toksikologi me 222
DESCRIPTION
eTRANSCRIPT
TOKSIKOLOGIToksikologi Umum, Pembagian Toksikologi, Toksikologi Klinis, Zat-zat Toksik, Penanganan Keracunan (Saluran Napas, Kulit, Mata, Oral, dan Anti Dotum)
Fitria Febri EvadeniMahasiswi Jurusan Farmasi ‘13
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
TOKSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari efek toksis berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sistem
biologi lainnya.
EFEK TOKSIK
Efek farmakodinamik suatu zat yang berlebihan
Toxic berasal dari bahasa Yunani Tox yang berarti panah
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
T. Bahan Makanan
T. ObatT. Pestisida
T. Industri
T. Lingkungan
T. Kecelakaan
T. Perang
T. Penyinaran
Pembagian Toksikologi berdasarkan jenis zat dan keadaan saat terjadi toksik
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
T. ObatToksisitas obat, Efek samping dari kombinasi obat, keracunan akut dan kronis pada penggunaan berlebih
T. Bahan Makanan
Bahan makanan yang berpotensi menganung toksikan (Zat warna, pengawet, dll)
T. PestisidaMempelajari efek beberapa zat pestisida yang berpotensi berbahaya jika digunakan berlebihan
T. IndustriMempelajari jenis keracunan di Industri. Biasanya berupa penyelidikan penyakit pada kulit dan pernapasan. Ex : Silikosis, antrakosis,dll
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
T. Lingkungan
Mempelajari zat-zat yang berpotensi merusak lingkungan (air, udara, tanah).
T. Kecelakaan
Mempelajari zat-zat rumah tangga (yang mudah dijangkau) yang dapat menjadi racun. Biasanya meliputi kasus bunuh diri, maupun kecerobohan.
T. PerangMempelajari toksikologi perang seperti Bom nuklir, senjata biologi maupun kimia (NUBIKA/ABC), gas air mata, racun massal,dkk
T. Penyinaran
Mempelajari bahaya penyinaran seperti radiasi nuklir, radioaktif, dll.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
TOKSIKOLOGI KLINIKBidang ilmu toksikologi yang mempelajari suatu penyakit yang disebabkan suatu agen toksik
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Efek yang diinginkan dari suatu obat.Ex : Paracetamol 500mg 3xsehari panas
dan meredakan nyeriEFEK TERAPI
Efek yang dapat menimbulkan toksik jika diberikan melampaui dosis.
Ex : Gentamisin ginjalPCT, INH Hati
EFEK TOKSIK
Efek yang tidak diinginkan pada dosis terapi (tidak terjadi pada tiap orang).
Ex : Amplodipin Jantung berdebar dan nyeri perut
EFEK SAMPING
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Zat-Zat Toksik
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
METANOL DL : 30-50ml(100ml)
Asam format sulit dieksresiAsidosis parah
ALKOHOL
vMetanol Oksidasi
AlkoholdehidrogenaseAs.Format
Dihambat secara kompetitif oleh etanol 30-40ml/ dlm darah :1mg/ml selama 5 hari
1. Menurunkan konsentrasi metanol dalam darah
Dialisis peritonial dan ekstrakorporal
v
2. Menghilangkan asidosis
Infus lar. NaHCO3 / Na2HPO4
v
3. Menghambat oksidasi metanol
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
ETANOL
10g/100ml = Produksi HCL>20g/100ml = sebaliknya>40% = gastritis
ETANOL
OksidasiAlkoholdehidrogenaseMonoksigenase(dapat diinduksi)
Asetaldehide
As.Asetat
Aldehidoksidase
1. Pernapasan buatan2. Pengontrolan cadangan
alkali, keseimbangan cairan, dan regulasi panas
3. Dianjurkan pemberian infus levulosa (Sedative dan klometiazol tidak boleh diberikan)
Disulfiram
KI : Pasien DM serta insufisiensi jantung dan sistem sirkulasi.Pemberian harus sepengetahuan pasien
Bumil : Memperlambat pertumbuhan janin, efek teratogen, gangguan perkembangan intelegensia.
