referat skabies lia & dedy 2

27
8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2 http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 1/27 TINJAUAN PUSTAKA SKABIES Oleh: Aurelia Agusta Lalong, S.Ked NIM. 0808013560 Richardo Dedy Gana, S.KedNIM. 0808013589 Pembimbing: dr. I Nyoman Sutama, Sp.KK dr. Sisilia Ratna Tallo, Sp.KK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik di SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. dr. W.Z. Johannes Kupang SMF. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD PROF. DR. dr. W.Z. JOHANNES KUPANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2012

Upload: richardo-gana

Post on 06-Apr-2018

341 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 1/27

TINJAUAN PUSTAKA

SKABIES

Oleh:

Aurelia Agusta Lalong, S.Ked NIM. 0808013560

Richardo Dedy Gana, S.KedNIM. 0808013589

Pembimbing:

dr. I Nyoman Sutama, Sp.KK 

dr. Sisilia Ratna Tallo, Sp.KK 

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik 

di SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. dr. W.Z. Johannes Kupang

SMF. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD PROF. DR. dr. W.Z. JOHANNES KUPANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2012

Page 2: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 2/27

Page 3: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 3/27

Pada tahun 1687, Giovan Cosimo Bonomo menulis surat kepada Fransisco

Redi dan menyatakan bahwa seorang wanita miskin dapat mengeluarkan “little bladder 

of water” dari lesi skabies anaknya.

Surat Bonomo ini kemudian dilupakan orang dan pada tahun 1812 Gales

melaporkan telah menemukan Sarcoptes scabiei dan tungau yang ditemukannya dilukis

oleh Meunir. Sayangnya, penemuan Gales ini tidak dapat dibuktikan oleh ilmuwan

lainnya. Pada tahun 1820 Raspail menyatakan bahwa tungau yang ditemukan Gales

identik dengan tungau keju sehingga Gales dinyatakan sebagai penipu. Penemuan

Gales baru diakui pada tahun 1839 ketika Renucci seorang mahasiswa dari Corsica

 berhasil mendemonstrasikan cara mendapatkan tungau dari penderita skabies dengan

sebuah jarum.

2.3 Etiologi

Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai

akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei  dan Sarcoptes scabiei varian

hominis. Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo

 Ackarima, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.

hominis. Kutu ini khusus menyerang dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan

tanduk kulit manusia. Selain itu terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis.

Sarcoptes scabiei varian animalis menyerang hewan seperti anjing, kucing, lembu,

kelinci, ayam, itik, kambing, macan, beruang dan monyet. Sarcoptes scabiei varian

hewan ini dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan

hewan tersebut diatas, misalnya peternak, gembala, dll. Gejalanya ringan, sementara,

gatal kurang, tidak timbul terowongan-terowongan, tidak ada infestasi besar dan lama

serta biasanya akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang

 bersih.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan

tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350

Page 4: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 4/27

mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk 

melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada

yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan

alat perekat yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Tungau Scabies Betina

Tungau skabies tidak dapat terbang namun dapat berpindah secara cepat saat

kontak kulit dengan penderita. Tungau ini dapat merayap dengan kecepatan 2,5 cm – 1

inch per menit pada permukaan kulit. Belum ada studi mengenai waktu kontak minimal

untuk dapat terjangkit penyakit skabies namun dikatakan jika ada riwayat kontak 

dengan penderita, maka terjadi peningkatan resiko tertular penyakit skabies.

Yang menjadi penyebab utama gejala – gejala pada skabies ini ialah Sarcoptes

 scabiei betina. Bila tungau betina telah mengandung (hamil), ia membuat terowongan

 pada lapisan tanduk kulit dimana ia meletakkan telurnya. Untuk lebih memahaminya,

 berikut siklus hidup tungau ini. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit,

yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam

terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi, menggali

terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil

Page 5: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 5/27

meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk 

 betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya

dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini

dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan

menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki.

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu

antara 8-12 hari tetapi ada juga yang menyebutkan selama 8-17 hari. Studi lain

menunjukkan bahwa lamanya siklus hidup dari telur sampai dewasa untuk tungau

 jantan biasanya sekitar 10 hari dan untuk tungau betina bisa sampai 30 hari. Berikut

dipaparkan gambar siklus hidup skabies.

Gambar 2. Siklus Hidup Skabies

Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu hingga lebih

dari 30 hari. Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang lembab dan pada suhu

kamar (210C dengan kelembapan relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar 

tubuh hospes selama 24-36 jam.

