toksikologi

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.1 Toksikologi Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain. Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain.( Mansyur. Toksikologi Keamanan Unsur Dan Bidang-Bidang Toksikologi. htpp://www.freewweb.com) Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan oada korban yang meninggal. (fkui) Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Berdasarkan sumber dapat digolongkan menjadi racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ; opium, kokain, kurare, aflatoksin. Dari hewan ; bias/toksin ular/laba- laba/hewan laut. Mineral ; arsen, timah hitam. Dan berasal dari sintetik ; heroin.

Upload: ridho-andriansyah

Post on 27-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

toksikologi

TRANSCRIPT

Page 1: Toksikologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.1 Toksikologi

Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai

disiplin ilmu yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik

Medicine dan lain-lain. Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup

berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia,

Forensik Medicine dan lain-lain.( Mansyur. Toksikologi Keamanan Unsur Dan

Bidang-Bidang Toksikologi. htpp://www.freewweb.com)

Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun,

gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan oada

korban yang meninggal. (fkui)

Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang

dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan

kematian. Berdasarkan sumber dapat digolongkan menjadi racun yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan ; opium, kokain, kurare, aflatoksin. Dari hewan ; bias/toksin

ular/laba-laba/hewan laut. Mineral ; arsen, timah hitam. Dan berasal dari sintetik ;

heroin.

Keracunan atau intoksikasi adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat

dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda

dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan

cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan

hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita.

II.1.2 Penggolongan

a. Berdasarkan sumbernya, yaitu:

Racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya: Opium, kokain.

Racun yang berasal dari hewan. Contohnya: Bisa/toksin dari ular, laba-laba, ataupun

hewan laut.

Page 2: Toksikologi

Racun yang berasal dari mineral: Contohnya: Arsen, timah hitam.

Racun yang berasal dari sintetik. Contohnya: Heroin.

b. Berdasarkan tempat dimana racun berada, yaitu:

Racun yang terdapat di alam bebas. Contohnya: Gas racun.

Racun yang terdapat di rumah tangga. Contohnya: Desinfektan.

Racun yang digunakan di pertanian.Contohnya: Insektisida.

Racun yang digunakan dalam industri dan laboratorium. Contohnya: asam dan basa

kuat.

Racun yang terdapat pada makanan. Contohnya:CN dalam singkong..

Racun yang terdapat dalam obat. Contohnya: hipnotik, sedatif, dll.

II.1.3 Mekanisme Kerja Racun

Racun yang bekerja secara lokal.

Biasanya menimbulkan sensasi nyeri yang hebat, menimbulkan peradangan bahkan

kematian yang disebabkan oleh syok akibat nyerinya tersebut atau peradangan sebagai

kelanjutan dari perforasi pada saluran pencernaan. Salah satu racun yang bersifat

iritan secara lokal adalah arsen.

Racun yang bekerja secara sistemik.

Racun pada golongan ini memiliki akibat atau afinitas pada salah satu sistem atau

organ tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ lainnya.

Misalnya CO dan CN yang berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan, dan

insektisida golongan hidrokarbon yang di chlor-kan dan phosporus yang terutama

berpengaruh terhadap hati.

Racun yang bekerja secara lokal dan sistemik.

Selain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) racun tersebut juga akan menimbulkan

deprei pada susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal tersebut dimungkinkan karena

sebagian dari asam karbol diserap dan berpengaruh pada otak (Nawawi,1989)

II.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja racun

II.1.4.1 Cara Pemberian

Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika

diberikan secara tepat. Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan

palingcepat bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi

Page 3: Toksikologi

melalui intravena, intramuscular, subcutan, ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan

yang terakhir adalah racun yang masuk melalui kulit yang sehat.

II.1.4.2 Keadaan Tubuh

a. Umur

Orang tua dan anak-anak lebih sensitiv misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih

rentan terhadap obat oleh karena eksresi melalui ginjal belum sempurna dan aktifitas

mikrosom dalam hati belum cukup.

b.Kesehatan

Pada seseorang yang memiliki kerusakkan organ seperti penyakit hati ataupun ginjal

biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang

sehat.walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis.

Hal ini terjadi karena detoksikasi, eksresinya tidak berjalan dengan baik.

