tugas k3 kukuku

Upload: safitri-nur-rahmi

Post on 18-Jul-2015

365 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PENGOLAHAN LIMBAH DI LABORATORIUM

Di susun oleh : Safitri Nur Rahmi Kelas : Swadana 1

POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLah SWT atas limpahan kasih dan rahmat-NYA, sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Kesehatan Keselamatan Kerja. Tidak lupa saya mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. 2. 3. 4. Ibu Eni Kurniati, S.Si, M.Sc. Bapak Suyana, S.Si Ibu Nur Amaliawati, S.Si Bapak Ketut Tjandra Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Yogyakarta ,26 Januari 2012

Safitri Nur Rahmi

ii

BAB I ISI

PENGELOLAAN LIMBAH PENGERTIAN LIMBAH MEDIS Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Limbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah. Faktor penting dalam penyimpanan limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan dengan penutup, menjaga areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat. Pemisahan limbah medis berdasarkan kategori, yaitu: - Limbah benda tajam Seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet Pasteur, pecahan gelas, dan lain-lain. - Limbah infeksius. Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium. Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini memerlukan wadah atau kontainer khusus dalam pengolahannya. - Limbah patologi. Limbah ini merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah atau autopsi. - Limbah sitotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi selama peracikan, pengangkutan, atau tindakan terapi sitotoksik. - Limbah farmasi Yang merupakan limbah yang berasal dari obat-obatan yang kadaluarsa, obat-obat yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang pasien atau oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak diperlukan lagi oleh institusi bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan. - Limbah kimia Yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.

1

- Limbah radioaktif Yaitu limbah yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionukleotida. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS Pada umumnya 10 - 15% limbah yang dihasilkan oleh sarana pelayan kesehatan, adalah limbah medis. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya. Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN LIMBAH RUMAH SAKIT Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah (Arthono, 2000) : - House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. - Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan. - Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi. - Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.

2

- Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya. Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana, 2000) : 1. Pemisahan limbah - Limbah harus dipisahkan dari sumbernya - Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas - Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

2. Penyimpanan limbah - Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas - Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan - Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai - Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya. 3. Penanganan limbah - Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup - Kantung dipegang pada lehernya - Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut - Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging) - Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di dalma kantung yang salah Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah 4. Pengangkutan limbah Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengangkutan dengan kendaran khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

3

5. Pembuangan limbah Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar (Agustiani dkk, 2000) : - Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak); - Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam. - Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman padao gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan. Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan menggunakan kantong plastik berwarna yang berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong menurut DepKes RI : Kantong hitam : limbah umum Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke landfill Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi Limbah infectious dan patologis dipisahkan tersendiri. Kedua jenis limbah ini harus disterilisasi terlebih dahulu. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya, Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya, B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. mudah meledak (explosive); b. pengoksidasi (oxidizing); 4

c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable); d. sangat mudah menyala (highly flammable); e. mudah menyala (flammable); f. amat sangat beracun (extremely toxic); g. sangat beracun (highly toxic); h. beracun (moderately toxic); i. berbahaya (harmful); j. korosif (corrosive); k. bersifat iritasi (irritant); l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment); m. karsinogenik (carcinogenic); n. teratogenik (teratogenic); o. mutagenik (mutagenic). Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib: a. b. c. d. mengizinkan pengawas untuk memasuki lokasi kerja dan membantu terlaksananya tugas pengawasan; mengizinkan pengawas untuk mengambil contoh B3; memberikan keterangan dengan benar baik lisan maupun tertulis; mengizinkan pengawas untuk melakukan pemotretan di lokasi kerja dan atau mengambil gambar.

Asal limbah B3 dari rumah sakit :

Limbah klinis Produk farmasi kadaluarsa Peralatan laboratorium terkontaminasi Kemasan produk farmasi Limbah laboratorium Residu dari proses insinerasi Rumah sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun 1995. Pengelolaan limbah infeksius dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang kualitasincinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi. Prinsip Pengemasan Limbah B3 : 1. Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda. 2. Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya pengembangan volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama penyimpanan. 5

3. Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor) dengan kemasan lain. 4. Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian pengelolaan limbah. PENANGANAN LIMBAH Upaya Pengelolaan Limbah Padat Medis 1. Penanganan dan Penampungan a. Pemilahan (mulai dari sumber) b. Penampungan c. Penggunaan kantong sesuai peruntukkan Sampah infeksius-kuning Sampah citotoksik-ungu Sampah radioaktif-merah Sampah domestik-hitam d. Penggunaan safety box (tempat tahan tusuk) untuk limbah medis tajam. 2. Pengangkutan limbah internal eksternal 3. Pemusnahan Insinerator, needle remover, needle pit WADAH - Tahan bocor dan tahan tusukan - Harus mempunyai pegangan yang dapat di jinjing dengan satu tangan - Mempunyai penutup yang tidak bisa di buka kembali - Di tutup dan di ganti setelah terisi 2/3 bagian limbah PENGUMPULAN LIMBAH 1. Pengumpulan limbah secara rutin 2. Pengumpulan sampah dari bangsal di lakukan setiap hari 3. Kantong limbah harus tertutup 4. Semua kontainer dan kantong harus di beri label 5. Kontainer yang penuh harus segera di ganti dengan kontainer atau kantong yang kosong

6

Penyimpanan Limbah Sementara 1. Kedap air, kokoh 2. Drainase baik 3. Mudah di bersihkan 4. Jauh dari sumber air bersih 5. Mudah di jangkau petugas 6. Aman dan terkunci 7. Memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik 8. Kedap tikus, serangga dan burung Penanganan Benda Tajam - Jangan recapping jarum bekas pakai kecuali dengan teknik satu tangan - Di larang mematahkan jarum, melepaskan, membengkokkan jarum bekas pakai - Bila memberikan benda tajam, gunakan cara amanPENGERTIAN LIMBAH INFEKSIUS

Limbah Infeksius adalah Limbah yang dicurigai mengandung bahan patogen contoh kultur laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi. Karakteristik limbah infeksius sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari Karakteristik limbah rumah sakit secara keseluruhan sehingga karakteristik limbah infeksius dapat dilihat berdasarkan bentuk, bahan dan ukuran limbah yang ada sesuai sifat dan potensi infeksiusnya yang dapat digolongkan menjadi golongan A, golongan B dan golongan C sebagaimana terurai di bawah ini: 1. Golongan A : limbah padat infeksius yang memiliki sifat infeksius paling besar dari kegiatan yang berasal dari aktifitas kegiatan pengobatan yang memungkinkan penularan penyakit jika mengalami kontak dengan limbah tersebut dengan media penularan bakteri, virus, parasit dan jamur. Adapun limbah padat infeksius golongan ini contohnya adalah: perban bekas pakai, bekas infus atau transfusi dan sisa binatang percobaan. 2. Golongan B : limbah padat infeksius yang memiliki sifat infeksius karena memiliki bentuk tajam yang dapat melukai dan memotong pada kegiatan terapi dan pengobatan yang memungkinkan penularan penyakit media penularan bakteri, virus, parasit dan jamur. Adapun limbah padat infeksius golongan ini contohnya adalah : spuit bekas, jarum suntik bekas, pisau bekas dan pecahan botol atau ampul obat

7

3. Golongan C : limbah padat infeksius yang memiliki sifat infeksius karena digunakan secara langsung oleh pasien yang memungkinkan penularan penyakit media penularan bekteri, virus, parasit dan jamur. Adapun limbah padat infeksius golongan ini contohnya adalah: perlak terkontaminasi, tempat penampungan urine terkontaminasi, tempat penampungan muntah terkontaminasi dan benda-benda lain yang

terkontaminasi 4. Golongan D : limbah padat farmasi seperti obat kadaluarsa, sisa kemasan dan kontainer obat, peralatan yang terkontaminasi bahan farmasi, obat yang dibuang karena tidak memenuhi syarat, adapun limbah padat infeksius golongan ini adalah obat-abat kadaluarsa, kemasan obat dan bahan pembersih luka. 5. Golongan E: limbah padat sisa aktifitas yang dapat berupa bed paln disposable, pispot dan segala bahan yang terkena buangan pasien. Adapun limbah padat infeksius golongan ini contohnya adalah: pispot tempat penampung urine pasien dan tempat tampungan muntahan pasien Metode Penanganan Limbah Cair/Padat Yang Bersifat Infeksius Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu: a. Metode Desinfeksi Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif. Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu untuk: Menggunakan desinfektan yang sesuai, misalnya Chlorine,Iodophore, Alcohol, Formaldehyde, Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini merupakan satu-satunya jenis desinfektan yang digunakan secara rutin untuk mendesinfeksi limbah penyakit menular. Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan harus berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan mengikat desinfektan dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman penyakit. Memberikan waktu kontak yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas pengolahan.