Sarcoptes scabiei varian hominis  betina, melakukan seleksi bagian-bagian

tubuh mana yang akan diserang, yaitu bagian-bagian yang kulitnya tipis dan lembab,

Page 6: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 6/27

seperti di lipatan-lipatan kulit pada orang dewasa, sekitar payudara, area sekitar pusar 

dan penis. Pada bayi-bayi karena seluruh kulitnya tipis, telapak tangan, kaki. Wajah

dan kulit kepala juga dapat diserang. Tungau biasanya memakan jaringan dan kelenjar 

limfe yang disekresi dibawah kulit. Selama makan, mereka menggali terowongan pada

stratum korneum dengan arah horizontal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

 beberapa ahli memperlihatkan bahwa tungau skabies khususnya yang betina dewasa

secara selektif menarik beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia. lipid tersebut

diantaranya adalah asam lemak jenuh odd-chain-length (misalnya  pentanoic dan

lauric) dan tak jenuh(misalnya oleic dan linoleic) serta kolesterol dan tipalmitin. Hal

tersebut menunjukkan bahwa beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia dan

  beberapa mamalia dapat mempengaruhi baik insiden infeksi maupun distribusi

terowongan tungau di tubuh. Bila telah terbentuk terowongan maka tungau dapat

meletakkan telur setiap hari. Tungau dewasa meletakkan baik telur maupun kotoran

 pada terowongan dan analog dengan tungau debu, tampaknya enzim pencernaan pada

kotoran adalah antigen yang penting untuk menimbulkan respons imun terhadap tungau

skabies.

2.4 Patogenesis

Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk eritem,

 papul atau vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya reaksi kulit disertai

 perasan gatal.

Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala

 pruritus. Rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua

sebagai manifestasi respons imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan

terowongan di bawah kulit. Tungau skabies menginduksi antibodi IgE dan

menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Lesi-lesi di sekitar terowongan

terinfiltrasi oleh sel-sel radang. Lesi biasanya berupa eksim atau urtika, dengan

 pruritus yang intens, dan semua ini terkait dengan hipersensitivitas tipe cepat. Pada

kasus skabies yang lain, lesi dapat berupa urtika, nodul atau papul, dan ini dapat

Page 7: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 7/27

  berhubungan dengan respons imun kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan

antibodi IgE dan respons seluler yang diinduksi oleh pelepasan sitokin dari sel Th2

dan/atau sel mast.

Di samping lesi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat

 pula terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri. Dengan garukan dapat timbul

erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

2.5 Epidemiologi

Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang terdapat

diseluruh dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh faktor yang belum

diketahui sepenuhnya. Untuk suatu sebab yang sulit dimengerti, penyakit skabies

ternyata sering menyebabkan epidemi yang diperkirakan setiap 30 tahun sekali. Sekitar 

tahun 1940-1970 pernah terjadi pandemi terbesar di seluruh dunia. Penyakit ini sering

terjadi terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis.

Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6-27%

dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia sekolah serta remaja.

Menurut data Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas di seluruh

Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,5-12,9% dan menduduki urutan ke-3 dari 12

 penyakit kulit terbanyak. Di Divisi Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr.

Soetomo selama 6 tahun (1996 sampai 2001) skabies menduduki urutan ke-3 diantara

10 penyakit kulit terbanyak (10,5-12,3%). Jumlah penderita skabies anak usia 1-14

tahun di Divisi Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr. Soetomo tahun 2003

sebanyak 80 penderita.

Insiden penyakit skabies di Negara berkembang memperlihatkan siklus

  berfluktuasi yang tidak dapat dijelaskan secara memuaskan, mungkin berhubungan

dengan teori herd immunity. Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan

usia dan jenis kelamin; akan tetapi lebih serin ditemukan pada anak-anak usia sekolah

dan dewasa muda (remaja). Di beberapa Negara berkembang, penyakit ini dapat

menjadi endemik secara kronis pada beberapa. Insidens penyakit skabies ini sangat

Page 8: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 8/27

tinggi terutama pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan

kebersihan yang kurang memadai. Pada beberapa penelitian menemukan bahwa di

suatu pesantren yang pada penghuninya, prevalensi skabies mencapai 78,7% dimana

 prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada kelompok yang higienenya kurang baik 

(72,7%) dan pada kelompok yang higienenya baik prevalensi skabies hanya 3,8% dan

2,2%. Penelitian lain yang dilakukan di Pondok Pesantren di kabupaten lamongan

menunjukkan bahwa dari 338 santri, 64,20 % menderita skabies yang dimana angka ini

lebih tinggi dari prevalensi pada Negara sedang berkembang yang hanya 6-27% atau

 bahkan prevalensi di Indonesia yang hanya 4,60-12,75% saja. Dari penelitian tersebut

didapati bahwa penyebab paling sering adalah karena higiene yang buruk, sanitasi

lingkungan yang kurang baik, serta perilaku para santri yang tidak menjaga kesehatan.

