbèng pada anggota yang lebih serius. Anggota yang lebih serius akan merasa

dieksploitasi lalu akan mengurangi kerjanya. Akibatnya adalah,bagi beberapa anggota hasil

kerjasama itu akan lebih baik dari pada bila mereka bekerja sendiri-sendiri, namun hasil kerja

anggota yang lebih serius akan lebih baik hasilnya kalau bekerja sendiri dibandingkan bila

mereka bekerja dalam kelompok. Kelompok Tradisionasl banyak ditemui pada kelas-kelas

dimana kelompok ditetapkan oleh guru atau dosennya.

32

Page 33: MPKT A BUKU 2

3.3Kelompok Efektif

Kelompok Efektif bukan sekedar jumlah dari bagian-bagiannya. Kelompok Efektif adalah

kelompok yang anggota-anggotanya komit untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya maupun

keberhasilan anggota-anggota yang lain. Beberapa karakteristik dari Kelompok Efektif adalah

saling ketergantungan yang positif (positive interdependence), yang menyatukan para anggota

kelompok untuk mencapai sasaran operasional yang jelas, komunikasi-dua-arah, kepemimpinan

didistribusikan (mimpin secara bergantian), dan kekuasaan berdasarkan keahlian. Sebagai

tambahan, kelompok yang efektif ini menampilkan proses pengambilan keputusan yang

memungkinkan setiap anggota kelompok untuk saling mempertanyakan informasi dan

penalarannya dan mengatasi konflik secara konstruktif. Anggota Kelompok Efektif saling

mengandalkan tanggungjawab satu sama lain dalam menjalankan bagian tugasnya, membantu

keberhasilan satu sama lain, memiliki keterampilan berkelompok, dan kerjasama yang efektif.

3.4Kelompok Kinerja-Tinggi

Kelompok Kinerja-Tinggi memenuhi seluruh kriteria dari kelompok yang efektif, bedanya

dari kelompok efektif adalah pada tingkat komitmen anggota-anggotanya satu sama lain maupun

komitmen pada keberhasilan kelompok. Kelompok ini memiliki tingkat komitmen yang lebih

tinggi, tidak hanya kepercayaan, respek satu sama lain, mereka sangat peduli pada anggota-

anggota timnya, termasuk pada pengembangan pribadi setiap anggota kelompok. Selalu siap

untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan. Sayangnya jarang sekali ada kelompok

yang mencvapai tingkat perkembangan ini, menjadi Kelompok Kinerja Tinggi.

4.Peran persepsi dalam hubungan antar pribadi

Persepsi adalah sebuah proses mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi sehingga

menjadi berarti (King, 2011). Dengan demikian dalam mempersepsi, individu mengorganisasi

dan menginterpretasikan apa yang ditangkap oleh inderanya. Persepsi bisa tidak sesuai dari

realitas, namun persepsinya sangat penting karena perilaku individu biasanya didasari oleh

persepsinya, bukan oleh realitas itu sendiri. Contohnya, walaupun seorang seorang ibu telah

berlaku adil, tapi bila salah seorang anaknya merasa tidak diperlakukan secara adil, maka anak

33

Page 34: MPKT A BUKU 2

tersebut akan berpendapat, bersikap maupun memilih tindakan sesuai dengan persepsinya itu ; ia

dianak tirikan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi, yang membentuk dan kadang mendistorsi

persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver) seperti sikap, motif, minat,

pengalaman masa lalu serta ekspektasinya. Misalnya

2. Karakteristik dari target, misalnya menarik atau tidak, gerakan, suara, ukuran dan lain

sebagainya.

3. Situasi adalah konteks dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi persepsi.

Perhatikan gambar di sebelah ini. Gambar apakah

ini? Apakah yang pertama anda lihat adalah

gambar seorang gadis atau seorang nenek?

Apakah Anda dapat melihat baik gambar gadis

maupun gambar nenek? Sebuash pedoman untuk

melihat kedua duanya, sebagai patokan bisa

dilihat dagu sang gadis adalah hidung sang nenek.

Bagaimana? Berhasilkah Anda melihat dua figure

tersebut? Biasanya apa yang pertamakali terlihat

tergantung pada minat dari individu atau apa

yang lebih familiar baginya.

Dalam menilai orang lain seringkali kita menggunakan jalan pintas. Walaupun seringkali

jalan pintas membantu mempercepat individu menyimpulkan apa yang dipersepsi, cara ini bisa

menyesatkan. Oleh karena itu, mempelajari jalan pintas bisa membantu dalam mengenali saat

terjadi dan menghindari distorsi dalam persepsi. Jalan pintas yang sering diambil ini adalah

sebagai berikut:

1. Persepsi yang selektif – individu menginterpretasi apa yang dilihatnya secara selektif

berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikapnya namun membusang bagian

informasi yang dirasakan mengancam atau dianggap tidak relevan. Seperti menggunakan

filter, menyaring hanya apa yang sesuai dengan harapannya.

34

Page 35: MPKT A BUKU 2

2. Proyeksi – mengatribusikan sikap, karakteristik atau keterbatasannya sendiri pada orang

lain. Orang yang curang atau berbohong bisa berasumsi semua orang juga curang dan

berbohong.

3. Setreotipi – menilai seseorang atau kelompok berdasarkan penilaian umum; orang Jawa

halus, anak bungsu manja, orang tua kolot.

4. Halo Effect – perasaan positif mengenai sebuah karakteristik pada individu

mempengaruhi penilaiannya mengenai karakteristik yang lain. Misalnya menilai

seseorang yang kelihatannya perlente sebagai intelek atau terpelajar.

Karena persepsi sangat mempengaruhi keyakinan individu akan apa yang dihadapinya, maka

persepsi juga akan mempengaruhi bagaimana orang berkomunikasi satu sama lainnya.

5.Peran Komunikasi Dalam Hubungan Antar pribadi

Sebagai mahluk sosial, individu harus berhubungan satu sama lainnya. Untuk itu individu-

individu saling mengirim dan menerima pesan yang bermakna dari satu sama lain.

5.1 Pentingnya komunikasi

Mempelajari komunikasi sangat penting karena komunikasi merupakan pusat kehidupan kita

sebagai manusia. Komunikasi yang efektif dapat membantu kita memecahkan masalah dalam

kehidupan profesional kita dan meningkatkan hubungan dalam kehidupan pribadi kita. Para ahli

komunikasi percaya bahwa komunikasi yang buruk adalah akar dari banyak masalah dan bahwa

komunikasi yang efektif adalah salah satu solusi untuk masalah ini (Pearson, Nelson, Titsworth,

dan Harter, 2011).

Komunikasi ada di mana-mana. Kita tidak dapat menghindari komunikasi, dan kita akan

terlibat dalam komunikasi hampir setiap menit setiap hari dalam hidup kita. Komunikasi

memainkan peran utama dalam hampir setiap aspek kehidupan.

Terlepas dari kepentingan dan tujuannya, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif

akan meningkatkan dan memperkaya hidup kita. Belajar bagaimana berkomunikasi sama

pentingnya dengan belajar tentang komunikasi. Mempelajari komunikasi secara komprehensif

memberikan setidaknya tujuh keuntungan (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011):

35

Page 36: MPKT A BUKU 2

a. Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan cara kita memandang diri sendiri.

Komunikasi adalah "penting untuk perkembangan seluruh pribadi" (Morreale, Obsborn,

& Pearson, 2000, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Sebagian dari

pengetahuan kita berasal dari pengalaman komunikasi. Seperti kita terlibat dalam

pikiran (komunikasi intrapersonal) dan dalam interaksi dengan orang lain yang

signifikan (komunikasi interpersonal), kita belajar tentang diri kita sendiri. Orang yang

naif tentang proses komunikasi dan pengembangan kesadaran diri, konsep diri, dan self-

efficacy mungkin tidak melihat diri mereka secara akurat atau mungkin tidak menyadari

pengembangan dirinya. Mengetahui bagaimana komunikasi mempengaruhi persepsi-

diri dapat menyebabkan kesadaran yang lebih besar dan penghargaan diri (Pearson,

Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).

b. Belajar keterampilan komunikasi dapat meningkatkan cara kita memandang diri

sendiri dengan cara kedua. Ketika kita belajar bagaimana melakukan komunikasi

secara efektif dalam berbagai situasi dari hubungan interpersonal rasa percaya diri kita

akan meningkat. Dalam sebuah penelitian berdasarkan tanggapan dari 344 mahasiswa

di sebuah universitas publik yang besar, mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan

komunikasi dirasakan kompetensi komunikasi mereka menjadi lebih besar dalam kelas,

di tempat kerja, dan dalam pengaturan sosial. Paling dramatis adalah perbaikan

persepsi, mereka merasa percaya diri tentang diri sendiri, merasa nyaman dengan

persepsi orang lain terhadap diri mereka, daya nalarnya dengan orang lain, dan

menggunakan bahasa secara tepat (Ford & Wolvin, 1993). Singkatnya, keberhasilan

kita dalam berinteraksi dengan orang lain dalam situasi sosial dan prestasi kita dalam

pengaturan profesional akan menimbulkan perasaan yang lebih positif tentang diri kita

sendiri.

c. Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antar

manusia. Belajar komunikasi termasuk belajar tentang bagaimana orang berhubungan

satu sama lain dan tentang apa jenis komunikasi yang sesuai untuk situasi tertentu.

Kebanyakan orang menghargai hubungan antar manusia dan menemukan kenyamanan

36

Page 37: MPKT A BUKU 2

dalam persahabatan, hubungan keluarga, dan hubungan masyarakat. Dalam hubungan

ini kita belajar tentang kepercayaan, keakraban, dan hubungan timbal balik (Pearson,

Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).

Hubungan antar manusia melayani berbagai fungsi. Melalui hubungan antar manusia

terpenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia, antara lain: kebutuhan akan kasih sayang,

dalam arti seseorang dapat menerima dan memberikan kehangatan dan keramahan;

kebutuhan inklusi, dalam arti seseorang dapat mengalami perasaan bahwa kita saling

memiliki dan mampu menunjukkan perasaan terhadap orang lain sesuai dengan pesan

yang mereka miliki; kebutuhan akan kesenangan, dalam arti berbagi kebahagiaan dan

menyenangkan); kebutuhan untuk melarikan diri, dalam arti membolehkan seseorang

untuk mengalihkan diri; dan kebutuhan akan kontrol, dalam arti memberikan kebebasan

untuk mengelola kehidupannya sendiri dan mempengaruhi orang lain) (Rubin, Perse, &

Barbato, 1988).

Kita belajar tentang kompleksitas hubungan antar manusia sebagai juga kita

mempelajari komunikasi. Kita belajar, pertama, bahwa orang lain dalam hubungan yang

sangat berbeda satu sama lain. Kita belajar bahwa mereka dapat menerima atau

meremehkan kita. Kita belajar bahwa mereka dapat berperilaku seolah-olah mereka

lebih unggul atau lebih rendah dari kita. Kita juga belajar bahwa diantara mereka ada

yang mungkin didekati atau sangat formal. Pastinya orang-orang tidak dapat

dipertukarkan satu sama lain.

Hubungan antar manusia tidak bersifat netral. Kita juga belajar bahwa peran kita dalam

interaksi dengan orang lain dapat membantu atau berbahaya. Melalui komunikasi dapat

berbagi informasi pribadi yang membangun kepercayaan dan raport. Informasi pribadi

yang sama dapat digunakan untuk menghina atau mempermalukan orang lain.

Sementara beberapa hubungan meningkatkan dukungan sosial, yang lain penuh dengan

penipuan dan konflik.

Kita belajar bahwa setiap orang dalam hubungan antar manusia ikut membangun

realitas hubungan yang terjadi. Keluarga, misalnya, adanya kesempatan suka bercerita

pengalaman mereka yang buruk ketika berlibur, ketika melakukan perjalanan

37

Page 38: MPKT A BUKU 2

keberbagai tempat, atau ketika beberapa kejadian khusus yang positif atau negatif

terjadi. Dengan adanya kesempatan saling bercerita akan membangun pola hubungan

tertentu. Pola hubungan yang terjadi mungkin positif apabila sebagai anggota keluarga

menekankan perasaan mereka rasa memiliki dan identitas mereka sebagai anggota

keluarga. Di lain pihak, cerita yang disampaikan oleh anggota keluarga mungkin saja

akan membentuk pola hubungan yang sangat negatif sebagai orang menipu orang lain

dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menutupi tindakan kriminal

seperti penggunaan narkoba, pelecehan anak, atau pembunuhan. Tentunya demikian

pula hubungan antar manusia yang terjadi didunia kampus, antar pengajar, antar

mahasiswa, dan antara pengajar dan mahasiswa masing-masing memiliki andil yang

besar dalam membangun pola hubungan yang akan terbentuk.

Hubungan antar manusia kompleks. Melalui studi komunikasi, akan memperjelas

variabel yang terlibat dalam hubungan antar manusia, petunjuk verbal dan nonverbal

yang diberikan, pengaruh waktu, sifat hubungan, dan tujuan manusianya. Dengan

demikian dengan pemahaman tentang proses komunikasi akan jauh lebih siap untuk

terlibat dalam hubungan antar manusia.

Orang yang memiliki keterampilan komunikasi juga mengalami kepuasan relasional

lebih besar (Egeci & Gencoz, 2006). Jika kitamenerima pendidikan dalam keterampilan

komunikasi, lebih mungkin untuk melaporkan kepuasan hubungan yang lebih besar

daripada mereka yang tidak menerima pendidikan tersebut (Ireland, Sanders, &

Markie-Dodds, 2003). Hubungan antara keterampilan komunikasi dan kepuasan hidup

yang kuat. Koneksi berlaku dalam konteks kesehatan (Dutta-Bergman, 2005), termasuk

situasi di mana anggota keluarga yang mengalami penyakit yang mengancam jiwa

(Manne dkk, 2006).

d. Mempelajari komunikasi dapat mengajarkan seseorang akan pentingnya keterampilan

hidup. Mempelajari komunikasi berarti pula belajar keterampilan penting lainnya yang

akan digunakan dalam menjalankan kehidupannya, seperti berpikir kritis, pemecahan

masalah, pengambilan keputusan, resolusi konflik, membangun tim, melek media, dan

berbicara di depan orang banyak. (Allen, Berkowitz, Hunt, dan Louden, 1999)

38

Page 39: MPKT A BUKU 2

e. Mempelajari komunikasi dapat membantu kita menggunakan kebebasan konstitusional

karena kita memahami bagaimana berkomunikasi secara efektif. Beberapa negara

memiliki hak untuk mengajak warganya untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide

mereka, namun kebebasan berbicara adalah penting untuk suatu bentuk pemerintahan

yang demokratis. Menjadi warga negara berlatih dalam suatu masyarakat demokratis

berarti mengetahui tentang isu-isu saat ini dan mampu berbicara tentang mereka dalam

percakapan, presentasi, dan melalui media massa, tetapi juga melibatkan kemampuan

untuk menelaah secara kritis pesan yang disampaikan orang lain.

Pemahaman kita tentang komunikasi membentuk kehidupan politik kita pula.

Komunikasi massa dan teknologi komunikasi secara tajam telah mengubah proses

politik. Hari ini orang lebih banyak memiliki kesempatan untuk menerima informasi

daripada sebelumnya. Melalui media massa, orang-orang di lokasi terpencil serta

informasi seperti ini di pusat-pusat kota besar. Masalah mendesak dapat perhatian

segera.

Dengan menguasai keterampilan komunikasi, memiliki kesempatan untuk menjadi

anggota yang berfungsi penuh dari masyarakat demokratis. Namun juga memiliki beban

tambahan agar memiliki pemahaman tentang media dan teknologi informasi lainnya.

Mempelajari komunikasi akan membantu kita belajar bagaimana berbicara secara

efektif, menganalisisargumen, mensintesis sejumlah besar informasi, dan kritis

mengkonsumsi informasi dari berbagai sumber. Masa depan masyarakat kita tergantung

pada penguasaan tersebut.

f. Mempelajari komunikasi dapat membantu kita sukses secara profesional. Sebuah iklan

lowongan pekerjaan di koran akan memberikan pemahaman langsung tentang

pentingnya meningkatkan pengetahuan dan praktek komunikasi. Di bawah ini akan

ditunjukkan beberapa iklan lowongan kerja dari koran atau internet seperti ini:

39

Page 40: MPKT A BUKU 2

1) "Kami membutuhkan orang yang berorientasi pada hasil, secara profesional

berpengalaman, mampu melakukan komunikasi dengan baik dan inovator"

membaca satu iklan untuk seorang manajer pemasaran.

2) Berikutnya satu untuk seorang analis pemasaran, berbunyi, "Anda harus kreatif,

ingin tahu, dan seorang komunikator yang baik, baik secara tertulis dan lisan."

3) Sebuah iklan untuk spesialis trainer hendaknya memiliki " keterampilan presentasi

yang baik, keterampilan komunikasi verbal dan tertulis, dan kemampuan untuk

berinteraksi dengan semua tingkat dalam organisasi”.

Sebagai orang yang berpendidikan dalam komunikasi, kita akan lebih mudah

mendapatkan pekerjaan yang lebih diinginkan (Bardwell, 1997; Cockrum, 1994:

Peterson, 1997: Ugbah & Evuleocha, 1992 dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan

Harter, 2011). Banyak profesi yang keberhasilannya ditentukan oleh keterampilan

komunikasi. Profesional di bidang-bidang seperti akuntansi, audit, perbankan,

konseling, teknik, higiene industri, ilmu informasi, humas, dan penjualan semua ditulis

tentang pentingnya kemampuan komunikasi lisan (Hanzevack & McKean, 1991; Horton

& Brown, 1990; LaBar , 1994; Messmer, 1997; Nisberg, 1996; Ridley, 1996; Simkin,

1996, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Akhir-akhir ini, profesional

di bidang industri komputer (Coopersmith, 2006; Glen, 2006), genetika dan ilmu

pengetahuan (Bubela, 2006), pertanian dan peternakan (Harper, 2006), pendidikan

(Lavin Colky & Young, 2006), dan kebidanan (Nicholls & Webb, 2006) telah

menekankan pentingnya keterampilan komunikasi bagi karyawannyal. Berbagai karir

ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi yang penting di seluruh jajarannya.

Menurut banyak ahli yang dikutip oleh Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011)

salah satu satu yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan keterampilan

komunikasi yaitu dalam kontak pertama dengan orang lain. Dengan mempelajari

komunikasi, keterampilan wawancara Anda akan ditingkatkan. Lebih lanjut, personil

pewawancara mencatat bahwa keterampilan komunikasi lisan, secara umum, secara

signifikan mempengaruhi keputusan diterima atau tidaknya seorang calon karyawan

(Peterson, 1997). Salah satu survei menunjukkan bahwa personil manajer yang efektif

diidentifikasi berbicara dan mendengarkan sebagai faktor paling penting dalam

mempekerjakan orang (Curtis, Winsor, & Stephens, 1989). Dalam survei lain,

40

Page 41: MPKT A BUKU 2

pengusaha mengidentifikasi keterampilan yang paling penting bagi lulusan perguruan

tinggi memiliki kemampuan komunikasi lisan, kemampuan interpersonal, kerjasama,

dan kemampuan analitis (Collins & Oberman, 1994).

Keterampilan komunikasi penting tidak hanya di awal karir Anda, tetapi sepanjang

rentang kehidupan kerja. Dauphinais (1997) mengamati bahwa kemampuan komunikasi

dapat meningkatkan mobilitas dalam karir seseorang. Eksekutif bisnis mencatat

pentingnya kompetensi komunikasi (Argenti & Forman, 1998; Reinsch & Shelby,

1996). Akhirnya, keterampilan komunikasi adalah salah satu prioritas utama bagi

pekerja.

g. Mempelajari komunikasi dapat membantu Anda mengendalikan dunia yang semakin

beragam. Ketika kita berjalan-jalan di mal, uang deposito di bank, pergi ke bioskop,

atau bekerja di pekerjaan Anda, kemungkinan besar bahwa sekitar satu dari setiap lima

orang yang datang ke konter akan berbicara dengan bahasa Inggris sebagai bahasa

kedua. Belajar bagaimana komunikasi di dunia sekarang ini, apakah bahasa Inggris

adalah bahasa pertama atau tidak, memerlukan pemahaman tentang komunikasi dan

budaya dan bagaimana dua konsep terkait.

5.2 Pengertian komunikasi

Setelah memahami tentang pentingnya komunikasi, selanjutnya perlu dipelajari secara tepat

pengertian tentang komunikasi. Komunikasi adalah konsep yang tidak mudah untuk sampai pada

definisi yang tepat dan memuaskan untuk sebagian besar dari mereka yang menganggap dirinya

ahli komunikasi. Namun sebagian besar ahli memiliki pandangan yang sama, bahwa komunikasi

adalah begitu dalam berakar pada perilaku manusia dan struktur masyarakat yang sulit untuk

memikirkan kegiatan sosial atau perilaku yang tidak ada komunikasi.

Komunikasi berasal dari kata Latin communicare, yang berarti "untuk membuat umum" atau

"untuk berbagi". Sedangkan menurut Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), komunikasi

dapat didefinisikan sebagai proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna. Komunikasi

dianggap suatu proses karena kegiatan, pertukaran, atau satu set perilaku-bukan produk yang

tidak berubah. David Berlo, 1960, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), seorang

pionir dalam bidang komunikasi, mungkin memberikan pernyataan paling jelas tentang

41

Page 42: MPKT A BUKU 2

komunikasi sebagai suatu proses. Jika kita menerima konsep proses, kita melihat peristiwa dan

hubungan yang dinamis, berkelanjutan, terus berubah, terus menerus. Ketika kita label sesuatu

sebagai suatu proses, berarti komunikasi sebagai proses tidak memiliki awal, akhir, urutan tetap

kejadian.

Gambaran tiga orang mahasiswa yang sedang melakukan pertemuan di selasar antara kelas

dan saling berbicara dengan bertukar beberapa kalimat. Kejadian ini tidak dimulai dan berakhir

dengan kata-kata pertama dan kalimat terakhir yang diutarakan ketiga mahasiswa tersebut

walaupun mereka semua berhenti untuk saling berbicara satu sama lain. Ada kemungkinan

hubungan mereka dimulai sebelum pertemuan ini, karena mereka semua tampaknya memiliki

pemahaman umum apa yang dikatakan, Ada kemungkinan mereka berbagi pengalaman yang

sama membentuk persepsi mereka. Kemungkinan lain, bahwa pertemuan singkat ini tidak

berakhir ketika ketiga mahasiswa itu pergi dengan cara mereka, melainkan bahwa mereka

berpikir tentang konservasi mereka di kemudian hari atau yang mengarah ke pertemuan lain

akhir minggu ini. Dengan kata lain, sebuah kejadian tidak dapat menangkap semua yang terjadi

selama komunikasi, sebuah proses yang dimulai sebelum kata-kata mulai dan berakhir lama

setelah akhir kata.

