case dedy purnama
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
1/23
Laporan kasus
BRONKOPNEUMONIA ANAK
Oleh:
DEDY PURNAMA
NIM. 0808121373
Pembimbing:
dr. Cece Alfalah, Sp.A M.Biomed
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2014
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
2/23
TINJAUAN PUSTAKA
1.1Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru, dimana
proses peradangannya ini menyebar dan membentuk bercak-bercak infiltrat
yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula mengenai bronkiolus terminal
dan dapat ditandai dengan batuk, sesak napas, demam, ronki basah yang
disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan benda asing.1,2
1.2Klasifikasi
WHO merekomendasikan peningkatan frekuensi nafas dan retraksi
subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia pada negara berkembang.
Namun demikian kriteria tersebut mempunyai sensitifitas yang buruk untuk
anak dengan malnutrisi dan sering overlapping dengan gejala malaria.8
Klasifikasi Pneumoni berdasarkan WHO8
a. Bayi kurang dari 2 bulan
Pneumonia berat: nafas cepat dengan retraksi yang berat
Pneumonia sangat berat: tidak mau menetek/ minum, kejang, letargis,
demam atau hipotermia, bradipnea atau pernafasan ireguler
b. Anak umur 2 bulan- 5 tahun
Pneumonia ringan: nafas cepat
Pneuminia berat: retraksi
Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum/ makan, letargis, kejang
dan malnutrisi
Menurut Perhimpunan Dokter paru Indonesia (2003), pneumonia dapat
diklasifikasikan berdasarkan klinis, penyebab dan predileksi infeksi.5
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
Pneumonia komuniti (community acquired pneumonia)
Pneumonia nosocomial (Hospital acquired pneumonia)
Pneumonia aspirasi
Pneumonia pada penderitaimmunocompromised
b. Berdasarkan penyebab
Pneumonia bacterial atau pneumonia tipikal
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
3/23
Pneumonia atipikal disebabkan oleh mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
Pneumonia virus
Pneumonia jamur
c. Berdasarkan predileksi
Pneumonia lobaris
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau satu segmen
kemungkinan sekunder yang diakibatkan oleh obstruksi bronkus.
Bronkopneumonia
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrate pada lapangan paru dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus.
Pneumonia intertitialis
1.3Epidemiologi
Sekitar 19 % dari kasus kematian anak disebabkan oleh pneumonia.
Pneumonia sendiri merupakan penyebab kematian yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kasus kematian akibat diare, spesis, malaria, AIDS
maupun campak.2,3
Secara global, terdapat sekitar 150 juta kasus pneumonia terjadi pada
anak yang berusia dibawah 5 tahun dan cenderung meningkat setiap tahunnya.
Di Amerika yang merupakan negara maju angka kejadian pneumonia masih
tinggi, diperkirakan setiap tahunnya terdapat 35-40 kasus per 1000 anak yang
berusia dibawah 5 tahun, 16-20 kasus per 1000 anak pada umur 5-9 tahun.2,5
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia prevalensi
pneumonia pada balita di Indonesia meningkat dari 7,6% di tahun 2002
menjadi 11,2% pada tahun 2007.4
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di
Indonesia kasus pneumonia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi
dan balita setelah kasus diare (15,5% dari kematian balita).4 Pneumonia
umumnya dapat terjadi di semua usia, walaupun kasus pneumonia lebih sering
dialami pada usia anak di bawah 5 tahun.4
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
4/23
1.4Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
(virus/ bakteri) dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh karena aspirasi
makanan dan asam lambung, benda asing, reaksi hipersensifitas, maupun
akibat obat dan radiasi.1,5 Mikroorganisme penyebab pneumonia pada anak
umumnya sulit ditentukan karena banyaknya mikroorganisme penyebab
pneumonia pada anak, namun penggolongan mikroorganisme berdasarkan
umur bisa membantu dalam mengetahui penyebab pneumonia pada anak
(tabel 1).5,6
Penyebab pneumonia pada anak terbanyak di negara berkembang
adalah infeksi bakteri, sedangkan di negara maju adalah infeksi virus di
