tugas akhir - kelompok - analisis film kependudukan

Upload: rdkrisna

Post on 15-Oct-2015

108 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTURMATA KULIAH DEMOGRAFI TERAPANSemester Genap 2013/2014

Judul Tugas :Analisis Film Kependudukan Indonesia

Tugas:Akhir

Kelas:Agribisnis C

Dosen:Dika Supyandi, SP., MT., MDP.

Disusun Oleh :Kelompok 6NoNamaNPMTTD

1.Dessy Ariesta1506101200791.

2.Veronika Tyas Putri R150610120084 2.

3.Rossa Juniar1506101200853.

4.Rd. Krisna Halcema150610120112 4.

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERTANIANBANDUNG201410 FAKTA KEPENDUDUKAN INDONESIADiketahui diakhir penghujung tahun 2011 lalu, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) jumlah penduduk dunia mencapai angka 7 miliar jiwa, hanya dalam selang waktu 12 tahun jumlah penduduk di dunia meningkat hingga 1 miliar jiwa. Indonesia merupakan salah satu negara yang menyumbang angka jumlah kependudukan yang cukup besar di dunia dan menurut sensus penduduk pada tahun 2010 lalu jumlah penduduk Indonesia tercatat mencapai 237,6 juta jiwa. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah penduduk Indonesia telah bertambah sebanyak 31 juta jiwa.Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai lebih dari 273 juta orang. Bertambahnya jumlah penduduk selalu dikaitkan dengan ketersediaan pangan, sanitasi, dan akses kesehatan dan kesejahteraan. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang menjadi ukuran kesejahteraan masyarakat Indonesia, saat ini berada pada peringkat 108 dari 188 negara di dunia yang diukur. Hal itu menunjukkan Indonesia masih tertinggal dari aspek kesejahteraan secara umum. Ledakan jumlah penduduk akan menimbulkan sejumlah masalah sosial yang perlu diantisipasi dan perlu ada penyelesaiannya.Menurut Sonny Harry B.Harmadi, Kepala Lembaga Demografi UI, seluruh aspek pembangunan harus selalu dikaitkan dengan kependudukan, kemudian harus ada upaya yang terintegrasi untuk meningkatkan kinerja dari indikator-indikator kependudukan di Indonesia.Memperingati hari kependudukan sedunia tepatnya pada tanggal 11 Juli, Lembaga Demografi UI merangkumnya dalam 10 fakta penduduk Indonesia, seperti di bawah ini :1. Jumlah PopulasiIndonesia telah menempati peringkat 4 besar di dunia dan peringkat ke 3 di ASEAN karena jumlah penduduknya yang meningkat hanya dalam selang waktu satu tahun pada pendataan sensus penduduk tahun 2011 jumah penduduk Indonesia mencapai angka 243,3 juta jiwa. Diikuti oleh tiga Negara terbesar juga jumlah penduduknya yaitu China dengan jumlah penduduknya 1,33 miliar jiwa, India sebesar 1,17 miliar jiwa dan Amerika sebesar 306,8 juta jiwa. Diprediksi pada tahun 2015 dan 2025 mendatang jumlah penduduk di Indonesia akan meningkat menjadi 255,7 juta jiwa dan 278,5 juta jiwa. Sebenarnya ketika jumlah penduduk di suatu Negara besar dapat menjadikannya suatu asset dan liabilities bagi Negara tersebut, dikatakan menjadi asset apabila warga Negara tersebut berkualitas.Namun Negara Indonesia dilihat dari kualitas penduduknya hanya menempati peringkat 108 di dunia yang sangat kontradiksi dengan China. Tantangan terbesar yang dilakukan pemerintah yaitu upaya pemerintah dalam memberikan kesejahteraan sebesar-sebesarnya bagi seluruh rakyatnya. Data yang diperoleh pemerintah pada tahun 2010 lalu sekitar 31,02 juta penduduk Indonesia masih hidup dalam kemiskinan, dan turun tipis dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai angka 32 juta jiwa.Namun angka kemiskinan ini dapat membengkak apabila kebijakan Negara berubah yang akan merugikan rakyat kecil seperti naiknya harga BBM, sembako dan krisis global. Jadi disini pemerintah sangat berperan penting dalam membuat kebijakan bagi seluruh warganya karena ketika mereka ingin meningkatkan suatu harga-harga yang disebabkan oleh krisis global maka pemerintah juga harus memikirkan bagaimana pemberian subsidi yang dapat menguntungkan atau setidaknya membantu dalam perekonomian rakyat kecil agar tidak hidup dalam kemiskinan lagi.Berikut daftar penduduk Indonesia menurut Provinsi pada tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010.

