kebijakan pengendalian kependudukan

Upload: tio-satria

Post on 05-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    1/12

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    1

    Kebijakan Pengendalian Kependudukan;

    Upaya Mengantisipasi Ancaman “Badai Krisis” Di Kota Batam  Abudurrahman Alfaqiih, PSKK Universitas Internasional Batam

    Ringkasan Eksekutif

    Dewasa ini, pengendalian kependudukan menjadi topik utama yang selalu dibahas,

    khususnya bagi daerah yang mengalami laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.

    Termasuk Kota Batam, salah satu kota di Provinsi Kepulauan Riau, yang mengalami laju

     pertumbuhan penduduk sangat tinggi. Dengan adanya laju jumlah penduduk Kota Batam

     yang pesat akan membawa dampak sosial ekonomi masyarakat yang dapat

    mempengaruhi pembangunan Kota Batam. Oleh karena itu, menyikapi kondisi tersebut,

    maka kebijakan pengendalian kependudukan sangat diperlukan guna mengantisipasi

    ancaman “badai krisis” bagi Kota Batam dan mencegah timbulnya berbagai persoalan

    sosial dan ekonomi.

    Upaya merumuskan kebijakan pengendalian kependudukan di Kota Batam yang harmonis

    dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap formulasi isu utama yang akan dituangkan

    dalam kebijakan pengendalian kependudukan; dan tahap harmonisasi kebijakan

     pengendalian kependudukan. Tahap formulasi isu atau permasalahan yang akan

    dituangkan dalam kebijakan pengendalaian kependudukan ditempuh dengan pendekatan

    analisis situasional terhadap kondisi aktual Kota Batam dan analisis proyeksi untuk

    menentukan isu atau permasalahan utama yang layak dituangkan dalam kebijakan

     pengendalian kependudukan. Pada tahapan ini penulis menilai bahwa terdapat empat isu

    atau permasalah utama yang dapat dirumuskan dalam kebijakan pengendalian

    kependudukan di Kota Batam, yaitu isu pendidikan, pengelolaan transportasi darat dalam

    Kota, isu pengelolaan sampah dan isu ketersediaan air bersih.

    Tahap harmonisasi kebijakan pengendalian kependudukan dilakukan dengan pendekatan

    materiil dan formil. Pendekatan materiil dijabarkan melalui upaya penyeseuaian atau

     penyelaran keempat isu atau permasalahan utama yang akan dituangkan dalam

    kebijakan pengendalian kependudukan di Kota Batam terhadap kebijakan lainnya.

    Pendekatan formil diterapkan secara bertingkat, yaitu melakukan pengharmonisasian di

    tingkat internal, dan melakukan pengharmonisasian di tingkat antar lembaha hukum.

    Pernyataan Isu/Masalah

    Masalah pengendalian penduduk menjadi isu utama dan strategis dalam lingkup

    nasional. Pengendalian penduduk wajib dilakukan bilamana penduduk disuatu wilayah

    bertambah banyak dan tidak memiliki kualitas yang memadai, sebab laju pertumbuhan

    penduduk yang tidak dibarengi dengan kualitas maka akan menjadi ancaman terhadap

    pembangunan.

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    2/12

     2 

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Laju pertumbuhan penduduk di Ko-ta Batam akan menjadi ancaman layaknya Badai

    Krisis yang akan melanda penduduk. Badai krisis tersebut dapat berupa krisis

    sumberdaya manusia yang berkualitas, krisis kondisi lingkungan yang sehat dan bersih,

    krisis air bersih dan krisis daya tampung lingkungan.

    Oleh karena itu, melalui policy brief ini, terdapat tiga isu atau permasalahankependudukan yang sangat krusial bagi Kota Batam yang harus dikendalikan. Isu/

    masalah tersebut adalah: (1) Isu pendidikan; (2) Isu pengelolaan transportasi darat

    dalam kota; dan (3) Isu ketersediaan air bersih.

    Latar Belakang Masalah

    Kota Batam adalah salah satu kota yang berada di Propinsi Kepulauan Riau, dan terletak

    di wilayah pengembangan segitiga Singapura - Johor - Riau (SIJORI) yang merupakan

    kawasan yang secara khusus dikembangkan untuk industri, alih kapal, dan pariwisata.

    Sedikitnya terdapat 26 kawasan industri di Kota Batam. Artinya, Batam memiliki pusat-

    pusat kegiatan ekonomi yang potensial.