samping infeksi bakteri dan campuran bakteri dan virus. Umumnya secara
klinis pneumonia yang disebabkan oleh karena infeksi baik bakteri maupun
virus sulit dibedakan.7
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
5/23
Tabel 1. Etiologi pneumonia pada anak6,7
UMUR ETIOLOGI TERSERING ETIOLOGI YANG JARANG
LAHIRSAMPA
I
USIA20HARI
Bakteri Bakteri
E. Colli
Streptococcus Group B
Listeria monocytogens
Bakteri anaerob
Streptococcus group D
Haemophillus influenza
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus Sitomegalo
Virus Herpes simpleks
USIA3MINGGU
SAMPAI3
BULAN
Bakteri Bakteri
Clamydia Trachomatis
Streptococcus pneumonia
Bordetella Pertusis
Haemophillus influenza type B
Moraxella catharalis
Staphylococcus aureus
Ureaplasma urealyticum
Virus Virus
Adenovirus
Virus Influenza
Virus Parainfluenza 1,2,3
Respiratory Synctical Virus
Sitomegalovirus
USIA4BU
LAN
SAMPAI5T
AHUN
Bakteri Bakteri
Clamydia pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Streptococcus pneumonia
Haemophillus influenza type B
Moraxella catharalis
Neisseria meningitidis
Staphylococcus aureus
Virus Virus
Virus AdenoVirus Influenza
Virus Parainfluenza Virus Rhino
Respiratory Synctical Virus
Virus Varicella-Zoster
USIA5
TAHUN
SAMPAI
REMAJA
Bakteri Bakteri
Clamydia pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Streptococcus pneumonia
Haemophillus influenza
Legionella sp
Staphylococcus aureus
Virus Virus
Virus Adeno
Virus Influenza
VirusEpstein-BarrVirus Parainfluenza
Virus Rhino
Respiratory Synctical Virus
Virus Varicella-Zoster
1.5Patogenesis
Sebagian besar pneumonia timbul akibat aspirasi mikroorganisme
yang infeksius atau penyebaran langsung kuman dari saluran nafas bagian
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
6/23
atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari viremia dan
bakteriemia.7,8
Dalam keadaan normal saluran respiratorik bagian bawah mulai
dari sublaring sampai unit terminal respirasi adalah steril. Paru terlindung dari
infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier anatomik, barier
mekanik dan sistem imunitas tubuh yang bersifat lokal dan sistemik. Barier
anatomik dan mekanik diataranya adalah filtrasi partikel di hidung,
pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui
refleks batuk, mekanisme pembersihan yang dilakukan oleh sistem mukosilier.
Sistem imunitas tubuh yang terlibat adalah imunoglobulin A, respons
inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin dan cell mediated
immunity.9,10
Pneumonia terjadi bila satu atau lebih mekanisme pertahanan
diatas mengalami gangguan sehingga mikroorganisme patogen dapat
mencapai saluran nafas bagian bawah. Inokulasi mikroorganisme patogen
menimbulkan respons inflamasi yang akut pada penjamu yang berbeda sesuai
dengan patogen penyebab.10
Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru melalui saluran nafas,
mikroorganisme sampai di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu :10
1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediatormediatorperadangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan.10
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen
bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
7/23
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.10
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.10
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.10
3. Stadium III (38 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.10
4. Stadium IV (711 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsioleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.10
1.6Manifestasi Klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara
ringan hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam jiwa dan
mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di rumah
sakit.7
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
8/23
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia
pada anak adalah immaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme
penyebab yang luas, gejala klinis yang tidak khas terutama pada bayi.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:7
Gambaran infeksi umum :
Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare.
Gambaran gangguan respiratorius:
Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan
dahak purulent bahkan bisa berdarah dan sesak nafas. Pemeriksaan fisik
umumnya terdapat gambaran distres pernafasan seperti takipnea, retraksi
(intercostal, suprasternal,subkostal,) krepitasi dan penurunan suara paru.8
Pemeriksaan frekuensi nafas pada kasus pneumonia pada anak
merupakan indeks yang paling sensitif untuk mengetahui beratnya
penyakit, sebaiknya perhitungan frekuensi nafas dilakukan pada saat anak
tenang maupun tidur.7
Kriteria takipneu menurut WHO :10
Anak umur < 2bulan : 60 x/menit
Anak umur 2-11 bulan : 50 x/menit
Anak umur 1-5 tahun : 40 x/menit
Anak umur 5 tahun : 30 x/menit
1.7Pemeriksaan Penunjang
1.7.1
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto thoraks tidak direkomendasikan secara rutin pada
anak dengan infeksi saluran nafas bawah akut ringan
Pemeriksaan foto thoraks direkomendasikan pada penderita pneumonia
yang dirawat inap ataupun terdapat tanda klinis yang membingungkan
Pemeriksaan foto thoraks follow up hanya dilakukan bila didapatkan
adanya kolaps lobus paru, kecurigaan timbulnya komplikasi,
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
9/23
pneumonia yang berat atau memburuk atau tidak respons terhadap
pemberian antibiotik.8
Kelainan pada pemeriksaan foto thoraks tidak selalu berhubungan
dengan gejala klinis, kadang kadang gambaran infiltrat sudah ditemukan
walaupun belum timbul gejala klinis, sedangkan resolusi infiltrat
memerlukan waktu yang relatif lama untuk hilang setelah hilangnya gejala
klinis.7
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari :
Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan
bronkovaskular,peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air
bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan
pneumonia lobaris, atau terlibat sebagai lesi tunggal yang biasanya
cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan
menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia.
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua
paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.7
1.7.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap umumnya didapatkan adalanya
leukositosis 15000- 40000/mm3 pada kasus pneumonia bakterial,
sedangkan pada kasus pneumonia viral umumnya didapatkan kadar
leukosit dalam batas normal ataupun hanya sedikit meningkat.7
Pada pemeriksaan laju endap darah (LED) dan C-reaktif protein
(CRP) umumnya tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin. PemeriksaanLED dan CRP sebagai indikator inflamasi sangat tidak khas karena tidak
dapat membedakan antara infeksi viral maupun bakterial, walaupun
kadang-kadang CRP sering dipakai sebagai indikator evaluasi keberhasilan
penggunaan antibiotik.7,10
Pemeriksaan kultur darah merupakan cara yang spesifik untuk
diagnostik tnamun hanya positif pada 10-15% kasus terutama pada anak
kecil. Kultur darah sangat membantu dalam penanganan pneumonia yang
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
10/23
penyebabnya diduga oleh stafilokokus dan pneumokokus yang tidak
respons terhadap terapi awal. Pemeriksaanpulse oxymetry dianjurkan pada
setiap anak yang dirawat dengan pneumonia.7,8,9
1.8 Penatalaksanaan
Pada pasien pneumonia dilakukan rawat inap apabila:5,8
Bayi:
Saturasi oksigen 92%, Sianosis
Frekuensi nafas > 60 x/ menit
Distress pernafasan, apnea intermiten ataugrunting
Tidak mau minum/ menetek
Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Anak:
Saturasi oksigen 92%, Sianosis
Frekuensi nafas > 50 x/ menit
Distress pernafasan, apnea intermiten ataugrunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Pasien dengan saturasi oksigen 92% pada saat bernafas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup
untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%.5,8
Pada kasus pneumonia yang berat ataupun asupan oral yang kurang
diberikan cairan intravena dan dilakukan balans cairan yang ketat.
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk
Nebulisasi dengan menggunakan 2-agonis dan NaCl dapat diberikan
untuk memperbaiki mucocilliary clearance
Pasien dengan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4 jam
sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
11/23
1.8.1 Penatalaksanaan Antibiotik
Pemberian amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral
pada anak < 5 tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang
menyebabkan pneumonia pada anak, alternatif selain amoksisilin adalah co-
amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritomisin dan azitromisin. 7,8,10
M. pneumoniaelebih sering terjadi pada anak dengan usia yang lebih tua,
sehingga dipilih antibiotik golongan makrolid sebagai pilihan pertama pada anak
yang berusia 5 tahun. 7,8,10
Pneumonia pada umur neonatus sampai 2 bulan yang di anjurkan adalah
amipisilin dengan gentamisin, untuk usia lebih dari 2 bulan, lini pertama adalah
ampisilin, namun bila dalam 3 hari belum didapatkan adanya perbaikan
kloramfenikol dapat ditambahkan. 8,10
Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral atau termasuk dalam derjat pneumonia yang berat,
umunya obat antibiotik intravena yang dianjurkan adalah: ampisilin dan
kloramfenikol, co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime dancefotaxime. 7,8,10
Tabel 2. Antbiotik pada pneumonia6,7,8
Antibiotik Dosis Frekuensi Keterangan
Vankomisin 40-60/kg/haliTiap 6-8
jamS. Pneumonia
Ampisilin 150-200 mg/kg/hari Tiap 6 jam S. Pneumonia
Kloramfenikol 100 mg/kg/hari Tiap 6 jam -
Ceftriaxone 50-100 mg/kg/hariTiap 12 -24
jam
S. Pneumonia
H. Influenza
Cefotaxime 150 mg/kg/hari Tiap 8 jamS. Pneumonia
H. Influenza
Clindamisin
10 mg/kg/hari
Dosis tunggal
Maksimal 1,2 gram
Tiap 6 jam
Streptococcus group A
S. Aureus
S. Pneumonia
Azitromisin10 mg/kg/hari untuk
2 hari
Eritromisin
30-40 mg/kg/hari
Terbagi 4 dosis
untuk 10-14 hari
S. Pneumonia
C. Pneumonia
M. Pneumonia
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
12/23
1.8.2 Nutrisi
Pada anak dengan distres pernafasan berat, pemberian makanan peroral
harus dihindari. Makanan dapat dberikan lewat NGT atau intravena. Jika memang
dibutuhkan sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil. Perlu dilakukan
pemantauan cairan agar anak tidak mengalami overhidrasi karena pada pneumonia
berat terjadi peningkatan sekresi hormon antidiuretik.
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
13/23
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama/ No. MR : An. NU / 86.14.97
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 Bulan
Ayah / Ibu : Tn. AS / Ny. S
Alamat : Siak
Tanggal Masuk : 08 Agustus 2014
ALLOANAMNESIS
Diberikan oleh : Ibu kandung pasien
Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang:
4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien demam, demam tidak terlalu tinggi,
tidak disertai adanya kejang, demam hilang jika diberikan obat penurun panas.
Ibu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk berdahak disertai pilek. Batuk
timbul terus menerus, dahaknya berwarna putih kehijauan dan sulit untuk
dikeluarkan. Muntah (+) mengeluarkan air susu yang diminum, BAB dan
BAK tidak ada keluhan.
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat sesak, sesak tidak disertai
dengan bunyi menciut, saat sesak bayi tidak tampak biru, bayi tampak sulit
untuk menyusu dan terlihat cekungan di dada saat pasien bernapas. Riwayat
tersedak saat menyusu tidak ada.
Pasien dibawa berobat ke Rumah Sakit swasta di Pekanbaru kemudian dirujukoleh dokter spesialis anak ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan
diagnose bronkopneumonia.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
14/23
Riwayat Sosial Ekonomi
Tidak ada orang tua pasien yang mengeluhkan hal yang sama dengan pasien
Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dan ibu merupakan ibu rumah tangga
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien rutin kontrol kehamilan ke bidan sebulan sekali, dan diberikan
multivitamin dan obat penambah darah, keputihan (-) saat hamil, sakit tertentu
disangkal,
Riwayat Kelahiran
Lahir spontan pervaginam dibantu bidan, langsung menangis, BB lahir 3100
gram, panjang 49 cm
Riwayat Makan dan Minum
ASI sejak lahir sampai sekarang
Riwayat Imunisasi
Imunisasi tidak ada
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan:
Bisa tengkurap, dan mengangkat kepala saat tengkurap. Bereaksi terhadap suara,
tersenyum spontan, dan bisa menatap wajah ibunya.
Keadaan Perumahan dan Tempat Tinggal
Rumah pasien merupakan rumah permanen, dan merupakan keluarga inti yang
terdiri dari ayah ibu dan pasien, lingkungan bersih, ventilasi cukup, minum
dengan air gallon, sumber air dari sumur galian.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : ComposmentisVital Sign
Tekanan Darah : 103/ 60 mmHg
Nadi : 110 kali permenit
Nafas : 58 kali per menit
Suhu : 36,8 oC
Status Gizi
Berat Badan : 4,9 Kg
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
15/23
Panjang Badan : 57 cm
LILA : 9,5 cm
Lingkar Kepala : 38 cm
Status gizi
Kulit : Teraba hangat, turgor baik, sianosis (-), ikterik (-),
pucat (-)
Kepala : Bentuk simetris, normochepal, ubun ubun tidak cekung
(3 cm x 2 cm)
Rambut : rambut hitam, tumbuh rata, tidak mudah rontok,
Mata :
Visus : Memfiksasi objek
Conjungtiva : Anemis (-),
Sclera : Ikterik (-)
Kornea : Jernih
Iris/pupil : Warna coklat, bentuk pupil bulat, regular, diameter 2 mm
reflex cahaya langsung (+/+) tidak langsung (+/+)
Telinga : Secret pada liang telinga (-), deformitas (-)
Hidung : Sekret pada cavum nasi (+), deformitas (-) napas cuping
hidung (+)
Mulut :
Bibir : Mucosa bibir tidak pucat, sianosis (-),
Selaput lendir : Oral thrush(-), tampak basah
Palatum : Hiperemis, petekie (-)
Lidah : Kotor (-), pucat (-)
Gigi : Belum tumbuh
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thorax :
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tanpak
retraksi dinding dada, iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Vokal fremitus sulit dinilai, krepitasi (-), pembesaran
kelenjar limfe supra dan infraklavikula tidak ditemukan.
Perkusi : Sonor di kedua lapangann paru
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
16/23
Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), rongki (+/+) (rongki basah halus),
Wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Tanpak sedikit membuncit, simetris,
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Supel, defens muscular (-),shifting dullness (-),
organomegali (-)
Perkusi : Timpani di lapangan abdomen,
Ekstremitas : Akral teraba hangat, refelling capillary bai(
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
17/23
Leukositosis
Trombositosis
DIAGNOSA KERJA : Bronkopneumonia
Pemeriksaan Anjuran :
Kultur darah dan sensitivitas test
Analisa Gas Darah
Terapi :
Medikamentosa :
IVFD KAEN IB 8 cc/menit
Inj. Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj, Dexamethasone 3 x ampul
Nebulasi Ventolin /4 jam
Nonmedikamentosa :
O2NRM 5 L/menit
Gizi : Normoweight
Prognosis : Dubia ad malam
Follow up pasien
Hari/tanggal Follow up Terapi
HARI KE-1
Sabtu
09 Agust
2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)
O : KU : tampak sakit sedang,
Kes : composmentis
TTV :
TD : 80/57 mmHg
RR : 34 kali / menit
HR : 82 kali / menit
T : 36,7oC
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM
Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, retraksi (+), Rhongki (+/+)
(rhongki basah halus). Wheezing (-/-),
A : Bronkopneumonia
O2NRM 5 L
IVFD KAEN 1B+ KCL 10
mEq 10 tetes permenit
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj Dexametasone 3 x 0,5 mg
Nebulisasi ventolin 1 amp
per 4 jam
NGT : ASI 8 x 10 cc
Aminofusin 100 cc/hari
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
18/23
HARI KE-2
Minggu
10 Agust2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)
O : KU : tampak sakit sedang,Kes : composmentis
TTV :
TD : 110/60 mmHg RR : 30 kali / menit
HR : 80 kali / menit
T : 36,5
oC
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM
Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah
halus). Wheezing (-/-), Jantung : S1dan
A : Bronkopneumonia
O2NRM 5 L
IVFD KAEN 1B 8 cc/i
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj Dexametasone 3 x amp
Nebulisasi ventolin / 4 jam
NGT : ASI 8 x 10 cc
HARI KE-3
Senin
11 Agust2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)
O : KU : tampak sakit sedang,Kes : composmentis
TTV :
TD : 100/60 mmHg
RR : 28 kali / menit
HR : 88 kali / menit
T : 37,1
oC
SpO2: > 95%
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM
Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basahhalus). Wheezing (-/-), Jantung : S1dan
S2regular, murmur (-), gallop (-)A : Bronkopneumonia
O2NRM 5 L/menit
IVFD KAEN 1B 8 cc/i
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg Inj Dexametasone 3 x 0,5mg
Nebulisasi ventolin / 4 jam
Aminofusin 100 cc/hari
NGT : ASI 8 x 15 cc
HARI KE-4
Selasa
12 Agust2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)
O : KU : tampak sakit sedang,Kes : composmentis
TTV :
TD : 100/60 mmHg
RR : 28 kali / menit
HR : 82 kali / menit
T : 36,5
oC
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah
halus). Wheezing (-/-),A : Bronkopneumonia
Konsul ke Fisioterapi
O2NRM 5 L/menit
IVFD KAEN 1B 8 cc/i
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj Dexametasone 3 x 0,5mg
Nebulisasi ventolin / 4 jam
Aminofusin 100 cc/hari
NGT : ASI 8 x 15 cc
HARI KE-5
Rabu
13 Agust
2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-), BAB 1x berwarna
hitam..