Di kelompok usia dewasa muda, cara penularan yang paling sering terjadi

adalah melalui kontak seksual. Meskipun demikian rute infeksi agak sulit ditentukan

karena periode “inkubasi” yang lama dan asimptomatis. Apabila dalam satu keluarga

terdapat beberapa anggota mengeluh adanya gatal-gatal, maka penegakan diagnosis

menjadi lebih mudah. Dan tidak seperti penyakit menular seksual lainnya, skabies

dapat menular melalui kontak non seksual di dalam satu keluarga. Kontak kulit dengan

orang yang tidak serumah dan transmisi tidak langsung seperti lewat handuk dan

  pakaian sepertinya tidak menular, kecuali pada skabies yang berkrusta/skabies

 Norwegia. Sebagai contoh, meskipun skabies sering dijumpai pada anak-anak usia

sekolah, penularan yang terjadi di sekolah jarang didapatkan. Penularan di pegawai

rumah sakit juga jarang, tetapi beberapa kasus pernah dilaporkan terutama yang bentuk 

krusta/skabies Norwegia.

2.6 Beberapa Bentuk Skabies

Terkadang diagnosis skabies sukar ditegakkan karena lesi kulit bisa bermacam-

macam. Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus skabies

antara lain :

a. Skabies Nodula

Page 9: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 9/27

Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk hipersensitivitas

terhadap tungau skabies, dimana pada lesi tidak ditemukan Sarcoptes scabiei.

Lesi berupa nodul yang gatal, merah cokelat, terdapat biasanya pada genitalis

laki-laki, inguinal dan ketiak yang dapat menetap selama berbulan-bulan. Untuk 

menyingkirkan dengan limfoma kulit diperlukan biopsy. Bentuk ini juga

terkadang mirip dengan beberapa dermatitis atopik kronik. Apabila secara

inspeksi, kerokan atau pun biopsi tidak jelas, maka penegakan diagnosis dapat

melalui adanya riwayat kontak dengan penderita skabies atau lesi membaik 

denngan pengobatan khusus untuk skabies.

 b. Skabies Incognito

Seperti semua bentuk dermatitis yang meradang, skabies juga memberi respons

terhadap pengobatan steroid baik topikal maupun sistemik. Pada kebanyakan

kasus, skabies menjadi lebih parah dan diagnosis menjadi lebih mudah

ditegakkan. Tetapi pada beberapa kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis

menjadi kabur, dan perjalanan penyakit menjadi kronis dan meluas yang sulit

dibedakan dengan bentuk ekzema generalisata. Penderita ini tetap infeksius,

sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya anggota keluarga lainnya.

c. Skabies Pada Bayi

Skabies pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh atau menjadi ekzema

generalisata. Lesi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak 

tangan dan kaki. Pada anak-anak seringkali timbul vesikel yang menyebar 

dengan gambaran suatu impetigo atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus

aureus yang menyulitkan penemuan terowongan. 

Page 10: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 10/27

Gambar 3. Skabies pada Bayi (regio Pedis)

Gambar 4. Skabies Pada masa kanak-kanak (regio palmaris)

d. Skabies Norwegia

Skabies jenis ini sering disebut juga skabies berkrusta (crusted scabies) yang

memiliki karakteristik lesi berskuama tebal yang penuh dengan infestasi

tungau. Istilah skabies Norwegia merujuk pada Negara yang pertama

mendeskripsikan kelainan ini yang kemudian diganti dengan istilah skabies

 berkrusta. Bentuk lesi jenis skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta

 pada tangan dan kaki, pada kuku dan kepala. Penyakit ini dikaitkan dengan

  penderita yang memiliki defek imunologis misalnya usia tua, debilitas,

disabilitas pertumbuhan, contohnya seperti sindrom Down, juga pada penderita

yang mendapat terapi imunosupresan. Tidak seperti skabies pada umumnya,

 penyakit ini dapat menular melalui kontak biasa. Masih belum jelas apakah hal

Page 11: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 11/27

ini disebabkan jumlah tungau yang sangat banyak atau karena galur tungau

yang berbeda. Studi lain menunjukkan pula bahwa transmisi tidak langsung

seperti lewat handuk dan pakaian paling sering menyebabkan skabies berkrusta.

