info brief km - hutan kemasyarakatan (hkm)

8
A. KERANGKA KEBIJAKAN HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan. Pemberdaya an masyarakat dilihat sebagai upaya mening katkan kemampuan dan kemandirian masyara kat agar mereka mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka kesejahteraan masyarakat. HKm hanya diberlakukan di kawasan hutan lindung dan hutan produksi yang tidak dibebani hak atau izin dalam pemanfaatan hasil hutan dimana kawasan tersebut menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.Izin Usaha Pemanfaatan Pengelolaan HKm (IUPHKm) diberikan untuk jangka waktu 35 tahun dan diperpanjang sesuai dengan hasil evaluasi setiap 5 tahun. HKm diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan serta menggan tungkan penghidupannya dari memanfaatkan sumberdaya hutan. Pelaksanaan HKm dapat dipilah dalam 3 tingkatan: pertama, penetapan yang dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian Kehutan an); kedua, perizinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah (Bupati/Walikota/Gubernur); dan ketiga, pengelolaan di lapangan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat pemegang izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan. B. PROSEDUR PERIZINAN dan PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Untuk melaksanakan HKm ada empat tahapan perizinan yang dibutuhkan, yaitu a. Permohon IUPHKm; b. Penetapan Area Kerja HKm; c. Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan HKm (IUPHKm); dan d. Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam HKm (IUPHHKHKm). Informasi ringkas seputar Kehutanan Masyarakat ini diterbitkan atas kerjasama FKKM dan HuMa. SERI 001 | MEI 2012 | www.fkkehutananmasyarakat.wordpress.com Hutan Kemasyarakatan (HKm) PENGANTAR Hutan Kemasyarakatan (HKm) menjadi salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan untuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan melibatkan masyarakat, di samping Hutan Desa dan Hutan Tanaman Rakyat. Banyak pihak memandang kebijakan ini sebagai pengakuan negara terhadap pengelolaan hutan oleh rakyat yang selama ini terabaikan, namun mampu menjaga kelestarian alam dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi masyarakat, hutan tak hanya memiliki makna ekologis, tetapi juga sosial, budaya dan ekonomi. Selain mengulas tentang kerangka kebijakan dan prosedur perizinan Hutan Kemasyarakatan (HKm), Info Brief ini juga mengungkapkan peran hutan kemasyarakatan dalam memperkuat hak kelola rakyat dan mengurangi konflik kehutanan serta tantangan dalam pelaksanaannya.Info Brief ini diharapkan mampu menjadi jendela informasi bagi masyarakat sekitar hutan untuk memperoleh hak kelolanya dan sekaligus mendorong percepatan pencapaian target pengembangan Hutan Kemasyarakatan di Indonesia.

Upload: andri-santosa

Post on 22-Mar-2016

271 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Info singkat terkait skema Hutan Kemasyarakatan (HKm). Publikasi ini diterbitkan atas kerjasama FKKM dan HuMa.

TRANSCRIPT

Page 1: Info Brief KM - Hutan Kemasyarakatan (HKm)

A. KERANGKA KEBIJAKAN HUTANKEMASYARAKATAN (HKm)Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalahhutan negara yang pemanfaatan utamanyaditujukan untuk memberdayakan masyarakat didalam dan sekitar kawasan hutan. Pemberdaya­an masyarakat dilihat sebagai upaya mening­katkan kemampuan dan kemandirian masyara­kat agar mereka mendapatkan manfaat sumber­daya hutan secara optimal dan adil melaluipengembangan kapasitas dan pemberian aksesdalam rangka kesejahteraan masyarakat.HKm hanya diberlakukan di kawasanhutan lindung dan hutan produksi yang tidakdibebani hak atau izin dalam pemanfaatan hasilhutan dimana kawasan tersebut menjadi sumbermata pencaharian masyarakat setempat.IzinUsaha Pemanfaatan Pengelolaan HKm(IUPHKm) diberikan untuk jangka waktu 35tahun dan diperpanjang sesuai dengan hasilevaluasi setiap 5 tahun. HKm diperuntukkanbagi masyarakat miskin yang tinggal di dalamdan sekitar kawasan hutan serta menggan­tungkan penghidupannya dari memanfaatkan

