biologi laut

16
BIOLOGI LAUT Tugas Terstruktur “Rantai Makanan Di Hutan Mangrove” Nama : Erlin Fitriyanti 0910850080 Ngudi Rahayu 0910850081 Kelas : C Dosen : Prof.Dr.Ir Arief Prajitno.MS UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 2012

Upload: erlin-fy

Post on 21-Jul-2015

202 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BIOLOGI LAUT Tugas Terstruktur Rantai Makanan Di Hutan Mangrove

Nama : Erlin Fitriyanti 0910850080 Ngudi Rahayu 0910850081 Kelas : C Dosen : Prof.Dr.Ir Arief Prajitno.MS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan aset penting suatu negara dalam melaksanakan pembangunan, khususnya pembangunan di sektor ekonomi. Selain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sumberdaya alam juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa (wealth of nation). Oleh karena itu, pemanfaatan 2009). Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohonpohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin (Nybakken ,1992). Hutan mangrove memiliki peran yang penting baik secara fisik, ekologi dan ekonomi. Peran hutan mangrove secara fisik antara lain sebagai penahan gelombang, penahan angin, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Secara ekologis hutan mangrove berperan sebagai tempat pemijahan (spawning ground), tempat pembesaran (nursery ground), dan mencari makan (feeding ground) bagi berbagai jenis hewan seperti ikan, udang, kepiting, moluska, reptilia, mamalia dan burung. Secara ekonomi peranan hutan mangrove sebagai sumber bahan bakar (kayu arang), bahan bangunan, bahan industri kertas, makanan dan obat-obatan serta konversi mangrove menjadi tambak untuk tujuan komersial (Nontji, 1993; Nybakken, 1992, Pramudji, 2001; Gunarto 2004). Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan-ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kadungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia. Musibah gempa dan dan pengelolaan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan berwawasan lingkungan sudah semestinya dilakukan Sukmawan (2004) dalam Hiariey

ombak besar tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias akhir tahun 2004 yang lalu telah mengingatkan kembali betapa pentingnya mangrove dan hutan pantai bagi perlindungan pantai (Hendra, 2010). 1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana gambaran umum Ekosistem Mangrove? 2.Apa Saja manfaat hutan mangrove bagi mahluk hidup ? 3.Bagaimana proses rantai makanan di hutan mangrove? 4.Apa pengaruh dari proses rantai makanan tersebut? 1.3 Tujuan 1.Mengetahui gambaran umum ekosistem Mangrove 2.Mengetahui manfaat hutan mangrove bagi kehidupan mahluk hidup 3.Mengetahui proses rantai makanan di hutan mangrove 4.Mengetahui pengaruh proses rantai makanan yang terjadi di hutan mangrove

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mangrove dan Hutan Mangrove Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macneae, 1968). Adapun dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan untuk menunjuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut (IPB ITK, 2007) Hutan mangrove atau yang biasa disebut hutan bakau, walaupun penyebutan hutan bakau itu tidak pas sebenarnya karena bakau hanya merupakan salah satu dari jenis mangrove itu sendiri yaitu jenis Rhizopora spp. Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas dan tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai di daerah tropis dan sub tropis (FAO, 2007). Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000). Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciriciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob (Webland, 2001) .

2.2 Jenis-jenis Mangrove dan Hutan Mangrove Berdasarkan vegetasi penyusunnya, hutan mangrove dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu hutan mangrove utama (major mangrove), yaitu hutan mangrove yang tersusun atas satu jenis tumbuhan saja; hutan mangrove ikutan (minor mangrove), yaitu mangrove yang terdiri atas jenis-jenis campuran; dan tumbuhan asosiasi (associated plants), yaitu berbagai jenis tumbuhan yang berada di sekitar hutan mangrove yang kehidupannya sangat bergantung pada kadar garam, dan kelompok tumbuhan ini biasanya hidup di daerah yang hanya digenangi air laut pada saat pasang maksimum saja (Sudarmadji dalam Tomlinson, 1986). Menurut ITK IPB (2007), Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizhophora,

Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam delapan famili. Dengan jumlah jenis tercatatsebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liliana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak didalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk ke dalam empat famili : Rhizophoraceae (Rhizhophora, Bruguiera dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia) dan Meliaceae (Xylocarpus). Di kawasan pesisir dan laut Kabupaten Karawang terdapat banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya sumber daya hutan mangrove, sumber daya terumbu karang, sumber daya perikanan laut dan sumber daya perikanan tambak. Mangrove (bakau, api-api dan sejenisnya) adalah vegetasi khas di daerah pesisir pantai. Jenis-jenis tumbuhan mangrove yang ada di Kabupaten Karawang adalah Rhizopora apicullata, Rhizopora mucronata, Avicennia marina,

Sonneratia alba dan Lumnitzera racemoza (Hidayat, 2010).

2.3 Manfaat Hutan Mangrove Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia. Musibah gempa dan ombak besar tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias akhir tahun 2004 yang lalu telah mengingatkan kembali betapa pentingnya mangrove

dan hutan pantai bagi perlindungan pantai. Berdasar karakteristik wilayahnya, pantai di sekitar kota Padang pun masih merupakan alur yang sama sebagai alur rawan gempa tsunami (Anwar dan Hendra, 2011). Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka dan khas di dunia, karena luasnya hanya 2% permukaan bumi. Indonesia merupakan kawasan ekosistem mangrove terluas di dunia. Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosia-budaya yang sangat penting. Fungsi ekologi hutan mangrove meliputi tempat sekuestrasi karbon, remediasi bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai dari abrasi, intrusi air laut, dan gelombang badai, menjaga kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, pemijahan dan pembesaran berbagai jenis ikan, udang, kerang, burung dan fauna lain, serta pembentuk daratan. Fungsi sosial-ekonomi hutan mangrove meliputi kayu bangunan, kayu bakar, kayu lapis, bubur kertas, tiang telepon, tiang pancang, bagan penangkap ikan, dermaga, bantalan kereta api, kayu untuk mebel dan kerajinan tangan, atap huma, tannin, bahan obat, gula, alkohol, asam asetat, protein hewani, madu, karbohidrat, dan bahan pewarna, serta memiliki fungsi sosial-budaya sebagai areal konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya (Setyawan dan Kusumo, 2006). Secara ekologis, hutan Mangrove telah dikenal mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ekosistem Mangrove bagi sumberdaya ikan dan udang berfungsi sebagai tempat mencari makan, memijah, memelihara juvenil dan berkembang biak sementara bagi ekologi berfungsi sebagai penghasil sejumlah detritus dan perangkap sedimen. Hutan mangrove merupakan habitat berbagai jenis satwa baik sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat sementara (Bengen, 1999 dalam Noer, 2009). 2.4 Rantai Makanan Dan proses aliran energy di Hutan Mangrove beserta Gambar Aliran energi di ekosistem mangrove bermula dari daun. Daun memegang peran penting dan merupakan sumber nutrisi sebagai awal rantai makanan. Pada ekosistem mangrove, rantai makanan yang terjadi adalah rantai makanan detritus. Sumber utama

detritus berasal dari daun-daun dan ranting-ranting yang telah membusuk. Daun-daun yang gugur akan dimakan oleh jenis-jenis bakteri dan fungi. Bakteri dan fungi ini akan dimakan oleh sebagian Protozoa dan Avertebrata lainnya dan kemudian Protozoa dan Avertebrata tersebut akan dimakan oleh karnivor sedang, kemudian karnivor sedang ini dimakan oleh karnivor yang lebih tinggi (Romimohtarto dan Juwana, 2001 dalam USU, 2011). Menurut Hidayat (2010), materi anorganik yang masuk ke lingkungan mangrove akan dimanfaatkan oleh produsen dalam hal ini adalah tumbuhan mangrove untuk kebutuhan fotosintesis. Nutrien tersebut berupa Karbon organik, Nitrogen, dan Posfat dan bentuk nutrien yang lainnya. Mangrove akan menghasilkan serasah berupa bunga, ranting dan daun mangrove yang jatuh ke perairan sebagian akan tenggelam atau terapung di perairan tersebut dan sebagian lagi akan terbawa oleh arus laut ke daerah lain. Serasah yang dihasilkan oleh pohon-pohon mangrove merupakan landasan penting bagi produksi ikan di muara sungai dan daerah pantai. Zat organik yang berasal dari penguraian serasah hutan mangrove ikut menentukan kehidupan ikan dan invertebrata di sekitarnya dalam rantai makanan.