II.1.4.3 Kebiasaan

Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat menimbulkan

gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya toleransi. Tetapi perlu

diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap, contohnya pada pecandu

alkohol.

II.1.4.4 Alergi-idiosinkrasi

Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparat yang

mengandung yodium menyebabkan kematian pada orang yang sensitif terhadap

preparat tersebut. Pengaruh langsung racun tergantung pada takaran, makin tingi

takaran maka akan makin cepat (kuat) keracunan. Konsentrasi berpengaruh pada

racun yang bersifat lokal, misalnya asam sulfat.

II.1.4.5 Racunnya sendiri

Salah satu faktor yang mempengaruhi kerja racun berasal dari racun itu sendiri.

Berdasarkan dosis, konsentrasi, bentuk dan kombinasinya, adiksi dan sinergismenya,

susunan kimia, serta efek antagonisnya.

II.1.5 Kriteria diagnosis kasus keracunan

Diagnosa keracunan berdasar atas adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan

racun penyebab.Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan dnegan adanya racun pada

sisa barang bukti. Yang terpenting dari diagnosis keracunan adalah dapat ditemukan

racun atausisa racun dalam tubuh atau cairan tubuh korban, jika racun enjalar secara

Page 4: Toksikologi

sistemik, serta adanya kelainan pada tubuh korban baik mikroskopik maupun

makroskopik yang sesuaidengan racun penyebab.

II.1.6 Pemeriksaan Kedokteran Forensik

Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan,

yang sejak semula sudah dicurigai kematian akibat keracunan dan kasus yang sampai

saat sebelum di autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan

keracunan.

Harus dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracuan bila pada

pemeriksaan setempat (scene investigation) terdapat kecurigaan akan keracunan, bila

pada autopsi ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada keracunan dengan zat

tertentu, misalnya lebam mayat yang tidak biasa, luka bekas suntikan sepanjang vena

dan keluarnya buih dari mulut dan hidung serta bila pada autopsi tidak ditemukan

penyebab kematian.

Dalam menangani kasus kematian akibat racun perlu dilakukan beberapa

pemeriksaan penting, yaitu:

1. Pemeriksaan di tempat kejadian

Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab

kematian dan menentukan cara kematian.Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk

menjelaskan apakah mungkin orang tersebut mati akibat keracunan. Pemeriksaan di

tempat kejadian juga berfungsi untuk mengumpulkan keterangan tentang saat

kematian, kapan terakhir kali ditemukan dalam keadaan sehat, sebelum kejadian ini

apakah ia sehat-sehat saja, dan berapa lama gejala timbul setelah makan/ minum

terakhir.

2. Autopsi

a. Pemeriksaan luar

- Bau

Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang kiranya ditelan oleh

korban. Pada setiap kasus keracunan, pemeriksa harus selalu memperhatikan bau yang

tercium dari pakaian, lubang hidung dan mulut serta rongga badan.

- Segera

Page 5: Toksikologi

Setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus menekan dada mayat dan

menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biaa keluar dari lubang-lubang hidung

dan mulut.

-Pakaian

Pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya racun

yang ditelan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak

berwarna coklat

karena asam sulfat atau kuning karena asam nitrat. Distribusi bercak perlu

diperhatikan sebagai petunjuk tentang intensi/ kemauan korban, yaitu apakah racun

tersebut ditelan atas kemauannya sendiri atau dipaksa.

- Lebam mayat

Warna lebam mayat yang tidak biasa harus diperhatikan, karena warna lebam mayat

pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.

-Perubahan kulit

Pada hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis pada

telapak tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu

kebirubiruan akibat keraunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat

dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan

fosfor akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena

terjadi gangguan fungsi hati.

-Kuku

Pada keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang menebal secara tidak teratur.

Pada keracunan Talium kronik ditemukan kelainan trofik pada kuku.

- Rambut

Kebotakan (alopesia) dapat ditemukan pada keracunan talium, arsen, air raksa dan

boraks.

