tk-lbp

Upload: rendy

Post on 08-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 TK-LBP

    1/22

     

    TINJAUAN PUSTAKA

    NYERI PUNGGUNG BAWAH 

    Disusun oleh:

    Y. Setiadi, J. Ongkowijaya

    DIPENTASKAN DI FORUM ILMIAH

    PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I 

    BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SAM RATULANGI 

    BLU RSUP PROF DR. R. D. KANDOU  –  MANADO 

    2016

  • 8/19/2019 TK-LBP

    2/22

    1

    PENDAHULUAN

     Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau  Low Back Pain didefinisikan sebagai

    rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah punggung bawah yang dimulai dari

     bagian bawah tulang iga terakhir sampai dengan lipatan bawah bokong bagian

     bawah, dengan atau tanpa nyeri tungkai yang dapat disertai dengan kelemahan

    motorik, gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologik. Nyeri punggung

     bawah bukan sebuah diagnosis tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri

     punggung bawah merupakan keluhan muskuluskeletal yang sering dikeluhkan

    oleh pasien. Bahkan seringkali menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari,

    disabilitas dan produktifitas penderitanya.1,2

     Nyeri punggung bawah sudah menjadi masalah di seluruh dunia, dengan

    angka kejadian sekitar 18% dari seluruh total populasi. Hampir 70-80% penduduk

    di Negara maju pernah mengalami NPB.3  Di Amerika Serikat kira-kira satu

    seperempat dari penduduk dewasa dilaporkan mempunyai keluhan NPB. Setiap

    tahun dilaporkan 14-45% orang dewasa di Amerika Serikat menderita NPB, dan

    satu di antara 20 penderita harus di rawat dirumah sakit karena serangan akut. 

    Data epidemiologi mengenai NPB di Indonesia belum ada, namun diperkirakan

    40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri

     punggung, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden

     berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar

    antara 3-17%.3,4 

     Nyeri punggung bawah juga menyebabkan kerugian secara finansial, baik

    disebabkan karena biaya pengobatan yang tinggi dan kerugian akibat kurangnya

     produktivitas kerja akibat keterbatasan kinerja akibat nyeri. Total keluaran biaya

     perawatan Rumah sakit di Amerika pada tahun 1998 sekitar hampir 26,3 miliardollar Amerika, dan 11 miliar Euro di Inggris.3,5 

    Penyebab dari NPB sangat beragam dan memerlukan pendekatan yang

    sistematik dalam mencari penyebab utamanya. Faktor resiko kejadian NPB sering

    dihubungkan dengan sering mengangkat beban berat, pengendara kendaraan

     bermotor, olah raga, kelemahan otot, kegemukan, kehamilan, faktor psikososial,

  • 8/19/2019 TK-LBP

    3/22

    2

     penyakit penyerta, usia dan merokok. Hal ini menyebabkan diperlukannya

     pendekatan diagnosis secara menyeluruh serta tatalaksana yang sesuai dan tepat.6 

    ANATOMI TULANG LUMBO-SAKRAL

    Sebagai dokter klinisi penting untuk menjelaskan anatomi tulang belakang

     pada pasien. Anatomi tulang belakang dapat digambarkan seperti tiang pada

     perahu layar, di mana susunan tulang belakang sebagai tiang. Perlekatan otot,

    tendon dan ligamen adalah tali-temali yang melekat pada tiang. Jika tiang pada

     perahu layar tidak didukung oleh tali-temali yang kuat maka tiang tersebut akan

     jatuh. Demikian halnya dengan tulang belakang manusia tidak dapat menahan

    sendiri beban dari tubuh, maka itu dibutuhkan otot, tendon dan ligamen yang

    menopang tulang belakang untuk berfungsi secara optimal dan menahannya tetap

    tegak. Hal ini salah satu alasan bahwa menjaga kelenturan dan kekuatan otot

     penyetabil tulang lumbar sangat penting sebagai terapi pada nyeri punggung dan

    mencegah injuri berulang. Tulang belakang ditopang oleh otot-otot ini, jika otot-

    otot ini lemah, tidak seimbang atau tidak terintegrasi maksimal maka tulang

     belakang akan terbeban stres berat dan degenerasi dini.1,7 

    Gambar 1. Anatomi Lumbosakral secara skematik

    Dikutip dari: Cooper G. Non-Operative Treatment of the Lumbar Spine. Switzerland:

    Springer International Publishing 2015.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    4/22

    3

    Tulang lumbar pada tulang belakang mempunyai tiga fungsi dasar yaitu

    menanggung beban tulang belakang, melindungi sistem saraf pada kanal spinal

    dan menghasilkan pergerakan sendi (fleksi, ekstensi dan rotasi). Tulang lumbar

    terdiri dari 5 tulang vertebra dan tulang vertebra lumbar ke 5 berartikulasi dengan

    tulang sakrum. Pada kedua segmen terakhir tulang lumbar yaitu L4-L5 dan L5-S1

    merupakan bagian tersering yang mengalami injuri dan perubahan degenerasi

    karena merupakan bagian yang paling menopang seluruh berat tulang belakang.7 

    Gambar 2. Skematik potongan melintang tulang vertebra normal.

