kajian kependudukan

42
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN 2015 KAJIAN KEPENDUDUKAN

Upload: hatu

Post on 12-Jan-2017

242 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN KEPENDUDUKAN

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

KEMENTERIAN KEUANGAN

2015

KAJIAN KEPENDUDUKAN

Page 2: KAJIAN KEPENDUDUKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang

menempatkan isu perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sebagai titik

sentral dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan

dimaknai sebagai pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan

perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya

tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus

mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang

kehidupan bangsa.

Kesadaran pembangunan berwawasan kependudukan dilandasi oleh permasalahan

kependudukan (demografi) yang mendasar di Indonesia. Permasalahan kependudukan di

Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang

masih tinggi. Masalah kependudukan ini berdampak kepada bidang sosial, ekonomi,

poltik dan pertahanan serta keamanan. Masalah kependudukan juga dilihat dari segi

kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, jumlah penduduk yang besar berarti

permasalahan dalam kemampuan menyediakan sandang, pangan, dan papan. Sedangkan

dari segi kualitas melihat dari kemampuan daya saing Indonesia dengan bangsa-bangsa

lain di dunia.

Untuk mengatasi permasalahan kependudukan di Indonesia, sejak tahun 1970,

pemerintah telah melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk

menekan laju pertambahan penduduk. Program KB sampai dengan akhir tahun 1990 telah

berhasil menekan laju pertambahan penduduk dari semula sekitar 4, 6 pada tahun 1970

menjadi sekitar 2,6 pada akhir tahun 1990. Keberhasilan program KB di Indonesia telah

diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pada sidang majelis umum PBB

menganugrahkan penghargaan kepada pemerintah Indonesia sebagai negara yang berhasil

mengatasi laju pertambahan penduduk.

Page 3: KAJIAN KEPENDUDUKAN

2

Namun sayang pelaksanaan program KB meredup, seiring dengan pergantian

rezim orde baru dan pelaksanaan otonomi daerah. Dalam UU nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa urusan pengendalian penduduk dan

Keluarga Berencana merupakan urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan

dasar dan merupakan urusan bersama antara pemerintah pusat dan daerah atau urusan

konkuren.

Program KB, seolah terlupakan karena tidak menghasilkan keuntungan. Fokus

anggaran untuk pembangunan dan sektor lain yang dianggap menguntungkan. Beberapa

tahun kemudian semua pemangku kepentingan terkaget-kaget ketika data kependudukan

diumumkan, laju pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat dibandingkan sebelum era

reformasi. Pelan tapi pasti perhatian pemerintah pusat dan daerah kepada program KB

mulai tumbuh kembali. Kesadaran terhadap pentingnya program KB mulai nampak

setelah situasi dan kondisi memungkinkan serta ancaman lendakan jumlah penduduk

mulai membayangi Indonesia.

Berdasarkan laman Biro Pusat Statistik Indonesia jumlah penduduk Indonesia

sekitar 250 juta jiwa. Sedangkan berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia

tahun 2012 menyebutkan jumlah penduduk Indonesia sekitar 257 juta jiwa. Jumlah ini

menempatkan Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, setelah

Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk tersebut, apabila diproyeksikan

apa adanya tanpa intervensi pemerintah akan meningkat menjadi sekitar 280 juta jiwa

atau naik sebesar 30 juta jiwa atau tambah rata-rata 4 juta jiwa pertahun.

Untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk, pemerintah melalui

BKKBN mendorong kembali program KB agar berjalan sesuai dengan harapan. Upaya

pemerintah untuk mensukseskan program KB dengan mengalokasikan anggaran yang

terus meningkat setiap tahun melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Bahkan pada tahun anggaran 2011 pernah terjadi kenaikan anggaran sebesar 100% jika

dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya yakni sebesar Rp1.234 triliun pada TA

2010 menjadi Rp2.413 triliun pada TA 2011.

Komitmen pemerintah untuk terus meningkatkan alokasi anggaran program KB

ternyata tidak serta merta membuahkan hasil. Hal ini terlihat dari capaian hasil kinerja

program KB dalam beberapa tahun belakangan ini belum menunjukan hasil yang

Page 4: KAJIAN KEPENDUDUKAN

3

menggembirakan.

Setidaknya ada beberapa faktor penyebab meningkatnya laju pertambahan

penduduk. Faktor-faktor tersebut adalah natalitas, mortalitas, dan migrasi. Kunci utama

dari ketiga faktor tersebut adalah natalitas atau kelahiran. Faktor natalitas

mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk dan sangat berguna untuk memprediksi

jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara di masa yang akan datang. Dengan

mengetahui jumlah penduduk yang akan datang, dapat digunakan sebagai dasar untuk

menghitung jumlah kebutuhan dasar penduduk ini. Sebagai contoh proyek listrik 35 ribu

megawatt, perhitungannya berdasarkan atas asumsi kebutuhan rumah tangga yang

notabene disebabkan oleh pertambahan laju pertumbuhan penduduk Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut di atas, faktor penduduk merupakan penggerak (cost

driver) terjadinya berbagai kebutuhan yang timbul dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

1.2. Perumusan Masalah

Peningkatan alokasi anggaran program KB di pusat melalui Bagian Anggaran

BKKBN dan Dana Alokasi Khusus serta dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah mempunyai variasi kinerja program KB berupa Total Fertility Rate (TFR) dan

Laju Pertambahan Penduduk (LPP). Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah

atas kajian ini adalah : “Apakah alokasi anggaran program KB berpengaruh terhadap

TFR dan LPP di Indonesia”?

1.3. Tujuan Penelitian

1). Tujuan Umum

Tujuan Umum penulisan penelitian ini adalah memberikan deskripsi sebagai

penelitian awal atas fenomena yang terjadi dalam antara Program KB dengan alokasi

anggaran program KB.

2). Tujuan Khusus

a. Menguji pengaruh anggaran program KB (APBN) pada angka LPP.

b. Menguji pengaruh anggaran program KB (APBD) pada angka LPP.

c. Menguji pengaruh anggaran program KB (APBN) pada angka TFR.

d. Menguji pengaruh anggaran program KB (APBD) pada angka TFR.

Page 5: KAJIAN KEPENDUDUKAN

4

e. Menguji pengaruh TFR pada angka LPP.

f. Menguji pengaruh anggaran program KB (APBN) pada angka LPP yang

dimediasi oleh TFR.

g. Menguji pengaruh anggaran program KB (APBD) pada angka LPP yang

dimediasi oleh TFR.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat digunakan dalam rangka menunjang tugas dan

fungsi penganggaran di lingkup Direktorat Jenderal Anggaran dalam memahami

substansi dan performa penganggaran Kementerian/Lembaga sehingga pengalokasian

penganggaran dapat dilakukan secara efisien dan efektif di tahap perencanaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Perumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian

1.5. Sistematika Penulisan

Bab II Landasan Teori

2.1 Kependudukan

2.1.1 Masalah Kependudukan

2.1.2 Demografi

2.1.3 Pengertian Ilmu Penduduk dan Kependudukan

2.1.4 Ruang lingkup Ilmu Kependudukan

2.1.5 Teori Teori Kependudukan

2.1.6 Komposisi Penduduk

2.1.7 Tempat Tinggal

2.1.8 Kepadatan Penduduk

Page 6: KAJIAN KEPENDUDUKAN

5

2.2 Forecasting

2.2.1 Pengertian Forecasting

2.2.2 Metode Forecasting

2.3 Data

2.3.1 Data Deret Waktu

2.3.2 Pengelompokan data dan jenis data deret waktu

2.4 Program Keluarga Berencana

2.4.1 Program KB

2.4.2 Tujuan Program KB

2.4.3 Sasaran Program KB

2.4.4 Sasaran Starategis Program KB

2.5 Alokasi Anggaran Program KB

2.5.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

2.5.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD

Bab III Metodologi Penelitian

3.1 Desain Penelitian

3.2 Definisi Operasional dan Pengkuruan Variabel

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.5 Teknik Analisa Data

Bab IV Analisa dan Pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Page 7: KAJIAN KEPENDUDUKAN

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kependudukan

Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal

di Indonesia (UUD 1945 Pasal 26 ayat 2). Kependudukan adalah hal ihwal yang

berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan,

kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang

menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana

untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk

mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada

seluruh dimensi penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang

berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan

dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang

meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial,

ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan

kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya,

berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

2.1.1. Masalah Kependudukan

Masalah Kependudukan bisa disebut juga sebagai masalah sosial, karena masalah

itu terjadi di lingkungan sosial atau masyakarat. Masalah tersebut bisa terjadi kapan saja

dan dimana saja, baik di negara maju maupun negara Indonesia yang sedang

berkembang ini. Masalah kependudukan terjadi karena perkembangan penduduk yang

tidak seimbang. Macam-macam Masalah Kependudukan, yaitu: Pertumbuhan Penduduk,

Kepadatan Penduduk dan Tingkat pendidikan.

Dari ketiga masalah kependudukan tersebut, Pertumbuhan penduduk merupakan

masalah yang menarik untuk dikaji. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi

sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam

Page 8: KAJIAN KEPENDUDUKAN

7

sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan

pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada

manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai

pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk

dunia. Pertumbuhan penduduk di negara Indonesia ini sudah sangat pesat karena diliat

dari sensus penduduk yang berdasarkan informasi dari BPS ( Badan Pusat Statistik)

jumlah penduduk di negara Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 200.241.999 jiwa

sedangkan pada tahun 2010 sudah mencapai 237.641.326 jiwa. Perkembangan

penduduk yang pesat itu terjadi karena beberapa faktor, yaitu : tingkat angka kelahiran,

tingkat angka kematian, dan tingkat perpindahan perpindahan penduduk (migrasi).

2.1.2. Demografi

Demografi merupakan suatu alat untuk mempelajari perubahan-perubahan

kependudukan dengan memanfaatkan data dan statistik kependudukan serta

perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik kependudukan serta mengenai

perubahan jumlah, persebaran, dan komposisi/strukturnya (Adioetomo, 2013:3).

2.1.3. Pengertian Ilmu Penduduk dan Kependudukan

Ilmu Penduduk adalah ilmu yang mempelajari hal ihwal tentang penduduk.

Sedangkan Ilmu Kependudukan adalah studi tentang penduduk di dalam kerangka

sosiologi dan ada jalinannya dengan ekonomi, biologi dan ilmu sosial yang lain.

2.1.4. Ruang Lingkup Ilmu Kependudukan

Ruang lingkup Ilmu kependudukan ada dua yaitu:

a. Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang biasanya tinggal di suatu tempat atau rumah

tangga 6 bulan dan lebih atau yang belum 6 bulan namun berniat untuk menetap.

b. Masyarakat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut adat

istiadat tertentu secara kontinu dan terikat dengan identitas.

Page 9: KAJIAN KEPENDUDUKAN

8

2.1.5. Teori-teori Penduduk

Teori-teori penduduk dibagi menjadi beberapa teori yaitu:

A. Teori Pertumbuhan Penduduk

1). Teori Natural

Teori ini mengemukakan bahwa hewan dan tumbuhan dipengaruhi oleh

temperatur, curah hujan, kesuburan tanah (Prawiro, 1983: 27)

2). William Gadwin

Mengemukakan bahwa kemelaratan adalah orang atau struktur masyarakat yang

salah dan dapat diperbaiki dengan prinsip sama rata sama rasa (Prawiro, 1983:

27)

3). Thomas Robert Malthus

Kemelaratan adalah tidak imbangnya pertambahan penduduk dengan

pertambahan bahan makanan (Prawiro, 1983: 25).

B. Teori Fisiologi

1). Teori Pearl

Teori ini mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh

keadaan biologi dan geografi (Prawiro, 1983: 28).

2). Teori Cassado Gini

Teori ini mengemukakan tentang statistik biologi (Prawiro, 1983: 28)

C. Teori Sosial Ekonomi

1). Teori Carr Saunders Mengatakan bahwa negara dalam keadaan optimum

bila jumlah penduduk dan bahan pangan seimbang (Riningsih, 1990: 31)

2). Teori Dumont Mengemukakan tentang teori kapilaritas sosial. Kapilaritas

sosial mudah berlaku di dalam masyarakat yang memungkinkan

perpindahan dengan mudah dari klas ke klas yang lebih tinggi (Prawiro,

1983: 32)

2.1.6. Komposisi Penduduk

a. Biologi: umur, jenis kelamin

b. Sosial: pendidikan, status

c. Ekonomi: jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, tingkat pendapatan

Page 10: KAJIAN KEPENDUDUKAN

9

d. Geografi: tempat tinggal

e. Budaya: agama, adat istiadat, dan lain sebagainya

2.1.7. Tempat Tinggal

1). Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai

kesatuan masyarakat dan termasuk dalam satu kesatuan hukum yang mempunyai

organisasi pemerintahan yang terendah langsung di bawah camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangga sendiri di dalam ikatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

2). Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, yang

tidak berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri.

2.1.8. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan indikator dari pada tekanan penduduk di suatu

daerah. Kepadatan di suatu daerah dibandingkan dengan luas tanah yang ditempati

dinyatakan dengan dengan banyaknya penduduk perkilometer persegi. Kepadatan

penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah penduduk yang

digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk diwilayah tersebut,

atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti: penduduk daerah perdesaan atau

penduduk yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa

luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah perdesaan. Kepadatan

penduduk di suatu wilayah dapat dibagi menjadi empat bagian :

1). Kepadatan penduduk kasar (crude density of population) atau sering pula disebut

dengan kepadatan penduduk aritmatika.

2). Kepadatan penduduk fisiologis (physiological density)

3). Kepadatan penduduk agraris (agricultural density)

4). Kepadatan penduduk ekonomi (economical density of population)

2.2. Forecasting

Peramalan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk mengetahui peristiwa-peristiwa

yang akan terjadi pada waktu yang akan datang mengenai objek tertentu dengan

Page 11: KAJIAN KEPENDUDUKAN

10

menggunakan pertimbangan, pengalaman-pengalaman ataupun data historis. Dari

defenisi tersebut terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan pengertiannya, antara

lain:

1). Peristiwa.

Peristiwa adalah kejadian tentang suatu objek yang merupakan hasil suatu proses

atau kegiatan; misalnya baik/buruk, turun/naik, atau mendatar dan lain sebagainya.

2). Waktu yang akan datang.

Maksudnya peristiwa yang diramal itu adalah kejadian masa datang.

3). Pertimbangan ataupun data historis.

Adalah merupakan variabel-variabel yang dilakukan untuk melakukan peramalan.

Dengan memperhatikan uraian diatas, maka peramalan merupakan proses atau

metode dalam meramal suatu peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan

datang dengan berdasarkan pada variabel-variabel tertentu.

2.2.1 Metode-metode Forecasting

Forecasting/estimasi atau perkiraaan dapat dilakukan secara kuantitatif dan

kualitatif. Melakukan forecasting secara kuantitatif, artinya menggunakan data angka,

sebab variabel yang diramal itu hanya terbatas pada variabel-variabel yang dapat diukur

secara kuantitatif. Jelas bahwa variabel-variabel yang digunakan untuk melakukan

forecasting itu adalah benar-benar secara teoritis. Pada umumnya, forecasting kuantitatif

dapat dikelompokkan dalam 2 model, yaitu:

1). Model Deret Berkala (time-series)

Pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel

dan/atau kesalahan masa lalu. Tujuan utama metode peramalan deret berkala seperti

itu adalah menemukan pola dalam deret historis mengekstrapolasikan pola tersebut

ke masa depan.

2). Model Regresi (causal)

Mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan

sebab akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Misalnya, penjualan = f

(pendapatan, harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).

Kedua model tersebut hanya dapat diterapkan apabila terpenuhi beberapa kondisi,

Page 12: KAJIAN KEPENDUDUKAN

11

antara lain:

a. Tersedianya informasi tentang masa lalu.

b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pada masa lalu akan terus berlanjut di

masa mendatang.

