tk-lbp
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 TK-LBP
1/22
TINJAUAN PUSTAKA
NYERI PUNGGUNG BAWAH
Disusun oleh:
Y. Setiadi, J. Ongkowijaya
DIPENTASKAN DI FORUM ILMIAH
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
BLU RSUP PROF DR. R. D. KANDOU – MANADO
2016
-
8/19/2019 TK-LBP
2/22
1
PENDAHULUAN
Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau Low Back Pain didefinisikan sebagai
rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah punggung bawah yang dimulai dari
bagian bawah tulang iga terakhir sampai dengan lipatan bawah bokong bagian
bawah, dengan atau tanpa nyeri tungkai yang dapat disertai dengan kelemahan
motorik, gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologik. Nyeri punggung
bawah bukan sebuah diagnosis tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri
punggung bawah merupakan keluhan muskuluskeletal yang sering dikeluhkan
oleh pasien. Bahkan seringkali menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari,
disabilitas dan produktifitas penderitanya.1,2
Nyeri punggung bawah sudah menjadi masalah di seluruh dunia, dengan
angka kejadian sekitar 18% dari seluruh total populasi. Hampir 70-80% penduduk
di Negara maju pernah mengalami NPB.3 Di Amerika Serikat kira-kira satu
seperempat dari penduduk dewasa dilaporkan mempunyai keluhan NPB. Setiap
tahun dilaporkan 14-45% orang dewasa di Amerika Serikat menderita NPB, dan
satu di antara 20 penderita harus di rawat dirumah sakit karena serangan akut.
Data epidemiologi mengenai NPB di Indonesia belum ada, namun diperkirakan
40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri
punggung, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden
berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 3-17%.3,4
Nyeri punggung bawah juga menyebabkan kerugian secara finansial, baik
disebabkan karena biaya pengobatan yang tinggi dan kerugian akibat kurangnya
produktivitas kerja akibat keterbatasan kinerja akibat nyeri. Total keluaran biaya
perawatan Rumah sakit di Amerika pada tahun 1998 sekitar hampir 26,3 miliardollar Amerika, dan 11 miliar Euro di Inggris.3,5
Penyebab dari NPB sangat beragam dan memerlukan pendekatan yang
sistematik dalam mencari penyebab utamanya. Faktor resiko kejadian NPB sering
dihubungkan dengan sering mengangkat beban berat, pengendara kendaraan
bermotor, olah raga, kelemahan otot, kegemukan, kehamilan, faktor psikososial,
-
8/19/2019 TK-LBP
3/22
2
penyakit penyerta, usia dan merokok. Hal ini menyebabkan diperlukannya
pendekatan diagnosis secara menyeluruh serta tatalaksana yang sesuai dan tepat.6
ANATOMI TULANG LUMBO-SAKRAL
Sebagai dokter klinisi penting untuk menjelaskan anatomi tulang belakang
pada pasien. Anatomi tulang belakang dapat digambarkan seperti tiang pada
perahu layar, di mana susunan tulang belakang sebagai tiang. Perlekatan otot,
tendon dan ligamen adalah tali-temali yang melekat pada tiang. Jika tiang pada
perahu layar tidak didukung oleh tali-temali yang kuat maka tiang tersebut akan
jatuh. Demikian halnya dengan tulang belakang manusia tidak dapat menahan
sendiri beban dari tubuh, maka itu dibutuhkan otot, tendon dan ligamen yang
menopang tulang belakang untuk berfungsi secara optimal dan menahannya tetap
tegak. Hal ini salah satu alasan bahwa menjaga kelenturan dan kekuatan otot
penyetabil tulang lumbar sangat penting sebagai terapi pada nyeri punggung dan
mencegah injuri berulang. Tulang belakang ditopang oleh otot-otot ini, jika otot-
otot ini lemah, tidak seimbang atau tidak terintegrasi maksimal maka tulang
belakang akan terbeban stres berat dan degenerasi dini.1,7
Gambar 1. Anatomi Lumbosakral secara skematik
Dikutip dari: Cooper G. Non-Operative Treatment of the Lumbar Spine. Switzerland:
Springer International Publishing 2015.
-
8/19/2019 TK-LBP
4/22
3
Tulang lumbar pada tulang belakang mempunyai tiga fungsi dasar yaitu
menanggung beban tulang belakang, melindungi sistem saraf pada kanal spinal
dan menghasilkan pergerakan sendi (fleksi, ekstensi dan rotasi). Tulang lumbar
terdiri dari 5 tulang vertebra dan tulang vertebra lumbar ke 5 berartikulasi dengan
tulang sakrum. Pada kedua segmen terakhir tulang lumbar yaitu L4-L5 dan L5-S1
merupakan bagian tersering yang mengalami injuri dan perubahan degenerasi
karena merupakan bagian yang paling menopang seluruh berat tulang belakang.7
Gambar 2. Skematik potongan melintang tulang vertebra normal.