    Bila dibandingkan dengan wilayah di kepulauan perkembangan jumlah pen-duduk di

    Kota Batam jauh lebih banyak. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010,

    jumlah penduduk Kepu-lauan Riau agregat per kabupaten/kota adalah 1.685.698 orang,

    atau sebesar 0,7% dari jumlah penduduk Indonesia angka agregat provinsi (237.556.363

    orang). Jumlah tersebut terdiri atas 864.333 laki-laki dan 821.365 perempuan. (BPS,

    2010)

    Hasil SP2010 menunjukkan bahwa penyebaran penduduk Kepulauan Riau masih belummerata. Penduduk Kepulauan Riau masih terpusat di Kota Batam, yaitu sebesar 56,34%,

    sedangkan sisanya terse-bar di kabupaten/kota lainnya dengan per-sentase kurang dari

    13 persen. Hasil dari Sensus Penduduk 2010 di Kepulauan Riau menunjukkan Kota

    Batam sebagai daerah yang memiliki penduduk terbanyak yaitu berjumlah 949.775

    orang, terdiri atas 486.404 laki-laki dan 463.371 perempuan. Kemudian secara

    berurutan diikuti oleh Kabupaten Karimun, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan,

    Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Kepu-lauan Anambas. Kabupaten

    Kepulauan A-nambas tercatat sebagai wilayah dengan jumlah penduduk paling sedikit

    yaitu berjumlah 37.493 orang. (BPS, 2010)Tabel 1. Distribusi Penduduk di Kepulauan Riau Tahun 2010

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    3/12

     3 

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Sumber: Hasil SP 2010. BPS Kepri

    Kepulauan Riau dengan luas wilayah (daratan) sekitar 8.256,1 kilometer persegi

    (berdasar PerMendagri Tahun 2008) didiami oleh 1.685.698 orang, maka rata-rata

    tingkat kepadatan penduduk Kepulauan Riau adalah sekitar 205 orang per kilometer

    persegi. Jumlah tersebut lebih padat jika dibandingkan dengan rata-rata tingkatkepadatan penduduk Indonesia yang men-capai 124 orang per kilometer persegi.

    Kabupaten/kota yang paling padat penduduk-nya adalah Kota Tanjungpinang, yakni

    sebanyak 1.222 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling jarang penduduknya

    adalah Kabupaten Natuna, yakni seba-nyak 35 orang per kilometer persegi (BPS, 2010).

    Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kepulauan Riau menurut Kota/Kabupaten 2010

    Sumber: Hasil SP 2010; BPS Kepri 

    Dengan adanya laju jumlah penduduk Kota Batam yang pesat, dapat menyebabkan

    munculnya permasalahan sosial ekonomi, bila tidak dikendalikan oleh semua 

    stakeholder. 

    Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2000 yang telah dikeluarkan oleh BPS, bahwa

    jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2000 adalah 437.358 jiwa. Laju pertumbuhan

    penduduk di kota batam begitu pesat bila melihat angka jum-lah penduduk pada tahun

    2010 hasil Sensus Penduduk yang dilakukan oleh BPS, yaitu: 949.775 jiwa. Berdasarkan

    ca-tatan angka sementara hasil Sensus Penduduk Kota Batam tahun 2010, laju

    pertumbuhan penduduk Kota Batam selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) adalah

    sebesar 8,1 persen, yang berarti secara rata-rata jumlah penduduk di Kota Batam setiap

    tahun bertambah sekitar 8,1 persen.

    Laju pertumbuhan penduduk di Kota Batam memang sudah melampaui ang-ka proyeksi

    pertumbuhan penduduk. Berdasarkan olah data proyeksi pertumbuhan penduduk

    dengan menggunakan alat bantu aplikasi spectrum, dapat diketahui bahwa pertumbuhan

    penduduk Kota Batam dengan angka jumlah penduduk pada ta-hun 2010 (data hasil

    sensus penduduk ta-hun 2010) adalah sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    4/12

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Batam Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

    Sumber: BPS Kepri 2010

    Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Batam 944.285 jiwa. Dari

    data ini kemudian dirancang proyeksi pertumbuhan pendu-duk sampai dengan 2020,

    dengan tingkat pertumbuhan sebagai berikut:

    Gambar 1. Piramida Penduduk Kota Batam Tahun 2010

    Berdasarkan hasil olah data proyeksi penduduk Kota Batam dari tahun 2010 –  2020,

    maka dapat diketahui laju pertumbuhan penduduk pertahun sebagai-mana tabeldibawah ini:

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    5/12

     5  

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Tabel 4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Batam Pertahun dari 2010 hingga 2020

    Proyeksi pertumbuhan tersebut dirancangan berdasarkan asumsi TFR Kota Batam pada

    tahun 2010 3,17 dan ditargetkan menurun menjadi 2,3 pada tahun 2020. Sehingga tabel

    7 di atas menunjukkan trend laju pertumbuhan penduduk yang menurun. Secara garis

    besar dalam skala 5 tahunan, maka penduduk Kota Batam diproyeksikan bertambah

    sebagaima-na tabel dibawah ini:

    Tabel 5. Total Jumlah Penduduk Kota Batam 2010-2020 perlima tahun

    Dari tabel di atas, dapat diketahui terjadi peningkatan jumlah penduduk meskipun trend

    laju pertumbuhan penduduk-nya menurun. Bila ditinjau secara berkala lima tahunan,

    maka jumlah penduduk Kota Batam akan bertambah sebesar 2,25% dari total jumlah

    penduduk Kota Batam di tahun 2010. Berikut ini adalah gambar proyeksi piramidapenduduk tahun 2015:

    Gambar 2. Proyeksi Piramida Penduduk Kota Batam tahun 2015

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    6/12

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Yang menarik untuk dicermati dari sajian gambar 6 di atas adalah bahwa pertumbuhan

    penduduk usia 0–4 meningkat secara signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan

    bahwa pada tahun 2015 akan terjadi letakan jumlah bayi di Kota Batam. Proyeksi

    pertumbuhan penduduk pada tahun 2015 ini didasarkan pada asumsi TFR 2,6 dan angkamigrasi 90.000 jiwa serta angka harapan hidup 71 tahun.

    Fenomena ledakan jumlah bayi yang diproyeksikan ini mesti harus dires-pon dengan

    aktif oleh pemerintah Kota Batam. Sebab pada lima tahun berikutnya yaitu tahun 2020,

    penduduk Kota Batam dengan struktur usia 5-9 tahun akan meningkat secara signifikan.

    Hal ini akan membawa dampak pada ketersediaan sarana dan prasaran pendidikan.

    Berikut adalah gambar proyeksi piramida penduduk Kota Batam tahun 2020:

    Gambar 3. Proyeksi Piramida Penduduk Kota Batam tahun 2020

    Trend laju pertumbuhan penduduk Kota Batam pada setiap elemen golongan usia dalam

    perhitungan proyeksi ini perlu disikapi oleh pemerintah kota batam secara serius. Sebab

    hal ini akan berdampak secara luas terhadap aspek pendidikan dan sosial

    ketenagakerjaan masyarakat Kota Batam pada masa yang akan datang. Dampak konkrit

    yang akan dirasakan berkaitan dengan aspek pendidikan adalah ketersediaan dan daya

    tampung sarana dan infrastruktur pendukung seperti kelas dan gedung sekolah. Selain

    itu juga hal ini akan menuntut ketersediaan tenaga pendi-dik yang memadai dengandisertai kualitas yang profesional dan proporsional.

    Bila kita mengacu pada data hasil sensus penduduk 2010 untuk Kota Batam khususnya

    mengenai penduduk berumur 5 tahun ke atas yang masih sekolah, maka kita akan

    mendapatkan data perbandingan yang sangat mengesankan bahwa ternyata masih

    banyak penduduk Kota Batam yang tidak dapat merasakan bangku pendidikan

    khususnya pendidikan dasar. Data hasil sensus penduduk menunjukkan bahwa

    penduduk Kota Batam berumur 5 tahun ke atas yang masih sekolah berjumlah 147.062

    jiwa dengan asumsi bahwa jumlah tersebut meliputi penduduk yang masih sekolah baik

    tingkat dasar (SD, SMP/MTs, SMA/MA/SMK) maupun tingkat tinggi (Perguruan

    Tinggi/Akademi).

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    7/12

     7  

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Sementara bila kita tinjau berdasarkan golongan umur penduduk Kota Ba-tam yang

    masih sekolah (khususnya yang berusia di atas 5 tahun) maka dapat kita ketahui bahwa

    penduduk yang masih se-kolah dalam kategori pendidikan dasar ha-nya berjumlah

    136.765 jiwa.

