lc skabies

55
1 BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Ny. Narsih Alamat lengkap : Desa Karang Kedawung, RT 02/RW.1, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas Bentuk Keluarga : Single Parent Family Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Keduduk an L/ P Umur Pend i- dika n Pekerja an Ket 1 Ny. Narsih Ibu P 31 tahun SD Buruh - 2 An. Iqbal Anak L 10 tahun - - Penderi ta Sumber : Data Primer, 2012 Kesimpulan : Kesimpulan dari karakteristik demografi diatas adalah bentuk keluarga Ny. Narsih adalah dengan Ny. Narsih (31 tahun) sebagai kepala keluarganya yang bekerja sebagai buruh. Ny Narsih memiliki 1 orang anak. Ny. Narsih tinggal bersama anaknya yaitu An. Iqbal (10 tahun).

Upload: irham-tahkik

Post on 24-Nov-2015

112 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

lc

TRANSCRIPT

38

BAB IKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga: Ny. Narsih Alamat lengkap : Desa Karang Kedawung, RT 02/RW.1, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas Bentuk Keluarga : Single Parent Family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNoNamaKedudukanL/PUmurPendi-dikanPekerjaanKet

1Ny. NarsihIbuP31 tahunSDBuruh-

2An. IqbalAnak L10 tahun--Penderita

Sumber : Data Primer, 2012

Kesimpulan :Kesimpulan dari karakteristik demografi diatas adalah bentuk keluarga Ny. Narsih adalah dengan Ny. Narsih (31 tahun) sebagai kepala keluarganya yang bekerja sebagai buruh. Ny Narsih memiliki 1 orang anak. Ny. Narsih tinggal bersama anaknya yaitu An. Iqbal (10 tahun).

BAB IISTATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PASIENNama: An. IqbalUsia: 10 tahunJenis kelamin: laki-lakiAgama: IslamSuku bangsa: JawaKewarganegaraan: IndonesiaAlamat: Karang Kedawung, Rt. 02/Rw. 01 Kecamatan Sokaraja , Kabupaten BanyumasTanggal periksa: 25 Januari 2013Pukul : 16.25

B. ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis) Keluhan utama: gatal di sela jari tangan dan jari kaki Keluhan tambahan: - Riwayat penyakit sekarang:Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan gatal di sela jari tangan dan kaki. Gatal dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari. Awalnya gatal dirasakan di sela sela jari tangan berbentuk bintil-bintil merah lalu menjalar sampai lipatan paha dan kaki. Keluhan ini dirasakan sering kambuh. Pasien mengaku merasakan gatal setelah ibunya mengalami penyakit yang sama beberapa bulan yang lalu. Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah mengeluhkan keluhan yang sama 5 bulan yang lalu.Riwayat alergi obat disangkal pasien Riwayat penyakit keluarga :Riwayat keluarga pasien : ibu pasien pernah mengalami keluhan yang sama dengan pasien Family genogram