- Sklera

Tampak ikterik pada keracunan dengan hepatotoksik, dan perdarahan pada pemakaian

dicumarol atau akibat bisa ular.

b. Pembedahan Jenazah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembedahan jenazah:

Segera setelah rongga perut dan dada di buka, tentukan apakah terdapat bau

yang tidak biasa (bau racun). Bila pada pemeriksaan luar tidak tercium "bau racun"

maka sebaiknya rongga tengkorak dibuka terlebih dahulu agar bau visera perut tidak

Page 6: Toksikologi

menyelubungi bau tersebut, terutama bila dicurigai adalah sianida. Bau sianida,

alkohol, kloroform, dan eter akan tercium paling kuat dalam rongga tengkorak.

Inspeksi in situ. Perhatikan warna otot-otot dan alat-alat. Pada keracunan

karbon monoksida akan tampak berwarna merah muda cerah.

Lidah. Perhatikan apakah ternoda oleh warna tablet atau kapsul obat atau

menunjukkan kelainan disebabkan oleh zat korosif. Pada esophagus bagian atas

dibuka sampai pada ikatan atas diafragma. Adakah terdapat regurgitasi dan

selaput lendir diperhatikan akan adanya hiperemi dan korosi. Pada epiglotis dan

glotis perhatikan apakah terdapat hiperemi atau edema, disebabkan oleh inhalasi

atau aspirasi gas atau uap yang meransang atau akibat regurgitasi dan aspirasi zat

yang meransang. Edema glotis juga dapat ditemukan pada pemakaian akibat syok

anafilaktik, misalnya akibat penisilin.

Paru-paru. Perhatikan adanya tidaknya kelainan yang tidak spesifik, berupa

pembendungan akut. Pada inhalasi gas yang meransang seperti klorin dan nitrogen

oksida ditemukan pembendungan dan edema hebat, serta emfisema akut karena

terjadi batuk, dipsneu dan spasme bronki.

lambung dan usus dua belas jari. Lambung dibuka sepanjang kurvakura

mayor dan diperhatikan apakah mengeluarkan bau yang tidak biasa. Perhatikan isi

lambung warnanya dan terdiri dari bahan-bahan apa. Bila terdapat tablet atau

kapsul diambil 6 dengan sendok dan disimpan secara terpisah untuk mencegah

disintegrasi

Hati.Apakah terdapat degenerasi lemak atau nekrosis. Degenerasi biasanya

ditemukan pada peminum alkohol. Nekrosis dapat ditemukan pada keracunan

fosfor, karbon tetraklorida, klorform dan

trinitro toulena.

Ginjal. Pada ginjal terjadi perubahan degeneratif, pada kortek ginjal dapat

disebabkan oleh racun yang meransang. Ginjal agak membesar, korteks

membengkak, gambaran tidak jelas dan berwarna suram kelabu kuning.

Page 7: Toksikologi

Urin. Urin diperiksa untuk mengetahui banyaknya metabolit yang dikeluarkan

dalam urin. Selain itu urin merupakan cairan yang baik sekali untuk spottest yang

berfungsi sebagai petunjuk suatu analisis toksikologik secara sistematis.

Pemeriksaan urin dilakukan dengan semprit dan jarum yang bersih, seluruh urin

diambil dari kandung kemih. Bila bahan akan dikirim ke kota lain untuk dilakukan

pemeriksaan maka urin dibiarkan berada dalam kandung kemih dan dikirim

dengan cara intoto, prostat dan kedua ureter diikat dengan tali. Walaupun kandung

kemih dalam keadaan kosong, kandung kemih harus tetap diambil untuk

pemriksaan toksikologik.

Pemeriksaan otak biasanya tidak ditemukan adanya edema otak pada kasus

kematian yang cepat, misalnya pada kematian akibat barbiturat, eter dan juga pada

keracunan kronik arsen atau timah hitam. Perdarahan kecil-kecil dalam otak dapat

ditemukan pada keracunan karbonmonoksida, barbiturat, nitrogen oksida, dan

logam berat seperti air raksa air raksa, arsen dan tmah hitam. Obat-obat yang

bekerja pada otak tidak selalu terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan

otak.

Pada pemeriksaan jantung dengan kasus keracunan karbon monoksida bila

korban hidup selama 48 jam atau lebih dapat ditemukan perdarahan berbercak dalam

otot septum interventrikel bagian ventrikel kiri atau perdarahan bergaris pada

muskulus papilaris ventrikel kiri dengan garis menyebar radier dari ujung otot

tersebut sehingga tampak gambaran seperti kipas.

Pada pemeriksaan limpa selain pembendungan akut limpa tidak menunjukkan

kelainan patologik. Pada keracunan sianida, limpa diambil karena karena kadar

sianida dalam limpa beberapa kali lebih besar daripada kadar dalam darah. Empedu

merupakan bahan yang baik untuk penentuan glutetimida, quabaina, morfin dan

heroin. Pada keracunan karena inhalasi gas atau uap beracun, paru-paru diambil,

dalam botol kedap udara

Jaring lemak diambil sebanyak 200 gram dari jaringan lemak bawah kulit

daerah perut. Beberapa racun cepat di absorpsi dalam jaringan lemak dan kemudian

Page 8: Toksikologi

dengan lambat dilepaskan kedalam darah. Jika terdapat persangkaan bahwa korban

meninggal akibat penyuntikan jaringan di sekitar tempat suntikan diambil dalam

radius 5-10 cm.

Pada dugaan keracunan arsen rambut kepala dan kuku harus diambil. Rambut

diikat terlebih dahulu sebelum dicabut, harus berikut akar-akarnya, dan kemudian

diberi label agar ahli toksikologi dapat mengenali mana bagian yang proksimal dan

bagian distal. Rambut diambil kira-kira 10 gram tanpa menggunakan pengawet. Kadar

arsen ditentukan dari setiap bagian rambut yang telah digunting beberapa bagian yang

dimulai dari bagian proksimal dan setiap bagian panjangnya ½ inci atau 1 cm.

terhadap setiap bagian itu ditentukan kadar arsennya.

Kuku diambil sebanyak 10 gram, didalamnya selalu harus terdapat kuku-

kuku kedua ibu jari tangan dan ibu jari kaki. Kuku dicabut dan dikirim tanpa

diawetkan. Ahli toksikologi membagi kuku menjadi 3 bagian mulai dari proksimal.

Kadar tertinggi ditemukan pada 1/3 bagian proksimal.

3. Analisis Toksikologi

Sebelum memulai analisis, ahli toksikologi harus mempertimbangkan

beberapa faktor yaitu: jumlah spesimen yang tersedia, sifat dasar temuan racun

dan biotransformasi racun. Pada kasus keracunan dengan racun yang masuk per oral,

isi saluran cerna harus dianalisi pertama kali, ketika sejumlah residu racun yang

tak ter absorbsi masih ditemukan. Selanjutnya urin dapat dianalisis, karena ginjal

merupakan organ eksresi utama untuk kebanyakan racun, dan dalam konsentrasi

tinggi sering ditemukan di dalam urin. Setelah absorbsi pada saluran cerna, obat atau

racun pertama-tama dibawa ke hepar sebelum memasuki sirkulasi sistemik, oleh

jarena itu analisis pertama dari organ dilakukan pada hepar.Jika racun tertentu

diketahui terlibat pada kasus kematian, maka yang harus diperiksa pertama adalah

jarinagn dan cairan dimana racun terkonsentrasi.

  Jaringan tubuh masing-masing memiliki afinitas yang berbeda terhadap racun-

racun tertentu, misalnya:

a. Jaringan otak adalah material yang paling baik untuk pemeriksaan racun-racun

organis, baik yang mudah menguap maupun yang tidak mudah menguap.

Page 9: Toksikologi

b. Hepar dan ginjal adalah material yang paling baik untuk menentukan keracunan

logam berat yang akut.

c. Darah dan urin adalah material yang paling baik untuk analisa zat organik non

volatile, misalnya obat sulfa, barbiturate, salisilat dan morfin.

d. Darah, tulang, kuku, dan rambut merupakan material yang baik untuk pemeriksaan

keracunan logam yang bersifat kronis.

e. Untuk racun yang efeknya sistemik, harus dapat ditemukan dalam darah atau organ

parenkim ataupun urin. Bila hanya ditemukan dalam lambung saja maka belum cukup

untuk menentukan keracunan zat tersebut. Penemuan racun-racun yang efeknya

sistemik dalam lambung hanyalah merupakan penuntun bagi seorang analis

toksikologi untuk memeriksa darah, organ, dan urin ke arah racun yang dijumpai

dalam lambung tadi. Untuk racun-racun yang efeknya lokal, maka penentuan dalam

lambung sudah cukup untuk dapat dibuat diagnosa.

II.1.7 Pengambilan Bahan Pemeriksaan Toksikologi

-Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap pada waktu autopsi,

daripada harus menggali kembali kuburan untuk melakukan analisis toksikologik atas

jaringan yang sudah busuk atau sudah

diawetkan.

-Pengambilan darah dari jantung dilakukan secara terpisah dari sebelah kanan dan

sebelah kiri masing-masing sebnayak 50 ml. Darah tepi sebanyak 30-50 ml, diambila

dari vena iliaka komunis bukan darah dari vena porta. Pada korban yang masih hidup,

darah adalah bahan yang terpenting, diambil 2 contoh darah masing-masing 5 ml,

yang pertama diberi pengawet NaF 1% dan yang lain tanpa pengawet.

-Urin dan bilasan lambung diambil semua yang ada didalam kandung kemih untuk

pemeriksaannya. Pada mayat diambil lambung beserta isinya. Usus beserta isinya

berguna terutama bila kematian terjadi dalam waktu beberapa jam setelah menelan

racun sehingga dapat diperkirakan saat kematian dan dapat pula ditemukan pil yang

tidak hancur oleh lambung.

-Organ hati harus diambil setelah disisihkan untuk pemeriksaan patologi anatomi

dengan alasan takaran forensik kebanyakan racun sangat kecil, hanya beberapa mg/kg

sehingga kadar racun dalam tubuh sangat rendah dan untuk menemukan racun, bahan

pemeriksaan harus banyak, serta hati merupakan tempat detoksikasi tubuh terpenting.

Page 10: Toksikologi

-Ginjal harus diambil keduanya, organ ini penting pada keadan intoksikasi logam,

pemeriksaan racun secara umum dan pada kasus dimana secara histologik ditemukan

Caoksalat dan sulfo-namide. Pada otak, jaringan lipoid dalam otak mampu menahan

racun. Misalnya CHCI3 tetap ada walaupun jaringan otak telah membusuk. Otak

bagian tengah penting pada intoksikasi CN karena tahan terhadap pembusukan. Untuk

menghidari cairan empedu mengalir ke hati dan mengacaukan pemeriksaan,

sebaiknya kandung empedu jangan dibuka.

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengambil sampel selain dengan cara yang

telah

disebutkan, adalah :

1. Tempat masuknya racun (lambung, tempat suntikan)

2. Darah

3. Tempat keluar (urin, empedu)

1. Wadah

Idealnya diperlukan minimal 9 wadah pada pemeriksaan toksikologi,karena masing-

masing bahan pemeriksaan tidak boleh dicampur, yaitu:

1. 2 buah peles a 2 liter untuk hati dan usus

2. 3 peles a 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak dan ginjal

3. 4 botol a 25 ml untuk darah (2 buah), urin dan empedu

4. Wadah harus dibersihkan dahulu dengan mencucinya memakai asam kromat hangat

dan dibilas dengan aquades serta dikeringkan.

5. Bahan Pengawet

2. Bahan pengawet:

Yang terbaik adalah tanpa bahan pengawet, bila terpaksa dapat digunakan bahan

pengawet :

1. Alcohol absolut

2. Larutan garam dapur jenuh

3. Larutan NaF 1 %

4. Larutan NaF + Na sitrat

5. Na benzoat + fenil merkuri nitrat (hanya untuk urin)

Volume pengawet sebaiknya dua kali volume bahan pemeriksaan.

Page 11: Toksikologi

3. Cara Pengiriman

Bila pemeriksaan toksikologi harus dilakukan di institusi lain, maka

pengiriman bahan pemeriksaan toksikologi harus memenuhi kriteria, yaitu :

1. Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan

2. Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk kontrol

3. Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label

4. Hasil autopsi harus dilampirkan secara singkat

5. Adanya surat permintaan dari penyidik

Penyegelan dilakukan oleh polisi yang juga harus membuat berita acara

penyegelan disertai bahan pemeriksaan. Jika jenazah di awetkan, maka harus

dilakukan pengambilan contoh bahan harus dilakukan sebelum pengawetan jenazah.

Pada pengambilan contoh bahan dari korban hidup, alkohol tidak dapat dipakai

sebagai disinfektan lokal saat pengambilan darah. Sebagai gantinya dapat digunakan

sublimat 1% atau merkuri klorida 1%.