persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

43
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum syariah dan Bank pembiayaan rakyat syariah. Pada tahun 1992 awal perkembangan Bank Syariah di Indonesia yaitu dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank-bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama muslim adalah pangsa pasar yang cukup besar. Tidak mengherankan setelah akhir tahun 2000 kemudian banyak perbankan konvensional yang membuka layanan perbankan dengan prinsip syariah, seperti Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, BTN Syariah, Bank Danamon Syariah, dan lain-lain yang menggunakan sIstem perbankan ganda atau Dual Banking System, yaitu penggunaan perbankan konvensional dan syariah secara paralel. Hal ini termuat dalam kerangaka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara nasional, volume usaha perbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) meningkat 34,0% (yoy) dari posisi Rp149,0 triliun pada tahun

Upload: puputnurbaithi

Post on 18-Jan-2016

595 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah

segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan yang dimaksud dengan Bank

Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum syariah dan Bank

pembiayaan rakyat syariah.

Pada tahun 1992 awal perkembangan Bank Syariah di Indonesia yaitu

dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank-bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS). Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama muslim

adalah pangsa pasar yang cukup besar. Tidak mengherankan setelah akhir

tahun 2000 kemudian banyak perbankan konvensional yang membuka layanan

perbankan dengan prinsip syariah, seperti Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah,

BRI Syariah, BTN Syariah, Bank Danamon Syariah, dan lain-lain yang

menggunakan sIstem perbankan ganda atau Dual Banking System, yaitu

penggunaan perbankan konvensional dan syariah secara paralel. Hal ini termuat

dalam kerangaka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menghadirkan

alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia.

Secara nasional, volume usaha perbankan syariah yang terdiri dari Bank

Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) meningkat 34,0% (yoy) dari posisi Rp149,0 triliun pada tahun

Page 2: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

2

2011, menjadi Rp199,7 triliun pada tahun 2012. Jumlah bank yang melakukan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tahun 2013 bertambah seiring

dengan beroperasinya sejumlah bank syariah baru. Jumlah BUS dan UUS yaitu

sebanyak 11 BUS dan 23 UUS, serta BPRS menjadi 163 BPRS yang 31 di

antaranya berada di wilayah Jawa Timur.

Perkembangan Bank Syariah ini tidak terlepas dari beberapa faktor

pendorong peningkatan kinerja industri perbankan syariah baik dalam

penghimpunan dana maupun penyaluran pembiayaan. Karakteristik yang

membedakan bank syariah dengan bank konvensional yaitu terletak pada

penyediaan jasa atau pada praktek operasional bisnisnya yang berdasarkan

prinsip syariah. Prinsip inilah yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi

masyarakat untuk menjadi nasabah dari bank syariah. Beberapa faktor lain yang

mempengaruhi nasabah dalam meningkatkan kesadaran atau minat untuk

memilih bank syariah yaitu ekspansi jaringan kantor dan kemudahan akses,

banyaknya program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai

produk-produk bank syariah, upaya peningkatan kualitas layanan perbankan

syariah agar dapat bersaing dengan bank konvensional, dan kepastian hukum.

Perkembangan perbankan syariah ini diarahkan untuk memberikan kontribusi

optimal bagi perekonomian nasional.

Secara makro, perbankan syariah dapat memberikan daya dukung

terhadap terciptanya stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional

karena produk-produknya tidak bersifat spekulatif sehingga mempunyai daya

tahan yang kuat. Bank syariah lebih dekat dengan sektor riil sehingga

dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu

sistem bagi hasil yang diterapkan bank syariah dirasa lebih adil bagi pihak-pihak

Page 3: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

3

terkait, baik pemilik dana, pengusaha sebagai debitur, maupun pihak bank

sebagai pengelola dana.

