triyana syahfitri,s2 hkm bisnis

164
TESIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA RANTING TEMBILAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum (M.H) OLEH : NAMA : TRIYANA SYAHFITRI NOMOR MAHASISWA : 09/PS/2009 BIDANG KAJIAN UTAMA : HUKUM BISNIS PROGRAM MAGISTER (S2) ILMU HUKUM PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2010 1

Upload: krisna-bayu-wisnu-kencana

Post on 05-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

  • TESIS

    PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PT.

    PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA RANTING TEMBILAHAN

    DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

    TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Magister Hukum (M.H)

    OLEH :

    NAMA : TRIYANA SYAHFITRI NOMOR MAHASISWA : 09/PS/2009 BIDANG KAJIAN UTAMA : HUKUM BISNIS

    PROGRAM MAGISTER (S2) ILMU HUKUM PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU

    PEKANBARU 2010

    1

  • PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JASA PT. PERUSAHAAN

    LISTRIK NEGARA RANTING TEMBILAHAN DITINJAU DARI UNDANG-

    UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

    TESIS

    Oleh :

    TRIYANA SYAHFITRI

    Nomor Mahasiswa : 09/PS/2009 Program Studi : Ilmu Hukum Bidang Kajian Utama : Hukum Bisnis

    Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 28 April 2010 Dan Dinyatakan LULUS

    TIM PENGUJI

    KETUA SEKRETARIS

    Prof. DR. H. Syafrinaldi S.H., M.C.L. H.Hamdani S.H., M.Hum

    ANGGOTA I ANGGOTA II

    H.Abdul Thalib S.H., M.C.L Thamrin S.,S.H., M.Hum

    Mengetahui Direktur Program Pascasarjana

    Universitas Islam Riau

    Prof. DR. H. Syafrinaldi S.H.,M.C.L

    SURAT PERNYATAAN

    2

  • Yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : Triyana Syahfitri

    NPM : 09/ PS/ 2009

    Program Studi : Hukum Bisnis

    Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru, 10 April 1986

    Alamat Rumah : Jalan Batang Tuaka No. 100 Tembilahan

    Judul Tesis : Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa PT.Perusahaan

    Listrik Negara Ranting Tembilahan Ditinjau Dari Undang-

    Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

    Konsumen

    Dengan ini menyatakan bahwa Tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri

    dan tidak dibuatkan oleh orang lain serta sepengetahuan saya tesis ini belum pernah

    ditulis oleh oranglain. Untuk itu bila dikemudian hari Tesis ini terbukti merupakan hasil

    karya oranglain, atau hasil mencontek Tesis/ karya ilmiah oranglain (plagiat), maka

    gelar Magister Hukum (M.H) yang telah saya peroleh bersedia untuk dibatalkan.

    Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya tanpa adanya

    paksaan dari pihak manapun.

    Pekanbaru,19 April 2010

    Yang menyatakan,

    (Triyana Syahfitri)

    ABSTRAKSI

    3

  • Listrik sebagai salah satu kebutuhan penting di masyarakat, justru hanya disediakan oleh satu pelaku usaha, yaitu PT.PLN. Sistem memonopoli jasa listrik yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan PT.PLN tidak berupaya maksimal untuk memberikan fasilitas yang memadai kepada masyarakat. Akibatnya tingkat kebutuhan listrik masyarakat semakin meningkat, sedangkan daya listrik yang tersedia tidak mampu mengantisipasinya. Pada akhirnya kedudukan konsumen semakin lemah apabila dibandingkan dengan pelaku usaha, karena konsumen lah sebagai pihak yang dirugikan. Kenyataan ini, mengakibatkan tidak terpenuhinya tujuan perlindungan konsumen sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

    Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah pokok yaitu, Bagaimana prosedur pemasangan KWH listrik, faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hak konsumen menyangkut jasa pemasangan KWH listrik, bagaimana upaya perlindungan konsumen yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan, bagaimana penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan.

    Penelitian ini menggunakan metode Observasi Research, yaitu penulis turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data. Sifat penelitian ini deskritif, yaitu penelitian yang bertujuan memberi gambaran atau kejadian secara sistematis, aktual dan akurat berdasarkan fakta di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada pihak responden, wawancara kepada pihak responden dan studi kepustakaan. Adapun responden dalam penelitian ini adalah pihak pelanggan listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan, Manajer PT.PLN Ranting Tembilahan dan Direktur Eksekutif Forkom LPK-RIAU. Data dalam penelitian ini dianalisa secara kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.

    Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prosedur pemasangan KWH listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan mudah. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran hak konsumen adalah tidak adanya peningkatan daya listrik dari tahun ke tahun yang dilakukan PT.PLN Ranting Tembilahan untuk mengantisipasi kebutuhan listrik konsumen. Upaya perlindungan konsumen yang dilakukan PT.PLN Ranting Tembilahan adalah terbuka menerima keluhan dari pihak pelanggan dan melakukan pemasangan KWH listrik sesuai nomor antrian pelanggan yang tercatat di kantor PT.PLN Ranting Tembilahan. Sedangkan penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan oleh pihak PT.PLN Ranting Tembilahan adalah dengan cara damai yaitu dengan dilakukannya negosiasi antara pihak PT.PLN Ranting Tembilahan dengan pihak konsumen. Pihak PT.PLN Ranting Tembilahan akan memberikan ganti atas kerugian pihak konsumen selaku pelanggan listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan.

    PERSEMBAHAN

    Selama 23 tahun kau menjaga ku

    4

  • Orangtua ku, ku ingin mendapatkan syurga NYA atas ridho mu

    Hari ini, ku dapatkan gelar Magister Hukum juga karena ridho mu

    Orangtuaku, tersenyum lah sebagai pertanda engkau meridhoi jalan ku

    Agar tiap-tiap detik yang melelahkan ku, justru menjadi penyemangat bagi kehidupan

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho Nya maka tesis ini dapat

    penulis selesaikan. Seiring salam dipanjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

    5

  • yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan kepada alam yang terang

    benderang, yang penuh ilmu pengetahuan.

    Dalam dunia Pendidikan baik di tingkat sekolah maupun di tingkat perguruan

    tinggi seperti perkuliahan di Universitas Islam Riau, dalam menyelesaikan perkuliahan

    pasca sarjana hukum (S2), sudah lazim nya kepada Mahasiswa diberikan tugas akhir

    berupa penyusunan tesis. Demikian pula halnya dengan penulis, tidak terlepas dari tugas

    pembuatan tesis. Adapun untuk memenuhi tugas pembuatan tesis tersebut, penulis

    tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :Perlindungan Konsumen Terhadap

    Jasa PT. Perusahaan Listrik Negara Ranting Tembilahan Ditinjau dari Undang-

    Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

    Dipilihnya judul ini, karena Kabupaten Indragiri Hilir merupakan Kabupaten

    yang beberapa wilayahnya sulit dijangkau, sehingga beberapa daerah tersebut belum

    mendapatkan fasilitas listrik oleh PT.PLN Ranting Tembilahan. Sedangkan di

    Kabupaten Indragiri Hilir perekonomian sebagian masyarakat, masih mengalami

    kesulitan untuk membeli mesin generator sendiri sebagai energi listrik, sehingga

    masyarakat Indragiri Hilir, sangat bergantung kepada PLN untuk memenuhi kebutuhan

    listrik. Selain itu, di Indragiri Hilir juga tidak memiliki potensi alam seperti air terjun

    yang mampu menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Hal ini menyebabkan,

    untuk pembangkit energi listrik menggunakan mesin yang bahan bakarnya adalah

    minyak. Untuk membeli minyak sebagai bahan bakar, memerlukan biaya yang besar

    bagi pihak PLN. Hal tersebut berakibat pada tingginya angka pembayaran rekening

    listrik. Sedangkan pembayaran yang besar tersebut, tidak disesuaikan dengan fasilitas

    listrik yang memadai untuk kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya

    6

  • pemadaman bergilir untuk pelanggan lama. Sehingga untuk menerima pelanggan baru

    PLN merasa kesulitan dan pelanggan baru harus menunggu lama, untuk mendapatkan

    fasilitas listrik. PT.PLN Ranting Tembilahan yang tidak mengantisipasi kebutuhan

    listrik masyarakat Indaragiri Hilir tersebut, berakibat pada keadaan tidak terpenuhinya

    hak-hak konsumen. Masyarakat Indragiri Hilir selaku konsumen, mengalami kerugian

    disebabkan kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan listriknya. Hal tersebut menyebabkan

    tidak terpenuhinya tujuan perlindungan konsumen sebagaimana yang diatur dalam

    Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

    Berhasilnya penulis dalam menyelesaikan tesis ini adalah berkat bimbingan dan

    pemberian ilmu pengetahuan kepada penulis, selama menjadi mahasiswa di Program

    Pasca Sarjana Universitas Islam Riau. Maka dalam kesempatan ini, penulis

    mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

    1. Bapak Detri Karya, selaku Rektor Universitas Islam Riau yang telah memberikan

    kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Master Ilmu

    Hukum di Universitas Islam Riau;

    2. Bapak Prof. DR. H. Syafrinaldi, S.H., M.C.L., selaku Direktur Program Pasca

    Sarjana Universitas Islam Riau sekaligus sebagai Pembimbing I, yang telah

    memberikan banyak bantuan, kemudahan, bimbingan dan waktu, selama penulis

    mengikuti perkuliahan dan penulisan tesis;

    3. Bapak DR. H. Saifuddin Syukur, S.H., M.C.L., selaku Ketua Program Magister

    Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Islam Riau, yang telah membantu penulis

    dalam penetapan judul penelitian ini;

    7

  • 4. Bapak H. Hamdani, S.H., M.Hum., selaku pembimbing II, yang telah meluangkan

    waktunya untuk memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan saran kepada

    penulis, selama perkuliahan di Program Pasca Sarjana dan penulisan tesis;

    5. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Dosen pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas

    Islam Riau yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik serta

    memberikan banyak saran dan nasehat, selama penulis mengikuti perkuliahan di

    Program Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Riau;

    6. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Staf pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas

    Islam Riau yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas dalam bentuk bantuan

    administratif kepada penulis;

    7. Bapak Desril Naldi, selaku Pimpinan PT.PLN Ranting Tembilahan yang telah

    membantu penulis dalam memberikan informasi dan memperoleh data;

    8. Kedua orangtua penulis yang tercinta, H.M. Syatir Hasan S.sos., dan HJ. Sri Bintang

    Tika Asia Ampd., yang selalu memberikan doa dan dorongan kepada penulis;

    9. Paman dan Tante penulis di Pekanbaru yang telah banyak memberikan bantuan

    selama penulis menyelesaikan perkuliahan, Akhmad Fadillah Lubis dan Siti

    Jamilah;

    10. Saudara kandung penulis, Teguh Satriawan Leo Bubas, Lia Aanta Budba, Jhon

    Kennedy Khairil, Hesty Mario Pulana. Keponakan yang terus menjadi sumber

    kekuatan bagi penulis, M. Alif Alena Madiase, Rahmadina Farras Nasywa, M. Teo

    Ananta Mariwawo. Abang Briptu Ronal yang selalu menjadi motivasi bagi penulis;

    11. Rekan-Rekan Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Riau,

    khususnya jurusan Hukum Bisnis Tahun 2009-2010;

    8

  • 12. Rekan-Rekan lainnya, Bang Ateng yang telah memberikan pengetahuan tentang

    pemasangan arus listrik dari pihak PLN, Kak Ucu yang selalu menemani penulis

    selama penulis menyelesaikan tulisan ini, Adik Tika sebagai teman diskusi penulis

    untuk menyelesaikan tulisan ini, Adik Siah yang telah banyak memberikan bantuan

    kepada penulis dan Adik Anggi dan Adik Rara yang menjadi penyemangat bagi

    penulis untuk menyelesaian tulisan ini.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

    dukungan dan bantuan yang telah penulis terima.

    Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin

    agar mendapatkan hasil yang terbaik. Namun ibarat kata pepatah, tak ada gading yang

    tak retak, demikian halnya dengan penulis sebagai seorang mahasiswa yang tidak lepas

    dari kesalahan dalam menyelesaikan tesis ini. Namun sebagai mahasiswa, penulis ingin

    terus belajar agar menjadi lebih baik. Sehingga penulis mengharapkan, masukan, kritik,

    saran, pendapat, arahan dan bimbingan dari semua pihak, untuk kesempurnaan

    penulisan tesis ini.

    Akhirnya dengan segala kerendahan hati, semoga tesis ini dapat bermanfaat.

    Amin ya rabbal alamin.

    Tembilahan, 16 Januari 2010

    TRIYANA SYAHFITRI

    9

  • DAFTAR ISI

    Halaman judul ..........................................................................................i

    Lembar persetujuan tesis..........................................................................................ii

    Lembar Telah Selesai Ujian Tesis ..........................................................................iii

    Surat Pernyataan.....................................................................................................iv

    Abstraksi..................................................................................................................v

    Persembahan...........................................................................................................vi

    Kata pengantar.......................................................................................................vii

    Daftar isi ................................................................................................................xii

    Daftar tabel ...........................................................................................................xiv

    Daftar singkatan.....................................................................................................xv

    BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................1

    A. Latar Belakang.............................................................................................1

    B. Masalah Pokok ............................................................................................9

    10

  • C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian................................................................9

    D. Kerangka Teori ..........................................................................................10

    E. Konsep Operasional...................................................................................20

    F. Metode Penelitian......................................................................................22

    BAB II : TINJAUAN UMUM ..............................................................................27

    A. Kabupaten Indragiri Hilir ....................................................................27

    B. PT. PLN (Persero) ...............................................................................35

    C. Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia ...................................54

    D. Gambaran Umum YLKI......................................................................82

    BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................89

    A. Prosedur Pemasangan KWH Listrik di PLN Ranting Tembilahan ...........89

    B. Faktor Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya PelanggaranTerhadap Konsumen

    Menyangkut Jasa Pemasangan KWH Listrk Oleh PLN Ranting Tembilahan

    ...................................................................................................................96

    C. Upaya Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pemasangan KWH Listrik Yang

    Dilakukan Oleh PLN Ranting Tembilahan Ditinjau dari UUPK ............108

    D. Penyelesaian Sengketa Apabila Konsumen Dirugikan ...........................123

    BAB IV : PENUTUP...........................................................................................135

    A. Kesimpulan..............................................................................................135

    B. Saran ................................................ ........................................................137

    Daftar Pustaka .....................................................................................................140

    Daftar Kuesioner Kepada Responden .................................................................147

    Daftar Wawancara Kepada Pihak PLN ...............................................................150

    11

  • Daftar Wawancara Kepada Pihak LPK-RIAU ....................................................150

    Lampiran..............................................................................................................151

    DAFTAR TABEL

    I.1 : Daftar Populasi Dan Sampel...24

    II.1 : Kondisi Listrik di Kabupaten Indragiri Hilir Sampai Maret 2010..30

    III.1 : Jawaban Responden Terhadap Tingkat Kesulitan Prosedur

    Pemasangan KWH Listrik...93

    III.2 : Jawaban Responden Tentang Apakah Pemasangan

    KWH Listrik Dilakukan Sesuai Nomor Antrian Pelanggan...99

    III.3 : Jawaban Responden Tentang Adanya Pemberitahuan Pihak PLN

    Perihal Akan Dilakukan Pemasangan KWH Listrik Pelanggan...101

    III.4 : Daftar Nama Desa/Kelurahan Yang Mendapatkan Fasilitas Listrik.103

    III.5 : Jawaban Responden Tentang Pelayanan Pihak Karyawan PLN..111

    III.6 : Jawaban Responden Tentang Apakah PLN Memberikan Sangsi

    Kepada Karyawan Yang Melakukan Kesalahan...112

    III.7 : Jawaban Responden Tentang Pengetahuannya Mengenai Fasilitas

    12

  • Yang Disediakan PLN...114

    III.8 : Pengetahuan Konsumen Tentang Hak Dan Kewajibannya..117

    III.9 : Jawaban Responden Tentang Informasi Yang Diberikan Pihak PLN..118

    III.10 : Jawaban Responden Tentang Waktu Menunggu Pemasangan

    KWH Listrik..132

    III.11 : Jawaban Responden Tentang Apakah Keberatan Untuk Menunggu

    KWH Listrik Sampai Terpasang...133

    DAFTAR SINGKATAN

    APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah BAMUI : Badan Arbitrase Muammalat Indonesia BANI : Badan Arbitrase Nasional Indonesia BAPL : Berita Acara Pemasangan Listrik BP : Biaya penyambungan BPSK : Badan Perlindungan Sengketa Konsumen BPU PLN : Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara CATER : Catatan Meteran DEPPDARIGA : Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga DITJEN : Direktorat Jendral Tenaga dan Listrik GATS : General Agreement On Trade and services KADIN : Kamar Dagang dan Industri KK : Kepala Keluarga KPUB : Komisi Pengawas Unit Bisnis KWH : Kilo Watt Hour LEB : Listrik dan Energi Baru Lisdes : Listrik Desa LMK : Lembaga Masalah-Masalah Ketenagaan LPK : Lembaga Perlindungan Konsumen OPAL : Operasi Penertiban Aliran Listrik PGN : Perusahaan Gas Negara PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTD : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap PUTL : Perusahaan Umum Tenaga Listrik P2TL : Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik SMS : Sending Messages

    13

  • SPK : Surat Perintah Kerja SPKPL : Surat Perintah Kerja Pemasangan Listrik TDL : Tarif Dasar Listrik TMP : Tingkat Mutu Pelayanan UJL : Uang Jaminan Listrik UKM : Unit Koreksi Meteran UGP : Unit Gangguan dan Pengaduan WTO : World Trade Organization

    14

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan tekhnologi di Indonesia dewasa ini, ditandai dengan hadirnya

    alat-alat tekhnologi seperti komputer, handphone, internet dan media massa, yang dapat

    membantu perkembangan masyarakat Indonesia di bidang pembangunan dan ilmu

    pengetahuan. Perkembangan pembangunan dan ilmu pengetahuan, tentunya didukung

    oleh banyak hal, diantaranya adalah listrik.1 Listrik merupakan kebutuhan yang

    dirasakan sangat penting oleh masyarakat, karena banyaknya manfaat yang dirasakan

    masyarakat terhadap adanya jasa listrik. Sehingga listrik tidak hanya dipandang sebagai

    alat pembantu penerangan saja, melainkan manfaat yang dirasakan sudah beraneka

    ragam tergantung pada kebutuhan masyarakat. Tentunya tingkat kebutuhan masyarakat

    tidak sama, seperti di perkantoran, hotel, mall, perusahaan, kegiatan industri,

    perumahan, serta lainnya yang memanfaatkan tenaga listrik. Listrik salah satu

    infrastruktur yang memegang peranan penting untuk memacu pertumbuhan sosial-

    ekonomi masyarakat.2

    Keberadaan listrik juga mampu memperlancar arus informasi melalui media

    elektronik, sehingga program pemerintah dapat terserap langsung oleh masyarakat

    1 Listrik Riau Dan Jakarta, Koran Riau Pos, Terbit Pada Hari Senin, Nomor 2, tanggal 16 November 2009. 2 Pengusaha menilai Pemadaman Listrik Picu Pertumbuhan Industri, Koran Tribun Pekanbaru, Terbit Pada Hari Senin, Tanggal 21 Desember 2009.

    15

  • dalam rangka meningkatkan pola fikir dan perilaku masyarakat, dibidang pendidikan,

    sosial, politik, ekonomi dan budaya.3

    Seirama dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan

    Undang-Undang Dasar 1945, yaitu untuk kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan

    kehidupan bangsa. Maka sarana listrik akan memberikan informasi yang dapat

    membantu proses pencerdasan yang merata keseluruh masyarakat. Selain itu sarana

    listrik juga merupakan salah satu penunjang untuk mencapai kesejahteraan masyakat.

    Seperti yang dinyatakan di dalam Pasal 33 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yaitu :

    cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup

    orang banyak dikuasai oleh Negara. Maka Pemerintah selaku personifikasi dari

    negara dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa dan menciptakan masyarakat yang

    sejahtera dan madani, membentuk Perusahaan Negara. Hal tersebut, diharapkan agar

    pemanfaatan dan pengelolaannya lebih terkontrol, profesional dan mengedepankan

    kepentingan umum. Salah satunya adalah membentuk Perusahaan Listrik Negara (PLN)

    dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana pemerintah mempunyai saham terbesar

    dalam PT. PLN tersebut. Agar pemerintah dapat memiliki posisi strategis dan dominan

    dalam menentukan kebijakan yang arahnya adalah untuk kepentingan publik. Dalam

    rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat akan penerangan, sarana hiburan dan

    membantu kegiatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan Negara menurut

    Aristoteles, yaitu untuk mencapai kepentingan hidup yang baik dan harmonis.4

    PT. PLN yang dibentuk pemerintah, salah satunya adalah PT. PLN Ranting

    Tembilahan yang terletak di Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. PT.PLN 3 Eddon Mufrizon, Alternatif Pemanfaatan Energi Surya Untuk Penerangan Listrik Di Pedesaan, Jurnal Saintis, Vol. 3 No. 1 ; April 2000, hal 63. 4 Kansil dan Cristine, Ilmu Negara, Pradyana Paramita, Jakarta : 2001, Hal 58.

    16

  • Ranting Tembilahan hadir untuk pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat di Kabupaten

    Indragiri Hilir dan merupakan pokok bahasan dalam penelitian ini. Kabupaten Indragiri

    Hilir merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, yang beribu kota di Kecamatan

    Tembilahan. Kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas wilayah 18.812,97 km2 dan

    jumlah penduduk pada Januari 2009 sebanyak 669.657 jiwa. Kabupaten Indragiri Hilir

    terdiri dari 20 Kecamatan dan 193 Desa/Kelurahan.5

    Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Indragiri Hilir, tidak semuanya

    dapat ditempuh dengan jalur transportasi darat melainkan harus melalui transportasi

    laut. Sehingga PT.PLN Ranting Tembilahan harus mengantisipasi keadaan tersebut,

    agar dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir. Selain

    itu, jumlah penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir yang terus mengalami peningkatan,

    serta perkembangan pembangunan yang terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, juga

    mengharuskan PT.PLN Ranting Tembilahan untuk bekerja lebih maksimal, dengan cara

    menyediakan daya listrik yang memadai untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.

    Dalam kenyataannya, PT.PLN Ranting Tembilahan tidak mengantisipasi

    kebutuhan listrik masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir. Hal tersebut dibuktikan

    dengan terjadinya pemadaman listrik bergilir yang dilakukan oleh PT.PLN Ranting

    Tembilahan, yang berkisar delapan jam hidup dan delapan jam mati. Permasalahan

    hidup matinya listrik PLN tidak hanya terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, melainkan

    juga di Bangkinang. Permasalahan tersebut, telah dibahas sebelumnya oleh Ardiansyah,

    pada tahun 2008, dalam penelitiannya yang berjudul : Pelaksanaan Perlindungan

    5 Data diambil dari kantor catatan sipil tembilahan, pada senin, 15 Maret 2010.

    17

  • Konsumen Di PLN Ranting Bangkinang.6 Selain permasalahan hidup mati listrik, PLN

    juga sering mengalami kesalahan dalam pencatatan meteran listrik. Kesalahan dalam

    pencatatan meteran listrik tersebut terjadi di kota Pekanbaru. Mengenai hal tersebut,

    telah dilakukan penelitian oleh Syelfi Irma Rosa pada tahun 2004 lalu, yang berjudul :

    Analisis Yuridis Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pelayanan

    Pembayaran Tagihan Rekening Listrik di Kota Pekanbaru.7

    Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kabupaten

    Indragiri Hilir karena dilihat dari segi perekonomian di Kabupaten Indragiri Hilir,

    sebagian besar masyarakat masih belum mampu untuk menggunakan mesin generator

    sendiri, seperti mesin genset. Selain itu, untuk beberapa masyarakat yang mampu

    membeli mesin genset, juga mengalami kesulitan dalam memenuhi bahan bakar

    minyak, yang berkisar Rp 25.000 sampai Rp 30.000 untuk delapan jam menghidupkan

    mesin genset.

    Kabupaten Indragiri Hilir juga tidak memiliki potensi air terjun yang dapat

    menjadi sarana Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sehingga masyarakat Indragiri

    Hilir hanya bergantung kepada PT.PLN Ranting Tembilahan untuk pemenuhan

    kebutuhan listrik. Padahal kebutuhan listrik dirasakan sangat penting oleh masyarakat di

    Kabupaten Indragiri Hilir. Misalnya saja, dalam pendidikan di Indragiri Hilir, listrik

    dapat membantu penerangan belajar dan mencari informasi melalui internet. Dalam

    rumah tangga, listrik dapat membantu mempermudah pekerjaan seorang ibu untuk

    memasak nasi dengan menggunakan rice cooker. Dalam perkantoran, listrik juga

    6 Ardiansyah, Pelaksanaan Perlindungan Konsumen di PLN Cabang Pekanbaru Ranting Bangkinang, Skripsi UIR, Pekanbaru : 2008 7 Selfi Irma Rosa, Suatu Analisis yuridis Pasal 4 UUPK Tentang Pelayanan Pembayaran Tagihan Rekening Listrik Di Pekanbaru, Skripsi UIR, Tahun 2004

    18

  • membantu pekerjaan pegawai/pekerja dengan menggunakan komputer. Dalam kegiatan

    usaha di Indragiri Hilir, misalnya jenis usaha menjahit, salon, warung internet atau

    dikenal dengan nama warnet, juga sangat memerlukan listrik untuk membantu kegiatan

    usaha. Namun semua kegiatan masyarakat, serta jenis usaha yang ditekuni masyarakat

    di Kabupaten Indragiri Hilir, menjadi tarhambat. Hal tersebut, dikarenakan keadaan

    listrik di Indragiri Hilir. Sedangkan masyarakat baru saja memulai untuk memajukan

    usaha, dan pada akhirnya harus menurun kembali karena kesulitan mendapatkan

    fasilitas listri yang memadai dari pihak PT.PLN Ranting Tembilahan.

    Secara geografis, Kabupaten Indragiri Hilir yang tidak memiliki potensi air

    terjun, sebagai energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), menyebabkan

    PT.PLN Ranting Tembilahan harus menggunakan sumber tenaga pembangkit listrik

    berasal dari mesin. Berbeda dengan di daerah Bangkinang dan Pekanbaru, yang

    menggunakan air sebagai pembangkit tenaga listrik. Sumber tenaga pembangkit listrik

    dari mesin di Kabupaten Indragiri Hilir, tentunya memerlukan bahan bakar minyak.

    Bahan bakar minyak tersebut, membuat PT.PLN Ranting Tembilahan memerlukan

    biaya yang tidak sedikit untuk pemenuhan bahan bakar mesin. Sehingga masyarakat di

    Kabupaten Indragiri Hilir harus membayar lebih besar untuk mendapatkan jasa listrik

    dari PLN. Namun Pembayaran yang besar tersebut, tidak diseimbangi dengan hak yang

    diterima oleh masyarakat, berupa daya listrik yg memadai. Untuk pelanggan lama saja,

    di PT.PLN Ranting Tembilahan, harus mengalami kesulitan listrik dengan hidup mati

    secara bergilir.

    Terjadinya pemadaman listrik bergilir kepada pelanggan lama di PT.PLN

    Ranting Tembilahan, tentunya akan menyulitkan PLN untuk menerima pelanggan baru

    19

  • yang telah melakukan permohonan pemasangan listrik, dan telah mengikuti prosedur

    pemasangan KWH listrik. Sehingga hanya beberapa masyarakat saja, yang dapat

    dipenuhi permohonan pemasangan KWH listrik oleh PT.PLN Ranting Tembilahan.

    Sedangkan selebihnya, masih berada didaftar tunggu.

    PT.PLN Ranting Tembilahan sebagai penyedia jasa listrik untuk masyarakat,

    ternyata tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indragiri Hilir. Hal

    ini bertentangan dengan yang dinyatakan di dalam Pasal 34 (ayat 3) Undang-Undang

    Dasar 1945 yaitu : Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

    kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Artinya masyarakat berhak

    mendapatkan fasilitas listrik dari Pemerintah sebagai fasilitas pelayanan umum. PT.PLN

    Ranting Tembilahan, juga tidak memenuhi kewajbannya sebagai penjual, yang diatur

    dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1474 yaitu : ia mempunyai dua

    kewajiban utama, yaitu menyerahkan barangnya dan menanggungnya. Sedangkan,

    keadaan listrik yang tidak memadai di Kabupaten Indragiri Hilir, menyebabkan

    kerugian konsumen. Misalnya saja, alat-alat elektronik yang sering rusak, dan pekerjaan

    masyarakat yang terganggu karena belum terpenuhinya kebutuhan listrik masyarakat.

    Kerugian yang diderita oleh konsumen menyebabkan tidak terpenuhinya hak-

    hak konsumen sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan

    Konsumen. Salah satu hak konsumen, diatur dalam Pasal 4 (ayat 7) Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen, yaitu : konsumen berhak

    mendapatkan pelayanan secara benar, jujur dan tidak diskriminatif. Artinya bahwa

    masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir memiliki kesempatan yang sama untuk

    mendapatkan fasilitas listrik dan pelayanan yang tidak diskriminatif dari PT.PLN

    20

  • Ranting Tembilahan. Sebab listik merupakan sarana pendukung untuk mempercepat

    pembangunan dan sekaligus juga merupakan fasilitas publik, maka harus didistribusikan

    secara merata dan menyeluruh.8

    Dalam kenyataannya, masyarakat di Indragiri Hilir masih kesulitan dalam

    mendapatkan fasilitas listrik, hal ini ditandai dengan banyaknya pelanggan baru yang

    belum mendapatkan pemasangan KWH listrik. Namun, masyarakat tetap harus

    menunggu sampai dengan KWH listrik terpasang ke tempatnya. Hal demikian

    dikarenakan PLN merupakan satu-satunya perusahaan yang bergerak di bidang

    penyedia jasa listrik. Keadaan ini, membuat konsumen tidak hanya di hadapkan pada

    suatu keadaan untuk memilih yang baik bagi dirinya, melainkan juga pada keadaan

    dimana ia tidak dapat melakukan pilihan karena penguasaan serta monopoli oleh suatu

    atau lebih pelaku usaha atas kebutuhan utama, dan dapat juga disebutkan sebagai

    kebutuhan vital konsumen dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. 9

    Dinyatakan di dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

    Tentang Perlindungan Konsumen yaitu mengenai hak konsumen diantaranya: hak

    untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut

    sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Sedangkan di

    Kabupaten Indragiri Hilir, perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa listrik

    adalah PT. PLN satu-satunya, sehingga konsumen selaku masyarakat Indragiri Hilir,

    tidak mempunyai hak untuk memilih yang baik bagi diri konsumen.

    8 Krisis Listrik, Implikasinya bagi pertumbuhan Ekonomi, Koran Media Indonesia, terbit pada hari Senin, 28 Desember 2009. 9 Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2001, hal 2.

    21

  • Mengingat masih terdapatnya golongan masyarakat dan atau konsumen di

    Kabupaten Indragiri Hilir, yang mengalami kesulitan mendapatkan fasilitas listrik

    sebagai kebutuhan utama, maka dapat dikatakan bahwa belum terpenuhinya tujuan dari

    perlindungan konsumen yang dinyatakan di dalam Pasal 3 ayat (6) Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen bahwa perlindungan konsumen

    bertujuan: meningkatkan kualitas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan

    usaha produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

    keselamatan konsumen. Sedangkan PT. PLN Ranting Tembilahan sampai dengan

    tahun 2009 lalu, belum mampu meningkatkan kualitas jasa kepada masyarakat agar

    tercipta kenyamanan bagi masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan listrik masyarakat

    Indragiri Hilir. Selain itu juga, tidak terpenuhinya tujuan pembangunan

    ketenagalistrikan, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang

    Ketenagalistrikan. Di dalam Pasal 2 (ayat 2) dinyatakan bahwa : Pembangunan

    ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah

    yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan

    kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan

    pembangunan yang berkelanjutan.

    Memahami beragam kondisi yang dapat merugikan para pengguna jasa listrik,

    dapat dikategorikan ke dalam bentuk pelanggaran terhadap konsumen menjadi penting

    dan menarik guna dijadikan bahan kajian lebih mendalam dalam rangka upaya

    mengoptimalkan perlindungan hukum terhadap konsumen ditinjau dari Undang-Undang

    Perlindungan Konsumen.

    22

  • Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul : Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa PT. Perusahaan Listrik

    Negara Ranting Tembilahan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

    tentang Perlindungan Konsumen.

    B. Masalah Pokok

    Adapun Masalah Pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana prosedur pemasangan KWH listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan?

    2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hak

    konsumen menyangkut jasa pemasangan KWH listrik oleh PT. PLN Ranting

    Tembilahan?

    3. Bagaimana upaya perlindungan konsumen terhadap jasa pemasangan KWH listrik

    yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan ditinjau dari Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen?

    4. Bagaimana penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan?

    C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

    Tujuan dari penulisan proposal tesis ini di adalah :

    1. Untuk mengetahui prosedur dalam pemasangan KWH di PT.PLN Ranting

    Tembilahan.

    2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pelanggaran terhadap konsumen oleh

    PT. PLN Ranting Tembilahan.

    23

  • 3. Untuk mengetahui upaya perlindungan konsumen terhadap jasa pemasangan KWH

    yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan ditinjau dari Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

    4. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa apabila konsumen di rugikan.

    Adapun kegunaan yang diharapkan dari penulisan proposal tesis ini yaitu :

    1. Untuk pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum bisnis pada

    khususnya, terutama sekali studi mengenai hukum perlindungan konsumen.

    2. Sebagai kontribusi, sumbangan fikiran dan tambahan informasi atau referensi

    kepada para pembaca, para pengambil kebijakan, dan para mahasiswa.

    D. Kerangka Teori

    Secara historis dalam skala global, sejak penandatanganan General Aggrement

    On Trade and Services (GATS) di Marrakesh, Maroko pada tanggal 15 April 1994 yang

    telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang pembentukan

    WTO (World Trade Organization), Pemerintah Indonesia telah menjadi salah satu

    pelaku dalam era perdagangan bebas10 yang menitikberatkan pada prinsip perdagangan

    secara bebas dan sifatnya yang tidak diskriminatif.11

    Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis

    produk barang dan/atau jasa. Produk barang dan/atau jasa dapat dikonsumsi oleh

    10 Tini Hadad, Peranan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Dalam Perlindungan Hukum Konsumen Pada Era Perdagangan Bebas (Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati), Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung : 2000 hal 63. 11 Edmon Makarim, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Telematika, Bab A.1. Penjelasan Undang-Undang Nomor 36 Tahun1999 Tentang Telekomunikasi, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2005, hal 5.

    24

  • berbagai lapisan masyarakat. Salah satunya adalah produk jasa listrik yang disediakan

    oleh pemerintah. Hal tersebut, sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-Undang

    Dasar 1945 Pasal 34 ayat (3), bahwa: Negara bertanggung jawab atas penyediaan

    fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Dalam hal ini

    jelas bahwa pemerintah bertanggungjawab dalam hal jaminan pelayanan kepada

    masyarakat. Artinya bahwa Negara juga memiliki tanggung jawab dalam memberikan

    fasilitas kesejahteraan kepada masyarakat, berupa fasilitas listrik. Agar kebutuhan

    masyarakat sebagai pengguna listrik (sebagai konsumen) dapat terpenuhi.

    Bentuk upaya pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakat

    diantaranya adalah membentuk Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk melayani

    kebutuhan masyarakat terhadap listrik. Hal ini wajar, karena PT. PLN sebagai Badan

    Usaha Milik Negara (BUMN),12 tentu saja tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan

    Pemerintah setempat karena tugas pembinaan dijalankan oleh Pemerintah kepada para

    pelaku usaha,13 guna terpenuhinya kemakmuran masyarakat.

    Adanya produk jasa listrik yang diberikan oleh PT.PLN, pada satu sisi

    mengakibatkan terpenuhinya barang. Akan tetapi, apabila tidak dibarengi dengan itikad

    baik, tentunya konsumen dapat dirugikan. Oleh karena itu kiranya perlu dirangsang

    kesadaran pelaku usaha agar menunjukkan keberpihakannya kepada konsumen.

    Terutama dalam masalah keamanan dan keselamatan konsumen pada saat menggunakan

    produknya. Cara mewujudkannya adalah dengan memberikan perlindungan kepada

    konsumen.

    12 Agung feryanto, Mengenal Badan Usaha Di Indonesia, Cempaka Putih, Klaten : 2008, hal 11. 13 AZ. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu pengantar, Penerbit Daya Widia, Jakarta : 2002, hal 130.

    25

  • Indonesia merupakan Negara yang melindungi konsumen, hal ini dibuktikan

    dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

    Konsumen. Sebagaimana yang diketahui bahwa sebelum adanya Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1999, konsumen selalu berada dalam posisi lemah. Hal ini seperti yang

    dikatakan oleh H.E Saefullah yang dikutip oleh Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati.

    Beliau menyebutkan bahwa : pihak konsumen yang dipandang lebih lemah hukum

    perlu mendapat perlindungan lebih besar dibanding masa-masa lalu.

    Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perlindungan konsumen, penulis merasa

    perlu menyampaikan apa yang dimaksud dengan perlindungan konsumen. Defenisi

    tentang perlindungan konsumen terdapat dalam Pasal 1 angka (1) yang menyebutkan

    bahwa : perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

    kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 14

    Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam pasal 1 Ayat

    (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tersebut

    cukup memadai. Kalimat yang menyatakan segala upaya yang menjamin adanya

    kepastian hukum, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-

    wenang yang merugikan para pelaku usaha, hanya demi untuk kepentingan

    perlindungan konsumen. Sedangkan pengertian konsumen adalah : setiap orang

    pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan

    diri sendiri, keluarga, orang lain, mahluk hidup lainnya dan tidak untuk

    diperdagangkan.15

    14 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo, Jakarta: 2004, hal 1. 15 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 ayat (1), Op.Cit, hal 1.

    26

  • Pengertian pelaku usaha yang dikutip dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun

    1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu :

    pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.16 Pelaku usaha di bidang penyediaan jasa listrik, yaitu PT.PLN dituntut untuk

    mampu menyediakan fasilitas listrik sesuai tingkat kebutuhan listrik masyarakat, karena

    listrik pada saat ini sudah menjadi kebutuhan yang primer bagi masyarakat. Manfaat

    listrik yang beraneka ragam, menjadikannya bukan hanya sebagai sarana penerangan

    melainkan juga sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

    Sedangkan listrik yang dibutuhkan masyarakat tersebut, hanya ada pada satu pelaku

    usaha. Sehingga PT. PLN harus memberikan jasa pelayanan yang baik, jasa operasional,

    dan jasa lainnya yang menjadi upaya perlindungan terhadap hak-hak konsumen.17 Hal

    ini, sesuai dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan,

    kemitraan, etika dan kepercayaan kepada diri sendiri. Perusahaan listrik hendaknya

    hadir sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan

    kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mendukung

    perkembangan ekonomi dan kegiatan pemerintahan.18

    Konsumen biasanya selalu dirugikan, apabila berhadapan dengan PT.PLN yang

    merupakan satu-satunya penyedia jasa listrik. Karena konsumen tidak dapat melakukan

    pilihan. Sedangkan jasa yang diberikan oleh pihak PT.PLN belum seimbang dengan

    16 Ibid, Pasal 1 ayat (3). 17 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta : 2006, hal 39. 18 Edmon Makarim, Op. Cit, hal 8-10.

    27

  • jumlah kebutuhan listrik masyarakat. Pada akhirnya akan merugikan hak-hak

    masyarakat sebagai konsumen. Hendaknya diluruskan anggapan yang keliru yang

    menyatakan bahwa para pelaku ekonomi hanyalah terdiri dari Pemerintah, BUMN,

    Koperasi, dan swasta/konglomerat, karena konsumen juga sebagai pelaku ekonomi, dan

    tidak satu pun literatur ekonomi yang meniadakan peran konsumen. Namun harus

    diakui bahwa kosakata peran konsumen dirasakan cukup miskin dalam tata hukum

    kita.19

    Pada tanggal 28 Oktober 2009 bertepatan dengan hari sumpah pemuda, Badan

    Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Riau (UIR) menggelar mimbar

    bebas yang mengangkat tema Pemadaman Listrik di Riau, hasil diskusi dari acara

    mimbar bebas oleh Mahasiswa Fakultas Hukum UIR yaitu mereka sepakat untuk

    menyelesaikan masalah listrik dengan cara class Action.20 Class Action menurut kamus

    hukum adalah suatu prosedur hukum yang memungkinkan banyak orang bergabung

    untuk menuntut ganti kerugian atau kompensasi lainnya di dalam suatu gugatan.21

    Mimbar bebas yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Fakultas Hukum tersebut sebagai

    pertanda keberpihakan kepada konsumen sebagai pengguna barang dan atau jasa listrik.

    Keberpihakan kepada konsumen sebenarnya merupakan wujud nyata ekonomi

    kerakyatan.22 Posisi masyarakat sebagai konsumen akan menempatkan konsumen

    19 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen Dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung : 2003, hal 2. 20 Agenda Kampus, Class Action Pecahkan Permasalahan Listrik, Tabloid Mahasiswa UIR, Aklamasi (Komunikasi Intelektual Beriman Dan Beramal), Edisi 71 Bulan Oktober-November 2009. 21 Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung : 2008, hal 74. 22 Istilah ekonomi kerakyatan makin marak pada sebelum dan sesudah turunnya Soeharto dan memasuki rezim reformasi. Menurut Dj. A Simarmata, orang berdebat tentang perbedaan ekonomi koperasi dengan ekonomi kerakyatan. Menurutnya Orde baru telah memunculkan sosok ekonomi penuh dengan kesenjangan penghasilan dan kepemilikan, antar kelompok masyarakat dan antar profesi, antar daerah dan antar pulau. Istilah Demokrasi Ekonomi yang terdapat pada penjelasan (setelah amandemen istilah penjelasan tidak dikenal lagi) pasl 33 UUD 1945 ditafsirkan setara dengan ekonomi

    28

  • sebagai mata rantai terakir dalam dunia pemasaran barang atau jasa. Artinya bahwa

    konsumen adalah sebagai pihak yang berada pada titik terendah dalam menghadapi

    pelaku usaha. Posisi sebagai mata rantai terakhir dalam dunia pemasaran barang

    dan/atau jasa, seringkali membuat konsumen tidak berdaya menghadapi sikap para

    pelaku usaha. Pada akhirnya konsumen hanya bisa menerima dan menampung berbagai

    produk yang telah dihasilkan. Terlebih lagi jika produk-produk barang dan/atau jasa

    dimonopoli, dalam hal hanya dikuasai oleh satu pelaku usaha. Hal ini tentu saja

    mengurangi hak untuk memilih bagi konsumen. Sedangkan hak untuk memilih

    merupakan salah satu hak dasar yang dimiliki oleh konsumen. Namun produk jasa

    listrik yang disediakan oleh PT.PLN tidak memberikan pilihan bagi masyarakat selaku

    konsumen, untuk mendapatkan hak untuk memilih.

    Langkah untuk meningkatkan harkat dan martabat serta kesadaran hukum

    konsumen, harus dimulai dengan adanya usaha untuk memahami hak-hak pokok

    konsumen. Pemahaman tentang hak-hak konsumen, merupakan dasar untuk

    memperjuangkan hak-haknya tersebut. Adapun hak-hak konsumen diatur di dalam Pasal

    4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu :

    1. Hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa;

    2. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

    3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa;

    4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan;

    kerakyatan penjelasan Pasal 33 UUD 1945 menyatakan demokrasi ekonomi, yakni satu system ekonomi dimana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, serta di bawah penilikan anggota-anggota masyarakat. Jadi salah satu pilar dari demokrasi ekonomi itu ialah keikutsertaan semua orang dalam kegiatan produksi lihat : Dj. A. Simarmata, Reformasi Ekonomi Menurut UUD 1945 : kajian singkat dan interpretasi Teoritis (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 1998) hal 117-118, dalam Ibid.

    29

  • 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

    6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

    diskriminatif; 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila

    barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

    9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan Perundang-undangan lainnya.23

    Disahkannya Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999,

    maka aturan tentang perlindungan konsumen menjadi lebih khusus karena ketentuan-

    ketentuan tentang tujuan, hak, kewajiban, perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha,

    ketentuan pembinaan dan pengawasan tentang badan perlindungan konsumen, tentang

    swadaya masyarakat, semuanya terdapat di dalam Undang-Undang Perlindungan

    Konsumen. Seperti diantaranya yang terlarang dilakukan oleh pelaku usaha dapat dilihat

    antara lain, tidak memberikan informasi secara benar, jelas dan jujur, memproduksi atau

    memperdagangkan barang atau jasa tertentu, seperti barang rusak, cacat, tercemar, atau

    barang bekas. Memuat klausula eksonerasi di dalam kontrak baku, hal ini juga dilarang

    oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Mengenai kontrak baku, diungkapkan

    oleh Ahmadi Miru yang menyatakan, praktek pembuatan kontrak baku apabila

    bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf g dinyatakan bahwa : tunduknya

    konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan atau

    pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen

    memanfaatkan jasa yang dibelinya. Kontrak baku tersebut sudah berlangsung sejak

    23 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 4, Loc. Cit.

    30

  • lama sehingga Pasal 18 ayat (1) huruf g tersebut melarang praktek pembuatan kontrak

    baku tersebut.24

    Adapun yang menjadi tujuan dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen

    menurut Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, adalah :

    a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

    b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

    c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

    d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

    e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

    f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.25

    Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, maka hak dan

    kewajiban konsumen sebagai pembeli sekaligus pemakai. Serta hak dan kewajiban

    pelaku usaha, sangat perlu untuk diperhatikan, agar terpenuhinya tujuan Undang-

    Undang Perlindungan Konsumen. Karena keadaan tidak terpenuhinya fasilitas listrik

    konsumen, sebagai tanggung jawab pihak PT.PLN, akan merugikan pihak konsumen.

    Sebaliknya, ketika konsumen merasa tidak terpenuhi kebutuhan listriknya, sehingga

    enggan melaksanakan kewajiban pembayaran rekening listrik, maka hal ini akan

    merugikan pihak pelaku usaha. Namun dalam kenyataannya, pihak konsumen berada

    dalam pihak yang lemah, menghadapi pelaku usaha yang memonopoli produk jasa

    listrik. Sehingga konsumen selalu menjadi pihak yang dirugikan. Ketika kerugian

    24 Ahmadi Miru, Larangan Penggunaan Klausula Baku Tertentu Dalam Perjanjian Antara Konsumen Dan Pelaku Usaha, Jurnal Hukum No. 17, Vol. 8 Juni 2001, UII, Jogyakarta, Hal 116. 25 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Op.Cit, hal 4.

    31

  • konsumen timbul, sebagai akibat kurangnya penyediaan fasilitas listrik oleh PT.PLN,

    maka sudah seharusnyalah pelaku usaha untuk bertanggung jawab. Sebagaimana

    dinyatakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1365 menyebutkan

    bahwa :

    Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,

    mewajibkan orang karena kesalahannya menerbitkan kerugian itu, mengganti

    kerugian tersebut.26

    Dari pasal 1365 diatas, maka yang membawa kerugian terhadap oranglain bisa

    dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Hal ini seperti yang dikatakan oleh

    Sri Soedewi Masjchoen Sofwan :

    Tetapi disamping pengganti kerugian dengan uang juga pengganti secara lain

    dimungkinkan, yakni khsususnya pemulihan ke dalam keadaan semula, baik dengan

    mengambil lagi apa yang telah diadakan secara melawan hukum atau dengan

    mengadakan lagi apa yang telah diambil secara melawan hukum.27

    Kerugian yang diderita konsumen, tidak saja kerugian uang, cacat barang, tetapi

    juga kerugian lain.

    kerugian yang diderita seorang pemakai produk cacat atau membahayakannya,

    bahkan juga bukan pemakai yang turut menjadi korban merupakan tanggung jawab

    mutlak dari pelaku usaha pembuat produk itu atau mereka yang dipersamakan

    dengannya, tanpa kesalahan. 28

    26 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdatat, PT.Pradnya Paramita, Jakarta: 1996, hal 346. 27 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata Perutangan Bagian B, Liberty, Yogyakarta, 1980, hal 60. 28 A.Z Nasution, Op.Cit, hal 247.

    32

  • Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, orang yang

    menyebabkan kerugian oranglain, bertanggung jawab mengganti kerugian tersebut.

    Mengenai tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen, juga terdapat dalam

    Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 25 ayat (2) yaitu :

    Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha tersebut : a. tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas

    perbaikan; b. tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang di

    perjanjikan.29 Adapun pengertian garansi itu sendiri adalah :

    Garansi (Guaranty) adalah bagian dari suatu perjanjian jual beli dimana penjual menanggung kebaikan atau keberesan barang yang dijual untuk jangka waktu tertentu. Jika dalam batas waktu yang ditentukan ternyata terjadi kerusakan atau cacat, segala perbaikan ditanggung oleh penjual. Kalau perlu barang diganti baru, syarat-syarat serta peraturan-peraturannya biasanya tertulis dalam suatu surat garansi.30

    Apabila pelaku usaha tidak bertanggung jawab atas kerugian konsumen,

    Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan solusi mengenai hal tersebut

    yang dinyatakan dalam Pasal 23 yaitu : pelaku usaha yang menolak dan atau tidak

    memberikan tanggapan dan atau memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2), (3), (4), dapat digugat melalui badan

    penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan Peradilan di tempat

    kedudukan konsumen.31

    Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang

    mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu tidak seimbang.

    Merupakan kenyataan bahwa kedudukan konsumen yang berjumlah besar itu semua 29 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Op.Cit, hal 16. 30 Ensiklopedia Indonesia II, Ihtisar Baru Van Hoeve dan Elseiver Publishing Project, Jakarta, 1980, hal 63. 31 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 23, Op. Cit, hal 15.

    33

  • adalah konsumen (bukan secara kelompok atau individu), sangat lemah dibandingkan

    dengan para penyedia kebutuhan konsumen, baik penyedia swasta maupun penyedia

    pemerintah.32

    Mengingat pentingnya hak-hak konsumen, terlebih terhadap produk jasa listrik

    oleh PT.PLN. Maka penulis merasa sangat perlu mengadakan suatu penelitian, guna

    mengangkat harkat dan martabat konsumen. Yang berkenaan dengan hak masyarakat

    sebagai konsumen, untuk mendapatkan fasilitas listrik sebagai sarana penunjang untuk

    pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

    E. Konsep Operasional

    Pelaksanaan adalah melakukan atau mengerjakan sesuatu kegiatan sesuai dengan

    peran dan fungsinya.33

    Perlindungan berasal dari kata dasar lindung yang menurut kamus bahasa

    Indonesia berarti berada di suatu (dibalik benda) maksud perlindungan dalam penelitian

    ini adalah berada di bawah naungan hukum yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

    Tentang Perlindungan Konsumen. Jadi perlindungan hukum dimaksudkan dalam

    penelitian ini merupakan pengkajian terhadap objek yang diteliti dalam perspektif

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.34

    Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

    Perlindunngan Konsumen, pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang

    dan/jasa yang tersdia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

    32 A. Z. Nasution, Op. Cit, hal 36. 33 Suharto dan Tata Iriyanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Indah Surabaya, Surabaya : 1989, hal 23. 34 Ibid, hal 27.

    34

  • oranglain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.35 Barang

    dan/jasa disini adalah berupa listrik oleh PT. PLN Ranting Tembilahan.

    Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

    hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.36

    PT menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

    Terbatas Pasal 1 ayat (1) yaitu :

    Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya.37

    Perusahaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :

    kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau membuat barang, berdagang, memberikan jasa, dan sebagainya). Atau organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi usaha38 atau tindakan pihak yang berkepentingan secara tidak terputus-putus dan terang-terangan serta di dalam kedudukan tertentu untuk mendapatkan laba bagi dirinya.39

    Listrik menurut kamus bahasa Indonesia adalah : daya/ kekuatan yang

    ditimbulkan oleh adanya pergesekan atau melalui proses kimia, dapat digunakan untuk

    menghasilkan panas atau cahaya, atau untuk menjalankan mesin.40

    Negara menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah :

    organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat atau kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintahan yang efektif,

    35 Shidarta, Op.Cit, hal 1. 36 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 Ayat (1), Loc. Cit. 37 Moch Faisal Salam, PT Di Indonesia Menurut UU No. 1 Tahun 1995, Pustaka Bandung, Bandung : 2003, hal 4. 38 Suharto Dan Tata Iriyanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. Cit, Hal 26. 39 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, PT. Dian Rakyat, Jakarta : 1993, hal 19. 40 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta: 2005, hal 678.

    35

  • mempunyai kesatuan politik, berdaulat, sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.41

    PT. PLN/ Perusahaan Listrik Negara adalah suatu Badan Usaha Milik Negara

    yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang

    tenaga listrik negara.42

    Ranting Tembilahan adalah suatu lokasi penelitian dilakukan yakni di PT. PLN

    yang lokasinya terletak di wilayah Tembilahan dan memberikan fasilitas pelayanan jasa

    listrik kepada masyarakat INHIL. Tembilahan merupakan ibu kota dari Kabupaten

    Indragiri Hilir (INHIL), yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi

    Riau.

    Ditinjau dari berarti berdasarkan, penelitian ini mengacu pada Undang-Undang

    Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

    F. Metode Penelitian

    Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan untuk mempermudah

    pelaksanaan penelitian sehingga penelitian ini dapat menjawab persoalan-persoalan

    pokok yang telah dirumuskan maka penulis menyusun metodologi penelitian sebagai

    berikut :

    1. Jenis dan sifat penelitian

    Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian observasi (observational research)

    yang artinya meninjau keadaan permasalahan yang ada di lapangan dikaitkan dengan

    aspek hukum yang berlaku dan yang mengatur permasalahan tersebut.43 Jika dilihat dari

    41 Ibid, Hal 778. 42 Yusuf Shofie, Op.Cit, Hal 39. 43 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2003, hal 72.

    36

  • sifatnya maka penelitian ini tergolong kepada deskritif, maksudnya penelitian ini

    menjelaskan bagaimana pelaksanaan perlindungan konsumen terhadap jasa yang

    diberikan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8

    Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

    2. Obyek penelitian

    Obyek penelitian yaitu ingin mengetahui, bagaimana prosedur pemasangan

    KWH di PT.PLN Ranting Tembilahan, faktor penyebab terjadinya pelanggaran

    terhadap konsumen menyangkut jasa pemasangan KWH, bagaimana upaya

    perlindungan konsumen yang dilakukan oleh PT.PLN Ranting Tembilahan, dan

    bagaimana cara penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan.

    3. Lokasi penelitian

    Penelitian ini dilakukan di PT. PLN Ranting Tembilahan terletak di Tembilahan,

    Kabupaten Indragiri Hilir (INHIL) Provinsi Riau.

    4. Populasi dan sampel

    Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan baru yang telah

    memenuhi persyaratan pemasangan KWH dan telah mendapatkan fasilitas listrik dan

    pelanggan baru yang telah memenuhi persyaratan pemasangan KWH dan belum

    mendapatkan fasilitas listrik dari PT. PLN Ranting Tembilahan. Populasi diambil dari

    Tahun 2006 sampai Tahun 2009. Pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan

    metode purposive sampling (menentukan pihak yang dijadikan sampel adalah pihak

    37

  • tertentu yang dianggap sesuai dengan kriteria yang akan diteliti),44 jumlah sampel

    dalam penelitian ini ditetapkan 30% dari jumlah populasi.

    Hal ini dapat dilihat pada tabel I.1 tentang populasi dan sampel yang penulis

    ambil dari Tahun 2006 sampai Tahun 2009, sebagai berikut :

    Table I.1 Populasi dan sampel

    No Responden Populasi Sampel

    1

    Pelanggan Jasa Listrik di PT.PLN Ranting Tembilahan dari Tahun 2006-2009 selaku Konsumen

    2757 KK 827 KK

    2 Manajer PT.PLN Ranting Tembilahan 1 1 3 Direktur Eksekutif Forkom LPK-RIAU 1 1

    Keterangan KK : Kepala keluarga Sumber data : PT. PLN Ranting Tembilahan, tanggal 07-10-2009 pukul 09.00 wib. 5. Sumber data

    Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah :

    a. Data primer, yaitu data yang didapat di lapangan dan diperoleh secara langsung

    dari responden sehubungan dengan penelitian ini yang mencakup:

    1. Bagaimana prosedur dalam pemasangan KWH di PT.PLN Ranting

    Tembilahan?

    2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran

    terhadap konsumen menyangkut jasa pemasangan KWH oleh PT. PLN

    Ranting Tembilahan?

    3. Bagaimana upaya perlindungan konsumen terhadap jasa pemasangan

    KWH yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Tembilahan ditinjau dari

    44 Amiruddin dan Zainal Asikin Ott, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2004, hal 106.

    38

  • Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

    Konsumen?

    4. Bagaimana penyelesaian sengketa apabila konsumen dirugikan ?

    b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui penelitian perpustakaan

    antara lain berasal dari Peraturan Perundang-undangan, buku-buku dan referensi

    yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

    6. Alat Pengumpulan Data

    Sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

    a. Wawancara

    Yakni melakukan tanya jawab secara langsung (face to face) baik dengan para

    responden sebagai sampel dalam penelitian ini maupun responden lainnya yang

    dijadikan narasumber serta pihak PT. PLN Ranting Tembilahan yaitu Manajer

    PT. PLN Ranting Tembilahan, Bapak Desril Naldi.

    b. Kuesioner

    Yaitu proses pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan secara

    tertulis yang ditujukan kepada para responden PT. PLN Ranting Tembilahan,

    sesuai pokok permasalahan yang diteliti oleh penulis.

    c. Kajian kepustakaan

    Yaitu penelitian yang peneliti lakukan di perpustakaan untuk mengumpulkan

    data berupa bahan hukum.

    39

  • 7. Analisis data

    Setelah data penelitian selesai dikumpulkan, data tersebut kemudian disusun

    sesuai dengan kategori yang telah dibuat, untuk selanjutnya dianalisis secara

    kualitatif,45 yaitu penulis bahas dengan memperhatikan peraturan Perundang-undangan,

    pendapat para ahli serta literatur lainnya yang berkaitan dengan hal yang diteliti.

    8. Metode penarikan kesimpulan

    Metode penarikan kesimpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-

    hal yang bersifat khusus.46

    45 Soerjono Soekanto, Pengantar Metodologi Penelitian Hukum, UI-Pers, Jakarta : 2001, hal 76. 46 Ibid.

    40

  • BAB II

    TINJAUAN UMUM

    A. Kabupaten Indragiri Hilir

    1. Kondisi Umum

    Kabupaten Indragiri Hilir terletak dibagian selatan Provinsi RIAU dengan

    jumlah penduduk pada Tahun 2009 Januari sebanyak 669. 657 jiwa,47 dengan luas

    wilayah 18.812,97 km2 yang terdiri dari luas daratan 11.605,97 km2, luas perairan laut

    6.318 km2 dan luas perairan umum 888,97 km2, serta memiliki garis pantai sepanjang

    339,5 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

    - Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan

    - Sebelah selatan berbatasan dengan kab. Tanjung Jabung, Prov. Jambi

    - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu (INHU)

    - Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau

    Sebagian besar dari luas wilayah atau 93,31% daerah Kabupaten Indragiri Hilir

    merupakan daerah dataran rendah, yaitu endapan sungai, daerah rawa dengan tanah

    gambut, daerah hutan payau dan terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil dengan luas

    lebih kurang 1.082.953,06 hektar dengan rata-rata ketinggian lebih kurang 0-3 meter

    dari permukaan laut.

    Suku-suku bangsa yang tinggal di Indragiri Hilir yaitu suku Banjar, Melayu,

    Bugis, Jawa, Tiong Hoa dan sebagainya. Dilihat dari sudut agama maka yang

    mendominasi adalah agama Islam, serta diikuti agama Budha dan Kristen.

    47 Data diambil di Kantor Catatan Sipil Tembilahan pada hari senin tanggal 15 Maret 2010.

    41

  • 2. Komoditas Unggulan

    Secara umum mata pencaharian masyarakat Indragiri Hilir adalah pertanian,

    dengan komoditas unggulan adalah kelapa dan padi. Selain itu, diikuti dengan

    komoditas pendukung lainnya seperti jeruk dan pisang.

    Luas areal perkebunan di Inhil meningkat dari 379.760 hektar menjadi 464.802

    hektar atau meningkat 8,50% dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan

    total produksi perkebunan juga mengalami peningkatan dari 283.266 ton menjadi

    416.690 ton, naik sebesar 133.424 ton atau 13,34%.

    3. Pengairan

    Secara geografis wilayah Kabupaten Indragiri Hilir memiliki potensi perairan

    laut dan perairan umum yang cukup luas serta daratan yang dapat dikembangkan usaha

    budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan investasi baik

    dibidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan di bidang budidaya

    perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang anadara dan kolam)

    Disamping sungai-sungai dan selat di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat

    parit-parit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia dimana

    sebagaian besar berfungsi sebagai drainase pengairan dan transportasi bagi masyarakat.

    Sehingga Kabupaten ini disamping dikenal dengan julukan bumi sri gemilang, juga

    dikenal dengan sebutan negeri seribu parit.

