toksikologi

6
E. Residu Monomer Kemasan Plastik Bahan kemasan pastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung menyambung menjadi satu dalam polimer. Dalam plastic juga berisi beberapa “aditif” yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisika kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan itu disebut komponen nonplastik, berupa senyawa anorganik atau organic yang memiliki berat molekul rendah. Bahan aditif tersebut dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, menyerap ultraviolet, anti kanker, fungisida dan masih banyak lagi (Crompton, 1979). Dalam terminology kemasan, migrasi digunakan untuk mendeskripsikan perpindahan dari bahan-bahan yang terdapat dalam kemasan umumnya material plastic ke dalam bahan makanan. Bahan-bahan yang berpindah ke dalam bahan makanan tersebut merupakan hasil dari kontak atau interaksi antara makanan dengan material kemasan. Bahan yang berpindah itu berupa residu polimer (monomer), penstabil, penghalang panas (flame retardant), pewarna dan lain-lain. Bahan “aditif” ini terikat secara kimia atau fisika pada polimer, dalam bentuk asli atau sudah berubah. Migrasi biasanya dibedakan atas migrasi global dan migrasi spesifik. Pada migrasi global terjadi perpindahan semua komponen kemasan ke dalam bahan makanan, baik yang bersifat toksik maupun tidak. Sedangkan migrasi spesifik adalah perpindahan satu komponen tertentu ke dalam bahan makanan. Migrasi dipengaruhi oleh empat factor, yaitu : luas

Upload: namaakuami

Post on 30-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

toksikologi

TRANSCRIPT

E. Residu Monomer Kemasan PlastikBahan kemasan pastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung menyambung menjadi satu dalam polimer. Dalam plastic juga berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisika kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan itu disebut komponen nonplastik, berupa senyawa anorganik atau organic yang memiliki berat molekul rendah. Bahan aditif tersebut dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, menyerap ultraviolet, anti kanker, fungisida dan masih banyak lagi (Crompton, 1979).Dalam terminology kemasan, migrasi digunakan untuk mendeskripsikan perpindahan dari bahan-bahan yang terdapat dalam kemasan umumnya material plastic ke dalam bahan makanan. Bahan-bahan yang berpindah ke dalam bahan makanan tersebut merupakan hasil dari kontak atau interaksi antara makanan dengan material kemasan. Bahan yang berpindah itu berupa residu polimer (monomer), penstabil, penghalang panas (flame retardant), pewarna dan lain-lain. Bahan aditif ini terikat secara kimia atau fisika pada polimer, dalam bentuk asli atau sudah berubah.Migrasi biasanya dibedakan atas migrasi global dan migrasi spesifik. Pada migrasi global terjadi perpindahan semua komponen kemasan ke dalam bahan makanan, baik yang bersifat toksik maupun tidak. Sedangkan migrasi spesifik adalah perpindahan satu komponen tertentu ke dalam bahan makanan. Migrasi dipengaruhi oleh empat factor, yaitu : luas permukaan yang kontak dengan makanan, kecepatan migrasi, jenis bhan plastic, dan suhu serta lama waktu kontak. Migrasi zat-zat plastic, monomer maupun zat-zatr pembantu polimerisasi, dalam kadar tertentu dapat larut ke dalam makanan padat atau cair berminyak (non polar) maupun cairan tak berminyak (polar), tergantung dari jenis plastic yang digunakan. Perpindahan dan pergerakan molekul-molekul kecil dari kemasan plastik berlangsung sacara difusi melalui proses sorbsi. Pergerakan kinetik dari molekul-molekul seperti halnya monomer sangat tergantung pada keadaan dan konsentrasi zat-zat yang termigrasi serta sifat plastiknya sendiri, yaitu apakah plastic transparan (glassy) atau opague (rubbery). Proses sorbsi dan pergerakan molekul-molekul kecil dalam polimer yang glassy lebih rumit. Penggunan PVC sebagai bahan pengemas makanan merupakan sumber migrasi vinil klorida. Dilaporkan bahwa sari buah jeruk dan minyak makan mengandung monomer vinil kloria sebanyak 10-40 ppb. Data yang terbaru menyatakan bahwa minyak makan mengandung monomer vinil klorida sebanyak 50 ppb atau kurang dalam 6% sample, 50-1000 ppb dalam 27% sampel, dan 1000-2000 ppb dalam 7% sampel. Residu vinil klorida termigrasi dengan laju migrasi cukup bervariasi, tergantung kepada lingkungannya. Pada konsentrasi residu vinil klorida awal 0,35 ppm akan termigrasi sekitar 0,020 ppm selama 106 hari kontak pada suhu 25oC. Manomer akrilonitril terlepas keluar plastik menuju makanan atau minuman secara total setelah 180 hari kontak pada suhu 49oC (Sacharow, 1979).Dalam penggunaan kemasan plastic perubahan fisiko kimia pada wadah dan makananya tidak mungkin dihindari 100 persen. Para industrialis hanya mampu menekan laju perubahan termasuk migrasi tersebut hingga tingkat minimum sehingga masih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan. Semakin tinggi suhu makanan, maka semakin banyak zat plastic yang mengalami migrasi, masuk dan bercampur dengan makanan., sehingga setiap kita mengkomsumsi makanan tersebut, kita secara tidaksadar mengkomsumsi zat-zat yang termigrasi itu. Semakin lama produk disimpan, maka batas maksimum komponen-komponen yang termigrasi semakin dilampaui. Karena alasan tersebut keterangan batas ambang waktu kadaluarsa bagi produk yang dikemas plastic perlu diberitahukan secara jelas kepada konsumen.Pada umumnya daya keracunan plastik mengalami migrasi ke dalam makanan, sangat tergantung pada beberapa factor, yaitu : jenis monomer atau oligomer yang terdapat dalam pastik; proporsi yang termigrasi; potensinya bereaksi dengan makanan ; jenis aditif yang dapat digunakan; serta jumlah makanan yang dikomsumi, yang telah mengalami kontak langsung dengan bahan kemas plastic tersebut. Monomer atau bahan plastic lain termigrasi ke dalam makanan, bila dikomsumsi akan masuk ke dalam pembuluh darah dan akhirnya tertimbun dalam jaringan tubuh dan beberapa di antaranya bersifat karsinogen, yaitu merupakan penyebab terjadinya kanker. Manomer vinil klorida dan akrilonitril merupkan monomer-monomer yang berbahaya karena cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada hewan dan manusia. Kemasan plastic yang memiliki potensi keracunan memiliki batas ambang maksimum yang lebih rendah misalnya ethyleneglycol 0,5 mg/kg, formaldehyde 5 mg/kg dan vinil klorida 0,005 mg/kg.Bahaya penggunan kemasan plastic untuk makanan tidak hanya berasal dari komponen plastic itu saja, tapi juga dapat diakibatkan oleh reaksi antara komponen bahan pangan dengan komponen dalam plastic. Sebagai contoh adalah timbulnya senyawa nitrosoamine yang bersifat karsinogen. The Codex Commite untuk bahan tambahan dan kontaminan telah merekomendasikan batas 0,01 ppm monomer vinil klorida di dalam makanan. Demkian pula di berbagai Negara maju, berbagai petunjuk dan peraturan penggunaan kemasan plastic telah diberikan. Sebagai contoh Perancis mensyaratkan bahwa kemasan plastic mesti inert, tidak merusak citarasa makanan, dan tidak beracun. Italia memberi batas maksimum migrasi tidak boleh dari 50 ppm untuk kemasan berukuran lebih besar dari 250 ml, dan kemasan kecil mempunyai batas maksimum 8 mg/dm2 lembaran film. Di Inggris pengendalian kadar residu vinil klorida dalam VC polymer, tidak melebihi 1 mg/kg bahan. Dan yang digunakan sebagai bahan kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan tidak boleh ada yang bermigrasi ke dalam bahan makanan lebih dari batas deteksi 0,01 mg/kg bahan pangan. Belanda memberikan toleransi maksimum 60 ppm migrasi komponen plastic ke dalam makanan dan 0,12 mg per cm2 permukaanplastik. Sedangkan di Jerman Barat 0,06 mg per cm2 lembaran plastic dan bagi bahan berbahaya setingkat dengan manomer vinil klorida maksimum 0,01 ppm. Sedangkan Jepang mensyaratkan migrasi maksimum 30 ppm untuk aditif dan monomer yang tidak berbahaya, sedangkan untuk vinil klorida dan monomer lain yang peracunannya tinggi hanya 0,05 ppm atau kurang (Crompton,1979 ;Sachrow, 1979;Food Safety Administratinn of Japan, 1984 dalam Winarno, 2002). (BAB X SENY.RACUN)Bahan pengemas yang satu ini mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas. Jenis plastik sendiri beraneka ragam, ada Polyethylene, Polypropylen, Poly Vinyl Chlorida (PVC), dan Vinylidene Chloride Resin. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran).Yang relatif lebih aman digunakan untuk makanan adalah Polyethylene yang tampak bening, dan Polypropylen yang lebih lembut dan agak tebal. Poly Vinyl Chlorida (PVC) biasanya dipakai untuk pembungkus permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup karena amat tipis dan transparan. Sedangkan Vinylidene Chloride Resin dan Poly Vinyl Chlorida (PVC) bila digunakan mengemas bahan yang panas akan tercemar dioksin, suatu racun yang sangat berbahaya bagi manusia. (BAHAYA DIBALIK KEMASAN)