kebijakan kependudukan

27
DEMOGRAFI TERAPAN “KEBIJAKAN PENDUDUK DI KALIMANTAN TENGAH” Disusun oleh : KELOMPOK III MEDINA JUNIAR 150610100086 FADILLA FITRIANA 150610100094 GALIH IKHSAN F 150610100096 FAISAL IGHFAR 150610100105 1

Upload: fadilla-fitriana

Post on 18-Feb-2015

169 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: kebijakan kependudukan

DEMOGRAFI TERAPAN

“KEBIJAKAN PENDUDUK DI KALIMANTAN TENGAH”

Disusun oleh :

KELOMPOK III

MEDINA JUNIAR 150610100086

FADILLA FITRIANA 150610100094

GALIH IKHSAN F 150610100096

FAISAL IGHFAR 150610100105

Universitas Padjadjaran

Fakultas Pertanian

2012

1

Page 2: kebijakan kependudukan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanawataala karena berkat

rahmat serta hidayah-Nyalah kami dapat memperbaiki dan menyelesaikan makalah ini.

Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad

Sawlawlohualaihiwasalam beserta para sahabat-Nya.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Demografi. Pada makalah

ini penyusuhun membahas megenai kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai

kependudukan di Kalimantan Tengah.

Terimakasih kami ucapkan kepada bapa dosen mata kuliah demografi Bapak Dika

dan semua pendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, maka dari itu kami

senantiasa meminta kritik dan saran dengan senang hati yang sifatnya membangun guna

perbaikan makalah ini.

Penyusun,

Kelompok 3

Jatinangor, Mei 2012

2

Page 3: kebijakan kependudukan

BAB I

PENDAHULUAN

Sensus penduduk 2010 menunjukkan adanya tambahan jumlah penduduk yang cukup besar

dibandingkan dengan hasil proyeksi penduduk. Peningkatan jumlah penduduk tersebut

perlu disikapi dengan lebih serius menyangkut  kualitas, persebaran dan permasalahan 

yang mungkin timbul.

Pencapaian angka harapan hidup yang tinggi bukannya tidak menimbulkan permasalahan,

bahkan perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup manusia baik fisik maupun

mental.

Tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, proporsi penduduk berusia kerja yang tinggi,

peluang kerja yang terbatas menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Belum lagi persoalan remaja, persoalan lansia dan pembangunan Keluarga Indonesia

menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam pembangunan manusia.

Jumlah penduduk yang terus bertambah mempengaruhi berbagai permasalahan yang terkait

dengan penduduk antara lain ketersediaan pangan, ketersediaan lahan, ketersediaan energi

dan sebagainya. Walaupun income per capita sekarang sudah mencapai $3000, namun

Indonesia masih harus terus berjuang mengatasi bermacam-macam persoalan yang

bersumber dari penduduknya yang besar itu. 

MASALAH KEPENDUDUKAN

1. Penyediaan Lapangan Kerja

2. Memberikan Kesempatan Pendidikan

3. Meningkatkan Kesehatan

4. Menambah Kesejahteraan Penduduk

Masalah yang timbul oleh kependudukan, maka dari itu diperlukan kebijakan untuk

menyelaraskannya.

3

Page 4: kebijakan kependudukan

BAB II

PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KALIMANTAN TENGAH

Untuk Provinsi Kalimantan Tengah yang merupakan provinsi luas wilayah 153.800 km

dengan jumlah penduduk 2.212.089 dan dengan kepadatan penduduk 14 jiwa/ km2

merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan kependudukannya.

KEBIJAKAN

Kebijakan di bidang kependudukan di Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah diarahkan

untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk di daerah yang mempunyai kepadatan dan

laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta mengarahkan persebaran penduduk yang

lebih merata terutama ke daerah jarang penduduk, dengan memperhatikan kemampuan

daya dukung alam dan daya tampung lingkungan hidup.

Pertumbuhan penduduk dikendalikan antara lain dengan upaya peningkatan keluarga

berencana mandiri. Bersamaan dengan itu, upaya peningkatan kualitas penduduk

dilakukan dengan meningkatkan keluarga sejahtera, termasuk ibu dan anak, remaja,

serta penduduk lanjut usia. Peranan wanita yang dalam pembangunan Propinsi

Kalimantan Tengah telah meningkat diupayakan untuk dilanjutkan dan ditingkatkan

pembinaannya.

4

Page 5: kebijakan kependudukan

Persebaran penduduk dalam rangka menangani perambah hutan, diupayakan

melalui transmigrasi lokal. Sebagai daerah penerima transmigran, upaya

memeratakan persebaran penduduk dan tenaga kerja ke berbagai kawasan

andalan dan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Propinsi Kalimantan Tengah

ditingkatkan antara lain melalui transmigrasi umum, transmigrasi swakarsa

berbantuan, dan transmigrasi swakarsa mandiri.

KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN

Kebijaksanaan Kependuduk berhubungan dengan dinamika kependudukan,

yaitu perubahan pada tingkat Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi.

Dengan kebijakan – ebijakan tersebut, dapat menstabilkan pertumbuhan

penduduk di Kalimantan tengah :

1. Kebijakan Koalisi

Salah satu kebijakannya adalah dengan Koalisi Indonesia untuk Kependudukan

dan Pembangunan atau disingkat Koalisi Kependudukan, sebagai organisasi

independen lumbung pikir, bersama dengan berbagai mitra kerja berperan aktif

melakukan kajian atas berbagai persoalan kependudukan, untuk dapat  digunakan

sebagai masukan bagi penentu kebijakan dan perencana pembangunan

kependudukan di Indonesia serta memberikan sumbangsih bagi pengembangan

Grand Design Pembangunan Kependudukan di Indonesia.

Di bentuknya Koalisi Kependudukan di latar belakangi oleh partisipasi aktif

dalam

pengembangan

organisasi di provinsi Kalimantan tengah.

Terdapat hubungan Koalisi Kependudukan dengan BKKBN yaitu, menurut salah

satu dari amanat UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Perkembangan Keluarga adalah pembentukan koalisi ini.

5

Page 6: kebijakan kependudukan

Koalisi Kependudukan adalah tempat berkumpulnya pemikir-pemikir

kependudukan dan dalam kegiatan berusaha mengadvokasi dan memberikan

masukan terkait dengan isu kependudukan dan perkembangan keluarga di

Kalimantan Tengah. 

Program strategis yang akan di lakukan Koalisi Kependudukan Kalteng dalam

waktu dekat ini diantaranya terdapat tiga hal umum, yaitu:

Pertama mengoptimalkan sosialisasi dan advokasi ke stake holder dan

masyarakat luas mengenai UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Perkembangan Keluarga,

kedua mem follow-Up pelaksanaan amanat UU tersebut, yakni

pembentukan BKKBD (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Daerah)

ketiga konsern terhadap keprihatinan perkembangan penduduk,

ketersediaan pangan dan peduli terhadap  kondisi sosial kemasyarakatan.

2. Kebijakan Keluarga Berencana

Pembangunan Keluarga Berencana di Kalimantan Tengah sejauh ini sudah

berhasil di Kalimantan Tengah. Tetapi ada beberapa hal yang mungkin bisa

dijadikan masukan.

Keberhasilan KB sangat didukung oleh tingkat pendidikan dan kondisi

sosioekonomi masyarakat dan hal tersebut berhasil di Kalteng dalam tataran kelas

menengah ke atas. Kedepannnya perlu diperhatikan masyarakat pra sejahtera.

Masalah kependudukan dan KB saya kira terletak pada pengarapan kelas sosial

tersebut.

Daerah dengan wilayahnya yang luas, namun jumlah penduduk masih relatif

sedikit, Fakta tersebut memang benar. Namun dalam hal itu ada beberapa hal yang

perlu diwaspadai. Pertambahan penduduk harus di kontrol. Jangan terjadi ledakan

penduduk. Adalah konsensus internasional bahwa ledakan penduduk adalah salah

6

Page 7: kebijakan kependudukan

satu masalah sosial yang sangat pelik. Yang kita perlukan sekarang di Kalimantan

Tengah adalah peningkatan kualitas kependudukan itu sendiri

Hal yang sudah dan akan di lakukan oleh Koalisi Kependudukan Kelimantan

Tengah diantaranya :

Sudah melakukan sosialisasi UU no 53 Tahun 2009 di 13 kabupaten dan 1 Kota.

Dengan harapan amanat UU tersebut dapat dilaksanakan yaitu pembentukan

BKKBD. Disamping itu juga kami sekarang dalam proses pendaftaran organisasi

di Kesbang Linmas Provinsi. Dan rencananya akan menyelengarkan Rakerda.

Koalisi Kependudukan tempat berkumpulnya berbagai elemen masyarakat dengan

tujuan melakukan kajian kependudukan dan memberikan masukan kepada instansi

yang memerlukan.

Namun dalam praktiknya tentu akan menghadapi kesulitan , seperti maslah teknis.

Sinkronisasi berbagai peraturan perundang-undangan dan menghindari tumpang

tindih peraturan kependudukan.

tidak akan ada masalah dalam organisasi apabila semua anggota nantinya aktif

dalam memberikan masukan yang konstruktif dan turut berperan serta dalam

tugas dan tanggung jawabnya dalam organisasi.

3. Kebijakan Program Transmigrasi

Pemprov Kalteng mengambil tindakan tegas menyikapi banyaknya masalah dalam

program transimigrasi, dan dalam perkembangannya beberapa lokasi transmigrasi

di Kalteng telah berhasil dan berkembang baik.

Namun demikian, ada pula yang belum berkembang dan mengalami kegagalan

akibat berbagai masalah yang timbul. Ada masalah pertanahan, seperti tumpang

tindih peruntukan lahan, okupasi penduduk setempat terhadap lahan transmigrasi,

sertifikasi lahan dan adanya kecemburuan sosial bagi penduduk desa sekitar

7

Page 8: kebijakan kependudukan

Pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan perbaikan dan pembenahan

terhadap lokasi atau eks lokasi yang bermasalah tadi secara intensif, termasuk

lokasi baru agar tidak timbul masalah.

Karena itu, diputuskan untuk menunda sementara (moratorium) program

pembangunan Pemukiman Transmigrasi Baru (PTB) dan penempatannya di

beberapa kabupaten di wilayah Kalteng, sejak tahun 2013 sampai dengan

terselesaikannya beberapa permasalahan tersebut.

Sepanjang calon lokasi benar-benar clear and clean, layak huni, layak usaha, layak

berkembang dan layak lingkungan. Selain itu, usulan tersebut merupakan program

prioritas kabupaten dan telah dibahas serta dinyatakan layak program oleh

Kemenakertrans RI.

Catatan Tabengan, berdasar data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Disnakertrans) Kalteng, penerimaan transmigran di wilayah itu pada 2011 lalu

berjumlah 810 kepala keluarga (KK).

Sedangkan pada 2012 meningkat cukup tajam menjadi 1.370 KK dan merupakan

terbesar dalam sejarah program transmigrasi di Kalteng. Ke-1370 KK itu akan

ditempatkan di 6 kabupaten, Sukamara, Lamandau, Gumas, Kapuas, Katingan,

dan Seruyan.

Hingga saat ini transmigran yang masih di bawah Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Bina berjumlah 2.225 KK. Mereka berada di Kabupaten Seruyan dan

Kotawaringin Barat, ditambah 810 KK pada 2011. Sedangkan transmigran

lainnya sudah menjadi desa definitif di kabupaten/kota.

4. Kebijakan Mortalitas

Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian

kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu kewaktu. Disamping itu

kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian

keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan

lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan

8

Page 9: kebijakan kependudukan

berbagai survei dan penelitian.

Semakin baik tingkat kesehatan masyarakat maka semakin panjang angka

harapan hidup di suatu daerah. Maka dari itu diadakan kebijakan mengenai

peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS

I. PERMASALAHAN

A. Penyediaan infrastruktur

B. Pengembangan Ekonomi lokal

C. Kualitas dan keterjangkauan

Pendidikan

D. Kesejahteraan Sosial

E. Pengembangan Kapasitas

Birokrasi

F. Masalah pengelolaan sumberdaya

alam

II. ISU STRATEGIS

A. Kebijakan internasional

B. Kebijakan Nasional

C. Kebijakan regional

D. Komitmen Internasional

terhadap Adaptasi dan

Mitigasi Perubahan Iklim

Global 

A. Masalah penyediaan Infrastruktur

1. Belum terwujudnya sistem dan jaringan transportasi, komunikasi, dan

informatika yang mendukung aktifitas ekonomi kerakyatan.

2. Masih terbatasnya infrastruktur pengairan yang mendukung ketahanan

pangan

3. Belum optimalnya pemanfaatan sumber energi untuk masyarakat.

4. Masih rendahnya kualitas infrastruktur terutama prasarana jalan dan

jembatan, serta prasarana lalu lintas air antarkabupaten/kota.

9

Page 10: kebijakan kependudukan

5. Luasnya wilayah Kalimantan Tengah yang dihuni oleh penduduk relatif

sedikit dan terpencar-pencar menyebabkan pelayanannya menjadi sulit.

B. Pengembangan Ekonomi lokal

a. Pengelolaan pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, serta

kehutanan belum dikelola secara profesional dan sebagian besar

masih dikelola secara tradisional.

b. Masih rendahnya produktifitas pertanian, perkebunan, perikanan,

peternakan, serta kehutanan.

c. Belum terselenggaranya sistem perekonomian kerakyatan yang

terpadu.

d. Masih rendahnya kualitas pengembangan pemasaran pariwisata

dan pengelolaan destinasi wisata.

e. Masih rendahnya kualitas kelembagaan dalam pelayanan

penanaman modal.

f. Masih rendahnya kualitas iklim usaha, promosi dan kerjasama

investasi.

g. Terbatasnya akses koperasi dan UMKM kepada sumberdaya

produktif (bahan baku, permodalan, teknologi, sarana pemasaran

serta informasi pasar).

h. Masih rendahnya produktifitas dan daya saing produk koperasi dan

UMKM.

i. Belum optimalnya penyelenggaraan kemitraan usaha antara

ekonomi kerakyatan dengan ekonomi skala besar.

j. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak memenuhi kaidah-

kaidah teknis menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang

sangat berpengaruh terhadap sektor-sektor lain

10

Page 11: kebijakan kependudukan

C. Masalah kualitas & keterjangkauan pendidikan

1. Kondisi geografis Kalimantan Tengah yang begitu luas dan sulit

dijangkau diperlukan strategi khusus dalam mewujudkan

pelayanan pendidikan yang prima.

2. Tingkat pelayanan pendidikan kepada publik masih perlu

ditingkatkan terutama pelayanan pendidikan pada masyarakat di

daerah pedalaman/ terpencil/terpinggir.

3. Kompetensi dan relevansi serta daya saing lulusan satuan

pendidikan perlu ditingkatkan.

4. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dan

tenaga kependidikan.

D. Kesejahteraan sosial

1. Tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu melahirkan serta tingginya

proporsi balita kurang gizi.

2. Tingginya kesenjangan status kesehatan dan akses terhadap pelayanan

kesehatan antar wilayah, gender dan kelompok pendapatan.

3. Terjadinya beban ganda penyakit yaitu pola penyakit yang diderita

masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular.

4. Masih perlunya ditingkatkan kualitas kependudukan dan ketenagakerjaan,

keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan olah raga di seluruh wilayah

Kalimantan Tengah.

E. Masalah pengembangan kapasitas birokrasi

1. Pelaksanaan otonomi daerah yang masih setengah-setengah, antara

lain dengan masih banyaknya instansi Pemerintah di daerah

(“kanwil-kanwil”) menyebabkan proses koordinasi masih lemah.

11

Page 12: kebijakan kependudukan

2. Kurangnya peran Gubernur selaku wakil Pemerintah di daerah.

3. Masih adanya “kebijakan” pembangunan oleh Pemerintah yang

kurang berpihak ke Wilayah Indonesia Bagian Timur.

4. Masih diperlukan pemeliharaan dan peningkatan kerukunan hidup

antar suku, ras dan agama yang berkelanjutan serta masih

rendahnya pemahaman masyarakat tentang Wawasan Kebangsaan.

5. Belum optimalnya kinerja kelembagaan masyarakat dalam

menciptakan ketertiban dan ketentraman umum.

6. Ketentraman dan ketertiban masih perlu diciptakan secara lebih

efektif untuk menjaga ketentraman dan ketertiban lingkungan.

7. Kurang efektifnya mekanisme pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan, serta masih lemahnya peran serta

masyarakat dalam pengambilan keputusan khususnya di bidang

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

8. Pembangunan di sektor lingkungan hidup belum menjadi isu

sentral pembangunan.

9. Masih belum optimalnya produktivitas pemanfaatan dan

pengendalian ruang sesuai aturan hukum yang berlaku

F. Masalah pengelolaan sumberdaya alam

1. Potensi sumberdaya alam Kalimantan Tengah yang berlimpah berupa

wilayah yang luas, sumber daya hutan, pertanian, perikanan, kelautan,

perkebunan, pertambangan, kawasan gambut dan lain sebagainya belum

sepenuhnya dapat dikelola secara optimal.

2. Masih banyak ijin-ijin pengelolaan sumberdaya alam yang telah

dikeluarkan pemerintah namun belum sepenuhnya didayagunakan

12

Page 13: kebijakan kependudukan

3. Pendayagunaan sumberdaya alam umumnya masih pada tahap

menghasilkan bahan mentah atau komoditas primer yang mempunyai nilai

tambah yang rendah

4. Pola pendayagunaan sumberdaya alam yang cenderung tidak terkendali

berakibat pada berbagai kawasan, seperti kawasan lahan gambut dan

kawasan HoB serta kawasan strategis yang mempunyai fungsi daya

dukung lingkungan lainnya yang merupakan sumberdaya alam yang tak

ternilai akan terancam, serta terdegradasi semakin meluas dan pada

akhirnya akan memberikan dampak negatif terhadap perubahan iklim

global.

ISU STRATEGIS

Isu strategis à Kebijakan Internasional

1. Meningkatnya kerjasama ekonomi yang ditandai dengan lahirnya

Forum Kerjasama Regional dalam bidang ekonomi seperti APEC, EEC,

ASEAN, AFTA, G-8 dan lain sebagainya.

2. Penghormatan terhadap hak-hak individu terlalu ditonjolkan sehingga

dapat mengorbankan hak-hak masyarakat secara keseluruhan

3. Adanya kesadaran masyarakat dunia untuk menjaga dan memelihara

planet bumi karena ada indikasi telah terjadinya degradasi lingkungan

yang mengglobal

4. Komitmen MDG’s yang ditetapkan pada UN Summit tahun 1990 oleh

PBB

Isu strategis à Kebijakan Nasional

1. Isu demokratisasi yang cenderung melebihi porsinya, dimana

masyarakat menuntut peran yang lebih besar dalam berbagai aspek

pembangunan

2. Keterbatasan Sumber Daya Energi Listrik Dalam Mendukung

Pengembangan Ekonomi Lokal

13

Page 14: kebijakan kependudukan

3. Isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang ditandai dengan dibentuknya

beberapa lembaga yang menangani HAM

4. Isu Lingkungan hidup, dengan meningkatnya pencemaran dan

kerusakan Lingkungan Hidup

5. Isu Otonomi Daerah, dengan ditetapkanya Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Isu strategis à Kebijakan Regional

A. Tantangan untuk meningkatkan derajat ekonomi kawasan dengan tetap

menjaga isu tentang kelestarian lingkungan alam :

1. Optimalisasi pengembangan sektor dan komoditas unggulan

berbasis sumber daya alam lokal

2. Adanya kesenjangan pembangunan antarwilayah

3. Degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup dan mitigasi

bencana

4. Masih rendahnya perkembangan jumlah dan usaha koperasi dan

UKM sebagai dasar penguatan struktur dan fundamental

perekonomian di daerah.

5. Masih tingginya kebutuhan investasi di sektor strategis di wilayah

pusat-pusat pertumbuhan

6. Masih belum optimalnya perkembangan produktivitas dan

pendapatan masyarakat di sektor pertanian dalam arti luas

B. Kendala infrastruktur dan keterjangkauan berbagai kawasan:

1. Terbatasnya kuantitas dan kualitas prasarana perhubungan

2. Lemahnya integrasi jaringan infrastruktur multimoda

3. Lemahnya aksesibilitas wilayah-wilayah pedalaman

4. Masih banyaknya infrastruktur strategis yang harus dibangun dan

dikembangkan untuk membuka keterisolasian dan percepatan

pembangunan wilayah.

C. Rendahnya mutu layanan umum:

14

Page 15: kebijakan kependudukan

1) Masih belum meratanya jangkauan pelayanan dasar pendidikan

dan rendahnya mutu pelayanan pendidikan di daerah perdesaan

dan pedalaman di Kalimantan Tengah

2) Masih belum optimalnya cakupan layanan kesehatan dasar dan

kualitas pelayanan kesehatan di pusat-pusat yankesmas di daerah

3) Masih belum optimalnya cakupan layanan kesejahteraan sosial

dan kinerja pelayanan sosial di pusat-pusat pelayanannya

4) Masih belum optimalnya cakupan layanan pendidikan dan

kualitas pembelajaran di pusat-pusat pendidikan di daerah

5) Masih belum meratanya jangkauan pelayanan kesehatan dasar

dan rendahnya mutu pelayanan kesehatan di daerah perdesaan

dan pedalaman di Kalimantan Tengah.

D. Masih banyaknya desa tertinggal serta lemahnya daya dukung dan kualitas

SDM pedesaan:

1) Rendahnya kualitas dan produktifitas tenaga kerja

2) Masih tingginya Jumlah desa tertinggal (895 desa) atau 61,81%

dengan kondisi terbatas bidang infrastruktur, akses pendidikan,

akses kesehatan, perekonomian rakyat yang belum berkembang

serta kelembagaan desa dan kelembagaan masyarakat yang masih

rendah.

Isu strategis à Komitmen Internasional Terhadap Adaptasi dan Mitigasi

Perubahan Iklim Global

1. Pemerintah Indonesia telah menentukan target penurunan emisi

karbonnya sebesar 26 persen pada tahun 2020 dan meningkat menjadi

41 persen apabila ada dukungan nyata negara-negara maju

2. Sebagai bagian dari upaya penurunan emisi karbon tersebut, Pemerintah

Indonesia telah menandatangani Letter of Intens Kerjasama Indonesia-

Norwegia di bidang Kehutanan dan Perubahan iklim. Kerjasama ini

akan membantu Indonesia dalam mengelola sumberdaya hutan secara

lestari sekaligus mengurangi gas rumah kaca yang keluar dari kegiatan

15

Page 16: kebijakan kependudukan

deforestasi dan kerusakan lahan gambut.

3. Presiden RI telah menunjuk Provinsi Kalimantan Tengah sebagai

provinsi percontohan untuk melaksanakan tahapan awal pengurangan

emisi karbon dari kegiatan deforestasi dan degredasi atau lebih dikenal

dengan istilah REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and

Forest Degradation), pada Sidang Kabinet tanggal 23 Desember 2010.

4. Terpilihnya Kalimantan Tengah didasarkan pada kombinasi hasil

evaluasi kualitatif dan kuantitatif dimana terlihat bahwa Kalimantan

Tengah merupakan provinsi ketiga terluas dalam hal penutupan hutan

serta kawasan gambutnya dan sedang menghadapi tantangan nyata

deforestasi dan kerusakan gambut

5. Penunjukkan Kalimantan Tengah sebagai provinsi percontohan

pelaksanaan REDD+ akan membawa implikasi yang luas. Kalimantan

Tengah harus mampu mengelola kompleksitas dari implementasi

tersebut yang antara lain mencakup reformasi birokrasi untuk menjamin

terwujudnya transparansi dan anti korupsi, penegakan hukum dalam

memberantas pembalakan liar, penataan batas kawasan hutan, integrasi

data bidang kehutanan, perkebunan, pertambangan dan pertanian pada

tingkat Kabupaten/Kota.

6. Melalui kerjasama Indonesia-Norwegia, Pemerintah Norwegia akan

mendukung dalam hal transformasi kelembagaan dan penguatan

kapasitas Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam melaksanakan

tugas-tugas tersebut.

SASARAN

VISI SASARAN1. Sinergi dan harmonisasi

Pembangunan Kewilayahan Kalimantan Tengah melalui pemantapan Rencana Penataan Ruang Provinsi (RTRWP) secara berkelanjutan dengan memerhatikan kesejahteraan

1. Teridentifikasinya cluster-cluster ekonomi unggulan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

2. Tumbuhnyacluster-cluster ekonomi unggulan daerah yang

16

Page 17: kebijakan kependudukan

rakyat dan lingkungan hidup. belum berkembang.3. Terwujudnya rencana

tata ruang yang selaras dengan arah pengembangan ekonomi unggulan daerah dan mengarusutamakan lingkungan

4. Diperolehnya persetujuan dari pemerintah pusat yang mendukung kota Palangka Raya sebagai pusat pemerintahan NKRI.

5. Terpeliharanya kelestarian lingkungan hidup

2. Menciptakan pendidikan berkualitas dan terakses serta

merata

1. Meningkatnya kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

2. Penataan sistem pendidikan yang efektif dan efisien.

3. Tersedianya sarana dan prasarana bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

4. Tersedianya akses infrastruktur menuju pusat-pusat pendidikan.

3. Menjamin dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang merata dan mudah dijangkau

1. Tersedianya standar pelayanan kesehatan

2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas layanan tenaga kesehatan

3. Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan

4. Tersedianya akses infrastruktur kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat

17

Page 18: kebijakan kependudukan

4. Pembangunan dan peningkatan infrastruktur yang menjangkau kantong-kantong pemukiman penduduk dan memfasilitasi pembangunan ekonomi rakyat

1. Terwujudnya jaringan transportasi serta komunikasi dan Informatika

2. Terwujudnya peningkatan kelas bandara Tjilik Riwut dan Bandara Penunjang di Kalimantan Tengah

3. Terpeliharanya dan terbangunnya infrastruktur pengairan makro dan mikro, serta pencetakan sawah.

4. Tersedianya sumber daya energi yang terjangkau.

5. Pengembangan dan penguatan ekonomi kerakyatan yang saling bersinergi dan berkelanjutan

1. Tersedianya regulasi dan fasilitasi yang mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan.

2. Meningkatkan kemampuan managerial pelaku ekonomi kerakyatan

3. Terlaksananya program pembangunan daerah berbasis kemitraan usaha

6. Pelembagaan sistem penguatan kapasitas SDM masyarakat dan Pemerintah

1. Peningkatan ketrampilan masyarakat yang menunjang kegiatan ekonomi

2. Peningkatan kapasitas dan kinerja aparatur secara terencana dan sistematis.

7. Terciptanya kerukunan dan kedamaian serta sinergitas dan harmonisasi kehidupan bermasyarakat di Kalimantan Tengah

1. Terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang rukun, damai dan sejahtera di bumi Tambun Bungai

2. Meningkatnya pemahaman dan penghargaan terhadap adat istiadat lokal.

18

Page 19: kebijakan kependudukan

DAFTAR PUSTAKA

http://kalteng.bkkbn.go.id/berita/328/

http://kalteng.bkkbn.go.id/berita/307/

http://pulpiskab.bps.go.id/index.php/component/content/frontpage

http://www.kaltengpos.web.id/?menu=detail_atas&idm=7809

[DOC] BAB 47 www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6026/

http://www.atn-center.org/index.asp

Sosialisasi Perda Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2015

19