    4. Motto, Visi dan Misi

    Motto : Berlayar sampai kepulau, berjalan sampai kebatas

    Visi : Menuju Indragiri Hilir yang berjaya dan gemilang

    Misi :

    42

  • 1. Mewujudkan daya saing daerah

    2. Mewujudkan suasana kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan

    yang demokratis

    3. Mewujudkan pemerataan pembangunan

    4. Mewujudkan suasana aman, damai dan harmonis yang bermoral, beretika dan

    berbudaya

    5. Mewujudkan daerah yang memiliki peran penting pada tingkat regional,

    nasional dan internasional.

    5. Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir

    Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai 9 program strategis

    pemerintah yaitu :

    1. Program membumikan istighozah

    2. Proram otonomi desa menuju desa mandiri

    3. Program ekonomi kerakyatan

    4. Program pendidikan gratis (wajib belajar 12 tahun)

    5. Program beasiswa abadi

    6. Program pelayanan pengobatan gratis

    7. Program Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan akte kelahiran gratis

    8. Program asuransi kematian bagi keluarga miskin

    9. Program pembangunan dan peningkatan infra struktur

    10. Program pelayanan prima kepada masyarakat

    11. Program bantuan permodalan ibu-ibu

    12. Program sertifikat gratis bagi masyarakat miskin

    43

  • 13. Program pelayanan listrik masuk desa (Lindes)

    6. Listrik di Indragiri Hilir

    Indragiri Hilir terdiri dari 20 Kecamatan dan 193 Desa dan/ atau Kelurahan yang

    dapat dilihat pada tabel II.1 sebagai berikut :

    Tabel II.1 Kondisi Listrik di Desa/Kelurahan se Kabupaten Indragiri Hilir hingga bulan Maret

    2010

    No Kecamatan Desa/Kelurahan Listrik Pekan arba PLN Seberang Tembilahan PLN Sungai Beringin PLN Sungai Perak LISDES Tembilahan Hilir PLN

    1 Kecamatan Tembilahan

    Tembilahan Kota PLN Pekan kamis PLN Pulau Palas PLN Sialang Panjang LISDES

    2 Kecamatan Tembilahan Hulu

    Tembilahan Hulu PLN Harapan Raya LISDES Karya Tunas Jaya LISDES Mumpa LISDES Sungai Salak PLN Teluk Jira LISDES Teluk Kiambang LISDES

    3 Kecamatan Tempuling

    Tempuling PLN Gemilang Jaya LISDES Kuala Sebatu LISDES Sialang Jaya - Sungai Junjangan LISDES Sungai Luar LISDES Sungai Piring PLN Sungai Raya - Tanjung Siantar LISDES

    4 Batang Tuaka

    Tasik Raya LISDES Concong Luar PLN Concong Tengah LISDES Kp. Baru LISDES Panglima Raja PLN Sungai Berapit LISDES

    5 Concong

    Concong Dalam LISDES

    44

  • Bagan Jaya LISDES Enok PLN Jaya Bhakti LISDES Pengalihan PLN Rantau Panjang PLN Pusaran PLN Simp. Tiga LISDES Suhada LISDES Sungai ambat - Sungai Lokan LISDES Sungai Rukam PLN

    6 Kec. Enok

    Teluk Medan PLN Belanta raya PLN Jerambang LISDES Kuala Lahang PLN Lahang Baru PLN Lahang Hulu LISDES Lahang Tengah LISDES Pungkat LISDES Simpang Gaung PLN Sungai Baru - Teluk Kabung LISDES

    7 Kecamatan Gaung

    Terusan Kempas LISDES Kuala Gaung PLN Rambaian LISDES Sungai empat LISDES Sungai Iliran LISDES Teluk Pantaian - Teluk Pinang PLN Teluk Sungka LISDES

    8 Kecamatan Gaung Anak Serka

    Teluk Tuasan LISDES Air Tawar - Kuala Selat LISDES Penjuru LISDES Sungai Simbar LISDES Sarimulya - Sungai Teritip LISDES Tanjung Raya - Tagaraja LISDES

    9 Kecamatan Kateman

    Guntung PLN Bayas Jaya LISDES Harapan Tani LISDES Karya Tani -

    10

    Kecamatan Kempas Kempas Jaya PLN

    45

  • Pekan tua LISDES Rumbai Jaya PLN Sungai Ara -

    Sungai Gantang PLN Air Balui LISDES Batu Ampar PLN Tigatuk Jimun LISDES Kemuning Muda LISDES Kemuning Tua LISDES Keritang LISDES Limau Manis LISDES Lubuk Besar LISDES Sekara LISDES Selensen PLN

    11 Kecamatan Kemuning

    Talang Jangkang - Kembang Mekar Sari LISDES Kotabaru reteh PLN Kotabaru siberida PLN Kuala Keritang LISDES Kuala Lemang LISDES Nusantara Jaya LISDES Pancur PLN Pasar Kembang LISDES Pembenaan PLN Pengalihan PLN Seberang Pembenaan PLN Sencalang LISDES

    12 Kecamatan Keritang

    Teluk Kelasa LISDES Sungai Bela LISDES Sungai Buluh LISDES Sungai Piyai LISDES Tanjung Lajau PLN Perigi Raja PLN Tanjung Melayu LISDES Teluk Dalam -

    13 Kecamatan Kuala Indragiri

    Sapat PLN Khairiah Mandah PLN Batang Tumu LISDES Bakau Aceh LISDES Pelanduk LISDES Igal PLN Belaras LISDES Bente LISDES

    14 Kecamatan Mandah

    Bekawan PLN

    46

  • Pulau Cawan - Bantaian LISDES Bolak Raya LISDES

    Batang Sari - Bagan Jaya PLN Catur Karya - Baung Rejo Jaya LISDES Intan Mulya Jaya - Teluk Bunian LISDES Pelangiran PLN Pinang Jaya - Rotan Semelur - Saka Palas Jaya - Simp. Kateman LISDES Tagagiri Tama Raja LISDES Tanjung Simpang LISDES Tegal Rejo LISDES

    15 Kecamatan Pelangiran

    Wonosari LISDES Bangun Harjo Jaya LISDES Ringin Jaya - Binangun Jaya - Bukti Sari Intan Jaya - Keramat Jaya - Manunggal Jaya LISDES Mayang Sari jaya LISDES Pulau Burung PLN Sapta Jaya - Sri danai LISDES Suka Jaya - Suko Harjo Jaya - Sungai Danai LISDES

    16 Pulau Burung

    Teluk Nibung LISDES Mekar Sari LISDES Sungai Asam - Pulau Kecil PLN Pulau Kijang PLN Pulau Ruku - Sanglar PLN Seberang Pl. Kijang LISDES Seberang Sanglar LISDES Sungai Terab PLN

    17 Kecamatan Reteh

    Sungai Undan LISDES Benteng Barat LISDES 18 Kecamatan Sungai

    Batang Benteng Utara LISDES

    47

  • Kuala Patah Parang LISDES Kuala Sungai Batang LISDES

    Pasenggerahan LISDES Seberang Pulau Kijang LISDES Benteng PLN

    Kuala Enok PLN Selat nama - Sungai Laut PLN Sungai Nyiur LISDES Tanah Merah PLN Tanjung Baru PLN Tanjung Pasir LISDES Tekulai Bugis LISDES Tekulai Hilir LISDES

    19 Kecamatan Tanah Merah

    Tekulai Hulu LISDES Beringin Mulya LISDES Gembaran LISDES Geriya Multi Jaya - Hibrida Jaya - Hibrida mulya - Indra Sari Jaya LISDES KelapaPatih Jaya LISDES Saka rotan LISDES Sapta Mulya Jaya - Sumber Jaya LISDES Sumber Makmur Jaya - Sumber Sari Jaya LISDES

    20 Kecamatan Teluk Belengkong

    Tunggal Rahayu Jaya - Jumlah

    20 Kecamatan 193 Desa/Kelurahan

    Dilihat dari tabel II.1 di atas, diketahui bahwa Kabupaten Indragiri Hilir terdiri

    atas 20 Kecamatan dan 193 Desa/Kelurahan, sedangkan yang telah sampai dijangkau

    oleh listrik dari PT.PLN Ranting Tembilahan hanya beberapa Desa/kelurahan di

    beberapa Kecamatan sedangkan daerah lainnya yang belum terjangkau oleh listrik

    PT.PLN Ranting Tembilahan menggunakan Lisdes (Listrik Desa) yang diadakan oleh

    Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir melalui dana APBD (Anggaran

    48

  • Pendapatan Belanja Daerah) dan sisanya melalui PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga

    Diesel) yang merupakan swadaya masyarakat di Desa yang bersangkutan.48

    B. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)

    a. Sejarah Perkembangannya

    Secara garis besar sejarah perkembangan PLN berdasarkan pembagian kurun

    waktu tertentu. Pembagian kurun waktu tersebut dibagi dalam 8 (delapan) periode yaitu

    sebagai berikut :49

    1. Periode Sebelum Tahun 1943

    Kelistrikan di Indonesia dirintis oleh perusahaan-perusahaan Belanda, yang

    dimulai pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGN yang semula bergerak

    dibidang gas memperluas usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum.

    Tahun 1927 Pemerintah Belanda membentuk sLands Waterkracht Bedrijen

    (LB) yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan,

    PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di

    Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di

    Jakarta. Selain itu dibeberapa Kotapraja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik

    Kotapraja.

    Karena pabrik-pabrik pengusahaan kelistrikan untuk umum itu dinilai

    menguntungkan, maka perusahaan-perusahaan listrik swasta milik Belanda yang lain

    pun mulai bermunculan seperti :

    - NV ANIEM

    48 Data dari Kantor Dinas Pertambangan dan Energi Tembilahan, pada kamis 25 Maret 2010. 49 Selfi Irma Rosa, Op.Cit.

    49

  • - NV GEBEO

    - NV OGEM

    - Dan lain-lain perusahaan listrik yang bersifat lokal.

    2. Periode Tahun 1943 sampai 1945

    Pada masa pendudukan Jepang, perusahaan-perusahaan listrik yang telah

    dibangun oleh Belanda tersebut dikuasai oleh Jepang, dan selanjutnya dikelola oleh

    Jepang menurut situasi dan kondisi daerah-daerah tertentu, seperti Perusahaan Listrik

    Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan lain-lain.

    3. Periode Tahun 1945 sampai 1950

    Dengan kegigihan dan semangat bangsa Indonesia pada periode ini dan akhirnya

    Perusahaan Listrik dan Gas berhasil direbut dari Jepang. Kemudian melalui Ketetapan

    Prisiden RI Nomor I/SD/1945 Tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik

    Negara yang berkedudukan di Yogyakarta.

    Berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Nomor

    235/KPTS/1975 Tanggal 30 September 1975 Peringatan Hari Listrik dan Gas yang

    digabung dengan hari Kebangkitan Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang jatuh

    pada Tanggal 3 Desember. Maka berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan

    Energi Nomor 1134.K/43/MPE/1992 Tanggal 31 Agustus 1992 ditetapkan tanggal 27

    Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.

    Pada masa agresi Belanda pertama, perusahaan-perusahaan yang dibentuk

    melalui ketetapan Prisiden diatas, kembali dikuasai oleh Belanda. Berlanjut dengan

    Agresi Belanda kedua (19 Desember 1948) satu persatu kantor Jawatan Listrik dan Gas

    diubah menjadi Jawatan Listrik dan Gas milik Pemerintah Kolonial Belanda. Sedangkan

    50

  • Perusahaan Listrik Swasta diserahkan kembali kepada pemiliknya semula sesuai dengan

    hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB).

    4. Periode Tahun 1951 sampai 1966

    Pada Tahun 1952 pemerintah Indonesia membentuk Jawatan tenaga listrik, yang

    membawahi Perusahaan Negara Pembangkit Tenaga Listrik (PENUPETEL). Kemudian

    diperluas dengan membawahi Perusahaan Negara untuk Distribusi Tenaga Listrik

    (PENUPETEL). Berdasarkan Keputusan Prisiden Nomor 163 Tanggal 3 Oktober 1953

    Tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik Milik Bangsa Belanda yaitu jika konsensi

    penguasaannya telah berakhir, beberapa perusahaan listrik milik swasta tersebut diambil

    alih dan digabungkan ke Jawatan Tenaga.

    Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan

    Irian Jaya dari cengkaraman penjajah Belanda, maka dikeluarkan Undang-Undang

    Nomor 86 Tahun 1953 Tertanggal 27 Desember 1958 Tentang Nasionalisasi semua

    perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 1958 Tentang

    Nasionalisasi Listrik dan Gas Milik Belanda.

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960 Tentang Perusahaan

    Negara dan melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 1961 dibentuk Badan

    Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) yang mengelola seluruh

    Perusahaan Listrik Gas dan Kokas berada di dalam satu wadah organisasi.

    Untuk mewujudkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut,

    Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada saat itu mengeluarkan Surat Keputusan

    Menteri P.U T. Ment 18/ 1/20 Tanggal 20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai

    berikut :

    51

  • a. BPU adalah suatu Perusahaan Negara yang disertai tugas menguasai dan mengurus

    Perusahaan-perusahaan Listrik dan Gas yang berbentuk badan hukum.

    b. Organisasi BPU PLN dipimpin oleh Direksi

    c. Di daerah dibentuk daerah eksploitasi uang terdiri dari :

    - 10 daerah eksploitasi listrik umum (pembangkit dan distribusi)

    - 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik

    - 1 daerah eksploitasi khusus pembangkit listrik

    - 13 PLN eksploitasi proyek-proyek kelistrikan

    - Daerah eksploitasi khusus Pembangkitan Tenaga Listrik dibagi lebih lanjut

    menjadi sektor.

    Pada Tahun 1965 dipandang perlu untuk memisahkan Perusahaan Listrik dan Gas

    menjadi dua bagian, yaitu PLN untuk Perusahaan Listrik Negara dan PGN untuk

    Perusahaan Gas Negara. Pada masa kabinet Ampera tahun 1966 PLN ditempatkan

    dibawah Direktorat Jendral Tenaga dan Listrik (DITJEN) di dalam lingkungan

    Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga (DEPPDARIGA).

    5. Periode Tahun 1967 sampai 1985

    Dalam kabinet Pembangunan I Ditjen Gatrik, PLN dan Lembaga Masalah-

    Masalah Ketenagaan (LMK) dialihkan ke Departemen PUTL.

    Gambaran umum PT. PLN Cabang Pekanbaru didirikan pada tanggal 1 Januari

    1950 dengan nama Ranting Pekanbaru. Pada saat itu kantor cabangnya berkedudukan di

    Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Cabang ini terdiri dari tiga ranting, yaitu :

    1. Ranting Pekanbaru

    2. Ranting Rengat

    52

  • 3. Ranting Taluk Kuantan

    Setelah beberapa tahun beroperasi dan setelah dinilai memadai untuk didirikan

    kantor Cabang pada tanggal 1959, Ranting Pekanbaru diganti menjadi Perusahaan

    Umum Listrik Negara Cabang Pekanbaru yang mempunyai dua belas ranting :

    2. Ranting Rengat dengan Sub Ranting Pangkalan Kasai

    3. Ranting Taluk Kuantan dengan Sub Ranting :

    - Sub Ranting Peranap

    - Sub Ranting Jambi

    - Sub Ranting Cerenti, dan

    - Sub Ranting Baserah

    4. Ranting Bengkalis, dengan Sub Ranting :

    - Sub Ranting Sungai Pakning

    - Sub Ranting Sungai Apit

    5. Ranting Bangkinang, dengan Sub Ranting Batu Bersurat

    6. Ranting Dumai

    7. Ranting Tembilahan, dengan Sub Ranting :

    - Sub Ranting Tembilahan Hulu

    - Sub Ranting Seberang Tembilahan

    - Sub Ranting Sungai Piring

    - Sub Ranting Concong Luar

    - Sub Ranting Bagan Jaya

    - Sub Ranting Kempas Jaya

    - Sub Ranting Simpang Gaung

    53

  • - Sub Ranting Teluk Pinang

    - Sub Ranting Perigi Raja

    - Sub Ranting Sapat

    - Sub Ranting Khairah Mandah

    - Sub Ranting Pulau Burung

    7. Ranting Kuala Enok, dengan Sub Ranting :

    - Sub Ranting Pulau Kijang

    - Sub Ranting Benteng

    - Sub Ranting Enok

    - Sub Ranting Selensen

    - Sub Ranting Kota Baru

    8.Ranting Bagan Siapi-api, dengan Sub Ranting Sianboi

    9.Ranting Duri, dengan Sub Ranting Siak Sri Inderapura

    10.Ranting Selat Panjang

    11.Ranting Air Molek, dengan Sub Ranting Wonosari

    12.Ranting Lipat Kain, dengan Sub Ranting Muara Lembu

    13.Ranting Pasir Pangaraian, dengan Sub Ranting Ujung Batu

    Lembaga Masalah-Masalah Ketenagaan (LMK) ditetapkan dalam pengelolaan

    PLN, melalui Peraturan Menteri PUTL, Nomor 6/ PRT/ 1970. Pada Tahun 1972 PLN

    ditetapkan sebagai Perusahaan Umum melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

    1972. PLN juga berfungsi memenuhi tugas-tugas Pemerintah dibidang penyediaan jasa

    kelistrikan Nasional disamping tugas-tugasnya sebagai Perusahaan.

    54

  • Mengingat kebijaksanaan energi sangat dibutuhkan maka ditetapkan secara

    rasional pada Kabinet Pembangunan III dibentuk Departemen Pertambangan dan Energi

    dan PLN serta PGN berpindah lingkungan dari PTUL ke Departemen Pertambangan

    dan Energi dibidang Ketenagaan selanjutnya ditangani oleh Direktorat Jendral

    Ketenagaan.

    Dalam kabinet pembangunan IV Ditjen Ketenagaan diubah menjadi Ditjen

    Listrik dan Energi Baru (LEB). Perubahan nama ini untuk memperjelas tugas dan

    fungsinya melalui :

    a. Pembinaan program kelistrikan;

    b. Pembinaan Pengusahaan Kelistrikan;

    c. Pengembangan energi baru

    Terlihat bahwa tugas-tugas ke Departemen, sehingga PLN dengan lebih

    memusatkan fungsinya sebagai perusahaan.

    Perkembangan Perusahaan Umum Listrik Negara Cabang Pekanbaru selanjutnya

    adalah dengan Perpu Nomor 11 tahun 1969 yang dimaksudkan kedalam Departemen

    Pertambangan dan Energi sebagai penggantian PP Nomor 18 Tahun 1972 sekaligus

    merupakan landasan hukum berdirinya PLN Cabang Pekanbaru.

    6. Periode Tahun 1985 sampai Tahun 2002

    Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan

    peningkatan kegiatan ekonomi, secara khusus dan oleh karena itu usaha penyediaan

    tenaga listrik, pemanfaatan dan pengolahannya perlu ditingkatkan agar tersedia tenaga

    listrik dalam jumlah yang cukup merata dengan mutu pelayanan yang baik.

    55

  • Kemudian dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungan

    dibidang ketenagalistrikan diperlukan adanya upaya optimal untuk memanfaatkan

    sumber-sumber energi guna membangkitkan tenaga listrik, sehingga penyediaan tenaga

    listrik terjamin. Tetapi untuk mencapai hal tersebut pemerintah Republik Indonesia

    menyatakan bahwa ketentuan dan Perundang-undangan yang ada sudah tidak sesuai

    dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan pembangunan dibidang

    ketenagalistrikan, maka bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

    Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 Tentang

    Ketenagalistrikan. Kemudian pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

    Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan bahwa PLN

    merupakan salah satu pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan, kemudian Pemerintah

    Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

    Tahun 1990 Tentang Perusahaan Umum Listrik Negara.

    PT. Perusahaan Umum Milik Negara sebelumnya merupakan Perusahaan Umum

    Listrik Negara yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1972

    sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1981 yang

    disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 Tentang Pengalihan

    Bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara Menjadi Perseroan (Persero) dengan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1994 dilanjutkan dengan

    Ketetapan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dan meneruskan usaha-

    usaha, selanjutnya berdasarkan ketentuan-ketentuan dan Peraturan Pemerintah yang

    merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara.

    56

  • Walaupun telah menjadi perseroan dan berorientasi bisnis, PT. PLN tidak

    melepaskan tanggung jawabnya dalam bidang sosial, ia dituntut untuk tetap

    melaksanakan kegiatan pembangunan walaupun tidak mendatangkan keuntungan bagi

    perusahaan seperti listrik pedesaan dan lain sebagainya yang secara bisnis kurang

    mendatangkan keuntungan.

    7. Periode Tahun 2002 Sampai Ta