case dedy purnama

Upload: dedypurnama

Post on 25-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    1/23

    Laporan kasus

    BRONKOPNEUMONIA ANAK

    Oleh:

    DEDY PURNAMA

    NIM. 0808121373

    Pembimbing:

    dr. Cece Alfalah, Sp.A M.Biomed

    KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

    BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD

    PEKANBARU

    2014

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    2/23

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1Definisi

    Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru, dimana

    proses peradangannya ini menyebar dan membentuk bercak-bercak infiltrat

    yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula mengenai bronkiolus terminal

    dan dapat ditandai dengan batuk, sesak napas, demam, ronki basah yang

    disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan benda asing.1,2

    1.2Klasifikasi

    WHO merekomendasikan peningkatan frekuensi nafas dan retraksi

    subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia pada negara berkembang.

    Namun demikian kriteria tersebut mempunyai sensitifitas yang buruk untuk

    anak dengan malnutrisi dan sering overlapping dengan gejala malaria.8

    Klasifikasi Pneumoni berdasarkan WHO8

    a. Bayi kurang dari 2 bulan

    Pneumonia berat: nafas cepat dengan retraksi yang berat

    Pneumonia sangat berat: tidak mau menetek/ minum, kejang, letargis,

    demam atau hipotermia, bradipnea atau pernafasan ireguler

    b. Anak umur 2 bulan- 5 tahun

    Pneumonia ringan: nafas cepat

    Pneuminia berat: retraksi

    Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum/ makan, letargis, kejang

    dan malnutrisi

    Menurut Perhimpunan Dokter paru Indonesia (2003), pneumonia dapat

    diklasifikasikan berdasarkan klinis, penyebab dan predileksi infeksi.5

    a. Berdasarkan klinis dan epidemiologi

    Pneumonia komuniti (community acquired pneumonia)

    Pneumonia nosocomial (Hospital acquired pneumonia)

    Pneumonia aspirasi

    Pneumonia pada penderitaimmunocompromised

    b. Berdasarkan penyebab

    Pneumonia bacterial atau pneumonia tipikal

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    3/23

    Pneumonia atipikal disebabkan oleh mycoplasma, Legionella dan

    Chlamydia

    Pneumonia virus

    Pneumonia jamur

    c. Berdasarkan predileksi

    Pneumonia lobaris

    Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau satu segmen

    kemungkinan sekunder yang diakibatkan oleh obstruksi bronkus.

    Bronkopneumonia

    Ditandai dengan bercak-bercak infiltrate pada lapangan paru dapat

    disebabkan oleh bakteri maupun virus.

    Pneumonia intertitialis

    1.3Epidemiologi

    Sekitar 19 % dari kasus kematian anak disebabkan oleh pneumonia.

    Pneumonia sendiri merupakan penyebab kematian yang lebih tinggi jika

    dibandingkan dengan kasus kematian akibat diare, spesis, malaria, AIDS

    maupun campak.2,3

    Secara global, terdapat sekitar 150 juta kasus pneumonia terjadi pada

    anak yang berusia dibawah 5 tahun dan cenderung meningkat setiap tahunnya.

    Di Amerika yang merupakan negara maju angka kejadian pneumonia masih

    tinggi, diperkirakan setiap tahunnya terdapat 35-40 kasus per 1000 anak yang

    berusia dibawah 5 tahun, 16-20 kasus per 1000 anak pada umur 5-9 tahun.2,5

    Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia prevalensi

    pneumonia pada balita di Indonesia meningkat dari 7,6% di tahun 2002

    menjadi 11,2% pada tahun 2007.4

    Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di

    Indonesia kasus pneumonia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi

    dan balita setelah kasus diare (15,5% dari kematian balita).4 Pneumonia

    umumnya dapat terjadi di semua usia, walaupun kasus pneumonia lebih sering

    dialami pada usia anak di bawah 5 tahun.4

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    4/23

    1.4Etiologi

    Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme

    (virus/ bakteri) dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh karena aspirasi

    makanan dan asam lambung, benda asing, reaksi hipersensifitas, maupun

    akibat obat dan radiasi.1,5 Mikroorganisme penyebab pneumonia pada anak

    umumnya sulit ditentukan karena banyaknya mikroorganisme penyebab

    pneumonia pada anak, namun penggolongan mikroorganisme berdasarkan

    umur bisa membantu dalam mengetahui penyebab pneumonia pada anak

    (tabel 1).5,6

    Penyebab pneumonia pada anak terbanyak di negara berkembang

    adalah infeksi bakteri, sedangkan di negara maju adalah infeksi virus di

    samping infeksi bakteri dan campuran bakteri dan virus. Umumnya secara

    klinis pneumonia yang disebabkan oleh karena infeksi baik bakteri maupun

    virus sulit dibedakan.7

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    5/23

    Tabel 1. Etiologi pneumonia pada anak6,7

    UMUR ETIOLOGI TERSERING ETIOLOGI YANG JARANG

    LAHIRSAMPA

    I

    USIA20HARI

    Bakteri Bakteri

    E. Colli

    Streptococcus Group B

    Listeria monocytogens

    Bakteri anaerob

    Streptococcus group D

    Haemophillus influenza

    Streptococcus pneumoniae

    Ureaplasma urealyticum

    Virus

    Virus Sitomegalo

    Virus Herpes simpleks

    USIA3MINGGU

    SAMPAI3

    BULAN

    Bakteri Bakteri

    Clamydia Trachomatis

    Streptococcus pneumonia

    Bordetella Pertusis

    Haemophillus influenza type B

    Moraxella catharalis

    Staphylococcus aureus

    Ureaplasma urealyticum

    Virus Virus

    Adenovirus

    Virus Influenza

    Virus Parainfluenza 1,2,3

    Respiratory Synctical Virus

    Sitomegalovirus

    USIA4BU

    LAN

    SAMPAI5T

    AHUN

    Bakteri Bakteri

    Clamydia pneumoniae

    Mycoplasma pneumoniae

    Streptococcus pneumonia

    Haemophillus influenza type B

    Moraxella catharalis

    Neisseria meningitidis

    Staphylococcus aureus

    Virus Virus

    Virus AdenoVirus Influenza

    Virus Parainfluenza Virus Rhino

    Respiratory Synctical Virus

    Virus Varicella-Zoster

    USIA5

    TAHUN

    SAMPAI

    REMAJA

    Bakteri Bakteri

    Clamydia pneumoniae

    Mycoplasma pneumoniae

    Streptococcus pneumonia

    Haemophillus influenza

    Legionella sp

    Staphylococcus aureus

    Virus Virus

    Virus Adeno

    Virus Influenza

    VirusEpstein-BarrVirus Parainfluenza

    Virus Rhino

    Respiratory Synctical Virus

    Virus Varicella-Zoster

    1.5Patogenesis

    Sebagian besar pneumonia timbul akibat aspirasi mikroorganisme

    yang infeksius atau penyebaran langsung kuman dari saluran nafas bagian

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    6/23

    atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari viremia dan

    bakteriemia.7,8

    Dalam keadaan normal saluran respiratorik bagian bawah mulai

    dari sublaring sampai unit terminal respirasi adalah steril. Paru terlindung dari

    infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier anatomik, barier

    mekanik dan sistem imunitas tubuh yang bersifat lokal dan sistemik. Barier

    anatomik dan mekanik diataranya adalah filtrasi partikel di hidung,

    pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui

    refleks batuk, mekanisme pembersihan yang dilakukan oleh sistem mukosilier.

    Sistem imunitas tubuh yang terlibat adalah imunoglobulin A, respons

    inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin dan cell mediated

    immunity.9,10

    Pneumonia terjadi bila satu atau lebih mekanisme pertahanan

    diatas mengalami gangguan sehingga mikroorganisme patogen dapat

    mencapai saluran nafas bagian bawah. Inokulasi mikroorganisme patogen

    menimbulkan respons inflamasi yang akut pada penjamu yang berbeda sesuai

    dengan patogen penyebab.10

    Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru melalui saluran nafas,

    mikroorganisme sampai di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang

    meliputi empat stadium, yaitu :10

    1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)

    Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan

    yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai

    dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat

    infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediatormediatorperadangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera

    jaringan.10

    Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.

    Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen

    bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot

    polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    7/23

    mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium

    sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.10

    Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan

    jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka

    perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

    mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.10

    2. Stadium II (48 jam berikutnya)

    Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel

    darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )

    sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat

    oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga

    warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium

    ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan

    bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48

    jam.10

    3. Stadium III (38 hari)

    Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

    mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin

    terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa

    sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap

    padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu

    dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.10

    4. Stadium IV (711 hari)

    Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun

    dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsioleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.10

    1.6Manifestasi Klinis

    Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara

    ringan hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam jiwa dan

    mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di rumah

    sakit.7

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    8/23

    Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia

    pada anak adalah immaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme

    penyebab yang luas, gejala klinis yang tidak khas terutama pada bayi.

    Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat

    ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:7

    Gambaran infeksi umum :

    Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,

    keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare.

    Gambaran gangguan respiratorius:

    Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan

    dahak purulent bahkan bisa berdarah dan sesak nafas. Pemeriksaan fisik

    umumnya terdapat gambaran distres pernafasan seperti takipnea, retraksi

    (intercostal, suprasternal,subkostal,) krepitasi dan penurunan suara paru.8

    Pemeriksaan frekuensi nafas pada kasus pneumonia pada anak

    merupakan indeks yang paling sensitif untuk mengetahui beratnya

    penyakit, sebaiknya perhitungan frekuensi nafas dilakukan pada saat anak

    tenang maupun tidur.7

    Kriteria takipneu menurut WHO :10

    Anak umur < 2bulan : 60 x/menit

    Anak umur 2-11 bulan : 50 x/menit

    Anak umur 1-5 tahun : 40 x/menit

    Anak umur 5 tahun : 30 x/menit

    1.7Pemeriksaan Penunjang

    1.7.1

    Pemeriksaan Radiologi

    Pemeriksaan foto thoraks tidak direkomendasikan secara rutin pada

    anak dengan infeksi saluran nafas bawah akut ringan

    Pemeriksaan foto thoraks direkomendasikan pada penderita pneumonia

    yang dirawat inap ataupun terdapat tanda klinis yang membingungkan

    Pemeriksaan foto thoraks follow up hanya dilakukan bila didapatkan

    adanya kolaps lobus paru, kecurigaan timbulnya komplikasi,

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    9/23

    pneumonia yang berat atau memburuk atau tidak respons terhadap

    pemberian antibiotik.8

    Kelainan pada pemeriksaan foto thoraks tidak selalu berhubungan

    dengan gejala klinis, kadang kadang gambaran infiltrat sudah ditemukan

    walaupun belum timbul gejala klinis, sedangkan resolusi infiltrat

    memerlukan waktu yang relatif lama untuk hilang setelah hilangnya gejala

    klinis.7

    Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari :

    Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan

    bronkovaskular,peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.

    Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air

    bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan

    pneumonia lobaris, atau terlibat sebagai lesi tunggal yang biasanya

    cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan

    menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia.

    Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua

    paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah

    perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.7

    1.7.2 Pemeriksaan Laboratorium

    Pada pemeriksaan darah lengkap umumnya didapatkan adalanya

    leukositosis 15000- 40000/mm3 pada kasus pneumonia bakterial,

    sedangkan pada kasus pneumonia viral umumnya didapatkan kadar

    leukosit dalam batas normal ataupun hanya sedikit meningkat.7

    Pada pemeriksaan laju endap darah (LED) dan C-reaktif protein

    (CRP) umumnya tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin. PemeriksaanLED dan CRP sebagai indikator inflamasi sangat tidak khas karena tidak

