toksikologi ekonomi

9
ARTIKEL TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN LIMBAH TAHU YANG BERNILAI EKONOMIS SEBAGAI PUPUK CAIR Oleh: Prabasthoro Fendy K NIM. M0410047 JURUSAN BIOLOGI

Upload: fendy-gazze

Post on 08-Feb-2016

96 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

limbah sebagai pupuk

TRANSCRIPT

Page 1: Toksikologi Ekonomi

ARTIKEL TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

LIMBAH TAHU YANG BERNILAI EKONOMIS

SEBAGAI PUPUK CAIR

Oleh:

Prabasthoro Fendy K

NIM. M0410047

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2013

Page 2: Toksikologi Ekonomi

PENDAHULUAN

Toksikologi ekonomi adalah suatu pembahasan toksikologi yang menjurus pada

efek-efek berbahaya dari substansi khusus yang berhubungan dengan kebutuhan manusia

seperti bahan pengawet makanan dan pestisida. Suatu zat di katakana racun bila zat

tersebut menyebabkan efek yang merugikan pada yang mnggunakannya. Namun dalam

kehidupan sehari-hari yang dikatakan racun adalah zat dengan resiko kerusakan yang

relative besar, dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa sola dosis facit venenum

(Paracelsus) artinya kehadiran suatu zat yang potensial toksis di dalam organisme belum

tentu menghasilkan juga keracunan.

Dalam penelitian terdahulu, Triawati (2010) memanfaatkan limbah cair tahu menjadi

pupuk cair organik dengan menambahkan EM4. Data dari penelitian tersebut adalah total

kandungan nitrogen dalam pupuk cair organik dengan berbagai konsenterasi EM4 dan

tanpa pemberian EM4 sangat tinggi jika dibandingkan dengan Permetan No

28/Permetan/OT.140/2/2009 tentang Standar Mutu Pupuk Organik. Sumbernya berasal

setelah proses pengendapan dengan cuka.

Limbah tahu saat ini belum banyak dimanfaatkan sebagai produk jual. Padahal

limbah tahu dapat bermanfaat sebagai pupuk. Maka dari itu artikel ini membahas kegunaan

sebagai limbah tahu.

ISI

Tahu merupakan makanan yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia dan

merupakan sumber protein yang relatif murah serta proses pembuatannya mudah. Pada

dasarnya tahu adalah endapan protein dari sari kedelai panas yang menggunakan bahan

penggumpal (Hermana, 1985). Pada waktu pengendapan tidak semua mengendap, dengan

demikian sisa protein yang tidak tergumpal dan zat-zat lain yang larut dalam air akan

terdapat dalam limbah cair tahu yang dihasilkan.

Air limbah tahu sendiri didefinisikan sebagai air sisa penggumpalan tahu yang

dihasilkan selama proses pembuatan tahu (Lestari, 1994). Pabrik tahu di Indonesia

mengalami kesulitan dalam mengelola limbahnya. Bahkan, tak jarang pengusaha industri

tersebut membuang limbah cair mereka tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal ini

tentu saja merugikan lingkungan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, limbah cair

tahu mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Menurut Handajani (2005)

limbah cair tahu tersebut dapat dijadikan alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk

Page 3: Toksikologi Ekonomi

sebab di dalam limbah cair tahu tersebut memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan

oleh tanaman

Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi dua bentuk limbah, yaitu

limbah padat dan limbah cair. Limbah padat industri pengolahan tahu berupa kotoran hasil

pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada

kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Ampas tahu

yang terbentuk besarannya berkisar antara 25%-35% dari produk tahu yang dihasilkan.

Ampas tahu masih mengandung kadar protein cukup tinggi sehingga masih dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan ikan, misalnya ikan bandeng. Salah satu

sifat dari ampas tahu ini adalah mempunyai sifat yang cepat tengik (basi dan tidak tahan

lama) serta menimbulkan bau busuk kalau tidak cepat dikelola.

Tabel 1. Komposisi Bahan Kimia Ampas Tahu

No Unsur Satuan Nilai

1 Kalori kal 414

2 Protein g 26,6

3 Lemak g 18,3

4 Karbohidrat g 41,3

5 Kalsium mg 19

6 Fosfor mg 29

7 Besi mg 4,0

8 Vit. B mg 0,20

9 Air g 9,0 Sumber: KLH, 2006

Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebagian besar adalah

cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey).

Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair

industri tahu merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan. Karakteristik air

buangan yang dihasilkan berbeda karena berasal dari proses yang berbeda. Karakteristik

buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik

fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau. Karakteristik

Page 4: Toksikologi Ekonomi

kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu air limbah tahu berkisar 37-

45°C; kekeruhan 535-585 FTU; warna 2.225-2.250 Pt.Co; amonia 23,3-23,5 mg/1; BOD5

6.000-8.000 mg/1 dan COD 7.500-14.000 mg/1 (Kaswinarni, 2007).

Temperatur

Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu yang

meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan

oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, serta tegangan permukaan. Suhu limbah

cair yang dihasilkan dari proses pencetakan tahu 30°C-35°C dan sekitar 80°C-100°C

dari air bekas merebus kedelai.

pH

Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion

hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14; kisaran nilai pH 1-7 termasuk

kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral.

TSS (Total Suspended Solid)

Padatan-padatan tersuspensi/TSS (Total Suspended Solid) digunakan untuk

menentukan kepekatan air limbah, efisiensi proses dan beban unit proses. Pengukuran

yang bervariasi terhadap konsentrasi residu diperlukan untuk menjamin kemantapan

proses kontrol.

BOD dan COD

Kebutuhan oksigen dalam air limbah ditunjukkan melalui BOD dan COD. BOD

(Biological Oxygen Demand) adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah

oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk

mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Metcalf and

Eddy, 2003). COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen dalam

proses oksidasi secara kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar daripada BOD karena

kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi.

Senyawa-senyawa organik

Air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak.

Senyawa-senyawa berupa protein dan karbohidrat memiliki jumlah yang paling besar

yaitu 40%-60% dan 25%-50% sedangkan lemak 10%. Komponen terbesar dari limbah

Page 5: Toksikologi Ekonomi

cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06-434,78 mg/l, sehingga masuknya limbah

cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di perairan tersebut.

Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah

Tahu adalah gas nitrogen (N2), amonia (NH3), Oksigen (O2), hidrogen sulfida

(H2S), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari

dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan

Menurut Handajani (2005) hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah

cair tahu dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap

laju pertumbuhan relatif populasi Spirullina. Perlakuan terbaik adalah pemberian limbah

cair tahu dosis 31 mg/l dimana kandungan N dan P pada media kultur sebesar 21,04 ppm

dan 2,098 ppm. Menurut Mackentum (1969) berdasarkan uji pendahuluan pada limbah cair

tahu mengandung Nitrat sebesar 14,628 ppm dan kandungan Orthophosfat sebesar 13,5

ppm

Berdasarakan penelitian Triawati (2010) terhadap tiga sampel limbah tahu pabrik

Kedung Tarukan mengandung Nitrogen berturut-turut 16,59%, 16,74%, dan 17,04%.

Menurut Suriadikata dkk, 2006, syarat komposisi N dan P yang diperlukan untuk pupuk

cair yakni sebesar kurang dari 5%. Komposisi limbah tahu dapat memenuhi persyaratan

pupuk cair tersebut.

Dalam penelitiannya, kandungan pencemar limbah tahu PT Tirta Buana mengandung

K sebesar 616 mg/l, N-Total sebesar 69,28 mg/l dan P-Total sebesar 39,83 mg/l.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berinisiatif melakukan penelitian mengenai

pemanfaatan limbah cair tahu untuk pupuk cair tanaman dengan menggunakan tanaman uji

yaitu Kangkung, Melon dan Cabai rawit.

Pabrik tersebut belum pernah dijadikan objek penelitian tentang pupuk tanaman.

Sedang tanaman-tanaman yang diujikan dalam penelitian ini yakni kangkung, melon dan

cabai rawit belum pernah digunakan sebagai tanaman uji coba pupuk cair organik dari

limbah tahu. Ketiga tanaman tersebut cocok dijadikan tanaman uji karena beberapa faktor

diantaranya adalah kandungan N, P, K yang 3 tinggi dalam limbah tahu berguna untuk

pertumbuhan tanaman. Limbah tahu yang bersifat asam membuat penulis menjadikan

limbah tersebut ber-pH 6. Hal ini sesuai dengan pH optimal kangkung, melon dan cabai

rawit.

Page 6: Toksikologi Ekonomi

DARTAR PUSTAKA

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta.

EPA. 1992. Methods for Measuring The Acute Toxicity of Effluents and Receiving Waters to Freshwater Organisms 14th edition. Weber, C. I, Editor, USEPA: Ohio.

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: Jakarta.

Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang.

Mangkoediharjo, Sarwoko dan Samudro, Ganjar. 2009. Ekoteknologi Teknosfer. Guna Widya: Surabaya.

OECD. 1992. Compendium of Environmental Exposure Assesment Methods for Chemicals in Model Ecosystem. National Research Council.

Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: Kanisius.Soemirat, Juli. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.