ki - pencem lingk laut menurt hkm laut indonesia - januari 2007

37
KARYA ILMIAH SUATU STUDI TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT MENURUT HUKUM LAUT INDONESIA OLEH : Drs. JOKE PUNUHSINGON, SH YAYASAN GMIM Ds. A.Z.R. WENAS i

Upload: joke-punuhsingon

Post on 17-Feb-2015

36 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

KARYA ILMIAH

SUATU STUDI TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT MENURUT HUKUM LAUT

INDONESIA

OLEH :

Drs. JOKE PUNUHSINGON, SH

YAYASAN GMIM Ds. A.Z.R. WENASUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS HUKUMTOMOHON

2007

i

Page 2: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

PENGESAHAN

Panitia Penilai Karya Ilmiah Dosen Fakultas Hukum Universitas Kristen

Indonesia Tomohon, telah memeriksa dan menilai karya ilmiah dari :

Nama : Drs. JOKE PUNUHSINGON, SH

NIDN : 0930086204

Jabatan : Asisten Ahli

Judul Karya Ilmiah : SUATU STUDI TENTANG PENCEMARAN

LINGKUNGAN LAUT MENURUT HUKUM

LAUT INDONESIA..

Dengan Hasil : Memenuhi Syarat

Tomohon, Januari 2007

Dekan / Ketua Tim Penilai

JULIUS KINDANGEN, SH

ii

Page 3: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

KATA PENGANTAR

Disadari bahwa segala sesuatu tidak akan berhasil dilakukan tanpa

campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa, demikian pula dengan penulisan karya

ilmiah ini diyakini dapat terselesaikan oleh karena bimbingan dan penyertaanNya.

Untuk itu patutlah dilimpahkan puji syukur kehadiratNya.

Penulisan karya ilmiah yang berjudul "SUATU STUDI TENTANG

MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT MENURUT HUKUM

LAUT INDONESIA” ini dimaksudkan untuk mengadakan pengkajian terhadap

sumber-sumber pencemaran laut serta upaya penegakan hukum terhadap pihak

pencemar.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

para pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan karya ilmiah ini,

khususnya kepada Panitia Penilai Karya Tulis Ilmiah Fakultas Hukum UKIT,

lebih khusus lagi kepada Bapak JULIUS KINDANGEN, SH, selaku Dekan/Ketua

Tim Penilai Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan koreksi dan masukan-

masukan terhadap karya ilmiah ini.

Sebagai manusia biasa tentu saja dalam usaha penulisan karya ilmiah ini

terdapat kekurangan dan kelemahan, baik itu materi maupun teknik penulisannya,

untuk itu maka segala kritik dan saran yang sifatnya konstruktif amat penulis

harapkan demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa, selalu menyertai segala usaha

dan tugas kita.

Tomohon, Januari 2007

Penulis,

Drs. JOKE PUNUHSINGON,

SH

iii

Page 4: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL ......................................................................................................... i

PENGESAHAN .................... ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2

D. Kegunaan Penulisan ..................................................................... 2

E. Metode Penelitian ........................................................................ 3

BAB II : PENCEMARAN DAN PENCEMARAN LAUT ........................ 4

A. Pengertian Pencemaran dan Pencemaran Laut ........................... 4

B. Sumber-sumber Pencemaran Laut ............................................. 7

C. Pengelolaan Laut Bagi Kepentingan Internasional ..................... 9

BAB III : P E M B A H A S A N ............................................................... 12

BAB IV : PENUTUP ................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................. 18

B. Saran .......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 20

iv

Page 5: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pencemaran pada umumnya dan pencemaran laut pada khususnya, telah

menjadi sorotan besar umat manusia di masa sekarang ini. Tingkat pencemaran

dan kerusakan lingkungan hidup misalnya, telah diangkat sebagai salah satu bahan

pembicaraan yang tidak kunjung usai.

Dari aspek kewilayahan, pembahasan tentang pencemaran laut di

Indonesia sangatlah relevan dan penting. Hal ini oleh karena sebagian besar luas

wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari lautan, atau dengan lain perkataan,

luas lautan Indonesia lebih besar dibandingkan dengan luas daratan Indonesia.

Pembahasan mengenai pencemaran laut tidak hanya terkait dengan Hukum

Laut Internasional, melainkan juga ketentuan yang diatur menurut Hukum Laut

Indonesia.

Meskipun kedua perangkat Hukum Laut tersebut mempunyai perbedaan,

akan tetapi esensi dan penggunaannya tidak jauh berbeda. Pencemaran laut

misalnya, selain diatur dalam Hukum Laut Internasional, juga diatur di dalam

Hukum Laut Indonesia.

Aspek yang menarik dari pencemaran laut ini ialah sumber-sumber

pencemaran laut yang beraneka ragam. Pencemaran laut tidak hanya disebabkan

oleh buangan dari perkotaan atau wilayah permukiman di pesisir pantai, akan

tetapi dapat pula disebabkan oleh industri. Namun salah satu sumber pencemaran

laut yang paling menonjol ialah yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi

dari kapal-kapal tangki yang kandas atau yang bertabrakan, dan mengakibatkan

tumpahan minyak di wilayah sekitarnya.

Kecelakaan kapal tangki Showa Maru di selat Malaka dan selat Singapura

misalnya, adalah salah satu contoh dari akibat pencemaran laut yang membawa

kerugian besar baik bagi Indonesia maupun bagi Malaysia dan Singapura.

1

Page 6: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari kenyataan tersebut di atas, pencemaran laut semakin penting artinya

untuk dikaji dalam dimensi Hukum Internasional, dan Karya Ilmiah ini ditujukan

untuk mengungkapkan dan mengkaji sampai seberapa jauh sistem pengaturan

hukumnya baik menurut Hukum Laut Internasional yang secara khusus diatur

dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982 dan pelbagai konvensi

lainnya, juga menurut Hukum Laut Indonesia.

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam karya ilmiah ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengkaji sejauh mana instrumen-instrumen yuridis dalam upaya pelestarian

dan perlindungan lingkungan laut dari bahaya pencemaran.

2. Untuk menganalisa sejauh mana pertanggungan jawab negara terhadap

kegiatan pencemaran lingkungan laut.

3. Untuk memahami dan mengkaji faktor-faktor penghambat dalam perlindungan

lingkungan laut dari bahaya pencemaran laut.

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang dapat diberikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Merupakan sumbangan pemikiran bagi pelestarian lingkungan laut dari bahaya

pencemaran serta usaha-usaha pencegahan pencemaran lingkungan laut.

2. Untuk membantu pemerintah dalam rangka mencari konsep yang tepat dan

bisa ditempuh dalam upaya pelestarian lingkungan laut dari bahaya

pencemaran serta usaha pencegahan pencemaran lingkungan laut.

2

Page 7: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

E. METODE PENULISAN

Karya Ilmiah ini menggunakan pendekatan secara komparatif-yuridis

dalam kajian tentang pencemaran laut. Juga digunakan metode kepustakaan

(library research) yang bagi penulis sangat efisien dan efektif mengingat

banyaknya literatur mengenai Hukum Laut yang terdapat di perpustakaan.

Dalam teknik pengolahan data penulis menggunakan teknik sebagai

berikut :

a. Deduksi : Dari data yang umum diambil kesimpulan yang khusus.

b. Induksi : Dari data yang khusus diambil kesimpulan yang umum.

c. Komparatif (metode perbandingan) :

Membandingkan literatur yang satu dengan literatur yang lain;

membandingkan pendapat atau teori satu sama lain yang kemudian diambil

kesimpulan.

3

Page 8: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

BAB II

PENCEMARAN DAN PENCEMARAN LAUT

A. PENGERTIAN PENCEMARAN DAN PENCEMARAN LAUT

Pencemaran (pollution) terkait sangat erat dengan lingkungan hidup.

Dengan demikian perkembangan pencemaran dalam hubungannya dengan

lingkungan hidup adalah tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan lingkungan

hidup itu sendiri, khususnya dari segi Hukum Lingkungan Hidup.

Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, tentang perkembangan ini

mengemukakan bahwa :

"Sebelum lahirnya Deklarasi Stockholm 1972, nyatanya juga telah terdapat pengertian tentang perlunya melindungi lingkungan (hidup), hingga juga telah melahirkan peraturan perundang-undangan lingkungan, sekalipun segala sesuatunya diselenggarakan berdasarkan : pengertian dan pengetahuan manusia tentang lingkungan (hidup) pada zaman yang lampau. Hukum lingkungan yang dibentuk dan diciptakan berdasarkan pengertian serta pengetahuan zaman lampau tentang lingkungan (hidup), disebut : hukum lingkungan kuno, atau : hukum lingkungan klasik".1

Sedangkan pengertian pencemaran dibidang hukum internasional baru

dipersoalkan pada permulaan abad ke-20.2 Salah satu titik terang dari

perkembangan dan pengertian pencemaran dalam kaitannya dengan lingkungan

hidup mulai mendapat perhatian dalam United Nations Conference on the Human

Environment di Stockholm, Swedia pada tanggal 5 sampai 16 Juni 1972 yang

menghasilkan apa yang disebut sebagai Deklarasi Stockholm.

Dalam Deklarasi Stockholm tidak ditentukan pengertian pencemaran,

melainkan hanya memuat beberapa proklamasi dan prinsip-prinsip tertentu. Salah

satu prinsip yang erat hubungannya dengan ruang lingkup pembahasan makalah

ini ialah prinsip ke-7, yang berbunyi :

1 St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku II, Nasional, Binacipta, Cetakan Pertama, Bandung, 1981, hal. 36.

2 Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Cetakan Pertama, Bandung, 1992, hal. 127.

4

Page 9: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

"State shall take all possible steps to prevent pollutions of the seas by

substances that are liable to create hazards to human health, to harm

living resources and marine life, to damage amenities or to interfere with

other legitimate uses of the sea". 3

Apakah yang dimaksudkan dengan pencemaran ? Menurut Soedjono D,

SH, dikemukakannya bahwa secara mendasar dalam pencemaran terkandung

pengertian pengotoran (contamination), pemburukan (deterioration).4 Oleh Prof.

Dr. Otto Soemarwoto diberikannya pengertian tentang pencemaran, sebagai

berikut : "Pencemaran adalah adanya suatu organisme atau unsur lain dalam suatu

sumber daya, misalnya air atau udara dalam kadar yang mengganggu peruntukan

sumbernya itu".5 Disebutkannya pula bahwa kontaminasi atau pengotoran ialah

perubahan kualitas sumber daya atau akibat tercampurnya dengan bahan lain

tanpa mengganggu pertukaran.

Menurut Dr. Daud Silalahi, SH, dikemukakannya bahwa pencemaran

dapat diartikan sebagai bentuk environment impairment, adanya gangguan,

perubahan atau perusakan bahkan adanya benda asing di dalamnya yang

menyebabkan unsur lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya

(reasonable function).6

Dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-undang No. 23 tahun 1997 dirumuskan

pengertian Pencemaran Lingkungan adalah :

“masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

3 Periksa Deklarasi Stockholm 1972.

4 Soedjono D, Pengamanan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Industri, Alumni, Bandung, 1979, hal. 21.

5 M. Arief Nurdu'a : Nursyam B. Sudharsono, Hukum Lingkungan; Perundang-undangan Serta Berbagai Masalah Dalam Penegakannya, Citra Aditya Bakti, Cetakan Pertama, Bandung, 1993, hal. 19.

6 Daud Silalahi, Op – Cit, hal. 125.

5

Page 10: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.7

Bagaimana halnya dengan pengertian Pencemaran Laut ? Jika beberapa

pengertian pencemaran di atas adalah bersifat khusus, yakni laut yang tercemar.

Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH, LL.M, dirumuskannya

pengertian Pencemaran Laut, yakni sebagai berikut :

" .... adalah perubahan pada lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati, bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut yang wajar, pemburukan daripada kualitas air laut dan menurunnya tempat-tempat pemukiman dan rekreasi". 8

Dalam Konvensi Hukum Laut tahun 1982 di Jamaica, dirumuskan

pengertian "Pencemaran lingkungan laut" (Pollution of the marine

environment) pada Pasal 1 ayat (1) Angka 4 sebagai berikut :

"Pencemaran lingkungan laut berarti dimasukkannya oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung, bahan atau energi ke dalam lingkungan laut, termasuk kuala, yang mengakibatkan atau mungkin membawa akibat buruk sedemikian rupa seperti kerusakan pada kekayaan hayati laut dan kehidupan di laut, bahaya bagi kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan-kegiatan di laut termasuk penangkapan ikan dan penggunaan laut yang sah lainnya, penurunan kualitas-kualitas kegunaan air laut dan pengurangan kenyamanan.9

Oleh Abdurrahman, SH, mengenai pertumbuhan dan perkembangan istilah

dan pengertian-pengertian lingkungan ini maka terbentuklah pengertian-

pengertian; pencemaran tanah, pencemaran air, pencemaran laut, pencemaran

udara, pencemaran pandangan, pencemaran pendengaran, pencemaran masa, dan

7 Periksa UU. No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

8 Mochtar Kusumaatmadja, Bunga Rampai Hukum Laut, Binacipta, Cetakan Pertama, Bandung, 1978, hal. 177.

9 Periksa UNCLOS 1982.

6

Page 11: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

lain sebagainya.10 Terjadinya pencemaran laut oleh karena laut itulah yang

tercemar dari kondisi atau keadaan sebelumnya.

B. SUMBER-SUMBER PENCEMARAN LAUT

Istilah 'sumber' menunjuk pada asal atau dari mana sesuatu berada atau

berasal. Dikatakan sebagai sumber-sumber pencemaran laut adalah diartikan dari

mana datang atau berasal atau penyebab tercemarnya laut itu sendiri.

Menurut Prof.Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH, LL.M, sumber-sumber

pencemaran laut dapat dibagi dalam lima golongan, yakni : Pembuangan kotoran

dan sampah kota dan industri, serta penggunaan pestisida di bidang pertanian

(1) Pengotoran yang berasal dari kapal-kapal (laut)(2) Kegiatan penggalian kekayaan mineral dasar laut(3) Pembuangan bahan-bahan radioaktif dalam kegiatan penggunaan

tenaga nuklir dalam rangka perdamaian(4) Penggunaan laut untuk tujuan-tujuan militer".11

Sedangkan menurut Dr. Komar Kantaatmadja, SH, dikemukakan 3 macam

kategori pencemaran, yang berbentuk :

1. Pencemaran yang disebabkan karena buangan baik sengaja maupun tidak sengaja yang berasal dari darat dan buangan-buangan industri

2. Pencemaran yang disebabkan karena penggunaan lingkungan laut sebagai tempat bungan routine maupun sebagai akibat kecelakaan dan kapal laut

3. Pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan explorasi dari sumber-sumber yang terdapat di dalamnya". 12

Oleh Prof. Frans E. Likadja, SH, dikemukakan bahwa pada umumnya

sumber pencemaran lingkungan laut dapat dibagi dalam "sea based pollution" dan

10 Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Cetakan Ke-3, Bandung, 1990, hal. 98.

11 Mochtar Kusumaatmadja, Op – Cit, hal. 182.

12 Komar Kantaatmadja, Bunga Rampai Hukum Lingkungan Luat Internasional, Alumni, Bandung, 1982, hal. 163.

7

Page 12: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

"land based pollution". Pencemaran yang paling banyak terjadi ialah "sea based

pollution" dan jenis bahan cemar yang paling banyak ialah minyak. 13

Di dalam Konvensi Hukum Laut 1982 Bab XII Bagian 5 dalam Pasal 207

sampai dengan Pasal 212 dibagi enam jenis pencemaran, yakni :

1. Pencemaran berasal dari sumber daratan (pollution from land-based sources)

2. Pencemaran yang berasal dari kegiatan-kegiatan dari laut yang tunduk pada yurisdiksi nasional (pollution from sea-bed activities subject to national jurisdiction)

3. Pencemaran berasal dari kegiatan-kegiatan kawasan (pollution from activities in the areas)

4. Pencemaran karena dumping (pollution by dumping)5. Pencemaran yang berasal dari kendaraan air (pollution from vessels);

dan6. Pencemaran yang berasal dari atau melalui udara (pollution from or

through the atmosphere)".14

Apapun sumber-sumber pencemaran laut tersebut di atas, tetap menjadi

bahaya bagi lingkungan hidup, khususnya lingkungan laut. Salah satu sumber

pencemaran besar bagi lingkungan laut ialah dari kapal-kapal, teristimewa kapal

tangki (tanker), yang dalam beberapa dasawarsa terakhir ini tidak sedikit yang

berukuran raksasa. Rute atau jalur pelayaran kapal tangki dari negara-negara

produsen minyak bumi dan gas alam cair misalnya dari kawasan Timur Tengah ke

negara-negara industri maju seperti Jerman, Belanda, Inggris, Spanyol, Jepang,

Korea Selatan, Taiwan, dan sebagainya, diakui sangat ramai dan padat.

Demikian pula rute yang melewati Asia Tenggara, termasuk Indonesia

yang menjadi rute perlintasan kapal-kapal tangki yang ramai dan padat. Berkaitan

dengan tingkat kepadatan lalu lintas laut di kawasan Asia Tenggara, termasuk di

Indonesia tersebut, oleh Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH, LL.M,

dikemukakan bahwa :

"Ada beberapa sumber pencemaran yang dapat membahayakan lingkungan laut di lautan Asia Tenggara ini seperti pencemaran yang disebabkan oleh kapal, baik oleh kapal tangki atau kapal-kapal biasa yang melakukan

13 Frans E. Likadja, Bunga Rampai Hukum Internasional, Binacipta, Cetakan Pertama,

Bandung, 1987, hal. 115.

14 Periksa UNCLOS 1982.

8

Page 13: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

kegiatan pembersihan tangki balast, pencemaran yang disebabkan oleh industrialisasi negara pantai maupun pemburukan lingkungan laut sebagai akibat dumping dan dimasukannya limbah beracun ke dalam lingkungan laut, demikian pula perubahan-perubahan lingkungan yang disebabkan oleh perubahan iklim global".15

Pencemaran yang bersumber dari kapal laut merupakan pencemaran yang

banyak terjadi. Tidak dapat disangkal kebenaran kekhawatiran dari Dr. Komar

Kantaatmadja, SH, LL.M, yang menggambarkan bahwa :

dari 60 % dari produksi minyak bumi setiap tahun yaitu kira-kira 1.800 juta metric ton (dengan peningkatan 4 % setiap tahun) diangkut melalui lautan. Sedangkan angka perkiraan tumpahan minyak yang berasal dari pengangkutan minyak bumi ini saja berjumlah satu juta metric ton setiap tahun. Angka ini masih harus ditambah lagi dengan tumpahan minyak yang disebabkan oleh kegiatan manusia lainnya yang akan berjumlah sepuluh kali lipat.16

Gambaran ini merupakan bukti bahwa aktivitas transportasi laut adalah

salah satu sumber pencemaran laut yang besar, dan dapat dibayangkan sekarang

ini dimana eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi di dunia yang makin

meningkat, menyebabkan bertambah lagi banyaknya jumlah minyak bumi dan

aktivitas pengangkutannya serta kemungkinan tumpahnya ke laut karena

kecelakaan atau timbulnya tubrukan kapal-kapal.

C. PENGELOLAAN LAUT BAGI KEPENTINGAN INTERNASIONAL

Pembahasan tentang laut terlebih dahulu disimak pengertian "Laut",

adalah suatu keluasan air yang meluas di antara pelbagai benua dan pulau-pulau di

dunia.17

15 Mochtar Kusumaatmadja, Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut Dilihat Dari Sudut Hukum Internasional, Regional, dan Nasional, Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, 1992, hal. 14.

16 Komar Kantaatmadja, Masalah Pencegahan Pencemaran Laut dan Hak Lintas Damai ( Innocent Passage ), Majalah Pro Justitia, No. keempat, Bandung, 1979, hal. 237.

17 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Laut Bagi Indonesia, Sumur Bandung, Cetakan Ke-6, Bandung, 1976, hal. 8.

9

Page 14: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

Tentang laut dan perkembangannya tidak terlepas dari sejarah Hukum

Laut yang berkembang dengan pesatnya. Permulaan dari sejarah Hukum Laut

tidak dapat dipisahkan dari pertentangan antara dua konsepsi pokok, yaitu Res

Nullius yang menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang mempunyainya dan

karenanya dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara, dan Res

Communis yang menyatakan bahwa laut itu adalah milik bersama masyarakat

dunia dan karenanya tidak dapat dimiliki atau diambil oleh masing-masing

negara.18 Bahwa perkembangan Hukum Laut Internasional sangat erat kaitannya

dengan perkembangan Hukum Internasional adalah suatu hal yang tidak dapat

disangkal.

Perhatian terhadap laut berkaitan erat dengan perluasan wilayah negara-

negara maritim besar, yang pada perkembangannya melahirkan konsep-konsep

mengenai penguasaan atas laut, antaranya dalil yang dikemukakan oleh

Bijnkershoek, berupa suatu kaidah tembakan meriam yang berbunyi : "Terrae

prostestas finitur ubi finitur armorum vis" (kedaulatan teritorial berakhir dimana

kekuatan senjata berakhir).19

Salah satu peristiwa besar dan penting ialah diselenggarakannya Konperensi Kodifikasi Den Haag tahun 1930 yang juga membahas tentang laut. Demikian pula perubahan besar dan pokok, yakni perubahan peta bumi politik yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II. Proses ini yang sudah dimulai pada permulaan abad XX merubah pola kekuasaan politik di dunia ini dari suatu masyarakat internasional yang terbagi di dalam beberapa negara besar yang masing-masing mempunyai daerah-daerah jajahan dan lingkungan pengaturannya menjadi satu masyarakat bangsa-bangsa yang terdiri dari banyak sekali negara-negara yang merdeka.20

18 M. Budiarto, Wawasan Nusantara Dalam Pengaturan Perundang-undangan Negara Republik Indonesia, Ghalia Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta, 1980, hal. 13.

19 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut Internasional, Binacipta, Cetakan Ke-2, Bandung, 1983, hal. 20.

20 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Binacipta, Cetakan Ke-2, Bandung, 1978, hal. 19-20.

10

Page 15: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

Maksudnya, dengan munculnya sejumlah negara-negara yang baru

merdeka dan berdaulat, maka tidak terlepas dari status dan kejelasan wilayah

negara-negara tersebut antara lain kedaulatannya atas wilayah laut.

Momentum lainnya yang sangat penting ialah ketika Presiden Amerika

Serikat Harry S. Truman pada tanggal 28 September 1945, yang melahirkan

doktrin "Continental Shelf" (Landas Kontinen). Proklamasi Truman tahun 1945

tentang Continental Shelf, menggoncangkan dunia pada waktu itu, terutama

dunia hukum internasional.21 Selanjutnya ialah momentum diselenggarakannya

Konperensi Hukum Laut di Jenewa tahun 1958. Prof.Dr. Mochtar

Kusumaatmadja, SH, LL.M, tentang hal ini mengemukakan bahwa :

" ... Konvensi-konvensi Hukum Laut Jenewa tahun 1958 telah berhasil untuk merumuskan suatu perangkat ketentuan-ketentuan hukum laut publik yang menyesuaikan asas-asas dan kaidah hukum laut tradisionil kepada perkembangan masyarakat dunia yang disebabkan oleh perubahan peta bumi politik, bertambah tergantungnya umat manusia pada laut dan kemajuan teknologi. Dalam artian ini Hukum Laut Internasional Publik sebagaimana telah dirumuskan dalam Konvensi-konvensi Jenewa tahun 1958 tentang Hukum Laut dapat disebutkan Hukum Laut Internasional masa kini (modern)".22

Memang ada pula hal yang gagal dirumuskan di dalam Konperensi Hukum

Laut di Jenewa tahun 1958, yakni gagal mencapai kata sepakat untuk menetapkan

lebar laut teritorial yang seragam bagi semua negara. Barulah dalam Hukum Laut

Internasional 1974 -1982 yang juga diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa,

berhasil mencapai kesepakatan mengenai lebar laut teritorial, yakni maksimum 12

(dua belas) mil laut dari pantai yang diukur dari garis pangkal. 23

21 Mochtar Kusumaatmadja, Bunga Rampai Hukum Laut, Op Cit, hal. 90.

22 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut Internasional, Ibid, hal. 180.

23 I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Mujur, Bandung, 1990, hal. 108.

11

Page 16: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

BAB III

P E M B A H A S A N

Dalam sistem Hukum Laut Indonesia pada khususnya dan Hukum

Indonesia umumnya diatur tentang pencemaran laut, hal ini tentu saja mengacu

pada ketentuan konstitusional di Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi : "Kemudian dari pada itu

untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, ... ".24

Ketentuan konstitusional lainnya yang menjadi dasar hukum ialah Pasal 33

ayat (1) UUD 1945 mengenai hak menguasai dari negara terhadap bumi dan air

dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk dipergunakan bagi

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Dalam rangka pembahasan tentang pencemaran laut di dalam sistem

hukum di Indonesia, adalah tidak hanya terbatas pada Hukum Laut yang mengatur

tentang pencemaran laut, melainkan pula pelbagai hukum yang lain seperti yang

termasuk ke dalam Hukum Lingkungan. Untuk itu, penulis ketengahkan beberapa

ketentuan perundang-undangan modern di Indonesia yang mengatur pencemaran

laut sejak tahun 1960-an, antara lainnya ialah :

1. Undang-undang No. 4 Prp. tahun 1960 tentang Perairan Indonesia (telah

dirubah dengan UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia).

2. Undang-undang No. 19 tahun 1960 tentang Persetujuan atas 3 (tiga) Konvensi

Jenewa Tahun 1958.

3. Undang-undang No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.

4. Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup (telah dirubah dengan UU No. 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).

5. Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

6. Undang-undang No. 9 tahun 1985 tentang Perikanan

24 Periksa UUD 1945 (Pembukaan).

12

Page 17: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

7. Undang-undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations

Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hukum Laut)

8. Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya

9. Undang-undang No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran.

Selain pelbagai ketentuan perundang-undangan itu masih banyak

ketentuan perundangan maupun peraturan-peraturan pelaksanaannya yang

mengatur dan berkaitan dengan penanganan masalah pencemaran laut, antara lain

pelbagai ketentuan mengenai Garis Batas Landas Kontinen antara Indonesia

dengan negara-negara tetangga, Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1962 tentang

Lalu Lintas Damai Kendaraan Air Asing Dalam Perairan Indonesia.

Dalam Undang-undang No. 4 Prp. tahun 1960 tentang Perairan Indonesia,

tidak ditemukan istilah dan ketentuan mengenai pencemaran laut, tetapi menurut

penulis undang-undang ini menjadi landasan hukum yang penting dari segi

kewilayahan dan sebagai tindak lanjut dari Deklarasi 13 Desember 1957. Dari segi

kewilayahan ini menentukan batas-batas yurisdiksi Negara Republik Indonesia,

khususnya di laut; serta sebagai perubahan mendasar terhadap ketentuan dari

"Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonnantie 1939". Oleh Prof. Dr.

Mochtar Kusumaatmadja, SH, LL.M, tentang hal ini dikemukakannya bahwa :

"Secara teknis hukum atau perundang-undangan perubahan yang diadakan dengan pasal 1 Undang-undang No. 4/Prp. tahun 1960 ini sebenarnya tidak seberapa yaitu hanya merubah Pasal 1 ayat, angka 1 sampai dengan angka 4 dari 'Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonnantie 1939' (Staatsblad 1939 No. 442) saja. Tetapi perubahan yang di akibatkannya pada struktur dan luas wilayah yang jatuh di bahwa kedaulatan Indonesia sangat besar. Menurut perhitungan kasar cara penetapan batas perairan Indonesia menurut cara di atas, menjadikan luas wilayah negara Indonesia yang tadinya 2.027.087 km (daratan) menjadi kurang lebih 5.193.250 km (daratan dan lautan), jadi suatu penambahan wilayah berupa perairan nasional (laut) sebesar kurang lebih 3.166.163 km".25

Bertolak dari kejelasan yurisdiksi Indonesia di laut berdasarkan pada

Undang-undang No. 4 Prp. tahun 1960 inilah yang menjadi undang-undang

25 Mochtar Kusumaatmadja, Perkembangan Hukum Laut Indonesia Dewasa Ini, Binacipta, Cetakan Pertama, Bandung, 1975, hal. 9-10.

13

Page 18: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

organik yang menjadi dasar bagi perundang-undangan lainnya seperti tercantum

dalam Konsiderans "Mengingat" Angka 4 dari Undang-undang No. 1 tahun 1973

tentang Landas Kontinen Indonesia, dalam Konsiderans "Mengingat" Angka 3

dari Undnag-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia.

Beberapa ketentuan perundangan secara langsung merujuk pada ketentuan

Pasal 33 UUD 1945 sebagaimana tampak pada Konsiderans "Mengingat" Angka 1

dari Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup, maupun dalam Konsiderans "Mengingat" pada

Undang-undang No. 9 tahun 1985 tentang Perikanan. Sedangkan Undang-undang

No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran, selain merujuk pada Konsiderans

"Mengingat" dengan Pasal 33 UUD 1945, juga secara tersurat tidak terpisahkan

dari pelbagai peraturan tentang Hukum Laut Indonesia. Hal mana tampak dalam

Pasal 1 Angka 3 Undang-undang No. 21 tahun 1992 yang menyatakan :

"Perairan Indonesia adalah perairan yang meliputi laut wilayah, perairan kepulauan, perairan pedalaman sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 4 Prp. tahun 1960 tentang Perairan Indonesia jo. Undang-undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut), serta perairan daratan".26

Dalam rangka pembahasan tentang pencemaran di lingkungan laut di

Indonesia berdasarkan ketentuan perundang-undangan di atas, pertama tampak

dalam Undang-undang No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran yang pada Bab VIII

tentang Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Oleh Kapal, misalnya

dalam Pasal 65 ayat-ayatnya menyatakan sebagai berikut :

(1) Setiap kapal dilarang melakukan pembuangan limbah atau bahan lain apabila

tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

(2) Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah".27

26 Periksa UU No. 21/1992 tentang Pelayaran.

27 I b i d.

14

Page 19: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 65 adalah suatu tindak pidana yang

diancam berdasarkan pada Pasal 119 ayat-ayatnya berbunyi sebagai berikut :

(1) Barangsiapa melakukan pembuangan limbah atau bahan lain dari kapal yang

tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda

sebesar-besarnya Rp. 120.000.000, (seratus dua puluh juta rupiah).