    Dikutip dari: Rajiv KD. Approach to the Patient with Low Back Pain. In: John BI, David BH, John

    HS, editors. Lange Medical Book Current Diagnosis & Treatment Rheumatology, 3rd ed. New

    York: The McGraw-Hill Companies. 2013.

    Diskus intervertebra terdapat di antara tulang vertebra, yang menyerupai

     jeli dengan berisikan nukleus pulposus di bagian dalamnya yang terbentuk dari

    kolegen tipe II dan jel mukoprotein yang terdiri dari banyak jenis protein yang

    memiliki aktivitas pro-inflamasi, di mana apabila nukleus pulposus mengalami

    herniasi, selain menekan saraf, rasa nyeri diakibatkan oleh timbulnya inflamasi

     pada daerah tersebut. Diskus vertebra dilapisi oleh annulus fibrosus  yangmerupakat kartilago fibrosa yang kuat yang terdiri dari kolagen tipe I.

    6, 7 

    Saraf spinal biasanya berakhir setinggi L1 atau L2 yang disebut conus

    medullaris. lalu melanjutkan ke bawah di dalam kanal spinal menjadi kauda

    equina. Saraf-saraf keluar dari tulang belakang melalui foramen intervertebra.

    Pada daerah lumbal, saraf spinal keluar di bawah vertebra yang bersangkutan

    seperti saraf spinal L4 keluar melalui foramen intervertebra L4-L5. Saraf spinal

  • 8/19/2019 TK-LBP

    5/22

    4

    lumbal membentuk pleksus lumbosakral yang berlanjut menjadi saraf-saraf di

     perifer. Salah satu saraf tunggal terbesar di dalam tubuh adalah saraf skiatik yang

     berasal dari pleksus lumbosakral segmen L4 sampai S3.7 

    Struktur tulang belakang yang sensitif nyeri terdiri dari periosteum

    vertebra, dura, sendi-sendi facet, annulus fibrosus pada diskus intervertebra, arteri

    dan vena epidural dan ligamen-ligamen longitudinal. Penyakit atau kelainan pada

    struktur-struktur ini menjelaskan banyaknya kasus NPB tanpa adanya kompresi

    saraf.7

    ETIOLOGI

    Klasifikasi nyeri punggung bawah menurut penyebabnya yaitu :

    1.   Nyeri punggung bawah traumatik

    Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung

     bawah, semua unsur susunan neuromuskoletal  dapat terkena oleh trauma.6,7 

     Nyeri punggung bawah ini dibagi 2 menjadi :

    a.  Trauma pada unsur miofasial

    Setiap hari banyak orang mendapat trauma miofasial, mengingat

     banyaknya pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi

    kesehatan badan yang kurang optimal.9 Juga di kalangan sosial yang serba

    cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak optimal karena kegemukan,

    terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena tidak mengadakan gerakan-

    gerakan untuk mengendurkan ototnya.6,7 

     b.  Trauma pada komponen keras

    Trauma karena jatuh menyebabkan fraktur kompresi yang dapat terjadi di

    vertebrata torakal  bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapatterjadi juga pada kondisi tulang belakang yang patalogik.1 Karena trauma

    yang ringan (misal jatuh terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis 

    yang sudah osteoporotik  mudah mendapat fraktur kompresi. 6,7

  • 8/19/2019 TK-LBP

    6/22

    5

    2.   Nyeri punggung bawah akibat proses degeneratif

    a. 

    Spondilosis (Osteoartritis)

    Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis  dapat terjadi pada

    korpus vertebra  berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligamen yang

    menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang

    lain. Pada proses spondilosis  terjadi rarefikasi korteks  tulang belakang,

     penyempitan diskus dan osteofit-osteofit  yang dapat menimbulkan

     penyempitan dari foramina intervetebralis.6,7 

     b. 

     Hernia Nucleus Pulposus (HNP)

    Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus

    intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek dapat disusul dengan

     protusio discus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia

    nucleus pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai diskus

    intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. 6,7 

    c.  Spondilolistesis

    Pergeseran ke arah anterior ataupun ke posterior tulang vertebra, pedikel,

    dan sendi faset superior. Spondilolistesis dapat terjadi karena spondilolisis,

    kelainan kongenital, penyakit degeneratif, maupun penyebab mekanikal.

