kelompok 4 kependudukan tubes
DESCRIPTION
MERUPAKAN TUBES KEPENDUDUKAN SMT 2TRANSCRIPT
Tugas Besar Kependudukan
ldquoKetidaksiapan Indonesia dalam Menghadapi Bonus Demografi di Indonesiardquo
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kependudukan
Dosen Pengampu Dr ndashIng Wiwandari Handayani ST MT MPS
Disusun Oleh
Muhammad Rahyasa Arrizko 21040114120005
Siti Aisyah Adelina Putri 21040114120039
Mezbah Emmision 21040114130069
Naufalafiq Karindang Putra 21040114130079
Dini Oktaviani H 21040114140099
Alvino Ryan Davinaldo 21040114140107
Erma Maulana Putri 21040114130113
Selli Priyanghati 21040114140115
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
ANGGOTA KELOMPOK
Muhammad Rahyasa Arrizko Siti Aisyah Adelina Putri Mezbah Emmision
21040114120005 21040114120039 21040114130069
Naufalafiq Karindang Putra Dini Oktaviani Hapsari Alvino Ryan Davinaldo
21040114130079 21040114140099 21040114140107
Erma Maulana Putri Selli Priyanghati
21040114130113 21040114140115
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 3
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
11 Latar Belakang 5
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penulisan 6
14 Ruang Lingkup 6
141 Ruang Lingkup Wilayah 6
142 Ruang Lingkup Materi 7
15 Sistematika Pembahasan 7
BAB II 8
SKEMA PERMASALAHAN 8
21 Skema Permasalahan 8
22 Penjelasan Skema Permasalahan 9
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah 9
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan 9
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah 9
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan 9
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata 9
BAB III 10
DATA-DATA 10
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah 11
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah 12
312 Tingkat Kesehatan Rendah 17
313 Softskill Rendah 20
32 Lemahnya Peran Pemerintah 24
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 24
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata 28
BAB IV 31
PENUTUP 31
41 Kesimpulan 31
42 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami
fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus
yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang
usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia
produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah
angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)
Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan
dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung
adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut
adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing
yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga
ikut andil dalam permasalahan tersebut
Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah
kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta
lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama
kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai
melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang
rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung
kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan
Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan
infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah
Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan
kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota
Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk
itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia
Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan
dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak
menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja
yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan
pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan
nasional
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus
demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan
dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan
13 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan
dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan
kesimpulan berdasarkan skema tersebut
14 Ruang Lingkup
141 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia
Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570
km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara
6oLU ndash 11
oLS dan 95
oBT ndash 141
oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh
garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua
bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o
Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut
Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan
Selatan Negara Australia Samudera Hindia
Barat Samudera Hindia
Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik
142 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor
yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di
Indonesia diantaranya
Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kesehatan yang rendah
- Softskill yang rendah
Lemahnya peran pemerintah meliputi
- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan
masih kurang memadai
15 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan
sistematika pembahasan dari tulisan ini
BAB II SKEMA PERMASALAHAN
Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya
BAB III DATA-DATA
Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang
menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari permasalahan
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
21 Skema Permasalahan
Ketidaksiapan Indonesia
dalam Menghadapi Bonus
Demografi di Indonesia
Lemahnya Peran
Pemerintah
Kualitas Sumber Daya
Manusia Rendah
Faktor
Tingkat Pendidikan
Rendah Sistem Pendidikan
di Indonesia
Pembangunan
Infrastruktur
Belum Merata
Softskill
Rendah
Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan Rendah
Tingkat Kesehatan
Rendah
Jumlah Angka
Pengangguran
Minimnya
Perhatian
Pemerintah
Infrastruktur
Lunak
Infrastruktur
Keras Non
Fisik
Infrastruktur
Keras
Tingkat
Pengangguran
Jumlah
Pengusaha
Angka Kematian
Hidup
Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Angka Harapan
Hidup
Pemenuhan
Gizi
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
ANGGOTA KELOMPOK
Muhammad Rahyasa Arrizko Siti Aisyah Adelina Putri Mezbah Emmision
21040114120005 21040114120039 21040114130069
Naufalafiq Karindang Putra Dini Oktaviani Hapsari Alvino Ryan Davinaldo
21040114130079 21040114140099 21040114140107
Erma Maulana Putri Selli Priyanghati
21040114130113 21040114140115
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 3
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
11 Latar Belakang 5
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penulisan 6
14 Ruang Lingkup 6
141 Ruang Lingkup Wilayah 6
142 Ruang Lingkup Materi 7
15 Sistematika Pembahasan 7
BAB II 8
SKEMA PERMASALAHAN 8
21 Skema Permasalahan 8
22 Penjelasan Skema Permasalahan 9
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah 9
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan 9
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah 9
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan 9
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata 9
BAB III 10
DATA-DATA 10
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah 11
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah 12
312 Tingkat Kesehatan Rendah 17
313 Softskill Rendah 20
32 Lemahnya Peran Pemerintah 24
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 24
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata 28
BAB IV 31
PENUTUP 31
41 Kesimpulan 31
42 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami
fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus
yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang
usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia
produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah
angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)
Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan
dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung
adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut
adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing
yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga
ikut andil dalam permasalahan tersebut
Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah
kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta
lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama
kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai
melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang
rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung
kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan
Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan
infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah
Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan
kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota
Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk
itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia
Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan
dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak
menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja
yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan
pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan
nasional
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus
demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan
dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan
13 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan
dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan
kesimpulan berdasarkan skema tersebut
14 Ruang Lingkup
141 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia
Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570
km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara
6oLU ndash 11
oLS dan 95
oBT ndash 141
oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh
garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua
bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o
Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut
Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan
Selatan Negara Australia Samudera Hindia
Barat Samudera Hindia
Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik
142 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor
yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di
Indonesia diantaranya
Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kesehatan yang rendah
