tingkat kepuasan nasabah usaha kecil terhadap pelayanan pembiayaan pada bank...
TRANSCRIPT
TINGKAT KEPUASAN NASABAH USAHA KECIL TERHADAP
PELAYANAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG
WARUNG BUNCIT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
ZAKWAN EFENDY
NIM : 203046101773
KONSENTRASI PERBANKAN
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H /2008 M
TINGKAT KEPUASAN NASABAH USAHA KECIL TERHADAP PELAYANAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG WARUNG BUNCIT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Zakwan Efendy
NIM : 203046101773
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Drs.Odjo Kusnara.N,M.Ag Ali Maududi AC,MA NIP : 150060388
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul TINGKAT KEPUASAN NASABAH USAHA KECIL
TERHADAP PELAYANAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH
MANDIRI (STUDI KASUS PADA BSM CABANG WARUNG BUNCIT) telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 9 September 2008. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta 9 September 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof.DR.H. Muhammasd Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof.DR.H.M.Amin Suma, SH, MA, MM (………………….)
150 210 422 2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag (………………….)
150 269 678 3. Pembimbing 1 : Drs. Odjo kusnara.N,M.Ag (…………………)
150 060 388 4. Pembimbing II : Ali Maududi AC, MA (…………………) 5. Penguji I : Dr.H. Abdurrahnan Dahlan, MA (..………………..) 150 234 496
6. Penguji II : Drs. Djawahir Hejazziey,SH,MA (………………..) 130 789 745
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji, serta syukur penulis panjatkan kepada yang haknya, Allah SWT.
Berkat qudrat dan iradatnya, taufiki, hidayah dan inayahnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda
besar Nabi Muhammad SAW, besertakeluarga, sahabat dan seluruh umat manusia
yang setia kepadanya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa banyak halangan dan rintangan yang penulis
rasakan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillah berkat pertolongan
Allah dan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu melalui tulisan ini
perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof.Dr.M.Amin Suma.SH. MA. MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum
2. Ibu Euis Amalia.MA dan Bapak Azharuddin Latief.MA, selaku Ketua dan
Skretaris Jurusan Muamalah
3. Pembimbing, Bapak Drs. Odjo Kusnara N,M.Ag dan Bapak Ali Maududi
AC,MA yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan serta keikhlasannya
membimbing penulis, banyak sekali masukan yan berharga bagi penulis dari
keduanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu serta pelayanan akademik
kepada penulis
5. Ibunda tercinta beserta keluarga. Terima kasih atas perjuangan, pengorbanan
kasih saying serta do’a restunya untuk nanda sehinggadapat menyelesaikan
studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT, semoga berkenan menerima
segala kebaikan dan ketulusan mereka, semoga mendapat balasan atas amal baik
mereka.
Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan kita. Amin.
Jakarta, 29 Mei 2008 M/1429 H
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islan Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hiodayatullah
Jakarta.
Jakarta, 29 Mei 2008
Zakwan Efendy
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
1
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah
4
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
5
D.Kajian Pustaka
6
E.Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan
7
F.Sistematika Penulisan
12
BAB II LANDASAN TEORI
A.Kepuasan Nasabah
1. Pengertian Nasabah
13
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah
14
3. Pengukuran Tingkat Kepuasan Nasabah
18
B.Usaha Kecil di Indonesia
1. Pengertian Usaha Kecil
22
2. Peranan Usaha Kecil Dalam Perekonomian
24
3. Masalah-masalah yang Dihadapi Usaha Kecil
25
C.Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
28
2. Macam-macam Pembiayaan
29
3. Prosedur Pembiayaan
36
D.Upaya-upaya Dalam Pengembangan Usaha Kecil
39
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG WARUNG BUNCIT
A.Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri
44
Cabang Warung Buncit
B.Visi dan Misi Bank Syariah Mansiri
46
Cabang Warung Buncit
C.Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
47
Cabang Warung Buncit
D.Macam-macam Produk Bank Syariah Mandiri
50
Cabang Warung Buncit
E.Strategi Bank Syariah Mandiri Dalam Mengembangkan Usaha
57
BAB IV TINGKAT KEPUASAN NASABAH USAHA KECIL
TERHADAP PELAYANAN PEMBIAYAA
A.Profil Responden Cabang Warung Buncit
59
B.Tingkat Kepuasan Nasabah Usaha Kecil Terhadap
65
Layanan Pembiayaan Berdasarkan Nilai Mean
C.Interpretasi Data Berdasarkan Nilai Mean
77
D.Analisa Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan
79
Pembiayaan Berdasarkan Standar Deviasiasi
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
82
B.Saran
83
DAFTAR PUSTAKA
84
LAMPIRAN
86
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4. 1 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin
59
2. Tabel 4. 2 Gambaran responden berdasarkan usia
60
3. Tabel 4. 3 Gambaran responden berdasarkan pendidikan terakhir
61
4. Tabel 4. 4 Gambaran responden berdasarkan agama
62
5. Tabel 4. 5 Gambaran responden berdasarkan motif untuk mengajukan
63
Pembiayaan di BSM cabang warung buncit
6. Tabel 4. 6 Gambaran responden berdasarkan opini terhadap bagi hasil
64
7. Tabel 4. 7 Kemudahan prosedur dalam memperoleh pembiayaan
65
8. Tabel 4. 8 Kecepatan pemberian pembiayaan
66
9. Tabel 4. 9 Kepuasan nasabah terhadap layanan pembiayaan
67
10. Tabel 4.10 Kepuasan terhadap tanggapan bank atas keluhan dari nasabah
68
11. Tabel 4.11 Kecepatan dalam merespon keluhan nasabah
69
12. Tabel 4.12 Kemampuan karyawan pembiayaan dalam menawarkan
70
produk di BSM cabang warung buncit
13. Tabel 4.13 Keramahan pegawai pembiayaan
71
14. Tabel 4.14 Prinsip mengenal nasabah
72
15. Tabel 4.15 Kenyamanan dari penataan ruangan
73
16. Tabel 4.16 Penampilan karyawan pembiayaan
74
17. Tabel 4.17 Fee atau admin yang dikenakan pada nasabah
75
18. Tabel 4.18 Bagi hasil dalam pembiayaan
76
19. Tabel 4.19 Interprestasi data berdasarkan nilai mean
77
20. Tabel 4.20 Analisa kepuasan nasabah berdasarkan standar deviasiasi
79
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga keuangan seperti perbankan, mempunyai peran yang penting bagi
aktifitas perekonomian. Peran strategis perbankan tersebut merupakan wahana yang
mampu menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan
efesien ke arah peningkatan tarap hidup rakyat.
Secara umum, fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of
development,dan agent of service.1
Fungsi bank sebagai agent of development, yaitu untuk memperlancar
kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.Ini berarti bahwa sektor dan moneter dan
sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling
mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik
apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik.Tugas bank sebagai penghimpun
dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di
sektor riil.2
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan kawasan lain sejak 1997 telah
menimbulkan dampak yang sangat luas terhadap dunia bisnis, terutama perbankan
nasional. Bank-bank nasional yang sempat menikmati pertumbuhan sangat pesat
sebelumnya.
Krisis mengalami berbagai tekanan tidak hanya terus berkembang dan
bersaing.. Membengka beban nonperforming loan telah mengakibatkan
kekhawatiran berbagai pihak akan keberlangsungan usaha bank-bank tersebut.
Kekhawatiran ini berkembang menjadi ketidak percayaan untuk mencoba sekedar
bertahan dan meyakini nasabah dan calon nasabah, dampaknya bank-bank
konvesional tersebut (dan juga pemerintah) kembali memainkan lagu lama yaitu
megutak-atik “suku bunga”. Ternyata hal ini malah memunculkan masalah besar
yaitu negative spread.3 Sehingga fungsi bank sebagai financial intermediary untuk
memperlancar kegiatan ekonomi menjadi tidak berfungsi karena banyak terjadi
kredit macet yang disebabkan dengan tingginya suku bunga.
Melihat hal tersebut, berbagai upaya diambil oleh pemerintah untuk
maemperbaiki sistem perbankan. Salah satunya dengan cara mendorong
perkembangan sistem perbankan syariah yang dinilai memiliki mekanisme yang
lebih tahan terhadap dampak krisis. Hal ini ditandai dengan diberlakukan Undang-
undang No.10 tahun 1998 yang didalamnya telah menyatakan dengan tegas
keberadaan sistem perbankan syariah disertai mekanisme operasionalnya.
Keberadaan perbankan syariah di Indonesia yang secara resmi telah diakui dengan
di sahkan undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang
No.7 tahun 1992, tentang perbankan. Pasal 1 ayat 3 menetapkan bahwa salah satu
bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Bank
Indonesia.4
Sebagai bagian dari industri perbankan nasional,bank syariah mandiri
ternyata merupakan salah satu dari sedikit bank-bank nasional yang mampu survive
ditengah krisis. Hal ini disebabkan bank syariah beroperasi berdasatkan sistem yang
totally different dengan sistem perbankan konvesional. Bank syariah tidak
beroperasi berdasarkan interest base banking system melainkan sharing system (
bagi hasil ).5
Kemudian kalau dilihat dari sektor riil, krisis ekonomi telah menghancurkan
para pengusaha besar yang secara teknis dan financial telah dikatagorikan
mengalami kebangkrutan atau pailit.. Sedangkan sektor yang relatif bertahan dalam
krisis justru pada kalangan sektor usaha kecil dan menengah, yang kurang
mendapat perhatian serius dari Bank-bank hingga sekarang. Bahkan hingga sekarang
masih banyak usaha kecil dan menengah yang mengalami kesulitan dalam
mendapatkan pembiayaan untuk lebih memajukan usahanya.
4 Y.Sri Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat,2000), h.109 5 Ira Prawirabisma dan Tunas Haryanto, Perbankan syariah dan persaingan pelayanan jasa perbankan (Jakarta: tpen , 2008), h.34
Krisis ekonomi yang terjadi sejak akhir tahun 1997 menunjukan bahwa bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah relatif dapat bertahan ditengah gejolak nilai
tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi, Kenyataan tersebut dapat dilihat oleh
karekteristik operasi bank syariah yang melarang bunga atau riba.Transaksi yang
bersifat tidak transparan dan spekulatif, kemudian melihat kondisi sektor riil,
dimana sektor usaha kecil dan menengah merupakan usaha yang relatif lebih bisa
bertahan pada saat krisis tapi kurang mendapat perhatiah, maka melihat kondisi ini
kedua sektor tersebur memiliki potensi yang baik apabila bank syariah dapat
berperan dalam memberdayakan sektor usaha kecil melalui berbagai produknya
sebagai fundamen perekonomian nasional yang berdaya tahan lama.
Akan tetapi apakah dengan kondisi yang demikian dalam prakteknya bank
syariah mampu berperan aktif dalam kaitannya terhadap pemberdayaan usaha kecil
dan menengah dalam pemberian pembiayaan dan alasannya? Pertanyaan ini yang
akan menjadi topik utama dalam penulisan karya tulis ini.
Adapun untuk penulisan karya tulis ini, penulis memilih judul “TINGKAT
KEPUASAN NASABAH USAHA KECIL TERHADAP PELAYANAN
PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI ”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, agar tidak meluas dan fokus pada
permasalahan yang akan dibahas dan mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis
perlu membuat batasan. Batasan yang dimaksud adalah penulis memfokuskan
kepada tingkat kepuasan nasabah usaha kecil terhadap pelayanan pembiayaan pada
bank syariah mandiri.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana tingkat kepuasan nasabah usaha kecil terhadap layanan
pembiayaan berdasarkan nilai mean ?
b. Bagaimana pembiayaan di Bank Syariah Mandiri ?
c. Bagaimana tingkat kepuasan nasabah usaha kecil terhadap pelayanan
pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui lebih jauh tentang tingkat kepuasan nasabah usaha kecil
terhdap pelayanan pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri.
b. Untuk mengetahui bagaimana pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri.
c. Unyuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan
pembiayaan pada terhadap Bank Syariah Mandiri ?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah diharapkan dapat
memberikan penjelasan dan sumbangan pemikiran mengenai lembaga keuangan
syariah, khususnya perbankan syariah dalam menjalankan peran dan fungsinya
sebagai financial intermediary yang mampu menghimpun dana dan menyalurkan
dana dari masyarakat dan kepada masyarakat.Adapun manfaat bagi penulis untuk
mengungkapkan masalah yang sebenarnya masalah yang dihadapi usaha kecil dan
juga sebagai tambahan ilmu pengetahuan, bagi masyarakat agar mengetahui masalah
yang dihadapi usaha kecil pada saat ini, bagi fakultas sebagai bahan bacaan yang
dapat bermanfaat bagi mahasiswa fakultas syariah dan hukum yang akan disimpan
diperpustakaan fakultas syariah dan hokum, sedangkan manfaat bagi para pengusaha
kecil agar dapat lebih luas tentang prosedur dan persyaratan untuk mengajukan
pembiayaan.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber
keputakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok
penelitian ini tampaknya sangat penting.
Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulis ini antara lain :
1. Judul skripsi”Analisa Pembiayaan Produk Bank Syariah”di buat oleh Syamsul
Rizal, NIM :20104610087.N0. Skripsi SJM 94/2005.
Dalam skripsi ini membahas tentang pembiayaan produktif dilihat dari segi
hukum positif, hukum normatif, fungsi pembiayaan produktif, macam-macam
pembiayaan produktif, penetapan nisbah bagi hasil pada pembiayaan produktif
dan alat analisa pembiayaan.
2. Judul skripsi “BMT Sebagai Mitra Pengusaha Kecil dan Menengah “ di buat
oleh
Lilis Sali Satunnisa.NIM : 9946117137. N0.Skripsi SJM 34/2004
Dalam skripsi ini membahas tentang penggolongan UKM, peranan UKM
terhadap pembangunan nasional, keunggulan UKM. BMT juga sangat berperan
dalam tumbuh kembangnya UKM, selain dalam hal permodalan juga sesuai
fungsinya BMT menghimpun dana mereka sementara waktu sebelum digunakan.
Untuk keperluan penelitian ini, hal-hal yang termasuk dalam objek adalah
nasabah usaha kecil yang dimana tingkat kepuasan nasabah usaha kecil terhadap
pelayanan pembiayaan pada bank syariah mandiri.
