kd 4 kedudukan hkm adat dlm pembangunan

30
KD IV Mengevaluasi keberadaan hukum adat dalam sistem hukum nasional -Kedudukan Hukum Adat dalam Pembangunan Hukum Nasional - Hukum Adat dalam Perundang-Undangan meliputi: Hukum Perkawinan Adat; Hukum Delik Adat, dan Hukum Adat dalam RUU KUHP Nasional

Upload: gabra-gandhi

Post on 07-Nov-2015

235 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hukum adat

TRANSCRIPT

  • KD IV Mengevaluasi keberadaan hukum adat dalam sistem hukum nasional

    Kedudukan Hukum Adat dalam Pembangunan Hukum Nasional Hukum Adat dalam Perundang-Undangan meliputi: Hukum Perkawinan Adat; Hukum Delik Adat, dan Hukum Adat dalam RUU KUHP Nasional

  • Sbg objek pembangunan, hukum dipandang sbg sistem Mengapa???Terdiri dr unsur2 yg saling mempengaruhi & terkait satu sama lain oleh satu/bberapa asasAsas yg mengkaitkan tsb ykni Pancasila & UUD 1945, disamping asas hukum lainnya

  • Substansi Hukum (legal substance) - PerUU tingkat lokal-pusat masih banyak tumpang tindih, inkonsisten & bertentangan baik yg sederajat (horisontak) maupun yg bertingkat (vertikal)2. Struktur Hukum (legal structure) - kurangnya independensi, akuntabilitas, SDM rendah3. Budaya hukum (legal culture) - degradasi budaya hukum yg ditandai menurunnya apresiasi masyakat thp hukumInventarisasi Masalah RPJM 2009-2014 ???

  • Masa Lalu, terkait sejarah perjuangan bangsa - Tdk boleh dihilangkan spy perUU tetap sejalan dg 7-an dibentuknya neg Indonesia (unsur filosofis)2. Masa Kini, terkait dg kondisi objektif - agar perUU sesuai dg yg lebih tinggi atau sederajat hierarkinya & kebutuhan riil shg berlaku efektif3. Masa yg akan datang sesuai yg dicita2kan - agar pembentuk perUU berfikir futuristik dengan mengantisipasi perkmbangan masya yg dinamisProses penataan substansi pembentukan per-UU hrs memperhatikan 3 masa, sbb:

  • Alasan dasar Perlunya Pembinaan Hukum NasionalPsikologi-politis - (sbg neg merdeka/berdaulat seyogyanya pny hkm nas sdri)2. Praktis (strktur masy yg bbeda, adanya pluralisme hukum)

    Dalam perspektif sosiologis, hukum diartikan sbg instrumen yg berfungsi utk menjaga keteraturan sosial (social order) atau sarana pengendalian sosial (social control). Konsekuensi logisnya selain hukum negara (state law) terdapat sistem hukum lainnya spt hukum agama (religious law), hukum adat (adat law), hukum kebiasaan (customary law) dan juga mekanisme2 pengaturan sendiri (inner order mechanism atau self regulation) (Spiertz & Wiber, 1998). Hal inilah yg disebut fakta kemajemukan hukum (legal pluralism)

  • Kedudukan hkm adat dlm pembngunan nasionalHukum adat merupakan salah satu sumber yg penting utk memperoleh bahan-bahan bagi pembangunan hukum nasional yg menuju pada unifikasi hukum & yg terutama yg dilakukan melalui pembuatan perUU dg tidak mengabaikan tumbuh & berkembangnya hukum kebiasaan dan pengadilan dalam pembinaan hukum (BPHN, 1975) diambil dari hasil Seminar Hukum Adat dan Pembinaan Hukum Nasional, 15-17 Jan 1975, di Yogyakrta

  • Selanjutnya SemNas 1979 masih menyatakan hkm tdk tertulis mrpk sumber penting& bag dari hkm nasHasil SemNas VI, 1994 dlm laporan Sub B.3. ttg hukum kebiasaan, antara lain:3.2. Hkm kebiasaan mrpk sumber hkm yg penting dlm kehidupan hkm nasional;3.4..masya hkm Indonesia hrs diarahkan utk menghormati hukum kebiasaan sbg sumber hukum, disamping perUU & yurisprudensi3.6.Dilakukan penelitian adat yg diarahkan utk menemukan asas & norma hukum yg dapat ditransformasikan ke dalam hukum nasional

  • Ada 3 golongan berbeda pendapat tsb sbb:Golongan yg menentang hkm adat - hukum adat sudah ketinggalan zaman harus sgr diganti hukum modern krn tdk bisa memnuhi kebutuhan hukum asa kini apalagi masa mendatang seiring perubahn zaman2. Golongan yg mendukung sepenuhnya hkm adat - Gol ini mengagungkan hukum adat, krn dipandang paling cocok utk kehidpn bangsa Indonesia shg harus dipertahankan sbg dasar pembentukan hkm nasioanal3. Golongan moderat - Gol win-win solution, hanya sebagian hkm adat yg dpt dipergunakan dlm sistm hkm nas selebihya diambil dari unsur-unsur hkm lainnya

    Mengapa hkm adat merupakan sumber penting dlm pembangunan hukum nasional??? -- Sebab hukum adat mrpkn sistem hukum asli yg dimiliki bangsa Indonesia yg mencerminkan budaya yg hidup & berkembang dlm masyarakt.. Anda sepakat??

  • Pengambilan bahan2 hukum adat sbg sumber pemb materi hukum nas melalui 3 bentuk sbb:Perundang-undangan - pembaharuan perUU & Unifikasi hukum ex: UUPA, UU perkawinan banyak mengadopsi asas2 hukum adat2. Keputusan Hakim (Yurisprudensi) - Hakim wajib menggali nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat (Psl 5 ayat 1 UU No.48/2009)3. Ilmu hukum - melibatkan para peneliti (ilmuwan). Oleh karena penelitian2 hkm adat tdk hanya menginventarisir (deskriptif) hukum adat scr empirik/ faktual tapi seyogyanya bersifat preskriptif. Penelitian harus diikuti kajian evaluatif utk menilai sejauhmana temuan empirik pantas ditransformasikan mjd nilai2/asas2 & norma2 hkm nas (Barda Nawawi A, 1994: 10)

  • Hukum Perkawinan Adat dalam UU No. 1 Tahun 1974 ttg Perkawinan

    - Keanekaragaman budaya, tradisi hukum adatnya beragam termasuk hkm perkawinan adat, indikasinya ada bervariasinya tata cara-prosesi perkawinan adatUtk mengetahui hkm perkawinan adat, harus dipahami pola susunan masyarakat sbb: Genealogi Patrilineal (garis bapak)- Genealogi Matrilineal (garis ibu)- Genealogi Parental (garis bapak + ibu)- Genealogi Teritorial (wilayah)

  • Apakah hukum perkawinan adat itu?Hukum perkawinan adat adl bagian dari hukum tidak tertulis yg tumbuh & berkembang dalam masyarakat yg mengatur ttg perkawinanDalam realitas sosial, Hukum perkawinan adat masih berlaku meskipun intensitasnya berbeda-bedaUnifikasi hukum di bid perkawinan Lahir UU No 1/1974 ttg Perkawinan (2 Jan 1974) PP No 9/1975 ttg Pelaksanaan UU No 1/1974 Berdasar Pasal 49 ayat (1) maka UU Perkawinan - berlaku efektif sejak 1 Oktober 1975.

  • Pluralisme Hukum Perkawinan pra UU PerkawinanBagi org2 Indoensia asli yg beragama islam, berlaku hukum agamanya (hukum perkawinan islam) yg telah diterima dlm hukum adat;Bagi org2 Indoensia asli lainnya, berlaku hukum perkawinan adat masing2;Bagi org2 Indoensia asli yg beragama kristen, berlaku hukum (ordonansi) perkawinan kristen Indonesia atau HOCI (Huwelijks Ordonantie Christen Indonesiers) Stb. 1933 No. 74;Bagi org2 Timur Asing Cina & WNI Keturunan Cina, berlaku ketentuan2 KUH Perdata dg sedikit perubahn

  • 5. Bagi org2 Timur Asing lainnya & WNI keturunan Timur Asing lainya berlaku hukum adat mereka6. Bagi org2 Eropa & WNI keturunan Eropa atau yg disamakan dg mereka berlaku Kitab Undang2 Hukum Perdata (KUH Perdata)The Big QuestionApakah pluralisme hukum perkawinan dapat bertahan pasca lahirnya UU Perkawinan ???

  • Pasal 66 UU Perkawinan berbunyi, (CERMATI)Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-undang ini, maka dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (burgelijk Wetboek), Ordinansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijk Ordanantie Christen Indonesia 1933 No.74, Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op gemeng de Huwelijken S.1898 No. 158), dan Peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku. Apakah Hukum Perkawinan Adat masih berlaku?

  • Apakah Hukum Perkawinan Adat masih berlaku? Ataukah sudah merupakan kunci penutup?- Jawabnya dg Mencermati lagi Pasal 66 UU tsbINGAT: .Peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku. Melalui penafsiran a contrario, berarti sejauh thp hal2 yg tidak telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tetap berlakuPasal 66 UU tsb verfungsi ganda, sbb:- Disatu pihak berfungsi sbg dasar hukum berlakunya hukum perkawinan adat namun di sisi lain sbg pembatas berlakunya hukum perkawinan adat jika telah diatur UU Perkawinan

  • Pasal penting lainnya, Pasal 64 UU Perkawinan:Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungn dengan perkawinan yang tejadi sebelum Undang-undang ini berlaku yang dijalankan menurut peraturan-peraturan lama, adalah sah.

    Pasal 2 UU Perkawinan:(1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    ARTINYA: Tolok ukur SAH tidaknya perkawinan Pra UU Perkawinan adlh hukum perkawinan adat, namun pasca UU Perkawinan tolok ukur SAH merujuk Pasal 2 tsb

  • UU Perkawinan berpedoman pada Falsafah Pancasila & UUD 1945 dan harus dapat menampung segala realitas kehidupan masyarakatJika ditelaah lebih mendalam, ada hubungan antara hukum perkawinan adat dan UU Perkawinan sbb:Asas2 dan/atau ketentuan2 dlm hukum adat yg sesuai, dimasukkan dlm UU Perkawinan - Larangan perkawinan antara org yg mempunyai hub darah sangat dekat (Pasal 8) - Ketantuan seorang wanita yg putus perkawinannya harus berlaku waktu tunggu (Pasal 11) - Kedudukan harta benda dlm perkawinan (Pasal 35) Ketentuan hak&kewajiban org tua&anak (Pasal 45) -

  • 2. Asas2 dan/atau ketentuan2 dlm hukum adat yg tdk diatur tetapi tdk bertentangn&masih brlaku - Dalam hal pertunangan, pemberian hadiah perkawinan, bentuk2 dan upacara perkawinan, sebaliknya, tdk diatur tapi bertentangan UU Perkawinan yakni perkawinan bawa lari3. Asas2 dan/atau ketentuan2 dlm hukum adat yg tidak sesuai & tidak berlaku - Pasal 7 ayat (1) yg menentukan usia kawin shg otomatis melarang perkawinan anak2 (perkwinan gadis muda belia) - Pasal 19 PP No.9/1975 yg menybutkan alasan2 cerai yg scr otomatis melarang perceraian diluar alasan tsb, misalnya krn faktor magis (hukum perkawinan adat)

  • HUKUM DELIK ADATBeberapa definisi:Delik : perbuatan yg tidak diperbolehkan dlm masya (Van Vollen Hoven)Delik : Sesuatu yg mengakibatkan kegoncangan dlm neraca keseimbangan masya (Ter Haar)So, Kegoncangan terjadi tidak hanya jika peraturan2 hukum dilanggar tapi juga norma2 kesusilaan, agama & kesopanan dalam masyarakatSegala yg bertentangan dg peraturan hukum adat mrpkn perbuatan ILLEGAL & hukum adat mengenal upaya2 utk memperbaiki hukum jika hukum itu diperkosa (Soepomo)

  • Soerojo Wignjodipoero berpendapatDelik : suatu tindakan yg melanggar perasaan keadilan & kepatutan yg hidup dlm masya, shg menyebabkan terganggunya ketentraman serta keseimbangan masya ybs guna memulihkan kembali, maka terjadi reaksi2 adatJadi, hukum delik adat : keseluruhan hukum tdk tertulis yg menentukan adanya perbuatan2 pelanggaran adat beserta segala upaya utk memulihkan kembali keadaan keseimbangan yg terganggu oleh perbuatan tsb

  • PERBEDAANSistem Hukum AdatIstilah teoretisnya Hukum pelanggaran adat/hukum delik adat Tidak membedakan lap pidana & perdataHanya mengenal satu prosedur penuntutan oleh petugas adat (kepala adat/perskutuan)Sistem Hukum BaratIstilah teoretisnya hukum pidanaAda pembedaan lap pidana & perdataMengenal beberapa prosedur penuntutan

  • Lahirnya Delik AdatKapan lahirnya delik adat ?berdasar teori beslissingen leer (ajaran keputusan) bahwa suatu peraturan mengenai tingkah laku manusia akan bersifat hukum manakala diputuskan & dipertahankan oleh petugas hukumSo, lahirnya suatu delik (pelanggaran) adat adlh bersamaan dg lahirnya hukum adatHukum delik adat bersifat tdk statis (dinamis) artinya suatu perbuatan yg tadinya bukan delik pada suatu waktu dapat dianggap delik oleh hakim (kepala adat) karena menentang tata tertib masya shg perlu ada reaksi (upaya) adat utk memulihkan kembali

  • So, hukum delik adat akan timbul, berkembang & lenyap dg menyesuaikan diri dg perasaan keadilan masyaHukum delik adat jg bersifat TERBUKA ?Suatu perbuatan dipandang melanggar hukum tidak harus ada ketentuan (norma) terlebih dulu mengaturnya sebelum perbuatan itu dilakukan. Jadi, indikatornya jika mengganggu keseimbangan (equilibrium) dalam masyAnalogikan, sifat delik hukum pidana barat yg bersifat TERTUTUP, yg hanya mengenal perbuatan pidana jika sebelumnya perbuatan itu telah diatur. Selengkapnya baca Pasal 1 Wetboek van Straafrecht (KUHP) yg dikenal dg istilah asas legalitas

  • - Pra 1918 hukum delik adat berlaku di wil masing2 Ordonansi 9 Maret 1935 (S. 1935 No. 102), Pemrth Hindia Belanda mengakui Hakim Perdamaian Desa (dorprechter) yg dipertahankan Pmrth RI melalui UU Darurat No. 1 Tahun 1951 yg berwenang memeriksa sgl perkara delik adat tetapi tdk bersifat delik mnrt WvSBAHKAN. Berlakunya Delik Adat menurut KUHPTh 1918 berlaku WvS (KUHP) unifikasi hkm pidana berdasar Pasal 1 WvS (asas legalitas), Nullum delictum noela poena sine praevia lege poenali Konsekuensinya: Pengadilan Negeri (Landraad) tdk dapat lagi mengadili delik2 adat

  • Bahkan thp delik WvS jika sanksi pidananya dianggap tdk memenuhi rasa keadilan masya, dapat dilakukan upaya2 adat utk memulihkan keseimbangan yg tergagguEx: dlm delik Perkosaan walau tlh mendpt sanksi KUHP, Hakim Perdamaian desa berwenang menghukum si terpidana utk melakukan upaya2 adat spt minta maaf scr adat, melaksanakan selamatan pembersih desa dsb

    Th 1951 berdasar Pasal 5 ayat (3) UU Darurat No.1Tahun 1951 terdapat pengakuan kembali bahwa hukum yg hidup (hukum adat) dpt menjadi sumber hukum pidana tertulis (WvS) selama tdk ada padanan/kesamaan pengaturan dalam WvS

  • Contoh delik yg tdk ada padanannya dlm WvSDelik Logika Sanggraha (menghamili wanita & tdk bersedia bertangungjawab/mengawini),oleh Pengdilan Negri Gianjar No. 11/Pid/1972, terdakwa dipidana 3 bulan penjara & upacara adat widhi widhamaMasih delik yg sama PN Denpasar berdasar putusan No.2/Pid/B/1985, No.25/Pid/D/I986,dg unsur2nya : persetubuhan yg dilakukan diluar perkawinan, antara 2 org yg sdh akil balig, atas dasar suka sama suka, si laki2 berjanji akan mengawini. Dasar pmidanaan Psl 5 ayat (3) sub b UU Darurat No.1/1951 jo Pasal 359 Kitab Adigama (BPHN,1992:39).

  • Delik Adat dalam RUU KUHP Bagaimanakah posisi hukum delik adat dlm RUU KUHP? Apakah semakin bersinar ato redup alias semakin diakui ato terbuang ?Dapat dilihat dlm Pasal 1 ayat (3) RUU KUHP, yg menyatakan bhw asas legalitas tdk boleh ditafsirkan sbg mengurai berlakunya hukum yg hidup yg menentukan bhw adat setempat seseorang patut dipidana bilamana perbuatan itu tdk ada persamaan dlm peraturan perUU.Artinya asas legalitas RUU KUHP tidak bersifat mutlak atau asas legalitas terbuka

  • Peranan (hakim) pengadilan tdk hanya menerapkan hukum perUU tapi juga bisa membuat hukum (judge made law) dg cara menafsirkan suatu delik adat yg tdk ada padanannya dlm KUHP, berarti hakim telah, membuat hukum tertulis baruHukum adat mendapat tempat memadai tidak hanya pada penerapan asas legalitas yg terbuka, tapi juga pada tujuan pemidanaan, yg mana salah satunya berbunyi, menyelesaikan konflik yg ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan, & mendatangkan rasa damai dalam masyarakat

  • Dlm RUU KUHP Nas, ada pencantuman sanksi delik adat berupa pemenuhan kewajiban adatHakim dapat menetapkan kewajiban setempat yang harus dilakukan oleh terpidanaDijelaskan bhw sanksi ini hanya dpt dijatuhkan apabila scr nyata keadaan setempat menghendaki hal ini, karena apabila tdk diberikan akan menimbulkan kegoncangan yg serius dlm masyarkt. Namun, hakim hrs menjaga agar sanksi ini tdk melanggar asas2 kepatutan & kesusilaan