    dapat membedakan antara infeksi viral maupun bakterial, walaupun

    kadang-kadang CRP sering dipakai sebagai indikator evaluasi keberhasilan

    penggunaan antibiotik.7,10

    Pemeriksaan kultur darah merupakan cara yang spesifik untuk

    diagnostik tnamun hanya positif pada 10-15% kasus terutama pada anak

    kecil. Kultur darah sangat membantu dalam penanganan pneumonia yang

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    10/23

    penyebabnya diduga oleh stafilokokus dan pneumokokus yang tidak

    respons terhadap terapi awal. Pemeriksaanpulse oxymetry dianjurkan pada

    setiap anak yang dirawat dengan pneumonia.7,8,9

    1.8 Penatalaksanaan

    Pada pasien pneumonia dilakukan rawat inap apabila:5,8

    Bayi:

    Saturasi oksigen 92%, Sianosis

    Frekuensi nafas > 60 x/ menit

    Distress pernafasan, apnea intermiten ataugrunting

    Tidak mau minum/ menetek

    Keluarga tidak bisa merawat dirumah

    Anak:

    Saturasi oksigen 92%, Sianosis

    Frekuensi nafas > 50 x/ menit

    Distress pernafasan, apnea intermiten ataugrunting

    Terdapat tanda dehidrasi

    Keluarga tidak bisa merawat dirumah

    Pasien dengan saturasi oksigen 92% pada saat bernafas dengan udara

    kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup

    untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%.5,8

    Pada kasus pneumonia yang berat ataupun asupan oral yang kurang

    diberikan cairan intravena dan dilakukan balans cairan yang ketat.

    Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan

    pasien dan mengontrol batuk

    Nebulisasi dengan menggunakan 2-agonis dan NaCl dapat diberikan

    untuk memperbaiki mucocilliary clearance

    Pasien dengan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4 jam

    sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    11/23

    1.8.1 Penatalaksanaan Antibiotik

    Pemberian amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral

    pada anak < 5 tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang

    menyebabkan pneumonia pada anak, alternatif selain amoksisilin adalah co-

    amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritomisin dan azitromisin. 7,8,10

    M. pneumoniaelebih sering terjadi pada anak dengan usia yang lebih tua,

    sehingga dipilih antibiotik golongan makrolid sebagai pilihan pertama pada anak

    yang berusia 5 tahun. 7,8,10

    Pneumonia pada umur neonatus sampai 2 bulan yang di anjurkan adalah

    amipisilin dengan gentamisin, untuk usia lebih dari 2 bulan, lini pertama adalah

    ampisilin, namun bila dalam 3 hari belum didapatkan adanya perbaikan

    kloramfenikol dapat ditambahkan. 8,10

    Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat

    menerima obat per oral atau termasuk dalam derjat pneumonia yang berat,

    umunya obat antibiotik intravena yang dianjurkan adalah: ampisilin dan

    kloramfenikol, co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime dancefotaxime. 7,8,10

    Tabel 2. Antbiotik pada pneumonia6,7,8

    Antibiotik Dosis Frekuensi Keterangan

    Vankomisin 40-60/kg/haliTiap 6-8

    jamS. Pneumonia

    Ampisilin 150-200 mg/kg/hari Tiap 6 jam S. Pneumonia

    Kloramfenikol 100 mg/kg/hari Tiap 6 jam -

    Ceftriaxone 50-100 mg/kg/hariTiap 12 -24

    jam

    S. Pneumonia

    H. Influenza

    Cefotaxime 150 mg/kg/hari Tiap 8 jamS. Pneumonia

    H. Influenza

    Clindamisin

    10 mg/kg/hari

    Dosis tunggal

    Maksimal 1,2 gram

    Tiap 6 jam

    Streptococcus group A

    S. Aureus

    S. Pneumonia

    Azitromisin10 mg/kg/hari untuk

    2 hari

    Eritromisin

    30-40 mg/kg/hari

    Terbagi 4 dosis

    untuk 10-14 hari

    S. Pneumonia

    C. Pneumonia

    M. Pneumonia

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    12/23

    1.8.2 Nutrisi

    Pada anak dengan distres pernafasan berat, pemberian makanan peroral

    harus dihindari. Makanan dapat dberikan lewat NGT atau intravena. Jika memang

    dibutuhkan sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil. Perlu dilakukan

    pemantauan cairan agar anak tidak mengalami overhidrasi karena pada pneumonia

    berat terjadi peningkatan sekresi hormon antidiuretik.

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    13/23

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama/ No. MR : An. NU / 86.14.97

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 2 Bulan

    Ayah / Ibu : Tn. AS / Ny. S

    Alamat : Siak

    Tanggal Masuk : 08 Agustus 2014

    ALLOANAMNESIS

    Diberikan oleh : Ibu kandung pasien

    Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien demam, demam tidak terlalu tinggi,

    tidak disertai adanya kejang, demam hilang jika diberikan obat penurun panas.

    Ibu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk berdahak disertai pilek. Batuk

    timbul terus menerus, dahaknya berwarna putih kehijauan dan sulit untuk

    dikeluarkan. Muntah (+) mengeluarkan air susu yang diminum, BAB dan

    BAK tidak ada keluhan.

    3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat sesak, sesak tidak disertai

    dengan bunyi menciut, saat sesak bayi tidak tampak biru, bayi tampak sulit

    untuk menyusu dan terlihat cekungan di dada saat pasien bernapas. Riwayat

    tersedak saat menyusu tidak ada.

    Pasien dibawa berobat ke Rumah Sakit swasta di Pekanbaru kemudian dirujukoleh dokter spesialis anak ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan

    diagnose bronkopneumonia.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Tidak pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    14/23

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Tidak ada orang tua pasien yang mengeluhkan hal yang sama dengan pasien

    Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dan ibu merupakan ibu rumah tangga

    Riwayat Kehamilan

    Ibu pasien rutin kontrol kehamilan ke bidan sebulan sekali, dan diberikan

    multivitamin dan obat penambah darah, keputihan (-) saat hamil, sakit tertentu

    disangkal,

    Riwayat Kelahiran

    Lahir spontan pervaginam dibantu bidan, langsung menangis, BB lahir 3100

    gram, panjang 49 cm

    Riwayat Makan dan Minum

    ASI sejak lahir sampai sekarang

    Riwayat Imunisasi

    Imunisasi tidak ada

    Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan:

    Bisa tengkurap, dan mengangkat kepala saat tengkurap. Bereaksi terhadap suara,

    tersenyum spontan, dan bisa menatap wajah ibunya.

    Keadaan Perumahan dan Tempat Tinggal

    Rumah pasien merupakan rumah permanen, dan merupakan keluarga inti yang

    terdiri dari ayah ibu dan pasien, lingkungan bersih, ventilasi cukup, minum

    dengan air gallon, sumber air dari sumur galian.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : ComposmentisVital Sign

    Tekanan Darah : 103/ 60 mmHg

    Nadi : 110 kali permenit

    Nafas : 58 kali per menit

    Suhu : 36,8 oC

    Status Gizi

    Berat Badan : 4,9 Kg

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    15/23

    Panjang Badan : 57 cm

    LILA : 9,5 cm

    Lingkar Kepala : 38 cm

    Status gizi

    Kulit : Teraba hangat, turgor baik, sianosis (-), ikterik (-),

    pucat (-)

    Kepala : Bentuk simetris, normochepal, ubun ubun tidak cekung

    (3 cm x 2 cm)

    Rambut : rambut hitam, tumbuh rata, tidak mudah rontok,

    Mata :

    Visus : Memfiksasi objek

    Conjungtiva : Anemis (-),

    Sclera : Ikterik (-)

    Kornea : Jernih

    Iris/pupil : Warna coklat, bentuk pupil bulat, regular, diameter 2 mm

    reflex cahaya langsung (+/+) tidak langsung (+/+)

    Telinga : Secret pada liang telinga (-), deformitas (-)

    Hidung : Sekret pada cavum nasi (+), deformitas (-) napas cuping

    hidung (+)

    Mulut :

    Bibir : Mucosa bibir tidak pucat, sianosis (-),

    Selaput lendir : Oral thrush(-), tampak basah

    Palatum : Hiperemis, petekie (-)

    Lidah : Kotor (-), pucat (-)

    Gigi : Belum tumbuh

    Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

    Thorax :

    Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tanpak

    retraksi dinding dada, iktus kordis tidak terlihat.

    Palpasi : Vokal fremitus sulit dinilai, krepitasi (-), pembesaran

    kelenjar limfe supra dan infraklavikula tidak ditemukan.

    Perkusi : Sonor di kedua lapangann paru

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    16/23

    Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), rongki (+/+) (rongki basah halus),

    Wheezing (-/-)

    Abdomen :

    Inspeksi : Tanpak sedikit membuncit, simetris,

    Auskultasi : BU (+) normal

    Palpasi : Supel, defens muscular (-),shifting dullness (-),

    organomegali (-)

    Perkusi : Timpani di lapangan abdomen,

    Ekstremitas : Akral teraba hangat, refelling capillary bai(

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    17/23

    Leukositosis

    Trombositosis

    DIAGNOSA KERJA : Bronkopneumonia

    Pemeriksaan Anjuran :

    Kultur darah dan sensitivitas test

    Analisa Gas Darah

    Terapi :

    Medikamentosa :

    IVFD KAEN IB 8 cc/menit

    Inj. Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj, Dexamethasone 3 x ampul

    Nebulasi Ventolin /4 jam

    Nonmedikamentosa :

    O2NRM 5 L/menit

    Gizi : Normoweight

    Prognosis : Dubia ad malam

    Follow up pasien

    Hari/tanggal Follow up Terapi

    HARI KE-1

    Sabtu

    09 Agust

    2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)

    O : KU : tampak sakit sedang,

    Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 80/57 mmHg

    RR : 34 kali / menit

    HR : 82 kali / menit

    T : 36,7oC

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM

    Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, retraksi (+), Rhongki (+/+)

    (rhongki basah halus). Wheezing (-/-),

    A : Bronkopneumonia

    O2NRM 5 L

    IVFD KAEN 1B+ KCL 10

    mEq 10 tetes permenit

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj Dexametasone 3 x 0,5 mg

    Nebulisasi ventolin 1 amp

    per 4 jam

    NGT : ASI 8 x 10 cc

    Aminofusin 100 cc/hari

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    18/23

    HARI KE-2

    Minggu

    10 Agust2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)

    O : KU : tampak sakit sedang,Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 110/60 mmHg RR : 30 kali / menit

    HR : 80 kali / menit

    T : 36,5

    oC

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM

    Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah

    halus). Wheezing (-/-), Jantung : S1dan

    A : Bronkopneumonia

    O2NRM 5 L

    IVFD KAEN 1B 8 cc/i

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj Dexametasone 3 x amp

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    NGT : ASI 8 x 10 cc

    HARI KE-3

    Senin

    11 Agust2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)

    O : KU : tampak sakit sedang,Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 100/60 mmHg

    RR : 28 kali / menit

    HR : 88 kali / menit

    T : 37,1

    oC

    SpO2: > 95%

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM

    Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basahhalus). Wheezing (-/-), Jantung : S1dan

    S2regular, murmur (-), gallop (-)A : Bronkopneumonia

    O2NRM 5 L/menit

    IVFD KAEN 1B 8 cc/i

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg Inj Dexametasone 3 x 0,5mg

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    Aminofusin 100 cc/hari

    NGT : ASI 8 x 15 cc

    HARI KE-4

    Selasa

    12 Agust2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)

    O : KU : tampak sakit sedang,Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 100/60 mmHg

    RR : 28 kali / menit

    HR : 82 kali / menit

    T : 36,5

    oC

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah

    halus). Wheezing (-/-),A : Bronkopneumonia

    Konsul ke Fisioterapi

    O2NRM 5 L/menit

    IVFD KAEN 1B 8 cc/i

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj Dexametasone 3 x 0,5mg

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    Aminofusin 100 cc/hari

    NGT : ASI 8 x 15 cc

    HARI KE-5

    Rabu

    13 Agust

    2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-), BAB 1x berwarna

    hitam..

    O : KU : tampak sakit sedang,

    Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 110/60 mmHg

    RR : 36 kali / menit

    HR : 110 kali / menit

    Rencana fisioterapi

    O2NRM 5 L/menit

    IVFD KAEN 1B 8 cc/i

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj Dexametasone 3 x 0,5mg

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    Aminofusin 100 cc/hari

    NGT : ASI 8 x 15 cc

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    19/23

    T : 36,7oC

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM

    Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah

    halus). Wheezing (-/-)A : Bronkopneumonia

    HARI KE-6

    Kamis14 Agust

    2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)O : KU : tampak sakit sedang,

    Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 100/60 mmHg

    RR : 36 kali / menit

    HR : 86 kali / menit

    T : 37,5oC

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basahhalus). Wheezing (-/-)

    A : Bronkopneumonia

    O2NRM 5 L/menit

    IVFD KAEN 1B 8 cc/i

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj Dexametasone 3 x 0,5mg

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    Aminofusin 100 cc/hari

    NGT : ASI 8 x 25 cc

    HARI KE-7

    Jumat

    15 Agust

    2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)

    O : KU : tampak sakit sedang,

    Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 103/60 mmHg

    RR : 30 kali / menit

    HR : 80 kali / menit

    T : 36,5oC Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM

    Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah

    halus). Wheezing (-/-)

    A : Bronkopneumonia

    O2NRM 5 L

    IVFD KAEN 1B 8 cc/i

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj Dexametasone 3 x amp

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    NGT : ASI 8 x 25 cc

    HARI KE-8

    Sabtu

    16 Agust

    2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)

    O : KU : tampak sakit sedang,

    Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 110/60 mmHg

    RR : 42 kali / menit

    HR : 86 kali / menit

    T : 36,8

    oC

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM

    Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah

    halus). Wheezing (-/-)

    A : Bronkopneumonia

    O2NRM 5 L

    IVFD KAEN 1B 8 cc/i

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj Dexametasone 3 x amp

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    NGT : ASI 2 x 25 cc

    HARI KE-9

    Minggu

    17 Agust

    2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)

    O : KU : tampak sakit sedang,

    Kes : composmentis

    O2NRM 5 L

    IVFD KAEN 1B 8 cc/i

    Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg

    Inj Dexametasone 3 x amp

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    20/23

    TTV :

    TD : 100/60 mmHg

    RR : 38 kali / menit

    HR : 92 kali / menit

    T : 37,2

    oC

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM

    Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah

    halus). Wheezing (-/-),

    A : Bronkopneumonia

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    NGT : ASI 2 x 25 cc

    HARI KE-10

    Senin

    18 Agust

    2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-)

    O : KU : tampak sakit sedang,

    Kes : composmentis

    TTV :

    TD : 90/60 mmHg

    RR : 32 kali / menit HR : 88 kali / menit

    T : 37,2oC

    Hidung : DBN, terpasang NGT dan

    NRM

    Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada

    simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah

    halus). Wheezing (-/-),A : Bronkopneumonia

    O2NRM 5 L

    IVFD KAEN 1B 4tetes

    permenit mikro

    Inj. Kalpicilin 2 x 200 mg

    Inj. Kemicilin 2 x150 mg

    Nebulisasi ventolin / 4 jam

    NGT : ASI 2 x 25 cc

    HARI KE-11

    Selasa

    19 Agust

    2014

    S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),

    muntah (-), mencret (-), tampak biru

    O : KU : tampak sakit berat,

    Kes : coma

    TTV : TD : 77/53 mmHg

    RR : 32 kali / menit

    HR : 154 kali / menit

    T : 36,1oC

    SpO2

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    21/23

    PEMBAHASAN

    By. NU, laki laki, usia 2 bulan datang ke IGD RSUD Arifin Achmad

    bersama ibunya dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari SMRS. Keluhan sesak

    nafas, sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun aktivitas, pasien juga sulit

    untuk menyusu. Sesak nafas didahului dengan batuk, pilek serta demam sekitar 4

    hari SMRS. Dari gejala yang membuat pasien datang ke Rumah sakit maka bisa

    dipikirkan diagnosis bandingnya Bronkopneumonia, bronkiolitis, bronkhitis akut

    dan TBC paru.

    Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit sedang

    disertai takipneu, dengan status gizi baik, tanda vital: suhu 36,8 C, nadi

    110x/menit, RR 58x/menit. Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan retraksi

    subkostalis. Auskultasi pulmonal didapatkan ronki basah halus pada kedua lapang

    paru. Dari hasil pemeriksaan fisik ini lebih mengarah kepada bronkopneumonia.

    Hal ini sesuai dengan kriteria WHO yang digunakan di Negara berkembang yaitu

    nafas cepat lebih dari 50 kali permenit untuk anak usia 2 sampai dengan 11 bulan

    dan sesak nafas yang ditandai adanya retraksi subkosta. Berdasarkan kriteria

    klasifikasi WHO maka termasuk kedalam bronkopneumonia berat untuk anak usia

    2 bulan sampai 5 tahun. yaitu terdapatnya takipneu dan retraksi subkosta dan pada

    pemeriksaan radiologi didapatkan kesan bronkopenumonia. Pada pemeriksaan

    darah rutin didapatkan leukositosis yang kemungkinan bronkopneumonia pada

    kasus ini disebabkan oleh infeksi bakteri.

    Tatalaksana yang diberikan yang pertama adalah oksigenasi untuk

    mempertahankan saturasi oksigen >95%, IVFD diberikan KAEN IB untuk cairan

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    22/23

    maintenance untuk mencukupi keutuhannya karena pasien sulit untuk menyusu.

    Antibiotik intravena berupa ceftriaxone 1 x 500 mg diberikan pada pasien ini

    karena pasien dicurigai adanya infeksi bakteri dan dierikan secara intravena

    karena pasien tidak dapat menerima obat per oral atau termasuk dalam derjat

    pneumonia yang berat. Dexamethasone digunakan untuk antiinflamasi, dan

    dilakukan nebulisasi ventolin (salbutamol) merupakan agonis selektif reseptor 2

    yang berguna untuk membuat relaksasi dari otot polos bronkus. Kemudian pasien

    juga dikonsulkan ke bagian fisiolterapi untuk dilakukan terapi pernapasan. Setelah

    dilakukan follow up dan tidak ada perbaikan dilakukan kultur darah dengan hasil

    kultur didapatkan Pseudomonas oryzihabitans yang sensitive terhadap amikasin,

    sehingga terapinya diganti dengan amikasin 1 x 125 mg.

  • 7/25/2019 Case Dedy Purnama

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sectish TC, Prober CG. Pneumonia. Dalam:Behrman RE, Kleigman RM,

    Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 17. Philadelpia: WB

    Saunders, 2003:1432-5.

    2. Supriyatno B. Infeksi Respiratori Bawah Akut pada Anak. September

    2006. Diunduh dari : Sari Pediatri, Vol.8, No.2. h.100-6

    3. World Health Organization. Pneumonia. Fact sheet No. 331. 2009.

    Available at:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/

    4. Unicef : WHO. 2006. Pneumonia the Forgotten Killer of Children.

    5. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia: Pneumonia

    komuniti, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2003. Hal 3-22

    6.

    Gereige, S, Marcelo, P, Pnemonia, pediatric in review 2013 vol. 34, page

    438-454

    7. Ostapchuck M, Robert DM, Haddy R. Community Acquired Pneumonia in

    Infants and Children. Am Fam Physician 2004; 70: 899-908.

    8. Said M. Pneumonia. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB.

    Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1.Jakarta, 2008: 350-62.

    9.

    Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S et al. Pedoman Pelayanan Medis

    Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid I. Jakarta, 2010: 250-5.

    10.Bradley JS, Byington CL, Shah SS, et al. The Management of

    Community-Acquired Pneumonia in Infant and Children Older than 3

    Month of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatrics Infectious

    Disease Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin

    Infect Dis. 2011; 53(7): 617-630.

    http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/