v
v
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
Konsentrasi mg/ml darah Gejala
0,1 – 0,5 Banyak bicara, peningkatan refleks
0,5 – 1,0Berkurangnya ketajaman penglihatan dan adaptasi gelap, perpanjangan waktu reaksi, terbatasnya ketrampilan mengemudi pd sekitar 0,8 mg/ml
1,0 – 1,5 Euforial,tidak ada rasa segan, besarnya bahasa kecelakaan lalu lintas
1,5 – 2,0 Waktu reaksi amat diperpanjang, gangguan bicara, kesetimbangan dan koordinasi
2,0 – 2,5 Ketagihan hebat, gangguan keseimbangan dan koordinasi lebih menonjol
2,5 – 3,5Gejala kelumpuhan, gangguan kesetimbangan dan gangguan koordinasi kasar, kesadaran berkurang, tidak ada kemampuan mengingat
3,5 – 4,0 Koma yang dalam dan dapat mematikan
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
BARBITURATDepresan SSP Sedasi ringan - Anastesi totalIndikasi lain Kejang, eklamsia, epilepsi,
anti konvulsan Efek yang luas
Short Acting
Long Acting
Intoksisitas :• Tidak sadar, napas lambat <-> Hambatan
pernapasan sentral.• TD <-> Efek depresif pada peredaran darah• Fgs ginjal – gagal ginjal
• Norit antidotum• Bilas lambung• Intubasi dan O2 u/ pasien hipoksemis• Infus dgn plasmaexpander ->
Mempertahakan sirkulasi dan fungsi ginjal• Diuresis dgn Furosemid i.v dan infus yg
mgndung NaHCO3
Penanganan
DL : 3gBilas lambung 30g MgSO4 dalam usus. Bila perlu 2ml niketamid
DL : 5gBilas lambung 30g MgSO4 dalam usus. Kopi tubruk. Diuresis paksa
Fenobarbital
SekobarbitalPentobarbital
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Antidotum Zat ToksikAmonium karbonat FormaldehidaParrafin Liquidum Pelarut OrganikSusu Asam dan BasaNa. Tiosulfat IodiumKalium Permanganat NikotinEtanol MetanolPiridoksin IsoniazidPenisilamin TembagaKalsium Glukonat Asam OksalatDeferoksamin BesiDimerkaprol Arsen
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Secara Umum
1. Menjaga fungsi vital tubuh
2. Menghindari absorbsi racun lebih lanjut (Jika
penyebab keracunan diketahui langsung beri antidot)
3. Mempercepat eliminasi racun
4. Menormalkan kembali fungsi tubuh
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Saluran Napas
Menjaga pernapasan dan sirkulasi. Serta menormalkan keseimbangan elektrolit, air, asam-basa (jika perlu)
Menjaga fungsi vital tubuh
Bantuan Pernapasan (normal)
1. Pernapasan buatan2. Pemberian oksigen : Tidak boleh
lebih dari 6-8 jam
Keracunan Zat Berbahaya
1. (As.sianida, pelarut, ester asam folat) -> Menggunakan kantong napas.
2. Gas merangsang(Klor,fosgen,dll) Udem paru-paru toksik
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Lanjutan…Udem Paru-
Paru
Gambaran sempurna tanpa keluhan :• Sianosis• Keluarnya busa coklat dari mulut dan
hidung serta takhikardia.p.s : Kematian dapat terjadi akibat tak bisa bernapas /berhentinya jantung
1. Letakkan tubuh bagian atas pada posisi yang lebih tinggi
2. Pemberian oksigen3. Penyedotan sekret4. Pemberian furosemid 60-200mg i.v5. Digitalisasi (digoksin 0,25mg i.v)6. Profilaksis infeksi dengan pemberian
penisilin spektrum luas
Penanganan ringan
Pemberian glukokortikoid sebagai inhalasi. (Auxiloson—5 semprotan/10menit)
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan pada Kulit
1. Baju yang terkena kontak dibuka
2. Kulit yang terkena kontak dicuci dengan air hangat
3. Jika kulit terluka parah, cuci dengan air(tidak terlalu hangat) dan sabun
4. Bisa dengan pembilasan dengan Polietilenglikol 400 (Lutrol®)
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Pada Mata
1. Dicuci sebersih mungkin dengan banyak air
2. Usahakan kelopak mata terbalik, bilas dengan larutan.
3. Natrium Hidrogen Karbonat 2% terkena asam
4. Asam Asetat 1% / Asam Borat 2% terkena basa
5. Dibilas terus menerus 5-10 menit
6. Untuk pengeluaran benda padat dibutuhkan anastesi lokal
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
LANJUTAN…
Zat Toksik : Air Kapur
Pengeruhan kornea atau penimbunan kalsium pada permukaan mata
Diberikan Natriumedetat (Dinatrium0EDTA 0,35% - 1,85%) Ebdapan akan terlarut
p.s : dapat pula digunakan Amonium Tartrat netral 10%
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Racun Oral
1. Segera hilangkan racun dari tubuh (bilas lambung atau
muntah) sebelum absorbsi terjadi
2. Membuat racun menjadi kurang atau tidak toksik
3. Menghindari absorbsi racun dgn pemberian adsorbensia
atau laksansia atau diuretik
Asidosis Metabolic : Infus lar. Natriumhidrogenkarbonat 8,5% atau lar. Trometamol 0,3 molar
Alkalosis Metabolic : Infus L-argininhidroklorida 1 molar atau L-lisinhidroklorida 1 molar
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Menghambat arbsorbsi zat
1. Mengurangi Penyerapan pada usus
2. Mengeluarkan racun dari lambung
3. Pemberian katartik/pencahar
Mempercepat eliminasi zat
1. Meningkatkan eksresi urine melalui pengasaman/pembasaan.
2. Hemodialisis.
Pemberian Antidotum
12
3
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Menghambat arbsorbsi zat
1
Pemberian arang aktif/norit• Arsorbsi racun dalam usus• Efektif diberikan ±2 jam setelah
racun tertelan• Ds dws : 50g, Ds min : 30g dpt
diulang 4-6 jam.• Dpt digunakan u/ salisilat,
acetaminofen, karbamazepin, dapson, teofilin, obat anti depresan.
• -> kombinasi dgn bilas lambung• -> Kombinasi dgn susu / sirup ipekak
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Menghambat arbsorbsi zat
1
Pengeluaran racun dari lambung
• Bilas lambung : X>1-2 jam racun tertelan
• Bahaya : Terjadi aspirasi isi lambung• Tdk bisa diberikan pada pasien
mengantuk / koma• Sirup Ipekak : memuntahkan isi
peruk (dws dan anak)• Aktivitas kurang• Indikasi : Racun yang tertelan tidak
bersifat korosis dan kondisi pasien sadar sepenuhnya.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Menghambat arbsorbsi zat
1
Pemberian katartik atau pencahar
• Mempercepat pengeluaran racun, terutama racun yang sudah di usus.
• Diberikan setelah arang aktif. Efek 0,5-2 jam setelah pemberian (ds oral : 15g dgn segelas air)
• Sorbitol Pd pasien tanpa gangguan jantung
• Mg Sulfat Pd pasien tanpa gangguan ginjal
• KI : Mual, muntah, pxobstruksi usus, gang. Ginjal.
• Pemberian jangka pjng pantau dehidrasi & elektrolit
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Mempercepat eliminasi zat
2
Pengasaman dan Pembasaan Urine
• Pengasaman Amonium Klorida/vit C Obat basa lemah : amfetamin
• Pembasaan Na.Bikarbonat obat as.lemah : aspirin, fenobarbital
• Menaikkan derajat ionisasi Berkurangnya rearbsorbsi
Hemodialisis• Mempercepat eliminasi dan
menyeimbangkan elektrolit• Ind : zat sdh diarbsorbsi dan sdh di
cairan sistemik.• Ind : Salisilat, metanol, etilen glikol
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
DAFTAR PUSTAKA C.Lu, Frank. 2010. Toksikologi Dasar. Edisi II. Universitas Indonesia Press Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat, Farmakologi dan Toksikologi.
Edisi V. Institut Teknologi Bandung Press. Alfian Yonreng, Andi. 2009. Dasar-Dasar Farmakologi. Edisi I. Penerbit
Tunas Harapan Madani. Gery Schmitz, dkk. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi III. EGC.
Gramedia. Syarif Amir. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia Amriani, Annisa S, M. Farm, Apt. Toksikologi Klinik (PPT). Slide Share.
Diakses 26 Maret 20.58 WIB Hanandita M.Farm. Klin. Apt. Toksikologi Klinik(PPT). Slide Share(26
Maret 21.12 WIB). Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Nurrochmad, Arief M.Si., M.Sc., Ph.D., Apt. 2013. Toksikologi(PPT). Slide Share (24 Maret 12.50 WIB). Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada