tugas kelompok jawaban hiv
TRANSCRIPT
![Page 1: Tugas Kelompok Jawaban HIV](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/54872166b4af9f514c8b483a/html5/thumbnails/1.jpg)
Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Survailans Lanjut
Dosen : Prof. Dr. Ridwan, SKM, M.Kes, M.Sc.PH
Jawaban Pertanyaan
“Modul Survailans HIV dan AIDS”
OLEH
KELOMPOK 7
RINI ARYANI YAMIN P1804212008
NURFITRIA DARA LATUCONSINA P1804212412
MASRIADI P1804212014
KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
![Page 2: Tugas Kelompok Jawaban HIV](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/54872166b4af9f514c8b483a/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Kelas di bagi menjadi 4 kelompok dengan kegiatan
a. Diskusi pelaksanaan surveilans; data collecting, data compilasi, data analysis, data
interpretasi dan disseminasi data HIV dan AIDS di Indonesia:
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis
data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,
mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis
pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan
informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-
langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001).
Surveilans adalah suatu proses yang berkelanjutan, berupa pengumpulan data
secara sistematik, analisis, serta interpretasi, dan disseminasi (penyebarluasan)
data yang terkait kesehatan, yang digunakan sebagai dasar aksi dari kesehatan
masyarakat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas serta untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat (Center for Disease Control and
Prevention).
Tujuan dari surveilans AIDS ini adalah memberikan suatu data terhadap
pelayanan kesehatan di Indonesia agar melakukan suatu perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan terhadap penanggulangan AIDS di Indonesia.
Kegiatan surveilans ini melibatkan penyedia layanan kesehatan (health care
provider), badan kesehatan masyarakat (public health agencies), serta masyarakat
itu sendiri (public). Kegiatan surveilans secara umum terbagi atas empat kegiatan,
yani pengumpulan data (collection), penyusunan data (collation), analisis dan
interpretasi data, serta disseminasi dan pengunaan (utilisasi) informasi hasil
surveilans berupa planning untuk dilakukannya investigasi, kontrol ataupun
pencegahan suatu penyakit.
a) Pengumpulan data : pengumpulan data surveilans dibagi menjadi 2 yaitu
pengumpulan data secara aktif dan pasif. Pengumpulan data HIV secara aktif
yaitu melalui penemuan kasus HIV yaitu screening HIV AIDS dan
menggunakan data primer. Pengumpulan data secara pasif yaitu menggunakan
![Page 3: Tugas Kelompok Jawaban HIV](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/54872166b4af9f514c8b483a/html5/thumbnails/3.jpg)
data sekunder diperoleh melalui laporan kematian, laporan morbiditas
penyakit, laporan surveilans HIV atau zero-surveilans HIV.
b) Kompilasi data : suatu proses seleksi data, tabulasi data, dan mengelompokkan
data sesuai dengan kebutuhan. Setelah data HIV AIDS dikumpulkan maka
dilakukan seleksi data dan ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan agar lebih
memudahkan dalam proses analisis dan interpretasi data HIV dalam rangka
penyusunan kebijakan atau program pengendalian HIV AIDS.
c) Analisis dan interpretasi data :
1) Analisis data HIV menekankan pada jumlah kejadian (rate) HIV AIDS
yang telah dikumpulkan sebelumnya. Dengan menganalisis maka kita
dapat mengetahui seberapa besar masalah HIV AIDS yang terjadi di
masyarakat terkait tempat, orang, dan waktu.
2) Interpretasi data HIV dilakukan untuk memberikan arti dan
memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam
masyarakat. Setelah melalukan analisis HIV maka kita dapat
mengetahui situasi seperti apa yang terjadi di masyarakat apakah HIV
AIDS ini merupakan epidemic atau situasi lainnya.
d) Disseminasi data : Pengelola program penanggulangan melakukan
penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak terkait dan pemberi data
(feedback) jika ada masalah yang ditemukan maka perlu dirumuskan alternatif
pemecahan namun bila tidak ditemukan masalah maka informasi dapat
disebarkan melalui bulletin, news letter, atau surat untuk Atasan (laporan)
yang dapat digunakan dalam penyusunan perencanaan, implementasi dan
evaluasi lintas program, lintas sector serta diharapkan adanya dukungan
politis dan dana dari institusi terkait.
b. Menjelaskan epidemiologi HIV dan AIDS di Indonesia berdasarkan
karakteristik data HIV dan AIDS di Indonesia tahun 2012 (IV.3)
Berdasarkan data resmi Kementerian Kesehatan, sekitar 26. 400 pengidap
AIDS dan 66. 600 pengidap HIV positif di Indonesia tahun 2011 ini, lebih dari 70
persen di antaranya adalah generasi muda usia produktif yang berumur di antara
20- 39 tahun. Angka ini belum mencerminkan data yang sesungguhnya, karena
AIDS merupakan fenomena gunung es, di mana yang terlihat hanya sekitar 20
persen saja, sedangkan yang tidak diketahui jumlahnya akan lebih banyak. Saat ini
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mengetahui diri mereka terinfeksi HIV
![Page 4: Tugas Kelompok Jawaban HIV](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/54872166b4af9f514c8b483a/html5/thumbnails/4.jpg)
hanya sekitar 20 persen. Dengan kata lain, 8 dari 10 ODHA tidak mengetahui
bahwa diri mereka sudah terinveksi HIV, dan bisa menularkan virus tersebut
kepada orang lain. Hal ini turut andil meningkatkan kasus HIV di Indonesia.
Pada tahun 2012, total kasus HIV sebesar 21.511 orang dan total kasus AIDS
yaitu sebesar 5.686 orang. Jumlah kumulatif AIDS di Indonesia dari 1987-2012
yaitu sebesar 45.499 orang dimana laki-laki sebesar 23.702 dan perempuan
sebesar 12.338 sementara yang tidak diketahui yaitu sebesar 6847. Selain itu
populasi yang paling berisiko yaitu heteroseksual yaitu sebesar 25.343 orang dan
paling banyak terjadi di kelompok usia 20-29 tahun yaitu sebesar 15.903 orang.
Jumlah kumulatif HIV AIDS paling banyak terjadi di provinsi DKI Jakarta 29.224
orang, Jawa Timur 19.762 orang, Papua 17.908 orang.
Pengidap HIV bukan hanya kelompok resiko tinggi saja, tetapi juga dari
keluarga dan masyarakat biasa, termasuk ibu-ibu rumah tangga. Oleh karena,
sangat penting untuk melakukan deteksi dini infeksi HIV. Deteksi dini dapat
dilakukan melalui konseling dan testing secara sukarela bagi mereka yang
memiliki perilaku dengan resiko tinggi tertular HIV, sebagai upaya pencegahan
agar tidak terinfeksi HIV. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam
menanggulangi masalah HIV dan AIDS. Tetapi epidemi HIV dan AIDS terus saja
berlanjut seiring dengan maraknya pemakaian narkoba di Indonesia.
c. Merumuskan manfaat surveilans HIV dan AIDS berdasarkan data yang
telah di analisis
Informasi kesehatan yang berasal dari data dasar pola penyakit sangat penting
untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir dari intervensi
yang telah dilakukan. Semakin kompleksnya proses pengambilan keputusan
dalam bidang kesehatan masyarakat, memerlukan informasi yang cukup handal
untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat
dibuktikan dengan data (angka). Manfaat surveilans berdasarkan data yang telah
dianalisis yaitu :
a) Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung yang dapat
dikaitkan dengan tindakantindakan/intervensi kesehatan masyarakat :
1) Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2) Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
![Page 5: Tugas Kelompok Jawaban HIV](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/54872166b4af9f514c8b483a/html5/thumbnails/5.jpg)
3) Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperi vektor
yang dapat menyebabkan sakit dikemudian hari
4) Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
b) Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis
c) Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit,
khususnya untuk mendeteksi adanya KLB/wabah
d) Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan
pelayanan kesehatan dimasa mendatang. Data dasar sangat penting untuk
menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir intervensi yang
diberikan. Dengan semakin kompleksnya pengambilan keputusan dalam
bidang kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang cukup handal untuk
mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat
dibuktikan dengan data (angka).
e) Membantu menetapkan masalah kesehatan dan prioritas sasaran program
pada tahap perencanaan program.
f) Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus
dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan
program.
g) Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat
tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari
waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika
penularan penyakit menular.
2. Merencanakan program pencegahan HIV dan AIDS berdasarkan hasil analisis
data surveilans.
AIDS singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan karena hilangnya kekebalan tubuh, sistem kekebalan
tubuh berfungsi melawan kuman atau virus yang masuk kedalam tubuh. Penderita
AIDS terserang berbagai penyakit, karena sistem kekebalan tubuhnya telah rusak.
AIDS disebabkan oleh virus Human Immuno Deficiency Virus (HIV), yang
menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh. AIDS muncul setelah virus HIV
menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi lemah, dan satu atau
penyakit dapat timbul.
Dalam hal pencegahan, setiap orang bertanggung jawab pada keluarganya untuk
melindunginya dari HIV/AIDS dan IMS serta memiliki kesadaran tinggi akan
![Page 6: Tugas Kelompok Jawaban HIV](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/54872166b4af9f514c8b483a/html5/thumbnails/6.jpg)
penyebab penyakit tersebut. Pada tingakt pemerintahan daerah, Pemerintah Daerah
mengembangkan kebijakan yang menjamin efektivitas usaha pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS untuk melindungi seluruh anggota masyarakat dari
penularan HIV dan AIDS.
Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan melalui kegiatan
sebagai berikut:
a. Promosi;
b. Perawatan, Pengobatan dan Dukungan kepada ODHA dan OHIDHA;
c. Surveilans IMS, HIV dan AIDS
d. Penelitian dan Riset Operasional;
e. Pemutusan mata rantai penularan;
f. Lingkungan Kondusif;
g. Koordinasi dan harmonisasi multipihak;
h. Kesinambungan pencegahan dan penanggulangan; dan/atau
i. Sarana dan Prasarana Pendukung
PROMOSI
Untuk mewujudkan perubahan sikap dan perilaku yang menunjang upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS, maka kegiatan promosi dilakukan secara terpadu
dan berkesinambungan dengan mengembangkan partisipasi masyarakat. Kegiatan
promosi sebagaimana dimaksud dilakukan melalui komunikasi, informasi dan edukasi.
1) Pencegahan HIV dan AIDS bertujuan untuk melindungi setiap orang agar tidak
tertular HIV dan tidak menularkan kepada orang lain yang meliputi:
a. BCC/Behavioral Change Communication atau Komunikasi Perubahan
Perilaku (KPP) meliputi Penjangkauan dan Pendampingan terhadap
kelompok-kelompok rawan tertular atau berisiko tertular dan rentan ;
b. Program Pemakaian Kondom 100% pada setiap hubungan seks berisiko;
c. Pelayanan Klinik IMS ;
d. Pelayanan Harm Reduction/Pengurangan dampak buruk Narkotika terhadap
HIV dan AIDS yang meliputi 12 (dua belas) langkah yaitu: Pelayanan
Komunikasi Publik/KIE, Penjangkauan, Pendidikan Sebaya, Konseling
Pengurangan Resiko, Pelayanan VCT (Konseling dan Testing HIV sukarela),
Program jarum/alat suntik steril (NSP), Pembuangan alat Suntik Bekas,
Substitusi Oral (methadone, buprenorfin), Terapi Ketergantungan Narkoba,
![Page 7: Tugas Kelompok Jawaban HIV](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082400/54872166b4af9f514c8b483a/html5/thumbnails/7.jpg)
Perawatan Pengobatan Dasar, Pencegahan Infeksi, Perawatan dan
Pengobatan HIV/AIDS;
e. Pelayanan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PMTCT/Prevention
MotherTransmittion To Child Transmission).
2) Setiap petugas yang melakukan tes HIV dan AIDS pada darah, produk darah,
cairan sperma, organ dan atau jaringan tubuh yang didonorkan untuk keperluan
surveilans dan skrining wajib menggunakan cara unlinked anonymous.
3) Setiap petugas yang melakukan tes HIV dan AIDS dari ibu hamil kepada bayi
dikandungnya untuk keperluan pengobatan, dukungan dan pencegahan serta
penularan darah dianjurkan melalui proses PMTCT.
4) Apabila dalam keadaan tertentu pelayanan tidak dapat dilakukan, maka tes HIV
dan AIDS dilakukan dengan cara konseling keluarga.
Test HIV adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian terinfeksi virus
HIV atau tidak. Test HIV adalah pemeriksaan darah di laboratorium untuk
memastikan status HIVnya. Untuk membantu seseorang yang akan melakukan tes
HIV diperlukan pendekatan individual melalui proses konseling.
Ada 3 tahapan dalam pelaksanaan Konseling dan tes HIV, yaitu:
1. Konseling pra tes HIV
2. Tes HIV
3. Konseling pasca tes HIV
3. RENCANA AKSI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS