tugas harian interna 5
DESCRIPTION
jjjTRANSCRIPT
Pemeriksaan HbA1C
Interpretasi Hasil Pemeriksaan HBA1C. Pengukuran kadar glukosa darah hanya
memberikan informasi mengenai homeostasis glukosa yang sesaat dan tidak dapat
digunakan untuk mengevaluasi pengendalian glukosa jangka panjang (misalnya
pada beberapa minggu sebelumnya). Untuk keperluan ini dilakukan pengukuran
hemoglobin terglikosilasi dalam eritrosit atau juga dinamakan hemoglobin glikosilat
atau hemoglobin A1c (HbA1c).
Pengertian dan Cara Interpretasi Hasil Pemeriksaan HBA1C
Glikosilasi adalah apabila hemoglobin bercampur dengan larutan dengan kadar
glukosa sangat tinggi serta rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus
glukosa secara irreversibel. Glikosilasi dapat terjadi secara spontan dalam sirkulasi
dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadar glukosa dalam darah tinggi. Pada
orang normal, sekitar 4-6% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi hemoglobin
glikosilat atau hemoglobin A1c. Pada kasus hiperglikemia yang berkepanjangan,
dapat meningkatkan kadar hemoglobin A1c hingga 18-20%. Glikosilasi tidak
mengganggu kemampuan hemoglobin dalam hal mengangkut oksigen, akan tetapi
kadar hemoglobin A1c yang tinggi mencerminkan kurangnya pengendalian diabetes
selama 3-5 minggu sebelumnya. Setelah jumlah kadar normoglikemik menjadi
stabil maka kadar hemoglobin A1c kembali normal dalam waktu sekitar 3 minggu.
Karena HbA1c terkandung dalam eritrosit yang hidup sekitar 3 – 4 bulan, maka
HbA1c dapat mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa selama 100 – 120
hri sebelumnya. Hal ini lebih menguntungkan secara klinis karena memberikan
informasi yang lebih jelas tentang keadaan penderita dan seberapa efektif terapi
diabetik yang diberikan. Peningkatan kadar HbA1c > 8% mengindikasikan diabetes
mellitus yang tidak terkendali sehingga menyebabkan penderita berisiko tinggi
dapat mengalami berbagai macam komplikasi jangka panjang seperti nefropati,
neuropati, retinopati, dan/atau kardiopati.
Kriteria Nilai HBA1C
Eritrosit yang tua karena berada dalam sirkulasi lebih lama dari pada sel-sel eritrosit
yang masih muda memiliki kadar HbA1c yang lebih tinggi. Penurunan hasil palsu
kadar HbA1c bisa disebabkan oleh penurunan dari jumlah eritrosit total. Pada
penderita dengan gejala hemolisis episodik atau kronis, darah dapat mengandung
lebih banyak eritrosit muda sehingga jumlah kadar HbA1c dapat dijumpai dalam
kadar yang sangat rendah. Adanya Glikohemoglobin total dalam darah merupakan
indikator yang lebih baik untuk pengendalian terhadap penyakit diabetes pada
penderita yang mengalami anemia ataupun kehilangan darah.
Prosedur Pemeriksaan HBA1C
Hemoglobin glikosilat atau yang dikenal dengan Pemeriksaan HbA1C dapat diukur
kadarnya dengan menggunakan beberapa metode, seperti kromatografi afinitas,
metode elektroforesis, immunoassay, atau metode afinitas boronat. Spesimen /
sampel yang digunakan untuk Pemeriksaan HbA1C adalah : darah kapiler atau vena
dengan menggunakan antikoagulan (EDTA, Na sitrat, atau heparin).
Hindari adanya hemolisis pada saat pengumpulan sampel. Sangat dianjurkan untuk
menjaga batasan asupan karbohidrat sebelum dilakukan uji laboratorium.
Nilai Normal Serta Interpretasi Hasil Pemeriksaan HBA1C
Orang normal : 4,0 – 6,0 %
DM terkontrol baik : kurang dari 7%
DM terkontrol lumayan : 7,0 – 8,0 %
DM tidak terkontrol : > 8,0 %
Nilai Hasil rujukan dapat berlainan Pada setiap laboratorium tergantung dari
metode yang digunakan.
Pemeriksaan dengue blot
Tes serologi dengue blot IgG dan IgM. Dengue blot IgG masih banyak kelemahannya. Sensitivitas pada infeksi sekunder tinggi, tetapi pada infeksi primer sangat rendah. Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue. Tetapi bisa juga dibaca sebagai pernah terkena infeksi virus dengue. Untuk IgM sensitivitasnya lebih baik, khususnya untuk infeksi primer dengue. Sayang harganya relatif lebih mahal. Tes ini merupakan pemeriksaan kualitatif dengan mempergunakan metode enzyme immunoassay. Dengan tes ini, antibodi IgM baru dapat diketahui setelah hari ke-5 infeksi dengue.