    Pergeseran ini dapat tanpa gejala, atau menyebabkan NPB, cedera saraf

    spinal (paling sering L5), stenosis spinal dan pada kasus berat dapat terjadi

    sindroma kauda ekuina.1,6 

    3.   Nyeri punggung bawah akibat penyakit inflamasi

    Spondiloartritis / Spondyloarthrities 

    Spondiloartritis merupakan kelompok penyakit yang ditandai dengan

    inflamasi pada sendi sakroiliaka (sakroiliitis), tulang belakang(spondilitis), tendon, fascia dan daerah insersi ligamen (enthesitis).

    Kelompok penyakit spondiloartritis merupakan spondiloartritis seronegatif

    terhadap faktor rematoid, seperti spondilitis ankilosa, artritis psoriatik, dan

    artritis berhubungan inflammatory bowel disease dan artritis reaktif. 1,6

  • 8/19/2019 TK-LBP

    7/22

    6

    4.   Nyeri punggung bawah akibat gangguan metabolisme

    Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai

    oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral

    tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, Nyeri

     punggung bawah pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali

    disebabkan oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau

    radikular merupakan keluhan. Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang

    menjadi komplikasi osteoporosis tulang belakang. 1,6,7 

    5. 

     Nyeri Punggung Bawah Akibat Tumor

    a.  Tumor benigna 

    Osteoma. Osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat

    mengakibatkan nyeri hebat yang dirasakan terutama pada malam hari.

    Hemangioma merupakan tumor yang berada di dalam kanalis vertebralis

    dan dapat membangkitkan nyeri punggung bawah. Meningioma

    merupakan suatu tumor intadural  namun ekstramedular. Tumor ini dapat

    menjadi besar sehingga menekanpada radiks-radiks. Maka dari itu tumor

    ini seringkali membangkitkan nyeri hebat pada daerah lumbosakral. 1,6,7 

     b. 

    Tumor maligna

    Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan sekunder.

    Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma multiple. Tumor

    sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di tulang belakang, oleh

    karena tulang belakang kaya akan pembuluh darah. Tumor primernya bisa

     berada di mamae, prostate, ginjal, paru dan glandula tiroidea. 1,6,7 

    6.   Nyeri punggung bawah sebagai nyeri alih.

    Walaupun benar bahwa nyeri punggung bawah dapat dirasakan seorang penderita ulkus peptikum, pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan

    seterusnya, namun penyakit penyakit visceral menghasilkan juga nyeri

    abdominal dengan manifestasi masing-masing organ yang terganggu. NPB

    yang bersifat referred pain memiliki ciri khas yaitu :1,2,6 

    a.   Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    8/22

    7

     b.  Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal,

    yakni tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri

    isometrik dan modalitas punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap

    tubuh mempengaruhi bertambah atau meredanya referred pain.

    c.  Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral didapatkan adanya

    keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain

    di daerah lumbal.

    7.   Nyeri punggung bawah psikogenik

    Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula

     bermanifestasi sebagai nyeri punggung karena menegangnya otot-otot. Nyeri

     punggung bawah karena problem psikogenik misalnya disebabkan oleh

    histeria, depresi, atau kecemasan. Nyeri punggung bawah karena masalah

     psikogenik adalah nyeri punggung bawah yang tidak mempunyai dasar

    organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis,

     bila ada kaitan nyeri punggung bawah dengan patologi organik maka nyeri

    yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.8 

    8.  Infeksi Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. Nyeri punggung bawah

    yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik (stafilokokus,

    streptokokus). Nyeri punggung bawah yang disebabkan infeksi kronik

    misalnya spondilitis TB.1,6 

    9. 

     Nyeri punggung bawah idiopatik/ Idiopathic Lower Back Pain 

    Diagnosis patognomonik definitif tidak dapat ditentukan pada hampir 80%

     pasien dengan NPB, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya hubungan

    antara gejala dan hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosis NPB idiopatik yang

    sering digunakan adalah lumbago, strain, dan  sprain yang secara tepat dapatdigunakan pada kebanyakan pasien-pasien NPB yang sembuh sendiri ( self

    limited ).8 

  • 8/19/2019 TK-LBP

    9/22

    8

    FAKTOR RESIKO NYERI PUNGGUNG BAWAH

    Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya atau

    memperberat Nyeri punggung bawah yaitu :9,10

    a. 