5.3 Komponen Komunikasi

Bagaimana komunikasi dalam tindakan benar-benar bekerja ditentukan oleh komponen yang

ada. Komponen komunikasi terdiri atas orang-orang, pesan, kode, saluran, umpan balik,

encoding dan decoding, dan kebisingan (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).

a. Orang

Orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi memiliki dua peran, baik sebagai sumber

dan penerima pesan. Sebagai sumber yang menyampaikan pesan, dan penerima adalah sasaran

pesan. Karakteristik individu, termasuk ras, jenis kelamin, usia, budaya, nilai, dan sikap,

mempengaruhi cara orang mengirim dan menerima pesan.

b. Pesan

Pesan adalah bentuk verbal dan non verbal ide, pikiran, atau perasaan bahwa satu orang (sumber)

ingin berkomunikasi dengan orang lain atau sekelompok orang (penerima). Pesan adalah isi dari

interaksi. Pesan berisi simbol-simbol yang digunakan untuk berkomunikasi yang dapat berupa

42

Page 43: MPKT A BUKU 2

ide-ide, ekspresi wajah, gerakan tubuh, gerakan, kontak fisik, nada suara, dan kode nonverbal

lainnya. Ada pesan yang relatif pendek dan mudah untuk dipahami atau panjang dan rumit.

c. Saluran atau Media

Saluran atau Media adalah sarana penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan.

Sebuah pesan bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari satu orang ke orang lain, dengan

melakukan perjalanan melalui media, atau saluran. Airwaves, gelombang suara, kabel tembaga

twinted, serat kaca, dan kabel semua saluran komunikasi. Airwaves dan kabel adalah dua dari

berbagai saluran melalui mana kita menerima pesan televisi. Pesan radio bergerak melalui

gelombang suara. Komputer gambar (dan suara, jika ada) perjalanan melalui cahaya dan

gelombang suara. Dalam komunikasi orang ke orang, pengiriman pesan melalui saluran

gelombang suara dan gelombang cahaya yang memungkinkan penerima untuk melihat dan

mendengar apa yang disampaikan sumber.

d. Umpan balik

Umpan balik adalah respon penerima baik verbal dan nonverbal untuk pesan yang disampaikan

sumber. Idealnya, penerima menanggapi pesan-pesan yang disampaikan sumber atau pengirim

dengan memberikan umpan balik sehingga sumber mengetahui pesan diterima sebagaimana

dimaksud. Umpan balik adalah bagian dari setiap situasi komunikasi. Bahkan tidak ada

tanggapan, atau diam, adalah umpan balik, seperti perilaku gelisah dan bingung terlihat dari

mahasiswa di ruang kuliah. Misalkan pada waktu mahasiswa ingin mencari kamar kecil yang

belum pernah tahu sebelumnya.

e. Kode

Sebuah kode adalah susunan sistematis simbol yang digunakan untuk membuat makna dalam

pikiran orang lain atau orang-orang. Sebuah komputer membawa pesan melalui kode pada kabel

atau kawat serat; ketika berkomunikasi dengan orang lain menggunakan kode yang disebut

"bahasa". Kata, frasa, dan kalimat menjadi "simbol" yang digunakan untuk membangun

gambaran, pikiran, dan ide-ide dalam pikiran orang lain. Jika seseorang membelalakan matanya

merupakan tanda marah bagi orang lain.

Kode verbal dan nonverbal adalah dua jenis kode yang digunakan dalam komunikasi. Kode

verbal terdiri dari simbol dan pengaturan tata bahasa mereka. Semua bahasa adalah kode. Kode

43

Page 44: MPKT A BUKU 2

nonverbal terdiri dari semua simbol yang bukan kata-kata, termasuk gerakan tubuh, penggunaan

ruang dan waktu, pakaian dan ornamen lainnya, dan suara selain kata-kata.

f. Encoding dan Decoding

Komunikasi melibatkan penggunaan kode, proses komunikasi dapat dilihat sebagai salah satu

encoding dan decoding. Encoding didefinisikan sebagai proses menerjemahkan ide atau

pemikiran ke kode. Decoding adalah proses untuk menempatkan berarti bahwa ide atau

pemikiran. Misalnya, kita tertarik untuk membeli baju untuk kekasih yang berulang tahun. Kita

mencoba untuk menggambarkan baju yang cocok untuk kekasih kita itu, yang dapat membantu

kita ketika akan membelinya. Kita mencoba memvisualisasikan baju dengana warna hitam,

desain sederhana, dan berupa celana panjang yang disukai oleh kekasih kita itu. Menempatkan

visi ini menjadi kata-kata dan memberitahu kepada kekasih tersebutlah yang disebut sebagai

encoding. Setelah mendengarkan apa yang disampaikan, kekasih kita akan membayangkan

seperti apa baju yang akan kita hadiahkan, yang disebut sebagai decoding. Tapi baju apa

konkritnya yang akan hadiahkan belum tentu sesuai dengan apa yang dibayangkan oleh kekasih

kita. Seperti yang Anda lihat, kesalahpahaman sering terjadi karena keterbatasan bahasa dan

ketidakcukupan deskripsi. Meskipun demikian, encoding dan decoding sangat penting dalam

berbagi pikiran, gagasan, dan perasaan dengan orang lain.

g. Kebisingan

Dalam proses komunikasi, kebisingan adalah setiap gangguan pada proses encoding dan

decoding yang mengurangi kejelasan pesan. Kebisingan dapat fisik, seperti suara keras,

mengganggu pemandangan, seperti sepotong makanan di antara gigi depan seseorang, atau

perilaku yang tidak biasa, seperti seseorang berdiri terlalu dekat untuk kenyamanan. Kebisingan

dapat berupa mental, psikologis, atau semantik, seperti lamunan tentang orang yang dicintai,

khawatir tentang suatu kejadian, sakit kepala, atau ketidakpastian tentang apa kata orang lain

maksud.

5.4 Jenis Komunikasi

Ada berbagai jenis komunikasi tetapi mereka dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis dasar

komunikasi. Keempat jenis komunikasi adalah sebagai berikut:

44

Page 45: MPKT A BUKU 2

5.4.1 Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal meliputi suara, kata, bahasa dan berbicara. Bahasa dikatakan berasal dari

suara dan gerak tubuh. Ada banyak bahasa yang diucapkan di dunia. Dasar-dasar pembentukan

bahasa adalah: gender, kelas, profesi, wilayah geografis, kelompok umur dan elemen sosial

lainnya. Berbicara adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dan diklasifikasikan menjadi

dua yaitu jenis. interpersonal komunikasi dan berbicara di depan umum.

5.4.2 . Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non-verbal melibatkan cara-cara fisik dari komunikasi, seperti, nada, sentuhan,

suara, dan gerak tubuh. Komunikasi non-verbal dapat pula berupa gerakan kreatif dan estetika

termasuk menyanyi, bermain musik, menari dan memahat. Simbol dan bahasa isyarat juga

termasuk dalam komunikasi non-verbal. Bahasa tubuh adalah cara non-verbal komunikasi.

postur tubuh dan kontak fisik menyampaikan banyak informasi. postur tubuh banyak hal ketika

Anda berkomunikasi secara lisan kepada seseorang. Contoh lain dari komunikasi nonverbal

adalah kontak fisik, seperti, berjabat tangan, mendorong, menepuk-nepuk dan menyentuh

mengungkapkan rasa keakraban. Ekspresi wajah, perilaku, dan kontak mata adalah cara-cara

komunikasi yang berbeda. Membaca ekspresi wajah dapat membantu Anda mengetahui

seseorang yang lebih baik.

5.4.2 Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis berupa tulisan kata-kata yang ingin disampaikan pada waktu berkomunikasi.

Komunikasi tertulis yang baik sangat penting untuk tujuan pendidikan dan bisnis. Komunikasi

tertulis dapat dipraktekkan dalam berbagai bahasa. E-mail, laporan, artikel dan memo adalah

beberapa cara menggunakan komunikasi tertulis dalam pendidikan dan bisnis. Komunikasi

tertulis dapat diedit dan diubah berkali-kali sebelum dikomunikasikan kepada pihak kedua

kepada siapa komunikasi dimaksudkan. Ini adalah salah satu keuntungan utama menggunakan

tulisan sebagai sarana utama komunikasi dalam kegiatan usaha. komunikasi tertulis yang

digunakan tidak hanya dalam pendidikan dan bisnis saja, tapi juga untuk tujuan komunikasi

informal. Mobile SMS adalah contoh komunikasi tertulis informal.

45

Page 46: MPKT A BUKU 2

5.4.3 Komunikasi visual

Komunikasi visual adalah tampilan visual dari informasi, seperti, topografi, fotografi, tanda,

simbol dan desain. Televisi dan video klip adalah bentuk elektronik komunikasi visual.

Jenis komunikasi yang meningkat dari hari ke hari dapat membantu kejelasan dan

menghilangkan ambiguitas dalam komunikasi.

5.5 Tingkat Komunikasi

Komunikasi terjadi dalam konteks suatu keadaan atau situasi. Komunikasi dapat terjadi antara

dua teman, di antara beberapa kenalan bisnis dalam suatu kelompok kecil, dan antara dosen dan

mahasiswanya di dalam kelas. Pada banyak perguruan tinggi dan universitas, program

komunikasi terjadi dalam konteks: komunikasi interpersonal, wawancara, komunikasi dalam

suatu kelompok kecil, berbicara di depan banyak orang (public speaking), dan komunikasi

massa. Jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi mempengaruhi jenis komunikasi yang

terjadi. Kita dapat berkomunikasi dengan diri sendiri, dengan orang lain, atau dengan banyak

orang lain. Perbedaan antara situasi ini mempengaruhi pilihan kita dari kode yang paling tepat

verbal dan non verbal.

5.5.1 Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal-adalah komunikasi yang menggunakan bahasa atau pemikiran internal

sebagai kommunikator. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan individu sekaligus

menjadi pengirim dan penerima pesan, memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri dalam

proses internal yang sedang berlangsung.

Komunikasi intrapersonal dapat mencakup:

Bermimpi

Melakukan introspeksi diri

Berbicara dengan suara keras (berbicara kepada diri sendiri), membaca keras, mengulangi

apa yang didengar, kegiatan tambahan dari berbicara dan mendengar apa yang

dipikirkan, membaca atau mendengar yang dapat meningkatkan konsentrasi dan retensi.

Hal ini dianggap normal, dan berbeda dari orang yang satu dengan orang lainnya.

46

Page 47: MPKT A BUKU 2

Menulis (dengan tangan, atau dengan pengolah kata, dll) hasil pikiran atau pengamatan:

kegiatan tambahan, di atas berpikir, menulis dan membaca kembali lagi yang dapat

meningkatkan pemahaman diri ("Bagaimana saya tahu apa yang saya maksud sampai aku

lihat apa yang saya katakan ") dan konsentrasi. Kegiatan ini dapat membantu dalam

memetakan pikiran seseorang, di samping menghasilkan catatan yang dapat digunakan

kemudian hari. Menyalin teks untuk membantu menghafal juga masuk dalam kategori

ini.

Melakukan sesuatu sambil berpikir: aktivitas tambahan, di atas pemikiran, dari gerakan

tubuh, suatu cara yang dapat meningkatkan konsentrasi, membantu dalam pemecahan

masalah, dan membantu memori.

Mengambil keputusan, misalnya menafsirkan peta, teks, tanda, dan simbol.

Menginterpretasikan komunikasi non-verbal, misalnya gerakan dan kontak mata.

Komunikasi antara bagian tubuh; misalnya "Perut saya memberitahu saya sudah

waktunya untuk makan siang."

merenungkan alternatif dalam pikiran.

Komunikasi intrapersonal juga mencakup kegiatan seperti pemecahan masalah internal,

menyelesaikan konflik internal, perencanaan untuk masa depan, dan mengevaluasi diri sendiri dan

hubungan dengan orang lain.

5.5.2 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh para ahli komunikasi dalam berbagai cara,

meskipun definisi paling banyak: melibatkan peserta yang saling bergantung satu sama lain dan

menuntut keterampilan berbicara dan mendengar. Saluran komunikasi yang dipilih adalah

medium untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima. Saluran komunikasi dapat

dikategorikan ke dalam dua kategori utama: saluran komunikasi langsung dan tidak langsung.

Saluran langsung adalah mereka yang jelas dan dapat dengan mudah dikenali oleh penerima.

Mereka juga berada di bawah kontrol langsung dari pengirim. Dalam kategori ini adalah saluran

verbal dan non-verbal komunikasi. saluran komunikasi verbal adalah mereka yang menggunakan

kata-kata dalam beberapa cara, seperti komunikasi tertulis atau komunikasi lisan. saluran

komunikasi non-verbal adalah mereka yang tidak memerlukan kata-kata, seperti ekspresi wajah

47

Page 48: MPKT A BUKU 2

terbuka tertentu, gerakan tubuh terkontrol (seperti yang dibuat oleh polisi lalu lintas untuk

mengendalikan lalu lintas di persimpangan), warna (merah untuk bahaya, berarti hijau pergi dll),

suara (sirene, alarm dll). Saluran tidak langsung adalah saluran yang biasanya diakui secara sadar

oleh penerima, dan bukan di bawah kontrol langsung dari pengirim. Ini termasuk gerakan atau

bahasa tubuh, yang mencerminkan emosi batin dan motivasi daripada pesan yang disampaikan

sebenarnya. Ini juga mencakup hal jelas, seperti "firasat", "firasat" atau "pertanda".

Menurut Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), diad dan komunikasi kelompok

kecil adalah dua himpunan bagian dari komunikasi interpersonal. Komunikasi diad hanya

melibatkan dua orang, seperti wawancara dengan seorang atasan atau seorang guru, pembicaraan

dengan orang tua, pasangan, atau anak, dan interaksi dengan orang yang belum dikenal

sebelumnya, kenalan, dan teman-teman. Komunikasi kelompok kecil adalah proses

menggunakan pesan untuk menghasilkan makna dalam sebuah kelompok kecil orang (Brilhart &

Galanes, 1998). Komunikasi dalam kelompok kecil, terjadi dalam keluarga, kelompok kerja,

kelompok pendukung, kelompok agama, dan kelompok belajar.

Komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses seperti menjadi orang tua, hubungan

yang akrab, manajemen, penjualan, konseling, pendidikan, mentoring, dan manajemen konflik.

5.5.3 Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok mengacu pada sifat dari komunikasi yang terjadi dalam kelompok antara

3 sampai 12 orang. Komunikasi kelompok kecil umumnya terjadi dalam konteks yang

menggambungkan interaksi komunikasi interpersonal dengan pengelompokan sosial.

5.5.4 Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna dalam situasi

di mana satu sumber mengirimkan pesan ke banyak penerima, yang disertai komunikasi

nonverbal, dan kadang-kadang dengan mengajukanpertanyaan dan jawaban atau umpan balik.

Dalam komunikasi publik sumber menyesuaikan pesan ke penerima pesan dalam upaya untuk

mencapai pemahaman maksimum. Adakalanya hampir semua penerima atau audiens memahami

pesan pembicara; kali lain banyak penerima pesan atau audiens gagal untuk memahami.

Komunikasi publik, atau berbicara di depan umum dan pesan dikemas dalam struktur

perencanaan yang bentuknya formal. Komunikasi publik paling sering digunakan untuk tujuan

48

Page 49: MPKT A BUKU 2

menginformasikan atau membujuk, tetapi juga dapat pula untuk tujuan menghibur,

memperkenalkan suatu produk, mengumumkan suatu informasi atau keputusan, dan ungkapan

selamat datang. Bentuk komunikasi public antara lain: kuliah di dalam ruangan kelas, seminar

atau ceramah di ruang aula atau auditorium, dan ibadah. Komunikasi publik juga dilakukan

ketika seorang politisi mencoba untuk meyakinkan para calon pemilih melalui kegiatan

kampanye, atau ketika memperkenalkan pembicara tamu untuk khalayak dengan jumlah yang

besar. Rumah pruduksi menggunakannya untuk mempromosikan film mereka. Tidak ada

kebijakan atau produk bisa berhasil tanpa pesan cerdasyang ditargetkan untuk khalayak yang

tepat dengan cara yang kreatif dan inovatif.

5.5.5 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan untuk menghasilkan makna, antara

sumber dan sejumlah besar penerima yang melibatkan beberapa sistem transmisi (mediator).

Ketika kita menonton acara TV favorit, sinyal akan diperoleh dari sebuah studio siaran melalui

satelit atau sistem kabel dan kemudian dari sistem akan sampai ke TV kita: Mediatornya adalah

saluran, metode distribusi. Jenis komunikasi ini disebut "massa" karena pesan tersebut masuk ke

koran dan majalah pembaca, pemirsa TV, dan pendengar radio. Komunikasi massa sering

diajarkan pada sebuah perguruan tinggi, yang mengajarkan komunikasi radio dan televisi, atau

jurnalisme.

Orang yang mempelajari komunikasi massa mungkin tertarik dalam proses melalui saluran atau

media apa komunikasi ditransmisikan. Atau, mereka mungkin tertarik dalam efek media pada

masyarakat dan srudi persuasi atau bagaimana opini publik diciptakan dan diubah. Komunikasi

massa telah mengalami peningkatan peminat karena kesempatan untuk melakukan komunikasi di

Internet semakin diperluas. Saat ini banyak mahasiswa yang tertarik pada konvergensi media

atau cara penyiaran, penerbitan, dan komunikasi digital sekarang berkumpul, dan dalam

beberapa kasus membentuk suatu wadah tersendiri.

5.5.6 Komunikasi Melalui Komputer

Secara khusus Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011) mengemukakan komunikasi lain:

Komunikasi Melalui Komputer, meliputi komunikasi manusia dan berbagi informasi melalui

jaringan komputer. Komunikasi Melalui Komputer ini membutuhkan keaksaraan digital, yaitu

kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang tersedia

49

Page 50: MPKT A BUKU 2

melalui komputer. Pesan e-mail, tulisan diskusi kelompok, catatan newsgroup, pesan instan,

pesan teks, dan twitters berfungsi sebagai pesan manusia yang secara terus menerus melayani

sebagai sumber atau penerima dari pesan-pesan. Dengan cara yang sama, konvergensi media

telah menjadi jalan penting dari penelitian tentang komunikasi massa, konvergensi teknologi

telah menggelitik minat para sarjana dan praktisi. Konvergensi teknologi memfokuskan diri pada

sistem teknologi, termasuk suara, data, dan video. Pertimbangkan berbagai perangkat elektronik

digunakan saat ini dan apa yang mungkin telah digunakan lima tahun yang lalu untuk

mendapatkan beberapa pemahaman tentang seberapa cepat perubahan ini terjadi.

5.6 Hambatan dalam Komunikasi

Banyak orang menganggap berkomunikasi itu mudah. Anggapan ini muncul setelah banyak yang

sudah kita lakukan sepanjang hidup kita. Ada beberapa kebenaran dalam pandangan sederhana.

Akan tetapi apabila kita telusuri lebih jauh lagi ternyata tidak selalu komunikasi berhasil dengan

efektif. Ada beberapa kemungkinan yang membuat komunikasi dirasakan rumit, sulit, dan

menimbulkan frustrasi . Berikut adalah tujuh hambatan yang dapat membuat proses komunikasi

tidak berjalan efektif.

5.6.1 Hambatan Fisik.

Hambatan fisik di lingkungan kampus meliputi:

Ditandai wilayah, semacam ekslusivitas di mana orang asing tidak diperbolehkan

Pintu ruangan dosen tertutup, ada layar penghalang, wilayah yang terpisah untuk orang

yang berbeda status

Wilayah kerja besar atau bekerja dalam satu unit yang secara fisik terpisah dari orang

lain.

Penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor paling penting dalam membangun tim kohesif

adalah kedekatan. Selama orang masih memiliki ruang pribadi yang mereka dapat memanggil

mereka sendiri, kedekatan kepada orang lain bantu komunikasi karena itu membantu kita

mengenal satu sama lain.

5.6.2 Hambatan persepsi.

50

Page 51: MPKT A BUKU 2

Masalah dengan berkomunikasi dengan orang lain adalah bahwa kita semua melihat dunia

adakalanya berbeda. Pikiran, asumsi dan persepsi kita akan membentuk realitas kita sendiri.

Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah merasa takut apabila diminta untuk

datang ke ruang dosen, berbeda dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Penyebab utamanya adalah persepsi “diminta untuk ke ruang dosen” bagi mahasiswa yang

kurang percaya diri adalah ada teguran atau sudah melakukan suatu kesalahan, dilain pihak

mahasiswa yang percaya diri dapat saja menganggap akan memperoleh kesempatan baik. Lebih

jauh mengenai persepsi telah dibahas dalam topic persepsi.

5.6.3 Hambatan emosional.

Salah satu hambatan utama untuk membuka dan komunikasi bebas adalah hambatan emosional.

Hal ini terutama terdiri dari ketakutan, ketidakpercayaan dan kecurigaan. Akar dari

ketidakpercayaan emosional kita terhadap orang lain terletak pada masa kecil kita dan masa

kanak-kanak ketika kita diajarkan untuk berhati-hati apa yang kita katakan kepada orang lain.

"Pikiran Anda P dan Q"; "Jangan bicara sampai kau berbicara dengan"; "Anak-anak harus dilihat

dan tidak mendengar". Akibatnya banyak orang menahan diri dari mengkomunikasikan pikiran

dan perasaan kepada orang lain. Mereka merasa rentan. Sementara beberapa orang mungkin

bijak dalam hubungan tertentu, ketakutan yang berlebihan dari apa yang orang lain mungkin

menganggap kami bisa mencapait perkembangan sebagai komunikator yang efektif dan mampu

untuk membentuk hubungan yang bermakna.

5.6.4 Hambatan budaya.

Ketika kita bergabung dalam kelompok dan ingin tetap di dalamnya, cepat atau lambat kita perlu

mengadopsi pola perilaku kelompok. Kelompok bermanfaat bagi penguatan perilaku tersebut

melalui tindakan pengakuan, persetujuan dan inklusi. Dalam kelompok yang senang menerima

anggotanya, dan anggota kelompok tersebut dengan senang hati akan menyesuaikan diri, terjadi

mutualitas kepentingan dan tingkat kepuasan menang-menang. Namun demikian, apabila

terdapat hambatan untuk menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok, tidak terjadi komunikasi

yang baik.

5.6.5 Hambatan Bahasa.

51

Page 52: MPKT A BUKU 2

Bahasa yang menggambarkan apa yang kita ingin katakan dalam dapat menjadi sumber

hambatan komunikasi kita dengan orang lain yang tidak akrab dengan ekspresi kita dan jargon.

6 Kepemimpinan dan Kelompok

"Kepemimpinan sehalus melodi Mozart. Musik ada dan tiada. Musik tertulis di

halaman, tapi itu tidak akan berarti apa-apa apabila tidak ditampilkan dan

didengar. Banyak tidaknya efek tergantung pada pelaku dan pendengarnya.

Pemimpin terbaik, seperti musik terbaik, menginspirasi kita untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan baru. "

M.Kur (1997: p. 271)

Para pemimpin kelompok atau organisasi menghadapi tantangan serupa. Sementara mereka

tidak perlu membawa pasukan mereka ke medan perang, pemimpin organisasi harus memahami

lingkungan di mana mereka beroperasi, menetapkan tujuan dan sasaran, dan memotivasi

karyawan mereka untuk mencapai keunggulan untuk "pertempuran" di pasar global. Selain itu

para pemimpin harus memimpin "pasukan" dengan cara yang memungkinkan mereka tidak

hanya untuk melakukan tugas-tugas yang diperlukan, tetapi juga untuk berpartisipasi dalam

sehari-hari keputusan yang mempengaruhi mereka. Anggota kelompok atau organisasi berharap

untuk memainkan peran yang lebih berarti dalam kegiatan kelompok atau organisasi daripada di

masa lalu, menterjemahkan perintah dan pendekatan kontrol untuk kepemimpinan tidak akan

banyak manfaatnya.

6.1 Apa itu Kepemimpinan?

a. Suatu proses pengaruh sosial untuk memindahkan individu dan kelompok menuju

pencapaian tujuan tertentu

b. Berbagi visi dan pengikut yang terlibat dalam visi itu.

c. Kemampuan untuk menggerakkan organisasi ke arah tingkat kinerja yang lebih tinggi

dengan mengubah visi menjadi tindakan yang signifikan.

52

Page 53: MPKT A BUKU 2

d. Merupakan suatu hubungan. Kepemimpinan hanya ada kalau ada pengikut, dan

efektivitas hubungan langsungnya bervariasi hingga pada tingkat kepercayaan

dalam hubungan tersebut. Sementara itu beberapa orang mungkin lebih atau

kurang percaya daripada yang lain, dan kepercayaan ada (dan berkembang)

dalam hubungan tersebut.

e. Dapat diamati, dipelajari, seperangkat praktek dan keterampilan yang berkaitan dengan

hubungan interpersonal. "Siapa pun yang ingin menjadi pemimpin dapat meningkatkan

kemampuannya melalui pelatihan, praktek, dan umpan balik."

f. Sebuah integrasi teori, proses, dan kesadaran bahwa apa yang efektif dalam satu situasi

mungkin tidak efektif di negara lain. Kepemimpinan yang efektif membutuhkan

kemampuan untuk menilai situasi (dan orang yang terlibat), membandingkannya dengan

pengalaman sebelumnya dan praktek, dan mengembangkan pendekatan yang akan fit tapi

tetap cukup fleksibel untuk menyesuaikan dengan situasi yang membutuhkan. Pemimpin

yang efektif juga mengambil waktu untuk merenungkan tindakan dan perilaku mereka

untuk menilai secara objektif apa yang berhasil dan apa yang tidak. Singkatnya,

pemimpin yang efektif adalah belajar terus menerus.

6.2 Karakteristik Kepemimpinan yang Efektif

Setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin besar. Bahkan

beberapa yang awalnya sederhana, seperti Abraham Lincoln dan Jenderal Sudirman, telah

naik ke posisi kepemimpinan dan mempengaruhi banyak orang dan bahkan bangsa. Anda

mungkin berpikir. "Tapi aku hanya seorang mahasiswa," atau "Saya tidak pintar” atau

“Orang tua saya tergolong tidak mampu”. Tidak ada cetakan tunggal untuk menjadi

pemimpin besar. Mereka ada yang perempuan (misalnya Sri Mulyani) dan laki-laki, tua

dan muda, berbadan sehat dan fisik ditantang, dan datang dari semua bangsa dan latar

belakang sosial ekonomi. Jadi, apa yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin besar?

Menurut Kouzes dan Posner (1993), para pemimpin yang efektif ditandai oleh

kemampuan mereka untuk

53

Page 54: MPKT A BUKU 2

6.2.1 Tertantang pada proses.

Hendaknya seorang pemimpin merasa tertantang untuk

melakukan suatu usaha untuk membawa anggota

kelompok mencapai suatu tujuan sekalipun dihadapkan

pada berbagai kesulitan. Organisasi dan kelompok adalah

tempat terjadinya konflik yang tak terhindarkan dan juga

konflik eksternal. Ketegangan yang terjadi dapat

meningkatkan produktivitas.

Pemimpin perlu menyoroti bahwa jika anggota tidak

bekerja untuk meningkatkan keahlian mereka, mereka kehilangan keahlian mereka. Keahlian

adalah proses, bukan produk akhir. Setiap orang atau organisasi terus berubah. Jika keahlian

tidak tumbuh, maka menurun. Saat seseorang percaya dia adalah seorang ahli dan berhenti

mencoba untuk belajar lebih banyak, maka ia akan kehilangan keahlian mereka. Pemimpin harus

memimpin anggota terhadap agar keahlian mereka ditingkatkan. Dan tantangan yang paling jelas

dan langsung ke langkah kompetitif dan individualistis tradisional adalah adopsi dari tim

koperasi dalam organisasi. Dalam rangka meningkatkan penyesuaian psikologis dan harga diri

anggautanya, organisasi perlu diubah menjadi jaringan saling koperatif.

6.2.2 Menginspirasi visi bersama secara jelas.

Tanggung jawab kepemimpinan kedua adalah untuk menciptakan visi bersama dari apa yang tim

atau organisasi harus dan bisa, misi yang jelas bahwa semua anggota berkomitmen untuk

mencapai, dan satu set tujuan sebagai upaya-upaya membimbing anggota-anggota '. Untuk

melakukannya seorang pemimpin harus:

1) Memiliki visi / impian yang dapat dicapai organisasi.

2) Mengkomunikasikan visi itu dengan komitmen dan antusiasme.

3) Membuat visi bersama diadopsi anggota staf sebagai milik mereka.

4) Membuat visi yang rasional dan prosedur pelaksanaan disusun berdasarkan

kesepakatan bersama.

54

Page 55: MPKT A BUKU 2

Daripada mendikte arah, pemimpin yang efektif akan mengakui nilai-nilai, keyakinan, dan emosi

anggota kelompok, dan memotivasi mereka untuk menyelaraskan diri dengan misi yang

mencerminkan kebaikan yang lebih besar.

Pemimpin hendaknya antusias dan sering berkomunikasi tentang impian tim dan organisasi serta

menjadi tempat di mana anggota kelompok saling berbagi, membantu, mendorong, dan

mendukung usaha satu sama lain untuk mencapai dan berhasil. Bekerja sama untuk mendapatkan

pekerjaan yang dapat dilakukan dan menciptakan kepedulian serta berkomitmen yang

mendorong anggota maju dalam pencarian bersama mereka untuk mencapai prestasi yang

unggul. Praktek-praktek baru harus didukung didasari oleh pengetahuan tentang penelitian yang

relevan dan teori.

Seseorang tanpa pengikut bukan pemimpin, dan orang tidak akan menjadi pengikut sampai

mereka menerima visi sebagai milik mereka.

6.2.3 Memungkinkan orang lain untuk bertindak.

Pemimpin yang efektif akan berbagi informasi dan kekuasaan dengan cara berkolaborasi dan

memberdayakan mereka untuk menetapkan dan mencapai tujuan koperatif. Anggota kelompok

perlu tahu di mana mereka cocok dan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dalam

rangka memberikan kontribusi dalam cara yang berarti. Dengan mendengarkan dan mendukung

semua anggota kelompok akan menciptakan suasana saling percaya dan menghormati untuk

mengembangkan potensi mereka.

6.2.4 Model bagaimana ‘berjalan’.

Seorang pemimpin adalah bagian dari dan tidak terlepas dari kelompok. Dengan kata lain,

kekuatan seorang pemimpin ada tidak begitu banyak karena peran mereka itu sendiri, tetapi

karena diberikan oleh para pengikutnya. Dengan demikian agar efektif, pemimpin harus

‘berjalan sesuai pembicaraan’ dengan menunjukkan perilaku yang mereka harapkan dari orang

lain dan memastikan konsisten antara kata dan perbuatan mereka. Misalnya, ketua kelas yang

mengharapkan ketua kelompok untuk memberdayakan anggota kelompok, harus melakukan hal

yang sama dengan berbagi kekuasaan, menerima kesalahan, dan melibatkan ketua kelompok

55

Page 56: MPKT A BUKU 2

dalam keputusan-keputusan. Demikian pula, para pemimpin yang mengharapkan ketekunan dan

dedikasi tidak boleh menyerah, bahkan di tengah-tengah kesulitan.

6.2.5 Mendorong berfungsinya ‘jantung’.

Pemimpin hendaknya mampu menemukan cara untuk menghargai anggota dan kelompok untuk

mencapai kemajuan dan sukses menuju tujuan bersama. Pemimpin yang efektif akan

memberikan pelatihan, umpan balik, dan pengakuan pada anggotanya untuk menunjukkan

penghargaan atas upaya mereka.

Seperti yang dapat kita pelajari dari karakteristik ini, bahwa mereka tanpa posisi kepemimpinan

formal dapat berhasil memimpin orang lain. Kepemimpinan dapat dipelajari, misalnya melalui

suatu pelatihan atau memanfaatkan peluang untuk menjadi seorang pemimpin.

Bagaimana jika Anda Tidak Ingin Menjadi Pemimpin?

1) Sesering mungkin tidak hadir pada pertemuan kelompok.

2) Jika hadir di pertemuan, tidak memberikan kontribusi apa-apa.

3) Jika Anda berpartisipasi, banyak di awal diskusi. Menunjukkan pengetahuan tentang

segala sesuatu, termasuk kosa kata, kata-kata besar dan jargon teknis.

4) Menunjukkan bahwa hanya mau melakukan yang dianggap harus dilakukan dan tidak

lebih.

5) Selama pertemuan membaca koran atau merajut.

7.Membangun kelompok yang efektif

Untuk bisa menjadi efektif, sebuah kelompok harus melakukan tiga hal: mencapai sasaran,

mempertahankan hubungan yang baik antar anggota kelompok; dan menyesuaikan diri terhadap

kondisi yang berubah dari lingkungannya.

Johnson dan Johnson (2008) mengajukan tujuh pedoman untuk membangun kelompok yang

efektif.

1. Tetapkan sasaran kelompok yang jelas, operasional dan relevan sehingga menciptakan

saling ketergantungan yang positif dan membangkitkan komitment yang tinggi dari setiap

anggotanya. Kelompok terbentuk karena alasan: orang-orang ingin mencapai sasaran

56

Page 57: MPKT A BUKU 2

yang tak dapat dicapainya sendiri. Dalam kelompok yang efektif, sasaran harus

dinyatakan dengan jelas sehingga setiap anggota memahami hakikat dari sasaran tersebut.

Sasaran harus operasional sehingga anggota kelompok memahami bagaimana cara

mencapainya. Sasaran juga harus relevan bagi kebutuhan dari anggota sehingga mereka

akan komit untuk mencapainya. Akhirnya, sasaran kelompok marus menciptakan saling

ketergantungan yang positif pada anggotanya.

2. Bangun komunikasi-dua-arah yang efektif dalam kelompok dimana setiap anggota dapat

mengkomunikasikan gagasan dan perasaannya secara tepat dan jelas. Komunikasi

merupakan dasar dari interaksi manusia serta berfungsinya kelompok. Ini sangat penting

saat sekelompok orang mengusahakan pencapaian sebuah tujuan bersama. Anggota

kelompok harus mengirimkan dan menerima pesan secara efektif agar bisa saling

bertukar informasi dan mengirimkan makna dengan tepat. Komunikasi yang efektif juga

dapat mengurangi salah pengertian dan perpecahan antar anggota kelompoknya.

3. Pastikan bahwa setiap anggota berkesempatan untuk menjadi pemimpin dan

berpartisipasi. Semua anggota kelompok bertanggungjawab untuk menyediakan

kepemimpinan. Partisipasi setara dan kepemimpinan memastikan bahwa semua anggota

berinvestasi dalam kerja kelpompok, komit untuk menerapkan keputusan kelompok, dan

puas dengan keanggotaannya. Dengan berbagi kepemimpinan dan berpartisipasi,

memungkinkan kelompok, sebagai suatu kesatuan, menggunakan sumberdaya dari setiap

individu, sehingga dapat meningkatkan kekompakan kelompok.

4. Pastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan bahwa pola pengaruh

bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari kelompok. Dalam kelompok yang efektif

kekuatan didasarkan pada keakhlian, kemampuan, dan akses pada informasi, bukan pada

otoritas ataupun karakter kepribadian. Perebutan kekuasaan di antara anggota kelompok

bisa mengalihkan kelompok dari tujuan dan sasarannya, dan akhirnya akan membuat

kelompok menjadi tidak berguna. Untuk mencegahnya, setiap anggota kelompok

hendaknya memiliki sebagian kekuatan pengaruh pada beberapa bagian dari kerja

kelompok. Dengan berkembangnya kelompok dan ditetapkannya sasaran baru,distribusi

kekuasaan juga harus berkembang. Untuk itu, anggota kelompok harus membentuk

koalisi untuk membantu memenuhi sasaran pribadi anggota atas dasar saling

mempengaruhi dan saling ketergantungan.

57

Page 58: MPKT A BUKU 2

5. Pastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan bahwa pola pengaruh

bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari kelompok. Dalam kelompok yang efektif

kekuatan didasarkan pada keakhlian, kemampuan, dan akses pada informasi, bukan pada

otoritas ataupun karakter kepribadian. Perebutan kekuasaan di antara anggota kelompok

bisa mengalihkan kelompok dari tujuan dan sasarannya, dan akhirnya akan membuat

kelompok menjadi tidak berguna. Untuk mencegahnya, setiap anggota kelompok

hendaknya memiliki sebagian kekuatan pengaruh pada beberapa bagian dari kerja

kelompok. Dengan berkembangnya kelompok dan ditetapkannya sasaran baru,distribusi

kekuasaan juga harus berkembang. Untuk itu, anggota kelompok harus membentuk

koalisi untuk membantu memenuhi sasaran pribadi anggota atas dasar saling

mempengaruhi dan saling ketergantungan.

6. Sesuaikan prosedur pengambilan keputusan dengan situasinya. Kelompok bisa

mengambil keputusan dalam berbagai cara, namun harus ada keseimbangan antara waktu

dan sumberdaya yang dimiliki kelompok dengan metode pengambilan keputusan yang

dipilih. Misalnya kelompok hukum untuk memutuskan hukuman mati memerlukan

keputusan bulat, sedangkan kelompok arisan yang akan memutuskan kapan untuk

mengadakan pertemuan berikutnya mungkin tidak. Cara yang paling efektif dalam

membuat keputusan adalah berdasarkan Konsensus. Konsensus akan mendorong

distribusi partisipasi, pemerataan kekuasaan, kontroversi yang konstruktif, persatuan,

keterlibatan, dan komitmen.

7. Melibatkan kontroversi yang konstruktif melalui ketidaksetujuan dan tantangan terhadap

kesimpulan dan penalaran satu sama lain, sehingga akan meningkatkan pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah yang kreatif. Untuk membuat keputusan yang efektif,

anggota kelompok harus manyajikan alasan terbaik bagi program yang pilihannya serta

menganalisis berbagai pilihan lainnya secara kritis. Kontroversi akan gagasan-gagasan

dan kesimpulan-kesimpulan bermanfaat bagi kelompok, karena akan meningkatkan

pelibatan diri dalam kerja kelompok, kualitas dan kreativitas dalam pengambilan

keputusan, serta komitmen untuk melaksanakan keputusan kelompok. Kontroversi juga

membantu memastikan pendapat minoristas dan pendapat yang bertentangan

mendapatkan kesempatan untuk didiskusikan dan dipertimbangkan secara serius.

58

Page 59: MPKT A BUKU 2

8. Hadapi dan pecahkan konflik secara konstrutktif. Konflik kepentingan bisa terjadi akibat

kebutuhan dan tujuan yang tidak selaras, langkanya sumberdaya maupun adanya

persaingan.

Dalam menangani konflik ini, ada dua kepentingan yang menjadi pertimbangan, tujuan

atau sasaran kelompok atau hubungan antar anggota kelompok.Lima strategi dasar bisa

digunakan untuk mengangani konflik kepentingan adalah:

Burung hantu (kolaborasi); Strategi burung hantu

sangat menghargai tujuan maupun hubungan. Bila baik

tujuan maupun hubungan dianggap sama-sama

pentingnya, untuk menyelesaikan konflik individu akan

memilih pemecahan masalah negosiasi. Solusi yang

dicari dipastikan bahwa ia maupun anggota kelompok

lainnya sepenuhnya dapat mencapai tujuannya dan

menyelesaikan setiap ketegangan dan perasaan negatif

antara mereka yang terlibat konflik. Strategi ini

memerlukan langkah yang berisiko, seperti ketika mengungkapkan suatu pandangan

mungkin saja akan mendapat bantahan yang cukup keras.

Boneka beruang (akomodasi). Dalam strategi boneka

beruang hubungan dianggap sangat penting, sedangkan

59

Page 60: MPKT A BUKU 2

tujuan memiliki derajat kepentingan yang rendah. Individu yang cenderung menggunakan

strategi ini, dalam menghadapi konflik dengan orang lain, cenderung lebih

mempertahankan kualitas hubungan dan cenderung akan mengorbankan tujuannya

sendiri. Cara ini dapat saja dilakukan apabila tujuan tidak begitu penting dan apabila

kualitas hubungan tidak dijaga akan lebih berdampak buruk.

Hiu (konfrontasi). Strategi Hiu menganggap hubungan

tidak penting sedangkan tujuannya sangat penting, oleh

karena itu individu ini akan mencoba untuk

mengalahkan lawan dengan memaksa mereka untuk

menyerah sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Hiu

berusaha untuk mencapai tujuannya dengan memaksa atau membujuk yang lain hingga

berhasil. Strategi penyelesaian konflik yang dilakukan dengan gaya hiu yaitu dengan

memenangkan, melalui ancaman, agresi fisik dan verbal, hukuman-hukuman, atau

tindakan-tindakan lain yang merugikan orang lain sekalipun akan berdampak terganggu

atau bahkan terputusnya hubungannya dengan anggota kelompok lain yang terlibat

konflik dengannya itu.

Rubah (kompromi). Rubah menganggap tujuan dan

hubungan dengan anggota kelompok lainnya sama-

sama cukup penting. Ketika baik tujuan dan hubungan

dianggap sama pentingnya, dan tampaknya bahwa

dirinya dan anggota kelompok lain yang terlibat

konflik dengan dirinya tidak mungkin memperoleh sepenuhnya apa yang diinginkan,

dalam rangka untuk mencapai kesepakatan, orang dengan gaya rubah merasa perlu untuk

menyerahkan sebagian dari tujuannya dan sedikit mengorbankan hubungannya kepada

anggota kelompok lainnya yang terlibat konflik dengan dirinya . Dengan kompromi,

kedua belah pihak bertemu di tengah sehingga masing-masing mendapat setengah, atau

dengan cara membalik koin untuk menentukan penyelesaian konfliknya. Kompromi

sering digunakan ketika terjadi konflik, ingin terlibat dalam pemecahan masalah

negosiasi tetapi tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya. Yang perlu

diingat asdalah strategi ini hanya menghasilkan penyelesaian sementara, masih ada

‘pekerjaan rumah’ yang perlu diselesaikan.

60

Page 61: MPKT A BUKU 2

Kura-kura (menghindar). Seperti kura-kura

apabila merasa terancam, akan menarik diri ke

dalam cangkangnya, demikian pula orang dengan

gaya kura-kura apabila terlibat konflik dengan

orang lain cenderung menarik diri menghindari

konflik. Ia tidak mementingkan hubungannya dengan orang lain dan tujuannya tidak akan

tercapai. Ketika tujuan tersebut adalah tidak penting dan Anda tidak perlu menjaga

hubungan dengan orang lain, gaya kura-kura ini dapat dipilih. Atau kadang-kadang untuk

sementara waktu menghindar atau menarik diri dari konflik sampai keadaan emosi

masing-masing yang terlibat sudah lebih stabil dan sudah berhasil mengendalikan

perasaannya.

Anggota kelompok yang efektif akan menghadapi konflik dan terlibat dalam mengatasi konflik

tersebut dengan cara negosiasi integratif. Jika negosiasi gagal, mediasi dapat terjadi. Apabila

konflik berhasil diselesaikan secara konstruktif, efektivitas kelompok akan meningkat. Oleh

karena itu konflik merupakan aspek penting dan sangat diperlukan guna meningkatkan

efektivitas kelompok.

Daftar Pustaka

Ford, Wendy S. Zabava, and Andrew D. Wolvin (1993). "The Differential Impact of a Basic

Communication Course on Perceived Communication Competencies in Class, Work, and Social

Contexts." Communication Education, 42(3), 215-23. [EJ 463 803]

Gazzaniga, Michael S. 2008. Human, the science behind what make us unique. HarperCollons

e-books

Janasz Suzanne C., Karen O. Dowd, dan Beth Z. Schneider. 2009. Interpersonal Skills in Organizations. Third Edition. McGraw-Hill International Edition Co., New York.

Johnson David W. & Frank P. Johnson. 2006. Joining Together. Group Theory and Group Skills. Ninth Edition. Pearson Education, Inc., Boston.

61

Page 62: MPKT A BUKU 2

King, Laura A. 2011. The science of Psychology. New York: MacGraw-Hill. ISBN: 978-0-07-122154-2

Kouzes J.M. dan B.Z. Posner. 1993. Credibility: How leaders Gain and Lose It. Why People Demand It. Jossey-Bass. San Francisco.

MacLean, Paul D. 1990 The Triune Brain in Evolution: Role of Paleocerebral Functions, New York: Springer.

Morreale, S.P., Osborn, M.M., & Pearson, J.C. (2000). Why communication is important: A

rationale for the centrality of the study of communication. Journal of the Association for

Communication Administration,

29, 1-25.

M.Kur. “Leaders Everywhere! Can a Broad Spectrum of Leadership Behaviours Permeate an Entire Organization?” Leadership and Organization Development Journal 18 (1997).

Robbins, Stephens. P. 2003. Organizational Behaviour 9th ed. San Diego State University Prentice Hall International, Inc.

Rubin, R.B., Perse, E.M., & Barbato, C.A., 1988. Conceptualization and measurement of

interpersonal communication motives. Human Communication Research.

Tieger, Paul D. & Barbara Barron-Tieger. 2001. Do what you are, thierd ed. Boston: Little

Brown Company.

Weiten, W. et al.2009. Psychology applied to modern life.Belmont: Wadsworths Cengage

Learning.

_____________http://www.buzzle.com/articles/four-types-of-communication.html, diunduh 26

Juni 2011

62

Page 63: MPKT A BUKU 2

BAB IIIMASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Rosa Diniari

Bab III ini merupakan bagian dari buku ajar yang berjudul Manusia, Kelompok, dan Masyarakat.

Peran individu dalam masyarakat atau peran masyarakat terhadap individu menjadi penting untuk

dibahas mengingat salah satu sasaran pembelajaran dalam pembinaan karakter di MPKT adalah

“Mahasiswa mampu membedakan/menggambarkan mengenai keanekaragaman kebudayaan dan

masyarakat,” yang diharapkan pada gilirannya mahasiswa akan dapat hidup, berperan-serta dan

diterima sesuai dengan harapan masyarakat (The Four Pillars Of Education, learn to live

together).

Dalam bab ini aspek masyarakat dan kebudayaan dibahas sebagai satu kesatuan yang tidak

terpisahkan karena masyarakatlah yang menghasilkan kebudayaan. Tanpa masyarakat, kebudayaan

tidak akan terbentuk. Kebudayaan memang milik masyarakat, bukan milik individu. Oleh karena itu

aspek masyarakat dan kebudayaan dibahas dalam satu kesatuan.

Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang anggotanya saling berhubungan satu sama

lain. Kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan

bagi masyarakat tertentu.1 Masyarakat yang hidup berdampingan dapat memiliki kebudayaan yang

mirip, tapi bisa juga berbeda. Misalnya, masyarakat etnis Sunda dan etnis Baduy, ke dua etnik ini

hidup berdampingan memiliki bahasa, kepercayaan dan symbol yang mirip. Disisi lain. etnis Sunda

dan etnis Betawi memiliki bahasa, kepercayaan, simbol dan kebudayaan yang berbeda, walaupun

tinggal berdekatan secara geografis.

1 Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt, 1984. Sociology, ed kelapan. Michigan: McGraw-Hill. Terjemahan dalam bahasa Indonesia, Sosiologi. Diterjemahkan oleh Aminuddin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Penerbt Erlangga. 1993.Halaman 59.

63

Page 64: MPKT A BUKU 2

1. Pengertian Masyarakat dan Kebudayaan

Kata society berasal dari bahasa Latin “societas” diartikan sebagai hubungan persahabatan

antara satu dengan lainnya. Societas merupakan turunan dari kata socius yang berarti teman atau

kerabat, erat kaitannya dengan kata sosial. Dalam bahasa Arab, masyarakat disebut ‘musyarak’

yang artinya adalah suatu jaringan berbentuk hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Jadi,

masyarakat mengacu pada sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang

teratur.

Kata kebudayaan atau budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah”, yang

merupakan bentuk jamak dari “buddhi.” Secara harfiah budi atau akal diartikan sebagai hal-hal

yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris adalah

“culture” berasal dari bahasa Yunani ”culere”, yang berarti mengerjakan tanah. Jadi, dari kedua

asal kata kebudayaan tersebut dapat dikatakan bahwa untuk melakukan tindakan dan berperilaku,

manusia akan menggunakan akalnya.

Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski berpendapat bahwa kebudayaan sangat

erat hubungannya dengan masyarakat, karena segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat

ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, yang disebut dengan

istilah Cultural-Determinism.2 Determinisme budaya adalah suatu keyakinan bahwa budaya

menentukan perilaku individunya. Hal ini mendukung teori bahwa pengaruh lingkungan lebih

dominan dibandingkan dengan warisan biologis/genetika. Perilaku individu merupakan

perwujudan warisan biologis, namun di lain sisi lingkungan budaya dan masyarakat juga ikut

menentukan. Mana yang lebih menentukan antara keduanya? Paham Cultural-Determinism

mengatakan bahwa lingkungan budayalah yang lebih banyak berperan. Seseorang yang

dilahirkan dari keluarga Tapanuli pada dasarnya memiliki logat tegas dan karakter yang keras.3

Kemudian anak Tapanuli itu dibesarkan dalam lingkungan keluarga jawa di kota Solo. Hasilnya

akan terbentuk perilaku halus, lembut yang sudah menjadi stereotip orang Jawa pada umumnya.

2 Melville J. Herskovits dan Bronislaw dalam Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara3 Ini merupakan stereotipe yang umum.

64

Page 65: MPKT A BUKU 2

Dalam kasus ini budaya Solo lingkupan tempat ia dibesarkan akan lebih besar pengaruhnya

dalam menentukan perilakunya.

Menurut William Kornblum4 istilah masyarakat mengacu pada populasi orang (mahluk

sosial lainnya) yang diselenggarakan dengan besama-sama untuk menjalankan fungsi utama

kehidupan, termasuk reproduksi, nafkah, tempat berlindung, dan pertahanan. Fokus dari

masyarakat lebih pada adanya hubungan timbal balik antara anggota populasi. Ralph Linton

berpendapat mengenai masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup

dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir. Kesamaan

pemikiran, perasaan, sistem dan aturan yang sama mendasari interaksi di antara mereka.

Masyarakat merupakan kelompok yang terdiri dari individu-individu yang tinggal dalam

wilayah geografis tertentu yang terorganisasi secara sistemik, satu dengan yang lain saling

membutuhkan dan saling tergantung satu sama lain. Definisi Kornblum ini lebih menekankan

pada adanya beberapa persamaan dalam kehidupan bersama yang terorganisasi, sedangkan

definisi Ralph Linton lebih menekankan pada kehidupan dan tempat tinggal dalam suatu wilayah

geografis yang sama.

Kebudayaan menurut William H. Haviland,5 adalah seperangkat peraturan dan norma

yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para

anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua

masyarakat. Kupper menyebutkan bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi

pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu

maupun kelompok.

Dari definisi-definisi mengenai kebudayaan, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dibentuk

dan dikembangkan oleh masyarakat dalam bentuk:

1) kebudayaan nonmateri seperti ideologi, religi, gagasan, tindakan, seperangkat peraturan,

norma, moral, hukum, adat istiadat, pengetahuan, kepercayaan, kesenian.

2) kebudayaan materi yaitu teknologi dan berbagai benda seni (artefak)

4 Kornblum, Sociology In A Changing World . Rinehart and winston. Page 59

5 William A. Haviland,Harald E. L. Prins,Dana Walrath,Bunny McBride. 2008. Cultural Anthropology: The Human

Challenge. Belmont: Thomson Wardworth, halaman 324.

65

Page 66: MPKT A BUKU 2

3) secara keseluruhan merupakan pedoman yang mengarahkan para anggotanya dalam bersikap

dan berperilaku serta merupakan ciri khas suatu masyarakat.

1.1 Hubungan Individu dan Masyarakat

Individu merupakan bagian terkecil yang membentuk masyarakat. Masyarakat

merupakan kelompok sosial yang terdiri dari individu-individu, tinggal dalam wilayah geografis

tertentu, terorganisasi secara sistemik, satu dengan yang lain saling membutuhkan. Mereka hidup

dalam keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak, mereka tergabung membentuk kelompok

dan masyarakat. Keluarga dalam hal ini merupakan unit masyarakat terkecil karena anggotanya

terdiri dari sejumlah kecil individu. Sekalipun disebutkan bahwa setiap individu memiliki ciri-

ciri yang berbeda satu dengan lainnya, atau “unik”, tetapi individu tersebut akan memiliki ciri-

ciri/karakteristik dan perilaku yang sama dengan kelompok dimana dirinya menjadi anggota.

Dalam keluarga, anak-anak memiliki kesamaan secara biologis karena mereka berasal dari

keturunan yang sama, seperti warna kulit, bentuk mata, cara berbicara, dll. Persamaan secara

psikologis dan sosiologis terbentuk karena mereka diasuh, dibesarkan, dan disosialisasikan

bersama-sama dalam keluarga.

1.2 Berbagai Pandangan Mengenai Individu dan Masyarakat

Hubungan antara individu dan masyarakat menarik untuk dibahas karena keduanya tidak dapat

dipisahkan. Mana yang lebih penting? Manusia atau masyarakat? Apakah manusia dan

masyarakat sama pentingnya? Topik itu merupakan bahan diskusi yang menarik untuk dibahas.

Ada tiga pendapat yang menyatakan hal tersebut.

1.2.1 Pentingnya Masyarakat bagi Individu

Keberadaan masyarakat sudah lebih awal dahulu sebelum individu. Oleh karena itu, masyarakat

tumbuh bebas, berdiri sendiri dibawah hukum alam dan tidak berada dalam tanggung jawab

individu yang menjadi anggotanya. Berarti masyarakat tidak terikat pada keberadaan individu.

Pandangan ini lebih menekankan bahwa masyarakat lebih penting daripada individu.

66

Page 67: MPKT A BUKU 2

Menurut pandangan kolektif,6 masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Hubungan individu

dan masyarakat berdasarkan kolektivisme, kepentingan individu ditentukan oleh masyarakat.

Individu tidak memiliki kebebasan dalam menentukan arah pertumbuhan masyarakat.

Masyarakat mengatur secara individu untuk kepentingan kolektif.

Individu dalam perkembangannya ditentukan oleh masyarakat. Pada dasarnya setiap

individu lahir dan berkembang dalam masyarakat. Individu dilahirkan dalam kondisi yang

lemah, tergantung kepada orang lain, dan yang paling dekat adalah dengan keluarganya.

Masyarakat mempengaruhi individu dalam membentuk perilakunya melalui sebuah proses yang

disebut sosialisasi. Dari mahluk biologis yang perilakunya digerakkan oleh naluri semata

menjadi mahluk sosial yang dapat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Sosialisasi

merupakan proses belajar yang dialami oleh individu mengenai aturan-aturan yang terdapat

dalam masyarakat, agar ia dapat hidup dan menyesuaikan diri dalam masyarakat. Proses ini

disebutkan oleh Peter Berger sebagaimana sebuah proses “memasukkan masyarakat ke dalam

diri individu”. Sosialisasi tidak hanya pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi berlangsung terus

dalam perkembangannya menuju dewasa, menjadi tua. Seorang individu terus memerlukan orang

lain dalam berinteraksi dan membangun perilakunya agar supaya ia dapat menyesuaikan diri

dalam masyarakat. Dalam menyesuaikan diri dalam kelangsungan hidupnya, manusia saling

membutuhkan sesamanya. Hal ini disebabkan karena kepentingan, keinginan, cita-cita

masyarakat, berada diatas kepentingan, keinginan, cita-cita individu.

1.2.2 Arti Penting Individu bagi Masyarakat

Berbeda dengan pandangan Peter L. Berger mengenai aspek masyarakat lebih penting daripada

individu, Talcott Parsons melihat arti penting individu dalam membentuk masyarakat. Keberadaan

individu merupakan komponen lebih penting dibandingkan masyarakat, karena individulah dalam

kumpulan-kumpulannya yang membentuk masyarakat. Karakter individu menentukan corak

karakter masyarakatnya. Sifat-sifat individu sebagai anggota masyarakat merepresentasikan corak

masyarakat tersebut. Misalnya individu yang baik akan membawa masyarakatnya ke arah yang baik,

begitupula sebaliknya. Setiap individu dalam masyarakat menentukan karakter masyarakat tertentu,

misalnya berpotensi korup, banyak melakukan kekerasan, atau masyarakat yang memiliki tingkat

6 Wuradji MS.1988. Pendidikan dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan : sebuah pendekatan sosio-antropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud

67

Page 68: MPKT A BUKU 2

integritas pada bangsa dan memiliki tingkat keimanan yang baik.7 Contoh: Individu yang memiliki

moral yang baik akan membawa masyarakatnya ke arah yang baik, walaupun ada juga individu yang

bermental buruk, tidak berarti kontribusinya akan melahirnya masyarakat yang buruk, bahkan ini

merupakan pemicu perubahan ke arah masyarakat yang lebih baik.

Menurut paham individualistik8, setiap individu dapat saja menumbuhkan sifat-sifat

individualistik, dalam hubungannya dengan masyarakat, yang menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia sebagai individu. Individualisme merupakan paham yang menyatakan

kepentingan dan kebutuhan individu lebih penting daripada kebutuhan dan kepentingan

masyarakat. Individu menentukan masyarakat seperti apa yang diinginkan dan sesuai dengan

tujuannya.

Paham individualisme juga disebut atomistik9 merujuk pada hubungan antara individu

seperti halnya hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Atom merupakan

unsur terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Atomistik tersebut di atas merupakan analogi

sosiologi. Parsons melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosial terdiri dari perilaku-perilaku

individu yang beragam ketika berinteraksi secara tetap (ajeg) dengan individu lainnya dalam

lingkungan fisik tertentu.

1.2.3 Individu dan Masyarakat Sama Pentingnya.

Hubungan antara individu dan masyarakat dikonsepsikan oleh Herbert Spencer dalam

Margaret H Poloma (1979)10. Masyarakat sebagai struktur sosial maupun individu sebagai mahluk

biologis sama-sama mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan individu sebagai mahluk biologis

seiring dengan pertumbuhan struktur sosial. Semakin besar dan kompleks struktur sosial, semakin

banyak dan rumit pula bagian-bagian organ tubuhya. Demikian pula halnya dengan sistem organ

biologis individu yang tumbuh kembang menjadi semakin dewasa, sehingga bagian yang tumbuh

di dalam organ biologis dan sosial masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya, ginjal

memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dengan paru-paru; demikian juga halnya dengan keluarga

sebagai bagian dari struktur sosial memiliki fungsi yang berbeda sistem pendidikan, sistem politik 7 (http://darahmerdeka.wordpress.com/2008/10/12/individu-dan-masyarakat/) jam 11.00 tanggal 1 Agustus 2011).

8 Peter Jarvis dikutip oleh Wuradji dari Adult Learning In The Sosial Context.  London: Taylor & Francis, 1987.

9 K. Bertens. 1999. Sejarah Fislasafat Yunani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

10 Poloma, Margaret M. Contemporary Sociological Theory. Macmillan Publishing ... 1991.

68

Page 69: MPKT A BUKU 2

dan ekonomi. Di antara masing-masing organ tubuh terjadi keterkaitan dan ketergantungan satu sama

lain sehingga masalah dari organ tertentu akan mmpengaruhi organ yang lain.

Dalam masyarakat sebagai sistem sosial, perubahan sistem ekonomi dalam masyarakat

akan mempengaruhi pada sistem politik, pendidikan, keluarga dan lainnya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dianalogikan

sebagai organisme hidup yang alamiah. Gejala sosial dijelaskan berdasarkan hukum alam, yang

mengatur perkembangan fisik dan sosial manusia. Di samping itu individu sebagai bagian dari

sistem mempunyai peranan yang cukup berarti bagi masyarakat yang merupakan sistem sosial

yang lebih luas.

Dari berbagai definisi yang dirumuskan oleh beberapa tokoh, disimpulkan oleh W.F.Connell (1972)11

bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri

sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap

untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah

geografis tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun

temurun dan menyosialisasikan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) seseorang yang

mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara

bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.

2.Individu dan Kebudayaan

Sebagai makhluk budaya, individu diartikan sebagai makhluk yang memiliki pikiran atau akal

budi (Pusat Bahasa Diknas, 2001: 169). Makhluk budaya mempunyai tingkatan lebih tinggi karena

selain mempunyai ciri-ciri sebagaimana makhluk hidup yang disebutkan di atas, juga mempunyai

akal yang dapat memperhitungkan tindakannya yang didapatkan melalui proses belajar secar terus-

menerus.

Dengan menggunakan “buddhi”nya, manusia mengembangkan kebudayaan, baik

kebudayaan materi, maupun kebudayaan nonmateri. Kebudayaan diciptakan karena berfungsi

untuk melindungi diri terhadap alam mengatur dan hubungan antar manusia. Ada dua bentuk

11 Wuradji MS.1988. Pendidikan Dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan : sebuah pendekatan sosio-antropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud

69

Page 70: MPKT A BUKU 2

kebudayaan. Kebudayaan nonmaterial dalam bentuk gagasan/idea, dongeng, lukisan, legenda

rakyat, dan lagu atau tarian tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi, sedang

kebudayaan material adalah semua ciptaan yang dapat diamati dengan pancaindera, dihasilkan

oleh individu dan masyarakat dalam bentuk nyata/konkret. Teknologi atau kebudayaan kebendaan

berupa senjata, rumah, televisi, pesawat terbang, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

makanan dan minuman, perhiasan, temuanhasil penggalian arkeologi merupakan hasil kebudayaan

material.

Hasil-hasil kebudayaan ini berguna untuk melindungi individu dan masyarakat terhadap

lingkungannya seperti bencana alam dan lingkungan sosial sebut saja peperangan. Manfaat dari

kebudayaan yang diciptakan oleh manusia untuk membuat kehidupan menjadi efisien dan

efektif. Memasak nasi menggunakan mesin penanak nasi (hasil kebudayaan materi), membuat

pekerjaan menjadi lebih efisien. Komputer (hasil kebudayaan materi) membuat pekerjaan

manusia lebih sistematis, memasarkan produk-produk melakui internet (hasil kebudayaan

nonmateri) lebih efektif. Secara keseluruhan fungsi dari kebudayaan adalah sebagai pedoman

bagi manusia dalam bertingkah laku.

Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa nilai merupakan salah satu elemen

kebudayaan. Bagaimana individu dan masyarakat berorientasi pada nilai budaya nya sangat

berbeda di setiap masyarakat. Sistem nilai budaya dalam masyarakat berkaitan dengan lima

masalah pokok kehidupan manusia berlaku universal, seperti Hakikat hidup manusia (MH),

Hakikat karya manusia (MK), Hakikat waktu manusia (MW), Hakikat alam manusia (MA),

Hakikat hubungan manusia (MM). Untuk memudahkan memahami sistem nilai budaya ini, kita

dapat mempelajari secara terinci kerangka Kluckhohn12 .

a. Hakikat hidup manusia (MH)

Setiap kebudayaan memiliki persepsi terhadap hakikat hidup yang berbeda, ada yang

menerima (nrimo), pasrah, menganggap hidup ini untuk mati, ada juga yang menganggap

hidup ini sangat tergantung pada nasib, ditentukan oleh yang Kuasa dan prihatin. Masyarakat

lain menyambut hidup sebagai sebuah kebahagiaan, hidup sebagai suatu hal yang baik, harus

diisi dan ditentukan oleh upaya manusia sendiri.

b. Hakikat karya manusia (MK)

12 Koentjaraningrat, 2000. Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

70

Page 71: MPKT A BUKU 2

Hakikat terhadap karya manusia dalam setiap kebudayaan berbeda-beda, ada yang

beranggapan bahwa karya untuk hidup mencari makan, ada masyarakat yang memandang

karya untuk mendapatkan kedudukan, harta dan kehormatan. Masyarakat industri,

menganggap karya merupakan kepuasan untuk hasil kerja dan untuk meningkatkan hasil

karya berikutnya.

c. Hakikat waktu manusia (MW)

Hakikat untuk setiap kebudayaan berbeda, ada yang berpandangan mementingkan orientasi

masa lalu, ada pula yang berpandangan untuk masa lalu yang jaya dan masa kini, dan ada

juga yang berorientasi pada masa depan.

d. Hakikat alam manusia (MA)

Ada kebudayaan yang menganggap manusia pada masyarakat industri mengeksploitasi alam,

memanfaatkan alam semaksimal mungkin, dan menundukkan demi kepentingannya.

Kebudayaan yang beranggapan bahwa manusia harus harmonis dan selaras dengan alam.

Dalam masyarakat agraria, manusia biasanya menyerah, bahkan tunduk kepada alam.

e. Hakikat hubungan manusia (MM)

Hubungan manusia dengan manusia, diatur secara horizontal juga secara vertikal. Pada

masyarakat pertanian tradisional, hubungan mengacu pada para sesepuh atau penghormatan

oleh yang muda kepada yang lebih tua. Pada masyarakat industri, hubungan berorientasi

kepada tokoh-tokoh yang lebih berprestasi, lebih kompeten, mandiri, dan individualistis.

Sistem nilai budaya merupakan abstraksi dari adat-istiadat dari yang merupakan konsep-

konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat.

Lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya ini sangat berharga

dan paling penting dalam hidup sehingga berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan

orientasi kepada kehidupan warga masyarakat.

3. Masyarakat sebagai Tatanan/Struktur Sosial dan sebagai Sistem Sosial

3.1 Masyarakat sebagai struktur sosial.

Struktur secara harfiah diartikan sebagai susunan atau tatanan. Struktur dapat berbentuk susunan

fisik dari benda-benda mati, seperti struktur kamar tidur yang terdiri dari meja, kursi, lemari baju,

71

Page 72: MPKT A BUKU 2

tempat tidur, dll. Selain itu dapat pula berwujud susunan sosial yang terdiri dari kumpulan individu

berada dalam kelompok-kelompok sosial, misalnya struktur keluarga yang terdiri ayah, ibu, anak-

anak, nenek, kakek, paman, dll. Tatanan yang terdiri dari individu dalam kelompok-kelompok yang

berinteraksi secara teratur dan berpola dikenal dengan istilah “struktur sosial”. Dengan demikian

struktur masyarakat berupa susunan berbagai kelompok-kelompok, institusi sosial dalam masyarakat

yang saling tergantung, saling terkait dan berhubungan secara teratur. Secara konseptual, struktur

sosial menekankan pada pola perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang

yang menciptakan hubungan antarindividu dan antar kelompok dalam masyarakat (Kornblum).

Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah hubungan-hubungan di antara kelompok pegawai

perusahaan swasta, kelompok pegawai negeri sipil, kelompok tentara, kelompok guru, dan kelompok

siswa, kelompok pedagang, kelompok penjual, kelompok pembeli, dll.

Ada dua konsep penting yang terkait dengan struktur sosial, yaitu status dan peran 13.

3.1.1. Status

Status atau kedudukan adalah pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia.

Cara-cara memperoleh status atau kedudukan adalah seperti yang tersebut di bawah ini.

a. Ascribed status yaitu status yang diberikan kepada individu tanpa memandang

kemampuan atau perbedaan antarindividu yang dibawa sejak lahir; misalnya status

sebagai laki-laki dan perempuan, status kebangsawanan, status sosial dengan etnis

sunda, batak, jawa yang sudah inherent.

b. Achieved status yaitu status yang memerlukan kualitas tertentu yang harus diraih

melalui usaha pribadi dan persaingan; misalnya status sebagai mahasiswa berprestasi,

sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dll.

3.1.2 Peran/role

Peran/role merupakan aspek yang dinamis dari suatu status atau kedudukan. Jika seseorang

melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, ia telah menjalankan

peranannya. Peran/role adalah tingkah laku yang diharapkan dari peran, misalnya peran

mahasiswa: belajar dengan baik, menaati aturan akademik, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Status sebagai ibu memiliki peran memasak, bekerja, kegiatan sosial, dll.

13 Ralph Linton:1968. The Study of Man: An Introduction. New York: Appleton-Century.

72

Page 73: MPKT A BUKU 2

Konflik peran timbul jika orang harus memilih peran dari dua status atau lebih yang dimilikinya.

Umumnya konflik timbul karena peranan-peranan itu saling bertentangan. Contohnya seorang

ibu berstatus guru dan di kelasnya ada anaknya sebagai murid. Dalam peranannya sebagai guru,

ia menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dikelas termasuk anaknya. Melatih siswa

menjadi mandiri, jujur dalam mengerjakan tugas, dlsb. Ketika di rumah, peran sebagai ibu

menyediakan keperluan anaknya, termasuk diantaranya mengajarkan dan membantu membuat

tugas untuk anaknya. Peran yang berbeda ketika di kelas melatih kemadirian anak, tapi di rumah

perannya membantu membuat tugas anaknya. Disini tampak ada konflik peran antar di kelas dan

di rumah.

3.2 Masyarakat sebagai sistem sosial.

Sistem merupakan suatu kumpulan unsur terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu

sama lain, saling tergantung, saling mempengaruhi, saling terikat, berkerjasama melakukan kegiatan

dalam mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efesien.

Tubuh manusia sebagai mahluk biologis, merupakan suatu sistem, yang terdiri atas

organ-organ tubuh meliputi jantung, paru-paru, otak, mata, lambung, limpa, pankreas, ginjal,

hati, usus, kulit, saluran urin, tulang yang masing-masing menjalankan fungsinya. Walaupun

masing-masing organ tubuh menjalan fungsinya yang berbeda, ada keterkaitan dan pengaruh

bahkan tergantung satu dengan lainnya. Satu organ tubuh mengalami kerusakan akan

mengganggu organ tubuh lainnya.

Contoh, dilihat dari strukturnya mulut, lambung, usus, anus merupakan bagian-bagian dari

struktur anatomi tubuh khususnya untuk pencernaan yang terdapat di dalam tubuh manusia.

Sistem pencernaan makanan14 ada di sepanjang saluran pencernaan, dari mulut ketika makanan

masuk kemudian ke lambung dimana makanan dihancurkan. Organ usus menyerap sari makanan

yang ada, akhirnya anus mengeluarkan sisa makanan.. Dilihat dari sistemnya, ke empat organ tadi

merupakan sistem pencernaan yang masing-masing berfungsi sendiri, tetapi ada hubungan satu

sama lain dan saling mempengaruhi. Satu bagian yang akan mempengaruhi keseluruhan sistem.

Katakanlah kalau kita sakit gigi, masalah dimulut membuat tidak nafsu makan, sehingga,

mengganggu lambung, dst.

14 Christine Taylor-Butler. The Digestive System. 2008. Canada : Weldon Owen Education - Scholastic Inc.

73

Page 74: MPKT A BUKU 2

Talcott Parsons menganalogikan sistem organ tubuh dengan sistem yang ada dalam

masyarakat sebagai sistem sosial, dimana kehidupan sosial berlangsung. Sistem sosial dilihat

sebagai suatu keseluruhan terdiri dari bagian-bagian yang saling terikat dalam suatu pola

keteraturan tertentu (struktur sosial) masing-masing bagian memiliki fungsi yang khas untuk

menunjang keberlangsungan hidup (survival) dari sistem itu.

Institusi keluarga sebagai bagian dari sistem sosial memiliki fungsi yang berbeda dengan

institusi pendidikan, politik dan ekonomi. Di antara masing-masing institusi ada keterkaitan dan

ketergantungan satu sama lain sehingga masalah yang muncul dari salah satu institusi sosial

tertentu akan mempengaruhi institusi yang lain. Arus globalisasi menuntut kebijakan politik

dan ekonomi untuk membuka peluang dalam memasuki pasar bebas. Berarti lapangan kerja

memerlukan tenaga terampil, yang mampu bersaing baik pada tingkat regional, nasional maupun

internasional. Institusi pendidikan berbenah diri untuk menghasilkan lulusan untuk memenuhi

permintaan dunia kerja. Di samping itu, tenaga kerja perempuan lebih banyak memenuhi pasar

kerja, berdampak posisi tawar perempuan lebih baik terhadap laki-laki dalam keluarga. Secara

umum dapat dilihat bahwa angka perceraian meningkat dan terjadi disorganisasi keluarga. Saling

mempengaruhi dan keterkaitan dalam masyarakat merefleksikan bahwa sisitem sosial bekerja.

Perubahan sistem ekonomi akan mempengaruhi pada sistem ketenagakerjaan, pendidikan,

keluarga dan lainnya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dianalogikan

sebagai organisme hidup yang alamiah dimana gejala sosial dijelaskan berdasarkan hukum alam,

yang mengatur perkembangan fisik dan sosial manusia. Di samping itu individu sebagai bagian

dari sistem mempunyai peranan yang cukup berarti bagi masyarakat yang merupakan sistem

sosial yang lebih luas.

4.Bentuk-bentuk Masyarakat

Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan dimulai dari

masa lampau dan terus berlangsung sampai saat sekarang ini dan terdapat berbagai bentuk

masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti

perkembangan zaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan

yang terjadi secara global. Tetapi, ada pula masyarakat yang berkembang dengan konsep mereka

tentang perubahan itu sendiri.

74

Page 75: MPKT A BUKU 2

Perbedaan bentuk masyarakat tergantung pada kriteria apa yang digunakan. Berdasarkan

kriteria geografis, masyarakat dibedakan menjadi masyarakat desa dan kota. Berdasarkan kriteria

interaksi dan solidaritas masyarakat, dibagai ke dalam masyarakat yang terikat oleh solidaritas

mekanis dan masyarakat yang terikat pada solidaritas organis (Emile Durkheim). Dilihat dari

tingkat rasionalitas masyarakat, Max Weber membagi masyarakat tradisional dan masyarakat

rasional. Perbedaan masyarakat yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada gagasan Gerhard

lenski15, dibedakan berdasarkan teknologi yang digunakan, dibagi atas lima macam.

4.1 Masyarakat berburu dan pengumpul makanan.

Masyarakat ini berburu binantang dan mengumpulkan tanaman untuk dikonsumsi dengan

menggunakan perkakas yang sederhana. Mereka tidak menanam atau berternak, Ketika tanaman

dan binatang mulai habis, mereka berpindah ke tempat yang baru. Berpindah-pindah ke tempat

perburuan disebut nomadik. Mereka berada dalam kelompok yang kecil, belum ada pembagian

kerja yang rumit, hanya membagi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin: laki-laki berburu

binatang dan perempuan mengumpulkan sayuran untuk dikonsumsi.

4.2 Masyarakat penggembala dan hortikulura

Masyarakat yang tadinya berburu hewan mulai memelihara dan berternak hewan yang

diperlukan, sehingga disebut masyarakat pastoral. Para perempuan yang mengumpulkan sayuran

mulai bercocok tanam tumbuhan-tumbuhan yang diperlukan, dengan menggunakan peralatan

tangan yang sederhana. Ini disebut masyarakat hortikultur. Pada masyarakat ini, apa yang

mereka tanam dan ternak sudah dapat dipanen dan kadang-kadang ada kelebihan/surplus. Di

masa ini, populasinya pun berkembang menjadi ratusan. Sudah tampak ada pembagian kerja

yang lebih jelas.

4.3 Masyarakat agraria

Masyarakat agraria berkembang menjadi suatu pekerjaan yang lebih terdifrensiasi, tetapi lebih

jelas pembagian kerjanya, karena ada beberapa pekerjaan yang berbeda. Di lahan pertanian

misalnya, dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan,

pengendalian, pemberantasan hama dan penyakit serta panen, beberapa jenis pekerjaan mulai

menggunakan tenaga hewan atau sumber tenaga air/uap. Teknologi yang digunakan adalah

bajak, tenaga manusia dan tenaga hewan. Mulai terjadi segregasi/pemisahan pembagian kerja

15 Macionis, Introduction to Sociology (13th edition). Pearson New Jersey. 2010

75

Page 76: MPKT A BUKU 2

antara perempuan dan laki-laki, seperti pesemaian, penanaman, panen dikerjakan oleh

perempuan, selebihnya dikerjakan oleh petani laki-laki (Aida Vitayala, 2004). Walau terjadi

pemisahan pekerjaan, keutuhan keluarga tetap terjaga, keluarga menjalani fungsi produksi dan

konsumsi sekaligus yang sering disebut petani subsisten, bagi mereka yang memiliki

surplus/kelebihan panen dapat memasarkan hasil pertaniannya.

4.4 Masyarakat Industri

Pada masyarakat ini, memproduksi barang dengan menggunakan sumber energi berubah dengan

penggunaan mesin-mesin besar. Pada tahap ini masyarakat mulai berubah dengan cepat.

Pekerjaan berpindah dari rumah ke pabrik, demikian pula dengan perempuan yang biasanya

mengerjakan pekerjaan di rumah tangga, kini bekerja di pabrik karena mendapatkan imbalan

dalam bentuk uang. Dengan demikian, pertumbuhan pabrik mengikis nilai-nilai tradisional,

kepercayaan, dan adat istiadat. Kemakmuran dan standar kehidupan masyarakat meningkat.

Industrialisasi menyediakan banyak kenyamanan dengan dikembangkannya media transportasi

dan komunikasi yang canggih. Pendidikan dan kesehatan menjadi kebutuhan yang penting.

Spesialisasi pekerjaan meningkatkan tumbuh dengan pesat pendidikan keterampilan karena

kebutuhan pasar. Keluarga yang tradisional kehilangan arti pentingnya dan muncul dalam

berbagai bentuk.

Pada tahap awal industrialisasi, standar hidup kebanyakan orang meningkat, sementara

kemiskinan terus menjadi masalah serius sehingga kesenjangan sosial ikut naik. Tuntutan

partisipasi politik juga meningkat.

4.5 Masyarakat Pascaindustri

Masyarakat pascaindustri menekankan pada teknologi yang mampu mendukung ekonomi

berbasis informasi. Pada tahap ini, terjadi perpindahan dari produksi industri yang selama ini

menggunakan mesin-mesin besar menjadi pekerjaan yang lebih efisien dengan penggunaan

komputer dan teknologi untuk memproses pengolahan informasi yang relevan. Jumlah populasi

menjadi semakin meningkat, dan pembagian pekerjaan pun semakin kompleks. Jaringan

informasi dunia penghubung masyarakat dapat memunculkan masyarakat dan kebudayaan

global.

5.Masyarakat Desa dan Kota

76

Page 77: MPKT A BUKU 2

Dilihat dari batas-batas geografinya masyarakat dibedakan menurut masyarakat pedesaan dan

masyarakat perkotaan. Berbicara tentang desa dan kota ada perbedaannya dilihat dari dimensi

ruang, fisik, dan ekologi. Desa memiliki ruang kerja lebih terbuka dibandingkan kota. Musim dan

cuaca di desa sangat menentukan kegiatan masyarakatnya, sedangkan kehidupan di kota hampir

tidak dipengaruhi oleh keadaan alam. Antara rumah dan tempat kerja di desa jaraknya berdekatan,

sedang di kota jauh sehingga membutuhkan transportasi. Jarak rumah-rumah di desa cenderung

berdekatan dalam jumlah kecil, sedang di kota bervariasi dalam kluster menurut kelas sosialnya.

Rumah-rumah berhimpitan terdapat pada daerah padat penduduk, yang berasal dari kelas bawah,

rumah besar-besar dengan jarak yang tidak mengganggu privasi penghuninya, berada di daerah elit.

Perbedaan desa dan kota secara fisik akan mempengaruhi aspek sosial budaya dari

masyarakat pedesaan dan perkotaan. Dari apek satuan produksi, masyarakat di desa cenderung

homogen dalam hal mata pencaharian dan keahliannya. Masyarakat kota lebih heterogen dalam

bidang-bidang pekerjaan dan sangat spesifik. Dari segi satuan sosialnya, interaksi sosial

masyarakat di desa terjalin kuat, hidup bertetangga merupakan hidup keseharian, begitu keluar

rumah tegur sapa dengan tetangga sudah menjadi kebiasaan. Hubungan antar tetangga seperti

layaknya saudara, karena mereka sering saling membantu. ini disebabkan karena masyarakat

pedesaan masih menjunjung tinggi nilai-nilai, norma, adat dan budaya yang berlaku.

Dalam masyarakat kota interaksi sosial yang terjalin tampak kurang kuat karena daya

saing yang tinggi di perkotaan membuat masyarakat cenderung individualis. Hubungan tetangga

pada kelas menengah dan atas tampak ketika penghuninya hanya keluar rumah saat akan kerja,

berkunjung ke tetangga jarang dilakukan, kalau ada pada saat tertetnu seperti arisan, 17

Agustusan, dan hari raya keagamaan.

Demikian pula dengan kontrol sosial pada masyarakat pedesan masih terikat pada adat

dan tradisi, pada masyarakat kota pengendalian sosial sudah menggunakan hukum-hukum

formal, sekalipun masalah ketetanggaan, diseleaikan secara hukum. Sifat masyarakat desa

terbiasa dengan gotong royong, di kota masyarakat hanya bergotong royong pada saat-saat

tertentu.. Mobilitas sosial masyarakat desa lebih stabil daripada masyarakat di kota.

Masyarakat desa cenderung resisten terhadap inovasi, perubahan, karena mereka masih

berpegang pada adat istiadat dan tradisi nenek moyang, sedang pada masyarakat kota lebih

dinamis, dan mudah menerima perubahan dan pembaharuan karena kebutuhan hidup mereka.

77

Page 78: MPKT A BUKU 2

6.Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan

Berdasarkan hal yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, pada akhirnya dapat disimpulkan

bahwa tidak ada kebudayaan tanpa manusia dan masyarakat, demikian pula sebaliknya. Masyarakat

dan kebudayaan apabila tidak berkembang akan mengalami kepunahan. Manusia dan masyarakatlah

yang mampu menghasilkan serta mengembangkan kebudayaan, maka manusia, masyarakat dan

kebudayaan merupakan satu kesatuan yang utuh.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan

lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Culture, "that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom,

and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society"16

Karena kebudayaan adalah cara berpikir, cara-cara bertindak dan benda-benda material yang

berasal dari cara hidup manusia, maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah pandangan

hidup/the way of life 17.

6.1 Elemen Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa elemen yang disosialisasikan kepada anggota masyarakat agar

supaya dapat beradaptasi dalam masyarakat. Menurut Macionis elemen-elemen kebudayaan

tersebut adalah18 yang tersebut dan diuraikan di bawah ini.

6.a.1 Simbol

Simbol didefinisikan sebagai sesuatu yang dimaknai tertentu diakui oleh orang-orang yang

memiliki kebudayaan sama. Simbol digunakan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu,

pemaknaan terhadap simbol-simbol yang sama akan bervariasi pada setiap masyarakat dan

waktu yang berbeda. Simbol dalam kehidupan sehari-hari salah satu diantaranya digunakan oleh

seseorang sebagai bahasa non verbal atau gerak tubuh yang mengandung isyarat. Secara umum,

menggelengkan kepala berarti ‘tidak setuju’, sedang menganggukan kepala ke atas dan ke bawah 16 Tylor, Edward B. 1924. Primitive Culture. 2 vols. 7th ed. New York: Brentano's.17 Ibid. Macionis18 Ibid

78

Page 79: MPKT A BUKU 2

diartikan “setuju”. Sebalikannya di India, menggelengkan kepala ke kiri dan kekanan

menandakan “setuju” dan anggukan kepala ke atas dan ke bawah menandakan “tidak setuju”.

Berarti masyarakat dan budaya India memiliki pemaknaan berbeda terhadap simbol gerak tubuh

yang sama. Perbedaan makna dari simbol yang sama dapat menghambat komunikasi. Bahu

jalan/trotoir secara normatif di simbolkan sebagai tempat pejalan kaki yang aman, bagi pedagang

kaki lima simbol wilayah ini dimaknai sebagai lahan untuk meletakkan lapaknya berdagang, agar

supaya mudah terjangkau pembeli. Pemaknaan terhadap simbol yang sama bisa saja berbeda

dari kelompok masyarakat yang berbeda. Masih banyak orang tua yang enggan mengangkat

menantu laki-laki apabila ia berambut panjang. Di sekolah Pangudi Luhur, ada tradisi bagi siswa

yang berprestasi diperkenankan memelihara rambut panjang, tapi kalau nilainya turun pada

semester berikutnya ia harus memotong rambutnya. Pemberian makna terhadap simbol laki-laki

rambut panjang berbeda dalam kesempatan dan konteks yang berbeda. Jadi simbol dibuat oleh

kebudayaan.

6.1.2 Bahasa

Hewan memiliki kemampuan menggunakan simbol untuk berkomunikasi, manusia dapat

membuat dan mengembangkan sistem yang rumit dari simbol menjadi bahasa sebagai alat

komunikasi. Perangkat dari kayu berkaki empat berfungsi untuk diduduki dibahasakan sebagai

‘kursi’. Perangkat terbuat dari besi, ada roda empat untuk berjalan, ada kemudi, kaca untuk

melihat ke depan (sistem yang rumit) merupakan simbol yang dibahasakan ‘mobil’. Bahasa

merupakan elemen kebudayaan yang sangat penting karena bahasa sebagai alat untuk

berkomunikasi yang berperan dalam mentransmisikan kebudayaan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Dalam sejarah manusia transmisi budaya terjadi melalui tradisi bahasa lisan. Tesis

Sapir-Whorf menyatakan bahwa orang melihat dunia melalui lensa budaya bahasa.

6.1.3 Nilai

Nilai adalah penghargaan yang berlaku dalam masyarakat mengenai sesuatu yang dianggap benar

dan salah, baik dan buruk, serta mengarahkan perilaku seseorang dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat. Nilai mempunyai peranan penting karena berfungsi sebagai panduan bagi manusia

dan masyarakat dalam berperilaku.

79

Page 80: MPKT A BUKU 2

Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat biasanya bersumber dari nilai budaya bangsa, seperti nilai

kejujuran, kesetaraan, kepedulian, kebebasan, saling menghargai, saling mencintai, gotong royong

dan tolong menolong di antara sesama manusia.

Nilai sosial memiliki karakteristik sebagai berikut.

Lahir dari pengalaman masyarakat dan merupakan gambaran/ciri masyarakat tsb;

misalnya, nilai gotong royong lahir dari budaya dan masyarakat Indonesia.

Bersifat subyektif, melibatkan emosi dan perasaan. Nilai gotong royong menjadi

identitas bangsa Indonesia dan ciri khas kebudayaan bangsa Indonesia.

Interpretasi nilai berbeda beda, tergantung pada konteks masyarakat/kelompok yang

berbeda. Masing-masing kelompok dalam masyarakat memberikan interpretasi yang

berbeda pada nilai gotong royong. Dalam memperingati acara 17 Agustus, warga setiap

kelurahan melakukan gotong royong membersihkan lingkungan pemukiman mereka.

Berbeda dikalangan remaja, nilai gotong royong digunakan untuk membela, melindungi

sesama temannya yang jelas jelas berbuat kesalahan, atau bahkan gotong royong dalam

mengerjakan soal ulangan.

Diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masyarakat Indonesia sangat

menghargai nilai gotong royong. Setiap anggota masyarakat mempertahankan dan

mentaati nilai-nilai gotong royong tersebut dan disosialisasikan pada generasi baru.

6.1.4 Norma

Norma yang ada dalam masyarakat merupakan aturan/kaidah yang mengatur tata kelakuan

masyarakat, untuk mencapai nilai tertentu. Norma memiliki kekuatan yang mengikat masyarakat

dalam tingkat yang berbeda. Berdasarkan kekuatan mengikat dari yang lemah ke yang kuat,

norma digolongkan ke dalam lima bentuk.

a.Cara(usage), adalah suatu perbuatan antar individu dalam hubungan bermasyarakat.

Contoh, menggunakan pakaian yang sopan dan pantas untuk kuliah. Apabila mahasiswa

menggunakan sandal jepit saat kuliah, pelanggaran terhadap cara(usage) penampilannya

tidak mendapat hukuman yang berat. Pengajar mungkin hanya menatapkan matanya

berulang-ulang pada sandal jepitnya sampai yang bersangkutan merasa risih, dan teman-

temannya hanya memberikan sindiran.

80

Page 81: MPKT A BUKU 2

b. Kebiasaan (folkways), merupakan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk

yang sama dan dianggap sebagai hal yang lazim dalam masyarakat. Kebiasaan (folkways)

memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar dibanding cara (usage). Sudah menjadi

kebiasaan, bila seseorang terkena penyakit campak dibawa ke dokter untuk mendapatkan

perawatan dan istirahat di rumah. Tapi apabila tidak ke dokter dan tetap beraktivitas,

lingkungannya akan merasa sulit untuk menerimanya bahkan meminta temannya untuk

pulang karena takut tertular penyakit yang dideritanya. Sanksi sosial yang diterimanya

adalah tersisih dari kontak sosial lingkungannya.

c.Tata kelakuan (mores), adalah norma yang lebih menekankan pada larangan, yang bertujuan

agar supaya anggota masyarakat menaati tata kelakuan (mores). Tata kelakuan (mores) dapat

memaksa atau juga melarang dilakukan perbuatan tertentu. Misalnya, tata kelakuan (mores)

melarang perkawinan dengan sesama jenis kelamin/ homoseksual, sedang tata kelakuan

(mores) yang memaksa adalah perkawinan seharusnya terjadi diantara laki-laki dan

perempuan (heteroseksual). Pelanggaran terhadap tata kelakuan (mores), tergantung pada

masyarakatnya. Pada masyarakat yang lebih individual, sanksi yang berlaku hanya dalam

bentuk gunjingan, tetapi pada masyarakat yang agak tradisional sanksi yang diberikan

berupa pengucilan.

d. Adat kebiasaan (custom) terbentuk dari tata kelakuan yang lebih kuat integrasinya

dengan pola perilaku masyarakat. Pada masyarakat Tapanuli, perkawinan yang

diperbolehkan adalah yang disebut ‘pariban’, anak perempuan dari seorang ibu menikah

dengan anak laki-laki dari pamannya (kakak atau adik laki-laki dari ibu tersebut). Mereka

yang melanggar atau tidak mau dengan perjodohan yang sudah menjadi tradisi, paling

sedikit harus dari marga yang berbeda, akan menerima sanksi adat, atau menikah dengan

cara ‘mangalua’/kawin lari.

e. Hukum (laws) yaitu norma hukum yang diumumkan secara tertulis dan tegas untuk

mengatur tertib masyarakat. Hukum berfungsi untuk memperkuat tata kelakuan

(mores), cenderung menggunakan alat paksa yang keras berupa sanksi. Bagi mereka

yang melanggar hukum akan dikenakan hukuman penjara atau tindakan lainnya yang

sudah diatur secara tertulis. Hukum yang mengatur pengemudi kendaraan bermotor

dalam berlalu lintas, secara tegas akan menjatuhkan tilang pada pelanggaran rambu-

81

Page 82: MPKT A BUKU 2

rambu lalu lintas. Lebih jelas lagi, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika mengatur ketentuan pidana bagi mereka yang dapat dikenakan pidana beserta

denda yang harus ditanggung oleh penyalahguna narkotika. Pelaku perbuatan pidana

narkotika dikenakan sanksi hukum secara tegas.

Masyarakat dan kebudayaan dalam kesehariannya merupakan satu kesatuan yang tidak

tampak pemisahan, walaupun dalam tataran konsep, pembahasan keduanya dapat dipisahkan.

Manusia dalam hubungannya dengan masyarakat dapat dikatakan sebagai mahluk sosial dan dalam

hubungannya dengan kebudayaan dikatakan sebagai mahluk budaya karena memiliki pikiran atau

akal budi (buddayah).

6.2 Dinamika Antar Kelompok dalam Masyarakat

Masyarakat terdiri dari kelompok kelompok sosial. Kelompok tersebut bervariasi, ada kelompok

berdasarkan agama, berdasarkan etnis, ras, usia, gender, kelompok kepentingan, kelompok

minoritas dan mayoritas. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat dirasakan belum cukup

dengan mempelajari keragaman bentuk-bentuk kelompok saja, tetapi juga perlu dinamika

kelompok kelompok tersebut dalam bentuk interaksi dan relasinya yang disebut proses sosial.

Proses sosial dapat menggambarkan interaksi yang terjadi secara berulang antar kelompok sosial,

sehingga terbentuk pola-pola interaksi. Dalam proses sosial, interaksi sosial antar kelompok ini

dibagi ke dalam dua bentuk19: Asosiatif, yaitu proses yang terjadi antar kelompok bergerak ke

arah integrasi dan disosiatif, adalah proses yang terjadi antar kelompok kearah disintegrasi.

sering disebut proses oposisi. Bentuk proses asosiatif adalah kooperasi/kerjasama, akomodasi,

asimilasi dan akulturasi.

1) Kooperasi/kerjasama adalah hubungan timbal balik antara orang perorang atau

kelompok untuk mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Menurut Charles Horton

Cooley20:

Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-

19 Soeryono soekanto . 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto (ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (edisi 2). Jakarta: Kencana.20 Ibid

82

Page 83: MPKT A BUKU 2

kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna”.

Kerjasama dalam suatu masyarakat merupakan hal yang lazim, seperti sudah diuraikan

pada bagian sebelumnya bahwa setiap manusia membutuhkan hidup berkelompok, punya

tujuan dan kepentingan bersama untuk mempertahankan kehidupannhya. Contoh dari

kerja sama adalah koperasi yang dibentuk berdasarkan kerukunan dan gotong royong,

memiliki tujuan dan kepentingan bersama diantara anggotanya. Usaha bersama (joint

venture) atau kerjasama berbasis ekonomi seperti penanaman modal dari beberapa orang

dengan pembagian keuntungan yang dibagi menurut perjanjian.

2) Akomodasi

Akomodasi dapat dilihat dari dua hal yang berbeda:

- Akomodasi sebagai sebuah situasi, ada interaksi yang seimbang diantara

individu/kelompok dan saling menyesuaikan diri berdasarkan nilai dan norma

kelompok. Kehidupan yang harmonis dalam sebuah kelompok yang dipersatukan

karena adanya persamaan dalam tujuan hidup dan cara menjacai tujuan. Hampir

tidak ada perbedaan pendapat dalam pandangan hidup mereka. Masyarakat

tradisional dipedesaan yang hidup sangat sederhana seperti Baduy dalam , cara

berpakaian warna putih-putih bagi kaum laki laki. Mereka berjalan kaki kemana pun

tujuannya, karena menurut adat istiadat warga Baduy tidak diperbolehkan

menggunakan angkutan kendaraan. Ini semua dipatuhi oleh warga Baduy.

- Akomodasi sebagai proses, merupakan usaha diantara individu/kelompok dalam

membangun kesepakatan yang diterima bersama, sekalipun terdapat berbeda bahkan

bertentangan pendapat. Dalam kehidupan sehari-hari, ditempat pekerjaan, di sekolah,

siswa tetap berinteraksi dan bermain dengan teman-temannya, walaupun di antara

mereka ada perbedaan agama. Mereka hidup berdampingan secara rukun dan damai.

3) Asimilasi

Adalah proses pembauran kebudayaan atau kelompok-kelompok yang saling berhubungan,

kemudian melahirkan kebudayaan baru yang merupakan perpaduan dari beberapa

kebudayaan, diakui dan dimiliki bersama. Kebudayaan asli mulai memudar. Di

Indonesia, interaksi antara orang Cina dengan masyarakat pribumi sudah berlangsung sejak

awal abad pertama Masehi. Orang Tionghoa membawa kebudayaan mereka, hidup

83

Page 84: MPKT A BUKU 2

membaur dan melebur dengan unsur budaya lainnya bahkan mengawini perempuan Jawa

atau Melayu yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Mata pencaharian yang

merupakan ke khasan orang Tionghoa bergerak dalam bidang ekonomi sebagai pedagang.

Asimilasi kebudayaan Cina dan kebudayaan-kebudayaan di Indonesia berlangsung dengan

lancar. “Bakmi” dan Bakso” terbuat dari daging babi yang merupakan kuliner khas cina,

kini diakui dan dimiliki sebagai kuliner masyarakat Indonesia dari desa sampai kota,

sebagai bakmi dan bakso yang terbuat dari daging sapi, ayam dan ikan. Mie juga sudah

dimodifikasi menjadi mie instan bermerek “Indomie”. Baju Kokoh adalah baju yang

menjadi khas baju laki-laki Tionghoa, dengan leher kura-kura (turtle neck). Setelah

melampaui masa panjang baju kokoh ini diadopsi oleh kaum muslimin sebagai kemeja

yang digunakan untuk kemesjid, mengaji, dan kegiatan-kegiatan lain, dimana baju kokoh

ini menjadi pencitraan umat islam.

4) Akulturasi; proses sosial yang terjadi ketika suatu kebudayaan kelompok tertentu

dengan kebudayaan asing yang berbeda berinteraksi dalam waktu cepat ataupun lama,

yang akhirnya unsur-unsur budaya asing tersebut diterima tanpa menghilangkan

kekhasan kepribadian budaya sendiri. Banyak orang hidup dalam kebudayaan modern

tapi tidak dapat meninggalkan budaya tradisional. Misalnya dalam perayaan perkawinan

anak seseorang yang berasal dari kelas atas diselenggarakan di tempat mewah, sajian

dengan beragam pilihan, mengundang tamu dari kelas atas, menengah dan bawah tak

terhitung jumlahnya, design dan gaya modern, sampai menghabiskan biaya yang sangat

besar. Mereka tetap tidak lupa menyelenggarakan tradisi budaya mereka, seperti uruta-urutan

dari malam pelepasan masa lajang yang sering disebut malam midodareni. Setelah upacara

secara agama, dilanjutkan dengan berbagai upacara adat kebudayaan masing-masing

pengantin, injak telur, saling suap makanan, yang dimaknai tertentu oleh budayanya.

Barongsai yang dulu merupakan simbol identitas kebudayaan Cina yang terbatas ada di

kleteng dan pecinan, kini diterima oleh masyarakat sebagai hiburan di pusat pusat

perbelanjaan terutama saat imlek. Jelas disini akulturasi terjadi antara kebudayaan cina dan

islam. Mempertahankan budaya tradisional dalam kehidupan modern lainnya juga banyak

dialami oleh kita dalam kehidupan sehari-hari.

84

Page 85: MPKT A BUKU 2

Jemaat HKBP (Huriah Kristen Batak Protestan) adalah hasil persinggungan antara agama

Kristen yang dianut oleh etnis Batak. Dilihat sejarahnya21, tahun 1824 para Missionaris

pertama ke Tanah Batak yaitu Tuan Burton dan tuan Ward dari Inggris. Setelah

melampaui masa yang cukup lama, akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1861 lahirlah

HKBP, dengan Alkitab berbahasa Batak yang diterjemahkan oleh Van Der Tuuk dari

Amsterdam dan dilengkapi dengan Kamus Batak-Belanda. Contoh ini merupakan refleksi

telah berlangsunya akulturasi dalam waktu yang cukup lama antara budaya Batak dengan

agama Kristen.

Seperti telah disebutkan di atas, dinamikan antarkelompok masyarakat ditandai oleh terjadinya

proses asosiatif dan disosiatif. Proses disosiatif iniselalu dijumpai dalam masyarakat apa pun.

Bentuknya juga bervariasi antara lain kompetisi, kontravensi dan konflik.

1) Kompetisi adalah usaha untuk mengapai tujuan tertentu, tanpa merugikan pihak lain.

Kompetisi dapat dilakukan secara bersaing tapi tidak harus konflik. Kompetisi dapat

dilakukan secara individu dan kelompok, dengan menonjolkan sisi postif yakni kelebihan

masing-masing kelompok, bukan keburukan diantara mereka.

Persaingan pada Pemilihan Mahasiswa Berprestasi yang diselenggarakan oleh Kementrian

Pendidikan Nasional, dapat disebut kompetisi. Ada tujuan yang akan dicapai, yakni 22: (1)

memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berhasil mencapai prestasi tinggi;

memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan kurikuler, kokurikuler,

dan ekstrakurikuler sebagai wahana mensinergikan hard skills dan soft skills mahasiswa.; (3)

mendorong perguruan tinggi untuk mengembangkan iklim kehidupan kampus yang dapat

memfasilitasi mahasiswa mencapai prestasi yang membanggakan secara berkesinambungan.

Dalam kompetisi ini ada sejumlah syarat yang harus dipatuhi oleh calon mapres, ada

komponen penilaiannya seperti IP Kumulatif penampilan individu, dsb, ada prosedur

pemilihan Mahasiswa Berprestasi dari tingkat tingkat program studi, tingkat universitas,

sampai tingkat nasional, yang kemudian menetapkan juara I, II, dan III. Seleksi ini betul-betul

obyektif, berpegang pada panduan yang sudah disusun dan sesuai dengan prosedur. Bagi yang

tidak mendapatkan kesempatan untuk menang, diharapkan tetap menerima dengan legowo, 21 SEJARAH HKBP, diunduh dari http://hkbpcinere.tripod.com/sejarah.html, 22 gustus 2011, pukul 20.00).

22 Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi , Direktorat Akademik. 2009

85

Page 86: MPKT A BUKU 2

dan bagi yang menang tidaklah mengumbar keburukan yang lain. Contoh kompetisi

lainnya adalah pemilihan Indonesia idol, disaat akhir dimana juri akan menentukan siapa

pemenangnya, para kontestan selalu digambarkan sebagai sahabat yang tak akan terpisahkan,

bergandengan tangan seerat mungkin, sependeritaan. Ketika dinyatakan seorang sebagai

pemenang, sang juara memeluk semua teman teman yang tersisih, dan melantunkan lagu

perpisahan. Gambaran ini mencerminkan sebuah kompetisi yang sehat.

2) Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang bentuknya berada diantara persaingan

dengan konflik. Sebab munculnya kontravensi adalah (1) adanya perasaan tidak puas,

kecewa, ragu dan benci dari dua pihak; (2) perasaan-perasaan tersebut dari masing-

masing pihak saling dipendam.

Kita dapat megatakan kontravensi ini adalah ‘perang dingin’, karena konflik yang terjadi

adalah konflik laten. Pihak tertentu hampir tidak mengetahui perasaan-perasan yang ada pada

pihak lawan. Kalaupun ada serangan tidak dalam bentuk fisik, tapi lebih pada serangan

secara psikologis. Saat ini sering muncul teror, fitnah, pernyataan ketidakpuasann pada

seseorang atau kelompok melalui (short messages services) SMS, email, facebook dan

twitter. Ini merupakan contoh dari kontravensi.

3) Konflik adalah salah satu bentuk proses disosiatif. Benturan dua kelompok atau lebih

terjadi disebabkan adanya perbedaan. Konflik tidak selalu bersifat negatif, teori konflik

menganggap bahwa konflik dalam tingkat dan bentuk tertentu diperlukan dalam

masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Coser23 mengenai fungsi konflik, “….social

conflict may contribute to the maintenance, adjustment or adaptationof social

relationships and social structures”. Konflik dalam tingkat dan bentuk tertentu

diperlukan dalam masyarakat karena konflik akan menghasilkan perubahan yang

kemudian menjadikan masyarakat lebih dinamis.

Masalah keadilan gender merupakan masalah yang belum terselesaikan. Keadilan

dan kepekaan gender menjadi arus utama (mainstreaming) dalam program-program

pemerintah di segala aspek kehidupan. Pemerhati gender melalui usulan di media massa,

ingin sekali melakukan perubahan pelayanan publik dibidang transportasi. Ada konflik

nilai dalam hal gender, karena pemerintah dan masyarakat memiliki pandangan yang

23 Coser, Lewis A .1956 . The functions of sosial conflict. Cambridge, UK: The Free Press. Halaman 154.

86

Page 87: MPKT A BUKU 2

berbeda, sehingga gerakan-gerakan sosial yang dilakukan oleh pemerhati gender ini

mampu mengubah kebijakan dalam transportasi. Supaya penumpang perempuan tidak

terkena pelecehan seksual dari penumpang laki-laki, pemerintah mengeluarkan kebijakan

untuk menyediakan gerbong khusus wanita untuk kereta api. Demikian pula pada antrean

penumpang trans Jakarta mulai dipisahkan jalur laki-laki dan jalur perempuan. Upaya

pemerhati gender ini merupakan konflik yang memperjuangkan perbedaan pendapat

menjadi persamaan pendapat. Konflik yang ada di sini berhasil mengubah kebijakan yang

bermanfaat bagi kaum perempuan.

Yang menjadi pemicu konflik adalah perbedaan dan keragaman. Konflik bisa

berbentuk konflik horizontal dan konflik vertikal. Konflik horizontal biasanya disebabkan

adanya perbedaan agama, ras, etnis, sedangkan konflik vertikal disebabkan adanya

perebutan sumberdaya sehingga muncul politik, ekonomi, antar kelas, konflik

internasional24

Konflik dapat dibedakan pada tataran konflik itu berada. Perbedaan pandangan,

nilai, prinsip masuk dalam konflik nilai. Misalnya dalam seminar atau Focus Group

Discussin (FGD) ada diskusi tentang banyak wacana tentang satu konsep, misalnya

kemiskinan. Peserta yang berasal dari berbagai disiplin ilmu akan melihat konsep

kemiskinan dari sudut pandangnya masing-masing yang berbeda dengan yang lain. Diskusi

ini akan menghasilkan wacana mengenai kemiskinan. Ada konflik dalam diskusi ini, tapi

hanya pada tataran perbedaan pendapat.

Perebutan sumberdaya yang dibutuhkan disebut dengan konflik kepentingan.

Persaingan dalam memperebutkan kedudukan sebagai anggota DPR, lurah, camat, bupati,

gubernur, sering muncul konflik-konflik yang disebut konflik kepentingan (conflict of

interest) karena ada yang diharapkan dari kedudukan tersebut, yakni sumberdaya,

kekuasaan, dan kewenangan.

Konflik berikutnya adalah menggunakan kekerasan nonfisik, seperti pelecehan,

buli, dan kekerasan fisik, pukulan, tinju yang menimbulkan korban cedera bahkan sampai

meninggal. Biasanya konflik kekerasan berada pada skala luas, misalnya konflik etnis,

konflik antar agama, konflik politik, tawuran remaja, tawuran antar kampung yang

sedang marak terjadi di Jakarta.

24 Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dan Soeryono Soekanto . 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

87

Page 88: MPKT A BUKU 2

Konflik yang terjadi bisa dimulai dari konflik nilai, misalnya dalam keluarga

diantara anggotanya berbeda paham tentang pembagian harta warisan. Mula-mula mereka

hanya cekcok mulut, kemudian berkembang menjadi konflik kepentingan. Anggotanya

menyatakan siapa paling berhak untuk mendapatkan bagian terbesar karena ada

kebutuhan dan tanggung jawab sebagai anak tertua. Akhirnya konflik berubah menjadi

kekerasan fisik, mereka saling pukul sehingga cedera. Konflik kekerasan terjadi karena

adanya beda pandangan, misalnya dalam hal agama dan etnis seperti di Poso. Konflik

separatis juga dimulai dengan perbedaan nilai, terutama ketidakadilan dari pemerintah

pusat terhadap daerah. Konflik kepentingan pusat yang ditolak oleh daerah, akhirnya

menjadi konflik kekerasan. Mereka melakukan penolakan kunjungan pejabat pusat ke

daerah dengan poster atau lemparan telur, dll.

7.Kepemimpinan dalam Masyarakat

Masyarakat dan kepemimpinan merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan, sebab

secara normatif pemimpin diharapkan dapat mengatasi masalah yang muncul dalam masyarakat.

Secara sosiologis, masyarakat memerlukan seorang pemimpin karena berfungsi atau berperan untuk

menguasai, mengatur dan mengawasi agar tujuan masyarakat tercapai.

Kata pemimpin dan kepemimpinan sering disamakan dalam penggunaannya, padahal

secara konsep keduanya berbeda. Pemimpin (leader) adalah orang yang dengan kekuasaannya

mempengaruhi pengikut dan mengarahkan tindakannya untuk mencapai tujuan bersama.

Pemimpin, pengikut, dan tujuan adalah tiga kata yang mendukung dan sama-sama diperlukan

untuk kepemimpinan25. Kepemimpinan (leadership) adalah hubungan yang ada dalam diri

seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan

tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.26 Secara singkat bisa dibedakan antara pemimpin

adalah orang yang memimpin masyarakat/organisasi, sedangkan kepemimpinan adalah sifat-sifat

yang dimiliki oleh pemimpin tersebut seperti inisiatif, kreativitas, enerjik, intelegensi,

kepercayaaan pada diri sendiri, kedewasaan dalam menjalankan kepemimpinannya.

25 Wills Garry. 1996. Certain Trumpets: the Nature of Leadership. New York:Touchstone Rockefeller Center. 26 George R. Terry,yang dikutip oleh Sutarto. 1998. Dasar Organisasi. Yogyakarta: Penerbit: Gadjah Mada University Press.

88

Page 89: MPKT A BUKU 2

Pemimpin dalam masyarakat/organisasi ada yang sifatnya sebagai pemimpin formal dan

ada yang sebagai pemimpin informal. Pemimpinan formal memiliki otoritas kewenangan yang

legal atau kekuatan hukum yang kuat, diangkat melalui menkanisme pengangkatan yang resmi

dan formal seperti, gubernur, bupati, camat, ketua organisasi, dst. Pemimpin informal menurut

Kartini Kartono27 adalah:

“…………….. orang yang tidak mendapatkan pengangkatan sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.”

Pemimpinan informal di dalam masyarakat bukan diperoleh melalui pengangkatan yang

formal dan resmi. Seseorang dijadikan pemimpin oleh masyarakat karena keunggulan yang

dimilikinya dalam bentuk kekayaan, pengetahuan, pengalaman atau kekuatan. Contoh pemimpin

informal dalam masyarakat adalah tokoh masyarakat, ulama, posisi ayah dalam keluarga; dapat

juga ketua preman pasar tradisional yang memiliki kekuasaan di wilayahnya.

Pemimpin formal dan informal dilihat dari kekuatan hukum dan formalitasnya jelas

berbeda, namun tidak berarti yang formal memiliki kepemimpinan lebih baik dibandingankan

dengan kepemimpinan informal, atau pun pemimpin formal lebih ditaati oleh masyarakat

dibandingkan dengan pemimpin informal.

“Kepemimpinan” bukanlah merupakan hal yang baru, namun merupakan warisan

kebudayaan bangsa Hastha Brata28, yang diidentikkan dengan sifat-sifat alam. Berikut ini

disajikan 8 watak yang harus dimiliki seorang pemimpin yang kemudian dimaknai dengan sifat

alam, yaitu:

1. Berwatak matahari, artinya memberi semangat, memberi kehidupan, dan memberi

kekuatan bagi yang dipimpinnya.

2. Mempunyai watak bulan, dapat menyenangkan dan memberi terang dalam kegelapan.

3. Memiliki watak bintang, dapat menjadi pedoman.

4. Berwatak angin, dapat melakukan tindakan secara teliti dan cermat.

27Kartono, Kartini, , 2002. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta ; Grafindo Persada:

28 Dalam budaya jawa ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,Samudra,Dahana dan Bhumi. http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00.

89

Page 90: MPKT A BUKU 2

5. Berwatak mendung, artinya bahwa pemimpin harus berwibawa, setiap tindakannya harus

bermanfaat.

6. Pemimpin harus berwatak api, yaitu bertindak adil, mempunyai prinsip, tegas, tanpa

pandang bulu.

7. Harus berwatak samudera, yaitu mempunyai pandangan luas, berisi, dan rata.

8. Pemimpin harus memiliki watak bumi, yaitu budinya sentosa dan suci.29

Ki Hadjar Dewantara merumuskan kepemimpinan dalam tiga prinsip kepemimpinan ing ngarso

sung tulodo, ing madyo mangunkarso, dan tut wuri handayan, yang mengandung makna:

"seorang pemimpin harus berada di depan yang dipimpinnya untuk menjadi teladan, di tengah-

tengah untuk membangun semangat (kemauan), dan mengikuti dari belakang untuk member

kekuatan (daya)."30 Seorang pemimpin harus dapat memberikan motivasi dan keyakinan pada

orang yang dipimpinnya, sehingga orang/pengikut yang dipimpin akan merasakan efektif,

bermanfaat dan menerima kepemimpinannya.

Membicarakan kepemimpinan tidaklah dapat terlepas dari pembahasan mengenai

kekuasaan (power) dan wewenang (authority), karena kedua unsur ini melekat pada diri seorang

pemimpin dalam menjalankan peranannya. Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang

untuk mempengaruhi pihak lain agar supaya mengikuti keinginan pemimpin yang memegang

kekuasaan. Kata kunci yang penting dari kekuasaan adalah  kemampuan  untuk mempengaruhi.

Besarnya kekuasaan tergantung pada relasinya dengan pihak yang dipengaruhi, rela atau dalam

keadaan terpaksa mereka menerima pengaruh tersebut.31 Seorang kiai pemilik pesantren

dipercaya oleh santri dan masyarakat umum sebagai jamaah, memiliki kekuasaan yang berasal dari

Tuhan. Karena kepercayaan tersebut, kiai dan pesantren dianggap dengan mudah dapat

mempengaruhi para santri dan jamaahnya, dan peranannya penting dalam proses pendidikan dan

perubahan dalam masyarakat. Contoh lain kekuasaan yang dirasakan sebagai paksaan atau

kekerasan adalah ’premanisme’ dimana laki-laki dengan penampilan tidak rapih meminta sesuatu

29 Ramayana Kakawin (cerita berbentuk puisi dalam bahasa Jawa Kuno dari abad-10. 30 Pidato Ki Hadjar Dewantara dihadapan anak-anak didiknya dan para pengasuh di Perguruan Taman Siswa yang dibangunnya pada masa penjajahan Belanda. "Kata-kata itu dikutip oleh Ki Hadjar dari Drs. Raden Mas Sostrokartono (saudara kandung Raden Adjeng Kartini) .31 Sunarto, Kamanto. 2000. Halaman 76. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dan Soeryono Soekanto. Halaman 293. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

90

Page 91: MPKT A BUKU 2

yang berharga dengan menodongkan senjata tajamnya pada wanita yang sedang memarkir

motornya di depan pasar. Menggunakan kekuasaan dengan cara kekerasan tanpa memiliki

wewenang apapun mungkin saja terjadi. Contoh lain mengenai kekuasaan dengan manipulasi,

terjadi ketika beberapa laki-laki berdasi di mall memasarkan produk tertentu secara manipulative

dengan pemberian hadiah yang menarik. Jadi, kekuasaan diikuti oleh pengikutnya bukan saja

karena suka rela, tetapi bisa juga berupa paksaan, kekerasan atau manipulasi.

Kewenangan (authority) adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok

orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan/legitimasi dari masyarakat.32

Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan akan lebih efektif bila memiliki kewenangan.

Namun, tidak selalu kekuasaan dan wewenang sekaligus berada pada tangan pemimpin.

Pemimpin informal memiliki kekuasaan tetapi jarang dari mereka yang punya wewenang karena

jabatannya. Tidak jarang pemimpin formal memiliki kewenangan tetapi miskin kekuasaan untuk

sampai dipatuhi oleh bawahannya, sehingga tampak tidak berwibawa.

Ada tiga bentuk wewenang yang berbeda dikemukakan oleh Max Weber:

1) Wewenang Kharismatik, yaitu wewenang yang didasarkan pada kelebihan pribadi dalam

bentuk penampilan seorang tokoh yang memiliki kharisma/kelebihan, kemampuan khusus

yang memberi daya pesona kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengakuinya sebagai

pemimpin kharismatik. Wewenang ini tidak didasari aspek legal, namun cenderung memiliki

sifat irrasional.Wewenang kharismatik tidak mudah hilang sekalipun pemimpin yang

memegang wewenang ini meninggal dunia. Begitu kuat kharismanya sampai pengikutnya

mengkultuskan pemimpinnya.

Mahatma Gandhi seorang tokoh kharismatik dunia yang

berjasa pada perjuangan hak-hak asasi manusia dan anti

kekerasan. Ia dianggap Mahatma (Jiwa yang agung)

oleh rakyat India. Penampilan Gandhi amatlah

sederhana namun pemikiran dan perjuangannya

berdampak besar bagi kemerdekaan India serta

menginspirasi pejuang-pejuang anti kekerasan di

berbagai belahan dunia. Ketika Gandhi ditahan, tuntutan

rakyat untuk membebaskannya makin besar sampai

32 Ibid. Soeryono Soekanto, 294.

91

Page 92: MPKT A BUKU 2

jongkok dan tidak mau bangun meski dipukuli polisi, sampai akhirnya Gandhi dibebaskan.

Pemerintah sangat khawatir karena jika ia meninggal, maka akan terjadi revolusi di India. 

2) Wewenang Tradisional, yaitu wewenang yang didasarkan pada ikatan primordial,

keluargaan, kesukuan, kedaerahan, adat, dan agama. Penampilan pimpinan yang memiliki

wewenang tradisional memiliki wewenang lebih tinggi dari kemampuan pribadinya.

Wewenang tradisional bisa berubah dan hilang sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Pada masa sebelum tahun 1997, kepala desa di Indonesia merupakan pemimpin desa dengan

wewenang tradisional, yang jabatannya diperoleh secara turun temurun dari keluarga kakek

dan ayahnya. Kepala desa diangkat berdasarkan penurunan jabatan dari pimipinan

sebelumnya ke pimpinan yang sudah ditentukan yang keduanya memiliki garis keturunan.

Dalam sistem kerajaan, jabatan raja juga diturunkan dari orang tua ke anaknya, dalam

kepemimpinannya menggunakan wewenang tradisional.

3) Wewenang Legal Rasional, yaitu wewenang yang didasarkan pada kemapuan dan kecakapan

yang dimiliki seseorang sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku. Pemimpin dengan

wewenang legal rasional dipilih dan diangkat berdasarkan aturan-aturan hukum, menjalankan

kepemimpinannya menurut birokrasi. Wewenang yang digunakannya akan hilang bersamaan

dengan berakhirnya masa kepemimpinannya. Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono diangkat

melalui pemilihan umum dan pengangkatan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Kekuasaan dan kewenangannya legal, diakui melalui pemilihan yang rasional. Demikian pula

Ketua dan Wakil Badan Eksekutif Mahasiswa UI, diangkat melalui prosedur Tata Tertib Badan

Perwakilan Mahasiswa Bab VI pasal 42 sampai 50 yang memuat syarat-syarat calon ketua dan

wakil ketua BEM, pemilihan ketua dan wakil BEM, kepengurusan, masa jabatan, hak dan

kewajiban.

Ketiga bentuk kewenangan ini berbeda dalam

tingkat legitimasinya dan kondisi pribadi

pemimpin. Ketiga bentuk kewenangan ini bisa saja

sekaligus melekat pada diri seorang pemimpin.

Bung Karno, dapat dikatakan karismatik karena

penguasaan yang dimilikinya bukan hanya sebagai

negarawan, tapi juga sebagai teknokrat dan

92

Page 93: MPKT A BUKU 2

budayawan yang memiliki wawasan luas, sehingga dikagumi dan dihargai bukan pada tingkat

nasional, melainkan juga pada tingkat dunia. Membawa bangsanya merdeka dari penjajahan, berdiri

diatas kaki bangsa sendiri, tidak mau bersekutu dengan kapitalis. Rasa nasionalisme yang tinggi,

mempersatukan keragaman suku bangsa dan agama di Indonesia merupakan kepemimpinan

tradisional yang melekat pada dirinya. Sebagai presiden RI pertama, Bung Karno juga pemimpin

dengan kewenangan legal rasional, karena dipilih dan diangkat menurut aturan negara secara rasional.

Dengan demikian, kepemimpinan, kekuasaan dan kewenangan dalam masyarakat memiliki

bentuk, sifat dan ciri yang berbeda. Asas dan nilai-nilai kepemimpinan bukan merupakan hal yang baru tapi

sudah ada sejak manusia hidup berkelompok dan sifatnya universal.

Ada hal-hal yang mempersatukan masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh berbagai

tokoh sosiologi. Kumpulan masyarakat yang ingin bersatu menjadi sebuah “bangsa”. Sebuah

bangsa (nation) terbentuk dari adanya sense of belonging terhadap suatu warisan budaya dan

sejarah yang sama dan keinginan untuk hidup bersama dalam suatu kesatuan politik (negara).

Ben Anderson menyebutnya sebagai ”imagined community”. Ketika bangsa memerlukan

wilayah, disebutlah sebagai Negara (state) yang merupakan suatu satuan politis yang

mengandung tiga unsur dasar, yaitu pemerintah yang berdaulat, rakyat dan wilayah (Republik

Indonesia memiliki tiga syarat tersebut).

Daftar Kepustakaan

_____. 2009. Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Akademik.

_______Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi, 2009. Jakarta: Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi , Direktorat Akademik.

Coser, Lewis A .1956 . The Functions of Sosial Conflict. Cambridge, UK: The Free Press.

Herkovits, Melville J., 1948. Man and His Work. New York: Alfred A.Knopft

J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto (ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (edisi 2). Jakarta: Kencana.

Jarvis , Peter dikutip oleh Wuradji dari Adult Learning in the Sosial Context.  1987. London: Taylor & Francis.

Horton, Paul B. & Chester L. Hunt, 1984. Sociology, edisi kelapan. Michigan McGraw-Hill.

Kartono, Kartini, 2002.Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Grafindo Persada.

93

Page 94: MPKT A BUKU 2

Koentjaraningrat, 2000. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kornblum, Sociology in a Changing World . Rinehart and winston.

Linton , Ralph.1968. The Study of Man: an Introduction. New York: Appleton-Century.

Macionis. 2010. Introduction to Sociology (13th edition). New Jersey: Pearson

Poloma, Margaret M. 1991. Contemporary Sociological Theory. Michigan: Macmillan Publishing.

Soekanto.,Soeryono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soeratman, Darsiti . 1989. Ki Hajar Dewantara. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Suwito Santoso. Ramayana Kakawin Volume 1. New Delhi, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, International Academy of Indian Culture

Taylor-Butler.Christine . The Digestive System. 2008. Canada : Weldon Owen Education - Scholastic Inc.

Wills,Garry. 1996. Certain Trumpets: the Nature of Leadership. New York:Touchstone Rockefeller Center.

Wuradji MS.1988. Pendidikan dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan: sebuah pendekatan sosio-antropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud

(http://darahmerdeka.wordpress.com/2008/10/12/individu-dan-masyarakat/) jam 11.00 tanggal 1 Agustus 2011).

http://hkbpcinere.tripod.com/sejarah.html, 22 gustus 2011, pukul 20.00).

http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00.http://1.bp.blogspot.com/-d9ols74Bn-c/TdqB6E2IU1I/05clM7AFdTU/s1600/ mahatma-gandhi.jpghttp://www.google.co.id/search?tbm=isch&hl=id&source=hp&biw=1259&bih=579&q=bung+karno+pidato&gbv=2&aq=2&aqi=g10&aql=&oq=bung+karno (diunduh tanggal 8 agustus 2011 jam 7.00)http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00.

94

Page 95: MPKT A BUKU 2

95

Page 96: MPKT A BUKU 2

BAB IVIlustrasi Kehidupan Manusia dari

Sudut Pandang Ekonomi

Pius Nugraha

1.PENDAHULUAN

Bumi kita ini ditinggali oleh berbagai makhluk hidup, diantaranya manusia, tumbuhan dan

binatang. Setiap makhluk hidup dikaruniai oleh Tuhan YME naluri untuk bertahan hidup agar

menjaga eksistensi dan keberlangsungannya di dunia ini. Manusia sebagai makhluk hidup juga

akan selalu berusaha menjaga keberadaannya, baik untuk dirinya sendiri, untuk kelompoknya

maupun masyarakatnya. Naluri bertahan dan menjaga keberadaannya ini dilakukan secara

perorangan, kelompok, dan masyarakat.

Melakukan kegiatan ekonomi yang

merupakan perwujudan dari perilaku

ekonomi baik oleh perorangan, kelompok,

maupun masyarakat merupakan salah satu

upaya mendasar manusia untuk bertahan

hidup dan menjaga eksistensinya. Selain

kegiatan ekonomi, manusia juga

melakukan aktifitas sosial, budaya, politik,

dan lainnya untuk bertahan hidup. Pada bagian ini akan diuraikan perilaku ekonomi yang

terwujud dalam bentuk berbagai kegiatan ekonomi.

2.Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi manusia yang mendasar untuk bertahan hidup dan menjaga eksistensinya

adalah aktifitas mengkonsumsi. Kegiatan konsumsi pada hakekatnya dilakukan untuk memenuhi

96

Page 97: MPKT A BUKU 2

kebutuhan, baik kebutuhan primer (makan-minum, pakaian, dan perumahan), kebutuhan

sekunder (kesehatan, pendidikan, transportasi, dan sebagainya), dan kebutuhan tersier (hiburan,

kenyamanan, piknik, dan sebagainya). Selain kebutuhan-kebutuhan fisik (phisiology needs) ini,

manusia juga membutuhkan hal-hal yang bersifat non-materi, seperti kebutuhan akan rasa aman

(safety needs), kebutuhan untuk disayang dan dicintai (love and belonging needs), kebutuhan

untuk diakui dan direspeki (self esteem needs), serta kebutuhan untuk pencapaian suatu prestasi

(self actualization needs)33. Bahkan manusia secara fitrahnya, sebagai makhluk ber-Tuhan

menginginkan pemenuhan kebutuhan spiritual34. Pemenuhan kebutuhan baik materi maupun

non-materi ini diarahkan untuk tercapainya kesejahteraan bagi ketiga unsur manusia yaitu jiwa,

jasmani, dan rohani (mind, body, and spirit).

Agar bisa mengkonsumsi berbagai

pemenuhan kebutuhan di atas, manusia harus

memproduksi. Manusia menghasilkan segala

sesuatu demi untuk memenuhi

kebutuhannya. Dalam berproduksi, selain

bertindak sebagai produsen, manusia

sekaligus merupakan faktor produksi. Dalam

hal ini manusia terlibat langsung dalam

pelaksanaan proses produksi dengan

menyumbangkan tenaga kerjanya (labor).

Selain tenaga kerja, proses produksi juga membutuhkan faktor produksi lain seperti lahan ( land),

bahan baku (materials), modal baik fisik maupun finansial (physical and financial capitals),

kewirausahawan (entrepreneurship), dan teknologi (technology). Dalam mengembangkan faktor

produksi baik dalam dirinya (tenaga kerja) maupun di luar dirinya (faktor produksi selain tenaga

kerja), manusia mengembangkan metoda berproduksi melalui pemanfaatan serta

pengkombinasian penggunaan faktor produksi tersebut.

33 Lihat piramida kebutuhan manusia dalam Abraham H. Maslow, “A Theory of Human Motivation”, Psychological Review 50(4) (1943): 370-96.

34 Beberapa ahli, misalnya Viktor Frankl dalam artikelnya “Self-transcendence as a Human Phenomenon”, Journal of Humanistic Psychology 6(2) (1966): 97-106 menambahkan satu lagi kebutuhan manusia yang disebut sebagai self-transcendence needs yang tak lain adalah kebutuhan manusia untuk ber-Tuhan.

97

Page 98: MPKT A BUKU 2

Dua kegiatan ekonomi yang mendasar ini, mengkonsumsi dan memproduksi dapat

digambarkan secara sederhana dalam suatu diagram arus melingkar (circular flow). Dalam arus

melingkar ini di buat penyederhanaan bahwa hanya ada dua kelompok pelaku ekonomi yaitu

rumah tangga dan perusahaan. Rumah tangga melakukan aktifitas mengkonsumsi dan

menawarkan faktor produksi yang dimilikinya (tenaga kerja, modal, lahan, kewirausahaan, dan

sebagainya). Perusahaan melakukan aktifitas memproduksi (barang atau jasa) dengan

memanfaatkan berbagai faktor produksi yang tersedia. Diagram-1 menggambarkan dua kegiatan

ekonomi (konsumsi dan produksi) dari dua kelompok pelaku ekonomi (rumah tangga dan

perusahaan).

Perlu diingat bahwa di dalam suatu masyarakat atau perekonomian yang sudah mengenal

alat tukar (uang), selain arus fisik (barang, jasa, atau faktor produksi), dengan arah yang

berlawanan ada juga arus uang dari rumah tangga ke perusahaan (imbalan barang/jasa yang

dibeli rumah tangga untuk konsumsi) dan arus uang dari perusahaan ke rumah tangga (imbalan

faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi). Sedangkan untuk masyarakat

subsisten yang memenuhi kebutuhannya sendiri-sendiri, rumah tangga juga berfungsi sebagai

perusahaan, jadi selain mengkonsumsi rumah tangga juga memproduksi. Tentu saja tidak ada

arus uang untuk masyarakat yang memproduksi kebutuhan konsumsinya sendiri.

98

Page 99: MPKT A BUKU 2

Diagram-1. Arus Melingkar Kegiatan Ekonomi

Meskipun berbagai makhluk hidup selain manusia, baik tumbuhan maupun binatang, juga

memproduksi dan mengkonsumsi namun kegiatan mereka sangat terbatas dan nyaris tidak

berkembang sama sekali. Manusia dengan kemampuan inteligensianya mampu untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi, baik kegiatan mengkonsumsi maupun memproduksi, yaitu

meliputi: (1) pengkombinasian faktor-faktor produksi yang semakin efisien; (2) pengelolaan

proses produksi yang lebih efektif; (3) peningkatan hasil produksi melalui metoda yang semakin

baik; (4) penyimpanan dan pengawetan kelebihan hasil produksi; (5) pendistribusian hasil

produksi; (6) penghematan jumlah yang dikonsumsi; (7) pengkombinasian barang yang

dikonsumsi agar lebih efisien untuk mencukupkan tingkat konsumsi tertentu; dan berbagai

pengembangan kegiatan produksi maupun konsumsi lainnya.

Pengembangan kegiatan produksi di atas menyebabkan beberapa ahli menganggap bahwa

ada kegiatan ekonomi penting lainnya selain konsumsi dan produksi yaitu distribusi. Kegiatan

ekonomi distribusi pada dasarnya adalah sebagai jembatan antara kegiatan produksi dengan

kegiatan konsumsi. Selain fungsi penyimpanan dan pengawetan, fungsi distribusi yang juga

sangat berkembang adalah pemasaran (marketing) yang meliputi strategi penentuan harga

99

RumahTangga

Faktor produksi(labor, land, capital, entrepreneurship)

Produksi (barang/jasa)

Perusahaan

Page 100: MPKT A BUKU 2

(pricing), penentuan lokasi (placing), pengemasan (packaging), dan promosi (promotion). Dalam

teori dasar pemasaran empat strategi ini dikenal sebagai 4P’s strategy.

Kelebihan lain manusia dibandingkan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk

memanfaatkan sumber daya yang ada di Bumi ini yang meliputi benda-benda di dalam bumi, di

atas bumi, dan juga di udara, termasuk tumbuhan dan binatang. Tumbuhan dan binatang lebih

banyak dimanfaatkan daripada memanfaatkan. Bahkan pada umumnya, berbagai barang maupun

makhluk hidup selain manusia merupakan barang-barang yang dimanfaatkan oleh manusia untuk

membantu keberlangsungan keberadaan manusia di atas bumi.

Kemampuan memanfaatkan inilah yang merupakan perbedaan pokok antara manusia

dengan berbagai makhluk hidup lain yang ada di atas bumi. Kemampuan manusia untuk

memanfaatkan sumber daya alam di Bumi ini merupakan pedang bermata dua yang kalau

digunakan secara baik dapat mensejahterakan seluruh umat manusia secara adil dan

berkelanjutan. Namun kalau pedang tersebut digunakan secara salah akan mengakibatkan

pengurasan dan merusak sumberdaya alam sehingga tidak tersisa bagi generasi manusia di masa

mendatang. Meminjam ucapan Mahatma Gandhi (1869-1948) yang terkenal, yang artinya,

“Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia di Bumi, tetapi tidak cukup untuk

memenuhi berbagai keserakahan manusia”.

Hal inilah yang perlu dipahami dan bahkan perlu direnungi. Kegiatan ekonomi pada

hakekatnya merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan barang dan jasa

yang disediakan baik oleh manusia itu sendiri maupun oleh alam. Dengan perkembangan waktu,

kebutuhan manusia juga tumbuh baik dari segi kuantitas (semakin banyak) maupun kualitas

(semakin baik). Perkembangan kebutuhan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya berbagai

besaran-besaran demografi dan ekonomi seperti total populasi, jumlah penduduk usia muda,

aktifitas komunikasi, aktifitas mobilitas penduduk, dan lain-lain. Selain pertumbuhan-

pertumbuhan tersebut, kebutuhan manusia juga dipengaruhi oleh hal-hal yang semestinya tidak

terlalu diperlukan, sehingga menimbulkan pemborosan. Dalam skala dunia, perkembangan

kebutuhan yang demikian ini membawa manusia mengalami kelangkaan. Dan yang paling

berbahaya adalah kelangkaan akan pangan dan enerji.

Disinilah perlunya pemahaman perilaku ekonomi dikaitkan dengan berbagai aspek

kehidupan lainnya (sosial, budaya, hukum, politik, dan lingkungan alam) termasuk aspek

spiritual. Seperti disebutkan di atas, ada kebutuhan spiritual dari manusia. Dengan spiritual yang

100

Page 101: MPKT A BUKU 2

baik dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan lainnya, diharapkan manusia

dapat mengendalikan dirinya, terutama dalam memanfaatkan alam, tidak memboroskan apa yang

disediakan oleh alam sehingga lebih dari cukup untuk semua dari waktu ke waktu. Dengan

demikian upaya ekonomi yang sejatinya adalah untuk menjamin eksistensi dan keberlangsungan

manusia dapat tercapai.

3.Hal-hal Yang Membahayakan Keberlangsungan

Manusia:

Walaupun upaya manusia melalui kegiatan ekonomi sudah diarahkan untuk menjamin

keberlangsungan keberadaan manusia yang berkelanjutan, namun ada beberapa hal yang bisa

mengancam pencapaian tersebut yaitu:

I. Alam: Alam sering berulah berupa gunung meletus, gempa bumi, dlsb.

II. Ulah manusia sendiri: Inilah yang sebenarnya lebih berbahaya karena membahayakan

kelangsungan keberadaan umat manusia.

Ancaman terhadap keberlangsungan

keberadaan manusia sebagai akibat ulah alam,

sedikit demi sedikit mulai dapat diatasi atau paling

tidak diantisipasi, meski tidak mungkin untuk

dihilangkan sama sekali. Namun yang justru perlu

diawasi perkembangannya adalah ulah manusia

yang semakin lama semakin brutal. Apakah hal ini

merupakan akibat dari kepentingan ekonomi?

Kepentingan ekonomi pada dasarnya netral.

Yang selalu menjadi masalah adalah kerakusan manusia dalam memanfaatkan keinginannya.

Ekonomi memang menyediakan peralatan-peralatannya, seperti teknologi dan manajemen untuk

meningkatkan produktivitas manusia, yang utamanya bertujuan meningkatkan kemakmuran

manusia. Sayangnya peralatan ini rawan disalahgunakan. Perkembangan produktivitas sering

berada di bawah keinginan manusia. Manusia memaksakan kehendaknya agar produksi

berkembang lebih pesat daripada kemampuannya. Bahkan produksi dipaksa untuk berkembang

101

Page 102: MPKT A BUKU 2

melebihi kebutuhan manusia. Demikian pula, alam dipaksa untuk berkembang melebihi

kemampuannya. Akibatnya terjadilah pengrusakan alam.

Berangkat dari situasi inilah manusia semestinya bertindak dan berpikir dengan selalu

didasarkan atas kekritisan, kreativitas dan inovatif. Selain itu sebaiknya dalam bertindak,

terutama dalam memanfaatkan alam, manusia semestinya juga menunggu sampai mampu

memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Hal ini akan dengan mudah dilakukan bila

manusia menyadari akan perlunya spiritualitas

4.Kritis

Manusia haruslah kritis dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi. Pandai

menimbang baik buruknya tindakan yang akan dilakukan. Selalu mempertanyakan kebenaran

dan akibat tindakan yang akan dilakukan. Apakah suatu tindakan akan menghasilkan nilai-nilai

positif ataukah negatif. Apakah suatu tindakan akan menghasilkan nilai positif untuk jangka

pendek, tetapi dalam jangka panjang justru akan memberikan hasil negatif.

Sesuatu yang baik, namun jika dilaksanakan tanpa sikap kritis, sangat sering justru

menghasilkan akibat negatif dari sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil yang positif.

Penggunaan pupuk, pestisida, bibit unggul yang tidak dilandasi sikap kritis terhadap dampaknya,

merupakan contoh yang sangat bagus, bahwa sesuatu yang diharapkan akan menghasilkan output

yang baik, ternyata malah merugikan.

- Penggunaan pupuk an-organik yang tidak tepat ternyata merusak struktur tanah.

- Penggunaan pestisida ternyata membinasakan banyak hewan yang sebenarnya bermanfaat

bagi pertanian dan penggunaan pestisida yang terus menerus malah mengakibatkan banyak

hama menjadi tahan terhadap pestisida.