(2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1)

mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan

hidup dipidana dengan pidana penjara paling tinggi lamanya 10 (sepuluh)

tahun atau denda setinggi-tingginya Rp. 240.000.000,- (dua ratus empat puluh

juta rupiah)". 28

Pencemaran lingkungan laut juga diatur di dalam Bab V yang berjudul

"Pencemaran" dalam Undang-undang No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen

Indonesia serta demikian pula dalam Bab VII tenKeng Ketentuan Pidana dari

Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia,

juga mengancam tindak pidana pencemaran lingkungan hidup di Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia.

Adapun ketentuan lain yang menyangkut pencemaran lingkungan pada

umumnya seperti yang diatur dalam Undang-undang No. 4 tahun 1982 merupakan

bagian dari pengaturan pencemaran lingkungan hidup pada umumnya dan

berkaitan dengan lingkungan laut khususnya. Ketentuan-ketentuan ini secara

keseluruhan adalah sistem Hukum Nasional yang mengatur tentang pencemaran

laut yang utama dalam dan menurut sistem Hukum Nasional.

Sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat, Negara Republik

Indonesia adalah anggota masyarakat internasional yang tak terpisahkan dari

pergaulan dan tatanan masyarakat internasional. Negara Republik Indonesia tidak

dapat mengabaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat internasional

di mana Indonesia merupakan bagiannya.

Demikian pula dalam tatanan dan sistem Hukum dan Hubungan

Internasional mempunyai kaitan yang erat dengan tatanan dan Sistem Hukum

28 I b i d.

15

Page 20: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

Nasional. Ini berarti bahwa Hukum Nasional bukan satu-satunya sumber hukum

yang berlaku di Indonesia.

Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH, LL.M, tentang hal ini

mengemukakan bahwa hubungan antara hukum nasional dengan hukum

internasional adalah bahwa apabila kita menghendaki adanya masyarakat

internasional yang aman dan sejahtera maka mau tidak mau kita harus mengakui

adanya hukum internasional yang mengatur masyarakat internasional.29

Dalam rangka hubungan antara Sistem Hukum Nasionalte, khususnya

yang mengatur tentang pencemaran laut dengan hukum pencemaran laut

internasional ialah bahwa sejumlah perundang-undangan yang telah penulis

kemukakan sebelumnya baik yang bersangkutan dengan Hukum Laut misalnya

Undang-undang No. 4 Prp. tahun 1960, Undang-undang No. 1 tahun 1973, dan

lain-lainnya, maupun bersangkutan dengan Lingkungan Hidup misalnya Undang-

undang No. 4 tahun 1982, Undang-undang No. 5 tahun 1990 tidak hanya menjadi

satu-satunya sumber hukum yang berlaku di Indonesia, tetapi juga berbagai

ketentuan internasional yang lainnya, teristimewa yang telah diratifikasikan oleh

Negara Indonesia.

Dapat disebutkan di sini ialah ketentuan Hukum Internasional baik Laut

maupun Lingkungan Hidup Internasional yang juga berlaku dan berkaitan erat

dengan Sistem Hukum Nasional di Indonesia ialah Undang-undang No. 19 tahun

1961 tentang persetujuan atas 3 (tiga) Konvensi Jenewa tahun 1958 dan Undang-

undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the

Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut).

Beberapa Konvensi ini merupakan ketentuan Hukum Internasional yang berlaku

pula di Indonesia melalui proses ratifikasinya.

Contoh lainnya yang dapat dikemukakan ialah ketentuan dalam Pasal 4

Huruf a Undang-undang No. 23 tahun 1997 yang berbunyi : "Pengelolaan

lingkungan hidup bertujuan terlindunginya negara terhadap dampak kegiatan di

luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan".30

29 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Op Cit, hal. 86.30 Periksa UU No. 23/1997.

16

Page 21: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

Tidak dapat disangkal bahwa pencemaran laut telah menjadi bagian yang

penting pengaturannya, baik menurut Hukum Laut Internasional maupun menurut

Hukum Laut Indonesia, termasuk pula di dalamnya ketentuan yang diatur menurut

Undang-undang No. 23 tahun 1997. Pencemaran laut semakin penting artinya

dalam konteks wilayah negara Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang

sebagian besar luas wilayahnya terdiri atas lautan. Dari aspek geostrategis juga

menyebabkan wilayah Indonesia menjadi persilangan lalu lintas laut yang

membuka kemungkinan timbulnya pencemaran laut misalnya karena tabrakan

kapal-kapal atau kandasnya kapal.

17

Page 22: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

BAB IV

P E N U T U P

A. KESIMPULAN

Dari uraian pada bab-bab yang sebelumnya maka dirumuskan kesimpulan-

kesimpulan sebagai berikut :

1) Pencemaran laut adalah bentuk khusus dari pencemaran lingkungan pada

umumnya, dan terjadi di laut. Rumusan baku tentang "Pencemaran lingkungan

laut" (Pollution of the marine environment) menurut Konvensi Hukum Laut

tahun 1982 berarti : dimasukkannya oleh manusia, secara langsung atau tidak

langsung, bahan atau energi ke dalam lingkungan laut, termasuk kuala, yang

mengakibatkan atau mungkin membawa akibat buruk sedemikian rupa seperti

kerusakan pada kekayaan hayati laut dan kehidupan di laut, bahaya bagi

kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan-kegiatan di laut termasuk

penangkapan ikan dan penggunaan yang sah lainnya, penurunan kualitas

kegunaan air laut dan pengurangan kenyamanannya.

2) Sumber-sumber pencemaran laut merupakan sumber atau asal dari mana

datangnya pencemaran laut, dan salah satu sumber pencemaran laut yang

utama ialah kecelakaan kapal laut khususnya tanker yang mengakibatkan

tumpahnya minyak bumi ke laut sekitarnya.

3) Pencemaran laut menurut Sistem Hukum Nasional erat kaitannya dengan

pencemaran internasional, oleh karena Indonesia sebagai negara kepulauan

sebagai anggota dari masyarakat internasional.

B. SARAN

1) Perlu menumbuh-kembangkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

lingkungan hidup, khususnya di lingkungan laut Indonesia. Sebagai negara

kepulauan, aspek-aspek yang bertalian dengan laut dan kelautan harus tampil

18

Page 23: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

menonjol disertai dengan rasa memiliki yang tinggi di kalangan masyarakat

terhadap laut.

2) Perlu lebih ditingkatkan fungsi pengawasan dan pencegahan bahaya dan

ancaman pencemaran lingkungan laut. Tersedianya sarana dan prasarana serta

profesionalisme di kalangan aparat, sangat diperlukan. Dalam rangka ini

fungsi hukum dan penegakan hukum adalah mutlak ditegakkan.

3) Perlu memperketat pengawasan kapal-kapal tanker berukuran raksasa agar

hanya melewati alur-alur laut tertentu dengan tindakan pengamanan dan

pengawasan yang ketat.

19

Page 24: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Cetakan Ke-3, Bandung, 1990.

Arief Nurdu'a, M., Nursyam B., Sudharsono, Hukum Lingkungan; Perundang-undangan Serta Berbagai Masalah Dalam Penegakannya, Citra Aditya Bakti, Cetakan Pertama, Bandung, 1993.

Budiarto, M., Wawasan Nusantara Dalam Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Indonesia, Ghalia Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta, 1980.

Danusaputro, St. Munadjat, Hukum Lingkungan, Buku II : Nasional, Bina cipta, Cetakan Pertama, Bandung, 1981.

--------, Wawasan Nusantara Dalam Konvensi Hukum Laut PBB Tahun 1982, Buku VIII, Alumni, Bandung, 1983.

Kantaatmadja, Komar, Bunga Rampai Hukum Lingkungan Laut Internasional, Alumni, Bandung, 1982.

--------, Masalah Pencegahan Pencemaran Laut dan Hak Lintas Damai (Innocent Passage), Pro Justitia, No. Keempat, Bandung, 1979.

Kusumaatmadja, Mochtar, Perkembangan Hukum Laut Indonesia Dewasa Ini, Bina cipta, Cetakan Pertama, bandung, 1975.

--------, Pengantar Hukum Internasional, Bina cipta, Cetakan Ke-2, Bandung, 1978.

--------, Hukum Laut Internasional, Binacipta, Cetakan Ke-2, Bandung, 1982.

--------, Bunga Rampai Hukum Laut, Binacipta, Bandung, 1978.

--------, Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut Dilihat Dari Sudut Hukum Internasional, Regional dan Nasional, Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, 1992.

Likadja, Frans, Bunga Rampai Hukum Internasional, Binacipta, Cetakan Pertama, Bandung, 1987.

20

Page 25: Ki - Pencem Lingk Laut Menurt Hkm Laut Indonesia - Januari 2007

Misbach Muhjidin, Atje, Status Hukum Perairan Kepulauan Indonesia dan Hak Lintas Damai Kapal Asing, Alumni, Cetakan Pertama, Bandung, 1993.

Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Cetakan Pertama, Bandung, 1990.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Laut Bagi Indonesia, Sumur Bandung, Cetakan Ke-6, Bandung, 1976.

Silalahi, Daud, Pengaturan Hukum Lingkungan Laut Indonesia dan Implikasinya Secara Regional, Sinar Harapan, Cetakan Pertama, Jakarta, 1992.

--------, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Alumni, Cetakan Pertama, Bandung, 1992.

Soedjono D., Pengamanan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Industri, Alumni, Bandung, 1979.

Sumber-sumber lainnya :- UUD 1945.- UU No. 4 Prp. tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.- UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.- UU No. 19 tahun 1961 tentang Persetujuan 3 (tiga) Konvensi Jenewa

Tahun 1958.- UU No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.- UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup.- UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.- UU No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

21