    Usia

    Dari berbagai studi epidemiologik, kejadian NPB meningkat dan mencapai

     puncakya pada usia sekitar 55 tahun. Pada umumnya keluhan otot skeletal 

    mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya

    dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat

    sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur

    setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga

    resiko terjadi keluhan otot meningkat.

     b.  Jenis kelamin

    Laki-laki dan wanita mempunyai resiko NPB  yang sama sampai usia

    sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun wanita mempunyai resiko Nyeri

     punggung bawah  yang lebih besar karena cenderung terjadinya

    osteoporosis. Walaupun masih ada pebedaan pendapat dari beberapa ahli

    tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal,

    namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa

     jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini

    terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih

    rendah dari pada pria.

    c.  Pekerjaan

    Pekerjaan fisik yang berat, terutama yang memberikan tekanan yang

    cukup besar pada tulang belakang. Pekerjaan yang berhubungan dengan

     posisi statis yang berkepanjangan, seperti duduk atau berdiri dalam waktulama. Pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan-gerakan membungkukkan

    atau memutar tubuh secara berulang-ulang.

    d.  Kebiasaan Merokok dan Pola hidup

    Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan

     perokok. Pola hidup sedentari berhubungan dengan meningkatnya obesitas

    dan kurang aktivitas lebih beresiko terkena NPB.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    10/22

    9

    EVALUASI KLINIS PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH

    ANAMNESIS

    Evaluasi klinis yang terpenting pada NPB adalah pada anamnesis riwayat

     penyakit dan pemeriksaan fisik pasien. Anamnesis dimulai dari lamanya durasi

    nyeri, NPB akut adalah adanya durasi nyeri yang persisten kurang dari 4 minggu,

     NPB subakut nyeri yang persisten berkisar antara 4 sampai 12 minggu, sedangkan

     NPB kronik durasi nyeri lebih dari 12 minggu. Nyeri punggung bawah subakut

    dan kronik biasanya dibedakan hanya untuk tujuan akademik saja. Nyeri

     punggung bawah berulang (reccurent nyeri punggung bawah ) yaitu episode NPB

    akut kurang dari 3 bulan tapi berulang setelah periode tanpa nyeri yang dapat

    mempengaruhi aktivitas dan kerja.. Nyeri punggung bawah akut biasanya  self-

    limiting (angka kesembuhan 90% dalam 6 minggu) tapi 2% - 7% dapat menjadi

    nyeri kronik. Nyeri kronik dan nyeri berulang menjadi 75% - 80% total alasan

    ketidakhadiran kerja.8,13-14 

    Intensitas nyeri pasien-pasien NPB dapat diketahui dengan menggunakan

    visual analog scale (VAS) sebagai pengukur sederhana intensitas nyeri.

    Pengukuran intensitas nyeri VAS menggunakan garis horisontal 10 cm, di mana 0

    tidak ada nyeri dan 10 cm sangat amat nyeri.8

     

    Menentukan tipe nyeri yang dirasakan pasien juga sangat penting karena

    dapat membantu untuk menentukan penyebab sumber nyeri. Tipe nyeri pada NPB

    dapat dibedakan menjadi: 1,12 

    1)   Nyeri lokal biasanya disebabkan karena cidera pada struktur sensitif nyeri

    yang mengkompresi ataupun mengiritasi saraf sensoris. Umumnya terjadi

    akibat fraktur, robekan atau tarikan pada struktur sensori nyeri. Bagian yang

    nyeri dekat dengan daerah vertebra yang teriritasi. Nyeri lokal yang tidak berubah akibat perubahan posisi dicurigai tumor vertebra atau infeksi

    vertebra. Nyeri yang disebabkan oleh iritasi ujung-ujung saraf penghantar

    impuls nyeri. Nyeri bertambah pada suatu sikap tertentu atau karena gerakan.

    2)   Nyeri alih ke tulang punggung dapat berasal dari organ viseral abdomen atau

     pelvis. Nyeri ini tidak dipengaruhi oleh posisi tulang belakang.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    11/22

    10

    3)   Nyeri yang berasal dari tulang belakang dialihkan ke tungkai dan bokong.

    Penyakit yang mengenai vertebra lumbal atas mungkin menjalar ke daerah

    lumbal, selangkangan dan paha depan.

    4) 

     Nyeri radikular adalah nyeri tajam yang menjalar dari punggung bawah

    sampai ke tungkai sesuai dengan daerah dermatom saraf. Batuk, bersin atau

    kontraksi otot abdomen (saat mengangkat beban berat maupun mengedan)

    dapat memicu nyeri radikular. Nyeri radikular menjalar secara tegas, terbatas

     pada dermatomnya dan sifat nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan

    tubuh. Nyeri ini timbul karena perangsangan terhadap radiks, baik bersifat

     penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan.

    5) 

     Nyeri akibat spasme otot dirasakan sebagai nyeri tumpul di daerah paraspinal

    yang berhubungan dengan postur tubuh yang salah, tegangnya otot-otot

     paraspinal yang disebabkan oleh banyak kelainan tulang belakang.

    Anamnesis riwayat penyakit lain diperlukan untuk menentukan derajat

    keparahan NPB dan mengarahkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang

    dapat menyebabkan NPB, termasuk penyakit sistemik, aktifitas sehari-hari,

    riwayat pekerjaan, riwayat alkohol, merokok dan obat-obatan. 2,9,10 

    Pada pasien NPB perlu diidentifikasi adanya red flags  sebagai indikator

    keberadaan mekanisme patofisiologi penyakit yang mendasari yang sangat

     penting untuk mempengaruhi manajemen dari NPB. Hal-hal yang diidentifikasi

     pada red flags seperti:8,13 

      Faktor resiko keganasan (kanker) termasuk usia > 50 tahun dengan riwayat

    kanker, penurunan berat badan yang tidak dapat diketahui penyebabnya,

    dan kegagalan perbaikan klinis setelah 4-6 minggu terapi konserfatif NPB.

    Jika dari ketiga faktor resiko ini tidak ada, kanker dapat disingkirkandengan sensitifitas 100%.

      Faktor resiko infeksi spinal termasuk penggunaan obat-obatan injeksi

    intravena, imunosupresi, infeksi saluran kencing, demam lebih dari 38 oC

    selama lebih dari 48 jam dan riwayat penyakit tuberkulosis maupun

    tuberkulosis aktif.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    12/22

    11

      Gejala dan tanda Sindrom Kauda Equina seperti onset baru inkontinensia

    urin, retensi urin (jika tidak ada retensi urin kemungkinan sindrom cauda

    equina

  • 8/19/2019 TK-LBP

    13/22

    12

    Tumor atau infeksi

      Usia >50 tahun atau

  • 8/19/2019 TK-LBP

    14/22

    13

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pada pemeriksaan vertebra lumbal, pasien sebaiknya disuruh melepaskan

     pakaiannya. sehingga dapat dinilai berbagai deformitas seperti lordosis lumbal,

    kifosis torak dan skoliosis. Skoliosis dapat berupa struktural atau fungsional.

    Skoliosis struktural berhubungan dengan perubahan struktur dari kolum vertebra

    dan kadang juga tulang kosta. Pada dewasa skoliosis struktural biasanya

    disebabkan secara sekunder oleh karena proses degeneratif.6,11

     

    Gaya berjalan, cara duduk, cara naik ke tempat tidur periksa dan gerakan

     pinggul juga harus diperhatikan. Lingkup gerak tulang-tulang spinal, dapat dinilai

    dengan melakukan tes modifikasi Schober, yaitu dengan menyuruh pasien berdiri

    tegak lalu buat garis horizontal dari prominentia spinosus sakralis superior dan

     buat garis lurus ke atas dan tentukan titik dengan jarak 10 cm. Kemudian pasien

    disuruh membungkuk antefleksi dan jarak titik tersebut diukur lagi, dalam

    keadaan normal akan terjadi pemanjangan jarak titik-titik tersebut, disebut negatif

     bila jarak titik melebar lebih dari 5 cm. Palpasi dapat mendeteksi spasme otot

     paravertebral yang dapat menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal. Nyeri tekan

     pada daerah tulang belakang secara spesifik dapat menunjukkan osteomielitis

    vertebra. Terbatasnya lingkup gerak tulang-tulang spinal (fleksi, ekstensi, dan

    rotasi) tidak dapat dihubungkan dengan diagnosis spesifik tertentu dikarenakan

     banyak penyebab. 6,11

    Untuk menilai iritasi radiks, dapat dilakukan tes Lasegue dan  Femoral  

    nerve stretch test. Tes lasegue atau  straight leg raising test (SLR) merupakan tes

    yang sering dilakukan. Pasien disuruh berbaring telentang dalam keadaan santai,

    kemudian tungkai bawah difleksikan perlahan-lahan sampai 70o  dengan lutut

    dalam keadaan ekstensi. catat sudut yang dicapai pada waktu pasien merasakannyeri.11  Kemudian pasien disuruh memfleksikan lehernya sampai dagunya

    menyentuh dinding dada atau secara pasif kakinya didorsofleksikan, nyeri yang

    timbul menandakan regangan dura misalnya pada HNP sentral; bila nyeri tidak

    timbul maka nyeri SLR diakibatkan oleh kelainan otot harmstring, atau nyeri dari

    daerah lumbal atau sakroiliakal.6,11 Bila pada waktu SLR dilakukan timbul nyeri

     pada tungkai kontra lateral (cross over   sign atau well leg raises test), menandakan

  • 8/19/2019 TK-LBP

    15/22

    14

    adanya kompresi intratekal oleh lesi yang besar, yang secara spesifik sebesar 90%

    menandakan herniasi diskus. Bila kedua tungkai difleksikan bersama (SLR

     bilateral), nyeri yang timbul sebelum sudut mencapai 70° mungkin berasal dari

    sendi sakroiliaka, sedangkan bila nyeri timbul pada sudut 70° mungkin berasal

    dari daerah lumbal.8,11 

    Pada femoral nerve stretch test,  pasien disuruh berbaring pada sisi yang

    tidak sakit dengan koksae dan lutut sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus

    dan kepala difleksikan. Kemudian secara perlahan, fleksi lutut ditambah dan

    koksae diekstensikan. Bila timbul nyeri pada tungkai bagian anterior, menandakan

    adanya iritasi pada L2, L3 dan L4. Pemeriksaan tulang belakang harus dilengkapi

    dengan pemeriksaan motorik. sensorik kedua mngkai dan refleks tendon, lutut dan

    achilles.11,12

     