Diagram 1. Family GenogramKeterangan: laki-laki: perempuan: penderita laki-laki 10 tahun Riwayat sosial dan exposureCommunity:Daerah pemukiman padat penduduk.Home:Rumah pasien berada di desa karang Kedawung Rt.02/Rw.01 dengan luas rumah 8 x 6 m2. Bentuk rumah tidak bertingkat, dengan dinding dari kayu, atap berupa genting, tidak memakai plafon, lantai dari tanah, sumber air dari sumur, dan atap rumah menggunakan genteng. Rumah tersebut hanya memiliki 3 ruangan, yaitu 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 1 gudang dan 1 dapur yang bersebelahan dengan WC dan kamar mandi. Ventilasi dan pencahayaan yang terdapat pada masing-masing ruangan kurang mencukupi dan agak lembab. WC, sumur dan kamar mandi terdapat di dalam rumah. Dapur tergabung didalam rumah bersampingan dengan kamar mandi dan sumur.Hobby: -Occupational: -Personal habit: Pasien memiliki kebiasaan mandi 2 kali sehari, aktif dalam beraktifitas, sering bermain tanah dan bola dengan temannya di lingkungan sekitar. pasien tinggal bersama ibunya akan tetapi ibunya pergi bekerja dari pagi sampai sore sehingga tidak sepenuhnya terurusi dengan baik dalam kebersihan.Diet: Pasien tidak melakukan diet makanan apapun.Drug:- Riwayat Psiko Sosio EkonomiPasien merupakan anak pertama, dan merupakan korban perceraian dari kedua orang tuanya. Pasien tinggal bersama ibuya. Ibunya merupakan kepala keluarga dalam rumah tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibu pasien bekerja sebagai buruh cuci yang kerjanya tidak menentu. Dari keterangan ibunya, penghasilan yang didapatkan tidak menentu. Pembiayaan rawat jalan pasien menggunakan jamkesmas. Riwayat GiziPasien dan ibunya makan setiap hari dengan frekwensi antara 1-2 kali. Pasien makan tidak teratur dengan porsi sedang. Setiap harinya pasien mengkonsumsi nasi, sayur dan lauk pauk dan terkadang buah atau susu. Review of SystemKeluhan Utama: Gatal di sela jari tangan, dan sela jari kakiKulit: Gatal (+) Kepala: Bentuk mesochepal, tidak terdapat luka rambut tidak mudah dicabut.Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), discharge (-/-)Telinga: Bentuk dan ukuran normal,cairan sekret (-/-)Mulut: Bibir sianosis (-), mukosa mulut basah (+)Tenggorokan: Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)Leher: Deviasi trakea (-), limfonodi cervicalis tidak terabaSistem Kardiovaskuler: Dalam batas normalSistem Pernafasan: Dalam batas normalSistem Gastrointestinal: Dalam batas normalSistem Muskuloskeletal: Dalam batas normalSistem Genitourinaria: Dalam batas normalEkstremitas : Atas : Edema (-), luka (-), papul dan pustul eritema batas tegas, ukuran milier-lentikuler, multiple di interdigiti manus dextra et sinistra Bawah: Edema (-), luka (-), papul dan pustul eritema batas tegas, ukuran milier-lentikuler, multiple di interdigiti manus dextra et sinistra dan pedis dextra et sinistra.C. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan UmumTampak baik, kesadaran compos mentis.2. Tanda Vital dan Status Gizi Tanda VitalHR: 94 x/mntPernafasan: 22 x/mntSuhu : 36,8 oC Status gizi ( BMI : BB/TB2 ) :BB: 30 kgTB: 130 cmBMI : 30/1,32 = 17,75 3. KulitWarnasawo matang, ikterik (-), sianosis (-), lesi (-), turgor kulit kembali kurang dari 2 detik4. KepalaBentuk kepala mesocephal, simetris, tidak ada luka, ubun-ubun besar cekung, rambut berwarna hitam tersebar merata dan tidak mudah dicabut5. MataConjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+) normal6. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), deviasi septum (-)7. MulutMukosa mulut basah (+) , bibir sianosis (-), lidah kotor (-)8. TelingaBentuk telinga normal, sekret (-)9. TenggorokanTonsil tidak membesar, hiperemis (-), faring hiperemis (-)10. LeherPembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-), brudzinsky I (-)11. ThoraksSimetris, benjolan (-), retraksi (-) Cor :I :ictus cordis tak tampakP :ictus cordis tak kuat angkatPr: normal redupA :bunyi jantung normal, reguler, bising (-), gallop (-), murmur (-) Pulmo : I : pengembangan dada kanan = kiri P : fremitus raba kanan = kiri Pr: sonor/sonor A : suara dasar bronkovesikuler (+/+) Suara tambahan : RBH (-/-), RBK (-/-), wheezing (-/-)12. AbdomenI : Terdapat sikatrik dan hiperpigmentasi, dinding perut datar, Benjolan (-), lesi (-)P : supel, nyeri tekan sulit dinilai, hepar tak teraba, lien tak terabaPr: timpaniA : bising usus (+) normal13. PunggungI : tidak ada kelainan14. Genitalia : tidak diperiksa15. Ektremitas :SuperiorInferiorEdema (-/-) (-/-)Lesi (-/-) (-/-)Akral dingin (-/-) (-/-)Refleks fisiologis (+/+)N (+/+)NRefleks patologis (-/-) (-/-)UKK : terdapat papul dan pustul eritema batas tegas, ukuran milier-lentikuler, multiple di interdigiti manus dextra et sinistra dan interdigiti pedis dextra et sinistra.

D. USUL PEMERIKSAAN PENUNJANGDisarankan untuk melakukan kerokan kulit yang gatal di larutkan dengan KOH 10 % dan diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali.

E. RESUMEPasien adalah anak-anak berusia 10 tahun dengan keluhan utama gatal di sela jari tangan, sela jari kaki. Pasien merupakan pasien rawat jalan di Puskesmas 1 Sokaraja. Pasien sudah merasakan gatal sejak 2 bulan yang lalu. Keadaan umum pasien tampak baik, compos mentis. Tanda vital: HR= 94 x/menit, RR= 22 x/menit, S= 36,8 0C. Status gizi pasien kesan kurang.