ProvinsiPenduduk

197119801990199520002010

Aceh2 008 5952 611 2713 416 1563 847 5833 930 9054 494 410

Sumatera Utara6 621 8318 360 89410 256 02711 114 66711 649 65512 982 204

Sumatera Barat2 793 1963 406 8164 000 2074 323 1704 248 9314 846 909

Riau1 641 5452 168 5353 303 9763 900 5344 957 6275 538 367

Jambi1 006 0841 445 9942 020 5682 369 9592 413 8463 092 265

Sumatera Selatan3 440 5734 629 8016 313 0747 207 5456 899 6757 450 394

Bengkulu519 316768 0641 179 1221 409 1171 567 4321 715 518

Lampung2 777 0084 624 7856 017 5736 657 7596 741 4397 608 405

Kepulauan Bangka Belitung----900 1971 223 296

Kepulauan Riau-----1 679 163

DKI Jakarta4 579 3036 503 4498 259 2669 112 6528 389 4439 607 787

Jawa Barat21 623 52927 453 52535 384 35239 206 78735 729 53743 053 732

Jawa Tengah21 877 13625 372 88928 520 64329 653 26631 228 94032 382 657

DI Yogyakarta2 489 3602 750 8132 913 0542 916 7793 122 2683 457 491

Jawa Timur25 516 99929 188 85232 503 99133 844 00234 783 64037 476 757

Banten----8 098 78010 632 166

Bali2 120 3222 469 9302 777 8112 895 6493 151 1623 890 757

Nusa Tenggara Barat2 203 4652 724 6643 369 6493 645 7134 009 2614 500 212

Nusa Tenggara Timur2 295 2872 737 1663 268 6443 577 4723 952 2794 683 827

Kalimantan Barat2 019 9362 486 0683 229 1533 635 7304 034 1984 395 983

Kalimantan Tengah701 936954 3531 396 4861 627 4531 857 0002 212 089

Kalimantan Selatan1 699 1052 064 6492 597 5722 893 4772 985 2403 626 616

Kalimantan Timur733 7971 218 0161 876 6632 314 1832 455 1203 553 143

Sulawesi Utara1 718 5432 115 3842 478 1192 649 0932 012 0982 270 596

Sulawesi Tengah913 6621 289 6351 711 3271 938 0712 218 4352 635 009

Sulawesi Selatan5 180 5766 062 2126 981 6467 558 3688 059 6278 034 776

Sulawesi Tenggara714 120942 3021 349 6191 586 9171 821 2842 232 586

Gorontalo----835 0441 040 164

Sulawesi Barat-----1 158 651

Maluku1 089 5651 411 0061 857 7902 086 5161 205 5391 533 506

Maluku Utara----785 0591 038 087

Papua Barat-----760 422

Papua923 4401 173 8751 648 7081 942 6272 220 9342 833 381

INDONESIA119 208 229147 490 298179 378 946194 754 808206 264 595237 641 326

Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995

2. Prevalensi KontrasepsiAngka Prevelensi Kontrasepsi ini sering disebut dengan CPR (Contraceptive Prevalence Rate). Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan pengendalian kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.Dalam waktu 30 tahun sejak tahun 1961-1990 jumlah penduduk meledak menjadi dua kali lipat dari 97,1 juta jiwa menjadi 179,4 juta jiwa dan disaat itu peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sangat mengemuka dalma pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tempat ini menjadi ujung tombak pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) yang gencar dilakukan pada saat itu dalam menanggulangi ledakan penduduk lagi. Program ini mengajak masyarakat yang sudah berkeluarga untuk turut serta mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui beberapa pilihan alat atau cara kontrasepsi. Di Indonesia penggunaan alat kontrasepsi secara modern atau tradisional masih menjadi pilihan. Pemakaian alat kontrasepsi secara modern seperti pil KB, spiral, IUD dan lainnya, Indonesia masih mampu beradaptasi dengan penggunaannya mencapi 57% menempatkan Indonesia pada peringkat ke 48 di dunia. Angka 57% ini membutuhkan upaya untuk mendorong warga Indonesia untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB) dan jika ditotal dengan penggunaan kontrasepsi secara tradisional Indonesia mencapai 61%.Pada Tabel 2 disajikan hasil perhitungan persentase perempuan usia 15-49 tahun yang sedang memakai alat/cara KB apa saja menurut propinsi dan daerah tempat tinggal berdasarkan hasil Susenas 2004.

Tabel 2. Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Memakai Alat/Cara KB Menurut Propinsi dan Daerah Tempat Tinggal, Indonesia, Susenas 2004.

NoPropinsiPerkotaan (K)Perdesaan (D)K+D

1Nanggroe Aceh Darussalam50,8538,8542,20

2Sumatera Utara45,0242,2043,43

3Sumatera Barat47,2348,3047,99

4Riau49,6850,1949,96

5Jambi55,2263,1961,03

6Sumatera Selatan58,2359,2958,94

7Bengkulu67,4967,8467,74

8Lampung60,8865,0064,12

9Kep. Bangka Belitung63,4366,7865,41

10DKI Jakarta55,81-55,81

11Jawa Barat60,1360,7360,42

12Jawa Tengah60,0664,3262,64

13DI Yogyakarta59,8263,6661,53

14Jawa Timur60,0355,4257,25

15Banten61,9354,9658,85

16Bali63,4670,0766,68

17Nusa Tenggara Barat56,2154,8555,33

18Nusa Tenggara Timur36,9332,2833,05

19Kalimantan Barat56,7857,8757,59

20Kalimantan Tengah66,0063,7464,40

21Kalimantan Selatan63,6765,2164,64

22Kalimantan Timur57,1457,8457,46

23Sulawesi Utara62,8576,6471,42

24Sulawesi Tengah52,2652,7652,66

25Sulawesi Selatan39,3039,2839,28

26Sulawesi Tenggara39,6843,2442,50

27Gorontalo56,2259,2258,46

28Maluku44,5418,7226,05

29Maluku Utara33,5533,0333,16

30Papua44,1336,9738,64

INDONESIA57,5556,1056,71

Hasil Susenas 2004 menunjukkan bahwa Angka Prevalensi Kontrasepsi Indonesia adalah 56,71%. Artinya satu diantara dua pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2004 sedang memakai sesuatu cara KB. Perbedaan Angka Prevalensi Kontrasepsi di wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan amat kecil, yang menunjukkan bahwa strategi pendekatan program KB di daerah perkotaan dan pedesaaan hampir sama kuatnya. Menurut propinsi, Angka Prevalensi Kontrasepsi bervariasi secara nyata antara 26,05% di Maluku dan 71,42% di Sulawesi Utara.

3. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)Angka kematian kasar (Crude Dead Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu dari 1000 penduduk Indonesia. Disebut angka kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Angka kematian kasar penduduk Indonesia menurut PBB tercatat sebanyak 6 dari 1000 penduduk Indonesia. Tanpa memperhatikan indikator yang lain, angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun.Menurut Prijono Tjiptoherijanto, Anggota Koalisi Kependudukan, di Indonesia angka kematian bayi sudah cukup baik, tapi angka kematian ibu melahirkan memang masih tinggi karena masalahnya waktu hamil mungkin saja perhatian terhadap ibu yang sedang hamil itu kurang, sehingga pada saat melahirkan bisa-bisa yang terjadi kematian tersebut, yaitu kematian ibu waktu melahirkan.Masalah yang terjadi adalah kurangnya perhatian pada saat seorang ibu yang sedang hamil dari kesehatan dan asupan gizi yang harus diterima oleh ibu hamil tersebut, sehingga pada waktu kelahiran menyebabkan kematian pada ibu. Angka kematian kasar menempatkan Indonesia pada peringkat ke 52 sedunia dan di ASEAN, Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan Myanmar, Kamboja, Laos, Thailand dan Timor Leste. Angka kematian kasae terendah di dunia terdapat di Negara timur tengah. Ada kemungkinan dimana ketika suatu Negara berada pada tingkat atau peringkat 1 10 maka akan sulit untuk menurunkan lagi angka kematian kasar pada Negara tersebut.

4. Angka KetergantunganRasio Ketergantungan (Dependency Ratio)adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun. Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahunRasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.Di antara 116 juta angkatan kerja atau mereka yang tergolong usia produktif tidak sedikit yang harus menanggung anak-anak yang belum memasuki dunia kerja dan lanjut usia yang sudah tidak produktif lagi. Perbandingan usia kerja dan mereka yang harus ditanggung ini dikenal dengan rasio ketergantungan. Rasio ketergantungan saat ini masih 47%, artinya setiap 100 penduduk produktif menanggung 47 penduduk tidak produktif di bawah umur 15 tahun dan 65 tahun ke atas.

Menurut Sonny Harry B.Harmadi, Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia, yang paling penting adalah bagaimana mereka yang berada pada usia produktif bisa memperoleh pekerjaan yang layak karena jika mereka produktif tetapi tidak memperoleh pekerjaan dan tidak memperoleh pendapatan akibatnya mereka bisa menimbulkan masalah sosial.Pada tahun 1971, rasio ketergantungan total di tanah air sebesar 86 per 100 penduduk usia kerja. Namun, rasio ketergantungan cenderung menurun seiring menurunnya laju kelahiran. Rasio ketergantungan diperkirakan akan mencapai titik terendah pada tahun 2020 hingga tahun 2030.

5. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Kegunaannya untuk mengetahui tingkat kelahiran yang terjadi di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu.Angka Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu (B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P). Rumus:

P0 = Jumlah penduduk awal tahunP1 = Jumlah penduduk akhir tahunCBR= Angka Kelahiran Kasar B = Jumlah kelahiran P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P = (Po + P1)/2, Po = jumlah penduduk pada awal tahun dan P1 = jumlah penduduk pada akhir tahun.

Data yang diperlukan untuk menghitung CBR adalah jumlah kelahiran dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun di suatu wilayah. Jika tidak dapat diketahui data mengenai jumlah penduduk pada pertengahan tahun maka dapat digunakan data jumlah penduduk pada tahun tertentu.Saat ini angka kelahiran kasar di Indonesia berada pada angka 21 di setiap 1000 penduduk Indonesia. Angka kelahiran kasar atau Crude Birth Rate adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk. Indonesia berada pada peringkat ke-104 bersama dengan negara-negara Maroko, El Savador, Guyana, Peru, Israel, Malaysia.Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), dan UNFPA Indonesia, angka kelahiran kasar tertinggi di Indonesia pada tahun 2010 lalu, terdapat pada Provinsi Maluku Utara, Maluku, Riau, dan Kepulauan Riau, sementara terendah pada Provinsi Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Utara.Berikut proyeksi dari BPS (Badan Pusat Statistik), Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), dan UNFPA Indonesia, angka kelahiran kasar provinsi-provinsi di Indonesia pada tahun 2010:

Indonesia kelahirannya masih cukup tinggi. Menurut proyeksi BPS, angka kelahiran kasar pada tahun 2015 mendatang diperkirakan pada angka 17 orang dari 1000 penduduk Indonesia.

6. Angka Kelahiran Total (Total Fertility)Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. Dari perhitungan ini akan diketahui indikator yang menyangkut dengan kesehatan ibu, jika angka tinggi maka diketahui tingkat rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan wanita yang rendah, tingkat sosial ekonomi rendah dan kemiskinan yang tinggi.TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini.Menurut Sugiri Syarief, Kepala BKKBN, Total Fertility Rate tahun 2007 yaitu 2,6 per wanita. Sedangkan tahun 1970 yaitu 5,6 per wanita. Ini menunjukkan angka perbaikan. Angka fertilitas total Indonesia adalah 2,5 yang berarti secara rata-rata wanita Indonesia mempunyai 2 atau 3 anak selama masa usia suburnya.Menurut Sonny Harry B.Harmadi, Kepala Lembaga Demografi UI, perempuan usia subur di Indonesia sekarang jumlahnya cukup besar, artinya Indonesia juga mempunyai potensi adanya kelahiran yang cukup tinggi sehingga angka 2,3 atau 2,4 ini perlu menjadi perhatian untuk ditekan jadi lebih rendah.Indonesia bersama negara-negara El Savador, Guyana, Bangladesh, Turkmenistan, dan Kasovo berada di peringkat 106 di dunia.Jika dibandingkan dengan tahun 1967-1970 dimana TFR Indonesia adalah sebesar 5,6 maka tampak bahwa rata-rata jumlah anak yang dipunyai oleh ibu-ibu di Indonesia sudah menurun drastis. Tetapi jumlah ini masih terlalu tinggi untuk dapat mencapai penduduk tumbuh seimbang. Penduduk Indonesia akan mencapai tingkat penggantian manusia (replacement level) apabila TFR turun mencapai 2,1 pada tahun 2015. Pada saat 'tingkat penggantian manusia ini seorang Ibu akan digantikan oleh seorang anak perempuan untuk meneruskan keturunan tetapi tidak menghasilkan pertambahan penduduk yang tinggi yang tidak terkendali.Untuk pencapai tingkat penggantian manusia tersebut nampaknya program KB atau pemakaian kontrasepsi masih harus terus digalakkan. Pelaksanaan program KB tersebut harus disertai peningkatan kualitas pelayanan dan berorientasi kepada pelayanan kebutuhan dan keluhan klien dan tidak hanya mengejar target semata.

7. Harapan HidupKeberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.Data Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan orang Jepang memiliki angka harapan hidup tertinggi di dunia saat ini yaitu rata-rata pada usia 83 tahun. Sementara Angka harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata pada angka 71 tahun, menempatkan Indonesia pada urutan ke-109 dari negara-negara dengan angka harapan hidup tertinggi.Angka ini menunjukkan kualitas kesehatan Indonesia meningkat. Seiring membaiknya kualitas hidup seperti akses kesehatan dan perbaikan gizi membuat angka harapan hidup menjadi bertambah.Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.Berdasarkan pada perkiraan CIA World Factbook pada tahun 2011 mengenai angka harapan hidup dunia tercatat sebesar 66.57 tahun (64,52 tahun untuk laki-laki dan 68,76 untuk perempuan) pada tahun 2009. Negara-negara dengan angka harapan hidup yang rendah, seperti Swaziland, Angola, Botswana, Lesotho, Zimbabwe, Afrika Selatan, Namibia, Zambia, Malawi, Republik Afrika Tengah, Mozambik, dan Guinea-Bissau, mempunyai tingkat HIV/AIDS yang tinggi, dengan prevalensi pada orang dewasa sekitar 10 hingga 38.8 persen.Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (e0) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Dengan asumsi kecenderungan IMR menurun serta perubahan susunan umur penduduk seperti telah diuraikan di atas.

Hasil penelitian yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan angka harapan hidup masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Eka Viora, mengatakan pada 2014 umur harapan hidup masyarakat Indonesia rata-rata akan mencapai 72 tahun. Padahal, pada 2004, umur harapan hidup hanya pada kisaran 66,2 tahun."Pada perempuan, angka harapan hidup ini lebih besar, bisa lima tahun lebih tinggi," katanya dalam diskusi menyambut Hari Kesehatan Jiwa Internasional, Selasa, 8 Oktober 2013.Peningkatan angka harapan hidup itu menyebabkan bertambahnya populasi penduduk berusia lanjut atau usia di atas 60 tahun. Pada 2000 lalu, jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia sekitar 5,3 juta. Pada 2010, jumlah itu meningkat tajam menjadi 24 juta.Eka mengatakan, meningkatnya angka harapan hidup menunjukkan perbaikan kesehatan masyarakat. Namun pemerintah mesti lebih waspada untuk mengantisipasi perawatan dan pengobatan penduduk usia lanjut.

8. Angka PertumbuhanAngka pertumbuhan selama ini diperoleh dari tingginya angka kelahiran. Angka pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini tercatat sebesar 1,5%, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-109.Menurut Sonny Harry B. Harmadi, Kepala Lembaga Demografi UI, angka kelahiran di Indonesia masih cukup tinggi, sedangkan angka kematiannya sudah rendah. Jadi, selisih antara kelahiran dan kematian yang perlu diperbaiki kedepannya adalah kelahiran.Menurut data Badan Pusat Statistik dalam dekade 1990-2000, angka pertumbuhan penduduk Indonesia berkisar pada angka 1,49% per tahun. Pada periode 2000-2005 turun menjadi 1,34% per tahun, dan diperkirakan akan menjadi 0,92% per tahun pada periode 2020-2025. Provinsi Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Papua merupakan daerah-daerah dengan angka pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi.Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata. Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1% pada tahun 2000 menjadi 55,4% pada tahun 2025. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7% menjadi 22,7%, Kalimantan naik dari 5,5% menjadi 6,5% pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk (Tabel 3.1). Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025Propinsi200020052010201520202025

(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)

11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM3,929.34,037.94,112.24,166.34,196.54,196.3

12. SUMATERA UTARA11,642.612,452.813,217.613,923.614,549.615,059.3

13. SUMATERA BARAT4,248.54,402.14,535.34,693.44,785.44,846.0

14. RIAU4,948.06,108.47,469.48,997.710,692.812,571.3

15. JAMBI2,407.22,657.32,911.73,164.83,409.03,636.8

16. SUMATERA SELATAN6,210.86,755.97,306.37,840.18,369.68,875.8

17. BENGKULU1,455.51,617.41,784.51,955.42,125.82,291.6

18. LAMPUNG6,730.87,291.37,843.08,377.48,881.09,330.0

19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG900.0971.51,044.71,116.41,183.01,240.0