Metode peramalan kualitatif atau teknologis, di lain pihak, tidak memerlukan data

yang serupa seperti metode kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada

metode tertentu dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, pertimbangan

dan pengetahuan yang telah di dapat.

2.3. Data Deret Waktu

2.3.1. Pengertian

Deret waktu merupakan serangkaian pengamatan/observasi yang dilakukan pada

waktu-waktu tertentu, biasanya dengan interval-interval yang sama (Murray R. Spiecel;

1972: 301). Deret waktu adalah waktu sekumpulan hasil observasi yang diatur dan

didapat menurut urutan kronologis, biasanya dalam interval waktu yang sama (Sudjana,

1981:240). Dari pengalamn dengan banyak contoh deret berkala ternyata terdapat

gerakan-gerakan khas tertentu atau variasi-variasi (variations) yang beberapa

diantaranya atau seluruhnya terdapat dalam berbaga tingkat yang berbeda. Analisis dari

gerakan-gerakan ini sangat penting dalam berbagai hal, salah satu diantaranya adalah

meramalkan (forecasting) gerakan-gerakan yang akan datang. Oleh karena itu tidak

mengherankan bahwa banyak industri dan badan-badan pemerintah sangat

berkepentingan dalam subjek ini.

2.3.2. Pengelompokan dan Jenis Deret Waktu

Dengan memperhatikan olah atau gerak dari munculnya atau terjadinya

peristiwa tersebut ditinjau dari segi waktu maka kita mengenal gerak beraturan dan

gerak tidak beraturan.

1). Gerak Beraturan

Gerak Beraturan adalah gerak yang berhubungan dengan berubahnya waktu,

menunjukkan ordinat yang berubah besarnya secar teratur. Gerak ini dibagi menjadi

Page 13: KAJIAN KEPENDUDUKAN

12

dua bagian Trend:

a. Trend Linear

Trend Linear adalah ukuran kecenderungan data deret waktu apabila

menunjukkan menaik atau menurun melalui suatu peningkatan atau penurunan

yang konstan.

b. Trend Non Linear.

Trend Non Linear adalah ukuran kecenderungan yang mempunyai model dengan

persamaan pangkat dua, pangkat tiga dan seterusnya. Metode-metode trend non

linear yang banyak dikenal diantaranya adalah:

− Logistik

− Eksponensial

− Gompertz

− Geometrik

− Polinom

2). Gerak tak beraturan

Gerak tak beraturan adalah gerak yang tiada berketentuan bentuk gambarnya

bila variabel bebas kita ambil satuan waktu.

2.4. Program Keluarga Berencana (KB)

2.4.1. Program KB

Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992

(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah

upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan

nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial

budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan

kemampuan produksi nasional (Depkes,1999).

Sejak pelita V, program KB nasional berubah menjadi gerakan KB nasional

yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat

Page 14: KAJIAN KEPENDUDUKAN

13

untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam

rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia (Sarwono,1999). 2.4.2. Tujuan Program KB

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB

yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana

program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia.

2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan

meningkatkan kesejahteraan keluarga. 2.4.3. Sasaran Program KB

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak

langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah

Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan

cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak

langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat

kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka

mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

Sasaran program keluarga berencana (KB) nasional yang terkait dengan TFR dan

LPP sebagaimana yang tercantum di dalam RPJMN adalah sebagai berikut:

Indikator RPJMN

2004 - 2009 2010 - 2014

TFR 2,2 2,36

LPP 1,14 % 1,1%

Page 15: KAJIAN KEPENDUDUKAN

14

2.4.4. Sasaran Strategis Program KB

Sasaran strategis BKKBN tahun 2016 adalah menurunkan Laju Pertumbuhan

Penduduk (LPP) dari 1,38 persen tahun 2015 menjadi 1,27 persen pada tahun 2016,

menurunkan angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) per Wanita Usia Subur (WUS)

15-49 tahun dari 2,37 anak pada tahun 2015 menjadi 2,36 pada tahun 2016. 2.4.5. Alokasi Anggaran Program KB

2.4.5.1 Anggaran APBN

Tabel 1 PAGU BKKBN TAHUN 2007 – 2015

PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB TAHUN ANGGARAN PAGU (Rp)

2007 356.651.221.000 2008 361.827.520.000 2009 502.535.221.000 2010 677.642.100.000 2011 2.331.834.116.000 2012 1.927.191.375.000 2013 2.475.520.563.000 2014 2.372.866.402.000 2015 3.048.746.908.000

(sumber : Business Intelegence DJA)

Anggaran Program KB dalam kajian ini adalah alokasi anggaran Bagian

Anggaran BKKBN. Dalam RKA-K/L BKKBN memiliki 4 Program yakni:

Tabel 2 Program dan Kegiatan BKKBN TA 2015

(sumber : Business Intelegence DJA) No. Nama Program Nama Kegiatan 1.

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKKBN

Pengelolaan Hukum. Organisasi dan Humas Perencanaan Program dan Anggaran Pengelolaan Administrasi Pegawai Pengelolaan Administrasi Umum

2. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BKKBN

Peningkatan Pengawasan Ketenagaan dan Administrasi Umum Peningkatan pengawasan Keuangan dan Perbekalan Peningkatan Pengawasan Program

3. Pelatihan dan Pengembangan

Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Page 16: KAJIAN KEPENDUDUKAN

15

BKKBN Penelitian dan pengembangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Penelitian dan pengembangan Kependudukan Pengembangan Kerja Sama Internasional Kependudukan dan Keluarga Berencana

4. Kependudukan dan KB

Peningkatan Advokasi dan KIE Program Kependudukan dan KB Penyediaan data dan informasi program kependudukan dan KB Peningkatan kemitraan dengan lintas sektor pemerintah dan swasta serta pemerintah daerah Peningkatan pembinaan kesertaan ber-KB jalur pemerintah Pembinaan Keluarga Balita dan Anak Peningkatan Pembinaan Lini Lapangan Pembinaan Ketahanan Remaja Peningkatan Kualitas Kesehatan Reproduksi Peningkatan Kesertaan KB Galciltas. wilayah khusus. dan Sasaran Khusus Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan Kerjasama Pendidikan kependudukan Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk Peningkatan Kemandirian dan pembinaan kesertaan ber-KB jalur swasta Analisis Dampak Kependudukan Perencanaan Pengendalian Penduduk Penyediaan Teknologi. Informasi dan Dokumentasi program Kependudukan dan KB Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan KB Provinsi

Program dan kegiatan BKKBN tersebut menunjang pencapaian target kinerja

sesuai dengan Rencana Strategis BKKBN. Sedangkan pagu Program Kependudukan.

dan Keluarga Berencana pada pagu BKKBN Tahun Anggaran 2016 dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 3 Pagu BKKBN TA 2016

Program Kependudukan. dan Keluarga Berencana TA 2016 Pagu

Pagu Indikatif 3.106.304.040.000 Pagu Anggaran 2.459.192.264.000 Pagu Alokasi 2.883.192.264.000

sumber : Business Intelegence DJA

Page 17: KAJIAN KEPENDUDUKAN

16

2.4.5.1 Anggaran APBD

Tabel 4 APBD Urusan KB dan KS Tahun 2007. 2010. dan 2012 Pemerintah Daerah

(dalam juta rupiah)

Nama Daerah 2007 2010 2012 Nama Daerah 2007 2010 2012

Prop. Nanggroe Aceh Darussalam 22.499 33.367 47.523 Prop. NTB 19.459 32.482 37.273

Prop. Sumatera Utara 61.853 86.034 125.395 Prop. NTT 17.991 29.314 45.800

Prop. Sumatera Barat 17.108 35.743 47.214

Prop. Kalimantan Barat 6.082 20.397 21.527

Prop. Riau 10.693 16.076 24.948

Prop. Kalimantan Tengah 10.929 16.548 19.766

Prop. Jambi 12.587 13.328 13.597

Prop. Kalimantan Selatan 17.269 40.549 42.472

Prop. Sumatera Selatan 56.363 81.550 118.069

Prop. Kalimantan Timur 4.862 26.773 44.133

Prop. Bengkulu 25.092 12.130 16.435 Prop. Sulawesi Utara 16.026 36.895 45.436

Prop. Lampung 21.595 37.461 51.464 Prop. Sulawesi Tengah 14.246 19.605 24.947

Prop. Bangka Belitung 7.521 14.163 12.327

Prop. Sulawesi Selatan 46.818 88.548 108.515

Prop. Kepulauan Riau 2.782 4.362 10.936

Prop. Sulawesi Tenggara 15.418 29.281 36.620

Prop. DKI Jakarta - 31.243 39.191 Prop. Gorontalo 2.646 10.244 15.236

Prop. Jawa Barat 82.351 149.231 213.690 Prop. Sulawesi Barat 7.216 4.606 7.693

Prop. Jawa Tengah 86.808 104.966 120.862 Prop. Maluku 5.354 14.581 15.734

Prop. DI Jogjakarta 5.269 15.780 21.515

Prop. Maluku Utara 3.111 12.683 19.989

Prop. Jawa Timur 127.825 156.946 196.962

Prop. Papua Barat 2.312 7.835 8.398

Prop. Banten 9.908 26.969 45.220 Prop. Papua 7.720 13.503 16.256

Prop. Bali 11.213 25.412 36.845

Page 18: KAJIAN KEPENDUDUKAN

17

2.5. Total Fertility Rate

Salah satu indikator yang mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

adalah Total Fertility Rate (TFR). Total Fertility Rate/TFR didefinisikan sebagai

jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan per-1000 penduduk yang hidup hingga

akhir masa reproduksinya, dengan asumsi :

1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa

reproduksinya.

2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

Menurut John Bongaarts (2015), bahwa Total Fertility Rate (TFR) dipengaruh

oleh faktor-faktor : 1. Marriage/union/sexual exposure 2. Contraception 3. Postpartum infecundability 4. Abortion 5. Model

Nilai TFR = 1,9 dapat diartikan bahwa rata-rata setiap perempuan yang mampu

menyelesaikan masa reproduksinya (15-49 tahun) akan mempunyai anak antara 1 dan 2

orang. Keunggulan angka fertilitas total (TFR) adalah angka ini dapat dijadikan ukuran

kelahiran untuk seorang perempuan selama usia reproduksinya (15-49 tahun) dan telah

memperhitungkan tingkat kesuburan perempuan pada masing-masing kelompok umur.

2.6. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah

tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah penduduk suatu

wilayah di masa yang akan datang.

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan permasalahan krusial yang

dihadapi oleh negara-negara berkembang di dunia, khususnya negara-negara

berpenduduk besar dan padat. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data dasar yang

diperoleh mengenai jumlah kelahiran, sehingga diperlukan berbagai upaya yang

berkesinambungan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia sebagai

suatu negara yang sedang berkembang dengan penduduk terbesar nomor empat di dunia,

juga menghadapi persoalan yang serupa.

Page 19: KAJIAN KEPENDUDUKAN

18

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan. Hal

ini tercermin dari hasil sensus penduduk 2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan

penduduk. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju

pertumbuhan 1,49 persen pertahun, sementara pada tahun 2008 masih tercatat 288,53 juta

jiwa. Laju pertumbuhan penduduk ini jika tetap pada angka itu, pada 2045 jumlah

penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan penduduk yang

tinggi ini akan mengakibatkan permasalahan jika tidak dikendalikan (BKKBN, 2010).

Grafik 1 Laju Pertambahan Penduduk Dunia

Sumber : Grafik Pertumbuhan Penduduk Dunia. www.bbc.co

Grafik 2

Laju Pertambahan Penduduk Indonesia

Sumber : Data Jumlah Penduduk Indonesia Terbaru (www.techoupadate27.blogspot.com)

Definisi dari laju pertumbuhan penduduk itu sendiri adalah Angka yang

menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu.

Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Laju pertumbuhan

penduduk dapat dihitung menggunakan tiga metode, yaitu aritmatik, geometrik, dan

eksponesial. Metode yang paling sering digunakan di BPS adalah metode geometrik.

Page 20: KAJIAN KEPENDUDUKAN

19

Rumus Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial adalah sebagai berikut :

Pt = Poert

Keterangan:

Pt = Jumlah penduduk pada tahun t

Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk

e = bilangan eksponensial yang besarnya 2.718281828

Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau terjadi

penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya pertumbuhan

penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika

r = 0, artinya tidak terjadi perubahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk indonesia adalah

sebagai berikut:

1). Kelahiran (Natalitas)

Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang

menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas).

Glowaki dan Richmond (2007), menyatakan anti natalitas adalah sebesarapa besar

angka partisipasi angkatan kerja wanita dan serta biaya-biaya anak sementara yang

pro natalitas adalah lamanya cuti setelah melahirkan, kompensasi, serta akses yang

lebih baik pada anak. Sebagai contoh bahwa Fungsi APBN maupun APBD dapat

dijadikan instrumen untuk menstimulus sektor riil maupun finansial guna menyerap

angkatan kerja yang luas dengan membuka angka partisipasi wanita dalam segala

lapangan pekerjaan.

2). Kematian (Mortalitas)

Kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang dapat

mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja

bagi Pemerintah melainkan juga baik pihak swasta, yang terutama berkecimpung

dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Data kematian sangat diperlukan antara lain

untuk proyeksi penduduk guna perancangan pembangunan. misalnya, perencanaan

fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan

Page 21: KAJIAN KEPENDUDUKAN

20

masyarakat. data kematian juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap

program-program kebijakan kependudukan.

3). Perpindahan penduduk (migrasi)

Migrasi ada dua,migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi

masuk(imigrasi),dan yang dapat mengurangi jumlah penduduk disebut imigrasi

keluar(emigrasi).

Rumus Laju Pertumbuhan Penduduk :

r = {(Pt/P0)(1/t)- 1}x100

dimana :

r = Laju pertumbuhan penduduk

Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke –t

P0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar

t = Selisih tahun Pt dengan P0

Page 22: KAJIAN KEPENDUDUKAN

21

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan metode

penelitian meliputi desain penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel, jenis dan

sumber data, serta teknik analisis data yang meliputi uji asumsi klasik dan analisis regresi.

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas peristiwa yang telah terjadi untuk mengungkap

data-data yang telah ada atau menggambarkan variabel penelitian tanpa melakukan

manipulasi. Berdasarkan data yang diperoleh, maka penelitian ini termasuk penelitian

kuantitatif, karena penelitian ini mengacu pada perhitungan data yang berupa angka-angka.

Penelitian ini menggunakan pendekatan ex post facto, yaitu suatu penelitian yang dilakukan

untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono, 2005: 7).

Penelitian ini mengidentifikasi fakta atau peristiwa sebagai variabel yang dipengaruhi

(variabel dependen) dan melakukan penyelidikan terhadap variabel-variabel yang

memengaruhi (variabel independen) (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Tujuan penelitian adalah pengujian hipotesis. Jenis data yang digunakan adalah data

cross-sectional, yaitu studi dengan mengumpulkan data dalam satu titik waktu (Cooper dan

Schindler, 2011). Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel bertujuan dan memenuhi kriteria tertentu (Cooper dan

Schindler, 2011) dan dengan metode judgment sampling atau pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu (Sekaran, 2004 : 137).

3.2 Model dan Hipotesis Penelitian 3.2.1 Landasan Teori

Pengelompokan atas TFR dilakukan melalui pendekatan angka TFR pada

penelitian yang dilakukan oleh Gauthier dan Bortnik dari University of Calgary pada

tahun 2001 dalam Tari Glowaki and Amy K. Richmond Department of Geography

and Environmental Engineering United States Military Academy West Point, New

York 10996. Tingkat fertilitas total adalah jumlah rata-rata seorang wanita akan

Page 23: KAJIAN KEPENDUDUKAN

22

melahirkan dalam hidupnya. Kriteria sampel penelitian ini adalah Provinsi yang

memiliki angka Alokasi Anggaran KB (APBN dan APBD), TFR, dan LPP tahun

2007-2012.