F. DIAGNOSIS HOLISTIKa. Aspek Personal Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien menderita gatal dan yang dirasa sangat mengganggu aktivitas pasien.Idea : Pasien mengeluh gatal di hampir seluruh tubuh. Orang tua dan pasien berharap agar penyakit pasien dapat segera sembuh.Concern : Pasien mengatakan bahwa pasien menginginkan perhatian dari ibunya untuk kesembuhannya. Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakit pasien dapat segera disembuhkan, sehingga apabila kesehatannya sudah pulih pasien dapat beraktivitas seperti sediakala.Anxiety : Pasien dan ibu pasien merasa khawatir dan takut akan kondisi kesehatan pasien yang belum berubah. b. Aspek Klinis Diagnosa: Skabies Gejala klinis yang muncul: Ggatal di sela jari tangan dan kaki, gatal pada malam hari dengan riwayat keluarga yang mempunyai sakit yang sama.c. Aspek Faktor Resiko Intrinsik IndividuPenyakit tampak mengganggu psikologis pasien, hal ini dapat diketahui dari pengakuan orang tua pasien mengenai perilaku pasien yang biasanya aktif menjadi kurang aktif. Ditinjau dari faktor usia, usia pasien merupakan usia yang masih rentan terhadap penyakit kulit yang menular dimana faktor kebersihan belum sempurna. Faktor keluarga juga mempengaruhi, dimana pasien kurang dukungan perhatian dari ibunya dalam kebersihan diri.d. Aspek Faktor Resiko Ekstrinsik IndividuPasien tinggal bersama ibunya di daerah pemukiman yang padat penduduk dan memiliki lingkungan sekitar rumah yang kurang bersih.e. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial Tabel 2.1 Skala fungsi keluargaSkalaFungsionalAktivitas Menjalankan FungsiKemampuan dalam menjalani kehidupan untuk tidak tergantung pada orang lain

Skala 1

Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan)Perawatan diri, bekerja di dalam dan di luar rumah(mandiri)

Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan di luar rumah (sedikit kesulitan)

Karena sakitnya pasien masih dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari yaitu, bermain, dan dapat berinteraksi dengan teman sepermainannya

Skala 3Mampu melakukan perawatan diri, tetapi hanya mampu melakukan pekerjaan ringanPerawatan diri masih bisa dilakukan, hanya mampu melakukan kerja ringan

Skala 4Dalam keadaan tertentu, masih mampu merawat diri, namun sebagian besar pekerjaan hanya duduk dan berbaring (banyak kesulitan)Tidak melakukan aktivitas kerja, tergantung pada keluarga

Skala 5Perawatan diri dilakukan orang lain, tidak mampu berbuat apa-apa, berbaring pasif.Tergantung pada pelaku rawat

G. PENATALAKSANAAN1. Personal care a) Preventif dan promotif1) Meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan.2) Menghindari kontak dengan orang lain yang terkena.3) Tidak memakai benda-benda seperti baju, handuk bersama-sama.4) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di sembarang tempat.5) Mengupayakan menyetrika pakaian.6) Membiasakan membuka jendela dan pintu ruangan dan kamar untuk pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup.7) Menjemur kasur, bantal dan sering mengganti sprei semua tempat tidur dan merendamnya terlebih dahulu dengan air panas.8) Melakukan pengobatan kepada anggota keluarga yang terkena scabies.b) KuratifA. Medikamentosaa. Permetrin 5% cream (scabicid)b. CTM 3x0,5 mgc. Eritromicin 3x250 mgB. Non Medikamentosaa. Menjaga kebersihan dalam berpakaianb. Menghindari pemakaian barang yang bersamaan seperti baju, sabun dan handukc. Mencuci pakaian dan alat tidur secara terpisahd. Menjemur alat-alat tidure. Menghindari kotak dengan penderita lainc) Rehabilitatif1) Edukasia. Kontrol rutin selama masih ada gejala, seperti gatal-gatal dan demam.b. Memberi informasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit skabies. Dari penyebab, keparahan hingga kemungkinan komplikasi apabila tidak ditangani secara teratur.c. Mulai membiasakan diri berperilaku secara sehat, membiasakan mencuci tangan sebelum makan atau sesudah beraktivitas.d. Edukasikan mengenai pentingnya rumah sehat dan perilaku hidup sehat

e. Edukasikan untuk memberikan pengobatan apabila ada anggota keluarga yang terkena skabies.f. Dan edukasikan pengobatan harus dilakukan secara tuntas agar penyakit bisa sembuh sempurna.

2) MonitoringPasien secara rutin memeriksakan kondisi kesehatan kulitnya ke puskesmas, apabila masih terdapat tanda dan gejala. Serta usahakan pengobatan secara tuntas dan diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Family focusa) Memberikan pengetahuan kepada orang tua pasien mengenai pentingnya mendidik anak untuk menerapkan dan berperilaku sesuai dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari- hari. (Misalnya selalu mengajarkan dan mengingatkan anak mencuci tangan dan membersihkan diri setelah bermain, mandi dua kali sehari menggunakan sabun, serta mengganti pakaian yang telah kotor).b) Meningkatkan imunitas pasien dengan makan makanan yang bergizi, olahraga, dan istirahat yang cukup.c) Selain itu memberikan pengobatan kepada anggota keluarga yang terkena agar penyakit tidak menular lagi kepada anggota keluarga yang belum terkena, yaitu memberikan pengobatan Ny. N.d) Membiasakan membuka jendela dan pintu ruangan dan kamar untuk menjaga pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup.e) Menjemur kasur, bantal dan sering mengganti sprei semua tempat tidur dan merendamnya terlebih dahulu dengan air panas.f) Ajarkan agar selalu membiasakan diri mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan.