Bank syariah memiliki potensi keuntungan besar yang kemudian menarik

perhatian bagi negara-negara barat untuk menganut sistem ekonomi islam ini

untuk diterapkan kedalam sistem ekonominya. tidak seperti sistem perbankan

konvensional yang dikenal di negara barat, bank syariah dijalankan sesuai

dengan syariat atau hukum islam. Seperti disebutkan di atas bahwa perbedaan

perbankan konvensional dan perbankan syariah yaitu pada prinsip syariah dan

hukum islam yang digunakan dalam perbankan syariah. Di negara barat, bank

syariah menjadi alternatif sistem perbankan dan dalam perkembangannya bank

syariah tidak hanya menerima nasabah dari kaum muslim namun juga para non-

muslim.

Tidak berbeda dengan negara-negara barat, di Indonesia perbankan

syariah juga tidak hanya diminati oleh masyarakat muslim. Hal ini dibuktikan

dengan banyaknya masyarakat non-muslim yang menjadi nasabah di beberpa

bank syariah. Contohnya dibeberapa Bank Syariah di Kota Kediri seperti Bank

Jatim Syariah, Bank Mandiri Syariah, dan lain-lain merupakan bank yang

nasabahnya tidak hanya terdiri dari kaum muslim. Terdapat banyak faktor yang

menjadi alasan baik bagi masyarakat muslim maupun non-muslim menjadi

nasabah di bank syariah diantaranya, faktor agama, keuntungan (motif profit),

pelayanan dan fasilitas, tingkat keamanan, dan lain-lain. Di antara berbagai

macam kemungkinan motif menjadi nasabah bank syariah pasti terdapat

perbedaan persepsi antara kaum muslim dan non-muslim terhadap pelayanan

yang ada di perbankan syariah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa muncul persepsi di masyarakat bahwa

perbankan syariah hanya diperuntukkan pada masyarakat muslim dan tertutup

Page 4: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

4

untuk kalangan non muslim karena adanya fanatisme agama masih kental

terlihat dalam masyarakat. Padahal, sistem bagi hasil merupakan salah satu

elemen penting dari pasar syari’ah yang sudah lama diterapkan oleh negara-

negara di Eropa terutama Inggris. Kemudian mulai timbul kesadaran pada

masyarakat bahwa perbankan syariah bukan hanya menjadi kebutuhan

masyarakat Indonesia tapi juga telah menjadi kecenderungan dunia Internasional

termasuk negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama non muslim.

Kondisi di atas membuat penulis tertarik untuk membuat sebuah

penelitian yang berjudul “Analisis Persepsi Nasabah Non-muslim terhadap

Layanan Bank Syariah di Kota Kediri”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana persepsi nasabah non muslim terhadap Pelayanan Pada

Bank Syariah di Kota Kediri?

1.3 Tujuan

Mengetahui persepsi nasabah non muslim terhadap Pelayanan Pada

Bank Syariah di Kota Kediri?

1.4 Manfaat

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

serta merupakan salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Akhir Bank Indonesia

Kediri.

2. Sebagai data dasar (bench mark data) bagi penelitian selanjutnya.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemegang kebijakan yang berkaitan dengan

bank syariah untuk menentukan langkah-langkah pengembangan bank syariah

kedepannya.

Page 5: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bank Syariah

2.1.1 Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun

dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan

imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Prinsip utama

operasional bank yang berlandaskan prinsip syariah adalah hukum islam yang

bersumber dari Alquran dan Al Hadits. Kegiatan operasional bank harus

memperhatikan perintah dan larangan dalam Alquran dan Sunnah Rasulullah

SAW. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat

diklasifikasikan sebagai riba (Susilo,2000).

Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para

nasabah. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk

transaksi. Islam melarang kaum muslim menarik atau membayar bunga (riba).

Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan Islam dengan sistem

perbankan konvensional. Tujuan utama perbankan dan keuangan Islam ada tiga

yaitu (1) penghapusan bunga dengan prinsip-prinsip Islam. (2) Pencapaian

distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar. (3) Promosi pembangunan

ekonomi (Algaoud, 2001).

Antonio dan Perwataatmadja (1997) membedakan dua pengertian yaitu

bank Islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam

adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, bank

yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan

Hadits. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah adalah bank

yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,

khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dikatakan

Page 6: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

6

lebih lanjut, dengan tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang

dikhawatirkan mengandung unsur riba untuk diisi dengan kegiatan investasi atas

dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

Bank syariah sebagai bank berdasarkan prinsip syariah wajib

memposisikan diri sebagai uswatun khasanah dalam implementasi moral dan

etika bisnis yang benar atau melaksanakan etika dan moral agama dalam

aktivitas ekonomi. Secara filosofis bank syariah adalah bank yang aktivitasnya

meninggalkan masalah riba. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa

belakangan ini para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar guna

menemukan cara untuk mengganti sistem bunga dalam transaksi perbankan dan

keuangan yang lebih sesuai dengan etika Islam (Muhammad, 2005).

Berdasarkan Undang-undang RI No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan

syariah, pada pasal 1 ayat 12 disebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip

hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan

oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang

syariah.

Dalam kegiatan operasional bank, prinsip syariah adalah aturan

perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya

yang sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi

hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyerta modal

(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni

tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewakan dari pihak bank oleh pihak lain.

Perbankan syariah menurut UU RI No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 1

adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah atau Unit Usaha

Page 7: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

7

Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

Dalam pasal 1 ayat 7 disebutkan bank syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut

jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang

dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam.

Asset

Asset perbankan syariah meliputi kas, penempatan dana pada BI,

penempatan pada bank lain, pembiayaan yang diberikan, penyertaan, penyisihan

penghapusan Akitva Produktif, Aktiva Tetap dan Inventaris, serta Rupa-rupa

Akitva. (Banoon dan Malik, 2007)

a) Kas

Uang kartal yang tersedia bagi suatu usaha, terdiri atas uang kertas bank

dan uang logam yang merupakan alat pembayaran yang sah; dalam perusahaan

bukan bank, cek, wesel, dan surat berharga lain yang dapat segera dijadikan

uang diperhitungkan juga sebagai kas.

b) Penempatan

Penanaman dana bank syariah pada Bank Indonesia, bank syariah

lainnya dan atau Bank Pembiayaan Rakyat berdasarkan prinsip syariah, antara

lain dalam bentuk gio dan atau tabungan wadi’ah, deposito berjangka dan atau

tabungan mudharabah, pembiayaan yang diberikan, Sertifikat Investasi

Mudharabah Antarabank (sertifikat IMA) dan atau bentuk-bentuk penempatan

lainnya berdasarkan prinsip syariah.

c) Pembiayaan

Page 8: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

8

Pembiayaan pada bank syariah meliputi pembiayaan diterima,

pembiayaan investasi, pembiayaan likuiditas, pembiayaan konsumtif,

pembiayaan modal kerja, pembiayaan persediaan, dan pembiayaan piutang.

d) Penyertaan

Penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan

yang bergerak dibidang keuangan syariah atau untuk mengatasi kegagalan

pembiayaan dan atau piutang dalam perusahaan nasabah. Hal ini menyebabkan

bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang

bergerak dibidang keuangan syariah atau pada perusahaan milik nasabah.

2.2 Perbedaan Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah

Perbedaan antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah

tidak hanya dibatas pada unsur bunga saja. Jika dilihat atau dianalisis secara

menyeluruh, terdapat banyak perbedaan utama antara kedua sistem perbankan

tersebut yang sekaligus merupakan satu gambaran tentang keutamaan dan

kelemahan masing-masing sistem.

Tabel 1. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

No. Perbedaan Bank Syariah Bank

Konvensional

1 Landasan

Operasional

Berdasarkan margin keuntungan

dan bagi hasil

Menggunakan

perangkat bunga

2 Hubungan Bank

dengan Nasabah

Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk kemitraan (sejajar)

Sebatas hubungan

debitur-kreditur

3 Penyaluran Dana Melakukan investasi halal Investasi yang

halal dan haram

4 Sistem

Pembayaran

Penyaluran dan pengerahan dana

harus sesuai dengan pendapat

dari dewan pengawas syariah

Tidak memiliki

dewan yang

sejenis ini

Sumber : Antonio, 2001

Page 9: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

9

Tabel 2. Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil

Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Penentuan bunga dibuat pada saat

akad dengan asumsi harus untung

Penentuan besarnya rasio/nisbah

bagi hasil dibuat pada waktu akad

dengan berpedoman pada

kemungkinan untung atau rugi

Besarnya persentase berdasarkan

pada jumlah uang (modal) yang

dipinjamkan)