3.2.2 Penelitian Terdahulu Listyorini (2009), melakukan penelitian yang berjudul studi kausalitas antara

anggaran program KB Nasional dengan total fertility rate (TFR) di Indonesia Tahun

1992-2008. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

yang signifikan dalam anggaran program KB dan pencapaian TFR sebelum dan

sesudah desentralisasi. Selain itu, untuk mengetahui kausalitas (hubungan timbal

balik) antara anggaran program KB nasional dan total fertility rate (TFR) di

Indonesia selama periode waktu 1992-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

anggaran program KB dan pencapaian TFR sebelum desentralisasi tidak sama

dengan setelah diterapkan desentralisasi di Indonesia. Artinya, penerapan

desentralisasi berpengaruh signifikan pada penganggaran program KB dan

pencapaian TFR di Indonesia. Lebih lanjut, terjadi kausalitas yang berjalan searah

(unidirectional causality) dimana TFR mempengaruhi anggaran program KB,

sedangkan anggaran program KB tidak berpengaruh pada TFR. Angka TFR beberapa

tahun terakhir yang stagnan menjadi salah satu penyebab pemerintah

mempertimbangkan alokasi anggaran KB yang diberikan, dan anggaran ini

cenderung turun karena pencapaian TFR tidak sesuai target

3.2.3 Model penelitian adalah sebagai berikut :

Anggaran Program

KB (APBN)

TFR LPP

H1

H2

H5

H4

H3

Anggaran Program KB

(APBD)

Page 24: KAJIAN KEPENDUDUKAN

23

Hipotesis (H) penelitian: 1. H1: anggaran program KB (APBN) berpengaruh negatif pada angka LPP 2. H2: anggaran program KB (APBD) berpengaruh negatif pada angka LPP 3. H3: anggaran program KB (APBN) berpengaruh negatif pada angka TFR 4. H4: anggaran program KB (APBD) berpengaruh negatif pada angka TFR 5. H5: angka TFR berpengaruh positif pada angka LPP 6. H6: TFR memediasi pengaruh anggaran prog KB (APBN) pada LPP 7. H7: TFR memediasi pengaruh anggaran prog KB (APBD) pada LPP

3.2.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1). Alokasi Anggaran KB (APBN)

Alokasi anggaran KB (APBN) adalah alokasi anggaran pada Bagian Anggaran

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang

bersumber dari dana APBN.

2). Alokasi Anggaran KB (APBD)

Alokasi anggaran KB (APBD) adalah alokasi anggaran Urusan Keluarga

Berencana dan Keluarga Sejahtera (KB dan KS) pada APBD Pemerintah

Provinsi.

3). Total fertility rate (TFR)

Total fertility rate (TFR) adalah jumlah rata-rata kelahiran anak dari wanita usia

subur selama masa reproduksinya. Atas dasar pengertian tersebut maka yang

dimaksud dengan tingkat kelahiran total adalah kemampuan rata-rata kelahiran

dari seorang wanita umur 15-49 tahun menurut masa reproduksinya. Di

Indonesia TFR merupakan salah satu indikator utama untuk mengetahui

keberhasilan program KB dalam menurunkan tingkat kelahiran.

4). Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu

wilayah tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah

penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan penduduk

juga dapat didefinisikan sebagai angka yang menunjukan tingkat pertambahan

penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai

Page 25: KAJIAN KEPENDUDUKAN

24

persentase dari penduduk dasar. Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung

menggunakan tiga metode, yaitu aritmatik, geometrik, dan eksponesial. Metode

yang paling sering digunakan di BPS adalah metode geometrik.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data

Alokasi Anggaran KB (APBN) yang diambil dari data Business Intelligence

Anggaran, Alokasi Anggaran KB (APBD) dari alokasi anggaran urusan KB & KS

Pemerintah Provinsi, TFR dari data SDKI BPS, dan LPP dari Publikasi Statistik

Indonesia BPS.

3.4 Teknik Analisis Data

Penelitian ini melibatkan dua variabel independen, untuk itu digunakan

model linier regresi berganda sebagai teknik analisis datanya. Hasil yang valid dan

tidak bias dari teknik analisis regresi berganda akan terpenuhi jika asumsi klasik

terpenuhi. Pengujian-pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara

lain:

1) Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas atau dengan menggunakan angka dengan menetapkan α = 5%.

Uji normalitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji Kolmogorov –

Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Data

dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau

0,05, namun bila signifikansi lebih kecil dari 5% atau 0,05 maka data

dikatakan tidak berdistribusi normal (Priyatno, 2008: 28).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterosedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

Page 26: KAJIAN KEPENDUDUKAN

25

lainnya. Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 125). Dengan melihat grafik scatterplot

antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan

residualnya SRESID. Dasar analisis yang digunakan ialah (Ghozali, 2006:

125-126):

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-tiik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c) Uji Multikolinieritas

Asumsi multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus

terbebas dari gejala multikolinieritas. Gejala multikolinieritas yakni

gejala korelasi antar variabel independen yang ditunjukkan dengan

korelasi yang signifikan antar variabel independen. Nilai korelasi tersebut

dapat dilihat dari Colliniearity Statistics, apabila nilai VIF (Variance

Inflation Factor) memperlihatkan hasil yang lebih besar dari 10 maka

menunjukkan adanya gejala multikolinieritas, sedangkan apabila nilai

VIF kurang dari 10 maka gejala multikolinieritas tidak ada (Santoso dan

Ashari, 2005 : 242).

2) Analisis Regresi

Analisis regresi pada penelitian ini menggunakan tiga tahap pengujian

dengan program SPSS 17. Regresi tahap I, yaitu uji regresi berganda

variabel Alokasi Program KB (APBN) dan Alokasi Program KB (APBD)

terhadap LPP. Kemudian Regresi tahap II, yaitu uji regresi berganda

variabel Alokasi Program KB (APBN) dan Alokasi Program KB (APBD)

terhadap TFR. Regresi tahap III, uji regresi berganda variabel Alokasi

Program KB (APBN), Alokasi Program KB (APBD), dan TFR terhadap LPP.

Selanjutnya, dari dua tahap uji regresi berganda tersebut dilakukan

Page 27: KAJIAN KEPENDUDUKAN

26

penghitungan pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh

total sebagai efek adanya mediasi. Menurut Baron dan Kenny (1986),

metode ini tepat digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel

independen pada variabel dependen, terutama ketika terdapat variabel

mediasi.

Dalam penelitian ini juga menggunakan uji statistik untuk menguji

apakah variabel independen berpengaruh signifikan pada variabel

dependent, begitu juga untuk variabel mediasi. Uji statistik yang digunakan

antara lain uji t, uji F, dan adjusted R2 (koefisien determinasi) untuk

mengetahui seberapa besar peran varians variabel independen berpengaruh

pada variabel dependen. Uji t (signifikansi individual) adalah pengujian

yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen pada variabel

dependen secara parsial. Uji F-statistik adalah pengujian untuk menguji

pengaruh variabel independen pada variabel dependen secara simultan dan

melihat apakah model regresi yang diajukan dapat diterima.

Selanjutnya, uji adjusted R2 (koefisien determinasi) digunakan untuk

menguji seberapa besar persentase variasi variabel independen yang

digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen.

Pengujian tersebut menggunakan taraf signifikasi 5%. Hipotesis penelitian

didukung apabila memiliki signifikansi ≤ 5%, namun bila signifikansinya >

5% maka hipotesis tidak didukung. Pengujian tersebut dilakukan pada setiap

hipotesis pada penelitian ini.

