tugas akhir evaluasi program dedy fahroni 7816120871
DESCRIPTION
Tugas KuliahTRANSCRIPT
1
EVALUASI PROGRAM KERJA PENGAWAS SMP/SMA/SMK DI KABUPATEN KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT
(Goal Oriented Approach By Ralph Winfred Tyler)
DEDY FAHRONI Nomor Registrasi : 7816120871
Proposal Penelitian yang Ditulis untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Evaluasi Program
Dosen Pengampu : Dr. WARDANI RAHAYU, M. Si.
PRODI PENELITIAN DAN EVALUASIPENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2013
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayahNya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan proposal tesis
yang berjudul: Evaluasi Program kerja Pengawas SMP/SMA/SMK Di kabupaten
Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.
Proposal ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas akhir pada mata kuliah:
Evaluasi Program pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal tesis ini dapat
diselesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu terima kasih
yang sangat mendalam disampaikan kepada: Dr. Wardani Rahayu, M. Si. Selaku
dosen pengampu matakuliah Evaluasi Program yang telah memberikan tugas ini,
pihak perpustakaan Universitas Negeri Jakarta sebagai tempat bagi penulis
mencari sumber/bahan tulisan, dan rekan-rekan mahasiswa kelas kerjasama
program Kepengawasan P2TK Dikmen yang selalu bersama-sama saling
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini.
Penulis menyadari proposal tesis ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
untuk itu kiritik, saran dan masukan sangat diharapkan penulis sebagai bahan
perbaikan nanti. Selanjutnya besar harapan penulis kelak agar proposal ini dapat
menjadi bahan penelitian penulis guna memenuhi tugas akhir untuk memperoleh
gelar magister pendidikan.
Jakarta, Juni 2013
Penulis,
Dedy Fahroni
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... … i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTA TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 8
C. Rumusan Masalah................................................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Evaluasi Program ....................................................................... 11
1. Evaluasi .............................................................................................. 11
2. Evalusi Program ................................................................................. 15
B. Konsep Program yang Diteliti .................................................................. 17
1. Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas .............................................. 17
2. Kewenangan Pengawas ...................................................................... 21
3. Pengertian Supervisi dan Pengawasan ............................................... 22
4. Fungsi Supervisi Pendidikan ................................................................ 25
5. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan .......................................... 26
6. Struktur Organisasi ............................................................................. 27
iii
7. Program Kepengawasan .................................................................... 29
C. Model Evaluasi Program.......................................................................... 29
D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 33
E. Kriteria Evaluasi ...................................................................................... 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 40
C. Pendekatan, Metode, dan Desain Model Penelitian................................. 41
D. Instrumen Penelitian ................................................................................ 47
1. Kisi-kisi Instrumen .............................................................................. 47
2. Validasi Instrumen ............................................................................... 50
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 53
1. Wawancara ....................................................................................... 53
2. Kuesioner .......................................................................................... 54
3. Studi Dokumentasi ............................................................................ 54
4. Observasi .......................................................................................... 55
F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 55
1. Reduksi Data ...................................................................................... 57
2. Display Data ....................................................................................... 57
3. Menafsirkan Data ............................................................................... 57
4. Menyimpulkan dan Verifikasi Data ..................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Pengawas Dilingkungan Dinas Pendidikan Kab. Ketapang Prov. Kalimantan Barat ............................... 5
Tabel 2.1. Kriteria Keberhasilan Program ..................................................... 36
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ....................................................... 48
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Berdasarkan Butir Evaluasi Program Pengawas SMP/SMA/SMK Dilingkungan Dinas Pendidikan
Kabupaten Ketapang ............................................................ 49
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kab. Ketapang ............. … 28
Gambar 3.1. Desain Penelitian Evaluasi programPengawas…............. ......... 43
Gambar 3.2. Bagan Analisis Data ................................................................ … 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sistematis dan terencana yang
dilakukan untuk menyiapkan generasi muda yang mampu berkompetisi
dimasa yang akan datang. Kualitas penyelenggaraan pendidikan secara
langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kualitas lulusan artinya
kualitas genarasi muda yang akan datang.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk
melaksanakan proses pendidikan yang berkualitas. Kualitas sebuah
sekolah akan dipengaruhi bagaimana sekolah itu dikelola. Pemerintah
selaku pemegang regulasi pendidikan di Indonesia selalu berupaya untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah. Upaya pemerintah tersebut
dibuktikan dengan ditetapkannya Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh berbagai komponen
seperti profesionalitas guru, penyebaran guru, kurikulum, sarana daan
prasarana yang memadai, suasana Proses Belajar Mengajar (PBM) yang
kondusif serta yang paling penting dukungan dari pemeritah melalui Dinas
Pendidikan. Untuk mendorong mutu guru dan kualitas sekolah, di Dinas
2
Pendidikan terdapat kelompok fungsional yang bertugas melakukan
sepervisi ke sekolah yakni kelompok Pengawas Sekolah.
Sebutan pengawas sekolah mungkin sudah tidak asing lagi di
lingkungan pendidikan. Guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, laboran,
tenaga pustakawan sekolah bahkan peserta didik sudah tahu dan
mengenal sosok pengawas sekolah. Mereka mempersepsikan seorang
pengawas adalah soerang pejabat dinas pendidikan yang datang
berkunjung ke sekolah untuk beretemu dengan kepala sekolah atau guru
sambil bertanya atau memeriksa berbagai hal mengenai penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, seperti PBM, administrasi sekolah, kurikulum,
kesiswaan,penilaian, dan lain sebagainya.
Pengawas memiliki tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang
strategis dalam mengembangkan sekolah, pengawas berperan dalam
pengawasan akademik dan pengawasan manjerial pada satuan
pendidikan1,
Dari ungkapan tersebut dapat diartikan bahwa seorang pengawas wajib
melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manejerial.
Pengawasan akademik adalah bantuan profesional/keahlian kepada guru
agar guru tersebut dapat mempertinggi kualitas pembelajaran dalam mata
pelajaran yang diampunya, sedangkan pengawasan manajerial adalah
bantuan professional/keahlian kepada kepala sekolah dan staf sekolah
dalam rangka mempertinggi kualitas pengelolaan dan administrasi sekolah.
1 Nana Sudjana, Pengawas dan Kepengawasan (Jakarta: Bina Mitra Publisisting,2012), h.16
3
Berat dan besarnya tugas seorang pengawas pendidikan menuntut
kemampuan dan kompetensi pengawas yang memadai, seorang pengawas
mesti mengetahui tentang administrasi sekolah, menguasi teknik sepervisi
dan memeiliki leadership. Kunjungan yang dilakukan oleh seorang
pengawas sekolah bukan lagi untuk mencari-cari kesalahan tapi untuk
memberikan masukan dan pembinaan baik kepada guru maupun kepala
sekolah guna meningkatkan mutu sekolah tersebut.
Pengawas sekolah yang berwawasan luas, mampu memberikan
solusi terhadap masalah yang dihadapi sekolah, berwibawa, pandai
membina hubungan baik dengan guru dan staf sekolah serta selalu
menempatkan diri sebagai nara sumber dalam pendidikan dan
pembelajaran, kehadirannya sangat dinanti-nantikan. Namun sebaliknya
pengawas sekolah yang datang hanya sekedar bertamu dan sekekali
bertanya dan melihat-lihat administrasi sekolah lantas pulang kehadirannya
sangat tidak diharapkan, karena pihak sekolah merasa tidak mendapatkan
apa-apa dari kehadiran pengawas tersebut.
Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dalam
jabatan fungsional denga tugas melaksanakan pengawasan
disekolah2.Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut pengawas sekolah
harus menguasai kompetensi tersendiri yang berbeda dengan kompetensi
guru dan kepala sekolah.
2 Permendiknas No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
4
Pengawas sekolah selain menjadi perpanjangan tangan pemerintah
di sekolah, juga sebagai pengontrol proses belajar di sekolah guna
mengetahui titik lemah pelaksanaan program pendidikan. Oleh karena itu
komitmen pemerintah dan kepala daerah dalam perekrutan seorang
pengawas perlu menjadi perhatian, dalam perekrutan mestinya
memperhatikan kompetensi dan persayaratan akademik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007
tentang standar pengawas sekolah/madrasah menyatakan idealnya
seorang pengawas harus memiliki enam kompetensi yakni : kompetensi
kepribadian, kompetensi sepervisi manajerial, kompetensi sepervisi
akademik, kompetensi evaluasi pendidikan dan kompetensi penelitian dan
pengembangan.
Pengawas memiliki tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang
strategis dalam mengemban pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana
tertuang dalam Permendiknas diatas dijelaskan bahwa tugas pokok dan
fungsi pengawas adalah melaksanakan penilaian dan pembinaan, subjek
yang dinilai adalah teknis administrasi pendidikan. Adapun tanggung
jawabnya adalah melaksanakan pengawasan penyelenggaraan
pendidikan, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar/bimbingan dan
hasil prestasi belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Pengawasan yang dilakukan bertujuan untuk membina, memantau
menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan
penyelenggaraan pendidikan. Adapun sasaran pengawasan adalah kepala
5
sekolah, guru mata pelajaran, guru BK, staf tata usaha guna memperbaiki
mutu, selain itu untuk membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas
termasuk didalamnya pengadaan fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan
pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak terkait.
Kenyataan yang ditemui di berbagai daerah, harapan tentang
seorang pengawas yang ideal sangat berbanding terbalik, posisi pengawas
banyak diisi oleh orang-orang yang sudah sepuh, dikarenakan sudah dua
atau tiga periode manjadi kepala sekolah, bahkan posisi pengawas juga tak
jarang diisi oleh orang-orang dari jabatan struktural yang sudah saatnya
pensiun namun di perpanjang dengan diangkat menjadi pengawas serta
yang paling parah posisi pengawas diisi oleh kepala sekolah atau guru yang
bermasalah. Kondisi ini makin menegaskan bahwa posisi pengawas hanya
sebagai tempat bagi orang-orang buangan, mereka diangkat menjadi
pengawas sekolah bukan karena prestasinya tetapi justru sebaliknya3.
Dilingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang Provinsi
Kalimantan Barat, terdapat sebelas orang pengawas SMP/SMA/SMK yang
terdiri dari; satu orang koordinator pengawas dan sepuluh orang pengawas
SMP/SMA/SMK yang melakukan tugas kepangawasan dari jenjang SMP/
SMA/SMK pada 108 SMP, 29 SMA dan 10 SMK yang tersebar di 23
Kecamatan. Untuk lebih rinci data pengawas dapat dilihat dalam table
belikut:
3 Nana Sudjana , op cit., h. 3.
6
Table 1.1: Data Pengawas Dilingkungan Dinas Pendidikan Kab. Ketapang
Prov. Kalimantan Barat4
No Gol III (Umur) Gol IV (Umur)
Jumlah < 50 51s/d55 55s/d60 < 50 51s/d55 55s/d60
1 - - - 3 4 4 11
Dari hasil suvei dan wawancara ringan bebas yang dilakukan penulis
di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang dan beberapa kepala
sekolah, ditemukan beberapa hal permasalahan kepengawasan yang jauh
dari harapan antara lain; Banyak pengawas belum melakukan tugas
sepervisi kesekolah dan kunjungan kelas yang ditunjukkan dengan
minimnya kunjungan para pengawas tersebut ke sekolah-sekolah yang
menjadi binaannya.
Minimnya kunjungan tersebut berdampak pada minim pula kegiatan
sepervisi yang dilakukan baik sepervisi akademik maupun sepervisi
manjerial. Dalam pelaksanaan sepervisi manajerial akhirnya bukan para
pengawas yang turun ke sekolah-sekolah namun yang sering terjadi adalah
kepala sekolah yang turun ke dinas pendidikan untuk sekedar bertanya atau
meminta masukan dari pengawas.
Pelaksanaan sepervisi akademik lebih parah lagi, minimnya
kunjungan membuat para pengawas terkadang tidak sempat untuk
melakukan sepervisi akademik kepada guru-guru kalupun mereka turun ke
4 Data Kepegawaian Diknas KabupAten Ketapang Tahun 2012
7
sekolah waktu hanya cukup untuk memerikasa hal-hal administratif di
sekolah saja sehingga para guru jauh sekali dari pembinaan akademik.
Selain itu, di pihak sekolah, khususnya kepala sekolah masih banyak
yang memberikan sambutan atau sikap yang berlebihan terhadap
kehadiran pengawas, padahal pengawas adalah mitra kerja bukanlah
atasan. Sambutan dan sikap yang berlebihan tersebut tak jarang membuat
pengawas lupa bahwa kedatangan mereka untuk memberikan masukan
dan bantuan bukan hanya sekedar memeriksa dan menyalahkan.
Atas dasar beberapa permasalahan tersebut membuat peneliti
tertarik untuk melakukan sebuah penelitian Evaluasi Program Kerja
Pengawas SMP/SMA/SMK di kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan
Barat. Guna pembahasan dapat dilakukan secara detail maka peneliti
melakukan penelitian evaluativ model Goal Oriented pada pengawas
SMP/SMA/SMK di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat dengan
menggunakan model penelitian Goal Oriented Approach By Ralph Winfred
Tyler.
B. Fokus Penelitian
Guna mendapatkan temuan yang mendalam maka penelitian
evaluasi ini perlu pembatasan. Fokus utama penelitian evaluasi ini adalah
ketercapaian tujuan program kegiatan Pengawas di Lingkungan Dinas
8
Pendidikan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Luas dan
banyaknya permasalahan yang harus dievaluasi dalam pelaksanaan
kegiatan hanya pada persoaalan ketercapaian tujuan program dalam
pelaksanaan kegiatan pengawasan manajerial dan akademik sesuai
wilayah kerja masing-masing pengawas.
C. Rumusan Masalah
Penelitian ini diarahkan pada evaluasi yang berorientasi pada
ketercapaian tujuan. Secara umum masalah penelitian ini adalah: Apakah
program pelaksanaan kegiatan kepengawasan SMP/SMA/SMK di
lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang berorientasi
ketercapaian tujuan? Secara khusus rumusan masalah dapat ditentukan
sebagai berikut:
1. Bagaimana perekrutan pengawas SMP/SMA/SMK?
2. Bagaimana ketersediaan sarana prasarana yang menunjang
kelancaran tugas pengawas?
3. Bagaimana kemampuan pengawas dala menyusun program
pengawasan?
4. Bagaimana kemampuan pengawas melakukan pembinaan dan
pemantauan terhadap penyenggaraan pendidikan di SMP/SMA/SMK?
5. Bagaimana pengawas menyusun laporan kegiatan pengawasan?
6. Bagaimana hasil pengawasan yang dilakukan oleh pengawas?
9
D. Kegunaan Penelitian
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
evaluasi pelaksanaan program kerja pengawas dilingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Ketapang sehingga dapat dijadikan acuan guna
peningkatan kualitas kepengawasan. Secara khusus penelitian ini juga
diharapah memberikan dampak baik bagi Dinas Pendidikan, Koordinator
Pengawas dan Pengawas.
1. Bagi Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
intropeksi bagi dinas pendidikan untuk memperbaiki kekurangan dan
kelemahan dalam pelaksanaan efektifitas kinerja pengawas, sehingga
dinas pendidikan dapat menentukan garis kebijakan yang tepat untuk
mendorong kinerja pengawas yang berujung pada meningkatnya
kualitas pendidikan.
2. Bagi Koordinator Pengawas
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi koordinator pengawas
dalam menyusun program kinerja pengawas secara umum dan
mendorong jajaran pengawas untuk melakukan evaluasi dan
meningkatkan kualitas kepengawasan.
3. Bagi Pengawas
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahas masukan dan evaluasi bagi
pengawas dalam menyusun program pengawasan kepada guru dan ke
10
sekolah yang menjadi binaannya baik program sepervisi akademik dan
supervisi manajerial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Evaluasi Program
11
1. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.5
Selanjutnya Stufflebeam dan Shinkfield mendefinisikan evaluasi bahwa
evaluation is a process for giving attestation on such matters as reliability,
effectiveness, cost-effectiveness, efficiency, safety, ease of use, and
probity.6
Dari definisi tersebut, diketahui bahwa evaluasi merupakan proses
pemberian informasi, dimana informasi yang diberikan tersebut harus
andal, efektif, efektivitas biaya, efisien, aman, berguna, dan jujur.
Selanjutnya, disebutkan pula oleh Stufflebeam dan Shinkfield bahwa:
evaluation is a systematic investigation of some object’s value. Operationally, evaluation is the process of delineating, obtaining, reporting, and applying descriptive and judgmental information about some object’s merit, worth, significance, and probity in order to guide decision making, support accountability, disseminate effective practice, and increase understanding of the involved phenomena.7
Dari beberapa definisi di atas dapat maknai bahwa evaluasi
merupakan penyelidikan secara sistematis dari beberapa objek. Secara
operasional, evaluasi juga merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, pelaporan, dan menerapkan informasi deskriptif dan evaluatif
5 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 2.
6 Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield, Evaluation Theory, Models, & Applications (San Francisco: Jossey-Bass, 2007), h. 4.
7 Ibid., h. 326.
11
12
tentang manfaat beberapa obyek, nilai, makna, dan kejujuran untuk
memandu pengambilan keputusan, akuntabilitas, dukungan, menyebarkan
praktek-praktek efektif, dan meningkatkan pemahaman tentang fenomena.
Dalam kegiatan pembelajaran, evaluasi adalah mengumpulkan,
menganalisis, dan mengiterpretasikan informasi mengenai setiap aspek
dari program pendidikan yang sedang dijalankan sebagai bagian dari
sebuah proses pengenalan untuk memutuskan apakah kegiatan belajar-
mengajar berjalan dengan efektif, efisien, atau outcomes sesuai dengan
yang diinginkan.8
Kemudian menurut Scheerens, definisi evaluasi bidang pendidikan
adalah educational evaluation is judging the value of educational objects on
the basis of systematic information gathering in order to support decision
making and learning.9
Dari definisi ini, dapat diketahui bahwa evaluasi bidang pendidikan
adalah penilaian mengenai nilai dari objek bidang pendidikan atas dasar
pengumpulan informasi sistematis untuk pembuatan keputusan untuk
mendukung pembelajaran. Lebih lanjut Scheerens mengatakan bahwa
apapun bentuk evaluasi terdiri dari pengumpulan informasi yang sistematis
dan pembuatan keputusan atas dasar informasi ini (all forms of evaluation
8 Chosmin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), h. 25. 9 Jaap Scheerens, Gees Glas, dan Sally M. Thomas, Educational Evaluation,
Assessment, and Monitoring: A Systemic Aproach (Lisse: Swets & Zeitlinger B. V., 2003), h. 318.
13
consist of systematic information gathering and making some kind of
judgment on the basis of this information).10
Evaluasi merupakan suatu komponen yang mendasar dalam
pelaksanaan layanan profesional, oleh karena itu, seorang pakar evaluasi
yang berasal dari Australia, Owen menyatakan bahwa:
Evaluation should be seen as a process of knowledge production, which rests on the use of rigorous empirical enquiry. Evaluation will be worth the investment of time and money if the knowledge produced is reliable, responsive to the needs of policy and program stakeholders, and can be applied by these stakeholders.11
Owen memandang bahwa evaluasi itu merupakan proses hasil
pengetahuan, yang dilaksanakan dengan metode yang empiris. Evaluasi
akan sebanding dengan investasi waktu dan uang, jika hasil pengetahuan
dapat diandalkan, sesuai dengan kebutuhan stakeholders serta dapat
diterapkan.
Lebih jauh dari itu, Gronlund yang dikutip Djaali dan Muljono,
menguraikan, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan
program telah tercapai.12 Senada dengan di atas, Djaali dan Pudji Mulyono
berpendapat bahwa evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses menilai
sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang
10 Scheerens, Glas, dan Thomas, ibid., h. 2. 11 John M. Owen, Program Evaluation: Forms and Approaches (Sydney: Allen and Unwin,
2006), h. 1. 12 Norman E. Gronlund and Robert L. Linn “Measurement and Evaluation in Teaching”
dikutip tidak langsung oleh Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 1.
14
selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang
dievaluasi.13
Kemudian pengertian evaluasi yang lebih luas telah diidentifikasi
oleh Gardner, yang membagi definisi evaluasi kedalam 5 (lima) bagian,
sebagai berikut:
(1) evaluasi sebagai pengukuran (evaluation as measurement), (2) evaluasi sebagai pertimbangan professional (evaluation as professional judgment), (3) evaluasi sebagai analisis kesesuaian antara kinerja dan tujuan atau sasaran atau standar kinerja (evaluation as the assessment of congruence between performance and objectives or standards of performance), (4) evaluasi berorientasi kepada keputusan (decision making), dan (5) evaluasi responsive/ bebas tujuan (goal-free/responsive evaluation).14
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar tersebut
di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses
pengumpulan informasi yang sistematis dengan mengacu pada kriteria atau
standar untuk memberi keputusan.
2. Evaluasi Program
Evaluasi program adalah salah suatu kegiatan untuk memperoleh
gambaran tentang suatu objek yang dilakukan secara terencana, sistematis
dengan arah dan tujuan yang jelas. Definisi evaluasi program cukup banyak
13 Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta: Grasindo,
2008), ibid., h. 1. 14 Don E. Gardner, “Five Evaluation Frameworks: Implications for Decision Making in
Higher Education,” The Journal of Higher Education, Vol. 48, No. 5 (1977), http://www.jstor.org/action/ (diakses 10 Januari 2012).
15
ragam dan orientasinya. Berikut diuraikan beberapa pengertian evaluasi
program.
A program is a set of specific activities designed for an intended
purpose, with quantifiable goals and objectives.15 Definisi ini menyatakan
bahwa program adalah serangkaian kegiatan yang khusus dirancang untuk
tujuan tertentu, dengan tujuan kuantitatif dan objektif.
Menurut Bastian, evaluasi program adalah pengumpulan informasi
secara hati-hati mengenai suatu program atau beberapa aspek program
untuk membuat keputusan mengenai program.16 Informasi yang diberikan
tersebut memiliki tujuan tententu seperti dikatakan oleh Gibney et al.,
bahwa tujuan khusus dalam evaluasi program adalah memberikan
informasi yang dapat digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan
umum dan jika tidak, mengapa hal tersebut terjadi, jika tercapai dalam
kondisi yang bagaimana atau dengan biaya berapa.17
Secara umum evaluasi program (program evaluation) berbeda
dengan penelitian (research), sebagaimana definisi dari Spaulding bahwa
program evaluation is conducted for decision-making purposes, whereas
research is intended to build our general understanding and knowledge of
a particular topic and to inform practice.18 Disini dapat diperoleh informasi
15 Dean T. Spaulding, Program Evaluation in Practice: Core Consepts and Examples for
Discussion and Analysis (San Francisco: Joseey Wiley & Sons, Inc., 2008), h. 5. 16 Indra Bastian, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik (Yogyakarta: Penerbit Erlangga,
2007), h. 59. 17 Michael J. Gibney, et al., Gizi Kesehatan Masyarakat, terjemahan Andry Hartono
(Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC., 2005), h. 29. 18 Ibid.
16
bahwa evaluasi program dilakukan untuk keperluan pembuatan keputusan,
sedangkan penelitian bertujuan untuk membangun pemahaman umum dan
pengetahuan dari topik tertentu serta informasi praktek/terapan.
Dengan demikian, maka informasi yang dikumpulkan tersebut harus
memenuhi metode dan prinsip riset secara benar, agar pengambilan
keputusan oleh pembuat keputusan dapat dipertanggungjawabkan. Itulah
sebabnya Roberts dan Greene menyatakan bahwa evaluasi program pada
dasarnya adalah penerapan metode riset sosial ilmiah untuk mengakses
perencanaan, pelaksanaan, hasil program dan intervensi sosial. Ada
metode dan prinsip riset yang diterapkan. Ada perumusan masalah yang
dijelaskan tentang bagian mana yang akan Anda evaluasi dan bagaimana
evaluasi itu difokuskan.19 Oleh karena itu, dalam pelaksanaan evaluasi
perlu adanya standar guna untuk membandingkan dari beberapa kriteria,
seperti diutarakan oleh Stake, evaluation is the comparison of the condition
or performance of something to one or more standards.20 Dikatakan oleh
Stake bahwa evaluasi merupakan perbandingan kondisi atau kinerja dari
sesuatu dengan sebuah standar ataupun beberapa standar.
Selanjutnya, menurut Stufflebeam:
Program evaluation is the systematic collection of information about the activities, characteristics, and outcomes of programs to make judgments about the program, improve program effectiveness and/or inform decision about future programming.21
19 Albert R. Roberts and Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial, terjemahan Juda
Damanik dan Cynthia Pattiasina (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009), h. 473. 20 Robert E. Stake, Standards-Based & Responsive Evaluation (California: Sage
Publications, 2004), h. 4. 21 Stufflebeam dan Shinkfield, op. cit., h. 434.
17
Dari dari definisi ini, evaluasi program merupakan kumpulan
informasi sistematis tentang kegiatan, karakteristik, dan outcomes dari
program untuk membuat penilaian tentang program, meningkatkan
efektivitas program dan/atau menginformasikan keputusan untuk
pemrograman kedepan.
Selain dari itu, Fitzpatrick, Sanders dan Worthen mengatakan: the
definition of program evaluation take many form depending on how one
views evaluation, which in turn influences the types of evaluation activities
conducted.22 Definisi di atas menyatakan bahwa evaluasi program
tergantung bagaimana pandangan seseorang terhadap evaluasi, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi jenis kegiatan evaluasi.
B. Konsep Program Yang Diteliti
1. Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas
Pengawas sekolah sebagai salah satu kompenen penting dalam
pembinaan dan pengembangan guru, sekolah dan tenaga kependidikan
lainnnya harus menjadi garda terdepan dalam pelaksanaan program dinas
pendidikan, pengawas sekolah mesti mampu mendorong sekolah
mengaplikasikan dan menerapkan berbagai kebijakan pendidikan yang
telah dibuat pemerintah.
22 Jody L. Fitzpatrick, Blaine R. Worthen, dan James R. Sanders, Program Evaluation:
Alternative Approaches and Practical Guidelines (Boston: Person Education, 2004), h. 69.
18
Sebagai pejabat fungsional pengawas sekolah bertugas untuk
melakukan pengawasan yang meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan.23 Pengawas pada
pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan/sekolah.24
Dalam pelaksanaannya para pengawas sekolah memeliki tugas
pokok atau kewajiban melaksanakan pengawasan adakemik dan
pengawasan majerial pada satuan pendidikan.25 Hal ini berarti bahwa
seorang pengawas wajib melaksanakan tugas-tugas kepengawasan baik
kepengawasan akademik maupun kepengawasan manajerial. Pengawasan
akademik adalah bantuan profesional/keahlian yang diberikan kepada guru
dengan tujuan para guru dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukannya. Bantuan-bantuan yang diberikan sorang
pengawaas sekolah dalam supervisi akademik meliputi : Cara pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran, strategi melaksanakan pembelajaran,
penggunaan media dan alat bantu pembelajaran, cara menilai kemajuan
belajar siswa, dan hal-hal lain mengenai peningkatan kualitas
pembelajaran.
Pengawasan manajerial adalah bantuan profesional/keahlian yang
diberikan kepada kepala sekolah dan staf sekolah dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan dan administrasi sekolah. Bantuan
yang diberikan berupa: cara penyusunan perencanaan sekolah, cara
23 Nana Sudjana, op. cit., h. 16. 24 Nana Sudjada, Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah (Jakarta: Bina Mitra Publisisting,2012), h. 28. 25 Nana Sudjana, op. cit., h. 16
19
penyusunan RAPBS, cara penyusunan EDS, RKS, RKAS, cara
penyuusnan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah, penataan administrasi sekolah
dan manajemen berbasis sekolah serta hal-hal lain guna kemajuan dan
perkembagan sekolah.
Selanjutnya dalam pelaksanaan tugas kepangawasan, pengawas
sekolah berkewajiban melaksanakan pemantauan pelaksanaan delapan
standar nasional pendidikan yang dilaksanakan sekolah, yakni empat
standar yang berkenaan dengan supervisi akademik yakni : (a) standar
kompetensi lulusan, (b) standar isi, (c) standar proses, (d) standar penilian
pendidikan serta empat standar yang mengenai supervisi manajerial yaitu :
(a) standar pengelolan pendidikan, (b) standar pembiayaan pendidikan, (c)
standar pendidik dan tenaga kependidikan, (d) standar sarana dan
prasarana pendidikan.
Nana Sudjana, menyatakan untuk melaksanakan tugas pengawasan
akademik dan manjerial tersebut maka hal yang harus dilakukan seorang
pengawas adalah :
(1). menyusun pogram pengawasan baik pengawasan akademik maupun program pengawasan manajerial, (2) melaksanakan pengawasan akademik dan manjerial berdasarkan program yang telah disusun, (3) mengevaluasi pelaksanaan program pengawasan akademik dan pengawasan manajerial agar diketahui keberhasilan dan kegagalan pengawasan yang telah dilaksanakannya, (4) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pengawasan atau kita sebut pembinaan, (5) menyusun pelaporan hasil pengawasan akademik dan manajerial serta menindaklanjutinya untuk menyusun program pengawasan berikutnya.26
26 Nana Sudjana, op. cit. hh. 28-29
20
Sejalan dengan itu, Nana Sudjana menetapkan sejumlah kewajiban
pengawas sekolah antara lain :
(1) Menyusun program program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, melaksanakan evaluasi hasil pelaksanan serta membimbing dan melatih kemampuan profesional guru; (2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni; (3) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, nilai agama dan etika; dan (4) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.27 Dari tugas dan kewajibnan diatas, maka seorang pengawas sekolah
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokok dan kewajiban
sesuai beban yang ia tanggung, hal ini berarti tugas seorang pengawas
sekolah ialah tercapainya mutu pendidikan di sekolah yang dibinanya.
Meningkatnya mutu pendidikan di sebuah sekolah sebagai akibat dari
pengawasan yang dilakukan pengawas sekolah.
Mutu sebuah sekolah tidak hanya dilihat dari jumlah dan kualitas
lulusan saja, namun yang paling pokok mutu sebuah sekolah dilihat dan di
ukur dari ketercapaian pelaksanaan delapan standar nasional pendidikan,
atas dasar itu maka pengawas sekolah bertanggung jawab atas
terlaksananya delapan standar nasional pendidikan pada sekolah yang
menjadi binaannya.28
2. Kewenangan Pengawas
Sebagai orang yang bertanggung jawab atas terlaksananya delapan
standar nasional pendidikan, seorang pengawas sekolah mesti dibekali
27 Nana Sudjana, op. cit. h. 29. 28 Nana Sudjana, op. cit. h. 20.
21
dengan sebuah kewenangan, dengan kewenangan ini maka pengawas
dapat melaksanakan kegiatan atau tugas-tugasnya tanpa ragu dan takut
jika apa yang dia kerjakan tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Nana Sudjana, menyatakan kewenangan yang diberikan kepada
pengawas adalah : (1) memilih dan menentukan metode kerja; (2) menilai
kinerja guru dan kepala sekolah; (3) menentukan dan/atau mengusulkan
program pembinaan; serta (4) melakukan pembinaan.29
Pengawas sekolah mempunyai kewenangan memilih metode dan
teknik supervisi yang dianggapnya paling tepat dalam melaksanakan tugas
kepengawasan, metode kerja yang dimaksud adalah teknik-teknik
pengawasan/supervisi dan metode/teknik pelatihan/pembimbingan guru
dan kepala sekolah yang menjadi binaannya.
Penilaian kinerja guru dan penilaian kinerja kepala sekolah
memerlukan instrumen tersendiri, penilain ini dilaksanakan oleh pengawas
setiap akhir semester penilaian ini dilakukan mengugunakan instrumen
yang telah baku atau pun instrumen yang disusun oleh pengawas sekolah
dengan tetap mengacu pada instrumen yang telah ada.
Dari hasil penilaian kinerja biak penilaian kinerja guru maupun
penilaian kinerja kepala sekolah maka seorang pengawas dapat
menentukan dan/atau mengusulkan program pembinaan, setelah program
pembinaan di tentukan maka selanjutnya dilaksanakan kegiatan
pembinaan.
29 Nana Sudjana, op. cit. h. 23.
22
3. Pengertian Supervisi dan Pengawasan
Istilah sepervisi berasal dari kata “super” dan “vision” yang
mengandung pengertian melihat dengan sangat teliti sebuah pekerjaan
secara menyeluruh/keseluruhan. Secara etimologis “Supervisi” yang dialih
bahasakan dari “Supervision” artinya pengawasan. Super artinya atas,
tinggi. Vision artinya tilik, awas. Orang yang diberi tugas mengawasi
disebut supervisor.30
Supervisi adalah pengawasan yang dilakukan secara profesional,
artinya suatu pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
kelimuan, sedangkan supervisi pendidikan dimaknai sama yakni
pengawasan dalam bidang pendidikan atau kegiatan pengawasan
penyelenggaraan pendidikan.
Supervisi secara harfiah berarti pengawasan yang mengandung arti
kemampuan seseorang (supervisor) untuk melihat pelaksanaan tugas
seseorang (disupervisi) sampai inti persoalan yang dihadapinya.31 Dengan
demikian supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membatu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
tugas.
Association for Supervision and Curriculum Developmen dalam
Nana Sudjana menyatakan :
Almost All writers agree that the primary focus in educational supervision is-ang should be-the improvment of teaching and
30 Nana Sudjana, op. cit. h. 1. 31 M. Amin Tahib, Sahrul S Siregar dan Hasan M Noer, Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah Aliyah (Jakarta; Direktur Jenderal Pembinaan Madrasah dan Sekolah Umum, 2005), h. 7.
23
learning. The term instructional supervision is widely used in the literatur of embody all effort to those ends. Some writers use the term instructional supervision synonymously with general supervision.32
Dari pernyataan diatas tersirat bahwa fokus utama dalam supervisi
dalam pendidikan adalah memperbaiki proses pembelajaran atau dengan
istilah lain supervisi akademik. Dalam perkembangananya supervisi juga
menyangkut hal tata kelola penyelenggaraan pendidikan, karena proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik jika di dukung pengelolan
yang baik pula. Pengawasan yang menyangkut tata kelola atau
pengelolaan lembaga pendidikan ini disebut supervisi manajerial.
Istilah kepengawasan dimaknai dalam tiga konsep yakni (1)
inspection, (2) control, dan (3) supervision ketiga hal ini memiliki makna
masing-masing. Inspection memiliki esensi membagung legal complience,
yaitu kepatuhan pada perundang-undangan dan peraturan kelembagaan
yang mengikat. Orang yang diberi tugas melaksanakan inspeksi adalah
inspektur. Tugasnya mengawasi apa yang telah dilakukan atau dikerjakan
oleh orang yang diawasi/diperiksa. Oleh sebab itu pekerjaan seorang
inspektur cenderung melihat kekeliruan atau kesalahan pekerjaan orang
yang diperiksa. Control mempunyai esensi membangun managerial
compliance, yaitu kepatuhan pada kaidah manajerial, kebijakan,
keputusan, perencanaan dan program institusi yang telah ditetapkan.
Orang yang melaksanakan kontrol disebut pengontrol/kontroler atau
32 Nana Sudjana, op. cit. h. 1.
24
pemeriksa, tugasnya memeriksa apa yang telah dikerjakan oleh orang
yang diperiksa sesuai rencana yang telah dibuat. Supervison memiliki
esensi profesional compliance, yakni kepatuhan profesional yang diartikan
ada jaminan bahwa seorang profesional dalam melaksanakan tugasnya
didasarkan pada teori, konsep, prinsip, hasil validasi empirik, dan kaidah-
kaidah etik. Orang yang melaksanakan supervisi adalah supervisor yang
tugasnya adalah memberikan bantuan dan/atau membina orang atau staf
agar lebih profesional dalam melaksanakan pekerjaanya.33
Supervisor pendidikan dalam sistem pendidikan kita disebut
pengawas pendidikan atau pengawas sekolah atau yang biasa kita sebut
pengawas satuan pendidikan. Pengawas pendidikan juga dapat diartikan
sebagai proses kegiatan monitoring untuk menyakinkan bahwa semua
kegiatan pendidikan disatuan pendidikan terlaksana seperti yang
direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan mengoreksi dan
memperbaikinya bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan
mengganggu pencapaian tujuan.34
Mengacu pada rumusan supervisi diatas, maka pengawasan
dimaknai sebagai bantuan profesional oleh pengawas sekolah kepada
guru dan kepala sekolah yang diarahkan guna meningkatkan kinerja sesuai
dengan tugas pokok dan tangung jawab masing-masing.
33 Nana Sudjana, op. cit. hh. 2-3. 34 Nana Sudjana, op. cit. h. 4.
25
4. Fungsi Supervisi Pendidikan
Dengan melakukan supervisi setiap supervisor dapat menemukan
kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksana sesuai dengan tujuan serta dapat
memberikan keterangan dan penjelasan tentang apa yang perlu dibenahi,
apakah kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan media pembelajaran
serta tenaga pengajar termasuk kepala sekolah yang memimpin dan
mengelola suatu satuan pendidikan.
Menurut Sahertian bahwa fungsi utama supervisi pendidikan adalah
ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran yang
meliputi mengkoordinasi semua usaha sekolah melengkapi kepemimpinan
kepala sekolah memperluas pengalaman guru-guru menstimulasi usaha-
usaha sekolah yang kreatif, memberikan fasilitas dan memberikan penilaian
serta menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang baru pada staf serta memadukan tujuan-tujuan
pendidikan dan membentuk kemampuan mengajar guru.35
Secara umum pengawasan/supervisor berfungsi sebagai
memperbaiki dan peningkatan kualitas pendidikan dengan demikan segala
aktifitas sekolah yang berkaitan dengan upaya memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan menjadi bidang garapan pengawasan.36
35 Zainal Aqib, dan Etham Rohmanto. Membangun Profesional Guru dan Pengawas Sekolah (Jakarta: Yrama Widya 2004). h. 193. 36 Engkowara, dan Komariah, op.cit. h 225.
26
5. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi berkaitan erat dengan tujuan pendidikan disekolah
sebab pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka membantu pihak sekolah
agar dapat melaksanakan tugasnya lebih baik sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai optimal.
Sesuai dengan pedoman pelaksanaan supervisi pendidikan, tujuan
supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar
mengajar secara total.37
Menurut Muslim tujuan supervisi adalah. (1) membantu guru dalam
mengembangkan proses kegiatan bejar mengajar. (2) membantu guru
dalam menterjemahkan dan mengembangkan kurikulum dalam proses
belajar mengajar dan (3) membantu sekolah (guru) dalam mengembangkan
staf.38
Senada dengan muslim Engkoswara dan Komanah mengemukakan
bahwa tujuan pengawasan adalah untuk. (1) membuat pihak yang diawasi
merasa terbantu sehingga dapat mencapai visi dan misinya lebih efektif dan
efisien. (2) menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan
akuntabilitas. (3) menimbulkan suasana saling percaya di dalam dan di luar
lingkungan organisasi dan (5) meningkatkan kelancaran operasi organisasi
serta mendorong terwujudnya good govermance39.
37 Departemen Agama. Dirjen Pendis. Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan (Jakarta Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum 2010) h. 11. 38 Muslim, op. cit. h. 42 39 Engkoswara dan Komariah, op. cit. h. 19.
27
Di samping tujuan supervisi pendidikan diarahkan pada dua sasaran
pokok yaitu supervisi terhadap kegitan teknis edukatif dan teknis
administratif40. Supervisi teknis edukatif meliputi kurikulum proses belajar
mengajar dan evaluasi penilaian. Sedangkan supervisi teknis administratif
meliputi administrasi personal, administrasi material, administrasi
keuangan, administrasi laboraturium, perpustakaan sekolah dan lain-lain.
6. Struktur Organisasi
Pengawas SMP/SMA/SMK sebagai bagian dari dinas pendidikan
tergabung dalam struktur kerja Dinas Pendidikan itu sendiri, struktur
organisasi ini menggambarkan dimana posisi seorang pengawas, dengn
pihak-pihak mana saja dia bekerja dan kepad siapa dia bertanggung jawab
atau mempertanggung jawabkan pekerjaannya.
Selain itu melalui struktur oprganisasi ini juga diharapkan dapat
mengoptimalkan koordinasi para pengawas dalam menterjemahkan
kebijakan-kebijakan pendidikan yang terus berkembang dan dinamis.
Adapun struktur organisasi pengawas dapat dilihat pada gambar 2.1 di
bawah ini.
40 Departemen Agama. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. op. cit. h 3
28
Gambar 2.1. Struktur Organisasi
Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang
Dari struktur tersebut dapat dijelaskan bahwa atasan langsung
pengawas adalah kepala dinas pendidikan sedangkan para kabid dan
jajaran dibawahnya adalah mitra pengawas dalam melaksanakan
tugasnya.
Kepala Dinas
Pendidikan
Koordinator
Pengawas/Korwas
Sekretaris Dinas
Dewan Pendidikan
Pengawas
SMP/SMA/SMK
Kepala Bidang
Kepala Seksi
Sekolah
29
7. Program Kepengawasan
Setiap pengawas SMP/SMA/SMK kelompok maupun individu wajib
menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri
atas. (1) penyusunan program pengawasan (2) melaksanakan pembinaan
pemantauan dan penilaian penyelenggaraan. (3) menyusun laporan
kegiatan pengawasan. (4) menyampaikan laporan kegiatan.
Adapun rencana kepengawasan dibidang akademik dan manajerial
merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan
sistematis sesuai dengan aspek kegiatan supervisi.
Program tahunan, program semester, RAK dan RKM sekurang-
kurangnya memuat aspek/masalah tujuan, indikator keberhasilan, teknik
supervisi, sekenario kegiatan, sumber daya yang diperlukan serta penilaian
dan instrumen.
Dari setiap kegiatan yang dilakasanakan masing-masing pengawas
membuat laporan kerja pengawasan yang disampaikan kepada Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten.
C. Model Evaluasi Program
Model evaluasi program merupakan desain evaluasi yang dibuat dan
dikembangkan oleh para ahli atau pakar evaluator sehingga dianggap
standar dalam mengevaluasi seluruh program. Dalam pelaksanaan
evaluasi ada banyak sekali model dan pendekatan dalam pelaksanaan
evaluasi, program yang digunakan bergantung kepada misi, kepentingan,
30
maupun orientasinya. Selain itu adapula yang disebut konsep evaluasi yang
membedakan evaluasi berdasarkan waktu pelaksanaan, kapan evaluasi
dilakukan, untuk apa evaluasi dilakukan dan acuan serta paham apa yang
dianut oleh evaluator.
Ini menunjukkan adanya perbedaan dalam pendekatan tetapi ini
tidak berarti model yang satu lebih baik dari pada model lainnya. Bahwa
dapat dikatakan bahwa tiap-tiap model mempunyai keunggulan dan
kelemahannya masing-masing.
Kaufman dan Thomas menyebutkan bahwa secara umum ada
delapan model evaluasi, yaitu :
(1) Goal Oriented Model yang dikembangkan oleh Ralph W. Tyler, (2) Goal Free Evaluation Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven, (3) Formative-Sumative Evaluation Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven, (4) Countenance Evaluation Model yang dikembangkan oleh R.E. Stake, (5) Responsive Evaluation Model yang dikembangkan oleh R.E. Stake, (6) CSE-UCLA Evaluation Model yang menekankan pada “kapan” evaluasi dilaksanakan, (7) CIPP (Context-Input-Process-Product) Evaluation Model yang dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam, dan (8) Discrepancy Model yang dikembangkan oleh Malcom M. Rovus.41
Model-model dalam evaluasi yang berkaitan dengan pengujian hasil
sebagai pencapaian tujuan-tujuan menurut Djuju Sudjana terdiri atas:
41 Roger kaufman and Susan Thomas, Evaluation Without Fear (London: New Viewpoint, 1980), h. 4.
31
1. Model Tylerian yang mencakup Model Tyler (Tyler), program, asesmen
nasional, model empat pertanyaan (Gottman dan Clasen), dan adopsi
Model Tyler dalam Pendidikan Orang Dewasa.
2. Model Evaluasi Pembelajaran, mencakup: Acuan Tujuan Pembelajaran
(Popham dan Baker), dan Evaluasi fasilitas Pembelajaran (Bloom,
Hastings dan Madaus).
3. Model Tujuan Khusus Program, mencakup: Model Kriteria
Keberhasilan (Sachman), Model Tujuan Khusus-Kegiatan dan Sumber
atau O-A-R (Objective, Activity, and Research) Model (Deniston, dkk),
Kriteria dan Tujuan Khusus (Matteson), Evaluasi Loka Terarah (Byram
dan Robertson), Model Ohio (Star, dkk), Sistem Perencanaan Program
dan Pembiayaan (PPBS), Model Variabel System seperti Model
Asosiasi pendidikan nasional atau Model NEA (Taba dan Sawin), Model
Kubus (Hammond dan Amstrong, dkk), Domain Informasi (Nelson), dan
Tipe-tipe Evaluasi (Wholey, dkk).ktu Pencapaian Tujuan Khusus, Jenis-
jenis Tujuan Khusus, dan Karakteristik
4. Kategori dan Kriteria Khusus terdiri atas: Tujuan Khusus sebagai
Sistem dan Bagian Sistem, Tingkatan dan Tahapa Waktu Pencapaian
Tujuan Khusus, Jenis-jenis Tujuan Khusus, dan Karakteristik Tujuan-
tujuan Khusus.42
42 Djuju Sujana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008). hh. 67-69.
32
Menurut Fitzpatrik, Sanders dan Worthen mengatakan the definition
of program evaluation take many from depending on how views evaluation,
which in turn influences the types of evaluation activites conducted.43
Dari berbagai pengertian evaluasi diatas, tersirat bahwa evaluasi
program merupakan suatu proses, secara eksplisit bahwa evaluasi program
mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit evaluasi
program harus membandingkan apa yang telah dicapai dari program
tersebut dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan standar atau
kriteria yang telah ditetapkan melalui prosedur sistematis. Dalam konteks
pelaksanaan program, kriteria yang dimaksud adalah kriteria keberhasilan
pelaksanaan dan hal yang dinilai adalah hasil atau prosesnya itu sendiri
dalam rangka pengambilan keputusan.
Beberapa pemikiran diatas memberikan gambaran bahwa evaluasi
sebagai alat kontrol suatu program untuk mengukur bagaimana pencapaian
tujuan program termasuk implikasinya. Hal yang umum terjadi pada
evaluasi program adalah bagaimana untuk meningkatkan (to improve)
suatu program dan bukan untuk membuktikan (to prove) suatu program.
Alur pengkajian evaluasi program dapat saja menyerupai sebuah penelitian
(research) ilmiah yang banyak dilakukan kalangan akademisi. Sejalan
dengan hal tersebut diatas, evaluasi dapat digunakan untuk memeriksa
tingkat keberhasilan program berkaitan dengan lingkungan program
43 Jody L. Fitzpatrick, James R. Sanders, dan Blaine R. Worthen, Program Evaluation (Boston: Person Education, 2004), h. 69.
33
dengan suatu pertimbangan apakah proram diteruskan, ditunda,
ditingkatkan, dikembangkan, diterima atau ditolak.
Dalam melakukan evaluasi program harus sistematis, rinci, dan
menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat. Dengan metode-
metode tertentu maka akan diperoleh data yang handal dan dapat
dipercaya. Penentuan kebijakan akan tepat apabila data yang digunakan
sebagai pertimbangan tersebut benar, akurat, dan lengkap, karena evaluasi
dapat menentukan ketercapaian sebuah program.
Dalam memahami evaluasi program dibidang pendidikan, dilakukan
sesuai dengan keputusan yang akan diambil, seperti evaluasi proses
belajar mengajar, evaluasi kurikulum, evaluasi program pembelajaran,
evaluasi mutu pendidikan, evaluasi bahan ajar, dan sebagainya. Semua
jenis evaluasi tersebut dilakukan dengan maksud agar terdeteksi hal-hal
yang menyebabkan kurang tercapainya program pendidikan yang telah
ditetapkan.44 Dengan demikian jenis evaluasi yang dilakukan tergantung
pada tujuan evaluasi dan jenis keputusan seperti apa yang akan diambil.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan kegiatan supervisi
diantaranya adalah yang dilakukan oleh Aminatul Kahir tentang Faktor
Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Supervisi Pengajaran. Ia menyatakan
bahwa (1) adanya anggapan bahwa pengertian supervisi sama denga
44 Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), h. 32.
34
“inspeksi” yang diwariskan oleh Belanda. Kerja pengawas cenderung
dianggap bersifat otokratis. (2) faktor tradisi dimana setiap pengawas yang
datang ke sekolah harus dijamu dan dilayani dan (3) faktor program dan
perubahan kurikulum pendidikan terkesan dipaksakan mengikuti kemajuan
zaman.45
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Syukri (Dosen IAIN
Mataram) tentang Hubungan Antara Peran Supervisi Pendidikan Agama
Islam dengan Kualitas Pembelajaran Guru Mata Pelajaran Agama Islam di
Mataram. Dari hasil penelitiannya mengatakan banyak diantara pengawas
yang datang ke sekolah bukan untuk melakukan bimbingan dengan baik
namun lebih cenderung menakut-nakuti guru. Di samping itu kehadiran
pengawas ke sekolah binaan juga sangat memprihatinka, hal ini juga diakui
oleh para guru yang mengatakan bahwa kehadiran pengawas dalam satu
semester kurang dari tiga kali. Kenyataan ini adalah banyak dari pengawas
yang tidak memiliki latar belakang guru dan rendahnya pemahaman tentang
supervisi serta minimnya pembinaan terhadap pengawas itu sendiri.46
Hasil penelitian yang dilakukan Amniatul Khair dan Syukri memiliki
kesamaan terutama dalam substansi tugas kepengawasan yang dilakukan
di sekolah. Dimana peneliti pertama beranggapan bahwa masih banyak
diantara guru-guru yang menggunakan paradigma lama dalam menyikapi
45 Amiatul Khair “faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Supervisi Pengajaran” jurnal Guru UNJ No. 2 Volume 5 (Desember 2008). h 139 46 Sykuri “Hubungan Antara Peran Supervisi Pendidikan Agama Islam dengan Kualitas Pembelajaran Guru Mata Pelajaran Agama Islam di Mataram. Jurnal Penelitian keislaman volume II. No. 2 (Juli 2006). h 11
35
tugas dan wewenang pengawas dan beranggapan bahwa seseorang
pengawas adalah atasannya sehingga merasa takut disaat pengawas
melakukan supervisi, disamping itu ia beranggapan perubahan kurikulum
juga merupakan sebuah kendala dalam melakukan pengawasan. Apakah
guru yang lambat memahami tujuan kurikulum dan mungkin juga seorang
pengawas yang kurang memahami tugas dan fungsinya, sehingga
perubahan yang terjadi di dunia pendidikan kurang diperhatikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Syukri lebih menguraikan tentang
peran seorang pengawas yang tidak terlaksana dengan baik. Hasil
penelitiannya mengungkapkan bahwa pengawas yang ada di daerah
tersebut tidak memiliki kompetensi layaknya seorang pengawas dan
pengawas yang ada umurnya diangkat memasukki usia pensiun, sehingga
pembinaan dan kunjungan yang dilakukan tehadap guru dan sekolah tidak
berjalan sebagai mana mestinya. Didamping itu perilaku pengawas yang
notabene mantan seorang pejabat cenderung menakut-nakuti guru dan
mencari-cari kesalahan.
Tulisan ini membahas tentang segala aspek yang berkaitan dengan
pengawasan mulai dari pengakatan pelaksanaan program kegiatan hingga
hasil supervisi yang dilakukan dan tidak hanya menceritakan tentang peran
dan kedudukan sebagaimana yang telah diuraikan oleh peneliti
sebelumnya. Lebih lanjut dalam penelitian ini akan mengkaji tentang sejauh
mana keterlaksanaan program yang dilakukan oleh pengawas dan
kemampuan pengawas dalam menjalankan tupoksinya. Secara khusus
36
pengawas yang diteliti adalah pengawas SMP/SMA/SMK di Kabupaten
Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.
E. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi yang digunakan sebagai standar obyektif untuk
mengkaji efektivitas penyelenggaraan pendidikan berdasar pada standar
nasional pendidikan. Kriteria standar obyektif ini akan dijadikan sebagai
patokan untuk mengukur tingkat ketercapaian program penyelenggaraan
pendidikan berciri khas keagamaan. Suatu program dapat dikatakan
berhasil jika memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut
Arikunto kriteria merupakan suatu yang paling penting kedudukannya dan
harus disiapkan sebelum peneliti bertolak mengumpulkan data di lapangan
untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data, menjaga kestabilan data,
dan mempermudah peneliti mengolah data.47 Secara lebih rinci kriteria
keberhasilan evaluasi program pengawas SMP/SMA/SMK disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Keberhasilan Program Pengawas SMP/SMA/SMK
Aspek Masalah Evaluasi
Komponen Indikator Kriteria Keberhasilan
Input Kapasitas
Pengawas
Rekrutmen /
pengangkatan
pengawas
Mengacu pada PP
No. 12 Tahun 2007
Pendidikan S2,
Pangkat Minimal
III/c, usia maksimal
47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rieneka Cipta, 2002), 190.
37
50 th (saat
diangkat) Lulus
seleksi pengawas,
Kepala Sekolah 4
th dan menjadi
guru minimal 8 th.
memenuhi
kompetensi sebagai
pengawas
Sarana dan
Prasarana
Sarana pokok/bahan
pengawasan,
peraturan-peraturan,
UU dan buku
panduan
Pengawas memiliki
buku pedoman,
peraturan-peraturan
dan undang-undang
secara lengkap
(100%)
Pelaksanaan
Program
Perencanaan
Program
Data Sekolah dan
Guru
Penyusunan
Program Tahunan
dan Semesteran
Pengawas memiliki
data pendidik dan
sekolah binaannya
Tersusunnya
Program tahunan
dan semesteran
berdasarkan format
baku, yang
mencakup perioritas
pemantauan,
pembinaan dan
penilaian
Pembinaan,
pemantauan
Supervisi akademik
(menyusun KTSP,
Ada interaksi antara
pengawas dan guru
38
RPP, Silabus,
Bahan Ajar,
Penilaian PBM, dsb)
Supervisi manajerial
(Administrasi
kurikulum, sekolah,
visi misi,
penyusunan KTSP,
Pelaksanaan EDS
dan 8 SNP)
minimal tiga kali per
semester.
Dibuktikan dengan
bukti fisik
pembinaan,
dokumen, laporan.
Ada interaksi antara
pengawas dan
kepala sekolah
minimal tiga kali
persemester.
Dibuktikan dengan
bukti fisik
pembinaan,
dokumen dan
laporan.
Pengawasan Jumlah sekolah
binaan dan guru
yang dibina
Surat Tugas
7 sekolah dan 40
guru
Terdapat
pembagian tugas
tentang wilayah,
jumlah sekolah dan
guru binaannya.
Penyusunan
dan
penyampaian
laporan
Laporan persekolah
binaan dan seluruh
sekolah binaan.
Adanya laporan
tertulis tentang
sekolah binaan
39
Laporan
pengawasan
Laporan dibuat
sesuai dengan
sistematikanya dan
disampaikan
kepada pimpinan
Out Put Hasil
pengawasan
Hasil Kerja
Pengawas
Terlaksananya
Tupoksi Pengawas
Pengawas mampu
melaksanakan
tupoksi dengan baik
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketercapaian tujuan penyelenggaraan program pengawas SMP/SMA/SMK
dilingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan
Barat. Secara khusus penelitian evaluasi ini bertujuan untuk (1) mengetahui
prosedur rekrutmen pengawas, (2) untuk mengetahui ketersediaan sarana
prasarana yang menunjang kegiatan pengawas, (3) mengetahui
kemampuan pengawas dalam menyusun program kepengawasan, (4)
mengetahui upaya dan intensitas pengawas dalam melakukan
pengawasan, pembinaan dan pemantauan kepada sekolah, (5) mengetahui
sejauhmana kemampuan pengawas dalam menyusun laporan
pelaksanaan kegiatan pengawasan, dan (6) mengetahui hasil pengawasan
yang dilakukan pengawas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten
Ketapang Provinsi Kalimantan Barat yang dilaksanakan selama tiga bulan
yakni pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2013.
40
41
C. Pendekatan, Metode dan Desain Model Penelitian
Salah satu jenis objek dari penelitian evaluasi adalah Evaluasi
Program. Tujuan penelitian ini yang sesungguhnya adalah untuk
memberikan manfaat dan menyediakan informasi untuk mengambil
kebijakan dan atau keputusan atas satuan pendidikan yang diawasi
maupun kredibilitas supervisor yang melakukan pengawasan. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat tingkat ketercapaian tujuan kegiatan pengawas
SMP/SMA/SMK dilingkungan Dinas pendidikan Kabipaten Ketapang
dengan menggunakan Goal Oriented Ralph Winfred Tyler.
Sesuai dengan bentuk kegiatan serta model evaluasi yang dipakai,
evaluasi yang berorientasi tujuan (goal oriented) ini cocok diterapkan untuk
mengevaluasi program yang jenis pemrosesan. Program pemrosesan
adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input)
menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran (out put). Ciri khusus
dari program pemrosesan ini adalah adanya sesuatu yang semula berada
dalam kondisi awal sebagai masukan (input) kemudian diolah dan
ditransformasi menjadi suatu keluaran (out put) yang dikehendaki oleh
tujuan program.48
Pendekatan dalam penelitian ini mengunakan tujuan program
sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan atau ketercapaian suatu
program. Peneliti/Evaluator mencoba mengukur sampai dimana
48 Suharsimi arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis Bagi Prtaktisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),h. 49
42
pencapaian tujuan telah tercapai49 Yang menjadi objek pengamatan pada
model ini adalah tujuan dari program yang sudah di tetapkan.50
Penelitian evaluasi ini dilakukan untuk melihat tingkat ketercapaian
tujuan kegiatan pengawas SMP/SMA/SMK di lingkungan Dinas Pendidikan
Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat dengan menggunakan
langkah-langkah evaluais model Ralph Winfred Tyler.
Alur penelitian sebagaimana yang diuraikan dibawah ini merupakan
suatu proses yang pada akhirnya adalah Membandingkan data hasil kerja
dengan Tujuan atau sasaran kegiatan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian dapat digunakan langkah-langkah dengan menggunakan model
evaluasi Goal Oriented Tyler dalam mengevaluasi progam pengawasan.