- Softskill yang rendah
Lemahnya peran pemerintah meliputi
- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan
masih kurang memadai
15 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan
sistematika pembahasan dari tulisan ini
BAB II SKEMA PERMASALAHAN
Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya
BAB III DATA-DATA
Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang
menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari permasalahan
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
21 Skema Permasalahan
Ketidaksiapan Indonesia
dalam Menghadapi Bonus
Demografi di Indonesia
Lemahnya Peran
Pemerintah
Kualitas Sumber Daya
Manusia Rendah
Faktor
Tingkat Pendidikan
Rendah Sistem Pendidikan
di Indonesia
Pembangunan
Infrastruktur
Belum Merata
Softskill
Rendah
Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan Rendah
Tingkat Kesehatan
Rendah
Jumlah Angka
Pengangguran
Minimnya
Perhatian
Pemerintah
Infrastruktur
Lunak
Infrastruktur
Keras Non
Fisik
Infrastruktur
Keras
Tingkat
Pengangguran
Jumlah
Pengusaha
Angka Kematian
Hidup
Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Angka Harapan
Hidup
Pemenuhan
Gizi
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 3
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
11 Latar Belakang 5
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penulisan 6
14 Ruang Lingkup 6
141 Ruang Lingkup Wilayah 6
142 Ruang Lingkup Materi 7
15 Sistematika Pembahasan 7
BAB II 8
SKEMA PERMASALAHAN 8
21 Skema Permasalahan 8
22 Penjelasan Skema Permasalahan 9
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah 9
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan 9
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah 9
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan 9
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata 9
BAB III 10
DATA-DATA 10
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah 11
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah 12
312 Tingkat Kesehatan Rendah 17
313 Softskill Rendah 20
32 Lemahnya Peran Pemerintah 24
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 24
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata 28
BAB IV 31
PENUTUP 31
41 Kesimpulan 31
42 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami
fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus
yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang
usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia
produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah
angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)
Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan
dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung
adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut
adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing
yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga
ikut andil dalam permasalahan tersebut
Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah
kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta
lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama
kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai
melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang
rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung
kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan
Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan
infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah
Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan
kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota
Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk
itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia
Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan
dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak
menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja
yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan
pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan
nasional
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus
demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan
dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan
13 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan
dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan
kesimpulan berdasarkan skema tersebut
14 Ruang Lingkup
141 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia
Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570
km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara
6oLU ndash 11
oLS dan 95
oBT ndash 141
oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh
garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua
bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o
Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut
Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan
Selatan Negara Australia Samudera Hindia
Barat Samudera Hindia
Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik
142 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor
yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di
Indonesia diantaranya
Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kesehatan yang rendah
- Softskill yang rendah
Lemahnya peran pemerintah meliputi
- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan
masih kurang memadai
15 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan
sistematika pembahasan dari tulisan ini
BAB II SKEMA PERMASALAHAN
Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya
BAB III DATA-DATA
Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang
menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari permasalahan
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
21 Skema Permasalahan
Ketidaksiapan Indonesia
dalam Menghadapi Bonus
Demografi di Indonesia
Lemahnya Peran
Pemerintah
Kualitas Sumber Daya
Manusia Rendah
Faktor
Tingkat Pendidikan
Rendah Sistem Pendidikan
di Indonesia
Pembangunan
Infrastruktur
Belum Merata
Softskill
Rendah
Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan Rendah
Tingkat Kesehatan
Rendah
Jumlah Angka
Pengangguran
Minimnya
Perhatian
Pemerintah
Infrastruktur
Lunak
Infrastruktur
Keras Non
Fisik
Infrastruktur
Keras
Tingkat
Pengangguran
Jumlah
Pengusaha
Angka Kematian
Hidup
Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Angka Harapan
Hidup
Pemenuhan
Gizi
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
32 Lemahnya Peran Pemerintah 24
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 24
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata 28
BAB IV 31
PENUTUP 31
41 Kesimpulan 31
42 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami
fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus
yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang
usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia
produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah
angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)
Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan
dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung
adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut
adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing
yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga
ikut andil dalam permasalahan tersebut
Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah
kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta
lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama
kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai
melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang
rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung
kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan
Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan
infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah
Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan
kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota
Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk
itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia
Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan
dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak
menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja
yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan
pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan
nasional
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus
demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan
dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan
13 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan
dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan
kesimpulan berdasarkan skema tersebut
14 Ruang Lingkup
141 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia
Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570
km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara
6oLU ndash 11
oLS dan 95
oBT ndash 141
oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh
garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua
bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o
Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut
Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan
Selatan Negara Australia Samudera Hindia
Barat Samudera Hindia
Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik
142 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor
yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di
Indonesia diantaranya
Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kesehatan yang rendah
- Softskill yang rendah
Lemahnya peran pemerintah meliputi
- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan
masih kurang memadai
15 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan
sistematika pembahasan dari tulisan ini
BAB II SKEMA PERMASALAHAN
Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya
BAB III DATA-DATA
Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang
menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari permasalahan
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
21 Skema Permasalahan
Ketidaksiapan Indonesia
dalam Menghadapi Bonus
Demografi di Indonesia
Lemahnya Peran
Pemerintah
Kualitas Sumber Daya
Manusia Rendah
Faktor
Tingkat Pendidikan
Rendah Sistem Pendidikan
di Indonesia
Pembangunan
Infrastruktur
Belum Merata
Softskill
Rendah
Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan Rendah
Tingkat Kesehatan
Rendah
Jumlah Angka
Pengangguran
Minimnya
Perhatian
Pemerintah
Infrastruktur
Lunak
Infrastruktur
Keras Non
Fisik
