tinjauan pustaka case ca mamma

36
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000 wanita meninggal karena kanker payudara dan dari angka itu, 69% kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2009, diperkirakan 192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae didiagnosis di amerika serikat dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae insitu. 1 Data di Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut. 2,3,4 Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit yang tidak dapat diperkirakan serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan, adalah masalah yang sampai saat ini belum teratasi. Namun demikian usaha-usaha untuk mendeteksi dini dapat dilakukan dengan baik dengan mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan. Selain itu, kemajuan dalam deteksi dini yang dilengkapi dengan kemajuan terapi, baik teknik operasi, radiasi, terapi hormonal serta kemoterapi, yang didasarkan pada ketepatan penentuan stadium dan pengenalan sifat-sifat biologis kanker, semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini. 2.2 Embriologi payudara  Mammae sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke- 6 masa embrio berupa penebalan ektoderm sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguina l. Pada manusia, golongan primate gajah dan ikan du yung, dua pertiga kaudal dari garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang menjadi cikal bakal payudara. Beberapa hari setelah lahir pada bayi dapat terjadi pembesaran mammae unilateral/bilateral diikuti

Upload: blinkbumbum

Post on 04-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 1/36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di

dunia. Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000

wanita meninggal karena kanker payudara dan dari angka itu, 69%

kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2009, diperkirakan

192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae didiagnosis di

amerika serikat dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae insitu.1

Data di

Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah

kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru

kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium

lanjut.2,3,4

Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit

yang tidak dapat diperkirakan serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan,

adalah masalah yang sampai saat ini belum teratasi. Namun demikian

usaha-usaha untuk mendeteksi dini dapat dilakukan dengan baik dengan

mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan. Selain itu, kemajuan

dalam deteksi dini yang dilengkapi dengan kemajuan terapi, baik teknik 

operasi, radiasi, terapi hormonal serta kemoterapi, yang didasarkan pada

ketepatan penentuan stadium dan pengenalan sifat-sifat biologis kanker,

semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini.

2.2 Embriologi payudara 

Mammae sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke-

6 masa embrio berupa penebalan ektoderm sepanjang garis yang disebut

garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal. Pada

manusia, golongan primate gajah dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari

garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang

berkembang menjadi cikal bakal payudara. Beberapa hari setelah lahir

pada bayi dapat terjadi pembesaran mammae unilateral/bilateral diikuti

Page 2: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 2/36

dengan sekresi cairan keruh (mastitis neonatorum). Hal ini disebabkan

oleh berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya asinus (buah anggur)

serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh

tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Namun, setelah

lahir kadar hormon menurun sehingga merangsang hipofisis memproduksi

 prolaktin (hormon yang menimbulkan perubahan mammae).5 

2.3 Anatomi Payudara

Payudara dewasa normalnya terletak di hemithoraks kanan dan kiri

dengan dasarnya terletak dari kira-kira iga kedua sampai iga keenam.

Bagian medial payudara mencapai pinggir sternum dan di lateral sejajar

garis aksilaris anterior. Payudara meluas ke atas melalui suatu ekor aksila

berbentuk piramid. Payudara terletak di atas lapisan fascia otot pektoralis

mayor pada dua pertiga superomedial dan otot seratus anterior pada

sepertiga lateral bawah. Pada 15% kasus jaringan payudara meluas ke

bawah garis tepi iga dan 2% melewati pinggir anterior otot latissimus

dorsi.4

Payudara yang asimetris sering dijumpai diantara wanita normal

dan penderita tidak begitu menyadarinya atau mungkin menerimanya

sebagai variasi normal. Setengah wanita mempunyai perbedaan volume

10% antara payudara kiri dan kanan dan seperempatnya dengan perbedaan

20%. Payudara kiri selalu lebih besar dibanding yang sebelah kanan.4 

Payudara terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial,

 jaringan lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening serta otot

dan fascia. Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus.

Masing  –  masing lobus dialiri oleh sistem duktus dari sinus laktiferous

(bila distensi mempunyai diameter 5  –  8 mm) terbuka pada nipel, dan

masing-masing sinus menerima suatu duktus lobulus dengan diameter 2

mm atau kurang. Di dalam lobus terdapat 40 atau lebih lobulus. Satu

lobulus mempunyai diameter 2 – 3 mm dan dapat terlihat dengan mata

telanjang. Masing-masing lobulus mengandung 10 sampai 100 alveoli

Page 3: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 3/36

 

10 

(acini) yang merupakan unit dasar sekretori. Payudara dibungkus

oleh fascia pektoralis superfisialis yang bagian anterior dan posteriornya

dihubungkan oleh ligamentum Cooper sebagai penyangga.2,4,6

A Ductus

B Lobulus

C Sinus lactiferous

D Puting susu (nipple)

E Jaringan lemak 

F Otot pectoralis mayor

G Tulang Iga

Pembesaran: 

A sel normal

B membrane basal

C lumen (saluran tengah)

Page 4: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 4/36

 

11 

Vaskularisasi Payudara2,4,5

a.  Arteri

Payudara mendapat perdarahan dari:

1.  Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna yang

memperdarahi tepi medial glandula mammae

2.  Rami pektoralis a. thorakoakromialis yang memperdarahi glandula

mammae bagian dalam (deep surface)

3.  A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) yang memperdarahi

bagian lateral payudara

Pembuluh darah lain yang juga penting artinya meskipun tidak 

memperdarahi glandula mammae adalah a. thorakodorsalis. Pada

tindakan radikal mastektomi perdarahan yang terjadi akibat putusnya

arteri ini sulit dikontrol sehingga daerah ini dinamakan “the bloody

angle”. 

b.  Vena

Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena yaitu:

1.  Cabang cabang perforantes v. mammaria interna

2.  Cabang-cabang v. aksilaris

a.  v. thorako-akromialis

b.  v. thorako-dorsalis

c.  v. thorako lateralis

3.  Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis

Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis kemudian bermuara

pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi

di paru).

Persarafan Payudara2,4,5

Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n.

interkostalis sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh

sistem simpatis. Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal

dari nervus supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral nervus

interkostal torasik (3 – 4 ). Bagian medial payudara dipersarafi oleh cabang

Page 5: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 5/36

 

12 

anterior nervus interkostal torasik. Kuadran lateral atas payudara

dipersarafi terutama oleh nervus interkostobrakialis ( C8 dan T1 ) (Hughes

dkk, 2000).