    Angka penduduk yang masih seko-lah di atas kemudian dibandingkan dengan jumlahpenduduk kota batam yang beru-mur 5 – 24 tahun, maka secara kasar da-pat diketahui

    bahwa 191.628 jiwa (57% dari total jumlah penduduk usia 5 – 24 ta-hun) yang belum

    pernah sekolah.

    Tabel 6. Perbandingan Jumlah Penduduk Usia 5 – 24 tahun dengan Jumlah Penduduk

    Usia 5 – 24 yang masih sekolah di Kota Batam Tahun 2010

    Sumber: Olah data dari hasil SP 2010 Kota Batam 2010; BPS Kepri

    Padahal, bila mengacu pada data proyeksi perkembangan pendidikan untuk sekolah

    dasar (SD) di Kota Batam, dapat di ketahui bahwa pada tahun 2015, jumlah siswasekolah dasar yang ada di Kota Ba-tam dapat mencapai 131.550 siswa de-ngan asumsi

    usia anak pertama kali masuk sekolah SD adalah 7 tahun dan masa wa-jib belajar di SD

    adalah 6 tahun dengan rata-rata angka partisipasi sekolah pada tahun 2015 adalah

    99,15%. Jumlah ini a-kan meningkat lagi pada tahun 2020 yaitu sebanyak 172.090 Siswa

    yang akan me-nempuh sekolah dasar (SD), dengan asumsi usia anak pertama kali masuk

    se-kolah SD adalah 7 tahun dan masa wajib belajar di SD adalah 6 tahun dengan rata-rata

    angka partisipasi sekolah pada tahun 2020 adalah 100%.

    Tabel 7. Proyeksi Jumlah Siswa SD di Kota Batam perlima tahun dari 2010-2020

    Proyeksi jumlah siswa SD tersebut akan membutuhkan 366 sekolah (bangunan) dengan

    asumsi per sekolah memiliki 359 siswa. Dan membutuhkan sebanyak 3850 tenaga

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    8/12

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    pendidik dengan asumsi 34 siswa per tenaga pendidik. Dan jumlah ini akan meningkat

    lagi pada tahun 2020, ya-itu setidaknya dibutuhkan 344 sekolah dengan asumsi per

    sekolah memiliki 500 siswa. Dan membutuhkan sebanyak 5740 tenaga pendidik dengan

    asumsi 30 siswa per tenaga pendidik.

    Tabel 8. Proyeksi Jumlah Sekolah SD dan Guru SD yang dibutuhkan di Kota Batamperlima tahun dari 2010-2020

    Hal yang sama juga terjadi pada level pendidikan sekolah menengah pertama dan atas.

    Data proyeksi pendidikan sekolah menengah untuk tahun 2015 menunjukkan bahwa

    Siswa SMP/MTs dan SMA/MA di Kota Batam sebanyak 74.160 di tahun 2015 dengan

    asumsi usia anak pertama kali masuk sekolah SD adalah 13 tahun dan masa wajib belajar

    di SD adalah 6 tahun dengan rata-rata angka partisipasi sekolah pada tahun 2015 adalah

    92,89%. Angka tersebut meningkat jauh bila dibandingkan dengan data proyeksi

    pendidikan sekolah menengah di tahun 2020. Siswa SMP/MTs dan SMA/MA di Kota

    Batam pada tahun 2020 akan berjumlah 124.870 siswa dengan asumsi usia anak

    pertama kali masuk sekolah SD adalah 13 tahun dan masa wajib belajar di SD adalah 6

    tahun dengan rata-rata angka partisipasi sekolah pada tahun 2020 adalah 100%.

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    9/12

     9 

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Tabel 9. Proyeksi Jumlah Siswa SMP/MTs dan SMA/MA di Kota Batam perlima

    tahun dari 2010-2020

    Pada tahun 2015, Kota Batam membutuhkan 222 sekolah (bangunan) dengan asumsi per

    sekolah menengah memiliki 359 siswa, dan membutuhkan sebanyak 3250 tenagapendidik dengan asumsi 22 siswa per tenaga pendidik. Sedangkan ditahun 2020, Kota

    Batam membutuhkan 499 sekolah dengan asumsi per sekolah menengah memiliki 250

    siswa, dan mem-butuhkan sebanyak 6240 tenaga pendidik dengan asumsi 20 siswa per

    tenaga pendidik.

    Tabel 10. Proyeksi Jumlah Sekolah Menengah dan Guru Sekolah Menengah yang

    dibutuhkan di Kota Batam perlima tahun dari 2010-2020

    Konsekuensi logis dari tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah adalahmeningkatnya kepadatan kota. Efek dari kepadatan ini adalah salah satunya kemacetan.

    Kota Batam merupakan salah satu kota dengan sistem transportasi darat yang belum

    memadai, meskipun sarana infrastruktur jalan bisa dikatakan memadai. Namun

    demikian, jumlah penduduk Kota Batam yang semakin banyak memaksa respon

    pemerintah Kota Batam untuk mengambil kebijakan pengendalian kepen-dudukan

    dalam aspek transportasi darat

    Setiap tahun jumlah kendaraan ba-ru di Kota Batam tumbuh 5-7 persen, sementara

    panjang jalan cuma bertambah 0,1 persen. Pada tahun 2007 lalu, kendaraan bermotor

    yang beredar di Kota Batam mencapai sekitar 204.000 unit, dan 80.000 unit di antaranya

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    10/12

    10 

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    berjeniskan kendaraan beroda dua (sepeda motor). Sisanya adalah kendaraan roda

    empat (mobil pribadi, minibus, carry, truk, bus pariwisata dan trailer).

    Sementara data Samsat Polda Kepri, setiap tahun sejak 2007 hingga November 2010,

    kendaraan roda dua maupun roda empat bertambah sekitar 12 ribu unit. Itu artinya

    setiap bulan sekitar 600 unit kendaraan baru terdaftar di Samsat atau sekitar 30-an unitper hari. Total kendaraan bermotor yang beredar terhitung 2007 sampai November

    2010 dan terdaftar di Samsat mencapai sekitar 236.000 unit.

    Sementara itu bila dibandingkan dengan ketersediaan jalan, maka menurut data dari

    pemerintah Kota Batam bahwa sampai dengan keadaan akhir tahun 2009 tercatat

    panjang jalan yang ada 1.087,78 Km. Sarana jalan yang ada pada tahun 2009 tercatat

    851,24 km dalam keadaaan baik, 156,51 km kondisi sedang, 55,59 km kondisi rusak dan

    dalam kondisi rusak berat 24,44 km. Laju pertumbuhan kenda-raan dan jalan yang tidak

    sebanding ini da-pat menimbulkan persoalan transportasi darat yang sangat serius jika

    tidak segera dilakukan pengendalian.

    Selain masalah pendidikan dan transportasi darat, Kota Batam juga teran-cam oleh

    ketersediaan air bersih, mengingat kebutuhan air bersih masyarakat Kota Batam

    bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada kenyataannya saat ini

    kebutuhan air bersih penduduk Kota Batam rata-rata mencapai 4.138 liter/detik dengan

    kebutuhan maksimum hariannya sebesar 4.750 liter/detik. Sedangkan untuk memenuhi

    kebutuhan air bersih penduduk Kota Batam hingga tahun 2014 rata-rata mencapai 8.395

    liter/detik dengan kebutuhan maksimum hariannya sebesar 9.235 liter/detik.

    Tabel 11. Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan

    Industri DAS Batam Tahun 2007 – 2025

    Kepentingan Organisasi terhadap Isu

    Sudah menjadi tanggung jawab BKKBN dan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan

    dalam merespon permasalahan terkini dan memprediksi dampak kemungkinan yang

    akan terjadi dari fenomena kependudukan di Kota Batam.

    Sebagaimana yang diharapkan adalah terbitnya kebijakan pengendalian kependudukan

    yang harmonis di Kota Batam, maka keterlibatan seluruh stakeholder dalam

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    11/12

     11 

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    memberikan sumbangsih pemikiran terhadap permasalahan kependudukan kepada

    pemerintah menjadi suatu yang mutlak.

    Namun demikian, BKKBN dan Pusat studi kependudukan berkepentingan besar dalam

    hal merespon permasalahan kependudukan mengingat hal ini sudah menjadi amanat UU

    no 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,yang pada akhirnya ingin meraih tujuan membangun masyarakat yang tumbuh seimbang

    secara kuantitas dan kualitas agar dapat menjadi penopang pembangunan bangsa dan

    negara.

    Kebijakan saat ini dan sebelumnya yang terkait dengan masalah/isu

    Sejauh ini, kebijakan terkait dengan masalah pengendalian kependudukan di Kota Batam

    tertuang dalam peraturan daerah nomor 8 tahun 2009 tentang penyelenggaraan

    administrasi kependudukan di Kota Batam. Ketentuan mengenai pengendalian

    kependudukan dalam peraturan tersebut terkesan hanya diarahkan pada pendataan

    yang tujuannya ingin membatasi hak seseorang untuk masuk ke wilayah Batam. Padahal,

    penulis lebih cenderung memahami pengendalian kependudukan secara komprehensif,

    yaitu tidak hanya penekanannya pada pembatasan laju pertumbuhan penduduk, namun

    lebih dipahami sebagai upaya mengontrol pertumbuhan penduduk agar dapat

    ditingkatkan kualitasnya secara proporsional sesuai jumlah pertumbuhan penduduk.

    Oleh kare-nanya, kebijakan pengendalian penduduk tidak diarahkan pada pembatasan

    seseorang untuk datang masuk ke suatu wilayah tertentu karena akan bertentangan

    dengan HAM, namun kebijakan tersebut harus lebih responsif untuk mengontrol

    kebutuhan apa saja yang harus dipersiapkan dan diwujudkan secara proporsional.

    Opsi Kebijakan

    Kebijakan pengendalian kependudukan dapat dirumuskan dalam bentuk:

    1. Peraturan Daerah tentang pengendalian kependudukan di Kota Batam

    2. Peraturan Walikota Batam

    Manfaat dan kelemahan dari setiap opsi kebijakan

    Masing-masing opsi kebijakan yang ditawarkan memiliki manfaat dan kelemahan. Untuk

    opsi pertama, manfaatnya terletak pada kekuatan mengikat secara hukum dan wujud

    komitmen dari pemerintah Kota Batam, oleh karenanya pelaksanaan pengendalian

    kependudukan lebih terfokus. Dari segi anggaran, beban pelaksanaan pengendalian

    kependudukan akan langsung dibebankan ke APBD. Namun demikian, biaya

    perancangan kebijakan peraturan daerah tentang pengendalian kependudukan ini akan

    menghabiskan da-na yang tidak sedikit.

    Sedangkan manfaat dari opsi kebijakan kedua adalah bahwa hal-hal teknis terkait

    pengendalian kependudukan akan lebih jelas bila dirumuskan dalam peraturan walikota.Namun demikian, opsi kebijakan ini akan lemah dalam pelaksanaannya.

  • 8/16/2019 Kebijakan Pengendalian Kependudukan

    12/12

    12 

    Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

    Pilihan Opsi Kebijakan yang disarankan

    Kebijakan pengendalian kependu-dukan di Kota Batam idealnya dirumuskan dalam

    peraturan daerah tentang pengen-dalian kependudukan yang memuat permasalahan

    prioritas sebagaimana yang tertuang pada penjelasan di atas.

    Referensi

    Badan Pusat Statistik. Data Agregat Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi Kepulauan

    Riau Perkota/kabupaten. (2010)

    Batam Dalam Angka 2010. Pemerintah Kota Batam

    http://mardiya.wordpress.com/2009/08/19/harganas-momentum-strategis-

    membangun-keluarga-kecil-bahagia-sejahtera/

    http://rino14.blogspot.com/2010/08/teori-kependudukan-dihubungkan-dengan.html

    http://www.haluankepri.com/tajuk/12109-batam-kekurangan-1039-ruang-kelas.html

    http://www.unrika.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50

    http://www.haluankepri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6438:p

    otret-transportasi-kota-batam-1&catid=52:insert&Itemid=73

    http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8175:

    sampah-menumpuk-di-batam&catid=6:riau-a-kepri&Itemid=73

    Laporan Dokumen Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam, (Batam: PT.

    Multimera Harapan, 2007)

    Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Batam, 2004.www.batam.go.id

    www.batamkota.go.id 

    Policy Brief ini ditulis oleh Abudurrahman Alfaqiih, peneliti pada

    Pusat Studi Kebijakan Kependudukan – Universitas Internasional Batam

    Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

    Policy Brief  ini disampaikan pada acara Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan

    Kependudukan - BKKBN di Hotel Horison Bekasi, 16-18 Desember 2011. 

    http://www.batamkota.go.id/http://www.batamkota.go.id/http://www.batamkota.go.id/