Infrastruktur
Keras
Tingkat
Pengangguran
Jumlah
Pengusaha
Angka Kematian
Hidup
Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Angka Harapan
Hidup
Pemenuhan
Gizi
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami
fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus
yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang
usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia
produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah
angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)
Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan
dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung
adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut
adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing
yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga
ikut andil dalam permasalahan tersebut
Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah
kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta
lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama
kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai
melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang
rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung
kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan
Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan
infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah
Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan
kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota
Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk
itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia
Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan
dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak
menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja
yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan
pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan
nasional
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus
demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan
dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan
13 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan
dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan
kesimpulan berdasarkan skema tersebut
14 Ruang Lingkup
141 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia
Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570
km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara
6oLU ndash 11
oLS dan 95
oBT ndash 141
oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh
garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua
bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o
Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut
Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan
Selatan Negara Australia Samudera Hindia
Barat Samudera Hindia
Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik
142 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor
yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di
Indonesia diantaranya
Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kesehatan yang rendah
- Softskill yang rendah
Lemahnya peran pemerintah meliputi
- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan
masih kurang memadai
15 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan
sistematika pembahasan dari tulisan ini
BAB II SKEMA PERMASALAHAN
Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya
BAB III DATA-DATA
Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang
menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari permasalahan
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
21 Skema Permasalahan
Ketidaksiapan Indonesia
dalam Menghadapi Bonus
Demografi di Indonesia
Lemahnya Peran
Pemerintah
Kualitas Sumber Daya
Manusia Rendah
Faktor
Tingkat Pendidikan
Rendah Sistem Pendidikan
di Indonesia
Pembangunan
Infrastruktur
Belum Merata
Softskill
Rendah
Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan Rendah
Tingkat Kesehatan
Rendah
Jumlah Angka
Pengangguran
Minimnya
Perhatian
Pemerintah
Infrastruktur
Lunak
Infrastruktur
Keras Non
Fisik
Infrastruktur
Keras
Tingkat
Pengangguran
Jumlah
Pengusaha
Angka Kematian
Hidup
Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Angka Harapan
Hidup
Pemenuhan
Gizi
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak
menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja
yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan
pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan
nasional
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus
demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan
dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan
13 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan
dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan
kesimpulan berdasarkan skema tersebut
14 Ruang Lingkup
141 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia
Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570
km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara
6oLU ndash 11
oLS dan 95
oBT ndash 141
oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh
garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua
bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o
Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut
Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan
Selatan Negara Australia Samudera Hindia
Barat Samudera Hindia
Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik
142 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor
yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di
Indonesia diantaranya
Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kesehatan yang rendah
- Softskill yang rendah
Lemahnya peran pemerintah meliputi
- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan
masih kurang memadai
15 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan
sistematika pembahasan dari tulisan ini
BAB II SKEMA PERMASALAHAN
Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya
BAB III DATA-DATA
Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang
menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari permasalahan
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
21 Skema Permasalahan
Ketidaksiapan Indonesia
dalam Menghadapi Bonus
Demografi di Indonesia
Lemahnya Peran
Pemerintah
Kualitas Sumber Daya
Manusia Rendah
Faktor
Tingkat Pendidikan
Rendah Sistem Pendidikan
di Indonesia
Pembangunan
Infrastruktur
Belum Merata
Softskill
Rendah
Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan Rendah
Tingkat Kesehatan
Rendah
Jumlah Angka
Pengangguran
Minimnya
Perhatian
Pemerintah
Infrastruktur
Lunak
Infrastruktur
Keras Non
Fisik
Infrastruktur
Keras
Tingkat
Pengangguran
Jumlah
Pengusaha
Angka Kematian
Hidup
Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Angka Harapan
Hidup
Pemenuhan
Gizi
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
142 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor
yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di
Indonesia diantaranya
Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kesehatan yang rendah
- Softskill yang rendah
Lemahnya peran pemerintah meliputi
- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan
masih kurang memadai
15 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan
sistematika pembahasan dari tulisan ini
BAB II SKEMA PERMASALAHAN
Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya
BAB III DATA-DATA
Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang
menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari permasalahan
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
21 Skema Permasalahan
Ketidaksiapan Indonesia
dalam Menghadapi Bonus
Demografi di Indonesia
Lemahnya Peran
Pemerintah
Kualitas Sumber Daya
Manusia Rendah
Faktor
Tingkat Pendidikan
Rendah Sistem Pendidikan
di Indonesia
Pembangunan
Infrastruktur
Belum Merata
Softskill
Rendah
Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan Rendah
Tingkat Kesehatan
Rendah
Jumlah Angka
Pengangguran
Minimnya
Perhatian
Pemerintah
Infrastruktur
Lunak
Infrastruktur
Keras Non
Fisik
Infrastruktur
Keras
Tingkat
Pengangguran
Jumlah
Pengusaha
Angka Kematian
Hidup
Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Angka Harapan
Hidup
Pemenuhan
Gizi
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
21 Skema Permasalahan
Ketidaksiapan Indonesia
dalam Menghadapi Bonus
Demografi di Indonesia
Lemahnya Peran
Pemerintah
Kualitas Sumber Daya
Manusia Rendah
Faktor
Tingkat Pendidikan
Rendah Sistem Pendidikan
di Indonesia
Pembangunan
Infrastruktur
Belum Merata
Softskill
Rendah
Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan Rendah
Tingkat Kesehatan
Rendah
Jumlah Angka
Pengangguran
Minimnya
Perhatian
Pemerintah
Infrastruktur
Lunak
Infrastruktur
Keras Non
Fisik
Infrastruktur
Keras
Tingkat
Pengangguran
Jumlah
Pengusaha
Angka Kematian
Hidup
Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Angka Harapan
Hidup
Pemenuhan
Gizi
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
22 Penjelasan Skema Permasalahan
221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun
2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat
pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah
222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia
tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur
yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM
223 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia
produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan
pendidikan di Indonesia
224 Tingkat Kesehatan yang Rendah
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan
hidup dan angka kematian ibu
225 Softskill yang Rendah
Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu
sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM
usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha
sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran
224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan
Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya
peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus
demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan
lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata
Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting
untuk mendukung peningkatan kualitas SDM
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
BAB III
DATA-DATA
Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi
oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi
Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju
pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut
dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun
secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai
5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010
Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000
kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010
Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi
698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi
Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia
selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya
angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)
berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia
produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013
yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun
Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus
demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di
Indonesia masih kurang baik
P
Sumber Bappenas 2030
Proyeksi Penduduk Indonesia 2030
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia
Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman
globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing
Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat
untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara
terhadap bangsa nya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur
capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan
kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh
HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu
Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)
Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan
demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan
dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013
dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa
Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
1
B
e
r
d
a
sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung
meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah
No Country
HDI
Value
1980
HDI
Value
1990
HDI
Value
2000
HDI
Value
2005
HDI
Value
2008
HDI
Value
2010
HDI
Value
2011
HDI
Value
2012
HDI
Value
2013
1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901
2
Brunei
Darussalam
074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852
3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773
4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722
5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684
Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013
IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat
dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat
terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan
Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30
dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing
masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM
Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi
bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang
311 Tingkat Pendidikan yang Rendah
Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas
65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta
sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam
menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat
dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber
Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi
menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas
Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat
India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian
akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa
pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah
menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan
Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia
masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di
Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di
Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan
untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga
mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain
1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia
Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan
pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran
di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing
maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan
minatnya
2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia
Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya
diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-
badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih
rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan
Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat
partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran
usia produktif antara 13-24 tahun
Tabel 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Grafik 31
Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013
Sumber BPS RI Susenas 2003-2013
Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah
tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka
Usia Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081
16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384
19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi
peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak
9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin
rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada
usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi
Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana
penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi
untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi
merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti
halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel
dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66
meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi
pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki
kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang
pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya
kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini
dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment
(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan
peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant
(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia
Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan
masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing
bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia
dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh
adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia
Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas
terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu
bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di
Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi
mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai
telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh
dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu
membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas
sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia
beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk
membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran
formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi
dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat
Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi
memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan
evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional
longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa
guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling
sesuai dengan siswa-siswa mereka
Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di
FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi
perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki
kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di
SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di
seluruh Indonesia
Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka
berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa
kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika
mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka
juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki
jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan
Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam
Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit
Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak
seimbang antara belajar dan bermain
Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia
yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana
yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu
dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk
menghadapi bonus demografi
Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai
dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia
produktif Indonesia pada tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu
rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang
berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi
penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan
Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya
usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
312 Tingkat Kesehatan Rendah
Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya
memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut
menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan
kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara
yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia
masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka
Harapan Hidup (AHH)
Angka Kematian Ibu
Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan
melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak
mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaancedera
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk
dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka
Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah
kematian ibu per 100000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun
Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup
Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012
sebagai berikut
Sumber SDKI 1991-2012
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu
pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000
kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan
AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk
mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di
Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut
Sumber UNICEF 1990-2013
Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka
kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini
menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai
sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa
diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan
persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga
banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain
Kebutuhan Terhadap Gizi
Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan
tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan
kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat
kualitas sumber daya manusia
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia
Sumber Riskesdas 2010
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk
Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan
sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada
diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia
tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun
tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja
dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan
kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai
sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan
yang baik
Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara
jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013
Sumber Riskesdas 2007 2010 2013
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi
kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan
target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat
penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan
Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika
menghadapi bonus demografi
Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH
menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi
ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin
kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan
meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan
suatu Negara
Angka Harapan Hidup
Sumber Human Development Report UNDP 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada
pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang
telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di
Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah
313 Softskill Rendah
Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia
sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif
karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya
kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif
Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari
kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki
kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan
No Country Life Expectancy at birth (years)
1 Singapore 823
2 Brunei Darusalam 785
3 Malaysia 75
4 Thailand 744
5 Indonesia 708
Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun
2013
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang
menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya
soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara
indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif
sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik
maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan
pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena
pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia
produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan
daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan
ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk
mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai
Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia
adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia
memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya
saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara
indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari
usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum
tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia
Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh
beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor
kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill
masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya
tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan
untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat
kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft
skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia
masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash
negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah
populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia
produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga
seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di
Indonesia seperti di bawah ini
Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014
No Provinsi APINDO
Provinsi Anggota
1 Aceh 1 3018
2 Sumatera Utara 1 -
3 Sumatera Barat 1 -
4 Riau 1 47
5 Jambi 1 -
6 Sumatera Selatan 1 -
7 Bengkulu 1 52
8 Lampung 1 -
9 Bangka Belitung 1 -
10 Kepulauan Riau 1 -
11 DKI Jakarta 1 37
12 Jawa Barat 1 934
13 Jawa Tengah 1 1924
14 DI Yogyakarta 1 175
15 Jawa Timur 1 -
16 Banten 1 536
17 Bali 1 417
18 Nusa Tenggara Barat 1 -
19 Nusa Tenggara Timur 1 -
20 Kalimantan Barat 1 91
21 Kalimantan Tengah 1 15
22 Kalimantan Selatan 1 -
23 Kalimantan Timur 1 -
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 1 -
26 Sulawesi Tengah 1 16
27 Sulawesi Selatan 1 195
28 Sulawesi Tenggara 1 476
29 Gorontalo 1 -
30 Sulawesi Barat 1 -
31 Maluku 1 1
32 Maluku Utara 1 -
33 Papua Barat 1 -
34 Papua 1 -
Jumlah 33 7934
Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat
rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap
penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar
di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya
sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya
penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian
bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang
merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat
berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila
suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada
masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia
maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun
hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]
Provinsi
TPT
2010 2011 2012 2013
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030
Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653
Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699
Riau 721 872 717 532 517 430 413 550
Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484
Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500
Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474
Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585
Kepulauan Bangka
Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370
Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625
DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902
Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922
Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602
DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334
Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433
Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990
Bali 357 306 286 232 211 204 189 179
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Nusa Tenggara
Barat 578 529 535 533 521 526 537 538
Nusa Tengggara
Timur 349 334 267 269 239 289 201 316
Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403
Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309
Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379
Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804
Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668
Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427
Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510
Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446
Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412
Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233
Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975
Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386
Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462
Papua 408 355 372 394 290 363 281 323
Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625
Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-
2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang
cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah
penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft
skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa
dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft
skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak
siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun
2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa
Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat
Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa
kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat
ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas
dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah
pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan
melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi
32 Lemahnya Peran Pemerintah
321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja
Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah
karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan
pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita
dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia
tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat
besar dan kompleks
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan
lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara
indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan
salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena
adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut
Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan
pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa
terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk
Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama
dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam
kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka
pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga
terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan
masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah
untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945
pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak
tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah
pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212
juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja
yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat
kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas
tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif
masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD
ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi
keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi
Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade
secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun
dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja
adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi
penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja
yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka
yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya
tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah
angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik
) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010
2011 201
Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan
kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan
nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia
belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian
lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan
berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap
kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan
yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan
masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Indonesia di masa mendatang
Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para
tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang
besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan
karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan
mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi
memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan
demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah
pengangguran di dalam negeri
322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata
Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya
mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana
infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada
masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu
negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur
haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik
ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik
dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu
wilayah atau kota-kota besar
Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di
Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah
kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari
144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta
api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh
nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-
rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di
atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura
memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49
Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya
para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia
usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang
Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa
penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan
konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas
sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur
seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti
tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan
berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun
tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1 Infrastruktur keras
Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi
2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur
pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi
mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya
3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)
norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan
hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan
oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah
Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan
persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya
diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-
fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah
pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-
hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi
kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah
terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa
hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing
hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012
Sumber (Kemdikbud 2012)
Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor
pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta
Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat
jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo
Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916
begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur
seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah
Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak
pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat
distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi
dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang
melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi
Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya
pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah
persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang
ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah
yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di
Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang
diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing
Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama
untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
BAB IV
PENUTUP
41 Kesimpulan
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus
demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun
Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan
Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk
sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap
dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah
Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu
- Tingkat pendidikan
- Tingkat kesehatan
- Softskill yang rendah
Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama
halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih
rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut
UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30
2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan
lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi
peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target
MDGs (Millenium Development Goals)
42 Saran
Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat
diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya
manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM
melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan
infrastruktur penunjang peningkatan SDM
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
DAFTAR PUSTAKA
Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam
httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE
RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes
aan diakses pada 4 Juli 2015
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan
Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf
diakses pada 4 Juli 2015
Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam
httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035pdf diakses pada 4 Juli 2015
BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam
httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses
pada 4 Juli 2015
BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6
Juli 2015
Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam
httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-
indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015
Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam
httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses
pada tanggal 3 Juli 2015
Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam
httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses
pada 4 Juli 2015
Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam
httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses
pada 4 Juli 2015
Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015
httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-
Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik
bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015
Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam
httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20
MDGs20-20IDpdf
Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-
mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2
0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015
Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam
httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-
di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015
UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam
httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013
UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206
UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam
httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births
UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100
000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam
httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf
World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam
httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303
05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4
Juli 2015