O : KU : tampak sakit sedang,
Kes : composmentis
TTV :
TD : 110/60 mmHg
RR : 36 kali / menit
HR : 110 kali / menit
Rencana fisioterapi
O2NRM 5 L/menit
IVFD KAEN 1B 8 cc/i
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj Dexametasone 3 x 0,5mg
Nebulisasi ventolin / 4 jam
Aminofusin 100 cc/hari
NGT : ASI 8 x 15 cc
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
19/23
T : 36,7oC
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM
Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah
halus). Wheezing (-/-)A : Bronkopneumonia
HARI KE-6
Kamis14 Agust
2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)O : KU : tampak sakit sedang,
Kes : composmentis
TTV :
TD : 100/60 mmHg
RR : 36 kali / menit
HR : 86 kali / menit
T : 37,5oC
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basahhalus). Wheezing (-/-)
A : Bronkopneumonia
O2NRM 5 L/menit
IVFD KAEN 1B 8 cc/i
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj Dexametasone 3 x 0,5mg
Nebulisasi ventolin / 4 jam
Aminofusin 100 cc/hari
NGT : ASI 8 x 25 cc
HARI KE-7
Jumat
15 Agust
2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)
O : KU : tampak sakit sedang,
Kes : composmentis
TTV :
TD : 103/60 mmHg
RR : 30 kali / menit
HR : 80 kali / menit
T : 36,5oC Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM
Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah
halus). Wheezing (-/-)
A : Bronkopneumonia
O2NRM 5 L
IVFD KAEN 1B 8 cc/i
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj Dexametasone 3 x amp
Nebulisasi ventolin / 4 jam
NGT : ASI 8 x 25 cc
HARI KE-8
Sabtu
16 Agust
2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)
O : KU : tampak sakit sedang,
Kes : composmentis
TTV :
TD : 110/60 mmHg
RR : 42 kali / menit
HR : 86 kali / menit
T : 36,8
oC
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM
Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah
halus). Wheezing (-/-)
A : Bronkopneumonia
O2NRM 5 L
IVFD KAEN 1B 8 cc/i
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj Dexametasone 3 x amp
Nebulisasi ventolin / 4 jam
NGT : ASI 2 x 25 cc
HARI KE-9
Minggu
17 Agust
2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)
O : KU : tampak sakit sedang,
Kes : composmentis
O2NRM 5 L
IVFD KAEN 1B 8 cc/i
Inj Ceftriaxone 1 x 500 mg
Inj Dexametasone 3 x amp
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
20/23
TTV :
TD : 100/60 mmHg
RR : 38 kali / menit
HR : 92 kali / menit
T : 37,2
oC
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM
Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah
halus). Wheezing (-/-),
A : Bronkopneumonia
Nebulisasi ventolin / 4 jam
NGT : ASI 2 x 25 cc
HARI KE-10
Senin
18 Agust
2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-)
O : KU : tampak sakit sedang,
Kes : composmentis
TTV :
TD : 90/60 mmHg
RR : 32 kali / menit HR : 88 kali / menit
T : 37,2oC
Hidung : DBN, terpasang NGT dan
NRM
Thorax : Paru: Pergerakan dinding dada
simetris, Rhongki (+/+) (rhongki basah
halus). Wheezing (-/-),A : Bronkopneumonia
O2NRM 5 L
IVFD KAEN 1B 4tetes
permenit mikro
Inj. Kalpicilin 2 x 200 mg
Inj. Kemicilin 2 x150 mg
Nebulisasi ventolin / 4 jam
NGT : ASI 2 x 25 cc
HARI KE-11
Selasa
19 Agust
2014
S : Batuk berdahak, sesak (+), demam (-),
muntah (-), mencret (-), tampak biru
O : KU : tampak sakit berat,
Kes : coma
TTV : TD : 77/53 mmHg
RR : 32 kali / menit
HR : 154 kali / menit
T : 36,1oC
SpO2
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
21/23
PEMBAHASAN
By. NU, laki laki, usia 2 bulan datang ke IGD RSUD Arifin Achmad
bersama ibunya dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari SMRS. Keluhan sesak
nafas, sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun aktivitas, pasien juga sulit
untuk menyusu. Sesak nafas didahului dengan batuk, pilek serta demam sekitar 4
hari SMRS. Dari gejala yang membuat pasien datang ke Rumah sakit maka bisa
dipikirkan diagnosis bandingnya Bronkopneumonia, bronkiolitis, bronkhitis akut
dan TBC paru.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit sedang
disertai takipneu, dengan status gizi baik, tanda vital: suhu 36,8 C, nadi
110x/menit, RR 58x/menit. Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan retraksi
subkostalis. Auskultasi pulmonal didapatkan ronki basah halus pada kedua lapang
paru. Dari hasil pemeriksaan fisik ini lebih mengarah kepada bronkopneumonia.