Pada mastektomi dengan diseksi aksila n. interkostobrakialis dan n.

kutaneus brakius madialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan

bagian medial lengan atas sedapat mungkin dipertahankan agar tidak 

terjadi mati rasa di daerah tersebut.

Sistem Limfatik Payudara2,4,6

a.  Pembuluh getah bening

1.  Pembuluh getah bening aksila

2.  Pembuluh getah bening mamaria intena

3.  Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah

payudara

b.  Kelenjar getah bening aksila

Terdapat beberapa grup kelenjar getah bening aksila:

1.  Kelenjar getah bening mammaria eksterna

Grup ini dibagi dalam dua kelompok:

i.  Kelompok superior setinggi interkostal II-III

ii. Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI

2.  Kelenjar getah bening skapula

3.  Kelenjar getah bening sentral (central nodes)

Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan

terbanyak jumlahnya, terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak.

Beberapa di antaranya terletak sangat superfisial di bawah kulit dan fascia

kira-kira pada pertengahan lipat ketiak sehingga relatif paling mudah

diraba.

1.  Kelenjar getah bening interpektoral ( Rotter’s nodes)

2.  Kelenjar getah bening v. aksilaris

3.  Kelenjar getah bening subklavikula

4.  Kelenjar getah bening prepektoral

Page 6: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 6/36

 

13 

5.  Kelenjar getah bening mammaria eksterna

Metastasis Kanker Payudara1,3

Metastasis kanker payudara dapat terjadi melalui dua jalan:

a.  Metastasis melalui sistem vena

Melalui sistem vena kanker payudara dapat bermetastasis ke paru-

paru, vertebra, dan organ-organ lain. V. mammaria interna merupakan

 jalan utama metastasis kanker payudara ke paru-paru melalui sistem

vena sedangkan metastasis ke vertebra terjadi melalui vena-vena kecil

yang bermuara ke v.interkostalis yang selanjutnya bermuara ke dalam

v. vertebralis.

b.  Metastasis melalui sistem limfe

Metastasis melalui sistem limfe pertama kali akan mengenai KGB

regional terutama KGB aksila. KGB sentral (central nodes)

merupakan KGB aksila yang paling sering (90%) terkena metastasis

sedangkan KGB mammaria eksterna adalah yang paling jarang

terkena. Kanker payudara juga dapat bermetastasis ke KGB aksila

kontralateral tapi jalannya masih belum jelas, diduga melalui deep

Page 7: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 7/36

 

14 

lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral melalui

kolateral limfatik. Jalur ini menjelaskan mengapa bisa terjadi

metastasis ke kelenjar aksila kontralateral tanpa metastasis ke

payudara kontralateral.

Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung

maupun tidak langsung. Penyebaran langsung yaitu melalui kelenjar

subklavikula tanpa melalui sentinel nodes. Penyebaran tidak langsung

melalui sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik 

terminus yang menyebabkan stasis aliran limfe sehingga terjadi aliran

balik menuju ke KGB supraklavikula. Metastasis ke hepar selain

melalui sistem vena dapat juga terjadi melalui sistem limfe. Keadaan

ini dapat terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian

bawah payudara dan terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial.

Selanjutnya terjadi stasis aliran limfe yang berakibat adanya aliran

balik limfe ke hepar.

2.4 Etiologi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau

beberapa gen. Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang

paling berpengaruh disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang

lainnya adalah gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2

yang terletak pada kromosom 13. Gen keempat yang juga terlibat adalah

gen reseptor androgen pada kromosom Y. Mutasi gen ini berhubungan

dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi kanker payudara masih

belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang paling diyakini

sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa

berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase dan

malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga

diduga sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada manusia.6,8

Page 8: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 8/36

 

15 

2.5 Faktor Resiko Kanker Payudara

Saat ini, penyebab pasti kanker payudara belum diketahui secara

pasti, namun berbagai penelitian dan pengumpulan bukti-bukti

epidemiologi telah dilakukan untuk mencari tahu faktor-faktor yang

meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Berbagai faktor itu antara

lain :

a.  Usia

Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun

tapi insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun

(30,35%). Setelah usia 50 tahun frekuensinya tetap meningkat tapi

perlahan. Perbedaan insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan

sebagai efek dari hormon ovarium pada perkembangan penyakit.2,3,4

Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker payudara yang invasif 

ditemukan pada wanita yang lebih muda dari usia 45 tahun, sedangkan

2 hingga 3 kejadian ditemukan pada wanita berusia 55 tahun keatas.9

b.  Geografi

Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-

negara diseluruh dunia. Wanita asian-hispanic memiliki risiko kejadian

kanker payudara yang lebih rendah daripada wanita afican-american.

Angka kejadian kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali

lebih tinggi daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden

kanker payudara berbeda-beda. Misalnya di Israel, keturunan Jews

mempunyai risiko empat kali lebih tinggi daripada non-Jews dan di

Italia terdapat perbedaan angka kejadian sekitar dua kali lipat antara

daerah utara dan selatan. Variasi geografis ini lebih disebabkan oleh

faktor lingkungan daripada genetik karena penduduk yang bermigrasi

dari negara berisiko rendah ke negara berisiko tinggi mengalami

peningkatan frekuensi kanker payudara.2,7

c.  Jenis kelamin

Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan

dari pada laki-laki. Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel

Page 9: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 9/36

 

16 

pada payudara lebih sering terekspose oleh hormon-hormon estrogen

dan progesteron yang mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada

payudara.9

Angka kejadian kanker payudara pada laki-laki hanya 1 %.2

d.  Menstruasi

Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat

meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12

tahun mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari

menarche setelah usia 15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang

sekitar setengahnya jika menopause terjadi sebelum usia 45 tahun

dibandingkan jika menopause terjadi setelah usia 55 tahun.2,3,6

Hal ini

mungkin disebabkan karena eksposure hormon estrogen dan

progesterone yang berkepanjangan yang mempengaruhi pertumbuhan

sel-sel payudara.9 

e.  Reproduksi

Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker

payudara. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang

pertama kali melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai

risiko tiga hingga empat kali lebih besar dibandingkan perempuan yang

melahirkan anak pertamanya sebelum berusia 18 tahun. Wanita yang

mempunyai banyak anak (multipara) diasosiasikan dengan

berkurangnya risiko kanker payudara, tentunya setelah

memperhitungkan usia saat melahirkan anak pertama. Menyusui lebih

lama juga dianggap dapat menurunkan risiko kanker payudara.2,4,6

f.  Diet

Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia

menunjukkan bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam

perkembangan kanker payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan

bahwa tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat

meningkatkan risiko sedangkan tingginya konsumsi serat, sayur, buah,

vitamin dan  phytoestrogens dapat menurunkan risiko. Diet di negara-

negara Barat biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi

Page 10: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 10/36

 

17 

sedangkan di Asia dan negara yang belum berkembang dietnya lebih

banyak mengandung vitamin dan serat. Wanita-wanita dari negara

Barat mempunyai risiko terkena kanker payudara enam kali lebih

tinggi dibandingkan wanita-wanita Asia dan negara berkembang

lainnya. Risiko ini akan berubah jika penduduk dari negara berisiko

rendah migrasi ke negara berisiko tinggi dan mengadaptasi pola makan

di negara tersebut. Meskipun demikian pengaruh diet pada insiden

kanker payudara tampaknya terjadi pada usia muda seperti anak-anak 

dan remaja. Tidak ada data yang membuktikan bahwa perubahan pola

makan dari diet tinggi lemak ke diet rendah lemak pada usia

pertengahan dan tua dapat menurunkan risiko kanker payudara.2,4,6

g.  Ukuran tubuh

Ukuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan

dengan sendirinya dapat mempengaruhi risiko terkena kanker

payudara. Usia terjadinya menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran

tubuh dengan demikian gizi pada masa anak-anak akan mempengaruhi

pada usia berapa menarche terjadi. Tinggi badan yang lebih yang juga

ditentukan oleh keadaan nutrisi diteliti dapat sedikit meningkatkan

risiko kanker payudara terutama setelah menopause. Pada usia dewasa,

tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum

menopause sedangkan obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah

menopause. Lemak tubuh adalah situs konversi androstenedione 

menjadi oestradiol, satu-satunya sumber endogenik estrogen setelah

menopause, mungkin inilah yang memediasi efek berat badan terhadap

risiko kanker payudara pada wanita post-menopause.2,4,6

h.  Riwayat keluarga

Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker

payudara terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar

diwarisi secara familial berdasarkan analisis  pedigree. Dengan

demikian individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara

berisiko tinggi untuk terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini

Page 11: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 11/36

 

18 

dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang menderita kanker

payudara, sejak usia berapa mereka menderita kanker dan hubungan

mereka terhadap individu tersebut. Risiko kanker payudara meningkat

kira-kira dua kali pada anak perempuan yang ibunya menderita kanker

dan pada wanita yang saudara perempuannya menderita kanker.

Kanker familial ini cenderung terjadi pada usia lebih muda dan

bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar disebabkan oleh pewarisan

gen-gen yang mempredisposisi kanker payudara. Pada keluarga

berisiko tinggi, dengan empat atau lebih anggota keluarga terkena

kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi BRCA-1. Suatu

studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari 193 wanita

(6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun dan pada

15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada

anggota keluarga tingkat pertama ( first-degree relatives). Kanker

payudara familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada

organ lain seperti colon, ovarium dan uterus.2,4,6

i.  Hormon

Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan

sebelumnya menunjukkan peran hormon seks dalam perkembangan

kanker payudara. Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan

 jaringan payudara serta meningkatkan karsinogenesis payudara pada

hewan percobaan, namun bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia

masih merupakan konflik. Mungkin hal ini disebabkan oleh kesulitan

dalam pengukurannya. Sebuah studi populasi pada wanita

postmenopause yang berasal dari negara berisiko tinggi menunjukkan

level serum oestradiol rata-rata sekitar 20% lebih tinggi daripada

wanita-wanita yang berasal dari negara berisiko rendah. Studi case-

control lain menunjukkan wanita dengan kanker payudara mempunyai

level  progesterone yang lebih tinggi dari kelompok kontrol pada

analisis yang terbatas pada saat ovulasi. Prolactin adalah mitogen

dalam jaringan payudara dan merupakan hormon yang penting untuk 

Page 12: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 12/36

 

19 

perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan tapi perannya

pada kanker payudara manusia belum jelas. Meskipun demikian

terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa level prolaktin

dipengaruhi oleh sejumlah even yang juga mempengaruhi risiko kanker

payudara. Selain hormon seks endogen, hormon seks eksogen seperti

terapi pengganti hormon dan kontrasepsi oral juga dianggap

berpengaruh terhadap risiko kanker payudara. Terapi pengganti

hormon meningkatkan risiko kanker payudara pada orang-orang yang

baru atau sedang menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun).

Risiko meningkat sekitar 2% untuk setiap satu tahun penggunaan.

Kontrasepsi oral juga dikatakan dapat meningkatkan risiko bila

digunakan jangka panjang. Pada penelitian terbukti kontrasepsi oral

hanya sedikit meningkatkan risiko kanker payudara yaitu sebesar

1,24% pada orang yang sedang menggunakan dan sebesar 1,16% pada

orang yang telah berhenti menggunakan 1-4 tahun sebelumnya.2,4,6

 j. Radiasi

Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi

sebagai faktor penyebab kanker payudara. Dari penelitian epidemiologi

setelah ledakan bom atom atau penelitian pada orang setelah pajanan

sinar rontgen, perana sinar ionisai sebagai faktor penyebab pada

manusia lebih jelas.2

 

2.6 Diagnosis Kanker Payudara

a.  Anamnesis

Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita

secara lengkap dilanjutkan dengan keluhan utama. Keluhan utama

penderita dapat berupa: adanya benjolan pada payudara; rasa nyeri;

keluar cairan dari puting susu; retraksi puting susu; adanya ekzema di

sekitar areola; keluhan kulit berupa dimpling, venektasi, ulserasi atau

adanya  peau d’orange; adanya benjolan di ketiak; edema lengan dan

Page 13: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 13/36

 

20 

tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebrae, femur), rasa

penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat.2,3,6,8

Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% penderita dengan

kanker payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan

kanker cenderung soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat

digerakkan (nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang

keluar secara spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah tanda

kedua yang paling umum dari kanker payudara. Karakter nipple

discharge dapat membantu menegakkan diagnosis. Cairan seperti susu

menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh infeksi, dan

cairan multiwarna atau lengket menandakan ektasia duktus

(comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus, berdarah atau seperti

air mungkin menandakan papiloma (80%) atau karsinoma intraduktal

(20%).6 

Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus

menstruasi terhadap keluhan tumor; menstruasi pertama pada usia

berapa; bila sudah menopause, pada usia berapa; usia saat pertama kali

melahirkan anak; menyusui atau tidak; riwayat kanker payudara atau

kanker lainnya dalam keluarga; riwayat pemakaian obat-obat

hormonal; riwayat operasi tumor payudara atau tumor ginekologik; dan

riwayat radiasi di daerah dada. Faktor-faktor risiko ini perlu ditanyakan

agar dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan

mamografi pada penderita yang berisiko tinggi, dan bagi penderita agar

lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri.

Keluhan penderita di organ lain yang berhubungan dengan metastasis

perlu ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri

tulang, dan sakit kepala hebat. Tanda-tanda umum tentang nafsu

makan dan penurunan berat badan juga perlu ditanyakan.2,3

b.  Pemeriksaan Fisik 

Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa

 performance status penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh faktor

Page 14: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 14/36

 

21 

hormonal antara lain estrogen dan progesteron maka sebaiknya

pemeriksaan payudara dilakukan saat pengaruh hormon ini seminimal

mungkin, yaitu setelah lebih kurang satu minggu dari hari pertama

menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan

pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.

Teknik pemeriksaan2,4,10

Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka

1.  Posisi tegak (duduk)

Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa

berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada

inspeksi dilihat simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit

berupa  peau d’orange, kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan

nodul satelit; kelainan puting susu seperti retraksi, erosi, krusta dan

adanya discharge.

2.  Posisi berbaring

Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh

tersebar rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung

diganjal dengan bantal kecil terutama pada penderita yang

payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan mempergunakan

falang distal dan falang medial jari II, III dan IV yang dikerjakan

secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke

distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah

sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi

ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan

pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah

sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti

daripada dengan rabaan kuat karena rabaan halus akan dapat

membedakan kepadatan massa payudara.

Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan

kuadran payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial

Page 15: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 15/36

 

22 

bawah, dan daerah sentral), ukuran tumor (diameter terbesar),

konsistensi, permukaan, bentuk dan batas-batas tumor, jumlah

tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan sekitar payudara, kulit,

m.pektoralis dan dinding dada.

c.  Pemeriksaan kelenjar getah bening regional

1.  Aksila

Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa

aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih

banyak yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan

kanan penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu

kanan pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri

pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari eksterna di bagian

anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB subskapularis

di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB

apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan

ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau

ke jaringan sekitarnya.

2.  Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi

dengan cermat dan teliti.

Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah paru,

tulang, hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.

d.  Pemeriksaan Penunjang

1.  Mammografi

Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft 

tissue technic yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara.

Meskipun 15% kanker payudara tidak bisa divisualisasikan dengan

mammografi, 45% kanker payudara dapat dilihat pada mammografi

sebelum mereka dapat diraba. Adanya proses keganasan akan

memberikan tanda – tanda primer dan sekunder. Tanda primer

berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi, deposit

kalsium baik dalam pola mulberrry atau curvilinear, dan distorsi

Page 16: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 16/36

 

23 

duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa bertambahnya

vaskularisasi, adanya bridge of tumor  dan jaringan fibroglanduler

tidak teratur. Mammografi sangat baik digunakan untuk diagnosis

dini dan skrining, hanya saja untuk skrining harganya mahal

sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif yaitu untuk wanita-

wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas mammografi sekitar 75%

dan spesifisitasnya hampir 90%.6

Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi

padat atau kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle

biopsy. Mammografi dan USG payudara dilakukan pada tumor

yang berukuran < 3cm.

Pemeriksaan termografi ditemukan oleh Lawson tahun

1956. Dengan menggunakan sinar infra merah pemeriksaan ini

memanfaatkan perbedaan suhu di mana suhu kanker payudara lebih

tinggi dibanding jaringan sekitarnya.

Xerografi merupakan pemeriksaan yang menggunakan

sistem pencitraan foto elektrik. Ketepatannya mencapai 95,3%

dengan false positive ± 5%.

Scintimamografi merupakan teknik pemeriksaan radionuklir

menggunakan radioisotop Tc 99m. Sensitifitasnya dalam menilai

aktifitas sel kanker payudara cukup tinggi. Pemeriksaan ini juga

dapat mendeteksi lesi yang multipel dan adanya keterlibatan KGB

regional.

2.  Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard )

Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk 

menegakkan diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan

dapat diambil melalui biopsi eksisional (untuk ukuran tumor <

3cm) atau biopsi insisional (untuk tumor operabel dengan ukuran >

3cm sebelum operasi definitif dan untuk tumor yang inoperabel)

yang kemudian diperiksa potong beku atau PA. Untuk biopsi

kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada mammografi

Page 17: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 17/36

 

24 

dapat dilakukan ultrasound  atau stereotactic core biopsy yaitu

pungsi dengan jarum besar yang akan menghasilkan suatu silinder

 jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik 

biokimia.2,3,6

3.  Pemeriksaan sitologi

Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB ( fine

needle aspiration biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis

keganasan dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara pengambilan

dan diekspertise oleh ahlinya.2,3

4.  Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan

sesuai dengan perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan

liver function tests untuk metastasis ke hepar atau kadar kalsium

dan fosfor untuk metastase tulang.2,3,6

5.  Pemeriksaan metastase jauh

Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning 

dan/atau bone survey, USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk 

mencari metastasis jauh. Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh

PERABOI adalah foto thoraks dan USG abdomen sedangkan bone

scanning dan/atau bone survey (bila sitologi dan/atau klinis sangat

mencurigakan pada lesi > 5cm)  dan CT scan dilakukan atas

indikasi.

Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen

memperlihatkan gambaran coin lesion yang multipel dengan

ukuran yang bermacam-macam. Metastasis dapat pula mengenai

pleura yang akan menimbulkan efusi pleura. Metastasis ke tulang

vertebra akan terlihat pada foto rontgen sebagai gambaran

osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.2,3

6.  Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker ) dan imunohistokimia

Pemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin

berguna untuk memantau respon terhadap terapi pada penyakit

Page 18: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 18/36

 

25 

yang sudah lanjut. Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR, c-

erb-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.6

2.7 Klasifikasi Kanker Payudara

a.  Sistem TNM2

Tumor primer (T)

Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 : Tidak terdapat tumor primer

Tis : Karsinoma insitu

  Tis (DCIS) : karsinoma in situ hanya ductal

  Tis (LCIS) : karsinoma in situ hanya lobular

  Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor

(Catatan: Paget penyakit yang terkait dengan tumor

diklasifikasikan menurut ukuran tumor

T1 : Tumor ≤ 2cm

  T1a : Tumor ≤ 0,5 cm.

  T1b : Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm.

  T1c : Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm.

T2 : Tumor > 2cm dan < 5cm.

T3 : Tumor > 5cm

T4 : Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding

dada atau kulit.

  T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis

  T4b : Edema (termasuk  peau d’orange) atau ulserasi kulit

payudara, atau satelit nodul pada kulit.

  T4c : Gabungan T4a dan T4b

  T4d : Karsinoma inflamasi (mastitis karsinomatosa)

Kelenjar getah bening regional/Nodul (N)

Nx : KGB regional tidak bisa dinilai

N0 : Tidak terdapat metastase KGB regional.

Page 19: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 19/36

 

26 

N1 : Dijumpai metastase KGB aksila ipsilateral yang mobile.

N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral terfiksasi, berkonglomerasi, atau

secara klinis ada pembesaran KGB mamari interna ipsilateral

tanpa adanya metastase ke KGB aksila.

  N2a :Teraba KGB aksila yang terfiksasi atau

berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain.

  N2b : Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB

mamari interna ipsilateral dan tidak terdapat

metastase pada KGB aksila.

N3 : Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau

tanpa keterlibatan KGB aksila atau klinis terdapat metastase

pada KGB mamaria interna ipsilateral dan secara klinis

terbukti adanya metastase pada KGB aksila atau adanya

metastase pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau

tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna .

  N3a :Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral

  N3b :Metastase pada KGB mamaria interna

ipsilateral dan KGB aksila

  N3c : Metastase pada KGB supraklavikula

Metastase jauh (M)

Mx : Metastase jauh belum dapat dinilai

M0 : Tidak terapat metastase jauh.

M1 : Dijumpai metastase jauh

Stadium klinis

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium II A T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stadium II B T2 N1 M0

T3 N0 M0

Page 20: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 20/36

 

27 

Stadium III A T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

Stadium III B T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

Stadium III C Semua T N3 M0

Stadium IV Semua T Semua N M1

b.  Histopatologi

Kanker payudara mempunyai beberapa tipe histologi

khusus yang turut mempengaruhi prognosis, meskipun stadium

klinis lebih berpengaruh. Pada stadium I tanpa keterlibatan KGB

regional 5-year survival rate sekitar 80% untuk karsinoma duktal

invasif dan sekitar 90-95% untuk karsinoma lobular, koloid dan

comedocarcinoma.2 

 Malignant (carcinoma)

1.   Non invasive carcinoma

a.   Non invasive ductal carcinoma

b.   Lobular carcinoma in situ

2.   Invasive carcinoma

a.   Invasive ductal carcinoma

-   papillobular carcinoma

-  solid-tubular carcinoma

-  schirrous carcinoma

b.  Special types

-  mucinous carcinoma

-  medullary carcinoma

-  invasive lobular carcinoma

Page 21: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 21/36

 

28 

-  adenoid cystic carcinoma

-  squamous cell carcinoma

-  spindel cell carcinoma

-  apocrine carcinoma

-  carcinoma with cartilaginous and or osseous metaplasia

-  tubular carcinoma

-  secretory carcinoma

-  others

c.   Paget’s disease 

Tipe Histopatologi

•   In situ Paget’s disease 

•   NOS (no otherwise specified)

•   Intraductal

•   Paget’s disease and intraductal  

•   Invasive carcinomas

•   NOS 

•   Ductal

•   Inflammatory

•   Medullary, NOS 

•   Medullary with lymphoid stroma

•   Mucinous

•  Papillary (predominantly micropapillary pattern)

•  Tubular 

•   Lobular 

•   Paget’s disease and infiltrating  

•  Undifferentiated 

•  Squamous cell

•   Adenoid cystic

•  Secretory

•  Cribriform

Page 22: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 22/36

 

29 

Gradasi histologis (G)

Gx : grading tidak dapat dinilai

GI : low grade 

G2 : intermediate grade 

G3 : high grade 

Kanker payudara sedikit lebih sering mengenai payudara kiri daripada

kanan. Sekitar 4% tumor dalam bilateral atau tumor sekuensial di payudara

yang sama. Lokasi tumor pada payudara pada kuadran luar atas 50%,

bagian sentral 20%, kuadran luar bawah, 10%, kuadran dalam atas 10%,

dan kuadran dalam bawah 10%.

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus

membrane basal (noninvasif) dan kanker yang sudah invasif. Bentuk utama

dari karsinoma payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :2,6,13

o  Noninvasif 

  Karsinoma duktus insitu (DCIS) (78%)

Pola arsitekturnya antara lain tipe solid, kribriformis, papilaris,

mikropapilaris, dan clinging. Di setiap tipe mungkin ditemukan

nekrosis. Secara mikroskopik tampak proliferasi anaplastik epitel

duktus yang dapat memenuhi dan menyumbat duktus. Gambaran

nucleus bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik hingga derajat

tinggi dan heterogen. Subtipe komedo ditandai dengan sel dengan

nucleus derajat tinggi dan nekrosis sentral yang luas. DCIS sering

disertai kalsifikasi karena bahan sekretorik atau debris nekrotik yang

mengalami kalsifikasi. DCIS jarang bermanifestasi sebagai massa

yang dapat diraba atau terlihat secara radiografis. Tetapi jika terlambat

di deteksi mungkin akan terbentuk masa yang dapat diraba atau

discharge pada putting payudara. Paling sedikit sepertiga perempuan

dengan DCIS derajat rendah yang kecil dan belum diobati akhirnya

akan mengalami karsinoma invasif. Biasanya terdapat di payudara dan

kuadran yang sama.

Page 23: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 23/36

 

30 

  Karsinoma lobules insitu (LCIS) (9%)

Sel bersifat monomorf dengan nucleus polos bundar dan terdapat

dalam kelompok kohesif di duktus dan lobules. Secara histologi

menunjukkan gambaran sel-sel anaplastik yang semuanya terletak di

dalam lobulus-lobulus. Sering ditemukan sel vakuol musin intrasel (sel

cincin stampel). Tumor ini jarang membentuk metastasis dan tidak 

membentuk massa sehingga jarang mengalami kalsifikasi. LCIS

memiliki kemungkinan yang sama untuk timbul di kedua belah

payudara. LCIS merupakan penanda peningkatan resiko timbulnya

kanker di kedua payudara dan precursor langsung bagi sejumlah

kanker karena sekitar sepertiga kanker ini akan berupa tipe lobular.

o  Invasif (infiltratif)

Semua kanker invasif memiliki gambaran umum seperti fiksasi

lesi akibat dari kecendrungan untuk melekat ke otot pektoralis atau

fasia dalam dinding dada, retraksi, cekungan kulit atau putting

payudara akibat dari perlekatan ke kulit di atasnya, limfedenema

akibat keterlibatan jalur limfatik, serta gambaran  peau d’orange 

sebagai akibat dari penebalan kulit di sekitar folikel rambut.

  Karsinoma duktus invasif /  Scirrhous carcinoma  (“Not otherwise

specified”/NOS/ tidak dirinci lebih lanjut) (70-80%)

Sebagian besar karsinoma duktus menimbulkan respon desmoplastik,

yang menggantikan lemak payudara normal (menghasilkan densitas

pada mamografi) dan membentuk massa yang teraba keras. Gambaran

mikroskopik cukup heterogen, berkisar dari tumor dengan

pembentukan tubulus yang sempurna serta nucleus derajat rendah

hingga tumor yang terdiri atas lembran-lembaran sel anaplastik. Tepi

tumor biasanya ireguler, tetapi kadang menekan dan sirkumskripta.

Mungkin ditemukan invasi ke rongga limfovaskuler atau di sepanjang

saraf. Kanker tahap lanjut dapat menyebabkakn kulit cekung

Page 24: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 24/36

 

31 

(dimpling), retraksi puting payudara, atau fiksasi ke dinding dada.

Sekitar dua pertiga tumor mengekspresikan reseptor estrogen dan

progestagen, dan sekitar sepertiga mengekspresikan secara berlebihan

ERBB2 (HER2/NEU).

  Karsinoma lobules invasif (10-20%)

Sel tumor mirip dengan sel pada LCIS. Sel-sel secara sendiri

menginvasi stroma dan sering membentuk rangkaian. Kadang-kadang

sel tesebut mengelilingi asinus atau tampak normal dan karsinomatosa,

menciptakan apa yang disebut mata sapi (bull’s eye). Meskipun tumor

bermanifestasi sebagai massa tumor yang dapat diraba atau densitas

pada mamografi, sebagian mungkin memiliki pola invasi difuse tanpa

respon desmoplastik serta secara klinis tersamar. Karsinoma lobules

lebih sering bermetastasis ke cairan serebrospinal, permukaan serosa,

ovarium dan uterus, serta sumsum tulang dibandingkan dengan

karsinoma duktus. Tumor ini lebih sering bersifat multisentrik dan

bilateral (10-20%). Hampir semua tumor ini mengekspresikan reseptor

hormone sedangkan ekspresi ERBB2 jarang atau tidak terjadi.

  Karsinoma medularis (2%)

Kanker ini terdiri dari lembaran besar sel anaplastik dengan tepi

berbatas tegas. Secara klinis, jenis tumor ini mirip dengan

fibroadenoma, selalu terdapat infiltrat limfoplasmasitik yang

mencolok. Gambaran histologi menunjukkan stroma yang sedikit dan

penuh berisi kelompok sel yang belum berdifferensiasi, tidak teratur

dan tidak jelas membentuk kelenjar atau pertumbuhan kapiler.

Terdapat banyak sebukan limfosit yang menjolok pada stroma di dalam

tumor. Karsinoma meduler meningkat pada perempuan dengan mutasi

BRCA1 meskipun sebagian besar perempuan dengan karsinoma

meduler bukan pembawa sifat ini. Karsinoma ini tidak memiliki

reseptor hormon dan tidak mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan.

Page 25: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 25/36

 

32 

  Karsinoma koloid (karsinoma musinosa) (3%)

Sel tumor banyak menghasilkan musin ekstrasel yang merembes ke

dalam stroma di sekitarnya. Tumor ini bermanifestasi mirip dengan

karsinoma medularis dan fibroadenoma. Secara makroskopis, tumor

biasanya lunak dan gelatinosa. Sebagian mengekspresikan hormon dan

beberapa mungkin mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan.

  Karsinoma tubulus (10%)

Bermanifestasi sebagai tumor yang jarang dapat diraba, tetapi

merupakan penyebab 10% karsinoma invasif yang berukuran kuran

dari 1cm. Pada mamografi, tumor akan tampak sebagai densitas

ireguler. Secara mikroskopis, terdiri dari tubulus yang berdiferensiasi

baik dengan nucleus derajat rendah. Jarang terjadi metastasis ke KGB

dengan prognosis baik. Hampir semua karsinoma tubulus

mengekspresikan reseptor hormon, dan sangat jarang menekspresikan

ERBB2 secara berlebihan.

  Karsinoma inflamasi (1%)

Didefinisikan berdasarkan gambaran klinis berupa payudara yang

membesar, bengkak, dan eritematosa, biasanya tanpa teraba adanya

massa. Karsinoma menginvasi secara difus parenkim payudara

sehingga menyebabkan tersumbatnya saluran limfe dermis. Sebagian

besar tumor ini telah bermetastasis jauh dan prognosis sangat buru.

  Penyakit Paget

Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama

yang menyebar ke kulit puting susu dan areola, sehingga terjadi

kelainan menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil dan

areola. Penyakit ini akibat perluasan DCIS ke duktus laktiferosa dan

ke dalam kulit putting susu didekatnya. Sel ganas merusak sawar

epidermis normal, sehingga cairan ektrasel dapat dikeluarkan ke

permukaan. Gambaran klinis biasanya berupa eksudat berkeropeng

unilateral di atas putting dan kulit areola.

Page 26: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 26/36

 

33 

Jika tidak ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini

termasuk karsinoma insitu, tapi jika ada massa tumor termasuk 

karsinoma duktal invasif. Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia

lebih tua dari penderita kanker payudara umumnya dan bersifat

unilateral. Tanda khas adalah adanya penyebukan epidermis oleh sel

ganas yang disebut sel paget. (Mangunkusumo, 1992, Harris, 1993).

2.8 Diagnosis Banding Tumor Payudara2

a.  Fibroadenoma

Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan

golongan terbesar dari tumor payudara yaitu 45,28%-50% di RS Dr.

Soetomo (Sukardja). Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara klinis

diketahui sebagai tumor di payudara dengan konsistensi padat kenyal,

dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan

berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada

kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada usia muda yaitu

15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau multipel (15%). Sebagai

tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh, pengobatannya

cukup dengan eksisi tumornya.

b.  Penyakit fibrokistik 

Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral,

disertai rasa nyeri terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah,

terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan akan mengecil

serta nyeri berkurang setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD

dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini umumnya

tidak berbatas tegas kecuali kista soliter. Konsistensinya padat kenyal,

dapat pula kistik. Jenis yang padat kadang-kadang sukar dibedakan

dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa

massa tumor yang nyata hingga jaringan payudara teraba padat,

permukaan granular. Pengobatan FCD umumnya adalah

medikamentosa simptomatis. Namun apabila medikamentosa tidak 

Page 27: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 27/36

 

34 

menghilangkan keluhan nyerinya dan ditemukan pada usia pertengahan

sampai tua diperlukan terapi operatif.

c.  Cystosarcoma philloides

Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM

yang besar. Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas

tegas, ukuran bisa mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat

kenyal tapi ada bagian yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak 

ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan

tampak venektasi. Cystosarcoma philloides tidak bermetastase karena

ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%) ditemukan dalam

bentuk ganas yang disebut malignant cystosarcoma philloides. 

Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk mencegah residif.

Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat dipertimbangkan untuk 

mastekstomi subkutan.

d.  Galactocele

Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru

melainkan suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya

duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa

laktasi. Tumor ini berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air

susu yang mengental.

e.  Mastitis

Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang

biasanya terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan

tanda-tanda radang dan sering sudah menjadi abses.

2.9 Terapi Kanker Payudara

a.  Modalitas terapi

Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa

dipilih :

Page 28: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 28/36

 

35 

1.  Operasi2,3,,7

 

Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS

(breast conserving surgery), simple mastectomy, modified radical

mastectomy, dan radical mastectomy. Di antara beberapa jenis

operasi tersebut metode yang paling tua adalah mastektomi radikal

klasik dari Halsted. Pada mastektomi radikal dilakukan

pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya,

m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak 

sekaligus. Pembedahan ini merupakan standar baku sejak awal

abad ke-20 hingga tahun 50-an namun sekarang sudah jarang

dilakukan kecuali bila ada tumor payudara yang sangat besar dan

melekat ke otot pektoralis.

Setelah tahun 60-an mastektomi radikal mulai digantikan

oleh mastektomi radikal yang telah dimodifikasi oleh Patey. Pada

mastektomi radikal modifikasi ini m.pektoralis mayor

dipertahankan sehingga suplai persarafannya tidak terganggu dan

efek kosmetik pada dinding dada yang terjadi bila dilakukan

mastektomi radikal dapat dikurangi. M.pektoralis minor dapat pula

dipertahankan, atau diangkat, atau diretraksi untuk mendapatkan

akses ke aksila. Bukti-bukti menunjukkan tidak ada perbedaan pada

tingkat rekurensi lokal dan survival antara mastektomi radikal dan

mastektomi radikal modifikasi.

Pada mastektomi simpel dilakukan pengangkatan payudara

saja tanpa mengangkat limfonodus atau otot. Pembesaran KGB

aksila dirawat dengan radioterapi. Metode ini dipopulerkan oleh

MacWhirter di Inggris. Bila dilakukan pengangkatan payudara

pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi mammae dengan

implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Rekonstruksi

ini dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa

waktu setelah radioterapi atau kemoterapi adjuvan. Bila hal ini

tidak dapat dilakukan usahakan prostesis eksterna.

Page 29: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 29/36

 

36 

Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan

mempertahankan payudara yang disebut dengan breast conserving

surgery (BCS). BCS merupakan satu paket yang terdiri dari tiga

tindakan yaitu pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau

tumorektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi) ditambah

diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada sisa payudara tersebut.

Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di

payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor

lain (karsinoma multisentrik). BCS secara kosmetik lebih baik dari

mastektomi bahkan yang telah direkonstruksi sekalipun. Tapi

diseksi aksila disini lebih sulit dikerjakan karena otot-otot pektoral

tetap intact dan jaringan payudara masih ada sehingga pembukaan

lapangan operasi aksila terhambat.

Indikasi BCS:

  T: 3 cm (stadium I atau II)

  Penderita ingin mempertahankan payudaranya

Syarat BCS:

  Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent  

  Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan

  Tumor terletak tidak sentral

  Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik 

untuk kosmetik pasca BCS

  Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda

keganasan lain yang difus (luas)

  Tumor tidak multipel

  Belum pernah terapi radiasi di dada

  Tidak menderita SLE atau penyakit kolagen

  Terdapat sarana radioterapi yang memadai (megavolt)

Page 30: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 30/36

 

37 

2.  Radiasi2,3,6,7

 

Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai

terapi primer, adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal

tidak begitu efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat.

Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu

terbatas bila tumor sudah tidak operabel.

Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan

sebagai berikut:

  Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)

  Tepi sayatan dekat (T ≥ T2) atau tidak bebas tumor  

  Tumor sentral atau medial

  KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler

Acuan pemberian radioterapi:

  Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan

aksila beserta supraklavikula) kecuali:

-  pada keadaan T ≤ T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak 

dilakukan radiasi pada KGB aksila supraklavikula

- pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan

radiasi pada mammaria interna

  Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan

sebagai berikut:

- pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy

(misalnya tepi sayatan dekat tumor atau post BCS)

- pada yang terdapat massa tumor atau residu post op

(mikroskopik atau makroskopik) maka diberikan booster

dengan dosis 20 Gy kecuali untuk aksila 15 Gy

3.  Kemoterapi2,3,6,7

 

Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang

dapat digunakan sebagai terapi adjuvan atau paliatif. Kemoterapi

adjuvan dapat diberikan pada penderita pascamastektomi yang

pada pemeriksaan histopatologik ditemukan metastasis di sebuah

Page 31: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 31/36

 

38 

atau beberapa kelenjar. Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum

pembedahan pada kanker payudara yang besar namun masih

operabel pada stadium lokal lanjut. Berdasarkan penelitian

kemoterapi yang disebut kemoterapi neo adjuvan ini dapat

mengecilkan ukuran tumor sehingga memudahkan pembedahan.

Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada penderita yang telah

menderita metastasis sistemik. Obat kemoterapi diberikan dalam

bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC. Kemoterapi

adjuvan diberikan sebanyak 6 siklus, paliatif 12 siklus dan

neoadjuvan 3 siklus praterapi primer ditambah 3 siklus pascaterapi

primer.

4.  Hormonal2,3,6,7

 

Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa

30-40% kanker payudara adalah hormon dependen. Terapi ini

semakin berkembang dengan ditemukannya reseptor estrogen dan

progesteron. Kanker payudara dengan reseptor estrogen dan

progesteron yang merespons positif terapi hormonal mencapai

77%. Terapi hormonal merupakan terapi utama stadium IV di

samping kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi

sistemik. Terapi hormonal biasanya diberikan sebelum kemoterapi

karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya lebih

sedikit.

Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor

(estrogen receptor/ER positif atau progesteron receptor/PR positif)

dan dipertimbangkan status hormonal penderita (premenopause, 1-

5 tahun menopause, dan pascamenopause). Setelah itu dapat

ditentukan apakah terapi hormonal akan diberikan secara additif 

atau ablatif. Terapi additif berupa pemberian obat-obatan

(antiestrogen, aromatase inhibitor, megestrol acetate dan androgen

atau estrogen) dilakukan pada penderita pascamenopause. Yang

tergolong antiestrogen adalah tamoxifen citrate, toremifene, dan

Page 32: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 32/36

 

39 

raloxifene tapi raloxifene lebih banyak digunakan untuk 

pengobatan osteoporosis. Aromatase inhibitor seperti anastrozole

dan letrozole menghambat konversi androgen menjadi estrogen.

Terapi ablatif berupa ovarektomi bilateral, dilakukan bila tanpa

pemeriksaan reseptor, pada wanita premenopause dan wanita yang

sudah 1-5 tahun menopause dengan ER (+) dan pada penyakit yang

bersifat slow growing dan intermediate growing.

5.  Imunologik 

Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya

protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan

untuk penderita seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara

khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat

pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Penderita

sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan

terapi dengan trastuzumab.

b.  Pilihan terapi berdasarkan stadium 2 

Pada stadium I, II, dan III awal (stadium operabel) sifat

pengobatan adalah kuratif dengan pembedahan sebagai terapi primer,

terapi lainnya hanya bersifat adjuvan. Semakin cepat dilakukan

pembedahan semakin tinggi kurasinya. Sedangkan untuk stadium III

akhir dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif yaitu terutama untuk 

mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup.

1.  Kanker payudara stadium 0

Dilakukan BCS atau mastektomi simpel. Terapi definitif 

pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasinya

didasarkan pada hasil pemeriksaan imaging.

2.  Kanker payudara stadium dini/operabel

Dilakukan BCS (harus memenuhi syarat) atau mastektomi

radikal modifikasi atau mastektomi radikal dengan atau tanpa

terapi adjuvan. Terapi adjuvan diberikan berdasarkan ada atau

Page 33: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 33/36

 

40 

tidaknya metastase ke kelenjar getah bening aksila, reseptor

estrogen atau reseptor progesteron, dan usia premenopause atau

postmenopause atau usia tua.

Terapi adjuvan pada node negative (KGB histopatologi negatif)

Status menopause Reseptor hormonal Risiko tinggi

Premenopause ER (+) / PR (+)

ER (-) / PR (-)

Ke + Tam / Ov

Ke

Postmenopause ER (+) / PR (+)

ER (-) / PR (-)

Tam + Kemo

Ke

Usia tua ER (+) / PR (+)

ER (-) / PR (-)

Tam + Kemo

Ke

Terapi adjuvan pada node positive (KGB histopatologi positif)

Status menopause Reseptor hormonal Risiko tinggi

Premenopause ER (+) / PR (+)

ER (-) / PR (-)

Ke + Tam / Ov

Ke

Postmenopause ER (+) / PR (+)

ER (-) dan / PR (-)

Ke + Tam

Ke

Usia tua ER (+) / PR (+)

ER (-) dan PR (-)

Tam + Kemo

Ke

3.  Kanker payudara lokal lanjut/ locally advanced  

a.  Operable locally advanced  

Mastektomi simpel/MRM + radiasi kuratif + kemoterapi

adjuvant + terapi hormonal

b.  Inoperable locally advanced  

-  Radiasi kuratif + kemoterapi + terapi hormonal

-  Radiasi + operasi + kemoterapi + terapi hormonal

-  Kemoterapi neoadjuvan + operasi + kemoterapi + radiasi +

hormonal terapi

Page 34: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 34/36

 

41 

4.  Kanker payudara lanjut metastase jauh

Terapi primer pada stadium IV adalah terapi sistemik 

yaitu terapi hormonal dan kemoterapi. Terapi lokoregional seperti

radiasi dan pembedahan hanya dilakukan bila perlu. Radiasi

kadang diperlukan untuk paliasi pada daerah-daerah tulang

weight bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed  

yang berdarah, difus, dan berbau yang mengganggu sekitarnya.

2.10 Prognosis Kanker Payudara

Prognosis kanker payudara dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor

yaitu6:

a.  Stadium klinik 

Prognosis kanker payudara berdasarkan stadium klinik 

Stadium Klinik 5 tahun (%) 10 tahun (%)

0 > 90 90

I 80 65

II 60 45

IIIA 50 40

IIIB 35 20

IV 10 5

b.  Keterlibatan histologik KGB aksila

Prognosis kanker payudara berdasarkan keterlibatan histologik KGB aksila

KGB aksila 5 tahun (%) 10 tahun (%)

Tidak ada

1-3 KGB

> 3 KGB

80

65

30

65

40

15

Page 35: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 35/36

 

42 

c.  Ukuran tumor

Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor

Ukuran tumor (cm) 10 tahun (%)

< 1

3-4

5-7,5

80

55

45

d.  Histologi

Kanker yang poor differentiated , metaplasia dan grade tinggi

mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang

well differentiated.

e.  Reseptor hormon

Penderita dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai

waktu survival yang lebih lama dibandingkan penderita dengan

kanker yang bersifat ER negatif.

2.11 Screening dan Deteksi Awal Kanker Payudara

Kanker payudara tergolong dalam keganasan yang dapat

didiagnosis secara dini. American Cancer Society (ACS)

merekomendasikan usaha untuk melakukan diagnosis dini yaitu dengan2,9

:

a.  Periksa payudara sendiri (SADARI) atau breast-self examination 

Penelitian menunjukkan 85% dari kasus kanker payudara

diketahui atau ditemukan lebih dulu oleh penderita. Oleh karena itu

penting bagi wanita untuk mengetahui cara memeriksa payudara yang

benar agar bila ada suatu kelainan dapat diketahui segera. SADARI

sebaiknya mulai biasa dilakukan pada usia sekitar 20 tahun, minimal

sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7

hingga 10 hari dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk wanita

yang sudah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama

setiap bulan.

Page 36: Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

7/30/2019 Tinjauan Pustaka Case Ca Mamma

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-case-ca-mamma 36/36

 

b.  Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau clinical breast examination 

Pemeriksaan oleh dokter secara lege artis sebaiknya

dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita berusia 20-40 tahun dan setiap

tahun untuk wanita berusia lebih dari 40 tahun.

c.  Mammografi

Wanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali

baseline mammography. Wanita berusia 40-49 tahun sebaiknya

melakukan mammografi setiap 2 tahun dan wanita berusia lebih dari

50 tahun sebaiknya melakukan mammografi setiap tahun.