sumberdaya hutan.Pelaksanaan HKm dapat dipilah dalam 3tingkatan: pertama, penetapan yang dilakukanoleh pemerintah pusat (Kementerian Kehutan­an); kedua, perizinan yang dilakukan olehpemerintah daerah (Bupati/Walikota/Gubernur);dan ketiga, pengelolaan di lapangan yangdilakukan oleh kelompok masyarakat pemegangizin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan.B. PROSEDUR PERIZINAN danPENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN(HKm) Untuk melaksanakan HKm ada empattahapan perizinan yang dibutuhkan, yaitu

a. Permohon IUPHKm;b. Penetapan Area Kerja HKm;c. Pemberian Izin Usaha PemanfaatanHKm (IUPHKm); dand. Pemberian Izin Usaha PemanfaatanHasil Hutan Kayu dalam HKm(IUPHHK­HKm).

Informasi ringkas seputarKehutanan Masyarakat ini

diterbitkan atas kerjasama FKKMdan HuMa.

SERI 001 | MEI 2012 | www.fkkehutananmasyarakat.wordpress.com

Hutan Kemasyarakatan (HKm)PENGANTAR

Hutan Kemasyarakatan (HKm) menjadi salah satu kebijakan yang dikeluarkan olehKementerian Kehutanan untuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan melibatkanmasyarakat, di samping Hutan Desa dan Hutan Tanaman Rakyat. Banyak pihakmemandang kebijakan ini sebagai pengakuan negara terhadap pengelolaan hutan olehrakyat yang selama ini terabaikan, namun mampu menjaga kelestarian alam danmemberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi masyarakat, hutan tak hanya memilikimakna ekologis, tetapi juga sosial, budaya dan ekonomi.

Selain mengulas tentang kerangka kebijakan dan prosedur perizinan HutanKemasyarakatan (HKm), Info Brief ini juga mengungkapkan peran hutan kemasyarakatandalam memperkuat hak kelola rakyat dan mengurangi konflik kehutanan serta tantangandalam pelaksanaannya.Info Brief ini diharapkan mampu menjadi jendela informasi bagimasyarakat sekitar hutan untuk memperoleh hak kelolanya dan sekaligus mendorongpercepatan pencapaian target pengembangan Hutan Kemasyarakatan di Indonesia.

Page 2: Info Brief KM - Hutan Kemasyarakatan (HKm)

info KM2

Permohonan IUPHKm pertama kalidiajukan oleh kelompok/koperasi masyarakatdalam bentuk surat permohonan yang diajukankepada Bupati/Walikota untuk lokasi di dalamsatu wilayah kabupaten/kota atau kepadaGubernur untuk yang berlokasi lintaskabupaten/kota. Di dalam surat tersebutdilampirkan proposal permohonan IUPHKm,surat keterangan kelompok dari KepalaDesa/Lurah, dan sketsa area kerja yangdimohon (memuat letak areal beserta titikkoordinatnya, batas­batas perkiraan luasanareal, dan potensi kawasan hutan).Selanjutnya Bupati/Walikota atauGubernur meneruskan permohonan kelompokmasyarakat tersebut kepada Menteri Kehutanan(Menhut) dengan menerbitkan surat usulanpenetapan areal kerja (AK) HKm. Surat tersebutdilengkapi dengan peta digital calon AK HKmskala 1 : 50.000, deskripsi wilayah dan daftarnama anggota kelompok masyarakat pemohonyang diketahui camat dan kepala desa.

Setelah usulan Bupati/Walikota/Gubernurditerima Menteri Kehutanan, kemudianKemenhut menugaskan Tim Verifikasi ke lokasipemohon untuk melihat secara langsung kondisicalon areal HKm dan kelompok masyarakatpemohon. Tim Verifikasi terdiri dari unsur DitjenBina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial(BPDAS­PS), Ditjen Planologi Kehutanan(Planhut), BPDAS, Dinas Kehutanan Propinsidan Dinas Kehutanan Kab/Kota setempat. HasilTim berupa Berita Acara Hasil Verifikasi UsulanHKm yang ditandatangani oleh seluruh anggotaTim dan diketahui oleh Kepala Dinhut Prop danKab/kota setempat. Verifikasi meliputikeabsahan surat Kepala Desa/Lurah tentangkeberadaan kelompok dan anggotanya, tingkatketergantungan masyarakat terhadapsumberdaya hutan, dan kesesuaian antara arealyang dimohonkan (hutan produksi dan hutanlindung) dengan luas areal yang diusulkan dantidak dibebani hak.Hasil verifikasi kemudian diteruskan

info KMAlur Proses Perizinan Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Page 3: Info Brief KM - Hutan Kemasyarakatan (HKm)

info KM 3

kepada Menteri Kehutanan (Menhut) untukmendapatkan penetapan Areal Kerja HKm. Arealkerja HKm merupakan satu kesatuan hamparankawasan hutan yang dapat dikelola olehkelompok atau gabungan kelompok masyarakatsetempat secara lestari. Kawasan hutan yangdapat ditetapkan sebagai areal kerja hutankemasyarakatan adalah kawasan hutan lindungdan kawasan hutan produksi dengan ketentuanbelum dibebani hak atau izin dalam pemanfaatanhasil hutandan menjadi sumber matapencaharian masyarakat setempat.Jika persyaratan terpenuhi, tim mereko­mendasikan calon lokasi HKm sebagai ArealKerja (AK) HKm, dimana Ditjen BPDAS­PSmeminta Ditjen Planologi untuk menelaah danmenyiapkan Peta AK­HKm untuk kemudianditandatangani oleh Menhut. Setelah Peta AK­HKm selesai disiapkan, selanjutnya DitjenBPDAS­PS menyampaikan draft/konsep SuratKetetapan (SK) Menhut tentang Penetapan AK­HKm melalui Sekretariat Jenderal Kemenhut.Setelah mendapatkan penetapan arealkerja HKm, langkah berikutnya adalah Bupati

segera memproses dan mengeluarkan IzinUsaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan(IUPHKm) bagi kelompok, yaitu izin usaha yangdiberikan untuk memanfaatkan sumber dayahutan pada kawasan hutan lindung dan/ataukawasan hutan produksi. IUPHKm pada HUTANLINDUNG meliputi kegiatan pemanfaatankawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, danpemungutan hasil hutan bukan kayu. Sedangkanpada HUTAN PRODUKSI meliputi kegiatanpemanfaatan kawasan, penanaman tanamanhutan berkayu, pemanfaatan jasa lingkungan,pemanfaatan hasil hutan bukan kayu,pemungutan hasil hutan kayu, dan pemungutanhasil hutan bukan kayu.IUPHKM bukan merupakan hakkepemilikan atas kawasan hutan. IUPHKmdilarang dipindahtangankan, diagunkan, ataudigunakan untuk untuk kepentingan lain di luarrencana pengelolaan yang telah disahkan, sertadilarang merubah status dan fungsi kawasanhutan. Jika ketentuan ini dilanggar maka akandikenai sanksi pencabutan izin.IUPHKm diberikan untuk jangka waktu 35

Hutan Kemasyarakatan (HKm) memungkinkan masyarakat mengembangkan modelpengelolaan hutan dan lahan berbasis wanatani. Seperti di area kerja HKm Sanggau,Kalimantan Barat, yang mengkombinasi antara model perladangan berpindah, tembawangdan wanatani karet.

Foto: Hasantoha Adnan

Page 4: Info Brief KM - Hutan Kemasyarakatan (HKm)

info KM4

Hutan Kemasyarakatan (HKm) Rigis Jaya II, Lampung BaratHKm Rigis Jaya II ditetapkan Menhut berdasarkan SK Menhut No.31 Tahun 2001 seluas251,65 ha. Kemudian dengan keluarnya P.37 tahun 2007 mendapat IUPHKm selama 35 tahun.Dukungan kebijakan dan komitmen dari pemerintah provinsi dan kabupaten sangat pentingdalam mendorong HKm Rigis jaya II.Diinisiasi dan difasilitasi oleh Watala dengan dukunganberbagai pihak. HKm Rigis Jaya II ini juga dipilih oleh FKKM sebagai Laboratorium KM danPerubahan Iklim.Organisasi penanggung jawab adalah KTH Rigis Jaya II, yang angotanya 74 orang.Kawasan Rigis Jaya II sangat penting dalam penyeimbang ekosistem mikro, sumberpenghasilan, listrik mikrohidro, dan jasa lingkungan. HKm ini telah memberi dampak langsungbagi masyarakat Desa Rigis Jaya II secara ekonomi, dan dampak tidak langsung bagimasyarakat Lampung Barat dan masyarakat global (iklim).Saat ini kelembagaan KTH telah berjalan dengan baik, membuat aturan main dalampengelolaan maupun organisasi KTH. Koordinasi antar kelompok di kecamatan juga sangat baikdalam wadah Warung Rembuk Petani Hutan (Waremtahu), dan koordinasi dengan forum HKmtingkat kabupaten. Pendampingan masyarakat yang intensif oleh Watala dalam peningkatankapasitas organisasi KTH merupakan kunci kebehasilan pengelolaan HKm ini.Terobosan dan keberanian pemerintah provinsi dan daerah dalam mendukung kebijakanHKm sangat penting. Terobosan kebijakan ini yang mendorong pencapain pengakuan HKmyang membedakannya dengan provinsi lainnya. Adapun beberapa kebijakan yang mendukungpengakuan HKm adalah:

Perda Propinsi Lampung No. 7 Tahun 2000 tentang Pemungutan Iuran Hasil Hutan BukanKayu.Perda No. 18 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan BerbasisMasyarakatSK Bupati Lampung Barat No. 11 Tahun 2004 tentang Indikator dan Kriteria Monitoring danEvaluasi PelaksanaanProgram Hutan Kemasyarakatan Kabupaten Lampung BaratPeraturan Bupati Lampung Barat Nomor 225 Tahun 2005 tentang Panduan TeknisPenghitungan Skor dan Bobot Kriteria dan Indikator Monitoring dan EvaluasiPelaksanaan Program Hutan Kemasyarakatan Kabupaten Lampung BaratSurat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan dan PSDA Lampung Barat Nomor: 522/439/KPTS/IV.05/2007, tentang Penetapan Tim Kerja Monitoring dan Evaluasi Kegiatan HutanKemasyarakatan Kabupaten Lampung Barat;Surat Bupati Lampung Barat No 522/770/IV.05/2007, tanggal 5 Oktober 2007, tentangPencadangan Areal Kerja HKm Lampung BaratMengkombinasikan kegiatan perlindungan ekosistem, peningkatan kualitas hutan dan alternatifekonomi telah dilakukan pada HKm ini dalam mencapai visi kedepan yaitu: hutan lestarimasyarakat sejahtera. Disamping itu, pendampingan yang intensif, dukungan kebijakanpemerintah provinsi/ daerah dan dukungan kolaborasi berbagai pihak mendorong percepatanpengakuan HKm di Lampung.

Sumber: Sunarni Widyastuti dan Eko Sulistiyo, Watala, 2011.

Page 5: Info Brief KM - Hutan Kemasyarakatan (HKm)

info KM 5tahun dan dapat diperpanjang sesuai denganhasil evaluasi setiap 5 tahun. Permohonanperpanjangan IUPHKm diajukan kepadaGubernur atau Bupati/Walikota paling lambat 3(tiga) tahun sebelum izin berakhir. IUPHKMdapat dihapus bila jangka waktu izin telahberakhir; izin dicabut oleh pemberi izin sebagaisanksi yang dikenakan kepadapemegang izin; izin diserahkankembali oleh pemegang izindengan pernyataan tertuliskepada pemberi izin sebelumjangka waktu izin berakhir;dalam jangka waktu izin yangdiberikan, pemegang izin tidakmemenuhi kewajiban sesuaiketentuan; dan secara ekologis,kondisi hutan semakin rusak.Hutan Kemasyarakatandiselenggarakan denganberpedoman kepada tiga asas,yaitu:a. manfaat dan lestarisecara ekologi,ekonomi, sosial dan budaya,b. musyawarah mufakat, danc. keadilan.

Selain itu, penyelenggaraan HutanKemasyarakatan juga berpedoman kepadaprinsip­prinsip berikut:a. tidak mengubah status dan fungsikawasan hutan,b. pemanfaatan hasil hutan kayu hanyadilakukan dari kegiatan penanaman,c. mempertimbangkan keanekaragamanhayati dan keanekaragaman budaya,d. menumbuhkembangkan keanekaragamankomoditas dan jasa,e. meningkatkan kesejahtaraan masyarakatyang berkelanjutan,f. memerankan masyarakat sebagai pelakuutama,g. adanya kepastian hukum,h. transparansi dan akuntabilitas publik,i. partisipatif dalam pengambilan keputusan.Pemegang IUPHKm dapat mengajukanpermohonan memperoleh Izin Usaha Peman­faatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Kemasya­rakatan (IUPHHK­HKm).Permohonan IUPHHK­HKm diajukan oleh pemegang IUPHKm yangtelah berbentuk koperasi kepada Menteri.IUPHHK­HKm hanya dapat dilakukan areal kerjayang berada di kawasan hutan produksi dandiberikan untuk kegiatan pemanfaatan hasilhutan tanaman berkayu yang merupakan hasil

penanamannya.C. HUTAN KEMASYARAKATAN: HAKKELOLA RAKYAT dan PENYELESAIANKONFLIKSaat ini terdapat lebih 50 juta pendudukmiskin Indonesia yang tinggal di dalam dansekitar kawasan hutan yangmenggantungkan penghi­dupannya akan sumberdayahutan. Karenanya, kebijakanHKm selain bertujuan untukpemberdayaan masyarakat jugauntuk mengatasi masalahkemiskinan dengan membukaakses dan ruang kawasan hutanbagi masyarakat.Dengan keberadaanHutan Kemasyarakatan, adabeberapa manfaat yang diperolehbagi masyarakat, pemerintah danterhadap fungsi hutan yaitu:

1. Bagi Masyarakat, HKm dapat: (a)memberikan kepastian akses untuk turutmengelola kawasan hutan, (b) menjadisumber mata pencarian, (c) ketersediaanair yang dapat dimanfaatkan untuk rumahtangga dan pertanian terjaga, dan (d)hubungan yang baik antara pemerintahdan pihak terkait lainnya.2. Bagi pemerintah, HKm dapat: (a)sumbangan tidak langsung olehmasyarakat melalui rehabilitasi yangdilakukan secara swadaya dan swadana,dan (b) kegiatan HKm berdampak kepadapengamanan hutan.3. Bagi fungsi hutan dan restorasi habitat,HKm dapat (a) mendorong terbentuknyakeanekaragaman tanaman, (b) terjaganyafungsi ekologis dan hidrologis, melaluipola tanam campuran dan tekniskonservasi lahan yang diterapkan, dan (c)menjaga kekayaan alam flora dan faunayang telah ada sebelumnya.

Selain itu, HKm diharapkan mampumengubah paradigma pengelolaan hutan yangsentralistik, yang telah menimbulkan deforestasi,marginalisasi hak­hak masyarakat, keterpinggir­an budaya dan kemiskinan. Melalui HKmdiharapkan perencanaan dan penetapankawasan hutan dapat dilakukan dari bawah yaituberdasarkan fakta lapangan yang memperhati­kan keberadaan masyarakat yang hidup didalam dan sekitar kawasan hutan.

Karenanya, kebijakanHKm selain bertujuanuntuk pemberdayaan

masyarakat juga untukmengatasi masalahkemiskinan denganmembuka akses dan

ruang kawasan hutanbagi masyarakat.

Page 6: Info Brief KM - Hutan Kemasyarakatan (HKm)

info KM6

Keberadaan HKm diharapkan mampumenyelesaikan konflik­konflik kehutanan denganmemberikan akses dan hak mengelola terkaitklaim masyarakat dalam penguasaan kawasanhutan. Dalam konteks tersebut, HKm diharapkandapat menjamin keberlanjutan dan transformasiekonomi dan budaya masyarakat di dalam dansekitar kawasan hutan yang membutuhkanpengakuan dan kepastian tenurial.D. TANTANGANTarget HKm oleh Kemenhut hingga 2014adalah 2 juta ha. Namun hingga akhir 2011Kemenhut baru mendapatkan pengusulan dariKabupaten/Kota seluas kurang lebih 700 ribu ha(35%) dan sudah diverifikasi seluas 571.000 ha(28,6%). Dari jumlah tersebut, yang sudahditetapkan areal kerjanya seluas 177.484 (8,9%)ha dan sudah mendapatkan izin usahapemanfaatan HKm seluas 46.435 ha (2,3%).Belum tercapainya target tersebut, disebabkanoleh beberapa tantangan berikut:

1. Proses penetapan Areal Kerja HKm dan

IUPHKm lebih lama dari waktu yangditentukan. Menurut aturan, prosespenetapan Areal Kerja HKm oleh MenteriKehutanan selambat­lambatnya 60 harikerja setelah adanya usulan dariBupati/Walikota/Gubernur. Sesudahnya,penetapan IUPHKm selambat­lambatnya40 hari kerja setelah adanya penetapanAreal Kerja HKm. Kenyataannya tidak adasatupun penetapan Areal Kerja HKm danpenetapan IUPHKm sesuai dengan aturantersebut dan tidak ada sanksi atasketerlambatan proses tersebut. Keterlam­batan tersebut salah satunya disebabkanoleh tidak ada sinergi antar direktorat diKemenhut untuk mendorong penyederha­naan proses perizinan HKm. Misal, antaraDirjen BPDAS­PS, BUK dan BadanPlanologi, khususnya eselon tiga kebawah yang belum memiliki kesepahamanyang sama dalam penetapan Areal KerjaHKm.2. Proses pemetaan yang sentralistik. Untuk

Bagi masyarakat area HKm Sanggau, Kalimantan Barat, implementasi HKm telah memberikankepastian akses bagi mereka untuk turut mengelola kawasan hutan sekaligus menjadi sumbermata pencarian. Tampak pada gambar di atas, warga memanen karet hutan.

Foto: Hasantoha Adnan

Page 7: Info Brief KM - Hutan Kemasyarakatan (HKm)

info KM 7memperoleh IUPHKm diperlukan petacalon lokasi HKm. Namun menurut BadanPlanologi, banyak peta calon lokasi HKmyang telah dibuat tidak sesuai denganstandar perpetaan Kemenhut. Saat ini adaproses verifikasi peta yang dilakukan olehBPDAS dan BPKH. Dalam hal ini adapengakuan sentralistik dalam perpetaandan ditambah lagipersoalan kebiasaanfasilitasi peta untuk peru­sahaan yang memberibenefit, sebaliknya untuklokasi HKm tidak.