Adapun desain penelitian evaluasi program pengawas
SMP/SMA/SMK adalah sebagiamana tergambar dalam gambar berikut :
49 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, untuk Program Pendidikan dan Penelitian ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.24 50 Arikunto dan Abdul Jabar, op.cit, h. 41
43
Pelaksanaan
Kegiatan Pengawas
Peng
amat
an
Progr
am
1. Menetukan /
Menetapkan Tujuan
Kegiatan
6. Mengumpulkan
data Hasil Kerja
3. Menegaskan
Sasaran Kedalam
bentuk Prilaku
2. Mengklasifikasikan
Tujuan Kegiatan
7. Membandingkan
Data Hasil Kerja
Dengan Tujuan Yang
Telah Ditetapkan
4. Menemukan
Situasi Yang
Mendukung
Pencapaian Tujuan
5. Memilih Teknik
Pengukuran
Kegia
tan
Evalu
asi
Simp
ulan
&
Reko
mend
asi
44
Gambar 3.1 Desain Penelitian Evaluasi Program Pengawas
Uraian dari penerapan langkah-langkah desain penelitian evaluasi
diatas adalah sebagai berikut :
1. Menentukan atau menetapkan tujuan kegiatan, yakni
a. Pengangkatan pengawas sesuai standar yang telah ditetapkan
b. Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
pengawas
c. Pengawas mampu menyusun program pengawasan
d. Pengawas aktif melakukan pengawasan, pembinaan, dan
pemantauan terhadap sekolah
e. Meningkatnya kemampuan pengawas menyusun laporan laporan
pelaksanaan kegiatan pengawasan
f. Pengawas mampu melaksanakan tupoksi dengan baik
2. Mengkasifikasikan tujuan kegiatan
a. Kapasitas pengawas ( point a dan b )
b. Program pengawasan ( poin c s/d e )
c. Hasil pengawasan ( poin f )
3. Mendefenisikan/menegaskan tujuan program kedalam bentuk perilaku
a. Pengawas SMP/SMA/SMK yang ada telah memenuhi kreiteria
sesuai PP no 12 Tahun 2007
b. Terdapat sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang
kegiatan pengawas
c. Pengawas mampu menyusun program pengawasan dengan baik
45
d. Keaktifan pengawas meningkat dalam melakukan pengawasaan,
pembinaan sekolah
e. Meningkatnya kemampuan pengawas menyusun laporan
pelaksanaan kegiatan pengawasan
f. Intensitas pelaksanaan pengawasan terhadap sekolah dan guru
binaannya lebih meningkat
g. Pengawas mampu menyampaikan laporan kegiatan
4. Menemukan situasi yang mendukung pencapaian tujuan
a. Pengangkatan pengawas telah sesuai dengan standar dan kriteria
b. Pengawasan dapat dilakukan dengan terencana, terarah sesuai
dengan jadwal dan mengacu pada buku pedoman pengawasan
c. Tersusunnya program tahunan dan semesteran oleh pengawas baik
secara kelompok maupun individu
d. Adanya interaksi antara pengawas dengan kepala sekolah dan guru
binaannya dalam melaksanakan supervisi maanajerial dan supervisi
akademik
e. Pengawas aktif melakukan pengawasan/supervisi sesuai dengan
jumlah sekolah dan guru binaan yang ditetapkan sesuai SK Kepala
Dinas Pendidikan
f. Adanya laporan tertulis oleh pengawas setiap melakukan
pengawasan kelapangan dan disampaikan kepada Kepala Dinas
Pendidikan
46
5. Memilih teknik pengukuran
a. Wawancara
b. Observasi
c. Angket/kuesioner
d. Dokumentasi
6. Mengumpulkan data hasil kerja
a. Melalui wawancara
b. Melalui observasi
c. Melalui angket/kuesioner
d. Melalui dokumentasi
7. Membandingkan data hasil kerja dengan tujuan yang telah ditetapkan
a. Data
b. Analisis/interpretasi
c. Kesimpulan dan rekomendasi
Berpijak pada data yang akan digali sesuai dengan tujuan kegiatan
yang telah ditetapkan, maka metode evaluasi yang digunakan adalah
metode penelitian survei, informasi yang diperoleh dari penelitian survei
dapat dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula hanya sebagian
dari populasi.51
Selanjutnya Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa penelitian survei
bukanlah hanya bermaksud mengetahui status gejala tetapi juga
51 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007) h. 236
47
bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara
membandingkannya dengan standar yang sudah di pilih atau ditentukan,
disamping itu juga membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis52
D. Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengevaluasi program
pengawas SMP/SMA/SMK ini adalah dukumentasi, wawancara, observasi
dan kuesioner. Teknik pengumpula data dengan instrumen studi dokumen
lebih terfokus pada peneliti sendiri sebagai instrumen dan peneliti
menyiapkan pedoman tentang data-data apa saja yang akan dikumpulkan.
Pedoman wawancara memuat garis-garis besar yang akan ditanyakan
kepada responden untuk mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan data
yang bermanfaat guna dijadikan dasar penelitian. Observasi lapangan
dilaksanakan menggunakan lembar observasi/format observasi yang
digunakan untuk mengamati secara langsung hal yang berhubungan
dengan data yang diobservasi, Kuesioner/angket berupa daftar pertanyaan
atau pernyataan yang kemudian disebarkan kepada responden untuk
dijawab.
52 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) h. 110
48
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Instrumen
Evaluasi program Pengawas SMP/SMA/SMK
Dilingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang
No Masalah Evaluasi
Komponen Indikator Jenis
Instrumen Sumber Data
ASPEK INPUT
1 Kapasitas
Pengawas
Rekrutmen/
pengangkatan
pengawas
Sarana dan
Parasarana
Menacu pada PP
No. 12 Tahun
2007
Bahan
pengawasan
Peraturan-
peraturan, UU,
buku panduan
Studi Dokumen
Observasi
Dokumentasi
Bagian
Kepengawasan
Pengawas
Bagian
Umum
2 Pelaksanaan
Program
Perencanan
Program
Pengawasan
Pembinaan
Pemantauan
Penyusunan
Dan
Penyampaian
Laporan
Penyusunan
Program
Tahunan dan
Semesteran
Supervisi
Akademik
Sepervisi
Manajerial
Laporan per
sekolah dan
seluruh sekolah
binaan
Wawancara
Dokumentasi
Wawancara
Kuesioner
Dokumentasi
Wawancara
Dokumentasi
Pengawas
Korwas
Pengawas
Kepala
Sekolah
Guru
Pengawas
Ka. Dispend
49
Laporan
pengawasan
ASPEK OUTPUT
3 Hasi
Pengawasan
Hasil Kerja
Pengawas
Kinerja
Pengawas
Tercapainya
Tupoksi
Pengawas
Wawancara
Dokumentasi
Korwas
Ka. Dispend
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Berdasarkan Butir
Evaluasi Program Pengawas SMP/SMA/SMK
Dilingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang
No Komponen Input Out Put Sumber Data
1 Guru Perencanaan
Pembelajaran
Menyusun program
tahunan
Menyusun program
semesteran
Menyusun minggu
efektif
Menyusun rencana
pembelajaran
Dokumentasi
Pelaksanaan
Pembelajaran
Membangun Apersepsi
Menerapkan metode
yang variatif
Manajemen Kelas
Menyelenggarakan
pembelajaran paikem
Penilaian Proses
Penilaian Hasil Belajar
Observasi
Penilaian
Pembelajaran
Penilaian Proses
Penilaian Hasil Belajar
Dokumentasi
Wawancara
50
2 Kepala
Sekoalah
Aspek Akademik Kesiswaan
Tenaga Pendidik dan
kependidikan
Wawancara
Aspek Manajerial Majememen Berbasis
Sekolah
Dokumentasi
Wawancara
3 Pengawas Kualifikasi
Akademik
Golong/Ruang
Pengalaman
Mengajar
Usia
Sarana
Prasarana
Pelaksanaan Tugas dan
fungsi
Dokumentasi
Wawancara
2. Validasi Instrumen
Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka dilakukan validasi
untuk mendapatkan instrumen yang valid. Dikatakan valid berarti instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Sugiyono
bahwa untuk instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap
cukup memenuhi validitas konstruk.53 Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk
menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat dari ahli. Para
ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh pendapat dari ahli apakah instrumen dapat
digunakan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total.54
53 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), h. 350. 54 Ibid., h. 352.
51
Dalam hal ini proses validasi dilakukan bersifat kuantitatif Djaali, Dkk
menyatakan bahwa validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang
berarti sejauhmana ketepatan dan kercermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.55 Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat
dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes sebagai alat tersebut
menjalankan fungsi ukur atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Selanjutnya, Sugiono menyatakan bahwa sebuah instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data atau
mengukur itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharunya diukur56. Untuk mengukur validitas
instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji validitas konstruk,
proses validasinya dilakukan melalui penilaian panelis yang menguasai
subtansi atau konten dan variabel yang hendak diukur.
Senada dengan itu Sugiyono menyatakan bahwa untuk menguji
validitas konstrak dapat digunakan pendapat para ahli (judgement expert)
mungkin para ahli akan memberi keputusan instrumen dapat langsung
digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total.
Selanjutnya ditambahkan bahwa pengujian validitas setiap butir dalam
55 Djaali, Puji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam Bidang pendidikan (Jakarta PPs UNJ 2004), h. 65. 56 Sugiyono, Metode penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: CV. Alfabeta, 2008) h. 173.
52
instrumen itu valid atau tidak valid dapat diketahui dengan mengkorelasikan
sekor butir dengan sekor total. Bila harga korelasi dibawah 0,30 (dibawah r
kritis 0,3), maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak
valid, sehinnga harus diperbaiki atau dibuang57. Berpijak dari penjelasan
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa jika yang terjadi sebaliknya atau
item butir mempunyai korelasi positif atau diatas nilai r kritis tabel
menunjukkan item tersebut valid dan langsung dapat digunakan sebagai
instrumen dalam pengumpulan data penelitian.
Sedangkan untuk mengukur reabilitas angket dilakukan dengan
menganalisa konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik
tertentu. Pada instrumen penelitian evaluasi program pembelajaran ini
reabilitas instrumennya diuji dengan tes retes menurut Sugiyono bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel58.
Untuk menentukan tingkat reabilitas digunakan klasifikasi korelasi
yang dikemukanan oleh Suharsimi Arikunto, yitu 0,00-0,20 korelasi sangat
rendah, 0,21-0,40 korelasi rendah, 0,41-0,60 korelasi cukup, 0,61-0,80
korelasi tinggi, 0,81-1,00 korelasi sangat tinggi. Jika hasil tersebut
korelasinya 0,80 maka tes tersebut memiliki reliabilitas tinggi sebaliknya jika
57 Sugiyono, op.cit, hh. 177-179. 58 Ibid, h. 184.
53
korelasi 0,40 maka tes tersebut sangat rendah.59
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan, interview (wawancara),
kuesioner (angket), dokumentasi, observasi (pengamatan), dan gabungan
keempatnya.
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui komunikasi
langsung antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya
(interviewee).60 Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara (interview guide) dengan melibatkan empat komponen yaitu: isi
pertanyaan, pewawancara, responden, dan situasi wawancara. Isi
pertanyaan dimuat dalam pedoman wawancara yang berupa daftar
pertanyaan yang telah diujicobakan lebih dulu sebelum digunakan. Dalam
penelitian ini pewawancara adalah peneliti, sementara responden terdiri
dari pengawas sekolah/madrasah, dan kepala sekolah/madrasah yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
59 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) h. 128. 60 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), h. 194.