31. DKI JAKARTA8,361.08,699.68,981.29,168.59,262.69,259.9

32. JAWA BARAT35,724.039,066.742,555.346,073.849,512.152,740.8

33. JAWA TENGAH31,223.031,887.232,451.632,882.733,138.933,152.8

34. D I YOGYAKARTA3,121.13,280.23,439.03,580.33,694.73,776.5

35. JAWA TIMUR34,766.035,550.436,269.536,840.437,183.037,194.5

36. BANTEN8,098.19,309.010,661.112,140.013,717.615,343.5

51. B A L I3,150.03,378.53,596.73,792.63,967.74,122.1

52. NUSA TENGGARA BARAT4,008.64,355.54,701.15,040.85,367.75,671.6

53. NUSA TENGGARA TIMUR3,823.14,127.34,417.64,694.94,957.65,194.8

61. KALIMANTAN BARAT4,016.24,394.34,771.55,142.55,493.65,809.1

62. KALIMANTAN TENGAH1,855.62,137.92,439.92,757.23,085.83,414.4

63. KALIMANTAN SELATAN2,984.03,240.13,503.33,767.84,023.94,258.0

64. KALIMANTAN TIMUR2,451.92,810.93,191.03,587.93,995.64,400.4

71. SULAWESI UTARA2,000.92,141.92,277.22,402.82,517.22,615.5

72. SULAWESI TENGAH2,176.02,404.02,640.52,884.23,131.23,372.2

73. SULAWESI SELATAN8,050.88,493.78,926.69,339.99,715.110,023.6

74. SULAWESI TENGGARA1,820.32,085.92,363.92,653.02,949.63,246.5

75. GORONTALO833.5872.2906.9937.5962.4979.4

81. M A L U K U1,166.31,266.21,369.41,478.31,589.71,698.8

82. MALUKU UTARA815.1890.2969.51,052.71,135.51,215.2

94. PAPUA2,213.82,518.42,819.93,119.53,410.83,682.5

Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.

9. Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.Di Indonesia, dari setiap 1000 kelahiran hidup ada 34 orang bayi yang meninggal dunia. Dari angka yang disebut sebagai Infant Mortality Rate ini, Indonesia menempati peringkat 123 dari negara-negara di dunia. Dibanding negara-negara di ASEAN, angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Singapura, Thailand, Brunei, Malaysia saja tingkat kematian bayinya di bawah angka 10.Menurut data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002-2007 penurunannya hanya 1 poin dari 5 tahun tersebut. Perlu adanya gerakan-gerakan yang dapat mendorong masyarakat datang ke tempat pelayanan kesehatan.Berikut Angka Kematian Bayi menurut Provinsi pada tahun 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 2000, 2002, 2007, 2010 menurut data BPS.ProvinsiAngka Kematian Bayi

197119801990199419972000200220072010

Aceh143,0093,0058,0058,4045,5039,71-25,0028,00

Sumatera Utara121,0089,0061,0061,4045,2043,6942,0046,0025,67

Sumatera Barat152,00121,0074,0067,6065,8052,6648,0047,0029,67

Riau146,00110,0065,0071,7060,4047,6843,0037,0023,00

Jambi154,00121,0074,0060,2068,3052,6641,0039,0029,00

Sumatera Selatan155,00102,0071,0059,6053,0052,6630,0042,0025,33

Bengkulu167,00111,0069,0074,1072,3052,6653,0046,0027,67

Lampung146,0099,0069,0038,1048,2047,6855,0043,0023,00

Kepulauan Bangka Belitung-----52,6643,0039,0026,67

Kepulauan Riau-------43,0020,33

DKI Jakarta129,0082,0040,0029,8026,1024,7935,0028,0014,00

Jawa Barat167,00134,0090,0088,8060,6056,6544,0039,0026,00

Jawa Tengah144,0099,0065,0051,1045,2043,6936,0026,0021,00

DI Yogyakarta102,0062,0042,0030,4023,4024,7920,0019,0015,67

Jawa Timur120,0097,0064,0062,1035,8047,6943,0035,0025,00

Banten-----65,6238,0046,0024,33

Bali130,0092,0051,0058,0039,5035,7214,0034,0020,00

Nusa Tenggara Barat221,00189,00145,00109,80111,0088,5574,0072,0048,33

Nusa Tenggara Timur154,00128,0077,0070,6059,7056,6559,0057,0038,67

Kalimantan Barat144,00119,0081,0096,8070,3056,6547,0046,0028,33

Kalimantan Tengah129,00100,0058,0016,4055,3047,6840,0030,0023,33

Kalimantan Selatan165,00123,0091,0082,9070,7069,6045,0058,0034,33

Kalimantan Timur104,00100,0058,0061,1050,7039,7142,0026,0021,00

Sulawesi Utara114,0093,0063,0065,6047,6027,7725,0035,0025,00

Sulawesi Tengah150,00130,0092,0087,4094,5065,6252,0060,0045,00

Sulawesi Selatan161,00111,0070,0063,7063,0056,6547,0041,0031,00

Sulawesi Tenggara167,00116,0077,0078,9078,1052,6667,0041,0039,67

Gorontalo-----56,6577,0052,0056,33

Sulawesi Barat-----na74,0048,00

Maluku143,00123,0076,0068,0029,5060,63na59,0045,00

Maluku Utara-----74,59na51,0039,67

Papua Barat-----na36,0028,00

Papua86,00105,0080,0061,3064,7056,65na41,0019,00

INDONESIA145,00109,0071,0066,4052,2043,0039,0026,00

Angka kematian bayi umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang didapat dari orang tua serta kematian bayi yang terjadi setelah usia 1 bulan sampai menjelang usia 1 tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan.Menurut Prijono Tjiptoherijanto, Anggota Koalisi Kependudukan, kematian bayi tinggi akibat hilangnya KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang dulu gencar dilakukan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). Angka ini dapat ditekan dengan perbaikan tingkat kesehatan baik untuk ibu maupun untuk bayinya. Dalam kelangsungan hidup ibu dan bayi yang paling berperan sebenarnya adalah program imunisasi dan gizi.Secara global, jumlah kematian balita setiap tahunnya turun dari estimasi 12,6 juta pada tahun 1990 menjadi sekitar 6,6 juta pada tahun 2012. Selama 22 tahun terakhir, terselamatkan sekitar sembilanpuluh juta jiwa.Menurut laporan tersebut, di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012.

Sejauh ini, 176 pemerintah, termasuk Indonesia, telah menandatangani janji, untuk mempercepat kemajuan dalam kelangsungan hidup ana . Ratusan masyarakat sipi , kelompok agama dan individu swasta juga telah menjanjikan dukungan untuk tujuan bersama memberikan setiap anak terakhir awal terbaik dalam hidup.

10. MigrasiJumlah penduduk Indonesia dipengaruhi oleh faktor masuk dan keluarnya warga asing. Menurut data Bank Dunia yang mengurusi kependudukan United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) yang sekarang bernama United Nations Population Fund, faktor migrasi penduduk sangat kecil di Indonesia.Dari data Kepolisian Republik Indonesia tahun 2010 menyatakan dalam 6 bulan terakhir terdapat 1.200 orang imigran gelap memasuki Republik Indonesia. Beberapa dari mereka menjadikan Australia sebagai tujuan.Umumnya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi adalah faktor ekonomi, yaitu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di tempat yang baru. Selain itu juga faktor pendidikan, yaitu migrasi yang terjadi karena ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Minimnya faktor migrasi, menempatkan Indonesia di peringkat 137 dari negara-negara di dunia yang populasinya dipengaruhi migrasi. Menurut Sonny Harry B.Harmadi, Kepala Lembaga Demografi UI, migrasi akan mempengaruhi cara hidup masyarakat setempat.Masuknya warga asing ke Indonesia (imigrasi) sebenarnya memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif imigrasi yaitu dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli, adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat pembangunan, serta adanya pengenalan ilmu dan teknologi yang dapat mempercepat alih teknologi. Sedangkan dampak negatif dari imigrasi yaitu masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan yang kurang baik seperti pengedar narkoba, bertujuan politik, dan lain-lain.Keluarnya penduduk Indonesia ke negara lain (emigrasi) juga memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif emigrasi yaitu dapat menambah devisa bagi negara terutama dari penukaran mata uang asing, dapat mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri, terutama orang yang belajar ke luar negeri dan kembali ke negara asalnya, serta dapat memeperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain. Sedangkan dampak negatif dari emigrasi yaitu kekurangan tenaga terampil dan ahli jika emigrant tersebut meninggalkan Indonesia, dan emigran yang tidak resmi dapat memperburuk citra negara.