Terapi yang dapat diberikan selain skabisid adalah terapi suportif dan

antibiotik. Berikut dipaparkan gambaran skabies berkrusta

Gambar 5. Skabies berkrusta pada regio abdomen

e. Skabies Pada Penderita HIV/AIDS

Gejala skabies pada umumnya tergantung pada respons imun, karena itu tidak 

mengherankan bahwa spektrum klinis skabies penderita HIV berbeda dengan

 penderita yang memiliki status imun yang normal. Meskipun data yang ada

masih sedikit, tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS

  biasanya menderita bentuk skabies berkrusta (crusted scabies). Selain itu,

skabies pada penderita AIDS biasanya juga menyerang wajah, kulit, dan kuku

dimana hal ini jarang didapatkan pada penderita status imunologi yang normal.

Gambaran klinis yang tidak khas ini kadang membingungkan dengan

diagnosis penyakit Darier White atau keratosis folikularis yaitu suatu penyakit

dengan lesi popular yang berskuama pada area seboroik termasuk badan, wajah,

kulit kepala dan daerah lipatan. Skabies juga harus dipikirkan sebagai diagnosis

 banding penderita AIDS dengan lesi psoriasiform, yang terkadang didiagnosis

sebagai ekzema. Pada penderita dengan status imunologi yang normal, pruritus

merupakan tanda khas, sedangkan pada beberapa penderita AIDS, pruritus tidak 

Page 12: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 12/27

terlalu dirasakan. Hal ini mungkin disebabkan status imun yang berkurang dan

kondisi ini berhubungan dengan konversi penyakit menjadi bentuk lesi

 berkrusta.

Seperti pada penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada penderita

AIDS mengandung tungau dalam jumlah besar dan sangat menular. Beberapa

kasus penularan nosokomial kepada penderita lain dan juga petugas kesehatan

 pernah dilaporkan. Pada penderita AIDS, skabies berkrusta juga berhubungan

dengan bakteremia, yang biasanya disebabkan oleh S. aureus, dan

Streptococcus grup A, Streptococcus grup lain bakteri gram negatif seperti

  Enterobacter cloacae dan   Pseudomonas aeroginosa. Sebagian ahli

menyarankan pemberian antibiotika profilaksis pada penderita AIDS dengan

skabies untuk mencegah sepsis sedangkan sebagian lain menganjurkan tindakan

yang tepat ada dengan pengawasan ketat.

Pengobatan skabies berkrusta pada penderita AIDS memerlukan waktu

yang lebih lama. Pada beberapa aplikasi lindane selama 6 minggu dengan dosis

seminggu sekali berhasil dengan baik, seperti halnya aplikasi 2 atau 3 kali

dengan interval 48 atau 72 jam. Permetrin juga pernah dipakai pada beberapa

kasus. Selain itu, secara bersamaan dianjurkan penggunaaan keratolitik seperti

asam salisilat 6%. Akibat tebalnya krusta, penetrasi topikal skabisid pada

 penderita AIDS terkadang tidak begitu baik. Selain itu, jumlah tungau yang

 banyak juga membuat obat topikal kurang efektif. Sehingga dianjurkan untuk 

 penggunaan terapi skabisid orang yaitu ivermektin.

2.7 Gejala Klinis

Ada 4 tanda kardinal :

1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Pada

awalnya gatal terbatas hanya pada lesi tetapi seringkali menjadi menyeluruh. Pada

infeksi inisial, gatal timbul setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan ulang

Page 13: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 13/27

menimbulkan rasa gatal hanya dalam waktu beberapa jam. Namun studi lain

menunjukkan pada infestasi rekuren, gejala dapat timbul dalam 4-6 hari karena

telah ada reaksi sensitisasi sebelumnya.

2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga

  biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah

 perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan

akan diserang oleh tungau tersebut. Penularan skabies terutama melalui kontak 

langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan

melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau

handuk.

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

 putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1

cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi

sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).

Berikut dipaparkan gambaran kelainan kulit pada skabies.

 

Gambar 6. Kelainan kulit pada sela-sela jari dan penis

Page 14: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 14/27

 

Gambar 7. Kelainan kulit pada bagian punggung

Gambar 8. Kelainan kulit pada mammae

Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang

tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian

luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong,

genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di

telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat

menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Berikut dipaparkan gambaran tempat

 predileksi skabies.

Page 15: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 15/27

Gambar 9. Tempat Predileksi Skabies

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Berikut merupakan gambaran

mikroskopik tungau skabies.

Gambar 10. Tungau Skabies pada Stratum Korneum

Page 16: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 16/27

Gambar 11. Tungau Skabies Dewasa

Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak 

khas pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja

 pada tempat predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan

kebersihan kuku yang kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik 

dapat terlihat ektima, impetigo, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.

2.8 Penegakan Diagnosis

Beberapa sumber menyebutkan bahwa penegakan diagnosis skabies masih menjadi

 persoalan dalam dermatologi. Disebutkan bahwa jika gejala klinisnya khas, diagnosis

skabies mudah ditetapkan, tetapi gejala klinis skabies sering menyerupai penyakit kulit

lainnya sehingga dapat menimbulkan salah diagnosis dan selanjutnya dapat

menyebabkan kesalahan pengobatan.3 

Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis yaitu adanya pruritus

nokturna dan erupsi kulit berupa papul, vesikel, dan pustule di tempat predileksi,

distribusi lesi yang khas, terowongan-terowongan pada predileksi, adanya penyakit

yang sama pada orang-orang sekitar.3 Terowongan terkadang sulit ditemukan, dan

 petunjuk yang lazim adalah penyebaran yang khas. Diagnosis definitif bergantung pada

identifikasi mikroskopis adanya tungau, telur atau fecal pellet.5 Seringkali tungau tidak 

dapat dapat ditemukan ditemukan walau terdapat lesi skabies nodula yang klasik di

genitalia, atau ruam yang khas dengan riwayat gatal-gatal pada anggota keluarga yang

lain. Dari beberapa penelitian yang telah lama dilakukan beberapa ahli menemukan

 bahwa dari sebagian besar penderita skabies hanya dapat ditemukan sedikit tungau dari

setiap penderita.5 Hal ini yang terkadang menimbulkan kesalahan diagnosis. Selain itu,

kesalahan diagnosis juga disebabkan oleh pemeriksaan yang tidak adekuat.3 Infestasi

skabies sering disertai infeksi sekunder sehingga erupsi kulit tidak khas lagi dan

menyulitkan pemeriksaan. Karena sulitnya menemukan tungau, maka Lyell

menyatakan diagnosis skabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita dengan

Page 17: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 17/27

keluhan gatal yang menetap walalupun dengan cara ini dikatakan perevalensi skabies

menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya.3 

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui

 pemeriksaan mikroskop, yang dapa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:5

1. Kerokan kulit

Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula

menggunakan scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi

minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan

 pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat tungau, telur atau fecal pellet.3,5

2. Mengambil tungau dengan jarum

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada

orang kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau

akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.3,5

3. Epidermal shave biopsy

Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari

telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor yang 15

dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial

sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan

 pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop. 5

4. Kuretase terowongan

Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula

kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas

objek dan ditetesi minyak mineral.3,5

5. Tes tinta Burowi

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan

alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik,

 berbelok-belok, karena ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat

dikerjakan pada anak dan pada penderita yang non-kooperatif.5

6. Tetrasiklin topikal

Page 18: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 18/27

Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah

dikeringkan selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan

isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum

korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu wood,

sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau dapat

ditemukan.3,5

7. Apusan kulit

Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan

diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek 

(enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan

mikroskop.5 

8. Biopsi plong ( punch biopsy)

Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita

dewasa hanya sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang

meradang. Secara umum digunakan   punch biopsy, tetapi biopsy mencukur 

epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya dilakukan tanpa anestetik local

 pada penderita yang tidak kooperatif.5

Selain itu, alat lain yang dapat dipakai untuk diagnostik adalah dermoskopi.

Argenziano melaporkan bahwa alat ini cukup efektif. Pembesaran gambar 

menunjukkan struktur triangular kecil berwarna gelap yang berhubungan dengan

 bagian anterior tungau yang berpigmen, dan suatu segmen linier haus di belakang

segitiga yang mengandung gelembung udara kecil, dimana kedua gambaran ini

menyerupai “ jet with contrail”dan dianggap sebagai bentuk terowongan beserta telur 

dan fecal pellet. Dilaporkan juga oleh Bezold bahwa penggunaan  polymerase chain

reaction (PCR) untuk membuktikan adanya skabies pada penderita yang secara klinis

menunjukkan eczema atipikal. Skuama epidermal positif untuk DNA Sarcoptes scabiei

sebelum terapi dan menjadi negatif 2 minggu setelah terapi.5

Page 19: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 19/27

Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit merupakan cara yang

 paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan. Mengambil

tungau dengan jarum memerlukan keterampilan khusus dan jarang berhasil karena

 biasanya terowongan sulit diidentifikasi dan letak tungau sulit diketahui. Swab kulit

mudah dilakukan tetapi memerlukan waktu lama karena dari 1 lesi harus dilakukan 6

kali pemeriksaan sedangkan pemeriksaan dilakukan pada hampir seluruh lesi. Tes tinta

Burowi dan uji tetrasiklin jarang memberikan hasil positif karena biasanya penderita

datang pada keadaan lanjut dan sudah terjadi infeksi sekunder sehingga terowongan

tertutup oleh krusta dan tidak dapat dimasuki tinta atau salep.3 

2.9 Diagnosis Banding

Skabies dapat mirip berbagai macam penyakit sehingga disebut juga “The great 

imitator”.1,3  Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua dermatosis dengan

keluhan pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak, prurigo, urtikaria popular,

  pioderma, pedikulosis, dermatitis herpetiformis, ekskoriasi-neurotik, liken planus,

  penyakit Darier, gigitan serangga, mastositosis, urtikaria, dermatitis eksematoid

infeksiosa, pruritis karena penyakit sistemik, dermatosis pruritik pada kehamilan, sifilis

dan vaskulitis.3 

2.10 Terapi

Terapi skabies harus segera dilakukan setelah penegakan diagnosis. Penundaan terapi

dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak dan kemungkinan

 peningkatan keparahan gejala.9 Terapi skabies ini juga harus tuntas bagi penderita dan

 juga dilakukan bagi keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama karena skabies

yang tidak terobati biasanya memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian

 pyoderma oleh Streptococcus pyogenes.10 Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif 

dan pemilihannya tergantung pada biaya dan potensi toksiknya. Terkadang penderita

menggunakan obat lebih lama dari waktu yang dianjurkan, sehingga mengetahui

kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan dapat mencegah timbulnya iritasi

Page 20: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 20/27

akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang pada akhirnya disalahartikan sebagai

kegagalan terapi. Skabisid topikal sebaiknya dipakai di seluruh tubuh kecuali wajah.

Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh setelah periode waktu yang

dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei, dan handuk dicuci menggunakan air 

  panas. Tungau akan mati pada suhu 130oC. Pasien dapat diberikan edukasi untuk 

meningkatkan kebersihan lingkungan dan perorangan.5 

Penderita hendaknya diberikan pengertian bahwa meskipun penyakit telah

diobati secara adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. Seluruh

anggota keluarga yang memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan seksual. Para

ahli merekomendasikan terapi untuk anggota keluarga bersifat simultan, karena angka

kesembuhan setelah 10 minggu lebih tinggi.5 Terapi topikal untuk skabies yang sering

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Krim Permetrin ( Elimite, Acticin), yaitu suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang

efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang

 berlebihan sekalipun dan obat ini telah dipergunakan lebih dari 20 tahun.5,11 Krim

 permetrin ditoleransi dengan baik, diserap minimal dan tidak diabsorbsi sistemik, serta

dimetabolisasi dengan cepat.5,10 Obat ini merupakan terapi pilihan lini pertama

rekomendasi dari CDC untuk terapi tungau tubuh.12 Penggunaan obat ini biasanya pada

sediaan krim dengan kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk 

terapi tungau tubuh. Studi menunjukkan Penggunaan permethrin 1% untuk tungau

daerah kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara

sistemik.11 Cara pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke

  bawah dan dibilas setelah 8-14 jam.12 Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang

setelah 5-7 hari kemudian. Belum ada laporan terjadinya resistensi yang signifikan

tetapi beberapa studi menunjukkan adanya resistensi permethrin 1% pada tungau

kepala namun dapat ditangani dengan pemberian permethrin 5%.5,11 Permetrin

sebaiknnya tidak digunakan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan atau pada wanita

hamil dan menyusui namun studi lain mengatakan bahwa obat ini merupakan drug of 

choice untuk wanita hamil.5,13 Dikatakan bahwa permethrin memiliki angka

Page 21: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 21/27

kesembuhan hingga 97,8% jika dibandingkan dengan penggunaan ivermectin yang

memiliki angka kesembuhan 70%. Tetapi penggunaan 2 dosis ivermectin selama 2

minggu memiliki keefektifan sama dengan permethrin. Efek samping yang sering

timbul adalah rasa terbakar dan yang jarang adalah dermatitis kontak dengan derajat

ringan sampai sedang.14

2. Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida), merupakan pilihan terapi lini kedua

rekomendasi CDC.12 Dalam beberapa studi memperlihatkan keefektifan yang sama

dengan permetrin. Studi lain menunjukkan lindane kurang unggul dibanding

 permetrin.5 Lindane memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara

sistemik pada penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak.10 Sediaan obat ini

 biasanya sebanyak 60 mg.14 Cara pemakaiannya adalah dengan dioleskan dan dibiarkan

selama 8 jam. Sama seperti pada permetrin, kadang diperlukan pengolesan ulang 1

minggu setelah terapi pertama. Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara

sistemik terutama pada bayi, anak dan orang dewasa dengan kerusakan kulit yang luas.

Lindane memiliki efek samping yaitu toksik pada sistem saraf pusat dengan keluhan

utama kejang.10 Lindane sebaiknya tidak digunakan untuk bayi, anak dibawah 2 tahun,

dermatitis yang meluas, wanita hamil atau menyusui, penderita yang pernah mengalami

kejang atau penyakit neurologi lainnya. Sejak 1 januari 2002, Negara bagian California

telah meninggalkan pemakaian lindane. Belum ada laporan mengenai toleransi yang

signifikan terhadap pemakaian lindane.5,10

3. Sulfur,  biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam petrolatum. Sulfur 

dipakai saat malam hari selama 3 malam dan dibersihkan secara menyeluruh 24 jam

terakhir. Kekurangannya adalah sulfur berbau, meninggalkan noda dan berminyak,

mengiritasi, membutuhkan pemakaian berulang, namun relatif aman, efektif dan tepat

untuk bayi berumur kurang dari 2 bulan dan selama kehamilan atau menyusui. 5,10 

4. Benzil benzoat 25%, merupakan produk alamiah, disebut juga balsam Peru dan telah

dipergunakan lebih dari 60 tahun. Obat ini merupakan skabisid kerja cepat yang efektif 

namun tidak dijual bebas di Amerika Serikat. Benzyl benzoate memiliki keefektifan

yang sama dengan lindane.5,10

Page 22: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 22/27

5. Krim Krotamiton (Eurax) dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies.

Kualitas krim ini dibawah permetrin dan efektivitasnya setara dengan benzyl benzoat

atau sulfur.5 

Selain itu juga terdapat terapi sistemik, khususnya untuk penderita AIDS.

Ivermektin adalah suatu antiparasit yang disahkan oleh FDA untuk onchocerciasis dan

strongilodiasis pada manusia.5 Ivermectin dikatakan merupakan pilihan terapi lini

ketiga rekomendasi dari CDC.12 Ivermectin memiliki aktivitas spectrum luas pada

nematoda dan arthropoda yang dapat digunakan pada hewan dan manusia serta obat ini

dapat digunakan pada terapi filariasis.10 Jika dibandingkan dengan permethrin, angka

kesembuhan dengan penggunaan ivermectin masih lebih rendah dibandingkan

  permethrin tetapi jika dibandingkan dengan lindane, pada penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa 80% pasien mengalami perbaikan gejala klinis lebih

 banyak dibandingkan dengan penggunaan lindane yang hanya 44%.14 Sejak tahun 1993

dilaporkan bahwa ivermektin yang diberikan 1 atau 2 dosis oral 200 mg/kgBB menjadi

terapi skabies yang efektif pada penderita AIDS. Diperlukan studi control lebih lanjut

dengan menentukan dosis dan cara pemberian obat yang paling efektif, baik bagi

  penderita dengan status imun normal ataupun pada penderita yang mengalami

imunosupresi, serta keefektifan kombinasi terapi oral dan topikal ivermektin.5,12

Penggunaan Ivermectin ini tidak boleh pada wanita hamil dan menyusui.12 Sediaan

ivermektin topikal, yaitu larutan ivermektin 1% dalam propilen-glikol juga sedang

diteliti penggunaannya sebagai terapi alternatif.5 Walaupun demikian, ivermectin

topikal dilarang penggunaannya di UK.11 Pada beberapa sumber dikatakan bahwa

sediaan crotamiton, benzyl benzoate, malathion, sulfur, dan ivermectin masih belum

disetujui penggunaannya oleh FDA untuk indikasi terapi skabies namun sumber 

lainnya mengatakan penggunaan telah dapat ditolerir dan mulai banyak beredar namun

di Negara tertentu penggunaan dibatasi bahkan dilarang.14 

Penyakit yang serius akibat skabies jarang didapatkan, kecuali pada bayi dan

 penderita skabies berkrusta. Tetapi pruritus dan infeksi yang ditimbulkan dapat menjadi

masalah dan memerlukan terapi khusus. Lesi dengan  fecal pellet  terkadang memberi

Page 23: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 23/27

rasa gatal untuk beberapa saat setelah tungau mati. Hal ini memerlukan pemberian

antihistamin dan bila gatal tetap mengganggu dapat diberikan steroid oral dalam waktu

yang singkat. Bila didapatkan superinfeksi oleh bakteri, antibiotic harus diberikan.

Terdapat istilah acarofobia yaitu penderita dengan delusi. Penderita mulai merasa bahwa

  pada kulit mereka masih terdapat tungau meskipun telah diobati. Bila gangguan ini

 berkelanjutan maka diperlukan pertolongan psikiater.5 

2.11 Gejala Persisten

Semua pasien harus diberikan informasi bahwa bercak-bercak dan gatal karena skabies

tersebut mungkin akan menetap lebih dari 2 minggu setelah terapi selesai. Ketika gejaladan tanda masih menetap lebih dari 12 minggu, terdapat beberapa kemungkinan yang

dapat dijelaskan diantaranya resistensi terapi, kegagalan terapi, re-infeksi dari anggota

keluarga lain atau teman sekamar, alergi obat, atau perburukan gejala karena reaktivitas

silang dengan antigen dari penderita skabies lainnya.14 

Respon yang buruk dan dugaan resistensi terhadap lindane pernah dilaporkan di

tempat lain. Kegagagalan terapi yang tidak berhubungan dengan resistensi terapi bisa

disebabkan karena kegagalan penggunaan terapi skabisid topikal. Pasien dengan

skabies berkrusta mungkin memiliki penetrasi obat skabisid yang buruk kedalam

lapisannya yang bersisik tersebut dan mungkin karena tungau bersembunyi di lapisan

yang sulit di penetrasi.14

Yang pasti, untuk menghindari infeksi berulang, direkomendasikan agar 

seluruh kontak dekat dengan pasien harus dieradikasi. Seluruh kain, selimur, pakaian

harus dicuci jika memungkinkan selama penggunaan skabisid topikal. Bahkan setelah

terapi berhasil dan infeksi berulang telah dicegah, gejala mungkin dapat memburuk 

karena terjadi dermatitis alergi. Komplikasi ini telah terlihat pada penggunaan beberapa

 jenis skabisid topikal. Dan pada akhirnya, tungau rumah tangga biasa mungkin masih

dapat menyebabkan gejala yang menetap sebagai akibat dari reaktivitas silang antara

antigennya.14 

Page 24: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 24/27

2.12 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan

dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat

diberantas dan memberikan prognosis yang baik. Oleh karena manusia merupakan

 penjamu (hospes) definitif, maka apabila tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes

 scabiei akan tetap hidup tumbuh pada manusia.1,2

Page 25: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 25/27

BAB 3. KESIMPULAN

Page 26: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 26/27

DAFTAR PUSTAKA

1. Beggs, J. dkk. 2005. Scabies Prevention And Control Manual May 2005-Version

1.0. USA : Michigan Department Of Community Health

2. Chosidow, O. 2006. Scabies. The New England Journal Of Medicine 20/04/2006.

USA : Massachusettes Medical Society

3. Cox, N. 2000.   Permethrin Treatment In Scabies Infestasion : Important Of 

Correct Formulation. British Medical Journals Vol. 320 01/01/2000.

4. Department Of Public Health. 2008. Scabies. USA : Department Of Public Health

Division Of Communicable Disease Control.

5. Fox, G. 2006.  Itching And Rash In A Boy And His Grandmother. The Journal Of 

 Family Practice Vol. 55 August 2006. USA : Quadrant Healthcom Inc

6. Harahap M. 1990. Penyakit Kulit. Jakarta : Gramedia

7. Johnston, G. Sladden, M. 2005. Scabies : Diagnosis And Treatment. British

 Medical Journal Vol. 331 17/09/2005.

8. Leone, P. 2007. Scabies And Pediculosis : An Update Of Treatment Regiments

 And General Review. Oxford Journals. USA : University Of NorthCalifornia And North California STD/HIV Prevention And Care Branch

9. Ma’rufi, I. Keman, S. Notobroto, H. 2005.   Faktor Sanitasi Lingkungan Yang  Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri di

  Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No. 1 Juli 2005. Jawa Timur : Universitas Airlangga

10. McCarthy, J. Kemp, D. Walton, S. Currie, B. 2004.  Review Scabies : More Than

 Just An Irritation. Postgrad Medical Journal 2004. Australia

Page 27: Referat Skabies Lia & Dedy 2

8/2/2019 Referat Skabies Lia & Dedy 2

http://slidepdf.com/reader/full/referat-skabies-lia-dedy-2 27/27

11. Murtiastutik D. 2008.  Buku Ajar Infeksi Menular Seksual . Surabaya : Airlangga

University Press

12. Sungkar S. 1995. Skabies. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia

13. Buku merah