Perbedaan skripsi ini dengan yang ada adalah dimana skripsi ini membahas
tentang tingkat kepuasan nasabah usaha kecil terhadap pelayanan pembiayaan pada
bank syariah mandiri, dimana para usaha kecil mengalami kesulitan dalam mencari
modal untuk mengembangkan usahanya, sedangkan skripsi yang sudah ada
membahas tentang pembiayaan produktif yang dilihat dari segi hukum
positif,hukum normatif dan fungsi pembiayaan produktif. Dan ada juaga yang
membahas masalah penggolongan UKM, peranan UKM terhadap pembangunan
nasional.
E. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif-
kuantitatif. Yaitu menggambarkan kondisi yang ada melalui angka-angka yang
didapat dari lapangan kemudian diterjemahkan dalam bentuk kata-kata.
2. Sumber Data
a. Primier, kuisioner (angket) yang langsung disebarkan kepada nasabah Bank
Syariah Mandiri
b. Sekunder, buku-buku, artikel atau referensi dari berbagai sumber mengenai
proses pelayanan pembiayaan
3. Populasi dan Sampel
• Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah usaha kecil dalam pelayana
pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit dari
september 2007 sampai mei 2008 dari jumlah nasabah 75 orang.
• Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karekteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Dalam penelitian sampel yang digunakan ini adalah sebanyak 30
orang.6 Peneliti mengambil sample sebanyak 30 orang karena mengingat
minimnya nasabah usaha kecil yang mengajukan pembiayaan pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit serta waktu dan tenaga yang
terbatas sehingga sulit untuk mendapat responden.
Sample diambil dengan menggunakan rondom sampling (sampel acak),
yaitu semua nasabah yang mengajukan pembiayaan mempunyai kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel.
6 Sudijono anas, Pengntar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. II h.144
4. Indikator dan Operasional Variabel
Tabel 1.1 Indikator dan Operasional Variabel
Aspek Variabel Subvariabel
a. Keandalan (reliability) 1.Kemudahan prosedur dalam memperoleh pembiayaan
2. Kecepatan dalam pemberian pembiayaan
b.Cepat tanggap (responsipveness)
3.Tanggapan bank atas keluhan dari nasabah
4.Kecepatan bank dalam merespon kebutuhan nasabah
c. Kapasitas (assurance) 5.Keyakinan dana disalurkan pada usaha yang halal
6.Pengetahuan petugas pembiayaan mengenai produk syariah
d. Empati (emphaty) 7.Keramahan petugas pembiayaan 8.Prinsip mengenal nasabah
e. Berwujud (tangibles) 9.Kenyamanan dari penataan ruangan (lay out)
10.Penampilan petugas pembiayaan 11.Ketersediaan fasilitas fisik
Respon terhadap layanan
f. Biaya (cost) 12.Fee atau admin yang dikenakan pada nasabah
13.Bagi hasil yang diterima Tehnik operasional variabel-variabel penelitian adalah angket atau kuisioner
dengan skor jawaban (skala model liker) sebagai berikut:
a. Untuk jawaban ’’sangat puas,sangat tertarik, sangat setuju’’’, skornya adalah
5 (lima)
b. Untuk jawaban ’’puas, tertarik, setuju’’, skornya adalah 4 (empat)
c. Untuk jawaban ’’ragu-ragu/tidak tahu’’, skornya 3 (tiga)
d. Untuk jawaban ’’tidak puas,tidak tertarik, tidak setuju’’, skornya adalah 2
(dua)
e. Untuk jawaban ’’sangat tidak puas, sangat tidak tertarik, sangat tidak
setuju’’, skornya adalah 1 (satu)
5. Tehnik Pengambilan Data
a. Survei (field research) dengan menyebarkan angket/kuisioner untuk
mengumpulkan data primer kepada nasabah Bank Syariah Mandiri
b. Wawancara dengan melakukan tanya jawab kepada nasabah terkait dengan
pertanyaan yang ada pada kuisioner
c. Studi dokumen melalui library research dilakukan untuk memperoleh data
sekunder tentang konsep atau teori yang terkait tentang konsep atau teori yang
terkait dengan pengajuan pembiayaan dan data tentang perkembangan BSM.
6.Teknik Analisa Data
Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif, yaitu
suatu analisa yang menampilkan tabel distribusi frekuensi, mean, dan standar deviasi
yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk kata-kata.
Adapun rumus distribusi frekuensi yang digunakan di sini adalah:
Dengan Standar deviasi
SD = √∑ Fx2 N
F P = X 100 % N
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode gabungan antara metode
studi kepustakaan ( library research ) dan studi lapangan ( field research ). Kajian
kepustakaan dilakukan untuk mencapai pemahaman yang komprehensip tentang
konsep yang akan dikaji.Bahan yang digunakan untuk kajian pustaka adalah buku,
bahan-bahan presentasi, artikel, brosur dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan
dengan pembahasan karya tulis ini. Sementara studi lapangan menjadi pelengkap
dalam penguatan data. Jika melihat titik tekan penelitian ini pada pendekatan dan
tingkat kebijakan perusahaan dalam akomodasi sebuah konsep, maka data lapangan
sangat relevan. Adapun studi lapangan penulis melakukan wawancara sebagai alat
untuk mencari data. Penulis mendatangi langsung pihak bank dan melakukan
wawancara tatap muka dan meminta data para nasabah usaha kecil yang meminta
pembiayaan. Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang
akan dikembangkan oleh penulis dengan model deskriptif analitis.
Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis atau skripsi ini penulis
berpedoman pada buku “ Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.7
F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan pada bab ini mulai dari pengertian kepuasan ,faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kepuasan, pengukuran tingkat kepuasan,
pengertian usaha kecil, peranan usaha kecil dalam perekonomian,
masalah-masalah yang dihadapi usaha kecil, masala, pengertian
pembiayaan, Macam-macam pembiayaan, prosedur pembiayaan dan
upaya-upaya dalam pengembangannya.
BAB III Gambaran umum bank syariah mandiri mulai dari sejarah singkat
berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, macam-macam produk
bank syariah mandiri dan strategi bank syariah mandiri dalam
memajukan atau mengembangkan usaha bank syariah mandiri
BAB IV Tingkat kepusan nasabah usaha kecil terhadap pelayanan
pembiayaan,yang membahas tentang profil nasabah usaha kecil,respon
nasabah usaha kecil terhadap pelayanan pembiayaan berdasarkan mean,
interpretasi data berdasarkan nilai mean,analisa kepuasan nasabah
terhadap pelayanan pembiayaan berdasarka standar deviasiasi
BAB V Dalam bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran
dari penulis
7 Mujar Ibnu Syarif, M, Ag. Noryamin Aini. dkk. Bukuk Pedoman Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum.Jakarta,2007
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEPUASAN NASABAH
1. Pengertian Kepuasan Nasabah
Kepuasan bersal dari kata puas, yang menurut bahasa artinya merasa senang
karena sudah secukup-cukupnya atau sudah terpenuhi hasrat hatinya.1
Sedangkan menurut istilah kepuasan nasabah adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja produk atau hasil yang dirasakan dengan
harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dan harapannya. Jika kinerja dibawah harapan nasabah maka
nasabah tidak akan puas, apabila kinerja sesuai dengan harapan nasabah akan
merasa puas dan apabila kinerja melampaui harapan maka nasabah akan merasa
sangat puas dan merasa senang.2
Day (1984) mendefinisikan kepuasan nasabah sebagai penilaian evaluasi purnabeli
yang menyangkut pilihan pembelian yang spesifik. Cadtte, et al (1987)
mengkonseptualisasikan kepuasan nasabah sebagai perasaan yang timbul sebagai
hasil evaluasi terhadap pengalaman pemakaian produk atau jasa. Sementara itu, et al
(1990) menyatakan bahwa kepuasan nasabah merupakan evaluasi purnabeli dimana
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka (Jakarta: 2005), Cet I. h. 902
2 Boone dan Kurtz, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 11
Alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan nasabah,
sedangkan ketidak puasan timbul karena tidak memenuhi harapan
Dengan kata lain, kepuasan nasabah mwrupakan penilaian evaluatif penabeli
yang dihasil dari seleksi pemelian spesifik.3
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah
a. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia didini artinya bahwa peranan manusia (karyawan) yang
melayani nasabah dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka, seperti
pelayanan di customer service,teller, satpam, dan bagian operator telepon.
Faktor utama dari kesiapan sumber daya manusia dalam melayani nasabah atau
calon nasabah. Oleh karena itu, sumber daya manusia perlu dipersiapkan secara
matang sebelumnya sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada
calon nasabahnya, seperti:
1) Pembekalan perlu diberikan mulai dari penampilan luar (fisik), kemudian
ditambah pembekalan dari dalam pribadi manusia itu sendiri. Pembekalan ini
diberikan melalui pendidikan dan pelatihan sebelum diterima menjadi
karyawan.
2) Memiliki kemampuan melayani nasabah secara tepat dan cepat.
3) Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, sopan santun, ramah, dan
bertanggung jawab penuh terhadap nasabah.
4) Karyawan harus cepat tanggap, pandai bicara, menyenangkan serta pintar.
3Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang: Patumedia Publishing, 2005), h.34
5) Karyawan harus mampu memikat dan mengambil hati nasabah sehingga
nasabah semakin tertarik, cara kerja karyawan harus rapi dan cepat.
Oleh karma itu, sebelum menjadi karyawan yang bertugas melayani nasabah harus
melalui pendidikan dan pelatihan khusus terlebih dahulu. Disamping kwalitas
karyawan yang melayani nasabah harus sesuai standar jumlah karyawan yang
disediakan juga harus seimbang, jangan sampai jumlahnya terbatas sehingga
nasabah menunggu antrian terlalu lama terutama pada waktu-waktu sibuk.4
b. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana disini maksudnya adalah peralatan dan fasilitas yang
dimiliki perusahaan atau bank seperti :
1) Ruang tunggu dan ruang untuk menerima tamu harus dilengkapi dengan
berbagai fasilitas sehingga membuat nasabah nyaman dalam ruang tersebut.
2) Kenyamanan ruangan harus memiliki ruangan yang lebar, pendingin udara yang
cukup penyusunan meja dan kursi yang rapi, dan artistik yang dapat membuat
suasana nyaman sehingga membuat nasabah untuk melakukan transaksi
diperusahaan atau bank.
3) Memiliki peralatan dalam membantu nasabah dalam memperoleh informasi atau
untuk melakukan transaksi.
4) Tersedianya toilet bagi nasabah.
5) Memiliki ruang parkir, yang baik maupun keamanan lokasi parkirnya
4 ibid
c. Kualitas produk
Cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau bank dalam meningkatkan
nasabah, salah satunya dengan meningkatkan kualitas produk. Kualitas produk yang
biasa ditawarkan seperti :
1) Ragamnya produk atau jenis produk yang ditawarkan lengkap sehingga nasabah
tidak perlu lagi bertransaksi di bank lain
2) Mutu atau isi di produk harus berkualitas tinggi, price yang relatif lebih atau jika
memang segmennya kelas tinggi harus disesuaikan.
3) Kemasan produk harus yang menarik dan aman dari pengaruh luar.
4) Memiliki strategi promosi yang baik
Ke empat faktor ini harus saling mendukung satu sama lainnya. Apabila
salah satu faktor diabaikan, kualitas pelayanan yang diberikan menjadi berkurang
nilainya. Perbaikan kualitas pelayanan juga harus mengacu kepada ini sampai hari-
hari berikutnya sehingga dapat berguna untuk dibandingklan dengan pesaingnya,
serta dapat nenemukan bafian mana yang membutuhkan peningkatan.5
Ada dua tehnik yang dapat dilakikan untuk menentukan kebutuhan nasabah,
yaitu :
5 Fredy Rangkuti, Measuring Customer Satisfaction (Terjemahan), (tt,tpe,tth), h.5
a. Proses pengembangan dimensi mutu, melibatkan orang yang benar-benar
berhubungan langsung dengan barang atau jasa yang digunakan oleh nasabah.
Dimana orang ini harus berpengetahuan didalam memahami kebutuhan nasabah,
fungsi serta tujuan dari barang atau jasa.
b. Teknik insiden kritis, yaitu dengan memperoleh impormasi tentang insiden atas
kejadian sebenarnya yang mereka anggap sebagai aspek yang baik dan buruk
dari barang atau jasa.6
Dalam menentukan tingkat kepuasan, seorang nasabah sering kali melihat
dari nilai lebih produk maupun kinerja bank atau perusahaan. Karena nasabah
setelah menerima pelayana dari suatu proses pemakaian dari suatu produk atau jasa
dari bank atau perusahaan, maka nasabah akan membandingkan pelayanannya
dengan pelayanan bank atau perusahaan lain.
Salah satu yang dapat digunakan untuk mengetahuai kualitas pelayanan
adalah dengan mengukur kualitas pelayanan dengan mengukut tingkat kepuasan
nasabah terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, maka yang disebut dengan
kualitas pelayanan yang baik adalah jika dapat diketahui respon nasabah terhadap
evaluasi ketidak puasan yang di rasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja
aktual (kesesuaian yang diinginkan) terhadap jasa pelayanan yang di rasakan setelah
pemakaiannya. Karena dalam menentukan tingkat kepuasaan, seorang nasabah
seringkali melihat dari nilai lebih produk maupun kinerja pelayanan yang diterima
dari suatu proses transaksi terhadap produk atau jasa, yang akan dibandingkannya
dengan perusahaan lain.
3. Pengukuran Tingkat Kepuasan Nasabah
Dalam hal ini implementasi pengukuran kepuasan nasabah, terhadap tiga
aspek penting yang saling berkaitan, yakni:
a. Apa yang diukur (Objek pengukuran)
Tidak ada satu pun pengukuran tunggal terbaik mengenai kepuasan nasabah
yang disepakati secara universal. Meskipun demikian, ditengah beragamnya cara
pengukuran kepuasan nasabah, terdapat kesamaan paling ridak dalam enam konsep
inti mengenai objek pengukuran sebagai berikut:
1. Kepuasan nasabah keseluruhan (overall customer satisfaction)
Cara disini adalah langsung menanyakan kepada nasabah seberapa puas mereka
dengan produk atau jasa spesifik tertentu. Cara proses pengukurannya adalah:
a) Pengukuran tingkat kepuasan nasabah terhadap produk atau jasa bank atau
perusahaan yang bersangkutan.
b) Menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasan nasabah keseluruhan
produk atau jasa para pesaing.
2. Dimensi kepuasan nasabah
Proses ini terdiri atas empat langkah:
a. Mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan nasabah.
b. Meminta nasabah menilai produk atau jasa bank atau perusahaan
berdasarkan item-item spesifik, seperti kesepakatan layanan, fasilitas layanan
dan keramahaan staf layanan nasabah.
c. Meminta nasabah menilai produk atau jasa pesaing berdasarkan item-item
yang sama.
d. Meminta para nasabah untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut
mereka paling penting dalam menilai kepuasan nasabah keseluruhan.