3. Community focusa. Meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan rumah sekitarb. Menghindari kontak dengan orang lain yang terkenac. Memberikan pengetahuan kepada keluarga pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan memberikan pengetahuan tentang rumah memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat mencegah berbagai penularan penyakit.

H. PROGNOSISa. Ad vitam: dubia ad bonamb. Ad fungsionam: dubia ad bonamc. Ad sanationam: dubia ad bonam

I. FOLLOW UPSabtu, 25 Januari 2014S : Gatal di sela jari tangan dan sela jari kakiO :KU/kesadaran : cukup / komposmentisHR : 96x/menitSuhu : 36,6 0 CA : SkabiesP : Lanjutkan obat yang diberikan, untuk obat penurun demam dilanjutkan jika pasien masih demam, dan menjaga higienitas personal dan lingkungan.

Minggu, 26 Januari 2014S : Gatal-gatal sedikit berkurang.O :KU/kesadaran : baik / komposmentisHR : 98x/menit Suhu : 36,9 0 CA : SkabiesP : Lanjutkan obat yang diberikan, menjaga higienitas personal dan lingkungan.

Senin 27 Januari 2014S : Gatal-gatal berkurang, lesi bekas garukan belum mengering.O :KU/Kesadaran: baik/komposmentisHR: 94x/menitSuhu: 36,2A : SkabiesP : Lanjutkan obat yang diberikan, menjaga higienitas personal dan lingkungan

Kesimpulan :Berdasarkan follow up, gejala simptomatis An. I telah teratasi, gatal- gatal telah hilang, akan tetapi lesi pada kulit masih ada. Penderita sudah diberikan terapi medikamentosa maupun non medikamentosa.

J. FLOW SHEETNama: An. IDiagnosis: SkabiesTabel 2.2 Flow sheetHari/ TanggalSubjektifObjektifAssessmentPlanTargetTTD

Sabtu, 25 Januari 2014Gatal di sela jari tangan dan sela jari kaki

KU: tampak baikHR: 96 x/mSuhu: 36,6CUKK : terdapat papul dan pustul eritema batas tegas, ukuran milier-lentikuler, multiple di interdigiti manus dextra et sinistra dan interdigiti pedis dextra et sinistra

Skabies dengan infeksi sekunderSkabizid CTMeritromicin

Tanda dan gejala membaik

Minggu, 26 Januari 2014Gatal berkurang

KU: tampak baikHR: 98 x/mSuhu: 36,9CUKK : terdapat papul eritema batas tegas, ukuran milier-lentikuler, multiple dan skuama di interdigiti manus dextra et sinistra dan interdigiti pedis dextra et sinistraSkabies dengan infeksi sekunder Skabizid CTM EritromicinTanda dan gejala berkurang

Senin , 27 Januari 2014Gatal berkurang dan mengeringKU: baikHR: 94 x/mSuhu: 36,2CUKK : terdapat papul eritema batas tegas, ukuran milier-lentikuler, multiple di interdigiti manus dextra et sinistra dan interdigiti pedis dextra et Skabies dengan infeksi sekunderObat salep dari Puskesmas habis, disarankan untuk kontrol ke puskesmas.Tanda dan gerjala berkurang dan mengering

Tabel 2.3 Master Problem ListMaster Problem List

NOApprox Date of OnsetDate Problem RecordedActive ProblemsInactive/ Resolved ProblemDate Resolved

1September 2013Januari 2014Papula,vesikula, eritema, kanalikuliJanuari 2014

2September 2013Januari 2014Gatal-gatallJanuari 2014

BAB IIIIDENTIFIKASI FUNGSI FUNGSI KELUARGAA. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi BiologisKeluarga An. I (10 tahun) merupakan keluarga dengan bentuk Single-parent Family karena An. I tinggal satu rumah hanya dengan Ny. N (31 tahun). 2. Fungsi PsikologisAn. I dan ibunya Ny N memiliki hubungan yang harmonis. Ny N memberikan dukungan dan motivasi terhadap penyakit yang diderita oleh An I . 3. Fungsi SosialFungsi sosial dalam keluarga An. I cukup baik, karena seringnya orang tua pasien berinteraksi dengan tetangga sekitar, sering dilibatkan dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada di lingkungan rumahnya. Keluarga pasien cukup dikenal oleh lingkungan rumah sekitar. Pasien juga sering bermain dengan teman sebayanya di lingkungan rumah. Dalam kehidupan sehari-hari apabila pekerjaaan rumah telah selesai dilakukan, biasanya orang tua An. I mengisi aktifitas dengan berinteraksi dengan tetangga mereka yang tinggal di rumah sebelah.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanUntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibu pasien bekerja dengan menjadi buruh cuci. Pendapatan perharinya Rp. 20.000 - 50.000. Untuk membiayai biaya pengobatan pasien menggunakan jamkesmas. Ny. N tidak memiliki tabungan perencanaan masa depan dan kebutuhan mendadak.

Kesimpulan :Penderita tinggal dalam suatu Single-Parent Family. Hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial dengan masyarakat terjalin baik dan berasal dari ekonomi menengah ke bawah.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE)Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R. SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 jelek, 5-7 sedang dan 8-10 adalah baik.

ADAPTATIONDi dalam menghadapi masalah, Ny. N sebagai kepala keluarga yang memutuskan suatu keputusan. Dan pasien selalu mendapatkan dukungan dan kasih sayang yang cukup dari Ibunya.

PARTNERSHIPKomunikasi antara pasien dan ibunya terjalin baik. ibu penderita jarang mengajak bermain anak-anak mereka dikarenakan sibuk bekerja. Biasanya orang tua An. I selalu berkumpul di rumah mulai sore hari setelah pulang bekerja, mereka berkumpul sekedar untuk mengobrol.

GROWTHOrang tua An. I masih merasa bersyukur masih diberikan rezeki oleh Tuhan. Walaupun pendapatan rata-rata tiap harinya tidak begitu besar namun untuk kebutuhan sehari-hari masih bisa tercukupi.

AFFECTIONPasien merasa hubungan kasih sayang dengan ibunya berjalan lancar. Ibu pasien sangat menyayangi An. I, begitu pula sebaliknya.

ESOLVERasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari ibunya.

Tabel 3.1 A.P.G.A.R. Score Keluarga Ny. N

A.P.G.A.R Hampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 6.

Nilai A.P.G.A.R Ny. N sedang, dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga harmonis. Ny. N merupakan ibu sekaligus kepala keluarga dari An. I yang bekerja sebagai buruh, hasil penilaian APGAR didapatkan poin 6.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.)

Fungsi patologis dari keluarga An. D dinilai dengan menggunakan

S.C.R.E.E.M.

SUMBERPATOLOGIKET

SocialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif.+

CulturalKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.-

ReligionPemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu. -

EconomicEkonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup+

EducationPendidikan anggota keluarga tergolong rendah, sehingga pengetahuan kurang.+

MedicalDalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu jamkesmas untuk berobat.-

Keterangan :a. Social (+) artinya keluarga Ny. N berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.b. Education (+) artinya keluarga Ny. N kurang memiliki pengetahuan yang cukup, khususnya mengenai Asma Bronkialc. Economic (+) artinya keluarga Ny. N kurang dalam ekonomi, keuangan hanya bergantung pada menantu Ny. Nd. Cultural (-) artinya keluarga Ny. N masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti keluarga Ny. N masih mengikuti tradisi hajatan, sunatan, nyadran, menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.e. Medical (-) artinya keluarga Ny. N sudah baik dalam mencari pelayanan kesehatan, yaitu menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan JAMKESMAS untuk berobat.f. Religion (-) artinya keluarga Ny. N sudah cukup taat dalam menjalankan perintah-perintah agama, seperti sholat dan berpuasa.Kesimpulan :Dalam keluarga Ny. N fungsi patologis yang positif adalah sosial, ekonomi dan pendidikan.

D. GENOGRAM

Alamat: Desa Karangkedawung Rt 02/Rw 01 kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.Bentuk keluarga : Single Parent Family

Family genogram

Diagram 1. Family GenogramKeterangan: laki-laki: perempuan: penderita laki-laki 10 tahunE. FORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 2. Formasi Pola Interaksi Keluarga

Ny. NAn. I23

Sumber : Data Primer, Mei 2013

Keterangan: : hubungan baik: hubungan tidak baik

Kesimpulan:Hubungan antara An. I, dan ibunya sangat baik dan dekat. Tidak memiliki konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

BAB IVIDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan No Perilaku Keluarga1. Faktor Perilaku KeluargaKeluarga An. I termasuk keluarga yang kurang mengerti tentang perilaku kesehatan. Keluarga An. I belum menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pendidikan orang tua An. I yang masih tergolong rendah. An. I dalam kesehariannya aktif bermain dengan teman-teman seumuran di lingkungan sekitar rumah. Setelah selesai bermain An. I jarang langsung mencuci tangan ataupun mandi dan langsung berinteraksi dengan orang tuanya di dalam rumah yang hanya terdiri dari tiga ruangan. Dalam kesehariannya, An. I mandi menggunakan handuk yang sama dengan ibunya, dan memiliki kebiasaan mengantungkan pakaian di sembarang tempat. Walaupun sedang sakit kulit yang menular, namun An. I tetap tidur di dalam kasur yang mereka gunakan bersama-sama dengan ibunya.

2. Faktor Non Perilaku

Rumah yang dihuni oleh keluarga ini tidak memenuhi standar kesehatan. Rumah yang tidak permanen, lingkungan di sekitarnya tergolong padat dan tidak sehat. Lantai yang lembab dan pencahayaan kurang, sumber air yang didapat sumur, atap yang rendah, dan sangat sedikitnya ventilasi sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Selain itu posisi ruangan pasien yang digunakan untuk semua aktivitas sangat berpotensi untuk timbulnya dan menyebarnya penyakit menular seperti skabies. Hal ini tentu mempersulit tindakan untuk memutus rantai penularan penyakit skabies ini.Akses ke pelayanan kesehatan cukup sulit karena puskesmas berjarak cukup jauh. Sehingga pasien dan keluarga enggan menggunakan fasilitas kesehatan, keluarga pasien menggunakan jamkesmas untuk membiayai biaya pengobatan.

Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Pengetahuan :-Pengetahuan tentang kesehatan, penyakit menular dan PHBS masih kurang.

Keluarga

Lingkungan :-Lingkungan rumah dan sekitarnya tidak memenuhi syarat rumah sehat.-Didalam satu rumah ibu pernah terkena skabies.-Penggunaan handuk dan pakaian didalam rumah secara bersama-sama

Personal Habit :-Kebiasaan tidak mencuci tangan.-Kebiasaan menggunakan handuk dan baju bersama-sama

An. D

Keturunan :Tidak ada

Ekonomi :-Kelas menengah ke bawah, sedikit dapat memenuhi sebagian kebutuhan sekunder-Tidak memiliki tabungan

Pelayanan Kesehatan :-Jarak dengan puskesmas cukup jauh

Keterangan :

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH1. Gambaran Lingkungan RumahRumah pasien berada di Desa Karangkedawung RT 02/RW 01 Sokaraja kabupaten Banyumas. Bentuk rumah tidak bertingkat, dengan dinding dari kayu, atap berupa genting, tidak berplafon/langit-langit, lantai hanya dari tanah, dengan luas rumah 8 x 6 m2. Rumah tersebut hanya memiliki 3 ruangan, yaitu 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 1 gudang dan 1 dapur yang bersebelahan dengan WC dan kamar mandi. Ventilasi dan pencahayaan yang terdapat pada masing-masing ruangan kurang mencukupi dan agak lembab. WC, sumur dan kamar mandi terdapat di dalam rumah. Dapur tergabung didalam rumah bersampingan dengan kamar mandi dan sumur.

2. Denah Rumah Gudang Ruang Tamu Kamar Mandi Dan Dan Ruang Keluarga Dapur

Gambar 4.1 Denah rumah (Pasien)

BAB VDAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

I. DAFTAR MASALAHA. MASALAH MEDISSkabiesB. MASALAH NON MEDIS1. Ekonomi menengah ke bawah.2. Kondisi lingkungan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan.3. Pengetahuan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat kurang memadai.4. Perilaku tidak sehat.5. Keluarga tidak memiliki tabungan untuk masa depan dan kebutuhan mendadak.C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien) Diagram 5. Diagram Permasalahn Keluarga PasienEkonomi menengah kebawah dan tidak memiliki tabungan

Kondisi Lingkungan rumah tidak memenuhi syarat kesehatanPengetahuan tentang kesehatan kurang memadai

An. I

Perilaku tidak sehat

D. MATRIKULASI MASALAHPrioritas masalah ini ditentukan melalui teknik matriks: Tabel 5. Matriks Prioritas Masalah

NoDaftar MasalahPISSBTMnRMoMaJumlahIxTxR

1

2Ekonomi menengah kebawah dan tidak memiliki tabunganPengetahuan tentang5

53

53

53

33

45

43

46075

24000

PHBS kurang memadai

3

4Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan Perilaku tidak sehat4

54

53

43

24

44

45

411520

12800

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah) P : Prevalence (besarnya masalah)S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia) Mn : Man (tenaga yang tersedia)Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

E. PRIORITAS MASALAHBerdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga An. I adalah sebagai berikut:1. Pengetahuan PHBS kurang memadai2. Perilaku tidak sehat3. Lingkungan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan4. Ekonomi menengah kebawah dan tidak memiliki tabungan.