8

-

Mengawasi kondisi-kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai akan meningkatkan / menghambat proses desinfeksi.

-

Temperatur, dapat meningkatkan atau menurunkan efektifitas dan kecepatan proses pengolahan.

-

Pengadukan.

b. Metode Pengenceran (Dilution) Yaitu dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir. c. Metode Proses Biologis Yaitu dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebutakan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah. d. Metode Ditanam (Landfill) Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah. e. Metode Insinerasi (Pembakaran) Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O. Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah). Agar insinerasi berlangsung optimal, perlu 5 kondisi: Diperlukan oksigen dalam jumlah yang cukup, Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat kecil dan gas, Proses pengadukan dan pencampuran dalam insinerator, Suhu yang cukup untuk volatilisasi, Cukup waktu untuk terjadinya reaksi.

Alat insinerator yang baik adalah yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling sedikit 800 - 1000C.

9

Cara Penanganan Limbah Medis Infeksius Berbahaya Cara Penanganan Limbah Medis Infeksius Berbahaya adalah sebagai berikut: 1. Selalu memasukkan alat suntik bekas ( yang telah digunakan untuk menginjeksi ) ke dalam wadah tertentu ( disposafe box ) segera setelah pemakaian. 2. Selalu menggunakan alat suntik sekali pakai yang baru untuk setiap satu penyuntikan ( 1 alat suntik = 1 pasien ) 3. Selalu memusnahkan disposafe box pada tempat pembakaran tersendiri, tidak dicampur dengan limbah-limbah lainnya. 4. Tidak boleh menggunakan kembali alat suntik yang telah dipakai untuk menyuntik pasien ataupun hanya dengan mengganti jarumnya saja 5. Tidak melepas / mengganti dan menutup kembali jarum suntik bekas sebelum dimasukkan ke dalam disposafe box 6. Tidak memegang jarum suntik yang telah digunakan tanpa proteksi yang aman, semisal sarung tangan dari karet Tata Laksana Pengolahan Limbah Padat Infeksius Tata Laksana Pengolahan Limbah Padat Infeksius : 1. Pemisahan dan pengurangan Dalam pengembangan strategi pengolahan limbah padat infeksius pemilihan dan pengurangan limbah padat infeksius dan sejenisnya merupakan persyaratan keamanan yang penting bagi petugas di rumah sakit maupun masyarakat pengguna jasa rumah sakit. Proses pemilahan dan pengurangan limbah infeksius hendaknya mempertimbangkan hal sebahai berikut: a. Kelancaran pemisahan dan pengurangan limbah b. Pengurang jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3 c. Diusahakan sedapat mungkin aktifitas kegiatan layanan menggunakan bahan kimia non B3 d. Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah Metode-metode pengurangan limbah infeksius pada kegiatan layanan rumah sakit dapat dilakukan dengan cara: Mengurangi jumlah bahan yang digunakan : penggantian dengan bahan yang kurang menimbulkan limbah, mengganti dengan prosedur lain Mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan : pemisahan sumber limbah, pemisahan limbah dan mengganti prosedur Teknik pengurangan volume : penghancuran, penggilingan dan penghalusan. 10

1. Pengumpulan dan penampungan Penanganan limbah padat rumah sakit sebelum dikumpulkan ke tempat pembuangan dilakukan desinfeksi untuk meminimasi kuman patogen. Sarana penampungan untuk limbah harus memadai, diletakkan pada tempat yang sesuai, aman dan higienis. Untuk memudahkan dalam penanganan limbah di rumah sakit perlu dibedakan dengan adanya standar secara nasional yang meliputi kode warna dan identifikasi kantong atau kontainer limbah. Untuk penampungan limbah padat infeksius golongan B seperti limbah dengan bentuk benda runcing atau tajam hendaknya ditempatkan dikontainer khusus yang dirancang kuat , tahan tusukan, kokoh, aman dan diberi label dengan benar, hal ini ditujukan untuk mengurangi cidera karena berhubungan dengan benda runcing atau tajam yang dibuang dan juga agar tidak disalahgunakan oleh orang atau masyarakat memakai spuit dan jarum bekas.

2. Pengangkutan limbah padat infeksius Pengangkutan limbah padat infeksius dimulai dengan pengosongan tempat-tempat penampungan di setiap unit dan diangakut ke tempat penampungan atau ke tempat

pemusnahan. Pengngkutan biasanya dilakukan dengan menggunakan kereta dorong tertutup yang sering dinamakan sebagai trolly. Kereta pengangkut hendaknya sesuai persyaratan sebagai berikut: Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air Mudah diisi dan dibersihkan Bertutup rapat

3. Pemusnahan dengan metode Pembakaran (Insinerasi) Insenerasi adalah suatu proses pembakaran yang terkontrol. Insinerasi limbah infeksius dirancang untuk dioperasionalkan dalam kondisi tertentu dengan maksud memaksimalkan penghancuran oleh panas terhadap limbah dalam kondisi ideal pembakaran akan berlangsung sempurna yang menghasilkan oksidasi sempurna senyawa-senyawa organic, termasuk nitrogen sulfur dan senyawa organic halida dan hidrogen halida. Insinerator limbah infeksius biasanya dioperasikan dengan efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa organic hingga 99,9% sampai 99.99%. jadi hanya sekitar 0,001% sampai 0.01% senyawa organik yang diemisikan ke atmosfer.

11

Insinerator untuk mengolah limbah padat infeksius minimum dibutuhkan dua ruang pembakaran. Insinerator dipertimbangkan sebagai teknologi paling bagus untuk mengolah limbah medis. Desain, lokasi dan operasional yang benar dengan alat pengendli pencemeran yang sesuai diharapkan dapat menghancurkan semua jenis limbah padat infeksius termasuk limbah padat sitotoksik.

Insinerator yang digunakan untuk membakar limbah padat infeksius herus didesain dengan : Temperatur dalam chamber sekunder minimal 10000C Alat pencegahan pencemaran udara (alat air polution control) untuk meminimasi tingkat pencemaran udara dengan menggunakan wet scrubber atau dry scubber 4. Pengolahan limbah infeksius paska insenerasi Pengelolah limbah padat setelah melalui insinerasi yaitu silakukan secara landfill atau penimbunan. Metode landfill yang digunakan sebagai tempat pembuangan akhir terdapat 3 macam yakni lahan urug terbuka(open dump), lahan urug terkontrol(controlled landfill) serta lahan urug sanitasi(Sanitary landfill). Stategi pengolahn terikat pengolahan limbah padat infeksius adalah limbah yang boleh ditimbun atau landfill dan diikut sertakan dalam pengololaan limbah padat atau sampah perkotaan adalah harus bersifat non B3. Oleh karena itu, penanganan sampah infeksius pasca insinerasi hanya boleh dilakukan diluar pengolahan rumah sakit setelah bukan termasuk limbah B3. Sistem ini digunakan karena setelah melalui proses insinerasi dengan suhu 10000C diharapkan semua jenis kuman patogen mati. Mengingat dalam penggunaan lahan landfilll ini, lokasi yang akan digunakan landfill harus memiliki persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

12

BAB II PENUTUP

Kesimpulan : Telah di jelaskan tentang bagaimana penanganan limbahinfeksius, B3, limbah medis dan bagaimana cara penyimpanannya. Kita memerlukan APD yang lengkap agar para pekerja di bidang kesehatan tidak terkontaminasi bahan infeksius. kita perlu bersikap hati-hati dan tidak ceroboh dan bekerja sesuai ketentuan.

13

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.org http://www.google.com

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................ii DAFTAR ISI................................................................................................iii 1. ISI A. Pengertian Limbah Medis ................................................................................1 B. Pengelolaan Limbah Medis Pencegahan dan Penanggulangan Limbah Rumah Sakit..................................2 C. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.......................................4 D. Penanganan Limbah (Upaya Pengelolaan Limbah Padat Medis)....................6 E. Pengertian Lmbah Infeksius ...........................................................................7 F. Metode Penanganan Limbah Cair/Padat yang Infeksius.................................8 G. Cara Penanganan Limbah Medis Infeksius Berbahaya Tata Laksana Pengolahan Limbah Padat Infeksius........................................10 2. PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................................13 3. DAFTAR PUSTAKA

iii