3. Konfirmasi harapan (confirmation of expectations)
Konsep ini kepuasan tidak diukur langsung, melainkan disimpulkan berdasarkan
kesesuaian atau ketidak sesuaian antara harapan nasabah dengan kinerja aktual
produk bank atau perushaan pada sejumlah atribut atau dimensi penting.
4. Meminta pembelian ulang (repurchase intent)
Kepuasan nasabah secara behavioral dengan jalan menanyakan apakah nasabah
akan memakai atau menggunakan jasa atau produk bank atau perusahaan lagi.
5. Kesediaan untuk merekomendasi (willingness to recommend)
Dalam kasus produk yang pemakaiannya relatif lama atau bahkan hanya terjadi
satu kali pemakaian atau penggunaannya. Hal ini akan berimbas pada kesediaan
nasabah untuk merekomendasikan produk kepada teman atau keluarga, yang
merupakan menjadi ukuran yang penting dianalisis dan ditindaklanjuti.
6. Ketidakpuasan nasabah (customer dissatisfaction)
Beberapa macam aspek yang sering ditelaah guna mengetahui ketidakpuasan
nasabah, meliputi:
a) Komplain
b) Retur atau pengembalian produk
c) Biaya garansi
d) Penarikan kembali produk dari pasar
e) Konsumen yang beralih kepesaing
b. Metode pengukuran
Ada empat metode yang dipergunakan dalam mengukur kepuasan nasabah
(Kotler,2000), yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
Merupakan sebuah metode untuk menantang kepuasan nasabah dengan cara
memberikan suatu wadah kepada nasabah untuk menyampaikan saran pendapat,
dan keluhan nasabah. Media yang digunakan dapat berupa kotak saran, kartu
komentar, dan saluran telepon bebas pulsa.
2. Survei kepuasan nasabah
Metode survei ini berupa pengajuan pertanyaan (kuisoner) kepada para
nasabahnya, metode ini berguna untuk memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari nasabah, serta sekaligus memberikan tanda positif bahwa
bank tersebut menaruh peratiaan terhadap nasabahnya.
3. Chost shopping
Metode ini digunakan dengan cara mempekerjakan seseorang bekerja di bank
atau di perusahaan pesaing untuk berpura-pura menjadi karyawannya, agar dapat
mengamati atau menilai cara bank atau perusahaan dalam menangani setiap
keluahan, serta kemudian karyawan sewaan tersebut akan menyampaikan
temuan-temuannya mengenai kelemahan dan kekuatan dalam melayani
nasabahnya.
4. Lost customer analysis
Metode ini digunakan untuk memantau kepuasaan nasabah dengan cara
menghubungi nasabah yang telah beralih ke bank atau perusahaan pesaingnya..
c. Skala pengukuran
Sejumlah skala pengukuran telah diajukan dan dikembangkan para peneliti
kepuasaan nasabah. Hasan dan Karp (1989) mengidentifikasikan diantarannya yang
banyak diterapkan sebagi berikut:
1. Skala 2 poin
Apakah anda setuju dengan pengenaan fee atas layanan pembiayaan ?
2 1
Ya Tidak
2. Skala 4 poin
Apakah anda puas dengan pelayanan yang di berikan oleh pihak bank ?
4 3 2 1
Sangat Puas Tidak Sangat
Puas Puas Tidak Puas
3. Skala 5 poin
Bagaimana menurut anda sikap empati karyawan bank terhadap anda ?
5 4 3 2 1
Sangat Puas Ragu-ragu Tidak Sangat
Puas Puas Tidak Puas
B. USAHA KECIL DI INDONESIA
2. Pengertian Usaha Kecil
Usaha Kecil merupakan sebutan ringkas dari usaha skala kecil ( USK )
sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterpriae ( SSE ) yang mempunyai
banyak pengertian, baik dalam makna teoritis, maupun sebagai konsep strategis
kebijakan pembangunan.
Usaha kecil sebagai konsep mengacu pada dua aspek. Pertama, aspek
perusahaan, yang melakukan aktifitas produktif. Mengkombinasikan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.Kedua, aspek pengusaha, yaitu orang
dibalik usaha atau perusahaan yang biasanya adalah pemilik, pengelolah sekaligus
administrator dari perusahaannya.6
Kemudian, yang dimaksud dengan usaha kecil menurut surat edaran Bank
Indonesia No.26/1/UKK tanggal 29 mei 1993 perihal kredit usaha kecil adalah usaha
yang dimiliki total asset maksimum Rp.600 juta ( enam ratus juta rupiah ) tidak
termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha
perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak
melebihi Rp.600 juta.7
6 Panji Anoraga dan Djoko Sudanto, Koprasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil, (Jakarta, Rineka Cipta, 2002), Cet.ke-1, h.244 7 Panji Anoraga, Manejemen Bisnis (Jakarta, Rineka Cipta, 2000), Cet.ke-2, h. 45.
Sedangkan menurut Undang-undang No.9/1995 tentang usaha kecil, yang
dimaksud dengan usaha kecil adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut : 8
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,-(dua ratus juta
rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha .
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-( satu
milyar rupiah )
c. Milik warga Indonesia
d. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki,dikuasai atau berafiliasi baik langsung atau tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar.
e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum
termasuk koperasi.
Selanjutnya, berdasarkan jumlah karyawan yang dimilikinya, sebuh usaha
dimana usaha kecil terdiri atas usaha rumah tangga ( 1-4 orang ) dan usaha kecil (5-
19 orang ).9
8 Undang-undang Republik Indonesia No. 9/1995 tentang Usaha Kecil, Bab III, Pasal 5 9 Peningkatan Ekonomi Domestik Melalui Usaha Kecil, (Business News, No 69 (Juni 2003),h.13.
2. Peranan Usaha Kecil Dalam Perekonomian
Usaha kecil dalam perekonomian suatu Negara, memiliki peranan yang
penting. Bukan saja di Indonesia tetapi mempunyai peranan strategis di Negara-
negara lain juga. Indikasi yang menunjukan peranan usaha kecil itu dapat dilihat
dari kontribusinya terhadap PDB, eksport nonmigas, penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang cukup berarti. 10
Pada awal tahun 1998 dilaksanakannya pengamatan dampak krisis ekonomi
terhadap usaha kecil di seluruh Indonesia. Ditengah susahnya para konglomerat
akibat krisis, ternyata usaha kecil mampu menjadi katup pengaman dampak krisis
terhadap perekonomian nasional. Dalam kaitan ini sektar usaha kecil berperan
penting dalam pembangunan ekonomi nasional karena unit usahanya sangat
banyak dan menyerap tenaga kerja yang besar.
Peran penting usaha kecil merupakan wahana utama dalam penyerapan tenaga
kerja juga sebagai penggerak roda ekonomi serta pelayanan masyarakat. Tidak
kurang pentingnya, industri kecil juga memberikan manfaat sosial yang sangat
berarti bagi perekonomian. Manfaat pertama, industri kecil dapat menciptakan
peluang yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah.Manfaat kedua, industri
kecil turut memberikan peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan
domestik.
10 Panji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Koprasi kewira Usahaan dan Usaha Kecil, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet.I, h. 24 Ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cendrung memperoleh
modal dari tabungan pengusa itu sendiri, atau dari tabungan keluarga dan
kerabatnya. Adapun manfaat sosial yang ketiga, industri kecil mempunyai
kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil
menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana, yang biasanya tidak
dihasilkan oleh industri besar.
3. Masalah- masalah yang dihadapi Usaha Kecil
Peran usaha kecil di Indonesia memang diakui sangat penting didalam
perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek, seperti peningkatan
kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan dan
peingkatan ekspor nonmigas. Tetapi selain itu juga usaha kecil menghadapi berbagai
kendala baik internal usaka kecil itu sendiri maupun kendala ekternal.
Secara umum selalu dikatakan bahwa masalah yang dihadapi usaha kecil di
Indonesia adalah keterbatasan modal, pemasaran, bahan baku, tenaga kerja
penguasaan teknologi, manajemen, organisasi dan lainnya. Namun tidak semua
usaha kecil menghadapi masalah yang sama karena sangat tergantung pada kondisi
perusahaan masing-masing.11
11 Ibid
Dari sisi pengusaha, perbankan masih menghadapi permasalahan dalam
pemberian pembiayaan. Umumnya usaha kecil memiliki tingkat kelayakan yang
masih rendah, akibat adanya keterbatasan pada aspek pemasaran, teknik produksi
manajemen dan organisasi. Pada umumnya mereka belum mampu menerima
persyaratan secara teknis, antara lain berkaitan dengan penyediaan perizinan dan
jaminan.12 Dari sisi perbankan, kendala yang muncul adalah sukarnya memperoleh
usaha kecil yang layak, tingginya biaya transaksi, tingginya resiko dan terbatasnya
sumber daya manusia dan jaringan kantor cabang bank.13 Bagi kebanyakan bank
terlebih yang biasa membiayai koperasi seringkali diliputi kehawatiran kegagalan
pembiayaan untuk usaha kecil. Tingkat kehawatiran sering kali dinyataka dalam
berbagai alasan utama resiko dan tidak adanya agunan. Padahal sekarang terbukti
bahwa pembiayaan kepada pengusaha sama besarnya mengandung resiko yang sama
bahkan dapat menyeret bank kepada kebangkrutan. 14
Selain itu, masalah yang dihadapi usaha kecil adalah sikap pemerintah sendiri
seperti masalah kordinasi dalam pembinaan usaha kecil. Pasalnya begitu banyak
instansi pemerintah yang melakukan pembinaan terhadap usaha kecil, namun
tugasnya itu sering tumpang tindih. Hal ini ditunjukan oleh adanya 16 departemen
pemerintah yang mempunyai program usaha kecil dan struktur nya masing-masing.
12 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek (Jakarta, Alvabet, 1999), Cet.1, h. 110 13 Ibid 14 Ibid Demikian pula Deprindag, Depkop dan PPK mengklaim dirinya sebagai
koordinator usaha kecil secara menyeluruh yang sah, padahal sebetulnya jika
masalahnya bersifat umum, maka Depkop dan PPK yang memikirkan solusinya, dan
jika bersifat teknis, maka masing-masing departemen yang bertanggung jawab
Namun jika menyangkut pengembangan usaha kecil, maka Deprindag yang
bertanggung jawab,meskipun ada Depkop dan PPK.
Masalah-masalah lainnya adalah kebijakan pemerintah yang umumnya bersifat
walfare policy yang tidak menggunakan akidah ekonomi sebagai acuaanya.
Kebijakan ini sering disebut kebijakan populis yang berasumsi bahwa usaha kecil
adalah penyangga yang paling dominan, sehingga usaha kecil identik dengan
masalah orang miskin atau kaum marjinal.Oleh sebab itu walfare policy diwujudkan
dalam bentuk pemberian subsidi kepada usaha kecil. Di lain pihak ada kebijakan
ekonomi yang mengacu pada kaidah ekonomi yang berasumsi bahwa ( diluar aspek
usaha ) usaha kecil tidak memiliki karekteristik yang berbeda dengan usaha besar.
Oleh sebab itu kebijakan pemerintah seharusnya tidak didasari oleh belas kasihan,
tetapi didasari oleh pertimbangan potensi ekonomi. Kontroversi dua model kebijkan
ekonomi ini terus berlangsung hingga kini. 15
15Panji Anoraga dan Djoko Sudanto,Koperasi dan Kewira Usahaan Kecil :Masalah-masalah Yang di Hadapi Usaha Kecil, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),h. 10 C. Pembiayaan
1. Pengertian pembiayaan
Dalam kamus perbankan yang tidak dimaksud dengan pembiayaan adalah
pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindar untuk mendapatkan barang atau
jasa dengan tujuan memperoleh manfaat, pengeluaran untuk kegiatan, tujuan, atau
waktu tertentu, seperti penjualan untuk mendapat atau memperoleh penghasilan
dalam laporan laba rugi.
Menurut Undang-undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat (12)
pengertian pembiayaan adalah “ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil“16
Pada bank konvesional kegiatan pembiayaan dikenal dengan istilah kredit yaitu
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
16Kasmir,Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grapindo, 2001), hal.97 Pada dasar konsep bunga pada bank konvesional, dan pembiayaan pada bank
syariah tidak terlalu banyak berbeda, yang menjadi perbedaannya antara kredit
yang diberikan bank konvesional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah adalah terletak pada system bagi hasil serta keuntungan yang diperoleh
bank konvesional diperoleh melalui bunga, sedangkan bank syari’ah berupa
imbalan atau bagi hasil.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa pembiayaan dapat diukur
berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Jadi pembiayaan
adalah pembiayaan atau pinjaman yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
investasi. Pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
2. Macam-macam Pembiayaan
Salah satu tugas pokok bank adalah menyalurkan dana-dana yang terhimpun
melalui kegiatan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
kekurangan modal untuk mengembangkan modal. Salah satu pembiayaan yang da
pada bank adalah pembiayaan modal kerja dimana pembiayaan ini digunakan
untuk keperluan antara lain, meningkatkan produksi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dalam menjalankan operasionalnya dan pembiayaan kerja untuk
perdagangan, yaitu untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place
dari suatu barang.
a. Pembiayaan Modal Kerja
Dalam perbankan syariah pembiayaan ini diaplikasikan dalam bentuk skema
al-mudharabah, yaitu akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100℅) modal, sedangkan
pihak kedua sebagai pengelolah (mudharib). Selain skema mudharabah
dalam pembiayaan bank syariah juga dapat diaplikasikan pada skema al-
musyarakah, dimana melalui kontrak ini dua pihak atau lebih ( termasuk
bank dan lembaga keuangan bersama nasabah ) dapat mengumpulkan modal
mereka untuk membentuk sebuah perusahaan (syirkah al-inan) sebagai
sebuah badan hokum. Setiap pihak memiliki bagian secara proposional
sesuai dengan kontribusi modal mereka.
Seperti yang telah diuraikan diatas, pembiayaan modal kerja dibagi atas :
1. Pembiayaan Modal Kerja Peningkatan Produksi
Pembiayaan modal kerja merupakan salah satu kombinasi dari pembiayaan
likuiditas ( cash financing ), pembiayaan piutang ( receivable financing ) dan
pembiayaan persediaan ( inventory financing ).
a. Pembiayaan likuiditas ( cash financing )
Pembiayaan ini umumnya digunakan untuk memenuhi yang ditimbulkan
akibat terjadinya ketidak sesuaian antara cash inflow dan cash outflow pada
perusahaan nasabah. Dalam perbankan syariah menyediakan fasilitas ini
namun nasabah harus membuka rekening giro wadiah dan bank tidak
memberikan bonus atas wadiah tersebut. Bila nasabah mengalami ketidak
sesuaian, nasabah dapat menarik dana melalui saldo yang tersedia sehingga
menjadi negative, atas fasilitas ini bank tidak dibenarkan meminta imbalan
apapun, kecuali sebatas biaya administrasi dan pengolahan fasilitas tersebut.
b. Pembiayaan piutang ( receivable financing )
Dalam prakteknya pada bank syariah adalah dengan memberikan fasilitas
berupa:
a). Pembiayaan piutang ( receivable financing )
Dalam pembiayaan piutang bank syariah memberikan fasilitas yang disebut
dengan al-qardul hasan, yaitu pemberian harta atau pinjaman dana kepada
pihak-pihak yang patut mendapatkannya. Secara syariah peminjam hanya
berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syariah
membolehkan peminjam untuk memberikan imbalan sesuai dengan
keikhlasannya, tetapi bank sama sekali dilarang untuk menerima imbalan
apapun.
Jumlah uang yang dipinjamkan bank kepada nasabah masih tertanam dalam
piutang, maksimum sebesar piutang yang tertera dalam dokumen piutang
(wesel tagihan atau promes ). Wesel atau promes tersebut diserahkan kepada
bank dengan suatu kuasa ( wakalah ) untuk menagih kepada pihak yang
berhutng. Untuk keperluan tersebut bank dapat membebankan fee atas jasa
tagihan, bila ternyata pada saat waktu jatuh tempo, hasil tagihan itu
digunakan untuk melunasi hutang nasabah kepada bank. Tetapi bila ternyata
piutang tersebut tidak ditagih, maka nasabah harus membayar kembali
hutangnya kepada bank.
b). Anjak piutang ( fac toring )
Bank syariah memberikan fasilitas pengambil alihan piutang, yaitu yang
disebut hiwalah. Tetapi untuk fasilitas ini bank tidak dibenarkan meminta
imbalan kecuali biaya layanan atau administrasi dan biaya tagihan.
3. Pembiayaan persediaan ( inventory financing )
Dalam memenuhi kebutuhan persediaan, bank syariah menggunakan prinsip
jual beli skema jual beli yang dipakai adalah :
a). Murabahah
Salah satu yang paling banyak dipergunakan oleh perbankan syariah secara
sederhana murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut
ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi singkatnya, murabahah
adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
keuntungan ( margin ) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini
merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam
murabahah ditentukan regured rate of propitnya ( keuntungan yang ingin
diperolehnya)
dalam prakteknya perbankan, bank bertindak sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli.
b). Istishna
Dalam fatwa DSN- MUI dijelaskan bahwa jual beli istishna adalah akad jual
beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
tertentu dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
Istishna biasanya digunakan bank syariah untuk pembiayaan kontruksi dan
barang-barang manufaktur jangka pendek. Dalam hal ini bank bertindak
sebagai pemesan atau penjual sedangkan nasabah bertindak sebagai pembeli
Bank syariah mandiri selain menghimpun dana dari masyarakat, juga
menyalurkan dana melalui pembiayaan seperti :
a). Pembiayaan Mudharabah
Dalam pembiayaan ini, bank menyalurkan seluruh (100℅) dana sebagai
modal untuk membiayai suatu usaha atau proyek. Sedangkan kontribusi
nasabah berupa keahlian, skill, keterampilan, dan manajemen. Keuntungan
dari usaha dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada awal
perjanjian. Bank akan menerima bagi hasil dari nasabah pada setiap waktu
yang telah disepakati. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama bukan akibat kesalahan atau kelalaian si pengelolah. Tetapi
seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelolah, maka si pengelolah harus bertanggung jawab.
b). Pembiayaan Musyarakah
Yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
c). Pembiayaan Ijarah Muntahiyyah bi At-tamlik
Dalam pembiayaan ini, pertama-tama bank akan membeli asset untuk
disewakan kepada nasabah dan dikata gorikan sebagai aktiva ijarah. Setelah
dimiliki bank, selanjutnya nasabah akan menyewanya untuk jangka waktu
yang disepakati dengan membayar harga sewa. Selama jangka waktu yang
disepakati aktiva ijarah masih milik bank dan akan dialihkan kepemilikannya
pada akhir masa sewa.
d). Pembiayaan Murabaha
Dalam pembiayaan ini, bank berperan sebagai penjual barang. Sementara
calon nasabah (debitur) sebagai pembeli, karena jual beli tidak dilakukan
secara tunai pada saat transaksi, maka besarnya margin keuntungan bank
disesuaikan dengan jangka waktu pembayarannya atau secara angsuran
sampai lunas. Tingkat margin murabahah tidak berubah sepanjang jangka
waktu, walaupun suku bunga dipasaran naik.
e). Pembiayaan Istishna
Dalam pembiayaan ini, barang yang diperjual belikan belum jadi, tetapi
akan dikerjakan. Contohnya, pesanan atas rumah yang masih akan dibangun
Nasabah memesan barang-barang yang akan dibangun kepada bank
kemudian bank akan memesan kepada developer atau kontraktor untuk
mengerjakan rumah yang dipesan. Jadi mekanismenya dilakukan secara
pararel. Bank akan membayar kepada developer atau kontraktor secara lunas
sesuai pekerjaan pembangunan. Setelah barang selesai dikerjakan dan
diserahkan kepada nasabah, bank akan membukukan sebagai asset istishna
dan selanjutnya nasabah membayar secara lunas atau angsuran.
f). Pembiayaan Wakalah ( prinsip perwakilan )
Pada prinsipnya, wakalah adalah surat kuasa biasa. Kuasa ini sering
digunakan dalam pembiayaan murabahah. Adakalanya bank tidak bisa
mencari dan membeli sendiri barang yang akan dijual kepada nasabah.dalam
kasus ini, bank dapat me-wakalah-kan atau menguasakan kepada nasabah
untuk membeli barang yang diperlukan. Selanjutnya, nasabah memberikam
bukti-bukti kuitansi dan dokumen pembelian kepada bank.
g). Pembiayaan Khusus Pekerja Bank Mandiri syariah
Sebagai upaya sosialisasi kepada pekerja, syariah mandiri juga menyalurkan
dana pembiayaan khusus bagi pekerja bank syariah mandiri, dengan margin
rate khusus. Jangka waktu pembiayaan bisa sampai 5 tahun. Karena margin
ratenya khusus, maka persyaratannya juga khusus harus dipenuhi, yaitu surat
keterangan atasan, surat permohonan pemotongan gaji melalui Automatic
Fund Transfer.
h). Pembiayaan Qardhul Hasan
Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah pembiayaan kebajikan, istilah
ini muncul karena dana yang digunakan untuk jenis pembiayaan ini bukan
berasal dari dana produktif, melainkan diambil dari dana zakat, infaq dan
shadaqah. Alokasi pembiayaan ini adalah untuk keperluan sosial baik secara
individu maupun kelompok. Dalam pembiayaan ini adalah dalam rangka
mewujudkan tanggung jawab sosial. Dari pembiayaan ini, bank tidak
mengambil tambahan keuntungan sama sekali kalaupun pihak nasabah akan
menambahkan dari perputaran usahanya, maka dana tersebut hanya akan
menambahkan jumlah dana zakat, infaq, dan shadaqah.
3. Prosedur Pembiayaan
Bank syariah mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada nasahnya
melalui proses pengumpulan data yang harus dipenuhi oleh pemohon pembiayaan.
Adapun prosedur pemberian pembiayaan pada bank mandiri syariah yang harus
dipenuhi oleh pihak nasabah adalah sebagai berikut :
a. Kartu tanda penduduk ( KTP ) dan kartu keluarga ( KK )
b. Foto 4X6 sebanyak satu lembar
c. Copy izin / identitas usaha / perusahaan
d. Akte pendirian perusahaan dan seluruh perubahaanya
e. SIUP, SITU, NTWP, TDP / TDUP dan sebagainya
f. Domisili calon nasabah dan usahanya diwilayah kerja bank
h. Mempunyai laporan keuangan, baik neraca dan rugi laba selama dua tahun
terakhir dengan penilaian baik
i. Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia dan pernah menunggak
pinjaman
j. Data jaminan berupa Sertifikat Hak Milik ( SHM ) atas nama peminjaman
dan dinilai layak oleh pihak bank.
Dalam permohonan pembiayaan produktif ( modal kerja ) yang harus
diperhatikan adalah:
1. Berkas, setiap permohonan kerjasama dari mudharib terdiri dari :
a. Surat-surat permohonan yang ditanda tangani secara lengkap dan sah.
b. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara lengkap di isi oleh
mudharib.
c. Daftar lainnya dilampirkan yang diperintahkan oleh pighak bank.
d. Pencatatan setiap surat permohonan kerja sama yang diterima harus di catat.
e. Kelengkapan dan berkas permohonan.
f. Formulir daftar isian permohonan kerja sama.
2. penyelidikan ( investigasi )
Setelah langkah-langkah diatas telah dilakukan oleh pihak bank maka langka
selanjutnya adalah pihak bank melakukan penyelidikan ( investigasi ) yang meliputi
:
a. Wawan cara dengan mudharib selaku pemohon pembiayaan.
b. On The Sport, merupakan kegiatan pemeriksaan kelapangan dengan
meninjau langsung objek yang akan dijadikan usaha.
c. Bank Checking, yaitu melakukan pengecekan pada bank Indonesia atau
bank lain untuk mengetahui apakah nasabah atau pemohon termasuk
kedalam black list atau tidak.
3. Keputusan Atas Permohonan Pembiayaan
Setelah pihak bank melakukan penyelidikan ( investigasi ), maka langkah
selanjutnya officer ( AO ) selaku pejabat yang memeriksa berkas-berkas
pemohon, serta memberikan masukan atau rekomendasi pada pemutus
pembiayaan.
Kemudian pemutus menentukan apakah permohonan pembiayaan akan
diberikan atau di tolak. Jika diterima maka dikeluarkan surat keputusan persetujuan
dan disiapkan administrasinya.Keputusan pembiayaan mencakup :
a. Jumlah uang yang diterima jangka waktu pembiayaan.
b. Biaya-biaya yang harus dibayar.
Jika ditolak maka dikeluarkan surat keputusan penolakan kemudian
diserahkan kepada pemohon.Keputusan pembiayaan merupakan keputusan
pimpinan cabang jika peminjamannya dibawah satu milyar sedangkan jika diatas
satu milyar keputusan dilakukan oleh team pemutus pembiayaan.
4. Pengikatan
Setelah semua persyaratan dipenuhi dan pembiayaan dikabulkan tindakan
selanjutnya adalah proses pengikatan baik pengikatan pembiayaan maupun
pengikatan jaminan. Dimana pengikatan ini dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Pengikatan dibawah tanga
Pengikatan dibawah tangan yaitu proses penanda tanganan antara bank dan
nasabah. Dalam hal jika pinjaman diajukan ≥ Rp. 50.000.000,00,-
b. Pengikatan nota riil
Pengikatan nota riil adalah proses penanda tanganan akad yang disaksikan
oleh notaris. Dalam hal ini pinjaman diajukan ≥ Rp.100.000,000,00,-
5. Persiapan Realisasi atau Pencarian
Setelah itu adalah proses pencarian dana pada nasabah. Sebelum melakukan
proses pencarian, bank memeriksa kembali semua kelengkapan-kelengkapan yang
harus dipenuhi oleh nasanah, kemudian bank menghubungi pihak asuransi untuk
mengetahui premi yang harus dibayar hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko
apabila semua persyaratan telah dilengkapi, maka proses pencarian dapat diberikan
adapun cara pencarian dana yaitu dapat dilakukan dengan alat-alat dan cara
penarikan chek atau giro bilyet, dengan kwitansi, dengan dokumen-dokumen
lainnya yang oleh bank dapat diterima. Realisasi pembiayaan dicairkan lewat teller.
6. Monitoring
Proses selanjutnya adalah proses monitoring terhadap nasabah, monitoring ini
dapat dilakukan dengan cara memantau usaha nasabah. Beberapa langkah yang
dilakukan dalam monitoring antara lain :
1). Memantau pelunasan nasabah.
2). Memantau mutasi rekening nasabah.
3). Melakukan kunjungan ruti kelokasi usaha nasabah untuk memantau
langsung perkembangan usaha dan pemantauan perkembangan usaha sejenis
melalui media masa atau media lainnya.
D. Upaya-upaya Pengembangan Usaha Kecil
Dalam rangka mengembangkan dan memberdayakan peran koperasi, usaha
kecil dalam perekonomian nasional, pemerintah bersama dengan perbankan selama
ini telah menempuh berbagai strategi dan kebijakan sebagai berikut :
1. Menetapkan batas minimum pemberian pembiayaan kepada usaha kecil
sebesar 20% dari seluruh pembiayaan bagi semua bank. Khusus untuk
koperasi memberikan fasilitas pembiayaan likuiditas sebesar 100%, guna
membiayai sektor yang sangat prioritas bagi pengembangan koperasi.
2. Mengembangkan kelembagaan dan memperluas jaringan perbankan dalam
bentuk kerjasama antar bank, dengan mengembangkan lembaga-lembaga
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah
seperti BPR syariah.
3. Pemberian bantuan teknis melalui proyek-proyek khusus :
a). PPUK ( Proyek Pengembangan Usaha Kecil ), yaitu bantuan teknis
dalam bantuan identifikasi peluang investasi usaha kecil yang layak dibiayai.
b). PHBK ( Proyek Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat )
yaitu bantuan teknis dalam bentuk mengusahakan pelayanan keuangan
bagi Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) yang mempunyai kegiatan
simpan pinjam dan beranggotakan petani kecil, serta para pengusaha di
sektor informal.
c). PKM (Proyek Kredit Mikro), yaitu bantuan teknis dalam bentuk
mendorong meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja di pedesaan
pengentasan kemiskinan, dan meningkatkan kemampuan lembaga
keuangan pedesaan.17
17 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Al-Vabet,2001), h. 109
Dalam pengembangan usaha kecil, pemerintah juga telah melakukan upaya-upaya
yang mendorong pengembangan dan pembinaan usaha kecil dengan
mengeluarkan UU No.9/1995 tentang usaha kecil.
Beberapa kebijakan Bank Indonesia dibidang perbankan yang dapat membantu
pengembangan UKM adalah sebagai berikut.18
a. Mendorong perbankan melakukan diversifikasi portofolio penanaman dana.
Diversifikasi penanaman dana pada dasarnya adalah diversifikasi resiko
Perbankan perlu didorong untuk melakukan diversifikasi
portofolio,penanaman dana terutama dalam pemberian kreditnya, dimana
usaha besar juga untuk usaha kecil.
b. Mendorong pemberian kredit dengan bunga pasar.
Pemberian jaminan kredit yang dilakukan secara tepat dari segi waktu, jumlah
dan sasaran yang didukung oleh pedampingan (technical assistand) dan
pengamanan yang memadai adalah lebih penting daripada pemberian kredit
dengan subsidi bunga. Beberapa bank berhasil menyalurkan pembiayaan usaha
kecil dengan suku bunga pasar, seperti pembiayaan umum pedesaan
(KUPEDES) yang disalurkan oleh BSM,dan penyaluran pembiayaan pada
usaha kecil (KUK) yang dilakukan oleh bank NISP. Hal tersebut terbukti
18 Bank Indonesia, Sajarah Peranan Bank Indonesia Dalam Pengembangan Usaha Kecil,(Jakarta,Biro Kredit, 2001), h. 205-207
dengan banyaknya lembaga keuangan internasional yang mengakui
keberhasilan BSM dalam menyalurkan KUPEDES dan diperolehnya berbagai
penghargaan dari lembaga internasional atas penyaluran KUK oleh bank NISP.
c. Mendorong Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sifat pengusaha yang berhubungan dengan bank besar membuat peran BPR
sebagai lembaga keuangan yang memfokuskan kegiatan usahanya dalam
penyediaan dana bagi pembiayaan usaha kecil dan menengah menjadi penting.
Pengembangan BPR dilakukan melalui pemberian bantuan teknis antara lain
dengan pembinaan BPR, PHBK serta membantu pendanaan BPR.
d. Mendorong pengembangan bank dan operasi bank berdasarkan prinsip syariah.
Bank dengan prinsip syari’ah seperti Bank syariah mandiri didorong agar
menyalurkan pembiayaan lebih banyak bekerjasama dengan lembaga
keuangan syariah seperti BPR syariah, BMT dan koperasi syariah serta
lembaga pengembangan usaha kecil. Disamping itu selain membantu
menyalurkan pembiayaan kepada nasabah, lembaga syariah tersebut didorong
untuk melakukan pendampingan kepada nasabah penerima pembiayaan.
Selain upaya-upaya diatas, beberapa upaya lain yang dapat
mengembangkan usaha kecil adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan makro untuk menciptakan usaha yang kondusip agar tumbuh dan
berkembangnya usaha kecil, antara lain meliputi penyediaan barang-barang
publik yang lebih berorientasi pada pengembangan usaha kecil, seperti
infrastruktur ( sarana transportasi, komunikasi dan sebagainya ), kebijakan
moneter dan keuangan seperti, pembiayaan berbunga ringan bagi usaha kecil
fasilitas perpajakan, pendidikan umum, pengembangan teknologi, serta
kebijakan persaingan yang sehat.
2. Menghilangkan monopoli, terutama pada industri terlebih dahulu, juga
menghilangkan kolusi yang mendorong munculnya monopoli. Dengan adanya
monopoli ini usaaha kecil akan sulit berkembang.
3. Mengembangkan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha besar dan
didasarkan saling menguntungkan kedua belah pihak.19
19Panji Anoraga dan Djoko Sudanto, Koperasi kewira Usahaan dan Usaha Kecil,(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 50
BAB III
GAMBARAN UMUM
BANK SYARIAH MANDIRI
A. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis
tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank
konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut
menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998
telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di
Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya
secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
PT. Bank Susila Bakti (PT. Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan
Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi
berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-
langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank
syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya,
BankExim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999,
rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah
Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero).
PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan
melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan
keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan
merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah
Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999.
Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT.
Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur
Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha
konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila
Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan
nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari
pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan
buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen
PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank
Mandiri (Persero).
PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme
usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha
dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri
sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.1
B. Visi dan Misi
Visi dari Bank Syariah Mandiri adalah “Menjadi Bank Syariah Terpercaya
Pilihan Mitra Usah “ Sedangkan Misinya adalah :
1. Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang
dengan mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan
baik
2. Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui
kinerja dengan dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka
di Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham
dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas
3. Mempekerjakan pegawai yang professional dan sepenuhnya mengerti
operasional perbankan syariah
1Bank Syariah Mandiri, “Gambaran Umum dan Visi dan Misi”,diakses pada 20 Mei 2008 dari htt:/ww.syariahmandiri.co.id.com/2008/05/gambaran umum dan visi dan misi.html. 4. Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan
dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip
keadilan, keterbukaan dan kehati-hatiaan.
5. Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan masyarakat menengah
dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skalah menengah dan
kacil, serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infak dan shadaqah
yang lebih efektif sebagai cermin kepedulian social
6. Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain,
dengan segenap lapisan masyarakat dan investor asing.
C. Struktur Organisasi
Dalam operasional dan karekteristik serta juga dalam sistim antar bank
konvensional dengan bank syariah sangat berbeda, maka Bank Syariah Mandiri
membutuhkan suatu unit kerja khususnya yang disebut Unit Usaha Syariah (UUS).
Unit ini ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan bisnis yang mandiri yang tidak
bercampur dengan kegiatan usaha perbankan konvensional dan berada dibawah
pimpinan langsung. Direktur Bisnis Mikro dan Ritel. Adapun tugas utama dari unit
tersebut adalah merencanakan, mengorganisasikan dan mengembangkan usaha
perbankan berdasarkan prinsip sysriah dalam rangka meningkatkan bisnis Bank
Syariah Mandiri secara keseluruhan, sekaligus melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap kantor-kantor cabang pembantu Bank Syariah Mandiri
berdasarkan strategi yang dibuat. Kantor cabang Bank Syariah Mandiri cabang
warung buncit yang didirikan pada tanggal 25 Oktober tahun 1999 merupakan
wujud dari Bank Syariah Mandri dalam hal ini. Unit Usaha Syariah (UUS) dalam
usahanya
mengembangkan pelayanannya kepada nasabah. Sebagai mana motto Bank Syariah
Mandiri sendiri yaitu “Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilhan Mitra
Usaha“.Dengan mementingka kepuasan nasabah, kantor Bank Syariaah Mandiri
cabang hasanudin sendiri dipimpin oleh pimpinan cabang yang di tunjuk oleh UUS.2
2 Ibid
D. Macam-macam Produk Bank Mandiri Syari’ah
Bank adalah suatu lembaga yang dimana kegiatan usahanya adalah
menyimpan atau menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
kepada masyarakat. Oleh karena itu bank Mandiri Syariah dalam menghimpun dana
dari masyarakat maupun dari pihak lain dalam bentuk simpanan yang melalui
produk-produk penghimpunan dananya, seperti :
1. Giro wadi’ah
Yaitu berupa sarana penghimpun dana yang dijalankan berdasarkan akad
wadi’ah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki (alwadi yad al- dhamanah). Penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan sarana cek atau bilyet giro.
2. Tabungan Mudharabah
Adalah bentuk simpanan dana yang diperoleh dari nasabah, dimana dana
tersebut akan dikelolah oleh bank untuk memperoleh keuntungn.Adapun pembagian
keuntungan bank akan membagi hasil kepada pemilik dana (nasabah) sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati bersama dan dituangkan dalam akad pembukaan
rekening.
3. Deposito Mudharabah
Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah lainnya yang termasuk
produk penghimpunan dana (funding) adalah deposito, yaitu pemilik dana (shahibul
maal) yang menginvestasikan dananya dalam bentuk deposito, pada umumnya
memiliki motif utama untuk mendapatkan keuntungan karena bagi hasilnya memang
relatif besar. Walaupun tidak nenutup kemungkinan bahwa motif lain juga ada, yaitu
agar mendapat rizki yang berkah karena sesuai syari’ah. Seperti produk deposito
pada umumnya, simpanan berjangka penarikannya hanya dapat dilakukukan pada
waktu-waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan bank, dan
dengan menerapkan system bagi hadil.
4. Tabungan Haji Mudharabah
Produk ini sama dengan Tabungan Mudharabah, namun penarikannya hanya
dapat digunakan untuk pembayaran Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Seperti
produk Tabungan BSM, nasabah yang berangkat haji akan mendapatkan souvenir
untuk keperluan perjalanan di Tanah Suci dan penutupan asuransi jiwa. Pendaftaran
calon jama’ah ke departemen Agama dilaksanakan melalui computer
SISKOHAT.Untuk lebih menarik, produk ini dilengkapi fasilitas Al-Qardh atau
BPIH.
Bank Syariah Mandiri selain menghimpun dana dari masyarakat, juga
menyalurkan dana melalui produk-produk pembiayaan seperti :
1. Pembiayaan Mudharabah
Dalam skripsi ini, Bank menyalurkan seluruh (100℅) dana sebagai modal
untuk membiayai suatu usaha atau proyek. Sedangkan share atau kontribusi nasabah
berupa keahlian, skill, keterampilan, dan manajemen. Keuntungan dari usaha/proyek
dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada awal akad. Bank akan
menerima bagi-hasil dari nasabah pada setiap priode yang telah disepakati.
Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat
kelalaian si pengelolah. Tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan
atau kelalain si pengelolah, maka si pengelolah harus bertanggung jawab atas
kerugian.
2. Pembiayaan Musyarakah
Yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
3. Pembiayaan Ijarah Muntahiyyah bi Tamlik (IMBT)
Dalam skim IMBT, pertama-tama bank akan membeli asset untuk disewakan
kepada nasabah dan dibuku (mengakuinya) sebagai aktiva Ijarah. Setelah dimiliki
bank,selanjutnya nasabah akan menyewanya untuk jangka waktu yang disepakati
dengan membayar harga sewa.Selama jangka waktu, aktiva Ijarah masih milik bank
dan disepakati akan dialihkan kepemilikannya pada akhir masa sewa.
4. Pembiayan Murabahah (prinsip jual beli)
Dalam skim ini, Bank berperan sebagai penjual barang, sementara calon
nasabah sebagai pembeli. Karena jual beli tidak dilakukan secara tunai (lunas) pada
saat transaksi, maka besarnya margin keuntungan bank disesuaikan dengan jangka
waktu pembayaran (secara angsuran) sampai lunas. Tingkat margin murabahah tidak
berubah sepanjang jangka waktu, walaupun suku bunga berubah. Inilah perbedaan
pokok dengan kredit angsuran. Sebagai ilustrasi dapat digambarkan dengan contoh :
Misalnya calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan untuk membeli
Honda jazz tahun 2007 seharga Rp. 150 juta,dan nasabah bersedia untuk membayar
uang muka sebesar Rp. 50 juta, sehingga jumlah pembiayaan Murabahah yang
diminta Rp. 100 juta. Jangka waktu pembayaran 5 Tahun atau 60 bulan. Tingkat
keuntungan yang berlaku saat itu setara dengan 0,85℅ flat perbulan.
Berdasarkan informasi di atas, maka skim Murabahah menjadi :
Harga beli Bank = Rp. 100.000.000,-
Fixed Margin = Rp. 51.000.000,-
Harga Jual Bank = Rp. 151.000.000,-
Walaupun dalam contoh disebutkan tujuan penggunaanya adalah pembelian
Honda jazz tahun 2007, namun demikian tujuan pemberian fasilitas Pembiayaan
Murabahah ini dapat untuk modal kerja atau investasi, asalkan jelas jumlahnya,
kualiatas, dan harga barang. Apakah fasilitas ini juga dapat untuk tujuan tambahan
modal kerja bagi pedagang yang memerlukan berbagai jenis barang yang jumlahnya
banyak.? Jelas biasa. Pedagang hanya diminta untuk merincikan jenis dan jumlah
barang serta harga barang yang akan dibeli, dan dimana akan membelinya. Apabila
bank tidak memiliki kemampuan untuk membeli barang-barang yang dimaksud
maka bank dapat memberikan kuasa kepada kepada nasabah pedagang secara
wakalah.
5. Pembiayaan istishna
Dalam skim istishna, barang yang diperjual belikan belum jadi, tetapi akan
dikerjakan. Contohnya, pesanan atas rumah yang masih akan dibangun. Nasabah
memesan barang yang akan dibangun (misalnya rumah) kepada Bank, kemudian
Bank akan memesan kepada Developer atau Kontraktor untuk mengerjakan rumah
yang dipesannya. Jadi mekanismenya dilakukan secara pararel. Setelah barang
selesai dikerjakan dan diserahkan kepada nasabah pemesan, Bank akan
membukukan sebagai Asset Istishna, dan selanjutnya nasabah membayar (baik
secara tunai maupun secara angsuran). Skim ini sangat tepat untuk membiayai
pemilikan rumah.
Pada Bank umum (konvensional), bisa terdapat dua fasilitas yaitu pertama Kredit
Kontruksi untuk Developer dan Kredit pemilikan rumah (KPR) untuk nasabah
pemilik rumah. Dalam pembiayaan Istishna ini, maka fasilitas Bank hanya untuk
nasabah saja sedangkan kepada developer Bank akan menerbitkan Surat Perintah
Kerja (SPK) pembangunan rumah sesuai dengan jenis, jumlah, dan harga yang
dipesan nasabah. Hal ini dapat dilakukan karena calon pembeli sudah komitment
untuk pesana rumahnya dan diikat dengan istishna.
6. Bank Generasi dengan Kafalah (Prinsip Penanggungan)
Bank Generasi dapat diterbitkan oleh Bank dengan menggunakan prinsip
Kafalah (Penangungan), dimana Bank menjamin kewajiban nasabah untuk
memenuhi prestasi kepada pihak ketiga. Atas jasa menerbitkan Bank Generasi
tersebut, Bank dapat meminta fee atau biaya administrasi kepada nasabah. Setiap
penerbitan Bank Generasi olek Bank Syariah Mandiri akan dibuatkan perjanjian
Kontrak Generasi. Hal ini sesuai dengan ketentuan tentang Bank Generasi di Bank
Syariah Mandiri.
7. Wakalah (Prinsip perwakilan atau kuasa)
Pada prinsipnya, wakalah adalah surat kuasa biasa. Kuasa ini sering
digunakan dalam skim pembiayaan murabahah. Adakalanya, Bank tidak bias
mencari dan membeli sendiri barang yang akan dijual kepada nasabah. Dalam kasus
ini, Bank dapat me-wakalah-kan atau menguasakan kepada nasabah untuk membeli
barang yang diperlukan. Selanjutnya, nasabah memberikan bukti-bukti kuitansi dan
dokumen pembelian kepada Bank.
8. Pembiayaan Pemilikan Perumahan Jangka Panjang
Untuk membantu pemilikan rumah kepada masyarakat, Bank Syariah
Mandiri dapat menyalurkan pembiayaan jangka panjang, sampai 15 tahun. Adapun
skim yang digunakan adalah Jual Beli (Murabahah dan Istishna) dan atau sewa
dengan pengalihan kepemilikan pada masa akhir sewa. Nasabah dapat mengajukan
pembiayaan jenis ini, baik secara individu maupun kolektif (Perjanjian Kerjasama
dengan Institusi atau Perusahaan).
9. Pembiayaan Khusus Pekerja Bank Syariah Mandiri
Sebagai upaya sosialisasi kepada pekerja, Bank Syariah Mandiri juga
menyalurkan pembiayaan khusus bagi pekerjanya, dengan margin rate khusus.
Jangka waktu pembiayaan biasanya sampai dengan 5 tahun. Karena margin ratenya
khusus, maka persyaratannya juga secara khusus harus dipenuhi, yaitu SK pertama
dan terakhir, Surat Keterangan Atasan, Surat Permohonan Pemotongan Gaji melalui
Automatic Fund Transfer (AFT).
10. Pembiayaan Qardhul hasan
. Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah pembiayaan kebajikan, istilah
ini muncul dikarena dana yang digunakan untuk jenis pembiayaan ini bukan berasal
dari dana produktif, melainkan di ambil dari dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS).
Alokasi pembiayaan ini adalah untuk keperluan sosial baik secara individu maupun
kelompok. Dalam pembiayaan ini adalah dalam rangka mewujudkan tanggung
jawab sosial. Dari pembiayaan ini bank tidak mengenakan tambahan keuntungan
sama sekali, kalaupun pihak nasabah akan menambahkan dari perputaran usahanya,
maka dana tersebut hanya akan menambahkan jumlah dana zakat, infaq dan
shadaqah (ZIS).
Selain produk penghimpun dana maupun penyalur dana diatas, Bank Syariah
Mandiri juga dapat memberikan jasa-jasa lainnya yang menggunakan prinsip
wakalah, seperti:
1. Kliring
Yaitu sarana perhitungan utang piutang antara bank peserta kliring guna
memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral dalam suatu wilayah
tertentu yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2. Transfer
Transfer merupaskan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu
sesuai dengan perintah amanat nasabah atau pihak lain untuk keuntungan si
penerima.3
3 Ibid
E. Strategi Bank Mandiri Syariah
Dalam rangka mengembangkan Bank Syariah Mandiri ecara menyeluruh,
maka Bank Syariah Madiri menerapkan empat strategi yang terdiri dari :
1. Strategi pertama, Bank Syariah Mandiri akan menerapkan standar harga
yang bersaing baik dalam rangka mengumpulkan dana pihak ketiga atau
dalam bidang pembiayaan.
2. Strategi kedua, Bank Syariah Mandiri akan terus mengembangkan dan
berinovasi dalam menjual produk-produknya.
3. Strategi ketiga, Bank Syariah Mandiri akan terus memanfaatkan jaringan
kantor cabang yang sudah ada, pembukaan kantor cabang baru, maupun
memanfaatkan titik-titik layanan lainnya.
4. Demi mengenalkan, bank syariah mandiri melakukan promosi secara terpadu
dan berkelanjutan terus digalakkan.4
4 Agusmar Yamani, Account Officer BSM Cabang warung buncit, wawancara pribadi, warung buncit tanggal 28 Februari 2008
BAB IV
TINGKAT KEPUASAN NASABAH USAHA KECIL TERHADAP
PELAYANAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI
Tingkat kepuasan ini disajikan dalam bentuk table persentase distribusi
frekuensi sebagai ilustrasi dari populasi yang diwakili oleh 30 orang responden,
sehingga dapat diketahui gambaran umum mengenai nasabah dan respon nasabah
yang mengajukan pembiayaan pada bank syaria mandiri.
Data mengenai profil responden dan respon nasabah disajikan dalam bentuk
persentase distribusi frekuensi, yaitu dengan menggunakan rumus :
Dimana :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Sampel A. PROFIL RESPONDEN
Profil responden disini digambarkan melalui jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir dan agama. Dari data akan kita peroleh gambaran responden yang
mengajukan pembiayaan pada bank syariah mandiri.
Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan jenis kelamin
N=30
Keterangan Frekuensi Persentase Perempuan 12 40% Laki-laki 18 60% Jumlah 30 100%
Sumber : diolah dari data lapangan tahun 2008
Berdasarkan data yang disajikan dalam table 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa
presentase nasabah usaha kecil yang mengajukan pembiayaan pada bank syariah
mandiri cabang warung buncit lebih dari separuhnya adalah perempuan yaitu 40%
sementara laki-laki 60% berarti kebanyakan nasabah usaha kecil yang mengajukan
pembiayaan rata-rata adalah laki-laki.
Table 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia
N=30
Keterangan Frekuensi Persentase 26-32 11 36.67% 33-39 11 36.66% 40-46 5 16.67% 47-52 3 10% Total 30 100%
Sumber : Diolah dari data lapangan 2008
Pada table 4.2 di atas dapat kita lihat bahwa rata-rata nasabah usaha kecil
yang mengajukan pembiayaan adalah mereka yang bisa dibilang masih produktif
(usia pekerja). Usia antara 26 – 39 tahun adalah kelompok terbanyak yaitu 36,66%,
usia 40-46 tahun sebesar 16,67% kemudian di ikuti usia 47-52 tahun 10%.
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
N=30
Keterangan Frekuensi Persentase SD/SDI/Sederajat 0 0 SLTP/Tsanawiyah /Sederajat 8 26.66%
SLTA/MA/Sederajat 17 56.67% D1/D2/D3 3 10% S1 2 6.67% S2 0 0 Total 30 100%
Sumber : Diolah dari data lapangan tahun 2008
Tabel 4.3 di atas menunjukan sebagian besar jawaban tingkat kepuasan
nasabah kecil yang mengajukan pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri Cabang
Warung Buncit memiliki latar belakang pendidikan SLTA/MA yaitu 56,67%.
Kemudian diikuti dengan mereka yang berpendidikan SLTP/Tsanawiayah yaitu
sebanyak 26,66%. Angka ini berbeda jauh dengan mereka yang hanya latar belakang
pendidikan setingkat D3 dengan persentase 10% dan angka ini sangat tipis bedanya
dengan mereka yang memiliki pendidikan S1 dengan persentase 6,67%.
Gambar ini menunjukan bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap
keputusan seseorang untuk mengajukan pembiayaan dengan asumsi bahwa mereka
yang berpendidikan lebih rendah memiliki pengetahuan yang kurang luas.
Tabal 4.4 Gambaran Responden berdasarkan Agama
N= 30
Keterangan Frekuensi Persentase Islam 30 100% Kristen 0 0 Hindu 0 0 Budha 0 0 Total 30 100%
Sumber : Diolah dari data lapangan tahun2008
Seluruh responden nasabah usaha kecil yang mengajukan pembiayaan pada
Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit adalah mereka yang beragama islam
(100%) sesuai dengan fakta yang ditunjukan pada tabel 4.4 di atas. Ini
mengindikasikan bahwa masyarakat masih memahami bahwa masih terdapat
keraguan-raguan atas layanan pembiayaan. Artinya sosialisasi dengan pendekatan
spritual yang berbasis keagamaan sangat perlu diikuti dengan pendekatan rasional
yang lebih terletak pada keuntungan atau manfaat yang diperoleh dengan
mengajukan pembiayaan.
Tabel 4.5
Gambaran Nasabah Usaha Kecil Berdasarkan Motif (alasan) mengajukan pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri
N=30
Keterangan Frekuensi Persentase Memahami bank syariah adalah bank yang sesuai dengan ajaran islam
8 26.67%
Adanya opini bagi hasil yang lebih menguntungkan 5 16.67%
Mematuhi fatwa MUI bahwa bunga bank (konvensional) haram
9 30%
Sekedar ikut-ikutan 4 13.33% Karena terpengaruh oleh lingkungan, keluarga, teman dan lain-lain
4 13.33%
Sumber : Dioalah dari data lapangan tahun 2008
Table 4,5 diatas mengambarkan motif nasabah usaha kecil untuk
mengajukan pembiayaan dibank syariah, bahwa dari 30 nasabah usaha kecil hanya 8
orang atau 26,67% yang mengajukan pembiayaan dibank syariah didasarkan pada
pemahaman bahwa bank syariah adalah bank yang benar-benar sesuai dengan ajaran
islam dan 30% didasari pada fatwa MUI bahwa bunga bank adalah termasuk riba
yang diharamkan oleh agama. Adanya juga nasabah yang berpikir realistis (16,67%)
bahwa bagi hasil dibank syariah lebih menguntungkan dari pada bank konvensional.
Sementara alasan lain nasabah mengajukan pembiayaan di bank syariah adalah
sekedar ikut-ikutan (13,33%) dan dengan persentase yang sama beralasan karena
terpengaruh lingkungan, keluarga, teman dan lain-lain. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak semua nasabah usaha kecil memiliki motif untuk
mengajukan pembiayaan di bank syariah adalah kerena faktor agama, tetapi juga ada
yang bermotif pada keuntungan yang diperoleh atau sekedar ikut-ikutan dan lain-
lain.
Tabel 4.6 Gambaran Responden berdasarkan opini atas bagi hasil bank syariah
N=30
Keterangan Frekuensi Persentase Sama saja dengan keovensional 9 30%
Lebih menguntungkan bagi hasil 10 33.33%
Lebih menguntungkan bunga 4 13.33%
Tidak tahu 7 23.33% Sumber : Diolah dari data lapangan -2008
Dari tabel 4.6 diatas, dapat digambarkan opini responden terhadap bagi hasil
dibank syariah 30% responden menyatakan bahwa tingkar bagi hasil bank syariah
sama saja (tidak ada bedanya ) dengan suku bunga di bank konvensional. Sementara
33,33% mengaku bahwa bagi hasil lebih menguntungkan namun ada juga yang
menyatakan bahwa bunga bank konvensional lebih menguntungkan (13,33).
Sedangankan sisanya 23,33% menjawab tidak tahu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nasabah usaha kecil memiliki opini yang sangat beragam
terhadap bagi hasil bank syariah,meski yang menjawab bagi hasil yang
menguntukan paling banyak akan tetapi perbandingan persentasenya tidak terlalu
besar dengan yang menjawab sama saja, bunga lebih menguntungkan meskipun
tidak tahu.
B. TINGKAT KEPUASAN NASABAH USAHA KECIL TERHADAP
PELAYANAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN MEAN
Berikut adalah gambaran jawaban berdasarkan tingkat kepuasan dalam
bentuk disribusi frekuensi.
Tabel 4.7 Kemudahan prosedur dalam memperoleh layanan pembiayaan pada bank
syariah mandiri warung buncit N=30
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat tidak mudah 11 36.67% Tidak mudah 19 63.33% Tidak tahu 0 0 Mudah 0 0 Sangat mudah 0 0 Total 30 100%
Sumber : Diolah dari data lapangan tahun 2007-2008
Jika dikaitkan dengan kemudahan prosedur dalam memperoleh layanan
pembiayaan pada bank syariah mandiri ini, seperti yang tertera pada tabel 4.7 bahwa
63,33% nasabah menyatakan tidak mudah, 36,67% menyatakan sangat tidak
mudah..
Descritive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kemudahan prosedur layanan pembiayaan Valid N (listwise)
30 30
1
2 1,62 0,651
Mean yang ditunjukkan pada tabel statistik diatas berada pada angka 1,62
atau mendekati 2 (skala tidak mudah). Ini memperkuat pernyataan nasabah, rata-rata
nasabah menjawab bahwa prosedur dalam memperoleh pelayanan pembiayaan pada
Bank Syariah Mandiri ini adalah tidak mudah. Jadi secara umum dapat dikatakan
bahwa prosedur dalam pembiayaan ini tidak mudah.
Tabel 4.8
Kecepatan terhadap pemberian pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri N=30
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat tidak puas 0 0 Tidak puas 0 0 Tidak tahu 0 0 Puas 19 63.33% Sangat puas 11 36.67% Total 30 100%
Sumber : Diolah dari data lapangan tahun 2008
Layanan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri bisa dikatakan
memberikan kepuasan tersendiri bagi nasabah usaha kecil. Terutama kecepatan
dalam pemberian pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri, ini bisa dilihat dari
jawaban tingkat kepuasan 63,33% puas dan 36,67% sangat puas.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kecepatan terhadap pemberian pembiayaan Valid N (listwise)
30 30
4 5 4,37 0,490
Dari angka mean 4,37 pada tabel statistik di atas juga mengindikasikan
bahwa rata-rata nasabah usaha kecil menjawab pada skala 4, sangat tidak puas atas
kecepatan pemberian pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri.
Tabel 4.9 Kepuasan nasabah usaha kecil terhadap layana pembiayaan
N=30
Keterangan Frekuensi Persentase Sangat tidak puas 0 0 Tidak puas 0 0 Tidak tahu 4 13.33% Puas 21 70% Sangat puas 5 16.67% Total 30 100%
Sumber : Diolah dari data lapangan tahun 2008
Dilihat dari layanan pembiayaan hampir seluruh nasabah puas dengan
layanan pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri, sekitar 70% menyatakan puas,
16,67% menyatakan sangat puas. Dan sebagian kecil 13,33% menyatakan tidak
tahu.
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kepuasan nasabah terhadap layanan pembiayaan Valid N (listwise)
30 30
3
5 4,03 0,556
Hal yang sama ditunjukkan pada tabel statistik dimana mean berada pada
posisi 4,03. Angka ini mendekati angka 4 yang berada pada skala puas. Artinya tabel
ini memperkuat pernyataan diatas bahwa nasabah puas dengan pelayanan
pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri. Dapat juga disimpulkan
bahwa bank telah memenuhi satu lagi aspek reliability (keandalan).
Tabel 4.10 Kepuasan terhadap tanggapan bank atas keluhan atau klaim dari
nasabah N = 30
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat tidak puas 0 0
Tidak puas 0 0 Ragu-ragu 0 0 Puas 7 23.33% Sangat puas 23 76.67% Total 30 100%
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Satu hal yang juga tak bisa dilupaka dalam pelayanan pembiayaan adalah
menanggapi keluhan atau klaim dari nasabah. Aspek ini ternyata tak dilupakan Bank
Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit khususnya dalam layanan pembiayaan.
Kareana dari tabel 4.10 lebih dari setengah nasabah (76,67%) menyatakan sangat
puas dan 23,33% nasabah menyatakan puas.
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tanggapan bank terhadap keluhan nasabah Valid N(listwise)
30
30
4
5 4,77 0,430
Selain data pada tabel distribusi frekuensi, data pada deskriftif stastistik di
atas juga menunjukkan rata-rata nasabah sangat puas terhadap tanggapan bank atas
keluhan dari nasabah. Hal ini dapat dilihat pada angka mean yang berada pada 4,77
atau mendekati skala 5 (sangat puas). Dengan demikian berarti aspek yang selama
ini menjadi keraguan konsumen baik barang maupun jasa yaitu tanggapan atas
keluhan nasabah bisa dihilanglan oleh Bank Syariah Mandiri. BSM mampu
menanggapi keluhan dari nasabah sehingga dapat memberikan kepuasan tersendiri
terhadap nasabah. Dan Bank telah dianggap memenuhi aspek responsiveness (cepat
tanggap).
Tabel 4.11
Kecepatan merespon keluhan atau keinginan nasabah N = 30
Keterangan Frekuensi Persentase Sangat tidak puas 0 0 Tidak puas 1 3.33% Ragu-ragu 0 0 Puas 20 66.67% Sangat puas 9 30% Total 30 100%
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Selain respon yang diberikan pihak bank atas keluhan dari nasabah, keceptan
pihak bank dalam menanggapi juga sangat penting dalam memberikan pelayanan
terbaik bagi nasabah. Dan Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit dipandang
mampu memberikan kepuasa bagi nasabah jika dilihat dari tabel distribusi frekuensi
di atas, bahwa 66,67% nasabah puas, 30% nasabah sangat puas dan hanya 3,33%
menyatakan tidak puas.
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. DeviationKecepatan menanggapi keluhan Valid N (listwise)
30
30
2 5 4,23 0,625
Kepuasa nasabah ini juga ditunjukkan oleh angka mean pada tabel yaitu
sebesar 4,23 atau mendekati skala 4(puas) yang artinya nasabah rata-rata puas
dengan kecepatan pihak bank dalam menanggapi keluhan nasabah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa bank telah memenuhi kriteria penilaian nasabah
dilihat dari aspek responsiveness (cepat tanggap).
Tabel 4.12 Tanggapan anda terhadap kemampuan karyawan pembiayaan dalam
menawarkan produk di BSM Cabang Warung Buncit N = 30
Keterangan Frekuensi Persentase Sangat tidak puas 0 0 Tidak puas 0 0 Ragu-ragu 0 0 Puas 15 50% Sangat puas 15 50% Total 30 100%
Sumber: Diol;ah dari data lapangan tahun 2008
Berdasarkan tabel 4.12 di atas terlihat 50% nasabah sangat puas dan 50%
nasabah puas dengan kemampuan penyampaian karyawan pembiayaan pada nasabah
dalam penawaran produk syariah khususnya untuk produk pembiayaan.
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pengetahuan terhadap produk syariah Valid (listwise)
30 30
5 5 4,50 0,509
Tabel statistik diatas juga menunjukkan kepuasan nasabah, hal ini bisa
dilihat pada nilai mean 4,50 yaitu rata-rata nasabah mengaku puas dengan
penjelasan mengenai produk syariah yang ditawarkan oleh petugas pembiayaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petugas pembiayaan telah memiliki
pengetahuan yang cukup luas mengenai prinsip perbankan syariah dan produk-
produknya dan bank telah memenuhi aspek penilaian nasabah yaitu kepastian
(assurance).
Tabel 4.13
Kepuasan terhadap keramahan pegawai bank yang menangani pembiayaan di BSM Cabang Warung Buncit
N = 30 Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat tidak puas 0 0 Tidak puas 0 0 Ragu-ragu 0 0
Puas 14 46.67% Sangat puas 16 53.33% Total 30 100%
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Adapun kepuasan nasabah terhadap keramahan pegawai bank yang
menangani pembiayaan di BSM Cabang Warung Buncit ini tampaknya cukup
positif. 46,67% nasabah puas dan 53,33% sangat puas.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Keramahan pegawai bank Valid (listwise)
30 30
4 5 4,53 0,507
Nilai mean 4,53 mendekati skala 5 (sangat puas) mengindikasikan bahwa
memang rata-rata nasabah sangat puas dengan keramahan nasabah pegawai bank.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank mampu memenuhi aspek penilaian
nasabah dilihat dari segi empati (emphaty).
Tabel 4.14 Prinsip mengenal nasabah
N = 30 Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat tidak puas 0 0 Tidak puas 0 0 Ragu-ragu 0 0 Puas 13 43.33% Sangat puas 17 56.67% Total 30 100%
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Prinsip mengenal naabah atau sikap empati karyawan bank terhadap nasabah
juga sangat menunjang kualitas pelayanan yang diberikan. Ini dapat dilihat dari tabel
4.14 dapat diketahui bahwa 56,67% nasabah menjawab sangat puas dan 43,33%
nasabah menjawab puas.
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Prinsip mengenal nasabah Valid N (listwise)
30
30
4 5 4,57 0,504
Sementara dari tabel statistiknya nilai mean 4,57 mendekati skala 5
mengindikasikan bahwa rata-rata nasabah menjawab sangat puas dengan sikap
empati karyawan pembiayaan BSM Cabang Warung Buncit. Dengan demikian dapat
di simpulkan bahwa bank telah mampu memenuhi salah satu aspek yang
mempengaruhi penilaian nasabah yaitu empati.
Tabel 4.15
Lay out BSM Cabang Warung Buncit yang menyediakan layanan pembiayaan
N = 30 Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat tidak puas 0 0 Tidak puas 0 0 Ragu-ragu 0 0 Puas 8 26.67% Sangat puas 2 73.33% Total 30 100%
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Suasana atau lay out sangat mendukung dalam memberikan kenyamanan
bagi nasabah. oleh karena itu BSM Cabang Warung Buncit menyediakan lay
out/suasana yang nyaman bagi nasabah. Dan hasilnya 73,33% nasabah menjawab
sangat puas sedangka 26,67 menjawab puas dengan kenyaman yang diberikan dan
dirasakan.
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Lay out bank Valid N (listwise)
30 30
4 5 4,73 0,450
Tabel statistik menampilkan nalai mean pada posisi 4,73 atau mendekati
skala 5 (sangat puas). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata nasabah
mengaku puas dengan kenyamanan atau lay out yang diberikan BSM Cabang
Warung Buncit.
Tabel 4.16
Penampilan karyawan yang menangani layanan pembiayaan di BSM Cabang Warung Buncit
N = 30 Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat tidak puas 0 0 Tidak setuju 0 0 Ragu-ragu 0 0 Setuju 15 50% Sangat setuju I5 50% Total 30 100%
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008 Untuk masalah penampilan karyawan yang menangani pembiayaan 50%
nasabah menjawab sangat puas dan 50% menjawab puas dengan penampilan
petugas pembiayaan yang menurut responden sudah sesuai dengan syariat.
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. DeviationPenampilan karyawan layanan pembiayaan Valid N (listwise)
30
30
4 5 4,50 0,509
Mean dari tabel statistik menunjukkan kepuasan nasabah yaitu pada nilai
mean 4, 50 yaitu rata-rata nasabah mengaku puas. Ini juga mengindikasikan bahwa
nasabah puas dengan penampilan karyawan pembiayaan yang menurut nasabah
sudah sesuai dengan syariat.
Tabel 4.17 Pengenaan fee atau biaya admin
N = 30 Keterangan Frekuensi Perdentase
Sangat tidak puas 0 0 Tidak puas 0 0 Ragu-ragu 6 20% Setuju 23 76.67% Sangat setuju 1 3.33% Total 30 100%
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Pengenaan fee atau biaya administrasi atas suatu layanan pada dasarnya
adalah merupakan suatu kewajaran sebagai feedback atas kemudahan atau fasilitas
yang kita peroleh. Sejalan dengan itu adanya pengenaan fee atau admin dalam
layanan pembiayaan ini dapat diterima oleh nasabah sebagai suatu nilai keadilan.
Sebesar 76,67% nasabah menjawab setuju, sedangkan 3,33% menjawab sangat
setuju dan hanya 20% yang menjawab ragu-ragu.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Ketersediaan fasilitas fisik Valid N (listwise)
30
30
3 5 3,83 0,641
Tabel deskriptif statistik diatas juga mengindikasikan hal yang sama. mean
berada pada 3,83 atau mendekati skala 4 (setuju). Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata nasabah dapat menerima (setuju) dengan pengenaan fee
atas admin yang dikenakan pada layanan pembiayaan ini. Ini juga dapat diartikan
bahwa bank telah memenuhi aspek penilaian nasabah terhadap kualitas layanan
yaitu cost (biaya).
Tabel 4.18 Tanggapan nasabah terhadap bagi hasil dalam pembiayaan
N = 30 Keterangan Frekuensi Persentase Sangat itdak puas 0 0 Tidak puas 0 0 Ragu-ragu 0 0 Puas 23 76.67% Sangat puas 7 23.33% Total 30 100%
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Bagi hasil yang diberikan dalam layanan pembiayaan ini seperti dapat
memberikan kepuasan kepada nasabah. Seperti yang tertera dalam tabel 4.24 yaitu
76,67% menyatakan puas dan 23,33% nasabah menyatakan sangat puas.
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std.Deviation Bagi hasil Valid N (listwise)
30
30
4 5 4,23 0,430
Kepuasan nasabah yang ditunjukkan dalam hal bagi hasil BSM melalui
pembiayaan berdasarkan tabel deskriptif statistik didapat angka mean 4,23 atau
masih berada dalam skala 4 (puas). Atau dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata
nasabah puas dengan bagi hasil yang mereka terima dan bank telah memenuhi satu
kriteria aspek penilaian nasabah cost (biaya).
c. Interpretasi Data Berdasarkan Nilai Mean
Interpretasi data ini digambarkan melalui variasi jawaban responden yang
dilihat dari besarnya nilai mean dan standar deviasi. Mean digunakan dengan
melihat besarnya nilai yang mendekati skala likert, sehingga bisa dilihat rata-rata
jawaban nasabah atas item pertanyaan tertentu. Sementara untuk standar deviasi,
semakin besar deviasi semakin kecil besarnya variasi (jawaban cukup merata).
Berikut adalah tabel statistik deskriptif untuk 12 jawaban responden.
Tabel 4.19 Mean N = 30
No Pertanyaan N Min Max Mean 1 Kemudahan prosedur 30 1 2 1,62 2 Kecepatan pemberian pembiayaan 30 4 5 4,37 3 Kepuasan terhadap layanan pembiayaan 30 3 5 4,03 4 Tanggapan atas keluhan kepada bank 30 4 5 4,77 5 Kecepatan menanggapi keluhan 30 2 5 4,23 6 Pengetahuan karyawan atas produk syariah 30 5 5 4,50 7 Keramahan karyawan 30 4 5 4,53 8 Prinsip mengenal nasabah 30 4 5 4,57 9 Lay out/suasana kenyamanan ruangan 30 4 5 4,73 10 Penampilan karyawan 30 4 5 4,50 11 Pengenaan fee atau admin 30 3 5 3,83 12 Bagi hasil 30 4 5 4,23 Valid N (Listwise) 30
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Dari nilai mean, kita dapat melihat bahwa nilai terendah terletak pada item
pertanyaan no. 11 mengenai pengenaan fee dalam pembiayaan yaitu 3,83 atau
mendekati skala 4 yang artinya nasabah merasa puas terhadap pengenaan fee dalam
pembiayaan.
Di sisi lain, mean tertinggi terletak pada pertanyaan no. 4 mengenai
keamanan dan kenyamanan lokasih Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit
yaitu berada pada angka 4,80. ternyata keamanan dan kenyamanan lokasih ini
mendapat tanggapan yang cukup menggembiralan dari nasabah.
Secara umum, dari sisi kualitas pelayanan pembiayaan yang diberikan oleh
bank terhadap nasabah dapat disimpulkan bahwa nasabah puas dengan bentuk
pelayanan pembiayaan di BSM Cabang Warung Buncit. Selain itu bank dipandang
telah memenuhi semua aspek yang mempengaruhi penilaian nasabah terhadap
kualitas layanan pembiayaan yang disediakan oleh bank, dapat dilihat dari nilai
mean yang berada pada rata-rata mendekati skala 4 (puas) , atau berada pada skala 4
bahkan mendekati skala 5 (sangat puas).
D. Analisa Kepuasan Nasabah Terhadap pelayanan Pembiayaan Berdasarkan
Standar Deviasiasi
Tabel 4.20 Standar deviasi
No Pertanyaan N Std. Deviation
1 Pengenaan fee atau admin 30 0,641 2 Kecepatan menanggapi keluhan 30 0,625 3 Kepuasan terhadap layanan pembiayaan 30 0,556 4 Penampilan karyawan 30 0,509 5 Pengetahuan karyawan atas produk syariah 30 0,509 6 Keramahan karyawan 30 0,507 7 Prinsip mengenal nasabah 30 0,504 8 Kecepatan terhadap pemberian pembiayaan 30 0,490 9 Lay out/suasana ruangan 30 0,450 10 Bagi hasil 30 0,430 11 Tanggapan atas keluhan kepada bank 30 0,430 12 Kemudahan prosedur 30 0,351 Valid N (listwise) 30 Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2008
Jika dengan menggunakan pendekatan standar deviasi, berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat bahwa pengenaan fee atau admin dalam mengajukan pembiayaan
di Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit menempati urutan pertama dengan
nilai standar deviasi 0,641. Nilai ini menunjukkan jawaban pertanyaan ini memiliki
variasi jawaban tingkat pelayanan yang sangat besar. Apalagi jika kita lihat pada
posisi kedua tertinggi yaitu pertanyaan mengenai kecepatan menanggapi keluhan
dalam pembiayaan, artinya bahwa variasi jawaban atas pertanyaan masih cukup
besar. Besarnya variasi jawaban antara sangat puas, puas, ragu-ragu, tidak puas, atau
sangat tidak puas, dapat disimpulkan bank sudah memenuhi aspek assurance
(kepastian), dimana bank sudah membangun kepercayaan nasabah terhadap layanan
pembiayaan.
Sedangkan di posisi terbawah adalah pertanyaan mengenai kemudahan
prosedur dalam mengajukan pembiayaan. Artinya, jawaban nasabah beda dengan
yang sebelimnya. Jawaban nasabah terhadap pertanyaan ini tidak merata dengan
yang sebelumnya antara yang sangat puas, puas, ragu-ragu, tidak puas atau sangat
tidak puas (jika dilihat dari tabel 4.20 nilai mean 1,62 mendekati skala 2 yaitu berarti
rata-rata nasabah menjawab tidak puas).
Tingkat Jawaban Nasabah Berdasarkan Pelayanan Pembiayaan
No Pertanyaan Nilai 1 Kemudahan prosedur 1,62 2 Kecepatan pemberian pembiayaan 4,37 3 Kepuasan terhadap layanan pembiayaan 4,03 4 Tanggapan atas keluhan terhadap bank 4,77 5 Kecepatan bank menanggapi keluhan nasabah 4,23 6 Pengetahuan karyawan atas produk syariah 4,50 7 Keramahan karyawan 4,53 8 Prinsip mengenal nasabah 4,57 9 Lay out/suasana ruangan 4,73 10 Penampilan karyawan 4,50 11 Pengenaan fee atau admin 3,83 12 Bagi hasil 4,23
Jumlah rata-rata 49,91 Sumber : Diolah dari data lapangan tahun 2008
Dengan skala likert 5 = sangat puas 4 = puas 3 = ragu-ragu 2 = tidak puas 1 = sangat
tidak puas.
Jika ditarik rata-rata secara keseluruhan dengan jumlah nasabah 81 nasabah,
dan sampel 30 maka di dapatkan hasil jawaban dari 12 item pertanyaan secara
keseluruhan sebagai berikut :
Jika di tarik rentang skala, maka jawaban nasabah mengenai pelayanan
pembiayaan adalah sebagai berikut :
Dari hasil kuisioner, rata-rata jawaban nasabah menunjukkan hasil nilai 4,15
yang berarti mayoritas nasabah menjawab puas mengenai pelayanan pembiayaan,
sebab jika dilihat dari rentang skala likert 1-5, maka nilai berada pada nilai 4 yang
berada pada posisi puas tentang pelayanan pembiayaan. Adanya jawaban yang
positif dari para nasabah yang menjadi responden penelitiaan ini, dari jumlah nilai
rata-rata yang dihasilkan didapat nilai 4,15 nilai ini berada pada interval (puas). Hal
ini berarti bahwa meskipun pengetahuan mereka tantang Bank Syariah Masih
kurang namun mengenai pelayanan pembiayaan, mereka merespon atas pelayanan
pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.Dari tabel dapat dilihat bahwa hasil dari tingkat kepuasan nasabah usaha kecil
terhadap layanan pembiayaan berdasarkan nilai mean hampir semua rata-rata
menjawab puas, dan hanya 30% saja yang menjawab sangat puas, itu bisa dilihat
dari nilai mean 4,77 atau mendekati skala 5 (sangat puas) dan sisanya menjawab
tidak puas,maka dapat dilihat dari nilai mean 1,62 atau mendekati skala 2 (tidak
puas).dalam kesimpulan ini bank sudah dapat dikatakan sudah berhasil dalam
menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana kepada
masyarakat,karena dari keseluruhan nilai mean yang didapat rata-rata menjawab
puas dengan layanan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah mandiri
cabang warung buncit.
2.Pembiayaan pada bank syariah mandiri terdapat kendala atau permasalahan yaitu
banyaknya nasabah usaha kecil yang mengajukan pembiayaan tiadak adanya
agunan atau jaminan dan kurangnya pengetahui atau pemahaman dalam prosedur
pembiayaan sehingga bank tidak dapat memberikan pembiayaan.Karena menurut
bank memberikan pembiayaan tanpa adanya agunan sama dengan mengambil
resiko dan dapat menyeret bank menjadi bengkrut karena kredit atau pembiayaan
macet.
3.Dari hasil penelitian dalam hal tingkat kepuasan, nasabah usaha kecil hamper rata-
rata naabah mempunyai variasi jawaban tingkat kepuasan terhadap layanan
pembiayaan jika
dilihat dari nilai mean maka rata-rata nasabah menjawab puas.
B. SARAN
1) Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit perlu mempertahankan layanan
pembiayaan sebelas dari dua belas item diatas yang dimana sebelas item tentang
layanan pembiayaan rata-rata nasabah menjawab puas dan hanya satu item saja
tentang prosedur pembiayaan nasabah menjawab tidak puas, dalam hal ini bank
harus meningkatkan kualiatas dalam layanan pembiayaan
2) Sebaikny Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit diharapkan dapat
memberikan kepercayaan kepada nasabah usaha kecil dalam pembiayaan meski
tidak adanya agunan atau jamina dari nasabah usaha kecil dengan cara
pembinaan dari pihak bank kepada nasabah usaha kecil.
3) Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit diharapkan dari 12 item
pertanyaan masalah pelayanan pembiayaan ada 1 item yang kurang memuaskan
nasabah yaitu mengenai kemudahan prosedur, diharapka Bank Syriah Mandiri
Cabang Warung Buncit agar dapat meningkatkan masalah kemudahan prosedur.
4) Jika diihat pengertian Kredit atau pembiayaan adalah kepercayaan, seharusnya
bank memberikan kepercayaan kepada pihak lain dalam pembiayaan meski tidak
ada agunan karena bank sudah ada jaminan dari pemerinta, jika di lihat dari segi
kerugian atau bencana alam yang di takutkan akan berdampak kepada bank
seharusnya tidak menjadi suatu masalah bagi pihak bank.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman, panji, Manajemen Bisnis, Jakarta: Gema Insani Press,
2001, Cet. Ke-2.
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT.Raja
Grafindo,
2004, Cet. Ke-2.
Arifin Zainal, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Al Vabet,
2001.
------------. Mamahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
1999,
Cet. Ke. I.
Bank Indonesia, Sejarah Peranan Bank Indonesia Dalam Pengembangan Usaha
Kecil,
Jakarta: Biro Kredit, 2001.
Boone dan Kurtz, Pengantar Bisnis, Jakrta: Erlangga,
2002.
Danil, Z, Kamus Istilah Perbankan, Jakarta: PT. Gramadia Pustaka Utama,
2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005, Cet. Ke-2.
Dimyati, Ahmad (ed). Islam dan Koperasi Telaah Peranserta Umat Islam Dalam
Pengembangan Koperasi, Jakarta: Kopinfo, 1997
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, Malang: Peyumedia Publishing,
2005
Htt/www.syariahmandiri.co.id.com, Akses tanggal 20 Mei 2008
Ira Prawirabisma, Tunas Haryanto, Perbankan Syariah dan Persaingan Pelayanan
Jasa Perbankan, Pengembangan Perbankan, Jakarta: tpen, 2008.
Kassmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
2001
Maudi, Ali, Statistik Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial, Jakarta: PT. Prima
Heza Lestari, 2006.
Panji Anaroga, Djoko Sudanto, Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil,
Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet, Ke-1.
Sudijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2001, Cet. Ke-2.
Syarif Ibnu Mujar, Aini Noryamin. DKK, Pedoman Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum,2007, Cet. Ke-1.
Undang-Undang Republik Indonesia No.9/1995, Tantangan Usaha Kecil,
Bab III, Pasal Lima
Y. Sri Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat 2000,
Cet. Ke-1
STRUKTUR ORGANISASI PT BANK SYARIAH MANDIRI
RUPS
DEWAN PENGAWAS SYARIAH Ketua : Prof Kh. Ali Yafie Anggota : Dr. M. Syafii Antonio. M.EcAnggiota: Mohammad Hidayat
DEWAN KOMISARIS Komut : A. Noer IlhaKomisaris: Zainal ArifinKomisaris: Djakfarudin Senior advisor: Achmad Ma
Direktur Utama
Yuslam Fauzi
Direktorat Pembiayaan Korporasi & Komersial
Amran P. Nasution*)
Direktorat Pembiayaan Komersial & Konsumer
Hanawijaya
Direktorat Treasury & Jaringan
M. Haryoko
Direktorat Keputusan & Menejemen Resiko
Zainal Fanani*)
Direktorat PembiayKorporasi & Kome
Srie Sulistyowati
Devisi Pembiayaan korporasi & investasi
Devisi Pembiayaan kecil, micro &
Program
Devisi Dana, Treasury Perbankan
internasioal
Devisi Manajemen Resiko
Devisi HubungKorporasi & Hu
Devisi Pembiayaan Komersial Pusat
Devisi Pembiayaan Konsumer
Devisi Restrukturisasi
Devisi Keputusan Devisi SaranaLogistik
Devisi Pembiayaan Khusus & Slindikasi
Devisi Pembiayaan Komesial Cabang
Devisi Penyelesaian Pembiayaan
Devisi OprasAkuntansiDevisi Perancangan
Pengembangan& Menejemen Kerja
SAD Pembiayaan
Devisi Pengembangan
Produk
Devisi Pengembangan
Jaringan
SAD Pembiayaan
Insani
Devisi Sumberdaya Insani
Devisi SistemTegnologi
SAD Perbankan Internasional SKD Jaringan
SAD Dana
Desk Sisdur & Pengawasan
Cabang
*) Telah lulus fit &No9/ 11/DpG/DPPengangkatan P
I. Data-data Pribadi
1. Nama : ...................
2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
3. Pendidikan terakhir : a. SD/SDI d. Sarjana (S1)
b. SLTP/Tsanawiyah e. Pascasarjana (S2)
c. SLTA/Aliyah
4. Agama : a. Islam c. Budha
b. Kristen d. Hindu
5. Status nikah : Belum/sudah menikah
6. Umur : _______ tahun
7. Alasan mengajukan pembiayaan di BSM?
a. Memahami bank syariah adalah bank yang sesuai dengan ajaran islam
b. Adanya opini bagi hasil/return yang menguntungkan
c. Mematuhi fatwa MUI bahwa bunga bank (konvesional) haram
d. sekedar ikut-ikutan
e. Karena terpengaruh oleh lingkungan, keluarga, teman dan kerabat
8. Opini terhadap bagi hasil
a. Sama saja dengan konvesional
b. Lebih menguntungkan bagi hasil
c. Lebih menguntungkan bunga
d. Tidak tahu
II. Respon nasabah terhadap layanan pembiayaan di BSM Cabang Warung
Buncit
1. Bagaimana pendapat anda mengenai kemudahan prosedur dalam memperoleh
layanan pembiayaan?
a. sangat mudah c. Mudah e. ragu-ragu/tidak
tahu
b. tidak mudah d. sangat tidak mudah
2. Apakah anda puas dengan kecepatan pemberian pembiayaan?
a. sangat puas c. puas e. ragu-ragu/tidak
tahu
b. tidak puas d. sangat tidak puas
3. Apakah anda puas dengan layanan pembiayaan ?
a. sangat puas c. puas e. ragu-ragu /tidak
tahu
b. tidak puas d. sangat tidak puas
4. Apakah anda puas dengan tanggapan bank atas keluhaan dari anda?
a. sangat puas c. puas e. ragu-ragu/tidak
tahu
b. tudak puas d. sangat tidak puas
5. Apakah anda puas dengan kecepatan pihak bank dalam merespon keluhan
anda?
a. sangat puas c. puas e. ragu-ragu/tidak
tahu
b. tidak puas d. sangat tidak puas
6. Bagaimana pendapat anda mengenai kemampuan karyawan pembiayaan
dalam menawarkan produk syariah khususnya untuk pembiayaan?
a. sangat puas c. puas e. ragu-ragu/tidak
tahu
b. tidak puas d. sangat tidak puas
7. Bagaimana menurut anda mengenai keramahan pegawai bank yang melayani
pembiayaan?
a. sangat puas c. puas e. ragu-ragu/tidak
tahu
b. tidak puas d. sangat tidak puas
8. Bagaimana menurut anda sikap empati karyawan bank terhadap anda?
a. sangat puas c. puas e. ragu-ragu/tidak
tahu
b. tidak puas d. sangat tidak puas
9 Bagaimana menurut anda suasana (lay out) BSM yang menyediakan layanan
pembiayaan?
a. sangat puas c. puas e. ragu-ragu/tidak
tahu
b. tidak puas d. sangat tidak puas
10. Bagaimana menurut anda penampilan karyawan yang melayani pembiayaan?
a. sangat puas c. puas e.ragu-ragu/tidak
tahu b. Tidak puas d. sangat tidak puas
11. Apakah anda setuju danga pengenaan fee atau biaya admin atas layanan
pembiayaan?
a. sangat setuju c. setuju e ragu-ragu/tidak
tahu
b. tidak setuju d. sangat tidak setuju
12. Bagaimana pendapat anda dengan bagi hasil dalam pembiayaan?
a. sangat puas c. puas e.ragu-ragu/tidak
tahu b. Tidak puas d. sangat tidak puas
SCORING
NOMOR PERTANYAAN NO NAMA NASABAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JUMLAH
1 Muhammad Arfan 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 58 2 Muih Maha 5 4 5 4 5 3 5 5 3 5 4 5 53 3 Pri Handoko 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 54 4 Sarmila 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 48 5 Rina Wati 4 4 4 2 4 3 4 2 2 4 4 5 42 6 H. Darnil 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 51 7 Jujun 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 53 8 Adnan 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 51 9 Farida Syafarudin 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 48 10 Dona M 3 4 5 4 5 4 5 4 3 4 4 4 49 11 Iwan 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 45 12 Minanti 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 48 13 Rana Farida 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 52 14 Muhammad Zaki 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 54 15 Mustika Fernanda 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 51 16 Septrina Murtia 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 52 17 Berti Yosita 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 53 18 Indra Sari 5 4 5 4 5 4 5 5 2 5 5 5 54 19 Ida Yuliawati 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 47 20 Ridwiyanti 4 4 5 4 4 4 5 4 3 5 4 4 50 21 Mansur 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 55 22 Agustini 4 3 5 5 4 3 4 4 3 4 4 5 48 23 Supriyadi 4 4 5 5 4 3 5 4 3 5 4 4 50 24 Agustin Ambarwati 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 54 25 Yudi Faliando 5 4 5 4 5 4 5 4 3 5 5 5 54 26 Roslina 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 57 27 Irvani Idris 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 58 28 Nursita 5 4 5 4 5 4 5 4 3 5 5 4 53 29 Nani Sumarni 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 52 30 Laila H. Mahdi 5 4 5 4 4 4 5 5 2 5 5 5 53
131 117 146 129 131 121 143 126 104 135 103 106 1547