Untuk melakukan uji mediasi, penelitian ini menggunakan prosedur

yang ditawarkan oleh Baron dan Kenny (1986) dengan melakukan tiga

tahap pengujian statistik sebagai berikut:

a. Uji Regresi Tahap I, regresi X1 dan X2 ke Y:

Y = α + β1X1 + β2X2

b. Uji Regresi Tahap II, regresi X1 dan X2 ke M:

M = α + β3X1 + β4X2

c. Uji Regresi Tahap III, regresi X1, X2, dan M ke Y:

Y = α + β5X1 + β5X2 + β7M

Page 28: KAJIAN KEPENDUDUKAN

27

Hasil penghitungan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari

uji mediasi pada uji regresi tahap II dan tahap III adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh total X1 ke Y melalui M:

1) Pengaruh langsung = β3

2) Pengaruh tidak langsung dari X1 ke Y melalui M = β1 x β5

3) Pengaruh total = β3 + (β1 x β5)

b. Pengaruh total X2 ke Y melalui M:

1) Pengaruh langsung = β4

2) Pengaruh tidak langsung dari X2 ke Y melalui M = β2 x β5

3) Pengaruh total = β4 + (β2 x β5)

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah TFR memediasi secara

penuh atau mediasi secara parsial, maka perlu membandingkan antara hasi

uji tahap I dan tahap II serta III. Menurut Baron dan Kenny (1986), sebuah

variabel berfungsi sebagai variabel mediasi penuh apabila memenuhi

kondisi sebagai berikut:

a. Variabel independen mempengaruhi variabel mediasi (Tahap II);

b. Variabel mediasi berpengaruh ke variabel dependen (Tahap III);

c. Tetapi pengaruh variabel independen menjadi tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen setelah memasukkan variabel mediasi

(Tahap III).

Namun, ketika pengaruh variabel independen pada variabel

dependen lebih besar dari pengaruh variabel mediasi pada variabel

dependen, maka yang terjadi adalah mediasi secara parsial (Baron dan

Kenny, 1986).

Keterangan: X1 : Alokasi Anggaran KB (APBN) X2 : Alokasi Anggaran KB (APBD) M : TFR Y : LPP LPP = α1 + β1 APBN KB + β2 APBD

TFR = α2 + β3 APBN KB + β4 APBD

LPP = α3 + β5 APBN KB + β6 APBD + + β7 TFR

Page 29: KAJIAN KEPENDUDUKAN

28

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alokasi APBN dan APBD terhadap

TFR dan LPP. Populasi dalam penelitian ini adalah alokasi program KP pada APBN dan

APBN tahun 2007, 2010, dan 2012. Sebelum membahas pembuktian hipotesis, secara

deskriptif akan dijelaskan mengenai kondisi masing-masing variable yang digunakan dalam

penelitian ini.

Deskripsi variabel dalam statisktik deskriptif yang digunakan pada penelitian ini

meliputi nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari satu variabel dependen

yaitu Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan dua variabel independen yaitu Alokasi

Anggaran Pemerintah Pusat (APBN) dan Alokasi Anggaran Pemerintah Daerah (APBD).

Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data. Statistik deskriptif

menggambarkan karakter sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Distribusi statistik

deskriptif untuk masing-masing variabel terdapat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 5 Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

APBN 97 1226,22 87.751,83 12.991,57 15.719,29 APBD 97 2.312,24 196.961,67 36.644,45 39.815,78 TFR 97 1.80 4.20 2.7803 0.47497 LPP 97 0.37 5.39 2.0489 1.00985 Valid N (listwise) 97

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa selama periode pengamatan, variabel APBN

menunjukkan nilai rata-rata sebesar Rp.12.991.565.600,-, nilai minimum sebesar

Rp.1.226.220.000,-, nilai maksimum sebesar Rp.87.751.830.000,-, dan standar deviasi sebesar

Rp.15.719.288.110,-. Standar deviasi lebih besar dari rata-rata berarti sebaran nilainya baik,

artinya simpangan nilai APBN antara nilai minimum dengan nilai maksimum besar.

Page 30: KAJIAN KEPENDUDUKAN

29

Nilai alokasi anggaran Program KB (APBN) terkecil sebesar Rp.1.226.215.000,- yaitu

alokasi Program KB (APBN) pada Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2010, sedangkan

alokasi anggaran Program KB (APBN) terbesar sebesar Rp.87.751.826.000,- yaitu alokasi

Program KB (APBN) pada Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012.

Variabel APBD menunjukkan nilai rata-rata sebesar Rp.36.644.453.700,- nilai minimum

sebesar Rp2.312.240.000,-, nilai maksimum sebesar Rp.196.961.670.000,-, dan standar

deviasi sebesar Rp.39.815.779.700,-. Standar deviasi lebih besar dari rata-rata berarti sebaran

nilainya baik, artinya simpangan nilai APBD antara nilai minimum dengan nilai maksimum

besar. Nilai alokasi anggaran Program KB (APBD) terkecil sebesar Rp.2.312.240.000,-

yaitu alokasi Program KB (APBN) pada Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2007,

sedangkan alokasi anggaran Program KB (APBD) terbesar sebesar 196.961.670.000,- yaitu

alokasi Program KB (APBD) pada Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2012.

Selanjutnya, untuk nilai TFR dari tiga tahun pengamatan, nilai terkecil adalah sebesar

1,80 yang berasal dari provinsi D.I. yogyakarta pada tahun 2007, dan nilai TFR terbesar

berasal dari provinsi Nusa Tenggara Timur di tahun 2007 yaitu sebesar 4,20. Standar deviasi

yang dimiliki oleh nilai TFR dari tiga tahun pengamatan sebesar 0,47497, artinya sebaran

nilai dari variabel TFR adalah baik (nilai TFR antar tahun dan antar provinsi memiliki selisih

yang kecil). Variabel keempat yaitu variabel LPP, nilai LPP terkecil berasal dari provinsi

Jawa Tengah di tahun 2010 yaitu sebesar 0,37, dan nilai LPP tertinggi dari provinsi Papua di

tahun 2010 yaitu sebesar 5,39. Besarnya standar deviasi dari LPP adalah sebesar 1,00985,

nilai ini cukup rendah yang artinya nilai sebaran LPP pada periode pengamatan memiliki

sebaran yang merata/baik.

4.2. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Prasyarat Analisis

a. Hasil Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam analisis parametrik yaitu

uji normalitas sampel. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Hal ini dapat ditegaskan, bahwa suatu penelitian yang melakukan pengujian

Page 31: KAJIAN KEPENDUDUKAN

30

hipotesis dengan menggunakan uji-t atau uji-F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal, bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2006: 147). Uji statistik

yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6 Hasil Uji Normalitas

Residual model

N Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig

(2-tailed) Kesimpulan

97 1,275 0,078 Normal

Sumber: Data diolah (2015)

Dari tabel di atas terlihat bahwa angka signifikansi (Asymp. Sig (2-tailed))

lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,078, sehingga dapat disimpulkan bahwa

data sudah berdistribusi normal. Dengan demikian, analisis tahap selanjutnya

pada penelitian ini dapat dilakukan, yaitu uji regresi.

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heterosedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Dalam penelitian

ini untuk menguji heteroskedastisitas dengan melihat grafik scatterplot antara

nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 32: KAJIAN KEPENDUDUKAN

31

Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data diolah (2015)

Dari grafik scatterplot di atas terlihat semua titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, serta tidak ada pola yang jelas, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan demikian, analisis

tahap selanjutnya pada penelitian ini dapat dilakukan, yaitu uji regresi.

c. Hasil Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi maka terjadi masalah multikolinieritas. Uji ini

dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) serta dapat dilihat

dari korelasi antar variabel independen dan nilai tolerance. Analisis data dapat

dilanjutkan jika nilai VIF untuk tiap-tiap variabel lebih kecil dari 10, nilai

tolerance variabel independen lebih besar dari 0,10. Uji multikolinieritas dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 33: KAJIAN KEPENDUDUKAN

32

Tabel 7 Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Kesimpulan

APBN 0,644 1,553 Tidak Terjadi

Multikolinieritas

APBD 0,595 1,681 Tidak Terjadi

Multikolinieritas

TFR 0,906 1,103 Tidak Terjadi

Multikolinieritas

Sumber: Data diolah (2015)

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada tabel di atas menunjukkan bahwa

semua variabel tidak terjadi multikolinieritas. Besarnya VIF tidak ada yang lebih

besar dari 10, serta nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10. Dengan

demikian, analisis tahap selanjutnya pada penelitian ini dapat dilakukan, yaitu

pengujian hipotesis dengan analisis regresi.