3. Peraturan tentang HKmyang tidak sinkron.Dalam P.37/2007disebutkan bahwa pene­tapan HKm hanya dapatdilakukan pada kawasanhutan produksi dan hutanlindung saja. Sementarapada PP 6/2007 disebut­kan bahwa selain hutanproduksi dan hutan lindung, HKm jugadapat ditetapkan pada kawasan Konser­vasi (kecuali Cagar Alam dan Zona IntiTaman Nasional). Salah satu contohnya,tidak adanya sinkronisasi peraturantersebut menjadi kendala dalampenetapan HKm di kawasan TahuraSumber Agung dan Talang Mulya diLampung.4. HKm adalah kebijakan pemberian hakkelola hutan kepada kelompok yangsebenarnya tidak berbasis budayamasyarakat. HKm adalah pola­pola yangdikompilasi dari kelompok­kelompokdengan berbasis pada manajemenmodern. Model­model pengelolaansecara kelompok ini tidak dikenal olehmasyarakat dalam sejarahnya pengelolaanhutannya.5. Di dalam proses pengakuan dan perizinanHKm terdapat ketidakkonsistenan pemerin­tah. Di dalam pasal 12 ayat 3 PermenhutP.37/2007 disebutkan bahwa fasilitasipengembangan kelompok, pengajuanpermohonan izin, penyusunan rencanakerja, hingga pemberdayaan dan pasarbagi HKm wajib dilakukan oleh pemerintahkabupaten/kota yang dibantu pemerintahprovinsi. Namun kenyataan di lapangan,beberapa fasilitasi HKm dilakukan oleh

LSM dengan bantuan donor, dan belumada yang dilakukan oleh pemerintah. Dantak jarang dalam pengajuan penetapanAreal Kerja HKm maupun IUPHKm daritingkat masyarakat justru terbentur padapemerintah provinsi.6. Terkait pembiayaan, setelah IUPHKmdiperoleh, kelompok masihmemiliki kewajiban yangharus dilakukan, sepertitata batas, rencana umumdan rencana operasional,pengamanan areal,penataan tata usahapemanfaatan hasil hutan,dan laporan kerja pemanfa­atan hasil hutan kepadapemberi izin. Serta adanyarencana pemanfaatan kayupada kawasan HutanProduksi jika masyarakatingin memanfaatkannya.Seluruh kewajibantersebut tentunya mem­butuhkan pembiayaan yang tidak sedikitbagi kelompok.7. Tingginya persyaratan yang harusdipenuhi dalam menyusun RencanaUmum (RU) dan Rencana Operasional(RO) menjadi kendala bagi kelompoksetelah mendapatkan IUPHKM. Selain itu,ketiadaan fasilitasi dari pemerintah untukpeningkatan kapasitas dalam penyusunanRO dan RU tersebut, menjadikankelompok tidak dapat menjalankan izinyang telah diperolehnya. Padahal,pemerintah berkewajiban dalammeningkatkan kapasitas dan pemberda­yaan masyarakat. Kenyataanya, berdasar­kan pembelajaran dari beberapakelompok HKm yang sudah berjalan,percepatan penyusunan RU dan RO taklepas dari fasilitasi oleh LSM.8. Kebijakan administrasi wilayah hutan;hingga saat inibelum ada kejelasanbatasan hak masyarakat untuk mengelolaareal Hutan Produksi. Kesalahanpemetaan Hutan Produksi pada zamanorde baru masih menjadi acuan dalampencadangan Areal Kerja HKm. Sehinggakonflik legalitas lahan belum terselesaikan.Banyaknya kepemilikan tanah masyarakatyang sejak lama telah berada di kawasanHutan Produksi belum tertuntaskan

Tingginya persyaratanyang harus dipenuhi dalammenyusun Rencana Umum

(RU) dan RencanaOperasional

(RO) menjadi kendala bagikelompok setelah

mendapatkan IUPHKM.

Page 8: Info Brief KM - Hutan Kemasyarakatan (HKm)

info KM8

Info KM ini merupakan bagian dari upaya FKKM dan HuMa dalam mendorong KehutananMasyarakat untuk mewujudkan sistem pengelolaan sumber daya hutan oleh rakyat melaluiorganisasi masyarakat yang berlandaskan pada prinsip keadilan, transparansi, pertanggung­jawaban, dan keberlanjutan pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial­budaya. Untuk mencapai misiini, FKKM dan HuMa mendukung proses­proses pengembangan kelembagaan kehutananmasyarakat melalui penyebaran informasi, pengembangan konsep, penguatan kapasitas (capacitybuilding), dan perumusan kebijakan kehutanan.Forum Komunikasi Kehutanan MasyarakatAlamat : Gedung Kusnoto, LIPI, lantai 1. Jln. H Juanda No. 16, Bogor 16002.Telp/faks : 021­8310396. Email : seknas­[email protected].

dengan baik. Oleh karena itu, masihdiperlukan kerjasama dengan pihakpemerintah daerah dan Badan PertanahanNasional dalam menyelesaian persoalanini.9. Hingga saat ini, belum ada satupunkelompok HKm yang mendapatkan IzinUsaha Pemanfaatan Hasil Kayu HKm(IUPHHK­HKm) untuk Areal Kerja HKm diHutan Produksi, seperti yang dialami olehKelompok HKm di Yogyakarta danBuleleng. Beberapa hal yang menjadikendala proses perizinan tersebut,diantaranya:

a. Belum adanya koordinasi antardirektorat di Kementerian Kehutanandalam penyelesaian masalah ini.Program HKm menjadi domainDirektorat BPDAS­PS, tetapi yangmengeluarkan IUPHHK menjadidomain Direktorat Bina UsahaKehutanan (BUK).b. Hal ini membuat kebingungan bagikoperasi HKm yang akan mengajukanIUPHHK. Setelah semua persyaratantelah dilengkapi, ke direktorat manaproses pengajuan ini ditujukan?c. Kebingungan tersebut berimplikasimenghambat proses di tingkat tapak.Sebagai contoh, untuk tindakanpenjarangan tanaman. Secara teknissilvikultur, penjarangan merupakantindakan pemeliharaan yangsesungguhnya tidak memerlukanIUPHHK. Namun secara administrasidan tata niaga kayu, penjarangan jugatindakan pemanfaatan sehingga ketikaakan dilakukan diperlukan IUHHK­HKm.d. Dampak berikutnya, masyarakatanggota kelompok HKm maupun LSMmelihat pemerintah belum serius dalammelaksanakan program pemberdayaanmasyarakat.

***

Daftar BacaanAndri Santosa dan Mangarah Silalahi, (2011).Laporan Kajian Kebijakan KehutananMasyarakat dan Kesiapannya dalamREDD+. FKKM, Bogor.Dwi Sudarsono dan Gunanto, (2009). PanduanMemfasilitasi Penyelenggaraan HutanKemasyarakatan. Yayasan MasyarakatNusa Tenggara (Samanta) dan MFP­Kehati.Kemitraan, (2011). Mendorong PercepatanProgram Hutan Kemasyarakatan dan HutanDesa. Partnership Policy Paper No.4/2011,diunduh dari www.kemitraan.or.idPeraturan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahandan Perhutanan Sosial (RLPS) No.P.10/V­SET/2010.Peraturan Menteri Kehutanan No.P.37/Menhut­II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan.Peraturan Menteri Kehutanan No.P.18/Menhut­II/2009 tentang Perubahan Atas PeraturanMenteri Kehutanan No.P.37/Menhut­II/2007tentang Hutan Kemasyarakatan.Peraturan Pemerintah No.6/2007 tentang TataHutan dan Penyusunan RencanaPengelolaan Hutan, serta PemanfaatanHutan.Undang­undang No.41/1999 tentang Kehutanan.