Dikutip dari: Rajiv KD. Approach to the Patient with Low Back Pain. In: John BI, David BH, John
HS, editors. Lange Medical Book Current Diagnosis & Treatment Rheumatology, 3rd ed. New
York: The McGraw-Hill Companies. 2013.
Diskus intervertebra terdapat di antara tulang vertebra, yang menyerupai
jeli dengan berisikan nukleus pulposus di bagian dalamnya yang terbentuk dari
kolegen tipe II dan jel mukoprotein yang terdiri dari banyak jenis protein yang
memiliki aktivitas pro-inflamasi, di mana apabila nukleus pulposus mengalami
herniasi, selain menekan saraf, rasa nyeri diakibatkan oleh timbulnya inflamasi
pada daerah tersebut. Diskus vertebra dilapisi oleh annulus fibrosus yangmerupakat kartilago fibrosa yang kuat yang terdiri dari kolagen tipe I.
6, 7
Saraf spinal biasanya berakhir setinggi L1 atau L2 yang disebut conus
medullaris. lalu melanjutkan ke bawah di dalam kanal spinal menjadi kauda
equina. Saraf-saraf keluar dari tulang belakang melalui foramen intervertebra.
Pada daerah lumbal, saraf spinal keluar di bawah vertebra yang bersangkutan
seperti saraf spinal L4 keluar melalui foramen intervertebra L4-L5. Saraf spinal
-
8/19/2019 TK-LBP
5/22
4
lumbal membentuk pleksus lumbosakral yang berlanjut menjadi saraf-saraf di
perifer. Salah satu saraf tunggal terbesar di dalam tubuh adalah saraf skiatik yang
berasal dari pleksus lumbosakral segmen L4 sampai S3.7
Struktur tulang belakang yang sensitif nyeri terdiri dari periosteum
vertebra, dura, sendi-sendi facet, annulus fibrosus pada diskus intervertebra, arteri
dan vena epidural dan ligamen-ligamen longitudinal. Penyakit atau kelainan pada
struktur-struktur ini menjelaskan banyaknya kasus NPB tanpa adanya kompresi
saraf.7
ETIOLOGI
Klasifikasi nyeri punggung bawah menurut penyebabnya yaitu :
1. Nyeri punggung bawah traumatik
Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung
bawah, semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena oleh trauma.6,7
Nyeri punggung bawah ini dibagi 2 menjadi :
a. Trauma pada unsur miofasial
Setiap hari banyak orang mendapat trauma miofasial, mengingat
banyaknya pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi
kesehatan badan yang kurang optimal.9 Juga di kalangan sosial yang serba
cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak optimal karena kegemukan,
terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena tidak mengadakan gerakan-
gerakan untuk mengendurkan ototnya.6,7
b. Trauma pada komponen keras
Trauma karena jatuh menyebabkan fraktur kompresi yang dapat terjadi di
vertebrata torakal bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapatterjadi juga pada kondisi tulang belakang yang patalogik.1 Karena trauma
yang ringan (misal jatuh terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis
yang sudah osteoporotik mudah mendapat fraktur kompresi. 6,7
-
8/19/2019 TK-LBP
6/22
5
2. Nyeri punggung bawah akibat proses degeneratif
a.
Spondilosis (Osteoartritis)
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada
korpus vertebra berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligamen yang
menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang
lain. Pada proses spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang,
penyempitan diskus dan osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan
penyempitan dari foramina intervetebralis.6,7
b.
Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus
intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek dapat disusul dengan
protusio discus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia
nucleus pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. 6,7
c. Spondilolistesis
Pergeseran ke arah anterior ataupun ke posterior tulang vertebra, pedikel,
dan sendi faset superior. Spondilolistesis dapat terjadi karena spondilolisis,
kelainan kongenital, penyakit degeneratif, maupun penyebab mekanikal.
Pergeseran ini dapat tanpa gejala, atau menyebabkan NPB, cedera saraf
spinal (paling sering L5), stenosis spinal dan pada kasus berat dapat terjadi
sindroma kauda ekuina.1,6
3. Nyeri punggung bawah akibat penyakit inflamasi
Spondiloartritis / Spondyloarthrities
Spondiloartritis merupakan kelompok penyakit yang ditandai dengan
inflamasi pada sendi sakroiliaka (sakroiliitis), tulang belakang(spondilitis), tendon, fascia dan daerah insersi ligamen (enthesitis).