2. Hasil Analisis Regresi

Pelaporan hasil pengujian hipotesis menunjukkan keberadaan pengaruh yang telah

diduga dalam hipotesis. Tabel 8 di bawah ini menyajikan hasil analisis regresi untuk

pengujian hipotesis 1 sampai 7, dan selanjutnya akan dijelaskan pula pengaruh langsung,

tidak langsung, dan total dari variabel independen pada variabel dependen melalui

variabel mediasi.

Page 34: KAJIAN KEPENDUDUKAN

33

Tabel 8 Hasil Analisis Regresi dalam Pengujian Hipotesis

Variabel β t p ∆ R2 F

Tahap 1 (X1 dan X2 ke Y) Anggaran Program KB-APBN (X1) -0,164 -1,446 0,152*

0,195 12,617* Anggaran Program KB-APBD (X2) -0,343 -3,017 0,003*

Model: LPP = 2,505 – 0,164 APBN – 0,343 APBD Tahap 2 (X1 dan X2 ke M) Anggaran Program KB-APBN (X1) 0,099 0,814 0,417*

0,074 4,856* Anggaran Program KB-APBD (X2) -0,354 -2,905 -0,005*

Model: TFR = 2,896 – 0,099 APBN – 0,354 APBD Tahap 3 (X1, X2, M ke Y) Anggaran Program KB-APBN (X1) -0,180 -1,587 0,116*

0,208 9,415* Anggaran Program KB-APBD (X2) -0,289 -2,452 0,016*

Total Fertility Rate (M) 0,153 1,608 0,111*

Model: LPP = 1,587–0,180 APBN–0,289 APBD+0,153 TFR

Tahap 4 (M ke Y)

Total Fertility Rate (M) 0,259 2,609 0,011* 0,057 6,808* Model: TFR = 0,520 + 0,259 TFR

Sumber: Data primer yang diolah (2014) *) signifikan pada α ≤ 0,05

Keterangan: X1 : Anggaran Program KB-APBN X2 : Anggaran Program KB-APBD M : Total Fertility Rate Y : Laju Pertumbuhan Penduduk

Tabel 8 menunjukkan nilai adjusted R2 tahap 1 bernilai 0,195. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa variabel Anggaran Program KB-APBN dan APBD dapat

menjelaskan varians Laju Pertumbuhan Penduduk sebesar 19,5 %, sedangkan 80,5 %

Laju Pertumbuhan Penduduk dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian.

Hasil uji F menyatakan bahwa model didukung dengan signifikan pada p < 0,05. Tahap 2

Page 35: KAJIAN KEPENDUDUKAN

34

menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,074, yang artinya bahwa variabel Anggaran

Program KB-APBN dan APBD hanya dapat menjelaskan varians Laju Pertumbuhan

Penduduk sebesar 7,4 %, sedangkan 92,6 % Laju Pertumbuhan Penduduk dipengaruhi

variabel lain di luar model penelitian. Hasil uji F menyatakan bahwa model didukung

dengan signifikan pada p < 0,05.

Lebih lanjut, Tahap 3 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,208, yang artinya

bahwa variabel Anggaran Program KB-APBN, APBD, dan TFR dapat menjelaskan

varians Laju Pertumbuhan Penduduk sebesar 20,8 %, sedangkan 79,2 % Laju

Pertumbuhan Penduduk dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian. Hasil uji F

menyatakan bahwa model didukung dengan signifikan pada p < 0,05. Tahap 4

menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,057, yang artinya bahwa variabel TFR hanya

dapat menjelaskan varians Laju Pertumbuhan Penduduk sebesar 5,7 %, sedangkan 94,3 %

Laju Pertumbuhan Penduduk dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian. Hasil uji

F menyatakan bahwa model didukung dengan signifikan pada p < 0,05.

Hasil analisis regresi untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan 7 dilaporkan

sebagai berikut. Pertama, analisis regresi untuk menguji hipotesis 1 dan 2 berdasarkan

pengujian tahap 1. Hasil regresi menunjukkan bahwa Anggaran Program KB-APBN

berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan pada Laju Pertumbuhan Penduduk (β = -0,164;

t = -1,446; p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis 1 tidak dukung, hal ini

berarti naiknya anggaran program KB (APBN) tidak secara langsung menurunkan angka

laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Selanjutnya, hipotesis 2 menunjukkan bahwa

Anggaran Program KB-APBD berpengaruh negatif dan signifikan pada Laju

Pertumbuhan Penduduk (β = -0,343; t = -3,017; p < 0,05). Hasil ini menggambarkan

bahwa hipotesis 2 didukung yang artinya bahwa ketika anggaran program KB yang

berasal dari APBD dinaikkan, maka akan membantu kelancaran program KB pemerintah

yang bertujuan menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Hasil analisis regresi tahap 2 untuk menguji hipotesis 3 dan 4. Hasil regresi

menunjukkan bahwa Anggaran Program KB-APBN berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan pada TFR (β = 0,099; t = 0,814; p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

hipotesis 3 tidak dukung, artinya bahwa ketika pemerintah meningkatkan anggaran

Page 36: KAJIAN KEPENDUDUKAN

35

program KB yang berasal dari APBN justru akan meningkatkan angka TFR, padahal

harapan pemerintah meningkatkan anggaran program KB adalah untuk menekan angka

TFR sesuai target yang telah ditentukan. Namun, hasil tersebut tidak signifikan, hal ini

diduga karena angka TFR akan turun tidak semata-mata hanya dipengaruhi oleh anggaran

program KB-APBN pada satu atau dua tahun saja tetapi dipengaruhi oleh anggaran

program KB-APBN yang berkesinambungan dari tahun ke tahun. Selanjutnya, hipotesis 4

menunjukkan bahwa Anggaran Program KB-APBD berpengaruh negatif dan signifikan

pada TFR (β = -0,354; t = -2,905; p < 0,05). Hasil ini menggambarkan bahwa

hipotesis 4 didukung, artinya bahwa ketika anggaran program KB yang berasal dari

APBD dinaikkan, maka akan membantu kelancaran program KB pemerintah untuk

menekan angka TFR di daerah yang akhirnya juga dapat menekan angka TFR nasional.

Hasil analisis regresi untuk menguji hipotesis 5 dapat dilihat dari analisis regresi

pengujian tahap 4. Hasil regresi menunjukkan bahwa TFR berpengaruh positif dan

signifikan pada Laju Pertumbuhan Penduduk (β = 0,259; t = 2,609; p < 0,05). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa hipotesis 5 didukung. Hal ini memberikan arti bahwa angka

TFR yang tinggi juga akan menujukkan laju pertumbuhan yang tinggi pula, dan

sebaliknya ketika angka TFR rendah/turun maka laju pertumbuhan penduduk juga akan

rendah/turun. Angka TFR dan laju pertumbuhan penduduk memiliki sifat yang searah, hal

ini dapat kita lihat ketika pemerintah berhasil dengan program KB yang dicanangkan dan

angka TFR dapat dikendalikan maka itu juga berarti bahwa pemerintah berhasil

mengendalikan laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Lebih lanjut, untuk menjawab hipotesis 6 dan 7 dapat dilihat dari

membandingkan hasil dari keempat tahap analisis regresi yang telah dilakukan (tahap 1

sampai dengan 4). Hasil analisis regresi menujukkan hipotesis 6 tidak didukung.

Pengaruh variabel anggaran program KB-APBN pada LPP adalah negatif tidak signifikan

(penjelasan pada hipotesis 1) dan juga pengaruh variabel anggaran program KB-APBN

pada TFR adalah positif tidak signifikan (penjelasan pada hipotesis 3). Hasil analisis jalur

menunjukkan bahwa anggaran program KB-APBN tidak berpengaruh langsung maupun

tidak langsung pada LPP.