    Evaluasi psikologis diperlukan bilamana dijumpai kelainan pada faktor

    kepribadian dan menyangkut kesulitan dalam upaya pengobatan. Salah satu cara

     penilaian pasien adalah dengan MMPI (The Minnesota Multiphasic Personality

     Inventory). Dengan metade ini mudah diketahui besarnya skala histeria maupun

    hipokondria pada pasien. Memang sangat sulit menentukan apakah gangguan

     psikologis atau emosional terjadi akibat proses nyeri itu sendiri atau sebaliknya.11

     

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Laboratorium

    Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat laju endap darah

    (LED) dan morfologi darah tepi (penting untuk mengidentifikasi infeksi atau

    myeloma), kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen

    spesifik prostat (jika ada kecurigaan metastasis karsinoma prostat), elektroforesis protein serum (protein myeloma), dalam kasus khusus, dapat diperisa tes

    tuberculin atau tes  Brucella, tes faktor rheumatoid, dan penggolongan HLA (jika

    curiga adanya ankylosing spondylitis).6,13

  • 8/19/2019 TK-LBP

    16/22

    15

    2. Pemeriksaan Radiologis :

    − 

    Foto rontgen (lebih bagus jika pasien dalam keadaan berdiri) pada posisi

    anteroposterior, lateral, dan oblique sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin

    nyeri pinggang dan sciatica. Gambaran radiologis sering terlihat normal atau

    kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit

     pada sendi facet dan penumpukan kalsium pada vertebrae, pergeseran korpus

    vertebrae (spondilolistesis), infiltasi tulang oleh tumor.7,13

     

    −  CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level

    neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.13 

    −  MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan

    menunjukkan berbagai prolaps.

    −  Mielografi atau CT mielografi sangat berguna terutama untuk pasien-pasien

    yang mempunyai kontraindikasi MRI, ataupun penemuan hasil MRI tidak

    sesuai dengan masalah klinis. CT mielografi ini biasanya juga dapat

    digunakan sebagai pemeriksaan penunjang tambahan untuk melengkapi hasil

    MRI, tapi yang perlu diperhatikan adalah karena pemeriksaan ini invasif

    dapat memicu reaksi alergi terhadap kontras. 14 

    PENATALAKSANAAN

    Hal pertama dalam menentukan terapi NPB adalah memastikan tidak

    adanya “red flags” atau faktor penyakit dasar penyebab NPB. Apabila terdapat

    “red flags” penanganan NPB berdasarkan penyakit dasar penyebab NPB itu

    sendiri (infeksi, inflamasi, keganasan, fraktur, dan lainya). 6,13 

    Secara umum pendekatan penanganan NPB adalah untuk mengatasi nyeri

     pasien, meningkatkan kualitas hidup serta dapat melakukan aktifitas dan pekerjaan seperti biasa.

     NON FARMAKOLOGIS

    Edukasi mengenai kondisi NPB pasien, rencana terapi, pencegahan dan

    hasil terapi sebagai strategi awal sangat diperlukan dan direkomendasikan. 14 

    Penting untuk melakukan aktivitas normal segera setelah keluhan nyeri membaik.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    17/22

    16

    Tirah baring lebih dari 2-3 hari tidak dianjurkan sebagai terapi. Olah raga harus

    dievaluasi lebih lanjut mengenai jenis olahraga yang tidak membebani tulang

     belakang.

    Program fisioterapi dan rehabilitasi lain dapat dilakukan seperti intervensi

    fisik: orthosis, pemijatan, mobilisasi, manipulasi, traksi, (b) modalitas termal:

    ultrasound terapeutik, diatermi, bantalan pemanas (kering atau lembab), pemanas

    inframerah, hidroterapi, kantong es (dengan atau tanpa pemijatan) (c) terapi

    elektrik: stimulasi galvanic, arus interferensial, arus mikro, stimulasi saraf

    transkutaneus elektrik (TENS), stimulasi neuromuscular, (d) terapi olahraga:

    terapi rentang gerakan, program penguatan (isometric, kinetik), program latihan

    aerobic, program latihan aqua, control neuromuscular, koreksi postural, (e)

    magnet, (f) terapi meridian: akupunktur, elektroakupunktur, (g) terapi laser, (h)