BAB VIRENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGAA. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA1. TujuanMemberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya, yaitu scabies.2. MateriEdukasi kepada pasien dan keluarga mengenai scabies meliputi pengertian, penyebab, penularan, penatalaksanaan serta pencegahan.3. Cara PembinaanPembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada pasien dan keluarga, serta motivasi untuk berperilaku sehat.4. EvaluasiEvaluasi dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi konseling kepada pasien dan anggota keluarga lain yang hadir. Apabila setiap anggota keluarga dapat menjawab satu pertanyan yang diajukan, maka dikategorikan sudah mengetahui dan memahami materi konseling.5. SasaranSasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.6. Target Waktu dan TempatHari/ Tanggal : Sabtu, 1 Februari 2014Tempat : Rumah kediaman keluarga An. I7. Cara EvaluasiMemberikan pertanyaan sebagai umpan balik, apabila sudah dijawab dengan baik maka dikategorikan sudah memahami konseling.8. Kemufakatan Keluarga Dalam PembinaanKerjasama antara penyuluh dengan keluarga dan pasien berjalan baik.

B. HASIL PEMBINAAN KELUARGA

TglKegiatan yang dilakukanAnggota keluarga yang terlibatHasil kegiatan

1-2-20141. Membina hubungan saling percaya dengan pasien (perkenalan identitas).2. Menganjurkan pasien untuk berobat rutin dan kontrol apabila obat sudah habis3. Cek tanda vital pasienPasienPasien memiliki kesadaran untuk rutin berobat dan kontrol bila obatnya habis.

2-2-20141. Menggali Pengetahuan dan pemahaman pasien tentang penyakitnya2. Memberikan penjelasan tentang:Pengertian, penyebab, penularan, penatalaksanaan serta pencegahanPasien dan keluargaPasien dan keluarga memahami tentang scabies serta pentingnya perilaku sehat agar terhindar dari skabies

BAB VIITINJAUAN PUSTAKASkabiesDefinisiScabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida (Marufi 2005). Sarcoptes scabiei adalah kutu yang transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata dan tidak bermata. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies hanya dapat diberantas dengan memutus rantai penularan dan memberi obat yang tepat (Marufi 2005).

EtiologiSarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Tungau betina mampu membuat terowongan pada stratum korneum 2-3 mm / hari dengan memproduksi bertelur 40-50 butir (Listyawan, 2010).

Gambar 1. Sarcoptes scabiei var. hominis betina (Strong, 2010)Gambaran klinikPenyakit skabies memiliki 4 gejala klinis utama,yaitu sebagai berikut.1. Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas tungau yang lebih tinggi dalam suhu lembab sehingga menimbulkan rasa gatal.2. Scabies dapat menyerang manusia secara kelompok. Penyakit ini amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Sehingga komunitas yang tinggal bersama seperti santri pondok pesantren dan panti asuhan memiliki resiko tinggi. Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah.3. Terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli), yang berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, maka akan timbul gambaran pustul (bisul kecil) dan membuat gambaran terowongan menjadi bias. Kanalikuli ini berada pada daerah lipatan kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar kemaluan (pada anak), siku bagian luar, kulit sekitar payudara, bokong dan perut bagian bawah.4. Menemukan kutu pada pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis, merupakan diagnosis pasti penyakit ini (Listyawan, 2010).DiagnosisDitegakkan dari anamnesis, manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang ditemukan 3 dari 4 kriteria sebagai berikut:a. Gatal malam harib. Terdapat pada sekelompok orang (lebih dari satu)c. Predileksi dan morfologis khas d. Ditemukan Tungau S.scabies

Pembantu Diagnosis1. Mencari tungau dengan menelusuri terowongan lalu dicongkel pada bagian ujung (papul atau vesikel) dengan jarum kemudian diperiksa pada mikroskop cahaya.2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. 3. Dengan membuat biopsi irisan lalu diperiksa dengan mikroskop cahaya.4. Dengan membuat biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E5. Menggunakan uji tinta cina yang diteteskan pada muara kanalikuli (Strong, 2010)

PredileksiSela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar pusar, paha bagian dalam, genitalia pria, dan pantat. Pada bayi : kepala, telapak tangan dan kaki.Efloresensi / SifatUjud kelainan kulit pada scabies dapat berupa papula dan vesikel miliar sampai lentikular disertai ekskoriasi (scratch mark). Jika terjadi infeksi sekunder tampak pustula lentikular. Lesi yang khas adalah terowongan (kanalikulus) miliar, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-abu. Akhir atau ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur Sarcoptes scabiei betina. Tungau betina bertelur 3-5 telur/hari. Sesudah 3-4 hari telur menetas menjadi larva, dalam 3-5 hari menjadi nimfa, selanjutnya menjadi tungau dewasa. Tungau dewasa jantan mati di atas permukaan kulit sesudah mengadakan kopulasi, sedang yang betina membuat terowongan baru, bertelur dan mati sesudah 2-3 minggu (Marufi,2005).PenularanDapat langsung maupun tidak langsung memalui pakaian, tempat tidur, alat-alat tidur, handuk dan lain-lain. Biasanya pada daerah kumuh dan padat dengan kebersihan dan higiene yang buruk akan mempermudah penularan.Diagnosa BandingInsect Bite : biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papular.Folikulitis : nyeri, efloresensi berupa pustula miliar dikelilingi daerah yang eritema. Prurigo : biasanya berupa papula-papulaa yang gatal, predileksipada bagian ekstensor ekstremitasPenatalaksanaanPengobatan:Banyak sekali obat-obatan yang tersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain; tidak berbau, efektif terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutu dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.Sistemika. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya klorfeniramin maleat 0.35 mg/kg BB 3 x sehari.b. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, eritromisin.TopikalObatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:1. Salep 2 4, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotori pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur, dan penggunaannya harus lebih dari 3 hari berturut-turut.2. Emulsi benzil-benzoat 20 25%Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari berturut- turut. Kekurangannya, dapat menimbulkan iritasi kulit.3. Gamexan 1%Termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium kutu, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh. Dapat diulang satu minggu kemudian bila belum sembuh.4. Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek antiskabies, juga bersifat anti gatal.5. Permetrin 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu toksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal (Strong,2010).

Selain menggunakan obat-obatan (kuratif), yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah upaya promotif dan preventif yaitu dengan peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:1. Mencuci bersih bahkan sebagian ahli menganjurkan merebus handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.4. Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyuluhan mengenai higiene perorangan dan lingkungan.5. Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal dan menerapkan standar rumah sehat sehingga diharapkan mampu menekan pertumbuhan kutu penyebab penyakit.6. Menghindari kontak dengan orang yang didiagnosis atau terkena skabies.PemantauanDianjurkan kontrol 1 minggu kemudian, bila ada lesi baru obat topikal dapat diulang kembali.PrognosisBaik.

BAB VIIIKESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Diagnosis Holistik Aspek PersonalIdea : Karena pasien sakit, ibu pasien pergi ke puskesmas untuk mengobati penyakit pasien.Concern : Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit An. I, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga demi kesembuhan pasienExpectacy : Ibu pasien mempunyai harapan penyakit anaknya dapat segera disembuhkan sehingga dapat beraktivitas lagi.Anxiety : Ibu An. I sangat mengkhawatirkan kesehatan anaknya, kekhawatiran yang terutama dirasakan oleh ibu An. I yang mengakibatkan sang ibu mengantarkan anaknya ke puskesmas.

Aspek KlinisDiagnosa : skabies

Aspek Faktor Risiko Intrinsika. Faktor risiko intrinsik lebih mengarah kepada perilaku pasien dimana pasien sering bermain di lingkungan yang kotor dan sering tidak mencuci tangan ataupun mandi membersihkan diri setelah bermain.b. Dari faktor usia, An. I memiliki resiko karena pada usia tersebut merupakan masa aktif anak-anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar namun masih belum mengerti benar arti kebersihan diri maupun lingkungan.

Aspek Faktor Risiko Ekstrinsika. Kurangnya penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari keluarga An. I. b. Rumah pasien yang tidak memenuhi syarat rumah sehat.c. Pendidikan orang tua An. I tergolong rendah yaitu tamatan SD sehingga pengetahuan tentang kesehatan, higienitas dan sanitasi lingkungan pun kurang, sehingga dapat mempengaruhi derajat kesehatan keluarganya.d. Faktor sosial ekonomi juga mungkin berpengaruh terhadap kondisi pasien.Kondisi sosial ekonomi yang rendah menyebabkan pasien tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan mudah.

Aspek Skala Penilaian Fungsi SosialSkala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2, karena pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari meskipun terbatas.

2. Saran- Sebaiknya pasien melakukan pemeriksaan mikroskopis- Memperbaiki perilaku yang kurang sehat, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djuanda,A., Hamzah, M., Aisah, S. 1999. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Effendi, Evita H., 2010. Skabies. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit danKelamin FKUI / RSCM.

Listiawan, Yulianto. 2010. Hubungan Antara Kejadian Skabies Dengan Tingkat Higiene Perorangan, Sanitasi Lingkungan Dan Sarana Pelayanan Kesehatan Pada Santri Smp Kelas I Pondok Pesantren Tebuireng. USU Pres: Medan.

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Dakarta : Media Aesculapius.

Mansyur, M., Wibowo, A.R., Maria, A., Munandar, A., Bdillah, A., Ramadora A.F. 2006. Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra Sekolah. Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK UI.

Marufi, Isa. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies :Studi Pada Santri Di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.2, No.1.

Rani, Aziz dkk. 2007. MIMS Indonesia. Jakarta : CMP Medica Asia.

Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC.

Strong M, Johnstone P. 2010. Interventions for treating scabies (Review). TheCochrane Collaboration. Published by JohnWiley & Sons, Ltd : New York.

Lampiran