- Penggunaan bibit unggul mengakibatkan terjadinya pergeseran penggunaan tenaga kerja

dari tenaga kerja wanita ke tenaga kerja pria, sehingga banyak tenaga kerja wanita beralih

profesi menjadi buruh di kota atau menjadi TKW di luar negeri.

Sikap kritis juga perlu ada dalam berkonsumsi. Diperlukan tingkat pemikiran tertentu

agar konsumsi bisa sehat dan tidak merusak lingkungan, serta bermanfaat bagi orang banyak.

Selain banyaknya polusi yang berasal dari BBM, besarnya konsumsi hasil ternak ikut

menyumbang terjadinya “Global Warming”. Oleh karena itu dorongan untuk berkonsumsi juga

harus diarahkan sedemikian rupa sehingga tidak merusak lingkungan.

102

Page 103: MPKT A BUKU 2

5.Kreatif.

Di dalam menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tertentu manusia harus kreatif

dalam menciptakan metode dan peluang-peluang, guna menunjang keberhasilan suatu tindakan.

Misalnya dalam hal meningkatkan produktivitas, perlu ditemukan terobosan-terobosan baru,

dengan tujuan agar hasil yang diperoleh benar-benar bisa meningkat, bahkan meski

menggunakan teknologi yang tersedia. Kreativitas dalam berkonsumsi bisa dilaksanakan dengan

pengembangan sumber energi alternatif.

Contohnya adalah pemanfaatan energi dari kotoran ternak, tenaga surya, dan lain-lainnya.

Demikian pula dengan penggunaan pupuk kompos atau pupuk kandang, serta berusaha

mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Hal ini selain akan menjaga peningkatan

produktivitas sebagaimana yang diharapkan, juga akan membuat berkelanjutannya kesuburan

tanah, serta memperbaiki kandungan nutrisi hasil produksi (organik). Dengan demikian, selain

memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan, petani juga akan dapat

meningkatkan pendapatannya

Inovatif

Sikap inovatif maksudnya adalah menemukan hal-hal yang baru sama sekali. Misalnya

mengganti tanaman yang semula merupakan tanaman pangan seperti padi dan palawija, diganti

dengan tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai lebih tinggi.

Contoh-contoh di atas hanyalah beberapa dari banyak yang bisa dilakukan.

Diperlukannya sikap kritis, kreatif serta inovatif ini dapat ditemukan di setiap kelompok orang,

masyarakat, dan dimanapun. Juga di setiap bidang ekonomi dengan permasalahan masing-

masing, baik dalam berproduksi maupun dalam berkonsumsi. Sikap kritis, kreatif dan inovatif

juga perlu dikembangkan ketika seseorang bertindak baik sebagai faktor produksi maupun

sebagai pelaksana manajemen. Sebagai faktor produksi dan manajerial misalnya, kritis, kreatif

dan inovativ terjadi sebagaimana dalam sejarah dari berdirinya koperasi dan selama

perjalanannya sampai saat ini. Koperasi merupakan contoh yang sangat baik, bagaimana dengan

bekerja sama koperasi mampu meningkatkan manusia sebagai faktor produksi bahkan juga

sebagai produsen dan konsumen. Koperasi juga membina para anggotanya menjadi manusia

yang berdisiplin dalam menjaga lingkungan dan bertindak kritis. Bahkan koperasi telah

103

Page 104: MPKT A BUKU 2

memakmurkan anggotanya. Koperasi berkembang sedemikian sehingga memakmurkan

anggotanya tanpa menimbulkan permasalahan

Individu.

Pada dasarnya secara individu, kekhawatiran manusia dalam menghadapi alam dan

eksistensinya lebih besar daripada secara berkelompok. Oleh karena itu pada umumnya, secara

individu manusia akan berusaha mempunyai kearifan yang lebih besar dalam mempertahankan

eksistensi ras manusia. Secara individu manusia akan menjaga kelestarian alam dan

mempertahankan haknya secara lebih langsung. Individu juga akan berproduksi secukupnya.

Tidak berlebihan. Kekurangan bahan-bahan keperluan hidup yang mungkin terjadi juga tidak

terlalu mengkhawatirkan dirinya karena ia hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Dalam

hal menghadapi kekurangan keperluan hidupnya, seorang individu juga akan merasa lebih

mudah memenuhi kebutuhannya karena ia merasa hanya akan memenuhi kebutuhan untuk satu

orang, yaitu dirinya sendiri. Namun demikian usaha untuk berproduksi juga sangat terbatas,

karena hanya dilakukan sendiri. Baik tenaga maupun pikiran yang dapat dicurahkan dalam

usahanya berproduksi menjadi sangat terbatas. Sehingga hasil produksinya pun menjadi sangat

terbatas pula.

Orang yang bekerja secara individu hampir tidak mungkin atau kecil kemungkinanannya

mengembangkan metode berproduksi atau mengembangkan kombinasi penggunaan faktor

produksi. Individu umumnya cepat merasa puas dengan terpenuhinya kebutuhan yang minimal.

Namun cerita di bawah ini memberikan ilustrasi yang sangat pas untuk menggambarkan

perjuangan seorang anak manusia yang mempertahankan eksistensinya di alam bebas seorang

diri.

Badar bukan sedari mula merupakan

manusia yang hidup seorang diri. Ia berasal dari

suatu masyarakat yang sudah berbudaya.

Keinginannya untuk berlayar mengakibatkan ia

meninggalkan masyarakatnya. Maka diceritakan

perahunya kandas dan ia terdampar di pantai

sebuah pulau kosong.

104

Page 105: MPKT A BUKU 2

Ketika pagi-pagi sadar dari pingsannya ia menyadari bahwa barang yang ada

padanya hanyalah pakaian yang dia kenakan dan sebuah pisau pemberian kakeknya

ketika ia mulai dewasa dan yang tidak pernah meninggalkan pinggangnya. Ia merasa

lapar, lalu tertatih-tatih berjalan menuju pedalaman pulau. Ia menemukan sebuah

sungai yang airnya sangat jernih, minumlah ia sepuasnya dan kemudian mandi. Setelah

segar ia mulai merasa hidup kembali. Tahu bahwa ia harus mendapatkan makanan

maka iapun mulai melihat-lihat ke sekelilingnya. Di air sungai yang sangat jernih itu, ia

melihat ikan-ikan yang cukup besar berenang kesana kemari.

Dengan mempergunakan pisaunya, ia mulai membuat sebuah tombak

dari sebuah ranting pohon yang diruncingkan ujungnya. Setelah selesai

membuat tombak, iapun mulai berburu ikan.

Hari itu ia mendapat 4 ekor ikan dan habis dimakannya. Keesokan

harinya ia berburu lagi dan mendapatkan 4 ekor ikan yang habis untuk

dikonsumsinya pada hari yang sama. Cerita berlanjut untuk beberapa hari ke

depan. Sampai pada suatu hari ia berpikir, “Kalau begini keadaannya, saya

tidak akan pernah berhasil keluar dari pulau ini. Hari-hariku habis untuk

berburu ikan.”

Maka iapun menyadari bahwa ia harus bisa mendapatkan lebih banyak

ikan. Tetapi bagaimana? Dengan tombaknya ia hanya mampu memperoleh 4

ekor ikan dalam sehari. Ia berpikir bahwa untuk mendapatkan ikan yang lebih

banyak ia harus mengganti peralatannya yang semula tombak menjadi jaring.

Itu artinya ia harus membuat jaring. Tapi kapan? Waktunya dalam sehari sudah

habis digunakan untuk menangkap ikan. Mulailah ia berhitung: Dengan

mengurangi jumlah ikan yang dikonsumsi, ia akan bisa menyimpan ikan untuk

dimakan pada hari berikutnya.

Keesokan harinya ia menangkap ikan mendapatkan 4 ekor tetapi hanya

dimakan 3 ekor saja maka ia mempunyai simpanan 1 ekor. Hari kedua ia

menangkap 4 ekor ikan lagi sehingga ia mempunyai 5 ekor ikan dan hanya

dimakan 3 ekor sehingga masih sisa 2 ekor. Begitu juga yang dilakukannya pada

hari ke 3, sehingga sisa ikan pada hari itu menjadi 3 ekor. Pada hari ke 4, ia

105

Page 106: MPKT A BUKU 2

tidak menangkap ikan tetapi dengan makan 3 ekor ikan tersisa, hari itu bisa ia

gunakan untuk memintal benang dari serat kulit kayu.

Pada periode tiga hari mendatang ia melakukan hal yang sama dan pada hari

keempat ia memintal benang lagi. Demikianlah ia melakukan untuk beberapa lama,

hingga pada akhirnya ia merasa bahwa benang yang dimilikinya sudah cukup untuk

membuat sebuah jala. Ia masih melakukan hal yang sama pada hari pertama, kedua dan

ketiga. Namun, yang dilakukan pada

hari keempat adalah merajut sebuah

jala. Kegiatan ini dilakukan beberapa

waktu sehingga pada akhirnya jala

selesai dirajut dan kini ia mempunyai

sebuah jala untuk menangkap ikan.

Dengan menggunakan jala itu,

tangkapannya meningkat drastis.

Sekarang ia mampu menangkap ikan dalam sehari sebanyak 10 ekor. Iapun

makan ikan sebanyak 5 ekor ikan sehari. Itupun masih berlebih. Maka banyak

hal dapat dilakukannya yaitu:

- membangun pondok,

- belajar membuat api,

- menjelajahi hutan,

- mencoba berburu binatang hutan,

- mencari buah-buahan atau makanan lain di hutan, dan

- akhirnya mencoba bercocok tanam.

Cerita tentang si Badar di atas memberikan ilustrasi tentang konsumsi, saving

(menabung), investasi, dan peningkatan aktivitas produksi yang kemudian semakin

meningkatkan kehidupannya atau kesejahteraannya. Inilah cerita anak manusia yang hidup

dalam kesendiriannya dan mencoba untuk mempertahankan hidup dan eksistensinya.

6.Kelompok

106

Page 107: MPKT A BUKU 2

Ketika manusia mulai berkelompok, segala sesuatunya dilakukan bersama. Maka

mulailah timbul rasa kekhawatiran terhadap ketiadaan kebutuhan pada suatu saat. Mereka

melakukan upaya untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan produktivitas dan

melakukan penyimpanan. Simpanan ini terutama dilakukan untuk menghadapi masa paceklik.

Terlebih-lebih juga disebabkan karena sangat sering dalam kelompok mereka ini terdapat

anggota kelompok yang belum produktif seperti anak-anak dan para orang tua yang karena usia

atau jabatannya menjadi tidak produktif.

Dengan berkelompok-kelompok, kemampuan berproduksi menjadi lebih besar dan

beragam daripada ketika dilakukan secara individu. Baik untuk berburu, bertani, maupun

menangkap ikan yang dilakukan secara kelompok akan menghasilkan lebih banyak. Selain itu

dengan berkelompok, semakin banyak profesi yang dapat di jalankan. Hingga profesi dukun

yaitu pengobat, pelindung dari kuasa jahat, ataupun dukun-dukun yang lain yang lebih dikenal

dengan pawang juga timbul disini.

Situasi ini menimbulkan kesadaran bahwa besarnya kelompok berpengaruh langsung

terhadap hasil yang akan mereka peroleh. Sehingga mereka mulai menyadari bahwa jumlah anak

dalam suatu kelompok akan berpengaruh terhadap “kemakmuran” kelompok mereka. Semakin

banyak anak, akan semakin memungkinkan kelompok tersebut berkembang menjadi lebih

makmur. Akan tetapi situasi ini juga membawa konsekwensi untuk menghidupi anak-anak

mereka demi untuk kelangsungan produksi yang semakin besar. Dari sinilah tumbuh konsep

“investasi”, yaitu menahan konsumsi sekarang demi untuk meningkatkan produksi di masa

mendatang.

7.Masyarakat

Kelompok-kelompok manusia terus berkembang. Jumlah anggota masing-masing

kelompok juga berkembang. Terjadi persaingan antar kelompok. Mereka bersaing

memperebutkan daerah atau bahkan kekayaan yang sudah dimiliki oleh kelompok lain. Disinilah

mulai terlihat secara nyata tumbuhnya kerakusan. Maka dalam kelompok-kelompok tersebut

timbullah kesadaran untuk mengembangkan tatanan. Dalam kelompok-kelompok, timbullah

pembidangan kegiatan masyarakat. Bidang pertahanan, bidang ekonomi, bidang kesenian,

bidang kesehatan dan lain sebagainya. Sebagai dampak berikutnya, timbullah persaingan untuk

memperebutkan kekuasaan dan pemerintahan. Terbentuklah masyarakat. Tatanan pada

107

Page 108: MPKT A BUKU 2

masyarakat yang menimbulkan spesialisasi ini ternyata semakin berkembang kearah spesialisasi

yang lebih rinci lagi.

Tumbuhnya berbagai masyarakat ini sekaligus

menumbuhkan berbagai pemikiran-pemikiran. Di bidang

sosial, agama, pertahanan, kebudayaan sudah lebih dahulu

timbul. Dibidang ekonomi berbagai pemikiran juga sudah

ada jauh jauh hari. Sampai kemudian Adam Smith pada

tahun1776 dalam bukunya An Inquiry into the Nature and

Causes of the Wealth of Nations (disingkat Wealth of

Nations) menuliskan tentang dasar-dasar perdagangan

bebas. Ia merupakan pelopor perdagangan bebas yang sekaligus menjadi bibit dari ekonomi

kapitalis. Mungkin ketika Adam Smith menuliskan pendapatnya ia benar, mengingat situasi pada

waktu itu mendukungnya. Sebagai contoh, waktu itu produksi masih merupakan produksi

rumahan. Belum ada yang disebut sebagai pabrik dan demikian juga belum ada yang disebut

buruh. Sehingga kapitalisme dalam arti menghadapkan capital dengan buruh juga belum terjadi.

Namun dalam perkembangannya, kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan

oleh Adam Smith melalui konsep invisible hands nya menjadi berantakan.

Lahirnya konsep pabrik yang menimbulkan istilah buruh, memasukkan buruh ke dalam

biaya, mengakibatkan buruh dihadapkan dengan kapital sebagai pilihan. Sebagai akibatnya

dengan konsep kapitalisme (oleh tulisan Adam Smith) buruh adalah bagian dari biaya. Sehingga

buruh merupakan bagian yang harus ditekan ketika perusahaan menghadapi perusahaan lain.

Pergolakan atau lebih jelas lagi tekanan terhadap buruh inilah yang kemudian melahirkan

Marxisme. Jadi invisible hands secara teori memang mengatur keseimbangan antara produksi

dengan konsumsi namun sangat sering, pengaturan yang terjadi membawa akibat yang sangat

luar biasa pahitnya bagi sebagian anggota masyarakat, dalam hal ini kaum buruh. Terjadi

penjajahan atas manusia oleh kelompok manusia lain. Kelas buruh

sangat dirugikan dan sangat menderita.

Melihat situasi ini, Karl Marx bereaksi. Ia menuliskan dalam

bukunya Manifesto Komunis bahwa: Sejarah dari berbagai

masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah

108

Page 109: MPKT A BUKU 2

pertentangan kelas. Oleh karenanya Marx menuntut bahwa demi keadilan maka semua alat

produksi harus dikuasai oleh negara. Secara teori ajaran ini tentu sangat baik. Di bawah

kepemilikan alat-alat produksi oleh negara, hasil produksi akan dapat dibagikan secara optimal

kepada para warga negaranya sehingga kemakmuran akan optimal. Tetapi, pemikiran ini ternyata

hanya terjadi di alam maya saja. Dalam prakteknya ternyata negaralah yang kemudian

memegang peranan sebagai penjajah warganya. Tidak ada kebebasan berpikir apalagi kebebasan

berproduksi. Jumlah serta jenis produksi ditentukan dan dikuasai oleh negara.

Pada bidang Ekonomi, spesialisasi dalam berproduksi menjadi semakin dalam. Namun

demikian pengaturannya yang lengkap dan apik mengakibatkan produksi barang dan jasa

berlimpah dan sangat berlebih untuk mencukupi kebutuhan anggota masyarakat yang berada di

luar sektor produksi. Akan tetapi situasi

spesialisasi ini juga tidak menjadikan buruh

lebih baik. Setiap buruh hanya menguasai

bidang produksi tertentu. Bahkan pada

suatu sistem produksi yang besar dan

kompleks, setiap buruh hanya ahli di

sebagian sistim produksi saja. Buruh tidak

bisa berproduksi di luar bidangnya, dan ini

menjadikan mereka rentan terhadap berbagai situasi. Hal ini terbukti ketika terjadi revolusi

industri dimanan nilai buruh sangat merosot dibandingkan dengan nilai mesin. Mengapa

demikian? Karena buruh tidak mempunyai alternatif untuk bekerja di bidang lain.

Sampai akhirnya, melalui proses panjang dan melalui berbagai kegagalan, para buruh

bisa melahirkan konsep koperasi. Konsep ini bukan dilahirkan oleh seseorang yang pandai

seperti halnya kapitalisme dan komunisme (Marxisme) namun langsung lahir dari rahim

golongan yang mengalami kesulitan. Dan mereka berhasil menemukan jalan pemecahannya.

Ternyata koperasi, apabila dijalankan sebagaimana cita-citanya yaitu memakmurkan

anggotanya, dapat berkembang dan memberikan manfaat yang sangat significant terhadap

anggotanya. Namun cita-cita koperasi yang dapat berhasil ini sangat membutuhkan dedikasi,

keuletan serta ketelatenan baik dari para pengurus maupun anggotanya. Keadaan bahwa koperasi

sudah membuktikan memberikan manfaat berupa kemakmuran bagi para anggotanya sudah

109

Page 110: MPKT A BUKU 2

banyak terjadi. Banyak koperasi yang bahkan turn-overnya lebih besar daripada multi national

corporation

Di Indonesia koperasi sudah dikenal pada akhir abad XIX. Jadi sebenarnya sudah cukup

lama, karena tidak terpaut jauh (tidak sampai 20 tahun) dari dilahirkannya koperasi di negara

asalnya Inggris. Namun demikian koperasi ternyata tidak dapat berkembang dengan baik di

Indonesia. Padahal negara kita memiliki dasar yang sangat sesuai untuk berkembangnya koperasi

yaitu “Gotong Royong”. Gotong Royong artinya bekerja sama, dan ide yang sama pula yang

menjadi awal pemikiran koperasi (co-operative) di Inggris.

Secara singkat, sejarah timbulnya pemikiran koperasi di Inggris diawali dengan siatuasi

sebagaimana sudah dinyatakan diatas, sistim ekonomi kapitalis yang menghadapkan buruh

dengan kapital. Ternyata kapital memang lebih unggul dibandingkan dengan buruh. Sebagai

akibatnya nilai buruh (upah) menurun drastis. Buruh juga terancam pemecatan. Sebagai

akibatnya buruh berupaya untuk berkelakuan sebaik mungkin.

Langkah pertama yang dilakukan adalah belanja bersama. Bukan berarti para buruh ramai

ramai ke kota bersama-sama belanja. Tetapi secara begiliran orang berbelanja ke kota. Yang lain

menitipkan belanjaannya kepada orang yang bertugas. Tindakan ini membawa akibat,

- konduite buruh di mata majikan meningkat karena berkurangnya hari membolos,

- sewa angkutan per satuan barang bawaan menjadi lebih murah, dan

- para penjual di kota yang semula menghadapi banyak buruh sehingga bisa menahan harga,

sekarang hanya menghadapi satu buruh sehingga para penjuallah yang kini bersaing untuk

menjual barangnya kepada perwakilan buruh.

Langkah kedua adalah mendirikan warung kebutuhan para buruh. Sehingga tempat belanja para

buruh bisa didekatkan. Dalam perkembangannya, warung ini kemudian ditiru oleh kumpulan-

kumpulan buruh. Bahkan warung-warung ini kemudian melakukan belanja bersama sehingga

effisiensi yang luar biasa besarnya. Belanja kemudian dilakukan langsung ke pabrik pembuatnya.

Langkah ketiga adalah dengan semakin besarnya kebutuhan untuk beberapa barang konsumsi

seperti biskuit, sepatu, dan lain-lain, kelompok buruh ini kemudian mendirikan sendiri

pabriknya.

Inilah perkembangan koperasi di negara asalnya, Inggris. Bagi mereka koperasi adalah

harapan dan media untuk mencapai kemakmuran. Oleh karenanya mereka bekerja keras di dalam

koperasi mereka.

110

Page 111: MPKT A BUKU 2

Bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia bukannya tidak

mempunyai tokoh koperasi. Banyak tokoh koperasi di Indonesia. Yang

paling menonjol adalah Bung Hatta. Beliau bahkan pernah mencita-citakan

koperasi menjadi satu-satunya lembaga ekonomi yang terkuat di Indonesia.

Hal ini beliau tuangkan dalam UUD’45.

Buah pikiran Bung Hatta, terlihat sebagaimana berikut ini:

“Sebagai suatu bangsa yang berpuluh puluh tahun berjoang menentang

imperialisme dan kolonialisme, kita mempunyai ideal, cita-cita tinggi

tentang dasar hidup kita. Kita ingin melihat bangsa kita hidup makmur dan sejahtera, bebas dari

kesengsaraan hidup. Ideal kita itu terpancang dalam Undang-Undang Dasar: Perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Asas itu ialah koperasi. Suatu

perekonomian nasional yang berdasar atas koperasi adalah ideal kita”.

Ini sebenarnya buah pikiran Bung Hatta sendiri sebagai salah seorang penyusun Undang-

Undang Dasar. Namun kerendahan hati beliau menuntut beliau untuk menyatakan bahwa hal

tersebut memang sudah ada pada UUD’45, tanpa menyebutkan siapa sebenarnya orang yang

memasukkannya.

Namun demikian dalam berkoperasi harus diakui masyarakat Indonesia, mempunyai

kelemahan yang sangat jelas. Sebagian besar orang Indonesia sudah terkena penyakit

“instantisme”. Maunya segalanya bisa dicapai dengan instan. Ini sangat bertentangan dengan

karakter yang ingin dicapai melalui koperasi, pelan-pelan, bertahap namun pasti dan

meyakinkan. Satu lagi karakter orang Indonesia yang melemahkan perkembangan koperasi di

Indonesia adalah: banyak orang Indonesia yang beranggapan bahwa begitu masuk menjadi

anggota sebuah koperasi, yang pertama-tama dicita-citakan adalah memperoleh fasilitas melalui

koperasi tersebut, bukan justru kerja kerasnya.

Bahan Pustaka

Basri, Faisal dan Haris Munandar (2009). Lanskap ekonomi Indonesia:kajian dan renungan

terhadap masalah-masalah struktural, transformasi baru, dan prospek perekonomian

Indonesia, (Jakarta: Kencana).

Hatta, Mohammad (1954). Beberapa Fasal Ekonomi, Djilid Pertama, Jalan Keekonomi dan

Koperasi, (Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian PP&K).

111

Page 112: MPKT A BUKU 2

______________ (1966). Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, (Jakarta: Penerbit Djambatan).

Djojohadikusumo, Sumitro (2007). Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi

Pertumbuhan Dan Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Pustaka LP3ES).

112