Kelompok penyakit spondiloartritis merupakan spondiloartritis seronegatif
terhadap faktor rematoid, seperti spondilitis ankilosa, artritis psoriatik, dan
artritis berhubungan inflammatory bowel disease dan artritis reaktif. 1,6
-
8/19/2019 TK-LBP
7/22
6
4. Nyeri punggung bawah akibat gangguan metabolisme
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai
oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral
tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, Nyeri
punggung bawah pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali
disebabkan oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau
radikular merupakan keluhan. Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang
menjadi komplikasi osteoporosis tulang belakang. 1,6,7
5.
Nyeri Punggung Bawah Akibat Tumor
a. Tumor benigna
Osteoma. Osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat
mengakibatkan nyeri hebat yang dirasakan terutama pada malam hari.
Hemangioma merupakan tumor yang berada di dalam kanalis vertebralis
dan dapat membangkitkan nyeri punggung bawah. Meningioma
merupakan suatu tumor intadural namun ekstramedular. Tumor ini dapat
menjadi besar sehingga menekanpada radiks-radiks. Maka dari itu tumor
ini seringkali membangkitkan nyeri hebat pada daerah lumbosakral. 1,6,7
b.
Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan sekunder.
Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma multiple. Tumor
sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di tulang belakang, oleh
karena tulang belakang kaya akan pembuluh darah. Tumor primernya bisa
berada di mamae, prostate, ginjal, paru dan glandula tiroidea. 1,6,7
6. Nyeri punggung bawah sebagai nyeri alih.
Walaupun benar bahwa nyeri punggung bawah dapat dirasakan seorang penderita ulkus peptikum, pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan
seterusnya, namun penyakit penyakit visceral menghasilkan juga nyeri
abdominal dengan manifestasi masing-masing organ yang terganggu. NPB
yang bersifat referred pain memiliki ciri khas yaitu :1,2,6
a. Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah.
-
8/19/2019 TK-LBP
8/22
7
b. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal,
yakni tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri
isometrik dan modalitas punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap
tubuh mempengaruhi bertambah atau meredanya referred pain.
c. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral didapatkan adanya
keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain
di daerah lumbal.
7. Nyeri punggung bawah psikogenik
Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula
bermanifestasi sebagai nyeri punggung karena menegangnya otot-otot. Nyeri
punggung bawah karena problem psikogenik misalnya disebabkan oleh
histeria, depresi, atau kecemasan. Nyeri punggung bawah karena masalah
psikogenik adalah nyeri punggung bawah yang tidak mempunyai dasar
organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis,
bila ada kaitan nyeri punggung bawah dengan patologi organik maka nyeri
yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.8
8. Infeksi Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. Nyeri punggung bawah
yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik (stafilokokus,
streptokokus). Nyeri punggung bawah yang disebabkan infeksi kronik
misalnya spondilitis TB.1,6
9.
Nyeri punggung bawah idiopatik/ Idiopathic Lower Back Pain
Diagnosis patognomonik definitif tidak dapat ditentukan pada hampir 80%
pasien dengan NPB, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya hubungan
antara gejala dan hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosis NPB idiopatik yang
sering digunakan adalah lumbago, strain, dan sprain yang secara tepat dapatdigunakan pada kebanyakan pasien-pasien NPB yang sembuh sendiri ( self
limited ).8
-
8/19/2019 TK-LBP
9/22
8
FAKTOR RESIKO NYERI PUNGGUNG BAWAH
Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya atau
memperberat Nyeri punggung bawah yaitu :9,10
a.
Usia
Dari berbagai studi epidemiologik, kejadian NPB meningkat dan mencapai
puncakya pada usia sekitar 55 tahun. Pada umumnya keluhan otot skeletal
mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya
dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat
sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur
setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga
resiko terjadi keluhan otot meningkat.
b. Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita mempunyai resiko NPB yang sama sampai usia
sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun wanita mempunyai resiko Nyeri
punggung bawah yang lebih besar karena cenderung terjadinya
osteoporosis. Walaupun masih ada pebedaan pendapat dari beberapa ahli
tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal,
namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa
jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini
terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih
rendah dari pada pria.
c. Pekerjaan
Pekerjaan fisik yang berat, terutama yang memberikan tekanan yang
cukup besar pada tulang belakang. Pekerjaan yang berhubungan dengan
posisi statis yang berkepanjangan, seperti duduk atau berdiri dalam waktulama. Pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan-gerakan membungkukkan
atau memutar tubuh secara berulang-ulang.
d. Kebiasaan Merokok dan Pola hidup
Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Pola hidup sedentari berhubungan dengan meningkatnya obesitas
dan kurang aktivitas lebih beresiko terkena NPB.