Namun, dari hasil tersebut masih dapat diketahui hasil uji regresi yang melibatkan

Page 37: KAJIAN KEPENDUDUKAN

36

variabel TFR sebagai variabel mediasi. Tabel 8 menampilkan nilai pengaruh langsung

anggaran program KB-APBN pada LPP sebesar -0,180, besarnya pengaruh tidak

langsung adalah (-0,099) x 0,153 = -0,015, dan pengaruh total sebesar {-0,180+ [(-0,099)

x 0,153]} = -0,195. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai pengaruh langsung

maupun tidak langsung, tidak ada yang memenuh kondisi yang disyaratkan oleh Baron

dan Kenny (1986). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa TFR tidak memediasi

pengaruh anggaran program KB-APBN pada LPP baik secara parsial maupun secara

penuh.

Selanjutnya, hasil analisis regresi menujukkan hipotesis 7 didukung. Pengaruh

variabel anggaran program KB-APBD pada LPP maupun TFR adalah negatif dan

signifikan (penjelasan pada hipotesis 2 dan 4). Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa

anggaran program KB-APBD berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada LPP.

Hipotesis 7 didukung jika TFR memediasi pengaruh anggaran program KB-APBD pada

LPP baik itu secara penuh maupun parsial. Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung

dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya. Tabel 8 menampilkan nilai pengaruh

langsung anggaran program KB-APBD pada LPP sebesar -0,289, besarnya pengaruh

tidak langsung adalah (-0,354) x 0,153 = -0,054, dan pengaruh total sebesar {-0,289 +

[(-0, 354) x 0,153]} = -0,343. Dari hasil analisis regresi dan perhitungan yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa TFR memediasi pengaruh anggaran program

KB-APBD pada LPP secara parsial. Tabel 9 di bawah ini menyajikan ringkasan pengujian

hipotesis. Tabel 9 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Hubungan antarvariabel Keterangan 1 Anggaran program KB (APBN) berpengaruh

negatif pada angka LPP Tidak Didukung

2 Anggaran program KB (APBD) berpengaruh negatif pada angka LPP

Didukung

3 Anggaran program KB (APBN) berpengaruh negatif pada angka TFR

Tidak Didukung

4 Anggaran program KB (APBD) berpengaruh negatif pada angka TFR

Didukung

5 TFR berpengaruh positif pada angka LPP Didukung 6 TFR memediasi pengaruh anggaran program

KB (APBN) pada LPP Tidak Didukung

7 TFR memediasi pengaruh anggaran program Didukung

Page 38: KAJIAN KEPENDUDUKAN

37

KB (APBD) pada LPP Sumber: Data primer yang diolah (2015)

Secara ringkas, Tabel 10 menyajikan besarnya hasil pengujian jalur efek langsung,

tidak langsung, dan total pengaruh anggaran program KB-APBN dan anggaran program

KB-APBD pada laju pertumbuhan penduduk melalui total fertility rate yang berperan

sebagai variabel mediasi.

Tabel 10 Ringkasan Hasil Pengujian Jalur Efek

Jalur Efek Koefisien Hasil Pengaruh anggaran program KB-APBN pada LPP melalui TFR Langsung β5 -0,180 Tidak Langsung β3 x β7 (-0,099) x 0,153 = -0,015 Total β5 + (β3 x β7) -0,180 + (-0,099) x 0,153 = -0,195 Pengaruh anggaran program KB-APBD pada LPP melalui TFR Langsung β6 -0,289 Tidak Langsung β4 x β7 (-0,354) x 0,153 = -0,054 Total β6 + (β4 x β7) -0,289 + (-0,354) x 0,153 = -0,343

Sumber: Data primer yang diolah (2015)

Page 39: KAJIAN KEPENDUDUKAN

38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab V berisi simpulan dari hasil kajian ini dan saran/masukan bagi kajian selanjutnya

untuk menambah literatur tentang peran anggaran dalam menjaga laju tertumbuhan penduduk

Indonesia.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

dari 2 (dua) variabel independen yang digunakan (Anggaran program KB (APBN) dan

Anggaran program KB (APBD)), hanya variabel Anggaran program KB (APBD) yang

berpengaruh terhadap total fertility rate dan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini

dimungkinkan karena peran daerah (kotamadya/kabupaten) sebagai pelaksana regulator

kependudukan dalam melaksanakan kebijakan keluarga berencana berhubungan langsung

dengan pelayanan KB terhadap masyarakat. Selain itu, juga disebabkan oleh tujuan program

KB adalah untuk menjaga tingkat kelahiran yang nantinya diharapkan dapat menjaga laju

pertumbuhan penduduk.

Lebih lanjut, total fertility rate tidak memediasi pengaruh anggaran program KB

(APBN) pada laju pertumbuhan penduduk. Namun, total fertility rate memediasi pengaruh

anggaran program KB (APBD) pada laju pertumbuhan penduduk secara parsial. Artinya,

anggaran program KB (APBD) dapat berpengaruh langsung dan tidak langsung pada laju

pertumbuhan penduduk, namun pengaruh tersebut akan lebih besar ketika melibatkan variabel

total fertility rate sebagai variabel mediator. Dengan demikian, disimpulkan bahwa peran

anggaran dalam menjaga pertumbuhan penduduk Indonesia cukup besar, namun pemerintah

sebaiknya memetakan alokasi anggaran dan target program menjadi lebih terstruktur dan

terfokus agar dapat diketahui dampak langsung dan tidak langsungnya sesuai dengan apa

yang telah direncanakan.

Page 40: KAJIAN KEPENDUDUKAN

39

5.2 Saran

1. Restrukturisasi Program KB dengan menggunakan alokasi anggaran yang dianggarkan

difokuskan pada pencapaian indikator kinerja program.

2. Perlu adanya keberlanjutan (sustainaibility) komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah

(provinsi, kabupaten/kota) program KB melalui APBN dan APBD, penyediaan tenaga

yang terlatih serta sarana prasarana yang memadai guna membangkitkan kembali

program ini.

3. Perlunya “Revitalisasi dalam Pelaksanaan Program KB” agar dapat meminimalisasi

hambatan atau halangan dari segi regulasi terkait dengan adanya otonomi daerah.

4. Perlu adanya kajian lebih lanjut atas permasalahan laju pertambahan penduduk

Indonesia melalui instrumen Total Fertility Rate (TFR) dengan konsep alokasi dana

APBN maupun APBD sebagai salah satu alat pemicu pergerakan Program Keluarga

Berencana.

5. Konsep lanjutan kajian melalui path analisys (analisa jalur) dengan mengurai unsur-unsur

kegiatan berikut alokasi anggarannya dalam Bagian Anggaran BKKBN termasuk DAK

maupun APBD .

6. Kajian lanjutan dimaksud sebagai pendalaman atas seberapa kuat hubungan antara

alokasi anggaran dengan struktur kegiatan yang ada pada Kementerian/Lembaga yang

merupakan inti relevansi penilaian penelaahan.

Page 41: KAJIAN KEPENDUDUKAN

40

DAFTAR PUSTAKA Adioetomo., dan Samosir. 2013. Dasar-dasar Demografi . Jakarta: Salemba Empat Baron., dan Kenny. 1986. “The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social

Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations”. Journal of Personality and Social Psychology.

Cooper, D. R., dan Schindler, P. S. 2011. Business Research Methods. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Dwi Priyatno. 2008. Mandiri Belajar SPSS. MediaKom : Yogyakarta.

Indriantoro., dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV, Semarang: Universitas Diponegoro.

Glowaki, T dan Richmond, A.K. 2007. How Government Policies Influence Declining Fertility Rate in Developed Countries. Middle State Geographer. 40:32-38

Listyorini, Indah Nurul. 2009. “Studi Kausalitas antara Anggaran Program KB Nasional dengan Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia Tahun 1992-2008”. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Indonesia.

Prawiro, Ruslan H. 1983. Kependudukan , Teori, Fakta dan Masalah. Bandung: Alumni.

Purbayu Budi Santoso., dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS,Yogyakarta: Andi.

Saladi, Riningsih. 1990. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta: UGM Press.

Spiegel, Murray R. 1972. Statistics. New York: McGraw-Hill Book Company

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Page 42: KAJIAN KEPENDUDUKAN

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

KEMENTERIAN KEUANGAN

2015