Hal ini sesuai dengan kriteria WHO yang digunakan di Negara berkembang yaitu
nafas cepat lebih dari 50 kali permenit untuk anak usia 2 sampai dengan 11 bulan
dan sesak nafas yang ditandai adanya retraksi subkosta. Berdasarkan kriteria
klasifikasi WHO maka termasuk kedalam bronkopneumonia berat untuk anak usia
2 bulan sampai 5 tahun. yaitu terdapatnya takipneu dan retraksi subkosta dan pada
pemeriksaan radiologi didapatkan kesan bronkopenumonia. Pada pemeriksaan
darah rutin didapatkan leukositosis yang kemungkinan bronkopneumonia pada
kasus ini disebabkan oleh infeksi bakteri.
Tatalaksana yang diberikan yang pertama adalah oksigenasi untuk
mempertahankan saturasi oksigen >95%, IVFD diberikan KAEN IB untuk cairan
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
22/23
maintenance untuk mencukupi keutuhannya karena pasien sulit untuk menyusu.
Antibiotik intravena berupa ceftriaxone 1 x 500 mg diberikan pada pasien ini
karena pasien dicurigai adanya infeksi bakteri dan dierikan secara intravena
karena pasien tidak dapat menerima obat per oral atau termasuk dalam derjat
pneumonia yang berat. Dexamethasone digunakan untuk antiinflamasi, dan
dilakukan nebulisasi ventolin (salbutamol) merupakan agonis selektif reseptor 2
yang berguna untuk membuat relaksasi dari otot polos bronkus. Kemudian pasien
juga dikonsulkan ke bagian fisiolterapi untuk dilakukan terapi pernapasan. Setelah
dilakukan follow up dan tidak ada perbaikan dilakukan kultur darah dengan hasil
kultur didapatkan Pseudomonas oryzihabitans yang sensitive terhadap amikasin,
sehingga terapinya diganti dengan amikasin 1 x 125 mg.
-
7/25/2019 Case Dedy Purnama
23/23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sectish TC, Prober CG. Pneumonia. Dalam:Behrman RE, Kleigman RM,
Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 17. Philadelpia: WB
Saunders, 2003:1432-5.
2. Supriyatno B. Infeksi Respiratori Bawah Akut pada Anak. September
2006. Diunduh dari : Sari Pediatri, Vol.8, No.2. h.100-6
3. World Health Organization. Pneumonia. Fact sheet No. 331. 2009.
Available at:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/
4. Unicef : WHO. 2006. Pneumonia the Forgotten Killer of Children.
5. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia: Pneumonia
komuniti, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2003. Hal 3-22
6.
Gereige, S, Marcelo, P, Pnemonia, pediatric in review 2013 vol. 34, page
438-454
7. Ostapchuck M, Robert DM, Haddy R. Community Acquired Pneumonia in
Infants and Children. Am Fam Physician 2004; 70: 899-908.
8. Said M. Pneumonia. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB.
Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1.Jakarta, 2008: 350-62.
9.
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S et al. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid I. Jakarta, 2010: 250-5.
10.Bradley JS, Byington CL, Shah SS, et al. The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Infant and Children Older than 3
Month of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatrics Infectious
Disease Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin
Infect Dis. 2011; 53(7): 617-630.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/