-
8/19/2019 TK-LBP
10/22
9
EVALUASI KLINIS PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH
ANAMNESIS
Evaluasi klinis yang terpenting pada NPB adalah pada anamnesis riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik pasien. Anamnesis dimulai dari lamanya durasi
nyeri, NPB akut adalah adanya durasi nyeri yang persisten kurang dari 4 minggu,
NPB subakut nyeri yang persisten berkisar antara 4 sampai 12 minggu, sedangkan
NPB kronik durasi nyeri lebih dari 12 minggu. Nyeri punggung bawah subakut
dan kronik biasanya dibedakan hanya untuk tujuan akademik saja. Nyeri
punggung bawah berulang (reccurent nyeri punggung bawah ) yaitu episode NPB
akut kurang dari 3 bulan tapi berulang setelah periode tanpa nyeri yang dapat
mempengaruhi aktivitas dan kerja.. Nyeri punggung bawah akut biasanya self-
limiting (angka kesembuhan 90% dalam 6 minggu) tapi 2% - 7% dapat menjadi
nyeri kronik. Nyeri kronik dan nyeri berulang menjadi 75% - 80% total alasan
ketidakhadiran kerja.8,13-14
Intensitas nyeri pasien-pasien NPB dapat diketahui dengan menggunakan
visual analog scale (VAS) sebagai pengukur sederhana intensitas nyeri.
Pengukuran intensitas nyeri VAS menggunakan garis horisontal 10 cm, di mana 0
tidak ada nyeri dan 10 cm sangat amat nyeri.8
Menentukan tipe nyeri yang dirasakan pasien juga sangat penting karena
dapat membantu untuk menentukan penyebab sumber nyeri. Tipe nyeri pada NPB
dapat dibedakan menjadi: 1,12
1) Nyeri lokal biasanya disebabkan karena cidera pada struktur sensitif nyeri
yang mengkompresi ataupun mengiritasi saraf sensoris. Umumnya terjadi
akibat fraktur, robekan atau tarikan pada struktur sensori nyeri. Bagian yang
nyeri dekat dengan daerah vertebra yang teriritasi. Nyeri lokal yang tidak berubah akibat perubahan posisi dicurigai tumor vertebra atau infeksi
vertebra. Nyeri yang disebabkan oleh iritasi ujung-ujung saraf penghantar
impuls nyeri. Nyeri bertambah pada suatu sikap tertentu atau karena gerakan.
2) Nyeri alih ke tulang punggung dapat berasal dari organ viseral abdomen atau
pelvis. Nyeri ini tidak dipengaruhi oleh posisi tulang belakang.
-
8/19/2019 TK-LBP
11/22
10
3) Nyeri yang berasal dari tulang belakang dialihkan ke tungkai dan bokong.
Penyakit yang mengenai vertebra lumbal atas mungkin menjalar ke daerah
lumbal, selangkangan dan paha depan.
4)
Nyeri radikular adalah nyeri tajam yang menjalar dari punggung bawah
sampai ke tungkai sesuai dengan daerah dermatom saraf. Batuk, bersin atau
kontraksi otot abdomen (saat mengangkat beban berat maupun mengedan)
dapat memicu nyeri radikular. Nyeri radikular menjalar secara tegas, terbatas
pada dermatomnya dan sifat nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan
tubuh. Nyeri ini timbul karena perangsangan terhadap radiks, baik bersifat
penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan.
5)
Nyeri akibat spasme otot dirasakan sebagai nyeri tumpul di daerah paraspinal
yang berhubungan dengan postur tubuh yang salah, tegangnya otot-otot
paraspinal yang disebabkan oleh banyak kelainan tulang belakang.
Anamnesis riwayat penyakit lain diperlukan untuk menentukan derajat
keparahan NPB dan mengarahkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang
dapat menyebabkan NPB, termasuk penyakit sistemik, aktifitas sehari-hari,
riwayat pekerjaan, riwayat alkohol, merokok dan obat-obatan. 2,9,10
Pada pasien NPB perlu diidentifikasi adanya red flags sebagai indikator
keberadaan mekanisme patofisiologi penyakit yang mendasari yang sangat
penting untuk mempengaruhi manajemen dari NPB. Hal-hal yang diidentifikasi
pada red flags seperti:8,13
Faktor resiko keganasan (kanker) termasuk usia > 50 tahun dengan riwayat
kanker, penurunan berat badan yang tidak dapat diketahui penyebabnya,
dan kegagalan perbaikan klinis setelah 4-6 minggu terapi konserfatif NPB.
Jika dari ketiga faktor resiko ini tidak ada, kanker dapat disingkirkandengan sensitifitas 100%.
Faktor resiko infeksi spinal termasuk penggunaan obat-obatan injeksi
intravena, imunosupresi, infeksi saluran kencing, demam lebih dari 38 oC
selama lebih dari 48 jam dan riwayat penyakit tuberkulosis maupun
tuberkulosis aktif.
-
8/19/2019 TK-LBP
12/22
11
Gejala dan tanda Sindrom Kauda Equina seperti onset baru inkontinensia
urin, retensi urin (jika tidak ada retensi urin kemungkinan sindrom cauda
equina
-
8/19/2019 TK-LBP
13/22
12
Tumor atau infeksi
Usia >50 tahun atau
-
8/19/2019 TK-LBP
14/22
13
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan vertebra lumbal, pasien sebaiknya disuruh melepaskan
pakaiannya. sehingga dapat dinilai berbagai deformitas seperti lordosis lumbal,
kifosis torak dan skoliosis. Skoliosis dapat berupa struktural atau fungsional.
Skoliosis struktural berhubungan dengan perubahan struktur dari kolum vertebra
dan kadang juga tulang kosta. Pada dewasa skoliosis struktural biasanya
disebabkan secara sekunder oleh karena proses degeneratif.6,11
Gaya berjalan, cara duduk, cara naik ke tempat tidur periksa dan gerakan
pinggul juga harus diperhatikan. Lingkup gerak tulang-tulang spinal, dapat dinilai
dengan melakukan tes modifikasi Schober, yaitu dengan menyuruh pasien berdiri
tegak lalu buat garis horizontal dari prominentia spinosus sakralis superior dan
buat garis lurus ke atas dan tentukan titik dengan jarak 10 cm. Kemudian pasien
disuruh membungkuk antefleksi dan jarak titik tersebut diukur lagi, dalam
keadaan normal akan terjadi pemanjangan jarak titik-titik tersebut, disebut negatif
bila jarak titik melebar lebih dari 5 cm. Palpasi dapat mendeteksi spasme otot
paravertebral yang dapat menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal. Nyeri tekan
pada daerah tulang belakang secara spesifik dapat menunjukkan osteomielitis
vertebra. Terbatasnya lingkup gerak tulang-tulang spinal (fleksi, ekstensi, dan
rotasi) tidak dapat dihubungkan dengan diagnosis spesifik tertentu dikarenakan
banyak penyebab. 6,11
Untuk menilai iritasi radiks, dapat dilakukan tes Lasegue dan Femoral
nerve stretch test. Tes lasegue atau straight leg raising test (SLR) merupakan tes
yang sering dilakukan. Pasien disuruh berbaring telentang dalam keadaan santai,
kemudian tungkai bawah difleksikan perlahan-lahan sampai 70o dengan lutut
dalam keadaan ekstensi. catat sudut yang dicapai pada waktu pasien merasakannyeri.11 Kemudian pasien disuruh memfleksikan lehernya sampai dagunya
menyentuh dinding dada atau secara pasif kakinya didorsofleksikan, nyeri yang
timbul menandakan regangan dura misalnya pada HNP sentral; bila nyeri tidak
timbul maka nyeri SLR diakibatkan oleh kelainan otot harmstring, atau nyeri dari
daerah lumbal atau sakroiliakal.6,11 Bila pada waktu SLR dilakukan timbul nyeri
pada tungkai kontra lateral (cross over sign atau well leg raises test), menandakan
-
8/19/2019 TK-LBP
15/22
14
adanya kompresi intratekal oleh lesi yang besar, yang secara spesifik sebesar 90%
menandakan herniasi diskus. Bila kedua tungkai difleksikan bersama (SLR
bilateral), nyeri yang timbul sebelum sudut mencapai 70° mungkin berasal dari
sendi sakroiliaka, sedangkan bila nyeri timbul pada sudut 70° mungkin berasal
dari daerah lumbal.8,11
Pada femoral nerve stretch test, pasien disuruh berbaring pada sisi yang
tidak sakit dengan koksae dan lutut sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus
dan kepala difleksikan. Kemudian secara perlahan, fleksi lutut ditambah dan
koksae diekstensikan. Bila timbul nyeri pada tungkai bagian anterior, menandakan
adanya iritasi pada L2, L3 dan L4. Pemeriksaan tulang belakang harus dilengkapi
dengan pemeriksaan motorik. sensorik kedua mngkai dan refleks tendon, lutut dan
achilles.11,12
Evaluasi psikologis diperlukan bilamana dijumpai kelainan pada faktor
kepribadian dan menyangkut kesulitan dalam upaya pengobatan. Salah satu cara
penilaian pasien adalah dengan MMPI (The Minnesota Multiphasic Personality
Inventory). Dengan metade ini mudah diketahui besarnya skala histeria maupun
hipokondria pada pasien. Memang sangat sulit menentukan apakah gangguan
psikologis atau emosional terjadi akibat proses nyeri itu sendiri atau sebaliknya.11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat laju endap darah
(LED) dan morfologi darah tepi (penting untuk mengidentifikasi infeksi atau
myeloma), kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen
spesifik prostat (jika ada kecurigaan metastasis karsinoma prostat), elektroforesis protein serum (protein myeloma), dalam kasus khusus, dapat diperisa tes
tuberculin atau tes Brucella, tes faktor rheumatoid, dan penggolongan HLA (jika
curiga adanya ankylosing spondylitis).6,13
-
8/19/2019 TK-LBP
16/22
15
2. Pemeriksaan Radiologis :
−
Foto rontgen (lebih bagus jika pasien dalam keadaan berdiri) pada posisi
anteroposterior, lateral, dan oblique sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin
nyeri pinggang dan sciatica. Gambaran radiologis sering terlihat normal atau
kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit
pada sendi facet dan penumpukan kalsium pada vertebrae, pergeseran korpus
vertebrae (spondilolistesis), infiltasi tulang oleh tumor.7,13
− CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.13
− MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps.
− Mielografi atau CT mielografi sangat berguna terutama untuk pasien-pasien
yang mempunyai kontraindikasi MRI, ataupun penemuan hasil MRI tidak
sesuai dengan masalah klinis. CT mielografi ini biasanya juga dapat
digunakan sebagai pemeriksaan penunjang tambahan untuk melengkapi hasil
MRI, tapi yang perlu diperhatikan adalah karena pemeriksaan ini invasif
dapat memicu reaksi alergi terhadap kontras. 14
PENATALAKSANAAN
Hal pertama dalam menentukan terapi NPB adalah memastikan tidak
adanya “red flags” atau faktor penyakit dasar penyebab NPB. Apabila terdapat
“red flags” penanganan NPB berdasarkan penyakit dasar penyebab NPB itu
sendiri (infeksi, inflamasi, keganasan, fraktur, dan lainya). 6,13
Secara umum pendekatan penanganan NPB adalah untuk mengatasi nyeri
pasien, meningkatkan kualitas hidup serta dapat melakukan aktifitas dan pekerjaan seperti biasa.
NON FARMAKOLOGIS
Edukasi mengenai kondisi NPB pasien, rencana terapi, pencegahan dan
hasil terapi sebagai strategi awal sangat diperlukan dan direkomendasikan. 14
Penting untuk melakukan aktivitas normal segera setelah keluhan nyeri membaik.
-
8/19/2019 TK-LBP
17/22
16
Tirah baring lebih dari 2-3 hari tidak dianjurkan sebagai terapi. Olah raga harus
dievaluasi lebih lanjut mengenai jenis olahraga yang tidak membebani tulang
belakang.
Program fisioterapi dan rehabilitasi lain dapat dilakukan seperti intervensi
fisik: orthosis, pemijatan, mobilisasi, manipulasi, traksi, (b) modalitas termal:
ultrasound terapeutik, diatermi, bantalan pemanas (kering atau lembab), pemanas
inframerah, hidroterapi, kantong es (dengan atau tanpa pemijatan) (c) terapi
elektrik: stimulasi galvanic, arus interferensial, arus mikro, stimulasi saraf
transkutaneus elektrik (TENS), stimulasi neuromuscular, (d) terapi olahraga:
terapi rentang gerakan, program penguatan (isometric, kinetik), program latihan
aerobic, program latihan aqua, control neuromuscular, koreksi postural, (e)
magnet, (f) terapi meridian: akupunktur, elektroakupunktur, (g) terapi laser, (h)
terapi lingkungan:; biofeedback dan relaksasi, (i) intervensi edukasi, (j) terapi
kombinasi atau multimodalitas. 6,13
TERAPI FARMAKOLOGIS
Analgesik sebagai terapi inisial untuk mengatasi nyeri pada NPB,
penggunaan parasetamol (asetaminofen), aspirin (ASA), dan beberapa obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dapat digunakan. Penggunaan obat-obatan ini
perlu memperhatikan faktor resiko pasien terhadap efek samping obat seperti
gangguan liver, ginjal, gastrointestinal, gangguan koagulasi serta pemaikaian pada
orang tua. 15
Opioid sebaiknya digunakan apabila terjadi kegagalan analgesik non
opioid dalam mengatasi nyeri, khususnya NPB. Tramadol merupakan salah satu
opioid yang sering digunakan, pada beberapa studi pemberian kombinasitramadol dan paracetamol sangat efektif untuk mengatasi nyeri sedang sampai
berat, meningkatkan kualitas hidup dan fungsi emosional. Kegunaan opioid pada
nyeri punggung harus seimbang dengan efek samping yang ditimbulkan seperti
sembelit, sedasi, dan ketergantungan.13,16
Relaksan otot digunakan pada NPB yang berhubungan dengan spasme otot
atau ketegangan otot. Penggunaan kombinasi bersama analgesik lain sangat
-
8/19/2019 TK-LBP
18/22
17
efektif untuk NPB akut. Penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena efek
sampingnya. 8,17
Penggunaan antidepresan ajuvan dan antikonvulsan secara khusus dapat
digunakan pada terapi NPB, psikopatologi dan nyeri berhubungan dengan depresi
merupakan faktor lain pemicu nyeri selain secara anatomikal. Antidepresan
trisiklik, selective serotonin reuptake inhibitors (SRRIs), serotonin-
norephinephrine reuptake inhibitors (SNRIs) dapat memperbaiki kualitas nyeri
pada pasien NPB kronik, meningkatkan kualitas tidur dan mood. Studi
penggunaan antikonvulsan pregabalin dan gabapentin juga menunjukkan
perbaikan kualitas nyeri, meningkatkan kualitas istirahat, fungsi fisik dan kualitas
hidup pada NPB. 13,16,19
Obat anti inflamasi steroid oral digunakan sebagai terapi agresif terutama
NPB yang berhubungan dengan inflamasi. Belum ada studi lanjut mengenai
perbandingan penggunaan steroid oral dan sistemik injeksi. Injeksi steroid
intraartikular belum terbukti dapat menghilangkan rasa sakit jangka panjang yang
efektif, dan penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk mengobati NPB kronis. 7,16
Terapi injeksi adalah prosedur yang biasa dilakukan apabila terapi lain
tidak menunjukkan respon baik. Obat yang biasa digunakan adalah anastesi lokal
(lidokain) dikombinasi dengan kortikosteroid dosis kecil (triamsiolon atau
betametason). Lokasi penyuntikan dapat secara epidural, sendi faset, ruang kanal
vertebra pada daerah yang nyeri. Faktor resiko, efek samping serta kontra indikasi
perlu diperhatikan sebelum pemberian terapi ini.8,20
RINGKASAN
Nyeri punggung bawah (NPB) atau low back pain (LBP) merupakanmasalah muskuloskeletal yang cukup sering ditemui dan didapatkan di
masyarakat. Keluhan ini menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari, disabilitas
dan produktifitas penderitanya. Oleh karena itu penting untuk mendiagnosis
dengan tepat melalui mengetahui gejala, riwayat penyakit penderita, faktor resiko
serta penilaian terhadap ada tidaknya tanda “red flags” dan “ yellow flags” untuk
menentukan penyebab dasar dari NPB. Pemeriksaan fisik yang tepat juga sangat
-
8/19/2019 TK-LBP
19/22
18
diperlukan dalam menentukan diagnosis penyebab atau jenis NPB, yang
semuanya dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang yang tepat juga.
Penatalaksanaan NPB harus diawali dengan menyingkirkan “red flags”,
jika diperlukan terapi penyakit dasar penyebab NPB sangat diutamakan.
Analgesik baik paracetamol, NSAID, maupun golongan opioid dapat
dipertimbangkan sebagai terapi awal untuk mengurangi penderitaan pasien akibat
nyeri. Selanjutnya pemilihan obat-obatan tambahan lain seperti relaksan otot,
antidepresan, steroid serta hipnotik sedatif masih pro dan kontra dalam
pemberiannya karena masih banyak penelitian yang harus dilakukan. Sedangkan
terapi tindakan invasif dan operasi dapat dilakukan bila ada indikasi yang sesuai.
-
8/19/2019 TK-LBP
20/22
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
John WE, Richard AD. Back and Neck Pain. Dalam: Kasper DL, Hauser SL,
Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J editor. Harrison’s Principles of
Internal Medicine, Vol I, 19th ed. New York: The McGraw-Hill Companies.
2015: 111-21.
2. Kasjmir YI. Nyeri Spinal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibarta M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III,
edisi VI. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014.
3.
Ehrlich GE. Low Back Pain. Bulletin of the World Health Organization
2003;81:671-6.
4.
Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L. Overweight Sebagai Faktor Resiko Low
Back Pain pada Pasien Poli Saraf RSUD PROF.DR. Margono Soekarjo
Purwokerto. Mandala of Health. 2010; 4:26-32.
5. Marko HN, Arja HK, Pia IK, Tuulikki S. Chronic back pain in patients with
rheumatoid arthritis and in a control population: prevalence and disability a 5-
year follow-up. Journal of Rheumatology 2011;50:1635-9.
6. Rajiv KD. Approach to the Patient with Low Back Pain. Dalam: John BI,
David BH, John HS, editor. Lange Medical Book Current Diagnosis &Treatment Rheumatology, 3rd ed. New York: The McGraw-Hill Companies.
2013.
7. Cooper G. Non-Operative Treatment of the Lumbar Spine. Princeton:
Springer International Publishing 2015.
8.
Borenstein DG, Calin A. Fast Fact: Low Back Pain, 2nd ed. London: Oxford
Health Press Limited. 2012.
9. Dikjen CB, Wiklund AF, Hildingsson C. Low Back Pain, Lifestyle Factors
and Physical Activity: A Population-Based Study. Journal of Rehabil Med
2008; 40: 864 – 9.
10.
Rita NVF, Luiza HR, Bruno AB, Fernanda JD, Celso EEMJ, Serruya DC.
Nonspecific low back pain in young adults: Associated risk factors. Journal of
Rheumatology Brazil. 2014;5 4(5):371 – 7.
-
8/19/2019 TK-LBP
21/22
20
11. Isbagio H, Setiyohadi B. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit
Muskuloskeletal. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibarta M,
Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi VI. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014.
12. Catherine S, Christopher B. Rheumatology, Orthopaedics, and Trauma at a
Glance 2nd ed. London: Blackwell Publishing 2012:30-2.
13. Chou R, Huffman LH. Clinical Guideline for the Evaluation and Management
of Low Back Pain: Evidence Review. American Pain Society Publisher 2014.
14. Chou R, Qaseem A, Snow V, Casey D, Cross T, Shekelle P, et al. Diagnosis
and Treatment of Low Back Pain. A Joint Clinical Practice Guideline from
the American College of Physicians and the American Pain Society. 2007
15. Machado LAC, Kamper SJ, Herbert RD, Maher CG, McAuley JH. Analgesic
effects of treatments for non-specific low back pain: a meta-analysis of
placebo-controlled randomized trials. Rheumatology 2009;48:520 – 7.
16. Goertz M, Thorson D, Bonsell J, Bonte B, Campbell R, Haake B, et al. Adult
Acute and Subacute Low Back Pain. Institute for Clinical Systems
Improvement. 2012.
17.
Van MW, Touray T, Furlan AD. Muscle relaxants for non-specific low-back
pain. Cochrane Database Syst Rev 2003:CD004252.
18. Majid A, Danielle A, Kelvin PJ, Elaine MH. Low back pain symptoms show
a similar pattern of improvement following a wide range of primary care
treatments: a systematic review of randomized clinical trials. Journal of
Rheumatology. 2010;49:2346 – 56.
19. Khosravi MB, Azemati S, Sahmeddini MA. Gabapentin versus Naproxen in
the Management of Failed Back Surgery Syndrome ; A RandomizedControlled Trial. Acta Anaesth. Belg., 2014:65, 31-37.
20. Chou R, Baisden J, Carragee EJ. Surgery for low back pain: a review of the
evidence for an American Pain Society Clinical Practice Guideline. Spine
2009;34:1094 – 109.
-
8/19/2019 TK-LBP
22/22
21
LAMPIRAN
Gambar 3. Straight Leg Raising testSumber: Catherine S, Christopher B. Rheumatology, Orthopaedics, and Trauma
at a Glance 2nd ed. London: Blackwell Publishing 2012:30-2
Gambar 4. Tes Schober’s
Sumber: Catherine S, Christopher B. Rheumatology, Orthopaedics, and Trauma
at a Glance 2nd ed. London: Blackwell Publishing 2012:30-2