Mata rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove ini tidak terputus. Pada dasarnya rantai makanan pada ekosistem mangrove ini terbagi atas dua jenis yaitu rantai makanan secara langsung dan rantai makanan secara tidak langsung ( rantai detritus ). 1. Rantai Makanan Langsung

Pada rantai makanan langsung yang bertindak sebagai produsen adalah tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove ini akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya sebagai konsumen tingkat satu adalah ikan-ikan kecil dan udang yang langsung memakan serasah mangrove yang jatuh tersebut. Untuk konsumen tingkat dua adalah organisme karnivora yang memakan ikan-ikan kecil dan udang tersebut. Selanjutnya untuk konsumen tingkat tiga terdiri atas ikan-ikan besar maupun burung burung pemakan ikan. Pada akhirnya konsumen tingkat tiga ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa organic yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut.

2. Rantai Makanan Tidak Langsung / Rantai Detritus

Pada rantai makanan tidak langsung atau rantai detritus ini melibatkan lebih banyak organisme. Bertindak sebagai produsen adalah mangrove yang akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya serasah ini akan terurai oleh detrivor / pengurai. Detritus yang mengandung senyawa organic kemudian akan dimakan oleh Crustacea, bacteria, alga, dan mollusca yang bertindak sebagai konsumen tingkat satu. Khusus untuk bacteri dan alga akan dimakan protozoa sebagai konsumen tingkat dua. Protozoa ini kemudian akan dimakan oleh amphipoda sebagai konsumen tingkat tiga. Lalu, baik crustacea ataupun amphipoda ini dimakan oleh ikan kecil (Konsumen Tingkat 4) dan kemudian akan dimakan oleh ikan besar (konsumen 5). Selanjutnya untuk konsumen tingkat enam terdiri atas ikan-ikan besar maupun burung burung pemakan ikan dan pada akhirnya konsumen tingkat enam ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut.

2.5 Manfaat Adanya Rantai Makanan di Hutan Mangrove Hutan mangrove sebagai penghasil detritus yang merupakan sumber makanan bagi organisme laut. Besarnya sumbangan detritus dari ekosistem mangrove berkaitan dengan proses dekomposisi serasah dalam ekosistem mangrove. Melalui proses ini hara dalam jumlah yang cukup besar dapat dihasilkan (Valk dan Attiwill 1984). Salah satu jenis ikan yang memanfaatkan detritus dalam ekosistem mangrove sebagai sumber makanan (energi) adalah ikan belanak (Liza subviridis) dari famili mugilidae. Ikan belanak memakan detritus dan mikro algae, selain itu juga mengambil atau menelan butiran pasir dalam sedimen yang berfungsi untuk membantu menggiling makanan di dalam lambung. Ikan belanak secara ekologis sangat penting dalam rantai makanan yang berperan dalam transfer energi dalam kehidupan di perairan estuari. Diduga, jumlah dan mutu detritus yang dihasilkan dari hutan mangrove didasarkan pada jenis mangrove. Jumlah dan mutu detritus yang dihasilkan akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ikan belanak (IPB, 2011).. Alongi et al. (1993) dan Alongi (1996) mengemukakan bahwa ekosistem mangrove merupakan daerah hutan pantai yang produktif, asosiasi rantai makan dan siklus nutriennya berhubungan erat dengan perairan pantai sekitarnya. Hutan ini dapat dianggap sebagai penghubung antara eksosistem darat dan ekosistem laut (Holmer dan Annemarie 2002 dalam IPB, 2011). Fungsi ekologis terpenting dari hutan mangrove adalah dalam siklus nutrien dan aliran energi, dimana mangrove merupakan penghasil serasah yaitu materi organik yang telah mati yang terdapat di lantai hutan yang tersusun atas tumbuhan mati. Daun mangrove yang gugur sebagai serasah memegang peran penting dan merupakan sumber nutrisi sebagai awal rantai makanan. Pada ekosistem mangrove, rantai makanan yang terjadi adalah rantai makanan detritus (IPB, 2011).

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizhophora, Bruguiera, Ceriops,

Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam delapan family Ekosistem Mangrove bagi sumberdaya ikan dan udang berfungsi sebagai tempat mencari makan, memijah, memelihara juvenil dan berkembang biak sementara bagi ekologi berfungsi sebagai penghasil sejumlah detritus dan perangkap sedimen. Rantai makanan pada ekosistem mangrove ini terbagi atas dua jenis yaitu rantai makanan secara langsung dan rantai makanan secara tidak langsung ( rantai detritus ). Pada rantai makanan langsung yang bertindak sebagai produsen adalah tumbuhan mangrove. Pada rantai makanan tidak langsung atau rantai detritus ini melibatkan lebih banyak organisme. Bertindak sebagai produsen adalah mangrove yang akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. 3.2 Saran Manfaat dari hutan mangrove ini sangatlah besar, terutama bagi organism yang menempati areal sekitar mangrove sehingga perlu ada upaya pemeliharaan dan konservasi mengingat banyak sekali pengrusakan terhadap tumbuhan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil dan Hendra Gunawan. 2011. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir.

www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf. Diakses pada 12 Mei 2012,pukul 13.17 WIB. Di Desa Tawiri, Ambon. www.lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/lilian.pdf. FAO. 2007. The Worlds Mangroves 19802005. Forest Resources Assessment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 23(1). 17 hlm. Hendra Chairil.2010.Fungsi dan Manfaat Mangrove. www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf. Hiariey Lilian Sarah.2009.Identifikasi Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove Hidayat, Enjang. 2010. Aliran materi dan rantai makanan pada ekosistem mangrove di pesisir kabupaten karawang jawa barat. http://hernandhyhidayat.wordpress.com/. Diakses pada 12 Mei 2012, pukul 13.17 WIB. IPB ITK.2007.Deskripsi Mangrove.http://itk.fpik.ipb.ac.id/SIELT/mangrove.php?load=deskripsi.p hp

IPB. 2011. Contribution of Ecosystem Mangrove.

repository.ipb.ac.id/bitstream/.../BAB%20I%20Pendahuluan.pdf?...3.Diakses pada 12 Mei 2012, pukul 13.17 WIB. Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta, Indonesia. Noer, Abd.Hamid. 2009. Model Dinamika Rantai Makanan pada Ekosistem Mangrove di Laguna Tasilaha. Jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MLS/article/download/56/49. Diakses pada 12 Mei 2012, pukul 13.17 WIB. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 70 120 hlm. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi (Diterjemahkan). PT. Gramedia, Jakarta. 36 85 hlm. Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove dan Peranannya Sebagai Habitat Berbagai Fauna Aquatik. Oseana. Volume XXVI (4) :13 23. ISSN 0216 1877. Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Setyawan, Ahmad Dwi dan Kusumo Winarno. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya ;Kerusakan dan Upaya Restorasinya.

biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0703/D070318.pdf. Diakses pada 12Mei 2012, pukul 13.17 WIB. USU. 2011. Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Timur Sumatera Utara.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30195/5/Chapter%20I.pdf.Diakses pada 12 Mei 2012, pukul 13.17 WIB. Webland.2001.Hutan Mangrove. http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbsmangrove.htm