    terapi lingkungan:; biofeedback dan relaksasi, (i) intervensi edukasi, (j) terapi

    kombinasi atau multimodalitas. 6,13 

    TERAPI FARMAKOLOGIS

    Analgesik sebagai terapi inisial untuk mengatasi nyeri pada NPB,

     penggunaan parasetamol (asetaminofen), aspirin (ASA), dan beberapa obat

    antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dapat digunakan. Penggunaan obat-obatan ini

     perlu memperhatikan faktor resiko pasien terhadap efek samping obat seperti

    gangguan liver, ginjal, gastrointestinal, gangguan koagulasi serta pemaikaian pada

    orang tua. 15 

    Opioid sebaiknya digunakan apabila terjadi kegagalan analgesik non

    opioid dalam mengatasi nyeri, khususnya NPB. Tramadol merupakan salah satu

    opioid yang sering digunakan, pada beberapa studi pemberian kombinasitramadol dan paracetamol sangat efektif untuk mengatasi nyeri sedang sampai

     berat, meningkatkan kualitas hidup dan fungsi emosional. Kegunaan opioid pada

    nyeri punggung harus seimbang dengan efek samping yang ditimbulkan seperti

    sembelit, sedasi, dan ketergantungan.13,16 

    Relaksan otot digunakan pada NPB yang berhubungan dengan spasme otot

    atau ketegangan otot. Penggunaan kombinasi bersama analgesik lain sangat

  • 8/19/2019 TK-LBP

    18/22

    17

    efektif untuk NPB akut. Penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena efek

    sampingnya. 8,17 

    Penggunaan antidepresan ajuvan dan antikonvulsan secara khusus dapat

    digunakan pada terapi NPB, psikopatologi dan nyeri berhubungan dengan depresi

    merupakan faktor lain pemicu nyeri selain secara anatomikal. Antidepresan

    trisiklik,  selective serotonin reuptake inhibitors (SRRIs),  serotonin-

    norephinephrine reuptake inhibitors (SNRIs) dapat memperbaiki kualitas nyeri

     pada pasien NPB kronik, meningkatkan kualitas tidur dan mood.  Studi

     penggunaan antikonvulsan pregabalin dan gabapentin juga menunjukkan

     perbaikan kualitas nyeri, meningkatkan kualitas istirahat, fungsi fisik dan kualitas

    hidup pada NPB. 13,16,19 

    Obat anti inflamasi steroid oral digunakan sebagai terapi agresif terutama

     NPB yang berhubungan dengan inflamasi. Belum ada studi lanjut mengenai

     perbandingan penggunaan steroid oral dan sistemik injeksi. Injeksi steroid

    intraartikular belum terbukti dapat menghilangkan rasa sakit jangka panjang yang

    efektif, dan penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk mengobati NPB kronis. 7,16 

    Terapi injeksi adalah prosedur yang biasa dilakukan apabila terapi lain

    tidak menunjukkan respon baik. Obat yang biasa digunakan adalah anastesi lokal

    (lidokain) dikombinasi dengan kortikosteroid dosis kecil (triamsiolon atau

     betametason). Lokasi penyuntikan dapat secara epidural, sendi faset, ruang kanal

    vertebra pada daerah yang nyeri. Faktor resiko, efek samping serta kontra indikasi

     perlu diperhatikan sebelum pemberian terapi ini.8,20 

    RINGKASAN

     Nyeri punggung bawah (NPB) atau low back pain (LBP) merupakanmasalah muskuloskeletal yang cukup sering ditemui dan didapatkan di

    masyarakat. Keluhan ini menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari, disabilitas

    dan produktifitas penderitanya. Oleh karena itu penting untuk mendiagnosis

    dengan tepat melalui mengetahui gejala, riwayat penyakit penderita, faktor resiko

    serta penilaian terhadap ada tidaknya tanda “red flags” dan “ yellow flags” untuk

    menentukan penyebab dasar dari NPB. Pemeriksaan fisik yang tepat juga sangat

  • 8/19/2019 TK-LBP

    19/22

    18

    diperlukan dalam menentukan diagnosis penyebab atau jenis NPB, yang

    semuanya dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang yang tepat juga.

    Penatalaksanaan NPB harus diawali dengan menyingkirkan “red flags”,

     jika diperlukan terapi penyakit dasar penyebab NPB sangat diutamakan.

    Analgesik baik paracetamol, NSAID, maupun golongan opioid dapat

    dipertimbangkan sebagai terapi awal untuk mengurangi penderitaan pasien akibat

    nyeri. Selanjutnya pemilihan obat-obatan tambahan lain seperti relaksan otot,

    antidepresan, steroid serta hipnotik sedatif masih pro dan kontra dalam

     pemberiannya karena masih banyak penelitian yang harus dilakukan. Sedangkan

    terapi tindakan invasif dan operasi dapat dilakukan bila ada indikasi yang sesuai.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    20/22

    19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 

    John WE, Richard AD. Back and Neck Pain. Dalam: Kasper DL, Hauser SL,

    Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J editor. Harrison’s Principles of

    Internal Medicine, Vol I, 19th ed. New York: The McGraw-Hill Companies.

    2015: 111-21.

    2.  Kasjmir YI. Nyeri Spinal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

    Simadibarta M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III,

    edisi VI. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014.

    3. 

    Ehrlich GE. Low Back Pain. Bulletin of the World Health Organization

    2003;81:671-6.

    4. 

    Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L. Overweight Sebagai Faktor Resiko  Low

     Back Pain  pada Pasien Poli Saraf RSUD PROF.DR. Margono Soekarjo

    Purwokerto. Mandala of Health. 2010; 4:26-32.

    5.  Marko HN, Arja HK, Pia IK, Tuulikki S. Chronic back pain in patients with

    rheumatoid arthritis and in a control population: prevalence and disability a 5-

    year follow-up. Journal of Rheumatology 2011;50:1635-9.

    6.  Rajiv KD. Approach to the Patient with Low Back Pain. Dalam: John BI,

    David BH, John HS, editor. Lange Medical Book Current Diagnosis &Treatment Rheumatology, 3rd ed. New York: The McGraw-Hill Companies.

    2013.

    7.  Cooper G. Non-Operative Treatment of the Lumbar Spine. Princeton:

    Springer International Publishing 2015.

    8. 

    Borenstein DG, Calin A. Fast Fact: Low Back Pain, 2nd ed. London: Oxford

    Health Press Limited. 2012.

    9.  Dikjen CB, Wiklund AF, Hildingsson C. Low Back Pain, Lifestyle Factors

    and Physical Activity: A Population-Based Study. Journal of Rehabil Med

    2008; 40: 864 – 9. 

    10. 

    Rita NVF, Luiza HR, Bruno AB, Fernanda JD, Celso EEMJ, Serruya DC.

     Nonspecific low back pain in young adults: Associated risk factors. Journal of

    Rheumatology Brazil. 2014;5 4(5):371 – 7.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    21/22

    20

    11. Isbagio H, Setiyohadi B. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit

    Muskuloskeletal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibarta M,

    Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi VI. Jakarta:

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014.

    12. Catherine S, Christopher B. Rheumatology, Orthopaedics, and Trauma at a

    Glance 2nd ed. London: Blackwell Publishing 2012:30-2.

    13. Chou R, Huffman LH. Clinical Guideline for the Evaluation and Management

    of Low Back Pain: Evidence Review. American Pain Society Publisher 2014. 

    14. Chou R, Qaseem A, Snow V, Casey D, Cross T, Shekelle P, et al. Diagnosis

    and Treatment of Low Back Pain. A Joint Clinical Practice Guideline from

    the American College of Physicians and the American Pain Society. 2007

    15. Machado LAC, Kamper SJ, Herbert RD, Maher CG, McAuley JH. Analgesic

    effects of treatments for non-specific low back pain: a meta-analysis of

     placebo-controlled randomized trials. Rheumatology 2009;48:520 – 7.

    16. Goertz M, Thorson D, Bonsell J, Bonte B, Campbell R, Haake B, et al. Adult

    Acute and Subacute Low Back Pain. Institute for Clinical Systems

    Improvement. 2012.

    17. 

    Van MW, Touray T, Furlan AD. Muscle relaxants for non-specific low-back

     pain. Cochrane Database Syst Rev 2003:CD004252. 

    18. Majid A, Danielle A, Kelvin PJ, Elaine MH. Low back pain symptoms show

    a similar pattern of improvement following a wide range of primary care

    treatments: a systematic review of randomized clinical trials. Journal of

    Rheumatology. 2010;49:2346 – 56.

    19. Khosravi MB, Azemati S, Sahmeddini MA. Gabapentin versus Naproxen in

    the Management of Failed Back Surgery Syndrome ; A RandomizedControlled Trial. Acta Anaesth. Belg., 2014:65, 31-37.

    20. Chou R, Baisden J, Carragee EJ. Surgery for low back pain: a review of the

    evidence for an American Pain Society Clinical Practice Guideline. Spine

    2009;34:1094 – 109.

  • 8/19/2019 TK-LBP

    22/22

    21

    LAMPIRAN

    Gambar 3. Straight Leg Raising testSumber: Catherine S, Christopher B. Rheumatology, Orthopaedics, and Trauma

    at a Glance 2nd ed. London: Blackwell Publishing 2012:30-2

    Gambar 4. Tes Schober’s

    Sumber: Catherine S, Christopher B. Rheumatology, Orthopaedics, and Trauma

    at a Glance 2nd ed. London: Blackwell Publishing 2012:30-2