54
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.61 Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien terutama untuk penelitian jumlah
responden yang cukup besar. Kuesioner menurut jenisnya dapat dibagi
menjadi 3 macam yaitu (1) kuesioner tertutup, (2) kuesioner terbuka, dan
(3) kuesioner gabungan (tertutup dan terbuka). Kuesioner tertutup terdiri
atas stem (pertanyaan/pernyataan) yang jawabannya telah tersedia
sebagai pilihan (option). Kuesioner terbuka terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan yang memberi kebebasan kepada responden untuk
mengemukakan berbagai alternatif jawaban menurut pikiran dan cara
responden dalam mengemukakan jawaban. Sedangkan kuesioner
gabungan terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang mengkombinasikan
jawaban-jawaban yang telah tersedia dan harus dipilih, serta jawaban
bebas. Pada penelitian ini akan menggunakan teknik kuesioner gabungan
dan diberikan langsung kepada responden.
3. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
61 ibid, h. 199.
55
prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.62 Metode ini
digunakan karena penelitian ini sangat membutuhkan dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan data penelitian seperti daftar nilai, data sarana
prasarana, data siswa dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya metode ini
digunakan dengan cara chek-list untuk mencari variabel yang sudah
ditentukan maupun dengan cara mencatat dengan hal-hal yang bersifat
bebas atau belum ditentukan dalam daftar veriabel.63
4. Observasi
Menurut Sugiyono, observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain,
yaitu wawancara dan koesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.64
Teknik pengumpulan data dengan observasi ini digunakan karena
penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi pada
penelitian ini adalah observasi nonpartisipan, dimana peneliti tidak terlibat
langsung tetapi hanya mengamati dan mencacat hasil pengamatan.
F. Teknik Analisis Data
Evaluasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif merupakan
prosedur evaluasi yang menghasilkan data diskriptif berupa narasi kata-
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 231. 63 Ibid., hh. 231-232 64 Sugiyono, op. cit., h. 203.
56
kata tertulis atau lisan dari fakta yang diamati. Pendekatan ini diarahkan
untuk mendiskripsikan secara holistik. Seperti yang digambarkan Arikunto,
analisis data kualitataif bertujuan pada proses penggalian makna,
penggambaran, penjelasan, dan penempatan data pada konteksnya
masing-masing.65 Pada penelitian kualitatif ini data berupa kalimat-kalimat,
bukan angka atau tabel, oleh karena itu data yang diperoleh harus
diorganisir dalam struktur yang mudah dipahami dan diuraikan.
Menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman analisis data
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.66 Namun
Arikunto yang merujuk pada pernyataan Sanafiah Faisal, bahwa proses
pengumpulan data kualitatif yang dilakukan perlu di-disply.67 Oleh karena
itu analisis data pada penelitian evaluasi ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
65 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 165. 66 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terjemahan Tjetjep
Rohendi Rohidi (Jakarta: UI-Press, 1992), h. 16. 67 Arikunto, op. cit., 166.
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Display Data
Verifikasi
Gambar 3.2. Bagan Analisis Data
57
Teknik analisis data pada penelitian ini sebagaimana digambarkan
di atas dapat dijelaskan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.68 Pada
tahapan ini yang dilakukan adalah memilih dan memilah mana yang sesuai
atau sekelompok dengan kategori yang telah kita buat sebelumnya dan
harus mengacu pada tujuan evaluasi program yang telah ditentukan. Data
kita rangkum, dipilih hal-hal yang pokok, kemudian difokuskan pada hal-hal
yang penting, agar memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan.
2. Display Data
Miles dan Huberman yang dikutip Sugiyono menyatakan the most
frequent form of display data for qualitative research data in the past has
been narrative tex.69 Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif. Data yang
diperoleh dikatagorisasikan menurut pokok permasalahan yang dibuat
dalam bentuk matriks sehingga mudah untuk melihat pola-pola hubungan
satu data dengan data yang lain.
68Miles dan Huberman, op. cit., h. 16. 69 Sugiyono, op. cit., h. 341.
58
3. Menafsirkan Data
Dalam menafsirkan data ini menggunakan model analisis konten.
Dalam model ini, dilakukan klarifikasi istilah-istilah, tanda, symbol, atau kode
yang dipakai dalam komunikasi dengan menggunakan beberapa patokan
dalam klarifikasi dan menggunakan teknik analisis dalam meprediksikan
yaitu (1) menetapkan lambang-lambang tertentu, (2) klarifikasi data
berdasarkan lambang-lambang/symbol, dan (3) melakukan prediksi atas
data. Untuk memprediksi data yang berdasarkan symbol/lambang dilakukan
kategorisasi jenjang (ordinal). Menurut Saifuddin, Banyaknya jenjang
kategori diagnosis yang akan dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang
tetapi juga tidak kurang dari tiga.70 Selanjutnya dalam analisis data ini
digunakan kategorisasi tiga berdasar model distribusi normal dengan
formula: x < (μ - σ) dengan rerata x pada asumsi kategori rendah, (μ - σ) ≤ x
< (μ + σ) dengan rerata x pada asumsi kategori moderat, dan x ≥ (μ + σ)
dengan rerata x asumsi pada kategori tinggi.71 Keterangan mengenai
formula x adalah rerata analitik (perolehan skor), μ adalah rerata teoritik dan
σ adalah standar deviasi yang karena tiga kategoti berarti rentang skor
maksimum dikurang skor minimum dibagi 6 (enam). Setelah data diperoleh
dalam kategorisasi maka selanjutnya adalah dibuat kesimpulan dan
verifikasi data.
4. Menyimpulkan dan Verifikasi Data
70 Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 107. 71 Ibid., h. 109
59
Data yang telah ditafsirkan kemudian disimpulkan. Untuk mengecek
dari apa yang telah disimpulkan dilakukan verifikasi. Kegiatan ini
mencocokkan kembali apakah semua data telah tercakup dalam kegiatan
analisis dan penafsiran, apakah penafsirannya sesuai, apakah perlu ada
konfirmasi ulang pada sumber data atau informasi, apakah perlu perbaikan
format tafsiran atau perlu data pendukung untuk memperkuat. Kesimpulan
akhir akan menjadi suatu rekomendasi dan keputusan (judgment) dari
penelitian ini.
60
DAFTAR PUSTAKA
Albert R. Roberts and Gilbert J. Greene. Buku Pintar Pekerja Sosial,
terjemahan Juda Damanik dan Cynthia Pattiasina. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2005.
———. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
———. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
———. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
———. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, 2007.
———. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka
Cipta, 2002.
Azwar, Saifuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
Bastian, Indra. Akutansi untuk LSM dan Partai Politik. Yogyakarta:
Penerbit Erlangga, 2007.
Chosmin S. Widodo dan Jasmadi. Panduan Menyusun Bahan Ajar
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Elex media Komputindo, 2008.
Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield. Evaluation Theory,
Models, & Applications. San Francisco: Jossey-Bass, 2007.
Departemen Agama. Dirjen Pendis. Pedoman Pelaksanaan Supervisi
Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Umum, 2010.
Djaali dan Pudji Muljono. pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo, 2008.
Djaali, Puji Mulyono dan Ramly. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta: PPS UNJ, 2004.
Gardner, Don E. "Five Evaluation Frameworks: Implications for Decision
Making in Higher Education." The Journal of Higher Education,
1977: Vol. 48 No. 45.
60
61
Gibney, Michael J., Barrie M. Margetts, John M. Kearney, dan Lenore
Arab. Gizi Kesehatan Masyarakat, terjemahan Andry Hartono.
Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC., 2005.
Hamalik, Oemar. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1988.
Jaap Scheerens, Gees Glas, dan Sally M. Thomas. Educational
Evaluation, Assessment, and Monitoring: A Systemic Aproach.
Lisse: Swets & Zeitlinger B. V., 2003.
Jody L. Fitzpatrick, Blaine R. Worthen, dan James R. Sanders . Program
Evaluation: Alternative Approaches and Practical Guideliness.
Boston : Person Education, 2004.
Judy L. Fitzpatrisk, James R. Sanders, dan Blaine R. Worthen. Program
Evaluation. Boston: Person Education, 2004.
Khair, Amiatul. "Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Suprvisi
Pengajaran." Jurnal Guru UNJ, 2008: 139.
M. Amin tahib, Sahrul S Siregar dan Hasan M Noer. Standar Supervisi dan
Evaluasi Pendidikan pada Madrasah Aliyah. Jakarta: Direktur
Jenderal Pembinaan Madrasah dan Sekolah Umum, 2005.
Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Tjetjep Rohendi. Analisis Data
Kualitatif, terjemahan. Jakarta: UI-Press, 1992.
Norman E. Gronlund and Robert L. Linn. Measurement and Evaluation in
Teaching dikutip tidak langsung oleh Djaali dan Pudji Muljono,
Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2008.
Owen, John M. Program Evaluation: Frorms and Approaches. Sydney:
Allen and Unwin, 2006.
Roger Kaufman and Susan Thomas. Evaluation Without Fear. London:
New Viewpoint, 1980.
Spaulding, Dean T. Program Evaluation in Practice: Core Consepts and
Examples for Discussion and Analysis. San Francisco: Joseey
Wiley & Sons, Inc., 2008.
Stake, Robert E. Standards-Based & Responsive Evaluation . California:
Sage Publications, 2004.
Sudjana, Nana. Pengawas dan Kepengawasan. Jakarta: Bina Mitra
Publisisting, 2012.
62
———. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas
Sekolah. Jakarta: Bina Mitra Publisiting, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta, 2008.
———. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta, 2009.
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program
Pendidikan: pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. Evaluasi Program
Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Sujana, Djuju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008.
Syukri. "Hubungan Antara Peran Supervisi Pendidikan Agama Islam
dengan Kualitas Pembelajaran Guru Mata Pelajaran Agama Islam
di Mataram." Jurnal Penelitian Keislaman Volume II, 2006: 2.
Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi,
untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Zainal Aqib dan Etham Rohmanto. Membangun Profesional Guru dan
Pengawas Sekolah. Jakarya: Yrama Widya, 2004.
Permendiknas No. 12 tahun2007. tentang Standar pengawas
Sekolah/Madrasah.