kelompok 4 kependudukan tubes

33
Tugas Besar Kependudukan “Ketidaksiapan Indonesia dalam Menghadapi Bonus Demografi di Indonesia” Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kependudukan Dosen Pengampu: Dr. Ing Wiwandari Handayani, ST, MT, MPS Disusun Oleh: Muhammad Rahyasa Arrizko 21040114120005 Siti Aisyah Adelina Putri 21040114120039 Mezbah Emmision 21040114130069 Naufalafiq Karindang Putra 21040114130079 Dini Oktaviani H 21040114140099 Alvino Ryan Davinaldo 21040114140107 Erma Maulana Putri 21040114130113 Selli Priyanghati 21040114140115 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

Upload: naufal-papang

Post on 29-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MERUPAKAN TUBES KEPENDUDUKAN SMT 2

TRANSCRIPT

Page 1: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Tugas Besar Kependudukan

ldquoKetidaksiapan Indonesia dalam Menghadapi Bonus Demografi di Indonesiardquo

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kependudukan

Dosen Pengampu Dr ndashIng Wiwandari Handayani ST MT MPS

Disusun Oleh

Muhammad Rahyasa Arrizko 21040114120005

Siti Aisyah Adelina Putri 21040114120039

Mezbah Emmision 21040114130069

Naufalafiq Karindang Putra 21040114130079

Dini Oktaviani H 21040114140099

Alvino Ryan Davinaldo 21040114140107

Erma Maulana Putri 21040114130113

Selli Priyanghati 21040114140115

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

ANGGOTA KELOMPOK

Muhammad Rahyasa Arrizko Siti Aisyah Adelina Putri Mezbah Emmision

21040114120005 21040114120039 21040114130069

Naufalafiq Karindang Putra Dini Oktaviani Hapsari Alvino Ryan Davinaldo

21040114130079 21040114140099 21040114140107

Erma Maulana Putri Selli Priyanghati

21040114130113 21040114140115

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3

BAB I 5

PENDAHULUAN 5

11 Latar Belakang 5

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penulisan 6

14 Ruang Lingkup 6

141 Ruang Lingkup Wilayah 6

142 Ruang Lingkup Materi 7

15 Sistematika Pembahasan 7

BAB II 8

SKEMA PERMASALAHAN 8

21 Skema Permasalahan 8

22 Penjelasan Skema Permasalahan 9

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah 9

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan 9

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah 9

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan 9

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata 9

BAB III 10

DATA-DATA 10

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah 11

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah 12

312 Tingkat Kesehatan Rendah 17

313 Softskill Rendah 20

32 Lemahnya Peran Pemerintah 24

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 24

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata 28

BAB IV 31

PENUTUP 31

41 Kesimpulan 31

42 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami

fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus

yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang

usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia

produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan

bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah

angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)

Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan

dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung

adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut

adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing

yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga

ikut andil dalam permasalahan tersebut

Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah

kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta

lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama

kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai

melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang

rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung

kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan

Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan

infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah

Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan

kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota

Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk

itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia

Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan

dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak

menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja

yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan

pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan

nasional

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-

faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus

demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan

dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang

ketenagakerjaan

13 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan

dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan

kesimpulan berdasarkan skema tersebut

14 Ruang Lingkup

141 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia

Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570

km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara

6oLU ndash 11

oLS dan 95

oBT ndash 141

oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh

garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua

bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o

Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut

Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan

Selatan Negara Australia Samudera Hindia

Barat Samudera Hindia

Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik

142 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor

yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di

Indonesia diantaranya

Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator

- Tingkat pendidikan yang rendah

- Tingkat kesehatan yang rendah

- Softskill yang rendah

Lemahnya peran pemerintah meliputi

- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan

masih kurang memadai

15 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan

sistematika pembahasan dari tulisan ini

BAB II SKEMA PERMASALAHAN

Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya

BAB III DATA-DATA

Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang

menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

BAB IV KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari permasalahan

BAB II

SKEMA PERMASALAHAN

21 Skema Permasalahan

Ketidaksiapan Indonesia

dalam Menghadapi Bonus

Demografi di Indonesia

Lemahnya Peran

Pemerintah

Kualitas Sumber Daya

Manusia Rendah

Faktor

Tingkat Pendidikan

Rendah Sistem Pendidikan

di Indonesia

Pembangunan

Infrastruktur

Belum Merata

Softskill

Rendah

Ketersediaan Lapangan

Pekerjaan Rendah

Tingkat Kesehatan

Rendah

Jumlah Angka

Pengangguran

Minimnya

Perhatian

Pemerintah

Infrastruktur

Lunak

Infrastruktur

Keras Non

Fisik

Infrastruktur

Keras

Tingkat

Pengangguran

Jumlah

Pengusaha

Angka Kematian

Hidup

Kualitas Pendidikan

di Indonesia

Angka Harapan

Hidup

Pemenuhan

Gizi

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 2: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

ANGGOTA KELOMPOK

Muhammad Rahyasa Arrizko Siti Aisyah Adelina Putri Mezbah Emmision

21040114120005 21040114120039 21040114130069

Naufalafiq Karindang Putra Dini Oktaviani Hapsari Alvino Ryan Davinaldo

21040114130079 21040114140099 21040114140107

Erma Maulana Putri Selli Priyanghati

21040114130113 21040114140115

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3

BAB I 5

PENDAHULUAN 5

11 Latar Belakang 5

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penulisan 6

14 Ruang Lingkup 6

141 Ruang Lingkup Wilayah 6

142 Ruang Lingkup Materi 7

15 Sistematika Pembahasan 7

BAB II 8

SKEMA PERMASALAHAN 8

21 Skema Permasalahan 8

22 Penjelasan Skema Permasalahan 9

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah 9

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan 9

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah 9

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan 9

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata 9

BAB III 10

DATA-DATA 10

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah 11

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah 12

312 Tingkat Kesehatan Rendah 17

313 Softskill Rendah 20

32 Lemahnya Peran Pemerintah 24

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 24

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata 28

BAB IV 31

PENUTUP 31

41 Kesimpulan 31

42 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami

fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus

yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang

usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia

produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan

bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah

angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)

Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan

dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung

adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut

adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing

yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga

ikut andil dalam permasalahan tersebut

Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah

kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta

lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama

kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai

melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang

rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung

kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan

Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan

infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah

Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan

kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota

Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk

itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia

Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan

dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak

menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja

yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan

pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan

nasional

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-

faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus

demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan

dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang

ketenagakerjaan

13 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan

dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan

kesimpulan berdasarkan skema tersebut

14 Ruang Lingkup

141 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia

Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570

km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara

6oLU ndash 11

oLS dan 95

oBT ndash 141

oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh

garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua

bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o

Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut

Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan

Selatan Negara Australia Samudera Hindia

Barat Samudera Hindia

Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik

142 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor

yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di

Indonesia diantaranya

Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator

- Tingkat pendidikan yang rendah

- Tingkat kesehatan yang rendah

- Softskill yang rendah

Lemahnya peran pemerintah meliputi

- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan

masih kurang memadai

15 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan

sistematika pembahasan dari tulisan ini

BAB II SKEMA PERMASALAHAN

Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya

BAB III DATA-DATA

Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang

menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

BAB IV KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari permasalahan

BAB II

SKEMA PERMASALAHAN

21 Skema Permasalahan

Ketidaksiapan Indonesia

dalam Menghadapi Bonus

Demografi di Indonesia

Lemahnya Peran

Pemerintah

Kualitas Sumber Daya

Manusia Rendah

Faktor

Tingkat Pendidikan

Rendah Sistem Pendidikan

di Indonesia

Pembangunan

Infrastruktur

Belum Merata

Softskill

Rendah

Ketersediaan Lapangan

Pekerjaan Rendah

Tingkat Kesehatan

Rendah

Jumlah Angka

Pengangguran

Minimnya

Perhatian

Pemerintah

Infrastruktur

Lunak

Infrastruktur

Keras Non

Fisik

Infrastruktur

Keras

Tingkat

Pengangguran

Jumlah

Pengusaha

Angka Kematian

Hidup

Kualitas Pendidikan

di Indonesia

Angka Harapan

Hidup

Pemenuhan

Gizi

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 3: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3

BAB I 5

PENDAHULUAN 5

11 Latar Belakang 5

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penulisan 6

14 Ruang Lingkup 6

141 Ruang Lingkup Wilayah 6

142 Ruang Lingkup Materi 7

15 Sistematika Pembahasan 7

BAB II 8

SKEMA PERMASALAHAN 8

21 Skema Permasalahan 8

22 Penjelasan Skema Permasalahan 9

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah 9

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan 9

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah 9

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan 9

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata 9

BAB III 10

DATA-DATA 10

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah 11

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah 12

312 Tingkat Kesehatan Rendah 17

313 Softskill Rendah 20

32 Lemahnya Peran Pemerintah 24

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 24

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata 28

BAB IV 31

PENUTUP 31

41 Kesimpulan 31

42 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami

fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus

yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang

usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia

produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan

bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah

angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)

Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan

dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung

adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut

adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing

yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga

ikut andil dalam permasalahan tersebut

Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah

kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta

lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama

kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai

melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang

rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung

kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan

Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan

infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah

Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan

kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota

Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk

itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia

Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan

dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak

menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja

yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan

pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan

nasional

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-

faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus

demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan

dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang

ketenagakerjaan

13 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan

dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan

kesimpulan berdasarkan skema tersebut

14 Ruang Lingkup

141 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia

Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570

km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara

6oLU ndash 11

oLS dan 95

oBT ndash 141

oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh

garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua

bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o

Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut

Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan

Selatan Negara Australia Samudera Hindia

Barat Samudera Hindia

Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik

142 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor

yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di

Indonesia diantaranya

Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator

- Tingkat pendidikan yang rendah

- Tingkat kesehatan yang rendah

- Softskill yang rendah

Lemahnya peran pemerintah meliputi

- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan

masih kurang memadai

15 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan

sistematika pembahasan dari tulisan ini

BAB II SKEMA PERMASALAHAN

Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya

BAB III DATA-DATA

Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang

menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

BAB IV KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari permasalahan

BAB II

SKEMA PERMASALAHAN

21 Skema Permasalahan

Ketidaksiapan Indonesia

dalam Menghadapi Bonus

Demografi di Indonesia

Lemahnya Peran

Pemerintah

Kualitas Sumber Daya

Manusia Rendah

Faktor

Tingkat Pendidikan

Rendah Sistem Pendidikan

di Indonesia

Pembangunan

Infrastruktur

Belum Merata

Softskill

Rendah

Ketersediaan Lapangan

Pekerjaan Rendah

Tingkat Kesehatan

Rendah

Jumlah Angka

Pengangguran

Minimnya

Perhatian

Pemerintah

Infrastruktur

Lunak

Infrastruktur

Keras Non

Fisik

Infrastruktur

Keras

Tingkat

Pengangguran

Jumlah

Pengusaha

Angka Kematian

Hidup

Kualitas Pendidikan

di Indonesia

Angka Harapan

Hidup

Pemenuhan

Gizi

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 4: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

32 Lemahnya Peran Pemerintah 24

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 24

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata 28

BAB IV 31

PENUTUP 31

41 Kesimpulan 31

42 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami

fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus

yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang

usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia

produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan

bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah

angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)

Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan

dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung

adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut

adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing

yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga

ikut andil dalam permasalahan tersebut

Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah

kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta

lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama

kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai

melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang

rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung

kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan

Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan

infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah

Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan

kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota

Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk

itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia

Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan

dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak

menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja

yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan

pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan

nasional

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-

faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus

demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan

dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang

ketenagakerjaan

13 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan

dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan

kesimpulan berdasarkan skema tersebut

14 Ruang Lingkup

141 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia

Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570

km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara

6oLU ndash 11

oLS dan 95

oBT ndash 141

oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh

garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua

bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o

Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut

Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan

Selatan Negara Australia Samudera Hindia

Barat Samudera Hindia

Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik

142 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor

yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di

Indonesia diantaranya

Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator

- Tingkat pendidikan yang rendah

- Tingkat kesehatan yang rendah

- Softskill yang rendah

Lemahnya peran pemerintah meliputi

- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan

masih kurang memadai

15 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan

sistematika pembahasan dari tulisan ini

BAB II SKEMA PERMASALAHAN

Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya

BAB III DATA-DATA

Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang

menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

BAB IV KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari permasalahan

BAB II

SKEMA PERMASALAHAN

21 Skema Permasalahan

Ketidaksiapan Indonesia

dalam Menghadapi Bonus

Demografi di Indonesia

Lemahnya Peran

Pemerintah

Kualitas Sumber Daya

Manusia Rendah

Faktor

Tingkat Pendidikan

Rendah Sistem Pendidikan

di Indonesia

Pembangunan

Infrastruktur

Belum Merata

Softskill

Rendah

Ketersediaan Lapangan

Pekerjaan Rendah

Tingkat Kesehatan

Rendah

Jumlah Angka

Pengangguran

Minimnya

Perhatian

Pemerintah

Infrastruktur

Lunak

Infrastruktur

Keras Non

Fisik

Infrastruktur

Keras

Tingkat

Pengangguran

Jumlah

Pengusaha

Angka Kematian

Hidup

Kualitas Pendidikan

di Indonesia

Angka Harapan

Hidup

Pemenuhan

Gizi

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 5: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diramalkan akan mengalami

fenomena yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030 Bonus demografi adalah bonus

yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang

usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan Hal tersebut dibuktikkan dengan proporsi usia

produktif yang mendominasi jumlah penduduk Indonesia Menurut data Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) tentang proyeksi jumlah penduduk Indonesia menyebutkan

bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 296 juta jiwa pada tahun 2030 dengan jumlah

angkatan kerja mencapai 681 atau 202 juta jiwa (Bappenas 2013)

Bonus demografi dapat dinikmati oleh Indonesia sebagai berkah demografi dan dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi jika didukung dengan kualitas ketenagakerjaan yang baik dan

dukungan dari pemerintah sendiri Namun fenomena yang dialami Indonesia kurang mendukung

adanya pemanfaatan yang baik dari bonus demografi Hal yang mendasari pernyataan tersebut

adalah kualitas dari angkatan kerja di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan daya saing

yang rendah Di samping itu lemahnya peran pemerintah dalam perhatian ketenagakerjaan juga

ikut andil dalam permasalahan tersebut

Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi merupakan masalah

kompleks yang merupakan akibat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah serta

lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan Sumber daya manusia terutama

kualitas usia produktif di Indonesia dapat dikatakan masih kurang baik hal tersebut dapat dinilai

melalui beberapa indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang

rendah serta softskill yang rendah Selain itu lemahnya peran pemerintah dalam mendukung

kesiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi juga menyebabkan faktor ketidaksiapan

Hal itu dapat dinilai dari kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan

infrastruktur yang belum merata sebagai pendukung peningkatan SDM yang rendah

Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia termasuk dalam permasalahan

kependudukan Kependudukan merupakan salah satu aspek utama perencanaan wilayah dan kota

Pada hakikatnya sebuah perencanaan dirancang untuk penduduk oleh penduduk dan penduduk

itu sendiri juga direncanakan Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

berpengaruh terhadap pembangunan nasional Indonesia

Berdasarkan permasalahan di atas masalah bonus demografi harus diperhatikan dan

dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak

menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja

yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan

pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan

nasional

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-

faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus

demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan

dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang

ketenagakerjaan

13 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan

dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan

kesimpulan berdasarkan skema tersebut

14 Ruang Lingkup

141 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia

Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570

km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara

6oLU ndash 11

oLS dan 95

oBT ndash 141

oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh

garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua

bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o

Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut

Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan

Selatan Negara Australia Samudera Hindia

Barat Samudera Hindia

Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik

142 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor

yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di

Indonesia diantaranya

Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator

- Tingkat pendidikan yang rendah

- Tingkat kesehatan yang rendah

- Softskill yang rendah

Lemahnya peran pemerintah meliputi

- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan

masih kurang memadai

15 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan

sistematika pembahasan dari tulisan ini

BAB II SKEMA PERMASALAHAN

Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya

BAB III DATA-DATA

Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang

menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

BAB IV KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari permasalahan

BAB II

SKEMA PERMASALAHAN

21 Skema Permasalahan

Ketidaksiapan Indonesia

dalam Menghadapi Bonus

Demografi di Indonesia

Lemahnya Peran

Pemerintah

Kualitas Sumber Daya

Manusia Rendah

Faktor

Tingkat Pendidikan

Rendah Sistem Pendidikan

di Indonesia

Pembangunan

Infrastruktur

Belum Merata

Softskill

Rendah

Ketersediaan Lapangan

Pekerjaan Rendah

Tingkat Kesehatan

Rendah

Jumlah Angka

Pengangguran

Minimnya

Perhatian

Pemerintah

Infrastruktur

Lunak

Infrastruktur

Keras Non

Fisik

Infrastruktur

Keras

Tingkat

Pengangguran

Jumlah

Pengusaha

Angka Kematian

Hidup

Kualitas Pendidikan

di Indonesia

Angka Harapan

Hidup

Pemenuhan

Gizi

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 6: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

dikendalikan agar ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi tersebut tidak

menjadi ancaman pada waktu yang akan datang Tulisan ini membahas faktor-faktor apa saja

yang dapat menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

Diharapkan hasil analisa faktor-faktor tersebut dapat menjadi bahan untuk perencanaan

pembangunan nasional Selanjutnya bonus demografi dapat menjadi peluang bagi pembangunan

nasional

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang menjadi fokus adalah faktor-

faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengalami ketidaksiapan dalam menghadapi bonus

demografi yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2030 Faktor-faktor tersebut berhubungan

dengan kualitas sumber daya manusia dan lemahnya peran pemerintah dalam bidang

ketenagakerjaan

13 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Analisa dilakukan

dengan penstrukturan masalah menggunakan skema yang hasil akhirnya akan menghasilkan

kesimpulan berdasarkan skema tersebut

14 Ruang Lingkup

141 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi bahasan pada tulisan ini adalah Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik terletak di kawasan Asia

Tenggara Indonesia memiliki lebih kurang 17000 buah pulau dengan luas daratan 1922570

km2 dan luas perairan 3257483 km2 Letak astronomis Indonesia yaitu terletak di antara

6oLU ndash 11

oLS dan 95

oBT ndash 141

oBT Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh

garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua

bagian sama besarnya Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o

Letak geografis Indonesia adalah sebagai berikut

Utara Negara Malaysia Singapura Filipina Laut Cina Selatan

Selatan Negara Australia Samudera Hindia

Barat Samudera Hindia

Timur Negara Papua Nugini Timor Leste Samudera Pasifik

142 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor

yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di

Indonesia diantaranya

Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator

- Tingkat pendidikan yang rendah

- Tingkat kesehatan yang rendah

- Softskill yang rendah

Lemahnya peran pemerintah meliputi

- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan

masih kurang memadai

15 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan

sistematika pembahasan dari tulisan ini

BAB II SKEMA PERMASALAHAN

Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya

BAB III DATA-DATA

Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang

menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

BAB IV KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari permasalahan

BAB II

SKEMA PERMASALAHAN

21 Skema Permasalahan

Ketidaksiapan Indonesia

dalam Menghadapi Bonus

Demografi di Indonesia

Lemahnya Peran

Pemerintah

Kualitas Sumber Daya

Manusia Rendah

Faktor

Tingkat Pendidikan

Rendah Sistem Pendidikan

di Indonesia

Pembangunan

Infrastruktur

Belum Merata

Softskill

Rendah

Ketersediaan Lapangan

Pekerjaan Rendah

Tingkat Kesehatan

Rendah

Jumlah Angka

Pengangguran

Minimnya

Perhatian

Pemerintah

Infrastruktur

Lunak

Infrastruktur

Keras Non

Fisik

Infrastruktur

Keras

Tingkat

Pengangguran

Jumlah

Pengusaha

Angka Kematian

Hidup

Kualitas Pendidikan

di Indonesia

Angka Harapan

Hidup

Pemenuhan

Gizi

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 7: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

142 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup permasalahan yang menjadi fokus laporan ini adalah faktor-faktor

yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi di

Indonesia diantaranya

Kualitas Sumber Daya Manusia yang Rendah yang dinilai dari indikator

- Tingkat pendidikan yang rendah

- Tingkat kesehatan yang rendah

- Softskill yang rendah

Lemahnya peran pemerintah meliputi

- Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

- Pembangunan infrastruktur sebagai sarana peningkatan SDM dirasakan

masih kurang memadai

15 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang terdapat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang rumusan masalah tujuan penulisan ruang lingkup permasalahan dan

sistematika pembahasan dari tulisan ini

BAB II SKEMA PERMASALAHAN

Berisi skema permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini dengan disertai penjelasannya

BAB III DATA-DATA

Berisi data-data pendukung yang memiliki hubungan dengan permasalahan faktor-faktor yang

menyebabkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi

BAB IV KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dari permasalahan

BAB II

SKEMA PERMASALAHAN

21 Skema Permasalahan

Ketidaksiapan Indonesia

dalam Menghadapi Bonus

Demografi di Indonesia

Lemahnya Peran

Pemerintah

Kualitas Sumber Daya

Manusia Rendah

Faktor

Tingkat Pendidikan

Rendah Sistem Pendidikan

di Indonesia

Pembangunan

Infrastruktur

Belum Merata

Softskill

Rendah

Ketersediaan Lapangan

Pekerjaan Rendah

Tingkat Kesehatan

Rendah

Jumlah Angka

Pengangguran

Minimnya

Perhatian

Pemerintah

Infrastruktur

Lunak

Infrastruktur

Keras Non

Fisik

Infrastruktur

Keras

Tingkat

Pengangguran

Jumlah

Pengusaha

Angka Kematian

Hidup

Kualitas Pendidikan

di Indonesia

Angka Harapan

Hidup

Pemenuhan

Gizi

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 8: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

BAB II

SKEMA PERMASALAHAN

21 Skema Permasalahan

Ketidaksiapan Indonesia

dalam Menghadapi Bonus

Demografi di Indonesia

Lemahnya Peran

Pemerintah

Kualitas Sumber Daya

Manusia Rendah

Faktor

Tingkat Pendidikan

Rendah Sistem Pendidikan

di Indonesia

Pembangunan

Infrastruktur

Belum Merata

Softskill

Rendah

Ketersediaan Lapangan

Pekerjaan Rendah

Tingkat Kesehatan

Rendah

Jumlah Angka

Pengangguran

Minimnya

Perhatian

Pemerintah

Infrastruktur

Lunak

Infrastruktur

Keras Non

Fisik

Infrastruktur

Keras

Tingkat

Pengangguran

Jumlah

Pengusaha

Angka Kematian

Hidup

Kualitas Pendidikan

di Indonesia

Angka Harapan

Hidup

Pemenuhan

Gizi

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 9: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

22 Penjelasan Skema Permasalahan

221 Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi Indonesia tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun

2030 Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah dinilai dari tiga indikator yaitu tingkat

pendidikan yang rendah tingkat kesehatan yang rendah dan softskiil yang rendah

222 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia

tidak siap dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 Hal tersebut dinilai dari

kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan oleh pemerintah dan pembangunan infrastruktur

yang kurang merata sebagai penunjang daripada peningkatan kualitas SDM

223 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang rendah yang dinilai dari sistem pendidikan dan rata-rata tamatan pendidikan usia

produktif Rendahnya pendidikan dapat dinilai dari efektifivitas efisiensi dan pemerataan

pendidikan di Indonesia

224 Tingkat Kesehatan yang Rendah

Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Tingkat kesehatan dinilai dari beberapa aspek yaitu kebutuhan gizi angka harapan

hidup dan angka kematian ibu

225 Softskill yang Rendah

Softskill yang dimiliki oleh SDM juga memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM itu

sendiri Indikator yang dapat dilihat untuk menilai kualitas softskill yang dimiliki oleh SDM

usia produktif adalah jumlah pengusaha di Indonesia Penggunaan data jumlah pengusaha

sebagai indikator kualitas softskill didasari oleh adanya cerminan sikap pengusaha yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan (softskill) serta tingkat pengangguran

224 Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan

Kurangnya ketersediaan lapangan perkerjaan merupakan salah satu bukti lemahnya

peran pemerintah dalam mendukung pemanfaatan tenaga kerja Dengan adanya bonus

demografi dimana usia produktif dan angkatan kerja berlimpah Namun jika ketersediaan

lapangan kerja tidak dapat memenuhi jumlah angkatan kerja yang tersedia maka akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran

225 Pembangunan Infrasruktur yang Tidak Merata

Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur memiliki peran yang penting

untuk mendukung peningkatan kualitas SDM

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 10: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

BAB III

DATA-DATA

Indonesia diperikaran akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 Hasil proyeksi

oleh BPS menunjukkan pada rentang tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi

Fenomena tersebut diakibatkan adanya keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan laju

pertumbuhan pada tahun 1970an melalui program Keluarga Berencana (KB) Hal tersebut

dibuktikan dengan menurunnya Tingkat kelahiran total (Total Fertility RateTFR) terus menurun

secara konsisten dari sekitar 56 (setiap wanita usia 15-49 tahunsubur rata-rata akan mempunyai

5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya) pada tahun 1970an menjadi 249 pada tahun 2010

Penurunan tersebut memberi bukti mengenai keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)

yang mulai dijalankan pada 1970an Pada saat yang sama keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan berhasil menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000

kelahiran hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun menjadi

698 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi

Transisi demografi yang dialami Indonesia merubah struktur umur penduduk Indonesia

selama empat dekade terakhir struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif khususnya

angkatan kerja muda Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi (dekade 70-80an)

berhasil tetap hidup dan kini merupakan fraksi terbesarmendominasi komposisi penduduk usia

produktif Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 693 persen angkatan kerja pada Agustus 2013

yang jumlahnya mencapai 1183 juta orang merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun

Bonus demografi tersebut akan menjadi ancaman apabila kuantitas yang besar dari bonus

demografi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik Namun faktanya kualitas usia produktif di

Indonesia masih kurang baik

P

Sumber Bappenas 2030

Proyeksi Penduduk Indonesia 2030

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 11: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

31 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama pada tahun 1990 pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadan dunia internasional yang semakin kompetitif Zaman

globalisasi menuntut manusia memiliki bekal yang mumpuni untuk bertahan hidup dan bersaing

Diantara banyak pilihan tersebut pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

agar dapat hidup secara layak Pembangunan manusia menjadi tanggung jawab suatu Negara

terhadap bangsa nya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indicator yang digunakan untuk mengukur

capaian pembangunan manusia (BPS2015) IPM menjadi tolak ukur setiap Negara atas kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup IPM

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat pengetahuan dan

kehidupan yang layak (BPS 2015) Berdasarkan skala internasional yang telah ditetapkan oleh

HDR UNDP kategori indeks pembangunan manusia Tahun 1990 dibagi menjadi empat yaitu

Kategori IPM Sangat Tinggi (0757ltIPMlt0890) Kategori IPM Tinggi (0534ltIPMlt0735)

Kategori IPM Sedang 042ltIPMlt0614) Kategori IPM Rendah (0345ltIPMlt0493) Dengan

demikian setiap Negara dapat mengoreksi sejauh mana IPM Negara tersebut sebagai rujukan

dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan IPM

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Indonesia menempati pringkat ke 108 dalam Human Development Index trends 1980-2013

dan termasuk kedalam kategori HDI Sedang Seperti yang disajikan dalam tabel IPM beberapa

Negara dikawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

1

B

e

r

d

a

sarkan tabel diatasterlihat bahwa tren IPM Indonesia sejak tahun 1980-2013 cenderung

meningkat namun meskipun demikian Indonesia tetap menempati urutan terendah

No Country

HDI

Value

1980

HDI

Value

1990

HDI

Value

2000

HDI

Value

2005

HDI

Value

2008

HDI

Value

2010

HDI

Value

2011

HDI

Value

2012

HDI

Value

2013

1 Singapore 0744 08 084 0868 0894 0896 0899 0901

2

Brunei

Darussalam

074 0786 0822 0838 0843 0844 0846 0852 0852

3 Malaysia 0577 0641 0717 0747 076 0766 0768 077 0773

4 Thailand 0503 0572 0649 0685 0704 0715 0716 072 0722

5 Indonesia 0471 0528 0609 064 0654 0671 0678 0681 0684

Sumber Human Development Report UNDP 1980-2013

IPM Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun 1980-2013

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 12: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

dibandingkan dengan beberapa Negara dikawasan Asia Tenggara Bahkan dalam pringkat

dunia Indonesia berada pada pringkat 108 dan tidak mengalami kenaikan posisi pringkat

terhadap tahun 2012 Indonesia termasuk dalam kategori IPM sedang dimana Singapore dan

Brunei meraih IPM katerogi Sangat Tinggi dan masing-masing masuk ke pringkat 9 dan 30

dunia Indonesia bahkan tertinggal jauh dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing

masuk kedalam kategori IPM Tinggi Hasil IPM Indonesia mencerminkan kualitas

sumberdaya manusia Indonesia yang rendah Jika dibandingkan dengan Negara tetangga IPM

Indonesia sudah terlampau jauh maka diperkirakan Indonesia tidak siap untuk menghadapi

bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang

311 Tingkat Pendidikan yang Rendah

Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70

sedangkan sisanya 30 adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas

65 tahun) Dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta

sementara non-produktif hanya 60 juta Ketidaksiapan usia produktif Indonesia dalam

menghadapi bonus demografi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

dalam aspek pendidikan Besarnya jumlah angka penduduk produktif secara kuantitatif dapat

dikelola dengan baik bila didukung dengan angka penduduk secara kualitatif atau Sumber

Daya Manusia (SDM) nya Karena angka penduduk produktif memiliki potensi

menggerakkan perekonomian nasional yang kuat jika penduduk tersebut berkualitas

Menurut survey the mckinsey global institute (2012) pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan menempati posisi ketujuh ekonomi dunia setelah China Amerika Serikat

India Jepang Brazil dan Rusia pada tahun 2030 mendatang Pada saat itulah perekonomian

akan ditopang oleh empat sektor utama Keempat sektor utama tersebut adalah bidang jasa

pertanian perikanan dan energi Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja akan bertambah

menjadi 133 juta orang pada periode tersebut Kondisi ini tentu menuntut pemenuhan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas yang dapat dicapai melalui bidang pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator daya saing bangsa dan Indonesia

masih minim akan hal tersebut Posisinya menduduki peringkat ke 124 dari 160 negara di

Asia Pemicu rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh minat baca penduduk di

Indonesia yang masih rendah padahal dari membaca banyak manfaat yang akan didapatkan

untuk menguasai iptek Selain itu adanya sarana dan prasarana yang minim juga

mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Selain itu ada beberapa indikator

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain

1 Efektivitas Pendidikan di Indonesia

Selama ini banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 13: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak peduli

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan

pendidikan di jenjang yang tinggi Anggapan itulah yang menyebabkan efektifitas pengajaran

di Indonesia sangat rendah Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing

maka dari itu diharapkan setiap individu dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan

minatnya

2 Standarisasi Pendidikan di Indonesia

Standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya

diukur terhadap standar dan kompetensi di dalam berbagai versi Sehingga dibentuk badan-

badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan

Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

3 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas hanya pada jenjang yang masih

rendah seperti SD dan SMP Namun untuk jenjang pendidikan SMA maupun Perguruan

Tinggi masih banyak yang belum menerima pendidikan Hal ini dapat diketahui dari tingkat

partisipasi sekolah Berikut jumlah angka partisipasi sekolah tahun 2003 ndash 2013 pada kisaran

usia produktif antara 13-24 tahun

Tabel 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003 - 2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Grafik 31

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2003-2013

Sumber BPS RI Susenas 2003-2013

Tabel diatas menunjukkan besaran persentase mengenai angka parisipasi sekolah

tahun 2003-2013 pada kisaran usia 13-24 tahun Dapat dilihat bahwa persentase angka

Usia Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

13-15 tahun 8101 8349 8402 8408 8465 8489 8547 8624 8799 8976 9081

16-18 tahun 5097 5348 5386 5392 5549 555 5516 5601 5795 6149 6384

19-24 tahun 1171 1207 1223 1138 1308 1329 1272 1377 1482 1605 2014

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 14: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

partisipasi usia 13-15 tahun dari tahun 2003-2013 paling tinggi persentasenya dan terjadi

peningkatan tiap tahunnya Terlebih pada tahun 2013 dengan persentase tertinggi sebanyak

9081 Namun dapat dilihat juga bahwa semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin

rendah tingkat partisipasinya Melihat rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada

usia produktif mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi

Rendahnya Kualitas Pendidikan Indonesia

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030 Dimana

penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia

lanjut belum banyak Bonus demografi tidak serta merta datang dengan sendirinya tetapi

untuk menjadikan potensi nasional perlu dipersiapkan dengan matang Bonus demografi

merupakan isu besar yang menjadi perhatian dunia Pasalnya bonus demografi dapat

meningkatkan produktivitas ekonomi suatu negara apabila dimanfaatkan dengan baik Seperti

halnya beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonominya Cina yang pertumbuhan ekonominya menjadi 92 persen Korsel

dari 73 menjadi 132 singapura dari 82 meningkat menjadi 136 dan Thailand dari 66

meningkat tajam menjadi 155 Sedangkan Indonesia baru akan mengalami bonus demografi

pada tahun 2020-2030 Dan sampai pada saat sekarang Indonesia masih belum memiliki

kesiapan untuk menghadapi bonus demografi tersebut Salah satunya adalah di bidang

pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan Pada kenyataan nya

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan dalam kondisi yang memprihatinkan Ini

dibuktikan dari sebuah hasil mengejutkan dari Programme for International Study Assessment

(PISA) pada 2012 yang menempatkan pencapaian mutu pendidikan di Indonesia dengan

peringkat terendah Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant

(PERC) kualitaas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam yang baru merdeka beberapa tahun ini

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan

masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing

bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan

kegiatan pendidikan tersebut Perbedaan inilah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia

dalam menghadapi bonus demografi semakin terlihat Ketidaksiapan ini diakibatkan oleh

adanya kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 15: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Perbedaan yang sangat mencolok terlihat antara Indonesia dengan Finlandia

Finlandia adalah negara yang berhasil mereformasi sistem pendidikannya dengan kualitas

terbaik di dunia Di Finlandia anak-anak baru boleh bersekolah pada umur 7 tahun hal itu

bertujuan untuk menyiapkan mental anak-anak untuk belajar Mereka meyakini Pelajar di

Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi

mereka jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar Meskipun mulai

telat tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh

dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA) Itu

membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia Sedangkan efektivitas

sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah Selama ini masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk

membentuk sumber daya manusia Indonesia Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran

formal tersebut yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi

dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat

Perbedaan yang lainnya yaitu Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi

memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan

evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka Hanya terdapat garis pedoman nasional

longgar yang harus diikuti Ujian nasional pun tidak diperlukan Pemerintah meyakini bahwa

guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling

sesuai dengan siswa-siswa mereka

Selain itu guru di Finlandia mempunyai kualitas dan mutu yang sangat tinggi Serta di

FInlandia 1 guru hanya untuk 12 orang murid hal itu ditujukan supaya guru dapat memberi

perhatian lebih khusus kepada murid-muridnya Sedangkan guru di Indonesia tidak memiliki

kualifikasi yang cukup untuk mengajar secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup

memadai Namun secara distribusi dan mutu pada umumnya masih rendah Hal ini dapat

dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana namun mengajar di

SMUSMK serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang

mereka miliki Keadaan ini cukup memprihatinkan dengan prosentase lebih dari 50 di

seluruh Indonesia

Di dalam waktu pembelajaran untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia mereka

berhak mendapatkan rehat selama 15 menit Orang-orang Finlandia meyakini bahwa

kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang jika

mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru Mereka

juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 16: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

akan dapat kembali bermain Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas memiliki

jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan

Sedangkan di Indonesia waktu belajar untuk pelajar SD adalah masuk sekolah pada jam

Setengah Tujuh pagi dan pulang sekitar jam 12 atau jam 1 dengan waktu istirahat 30 menit

Yang mana untuk seumuran anak SD waktu belajar seperti itu kurang efektif karena tidak

seimbang antara belajar dan bermain

Dari beberapa perbandingan di atas jelas terlihat bahwa sistem pendidikan Indonesia

yang masih jauh dari rata-rata mengakibatkan Indonesia melahirkan lulusan-lulusan sarjana

yang kurang memiliki daya saing dan kualitas yang tinggi karena hanya mengerti ilmu-ilmu

dari segi teoritis nya saja Hal inilah yang membuat Indonesia belum memiliki kesiapan untuk

menghadapi bonus demografi

Selain poin-poin perbandingan kualitas pendidikan diatas terdapat indikator lain

yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan dapat juga dinilai

dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usia produktif Berikut adalah grafik rata-rata usia

produktif Indonesia pada tahun 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas generasi Indonesia itu

rata-rata didominasi oleh tamatan SDSederajat Sedangkan anak-anak yangg saat ini sedang

berada di tingkat pendidikan SDsederajat pada masa yang akan datang akan menjadi

penduduk usia produkif yang akan memegang tanggung jawab terhadap masa depan

Indonesia Pada keadaan seperti grafik diatas berarti bisa diperkirakan bahwa sumber daya

usia produktif di era bonus demografi rendah terkait pendidikannya yang juga rendah

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 17: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

312 Tingkat Kesehatan Rendah

Indonesia sebagai sebuah Negara Kepulauan yang besar dan kompleks tentunya

memiliki konsekuensi permaslahan yang juga besar dan kompleks Permasalahan tersebut

menyangkut berbagai aspek kehidupan baik dari aspek ekonomi social-budaya pendidikan

kesehatan dan lain-lain Khusus untuk aspek kesehatan Indonesia selalu menjadi perkara

yang paling krusial Hingga saat ini status dan drajat kesehatan masyarakat di Indonesia

masih diukur menggunakan indicator Angka Kematian Ibu (AKI) Gizi Buruk dan Angka

Harapan Hidup (AHH)

Angka Kematian Ibu

Dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak perempuan

merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas Hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang nantinya akan

melahirkan generasi selanjutnya Oleh karena itu upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak

mendapat perhatian khusus Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganan nya tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaancedera

Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk

dilakukan pemantauan Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indicator yang peka dalam menggambarkan kesehatan bangsa di suatu Negara Angka

Kematian Ibu sebagi angka yang menggambarkan ukuran tinggi atau rendahnya jumlah

kematian ibu per 100000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012

diketahui bahwa angka kematian ibu di Indonesia mengalami fluktuasi di beberapa tahun

Dan pada tahun 2012 justru melonjak tinggi yaitu sebesar 359 per 100000 kelahiran hidup

Seperti yang disajikan pada Diagra Garis Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1991-2012

sebagai berikut

Sumber SDKI 1991-2012

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 18: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Angka tersebut cenderung menurun jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 sebesar 390 per 100000 kelahiran hidup Angka tersebut mengalami

penurunan sebesar 31meskipun tidak signifikan Target Global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 102 per 100000

kelahiran hidup namun melihat kondisi yang terjadi di tahun 2012 target untuk menurunkan

AKI adalah off track artinya diperkirakan sulit sehingga diperlukan kerja keras untuk

mewujudkan nya Adapun perbandingan AKI Indonesia terhadap beberapa Negara di

Kawasan Asia Tenggara yang disajikan dalam tabel berikut

Sumber UNICEF 1990-2013

Berdasarkan diagram batang diatas sangat terlihat kontras perbedaan jumlah angka

kematian ibu di Indonesia terhadap beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Hal ini

menunjukan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia belum memadai

sehingga kondisi ibu yang melahirkan tidak terprihatikan secara optimal Hal ini bisa

diasumsikan bahwa ketersediaan tenaga kesehetan di Indonesia belum optimum dan

persebaran sarana-prasaran kesehatan belum tersebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga

banyak Ibu terhambat untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain

Kebutuhan Terhadap Gizi

Gizi merupakan kunci dari sebuah kesehatan Gizi akan mempengaruhi kekebalan

tubuh seseorang dalm proses tumbuh kembang seseorang Gizi yang baik akan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

firisk dan mental seseorang Sedangkan gizi yang buruk akan mingkatkan kesakitan

kecacatan dan kematian sehingga otomatis berdampak pada menurunnya kualitas sumber

daya manusia Dengan demikian asupan gizi memberikan dampak signifikan pada tingkat

kualitas sumber daya manusia

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 19: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Kondisi Gizi Penduduk di Indonesia

Sumber Riskesdas 2010

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa ada 407 dan 37 penduduk

Indonesia yang tidak mendapat kecukupan asupan energy dan protein Energi merupakan

sumber kekuatan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jumlah yang tertera pada

diagram diatas cukup signifikan dimana 407 berarti hamper sebagian penduduk Indonesia

tidak mendapat asupan kalori dan karbohidrat secara baik Protein sebagai zat pembangun

tubuh protein penting terutama untuk anak-anak dan penduduk yang berada pada usia remaja

dimana berfungsi sebagai penunjang dalam pertumbuhan dan perkembangan mental fisik dan

kecerdasan Hal ini penting diperhatikan sebab perbaikan gizi harus dipersiapkan mulai

sekarang agar pada tahun 2030 mendatang generasi Indonesia berada dalam kondisi kesehatan

yang baik

Selain diagram diatas berikut ini juga dilampirkan digram rasio presentase antara

jumlah penduduk yang bergizi kurang dan bergizi buruk pada tahun 2007 2010 dan 2013

Sumber Riskesdas 2007 2010 2013

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk dan gizi

kurang menurut hasil Riskedas tahun 2013 masih sebesar 196 Jika dibandingkan degan

target RPJMN sebesar 15 pada tahun 2014 maka diperkirakan akan sulit dicapai dan terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan 2010 Padahal kualitas gizi balita adalah sangat

penting sebab balita tersebut kelak akan masuk pada usia produktif di tahun 2030 dimana

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 20: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Indonesia sedang mengalami Bonus Demografi Jika menilik pada fenomena ini diperkirakan

Indonesia akan kesulitan dalam menyiapkan usia produktif dalam kondisi gizi baik ketika

menghadapi bonus demografi

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi indicator yang krusial dalam mengupayakan

peningkatan kesehatan di suatu negara Hal tersebut disebabkan karena AHH

menggambarkan lama nya harapan hidup dalam satuan tahun yang dimiliki oleh seorang bayi

ketika lahir Angka harapan hidup ini tentu ditunjang oleh faktor kesehatan Dimana semakin

kualitas kesehatan seorang bayi baik maka otomatis angka harapan hidup seseorang akan

meningkat dan bertambah lama Sehingga AHH menjadi sebagai refleksi kualitas kesehetan

suatu Negara

Angka Harapan Hidup

Sumber Human Development Report UNDP 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa angka harapan hidup Indonesia berada

pada urutan terakhir Padahal masih dibandingkan dengna Negara-negara di kawasan Asia

Tenggara yang statusnya juga sama-sama Negara berkembang terkecuali Singapore yang

telah menjadi Negara maju Perbedaan diatas menunjukan bahwa tingkat kesehatan di

Indonesia rendah sebab AHH nya paling rendah

313 Softskill Rendah

Soft skill masyarakat merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menunjang

kemajuan suatu bangsa terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini Negara Indonesia

sebagai negara berkembang dapat dikatakan sebagai negara yang masih kurang kompetitif

karena softskill masyarakatnya masih sangat rendah Hal itu terbukti dari kurangnya

kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat di indonesia sendiri terutama pada usia produktif

Kurangnya kreatifitas atau daya keterampilan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi

daya saing negara indonesia terhadap negara lainnya Kurangnya daya saing dapat dilihat dari

kualitas hidup masyarakat Indonesia Sebagian besar masyrakat indonesia masih memiliki

kualitas hidup yang sangat rendah yang dapat dilihat dari masih banyaknya kasus kemiskinan

No Country Life Expectancy at birth (years)

1 Singapore 823

2 Brunei Darusalam 785

3 Malaysia 75

4 Thailand 744

5 Indonesia 708

Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di Kawasan Asia Tenggara Tahun

2013

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 21: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll Beberapa kasus tersebut yang

menyebabkan negara indonesia kurang dapat bersaing dengan negara lain terlebih kurangnya

soft skill pada masyarakat indonesia juga menyebabkan adanya ketidaksiapan dari negara

indonesia dalam menghadapi bonus demografi yang seharusnya momentum emas tersebut

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Dalam masa bonus demografi jumlah penduduk didominasi oleh usia produktif

sehingga apabila pada saat ini di usia produktif masih belum memiliki soft skill yang baik

maka pada masa bonus demografi ditakutkan kasus ndash kasus seperti kemiskinan

pengangguran krisis pangan krisis kesehatan dll akan lebih banyak bermunculan Karena

pada dasarnya jika suatu negara mengalami bonus demografi maka jumlah penduduk usia

produktifnya sangat tinggi dan seharusnya suatu negara memiliki tingkat produktifitas yang

tinggi dikarenakan banyaknya jumlah usia produktif yang seharusnya dapat meningkatkan

daya saing atau produktifitas suatu negara baik melalui sektor pendidikan pekerjaan

ekonomi dll Namun hal itu nampaknya masih belum terjadi di Indonesia karena untuk

mencapai hal tersebut indonesia seharusnya memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai

Oleh karena itu pada saat ini usaha dan upaya yang harus dilakukan oleh negara indonesia

adalah meningkatkan soft skill masyarakat indonesia sehingga pada akhirnya indonesia

memiliki Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang baik agar negara indonesia memiliki daya

saing yang tinggi serta pada saat negara indonesia mengalami bonus demografi negara

indonesia dapat menjadi negara yang produktif dengan adanya kesiapan dan ketrampilan dari

usia produktif untuk menghadapi bonus demografi sekaligus memanfaatkan momentum

tersebut untuk meningkatakan kualitas ekonomi negara indonesia

Soft skill yang rendah tersebut biasanya dapat dilihat ataupun diibuktikan oleh

beberapa indikator Diantaranya melalui sektor kewirausahaan dan kepemimpinan Sektor

kewirausahaan dan kepemimpinan merupakan sektor yang membuktikan tingkat soft skill

masyarakat indonesia masih rendah karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan adanya

tingkat kreatifitas yang tinggi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi selain itu ketrampilan

untuk mengelola usaha juga sangat dibutuhkan dalam dunia usaha Maka dari itu tingkat

kewirausahan di indonesia dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur tingkat soft

skill yang dimiliki oleh masyarakat indonesia Pada saat ini sektor kewirausahaan di indonesia

masih terbilang sangat rendah terlebih apabila sektor tersebut di bandingkan oleh negara ndash

negara yang lainya Negara indonesia masih terbilang sangat tertinggal Saat ini jumlah

populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 043 dari total populasi usia

produktif angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga

seperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 Malaysia 5 dan

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 22: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Thailand 3 Soft skill yang rendah tersebut dapat dijelaskan oleh tabel jumlah pengusaha di

Indonesia seperti di bawah ini

Organisasi Pengusaha Di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2014

No Provinsi APINDO

Provinsi Anggota

1 Aceh 1 3018

2 Sumatera Utara 1 -

3 Sumatera Barat 1 -

4 Riau 1 47

5 Jambi 1 -

6 Sumatera Selatan 1 -

7 Bengkulu 1 52

8 Lampung 1 -

9 Bangka Belitung 1 -

10 Kepulauan Riau 1 -

11 DKI Jakarta 1 37

12 Jawa Barat 1 934

13 Jawa Tengah 1 1924

14 DI Yogyakarta 1 175

15 Jawa Timur 1 -

16 Banten 1 536

17 Bali 1 417

18 Nusa Tenggara Barat 1 -

19 Nusa Tenggara Timur 1 -

20 Kalimantan Barat 1 91

21 Kalimantan Tengah 1 15

22 Kalimantan Selatan 1 -

23 Kalimantan Timur 1 -

24 Kalimantan Utara - -

25 Sulawesi Utara 1 -

26 Sulawesi Tengah 1 16

27 Sulawesi Selatan 1 195

28 Sulawesi Tenggara 1 476

29 Gorontalo 1 -

30 Sulawesi Barat 1 -

31 Maluku 1 1

32 Maluku Utara 1 -

33 Papua Barat 1 -

34 Papua 1 -

Jumlah 33 7934

Sumber Ditjen PHI dan JSK Diolah Pusdatinaker) sd Juni 2014

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 23: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Dari tabel diatas membuktikan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat

rendah hal itu juga membuktikan bahwa kurang adanya softskill yang dimiliki oleh setiap

penduduk indonesia Tabel tersebut menunjukan jumlah sebesar 7934 anggota yang terdaftar

di Asosiasi Pengusaha Indonesia Dari begitu banyaknya jumlah penduduk indonesia hanya

sebiagian kecil saja yang berwirausaha Hal itu sangat menunjukan kurang produktifnya

penduduk indonesia Dimana kurangnya soft skill tersebut terbukti sangat membawa kerugian

bagi negara indonesia serta juga membuktikan bahwa indonesia memang masih belum ada

kesiapan dalam menghadapi bonus demografi Kewirausahaan yang kurang berkembang

merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh kurangnya soft skill Hal itu sangat

berpengaruh bagi daya saing dan produktifitas indonesia Karena dapat dipastikan apabila

suatu negara masih kurang produktif maka akan menyebabkan hal ndash hal negatif lainya Pada

masa bonus demografi jumlah penduduk usia produktif melebihi 50 penduduk indonesia

maka dapat dipastikan jumlah angkatan kerja di indonesia akan semakin meningkat namun

hal itu jika tidak di imbangi dengan adanya penyediaan lapangan kerja yang seimbang maka

akan menimbulkan pengangguran yang semakin meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi 2002-2013

[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus BPS]

Provinsi

TPT

2010 2011 2012 2013

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust

Aceh 860 837 827 743 788 910 838 1030

Sumatera Utara 801 743 718 637 631 620 601 653

Sumatera Barat 757 695 714 645 625 652 633 699

Riau 721 872 717 532 517 430 413 550

Jambi 445 539 385 402 365 322 290 484

Sumatera Selatan 655 665 607 577 559 570 549 500

Bengkulu 406 459 341 237 214 361 212 474

Lampung 595 557 524 578 512 518 509 585

Kepulauan Bangka

Belitung 424 563 325 361 278 349 330 370

Kepulauan Riau 721 690 704 780 587 537 639 625

DKI Jakarta 1132 1105 1083 1080 1072 987 994 902

Jawa Barat 1057 1033 984 983 978 908 890 922

Jawa Tengah 686 621 607 593 588 563 557 602

DI Yogyakarta 602 569 547 397 409 397 380 334

Jawa Timur 491 425 418 416 413 412 400 433

Banten 1413 1368 1350 1306 1074 1013 1010 990

Bali 357 306 286 232 211 204 189 179

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 24: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Nusa Tenggara

Barat 578 529 535 533 521 526 537 538

Nusa Tengggara

Timur 349 334 267 269 239 289 201 316

Kalimantan Barat 550 462 499 388 336 348 309 403

Kalimantan Tengah 388 414 366 255 271 317 182 309

Kalimantan Selatan 589 525 562 523 432 525 391 379

Kalimantan Timur 1045 1010 1021 984 929 890 887 804

Sulawesi Utara 1048 961 919 862 832 779 719 668

Sulawesi Tengah 489 461 427 401 373 393 265 427

Sulawesi Selatan 799 837 669 656 646 587 583 510

Sulawesi Tenggara 477 461 434 306 310 404 347 446

Gorontalo 505 516 461 426 481 436 431 412

Sulawesi Barat 410 325 270 282 207 214 200 233

Maluku 913 997 772 738 711 751 673 975

Maluku Utara 603 603 562 555 531 476 551 386

Papua Barat 777 768 828 894 657 549 447 462

Papua 408 355 372 394 290 363 281 323

Indonesia 741 714 680 656 632 614 592 625

Diliat dari tabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi 2002-

2003 diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia memiliki tingkat pengangguran yang

cenderung tinggi dan tidak stabil Dengan tinggi dan tidak stabilnya jumlah

penggangguran yang ada di Indonesia semakin membuktikan bahwa kemampuan soft

skill sangat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing Bisa

dikatakan demikian karena di dalam dunia kerja pasti dibutuhkan sebuah kemampuan soft

skill untuk menunjang suatu pekerjaannya Indonesia semakin menunjukkan akan tidak

siapnya menghadapi bonus demografi dengan ditunjukkannya pada bulan agustus tahun

2013 tingkat pengangguran mengalami kenaikan Trend tersebut akan membawa

Indonesia kepada tingkat pengangguran yang akan semakin meningkat

Maka dari itu dari data dan penjelasan diatas dapat membuktikan bahwa

kemampuan soft skill yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah Hal ini dapat

ditunjukan melalui sektor kewirausahaan yang membuktikan bahwa tingkat kreatifitas

dan ketrampilan kerja masyarakat indonesia masih rendah dilihat dari sedikitnya jumlah

pengusah yang ada di Indonesia Selain itu soft skill yang rendah juga dapat dibuktikan

melalui tingkat pengangguran masyarakat yang masih sangat tinggi

32 Lemahnya Peran Pemerintah

321 Kurangnya Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah bidang

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 25: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

kegiatan dari usahaperusahaaninstansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja

Usia angkatan kerja di Negara berkembang gt15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya

masih tergolong anak-anak Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn

adalah usia di atas 17 tahun Angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah

karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD SMP dan SMA Pengertian lapangan

pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja Saat ini sering kita

dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja akibatnya dia

tidak mempunyai pendapatan Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia adalah masalah pengangguran Pengangguran yang tinggi berdampak

langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan kriminalitas dan masalah-masalah

sosial politik yang juga semakin meningkat Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup

besar arus migrasi yang terus mengalir serta dampak krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat

besar dan kompleks

Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia Masalah ketersediaan

lapangan kerja seperti ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi masalah bagi negara

indonesia Selain itu juga masalah rendahnya ketersediaan lapangan kerja merupakan

salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan di indonesia Hal itu di duga karena

adanya kelemahan dari pemerintah yang kurang memperhatikan masalah tersebut

Meskipun selalu ada upaya dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan lapangan

pekerjaan namun tetap saja sampai sekarang masalah tersebut masih belum bisa

terselesaikan Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk

berinvestasi Pengangguran meningkat secara pesat sejak tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 2003 Angka yang ada berkisar sekitar 95 persen atau sama

dengan 95 juta orang Kemudian terdapat lebih dari 30 juta orang yang berada dalam

kategori setengah pengangguran karena bekerja kurang dari 35 jam per minggu Angka

pengangguran ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara asia lainnya yang juga

terkena krisis seperti Korea (37) Thailand (15) dan Malaysia (34)

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 26: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Maka untuk dapat menyelesaikan masalah terbatasnya lapangan pekerjaan

masyarakat memerlukan dukungan dan gerakan langsung dari pihak pemerintah

untuk menyelesaikan masalah ini Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945

pasal 27 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak maka pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak

tenaga kerja Berikut data jumlah tenaga kerja jumlah yang bekerja dan jumlah

pengangguran dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2014 terdapat 1212

juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja

yang bekerja Hal ini menunjukkan kurang dari enam bulan yang lalu terdapat

kurang lebih 72 juta pengangguran terbuka atau mencapai 592 persen ldquoKualitas

tenaga kerja di Indonesia baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya relatif

masih rendah Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD

ke bawah 479 persen Selain itu ada tuntutan untuk memiliki standarisasi

keterampilan tertentu di tempat kerjardquo ujar DR Endang Sulistyaningsih Deputi

Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 27: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade

secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia Namun

dengan sekitar dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja

adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi

penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja

yang tiap tahunnya terus bertambah pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka

yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya

tindakan yang cepat Berikut hasil survey jenis lapangan pekerjaan beserta jumlah

angkatan kerja nasional berdasarkan Badan Pusat Statistik

) Sumber Survei Jenis Lapangan Pekerjaan dan Jumlah Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010

2011 201

Menurut data statistik diatas dapat diketahui bahwa sector pertanian perkebunan

kehutanan perburuan dan perikanan masih menjadi tombak utama atau lapangan pekerjaan

nomor satu di Indonesia Jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja setiap

tahunnya dapat dijadikan perbandingan bahwa persebaran profesi pekerjaan di Indonesia

belum merata Beberapa data juga menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang

berkurang dan bertambah di setiap sektornya membuktikan bahwa tidak ada kepastian

lapangangan pekerjaan untuk masyarakat sehingga menyebabkan bertambah dan

berkurangnya jumlah pengangguran yang ada Minimnya perhatian pemerintah terhadap

kasus ini menjadi masalah utama yang kini terjadi di Indonesia jumlah lapangan pekerjaan

yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang terus meningkat menyebabkan ketidaksiapan

masyarakat dalam menyambut bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bangsa

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 28: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Indonesia di masa mendatang

Menurut Endang tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para

tenaga kerja karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan

ekonomi Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang

besar Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

dan para pelaku di dunia usaha Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan

karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri Pada dasarnya banyak alasan

mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri antara lain ingin melanjutkan studi

memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi mencari pengalaman dan sebagainya Dengan

demikian pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah

pengangguran di dalam negeri

322 Pembangunan Infrastruktur yang Belum Merata

Negara Indonesia terus merencanakan dan membangun infrastruktur sebagai upaya

mensejahterkan rakyat Indonesia Pembangunan Infrastruktur merupakan cara pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan beraktivitas dimana

infrastruktur akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung kepada

masyarakat Ketersediaan Infrastruktur memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu

negara karena aktivitas terkecil hingga besar memiliki ketergantungan pada fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah Ketergantungan ini mengindikasikan pembangunan infrastruktur

haruslah baik dan tersebar secara merata sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan fisik

ataupun non-fisik masyarakat di Indonesia Infrastruktur di Indonesia terbilang kurang baik

dan juga persebarannya masih sangat jauh terbilang baik karena hanya terfokus pada suatu

wilayah atau kota-kota besar

Dari segi kualitas infrastruktur di Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di

Asia Di antara negara-negara se-Asia kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah

kedua hanya lebih baik dari Filipina Mengutip laporan WEF mengenai kualitas infrastruktur

pada 2012-2013 kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92 dari

144 negara Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan rel kereta

api pelabuhan bandara dan listrik Dari skor tertinggi 7 poin Indonesia hanya memperoleh

nilai 34 untuk jalan 32 untuk rel kereta api pelabuhan 36 bandara 42 dan listrik 39 Rata-

rata nilai tersebut hanya 37 Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan ranking 98 Di

atas Indonesia kualitas infrastruktur India China Thailand Malaysia dan Singapura

memiliki peringkat yang tinggi India memiliki peringkat ke-87 China ke-69 Thailand ke-49

Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2 (WEF 2013)

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 29: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Persebaran infrastruktur sangat berhubungan dengan sumber daya manusia khususnya

para usia produktif yang harus memiliki kompetensi dan kualitas dalam bersaing di dunia

usaha dan dunia kerja Pengamat dan Peneliti bidang ekonomi dari INDEF memandang

Infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa

penciptaan lapangan kerja peningkatan daya saing pemerataan pembangunan peningkatan

konektivitas antar daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi (Hartati 2012) Kualitas

sumber daya manusia juga akan menjadi baik apabila mendapatkan fasilitas atau infrastruktur

seperti sekolah rumah sakit listrik dan air bersih secara mudah dan terjangkau Seperti

tersedianya sekolah yang akan membentuk kualitas manusia yang intelektual dan

berpendidikan yang memiliki kemampuan skill maupun softskill secara langsung ataupun

tidak langsung Dalam pembagiannya infrastruktur dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1 Infrastruktur keras

Meliputi jalan raya dan kereta api bandara dermaga pelabuhan dan saluran irigasi

2 Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Seperti ketersediaan air bersih instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur

pasokan listrik jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi

mulai dari minyak bumi biodesel dan gas berikut pipa distribusinya

3 Infrastruktur lunak (soft infrastructure)

Institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja)

norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dimodifikasikan menjadi peraturan

hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan

oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah

Berdasarkan 3 jenis infrastruktur negara Indonesia belum dapat melakukan

persebaran secara merata Infrastruktur keras seperti jalan raya kereta api dan bandara hanya

diprioritaskan di pulau jawa dan kota kota besar di Indonesia Pada infrastruktur keras non-

fisik pasokan listrik air jaringan telekomunikasi belum dapat menjangkau daerah daerah

pelosok dimana listrik dan air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-

hari Sedangkan untuk Infrastruktur lunak seperti institusi juga dirasa belum memberikan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia Kondisi persebaran infrastruktur di Indonesia juga terjadi

kesenjangan Pembangunan infrastruktur terlalu terpusat di pulau Jawa sehingga pemerintah

terkesan meng-anakemaskan Pulau Jawa dalam pengembangan wilayah padahal pulau Jawa

hanyalah sekitar 7 persen dari keseluruhan luas Indonesia sehingga yang memiliki daya saing

hanyalah wilayah-wilayah yang ada di Pulau Jawa

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 30: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

Tabel xx Jumlah persebaran SD dan SMP di Indonesia Tahun 2012

Sumber (Kemdikbud 2012)

Berdasarkan table diatas dapat dilihat persebaran infrastruktur dalam sektor

pendidikan yaitu SD dan SMP mengelompok hanya pada kota kota besar seperti Jakarta

Sumatera Utara Jawa barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah Indonesia bagian barat

jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di Indonesia bagian timur seperti Gorontalo

Papua Papua Barat hanya mempunyai tidak lebih dari 1000 sekolah dasar tepatnya 916

begitu pula untuk jenjang SMP yang hanya mencapai 521 sekolah Persebaran infrastruktur

seharusnya dapat tersebar secara merata sesuai dengan perhitungan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang tinggal di suatu kota ataupun daerah

Kurangnya perhatian pemerintah dalam upaya persebaran infrastruktur berdampak

pada masyarakat Tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan akan membuat

distribusi kebutuhan makanan sulit didapat dimana kualitas manusia didukung juga oleh gizi

dan nutrisi yang baik Di lain sisi pada sektor pendidikan dan kesehatan pemerintah kurang

melakukan persebaran terlihat dari kuantitas atau jumlah sekolah yang ada di setiap provinsi

Masalah infrastruktur di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan sehingga perlunya

pembenahan dan penambahan yang sangat panjang Kasus yang paling terlihat adalah

persebaran infrastruktur yang tidak merata antara di Pulau Jawa dengan wilayah-wilayah yang

ada di luar Pulau Jawa Hal tersebut seharusnya bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintah

yang harus meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur di tiap wilayah di

Indonesia sehingga kedepannya daya saing wilayah tidak hanya terpusat di Pulau Jawa yang

diharapkan para usia produktif di Indonesia kedepannya bisa meningkatkan daya saing

Indonesia khususnya di tingkat Dunia karena infrastruktur merupakan salah satu faktor utama

untuk menopang gerak perkembangan sektor-sektor lainnya (Khuda 2013)

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 31: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

BAB IV

PENUTUP

41 Kesimpulan

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 mendatang Bonus

demografi ditandai dengan meningkatnya usia produktif dan menurunnya dependency ratio menurun

Bonus demografi tersebut merupakan salah satu fenomena dari masalah kependudukan

Kependudukan merupakan aspek yang ada dalam perencanaan wilayah dan kota Sebab penduduk

sebagai objek dari pembangunan nasional Namun Indonesia cenderung memiliki sikap tidak siap

dalam menghadapi bonus demografi Hal tersebut dinilai dari beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi diantaranya

1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Rendah

Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indonesia yang rendah dimana IPM mencakup 3 indikator utama yaitu

- Tingkat pendidikan

- Tingkat kesehatan

- Softskill yang rendah

Jika IPM suatu negara itu rendah dipastikan indikator pendukungnya juga rendah Sama

halnya yang terjadi di Indonesia Tiga indikator tersebut yang dimiliki Indonesia masih

rendah Hal itu yang menyebabkan IPM Indonesia masuk ke dalam urutan 108 dunia menurut

UNDP lebih rendah dari Malaysia yang berhasil mencapai peringkat 30

2 Lemahnya Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan

Lemahnya peran pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dapat dinilai dari ketersediaan

lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur yang belum merata

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi

peningkatan yang signifikan di setiap indikator setiap tahunnya Sehingga sulit tercapainya target

MDGs (Millenium Development Goals)

42 Saran

Dalam menghadapi bonus demografi Indonesia seharusnya lebih mengencarkan upaya

peningkatan indeks pembangunan manusia agar kualitas sumber daya meningkat Hal itu dapat

diwujudkan melalui peningkatan tingkat pendidikan kesehatan dan keterampilan sumber daya

manusia Peran pemerintah juga diperlukan untuk mendukung sepenuhnya dalam peningkatan SDM

melalui penyediaan lapangan perkerjaan yang sebanding dengan angkatan kerja dan pemerataan

infrastruktur penunjang peningkatan SDM

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 32: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

DAFTAR PUSTAKA

Anindita Y (Tanpa Tahun) Model Analisis Kependudukan Dalamperencanaan Lingkungan dalam

httpwwwacademiaedu3805234MODEL_ANALISIS_KEPENDUDUKAN_DALAM_PE

RENCANAAN_LINGKUNGANDaerah_II_Daerah_I_Daerah_Perkotaan_Daerah_III_Pedes

aan diakses pada 4 Juli 2015

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan

Dasar dalam httpwwwriskesdaslitbangdepkesgoiddownloadTabelRiskesdas2010pdf

diakses pada 4 Juli 2015

Bappenas(2013) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 dalam

httpwwwbappenasgoidfiles541391484109Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-

2035pdf diakses pada 4 Juli 2015

BPS (2015) Konsep Indeks Pembangunan Manusia dalam

httpwwwbpsgoidSubjekviewid26subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1 diakses

pada 4 Juli 2015

BPS (Tanpa Angka) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 - 2014) dalam httpwwwbpsgoidlinkTabelStatisviewid970 diakses pada 6

Juli 2015

Dwiwahyuni Ana (Tanpa tahun) Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam

httpblogumyacidanadwiwahyunipendidikanpenyebab-rendahnya-kualitas- pendidikan di-

indonesia Diakses pada tanggal 4 Juli 2015

Ekspres Ambon (2015) Pendidikan Pemuda dan Bonus Demografi dalam

httpamboneksprescom20150508pendidikan-pemuda-dan-bonus-demografi Diakses

pada tanggal 3 Juli 2015

Kementrian Kesehatan RI (2014) Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu dalam

httpwwwdepkesgoidresourcesdownloadpusdatininfodatininfodatin-ibupdf diakses

pada 4 Juli 2015

Khamelia 2015 ldquoKepala BKKBN RI Kunjungan Kerja ke Babelrdquo dalam

httpbangkatribunnewscom20150614kepala-bkkbn-ri-kunjungan-kerja-ke-babel diakses

pada 4 Juli 2015

Purnomo Bambang 2013 ldquoPenguasaan Iptek Bangsa Indonesia Masih Rendahrdquo dalam

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015

Page 33: KELOMPOK 4 KEPENDUDUKAN TUBES

httpwwwsuaramerdekacomv1indexphpreadnews20131121180397Penguasaa-Iptek-

Bangsa-Indonesia-Masih-Rendah- Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

RuslanK 2015rdquo Memetik Bonus Demografirdquo dalam httpwwwkompasianacomkadirsajamemetik

bonus demografi_54f33bc17455137a2b6c6cd8 diakses pada 6 Juli 2015

Stalker P (2008) Millennium Development Goals dalam

httpwwwidundporgcontentdamindonesiadocsMDGLet20Speak20Out20for20

MDGs20-20IDpdf

Tanpa Nama Tanpa Tahun ldquoUnsur Fisik Wilayah Indonesiardquo dalam httpgeniussmpn1-

mglschidfilephp1ANIMASIekonomi20dan20SosialUnsur20Fisik20Wilayah2

0Indonesiaindexhtml diakses pada 5 Juli 2015

Tanpa Nama 2015 ldquoBonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEANrdquo dalam

httpwwwjpnncomread20150618310295Bonus-Demografi-sebagai-Potensi-Indonesia-

di-ASEAN diakses pada 4 Juli 2015

UNDP (2014) Table 2 Human Development Index trends 1980-2013 dalam

httphdrundporgencontenttable-2-human-development-index-trends-1980-2013

UNDP (2014) Life expectancy at birth (years) Retrieved from httphdrundporgen69206

UNDP (2014) Maternal mortality ratio (deaths per 100000 live births) dalam

httphdrundporgencontentmaternal-mortality-ratio-deaths-100000-live-births

UNICEF (2014) Trends In Estimates Of Maternal Mortality Ratio (MMR Maternal Deaths Per 100

000 Live Births) By 5-Year Intervals 1990-2013 By Country dalam

httpdatauniceforgmaternal-healthmaternal-mortalitysthash6KkcLlgndpuf

World Bank Group (2014) Menciptakan Lapangan Kerja dalam

httpsiteresourcesworldbankorgINTINDONESIAResourcesPublication28001611061303

05439617331-1110769011447810296-1110769073153creatingjobpdf diunduh Sabtu 4

Juli 2015