Besarnya rasio bagi hasil

berdasarkan jumlah keuntungan dan

kerugian

Pembayaran bunga tetap seperti yang

dijanjikan tanpa pertimbangan

apakah proyek yang dijalankan oleh

nasabah untung atau rugi

Besarnya bagi hasil tergantung pada

keuntungan proyek/usaha yang

dijalankan nasabah, bila usaha

merugi maka kerugian akan

ditanggung bersama oleh kedua

belah pihak.

Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah

keuntungan berlipat atau keadaan

ekonomi sedang booming

Jumlah pembagian laba meningkat

sesuai dengan peningkatan

pendapatan

Eksistensi bunga diragukan oleh

semua agama, termasuk Islam

Tidak ada yang meragukan

keabsahan sistem bagi hasil

Sumber : Antonio, 2001

2.3 Konsep Bunga di Kalangan Non Muslim

Konsep Riba di Kalangan Hindu dan Budha

Di antara referensi paling tua mengenai riba adalah yang ditemukan pada

naskah keagamaan India kuno sebagaimana disarikan dengan amat baik oleh

Jain (1929) dalam karyanya Indigenous Banking in India. Catatan awal

diturunkan dari teks Vedic India kuno (2000-1400 SM) di mana pemungut riba

(kusidin) disebut berulang kali dan diinterpretasikan sebagai pemberian pinjaman

dengan bunga. Hal ini juga ditemukan pada teks Sutra (700-100 SM), serta

Jatakas dalam Budha (600-400 SM). Pada masa inilah perasaan jijik pada riba

Page 10: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

10

diekspresikan. Misalnya, adanya larangan bagi kasta Brahmana dan Kshatriya

meminjamkan uang dengan memungut bunga. Namun demikian, pada abad

kedua Masehi, riba telah menjadi istilah yang lebih relatif, sebagaimana

termaktub pada Laws of Manu saat itu:‘Stipulated interest beyond the legal rate

being against [the law], cannot be recovered; they call that a usurious way (of

lending)’ (Jain, 1929). Dilusi makna riba ini tampaknya terus berlanjut hingga kini,

di mana meskipun secara prinsip masih dikutuk, namun riba hanya merujuk pada

bunga yang diterapkan di atas batas yang diterima masyarakat umum, dan tidak

lagi dilarang atau dikontrol dengan cara yang signifikan.

Konsep Riba di Kalangan Yahudi

Kecaman terhadap riba, yang dalam bahasa Yahudi dikenal sebagai

neshekh, memiliki akarnya dalam beberapa bagian Perjanjian Lama yang

menyatakan pemungutan bunga sebagai hal yang dilarang dan hina

(Visser,1998), misalkan dalam Keluaran 22: 25 yang menyebutkan: “Jika engkau

meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di

antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang

terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.” Larangan

mempraktikkan riba juga dimuat dalam Imamat 25: 35-37 yang menyatakan,

“Apabila Saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu,

maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya

ia dapat hidup di antaramu. Janganlah

engkau mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus takut

akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu. Janganlah engakau

memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu

janganlah kauberikan dengan meminta riba”.

Page 11: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

11

Konsep Riba di Kalangan Kristen

Meskipun terdapat akarnya dalam agama Yahudi, debat mengenai riba

oleh lembaga-lembaga gereja kristen berlangsung selama lebih dari seribu

tahun. Pada abad keempat Masehi, Gereja Katholik Roma melarang

pemungutan riba bagi para rohaniwan, aturan yang kemudian diperluas bagi

kalangan awam pada abad kelima. Pada abad kedelapan, di bawah

Charlemagne, mereka bahkan menekan lebih dalam dan mendeklarasikan

pemungutan riba sebagai tindakan kriminal (Visser, 1998).

Seiring dengan perkembangan komersialisasi, gerakan pro-bunga juga

mulai tumbuh. Munculnya protestanisme serta pengaruh prokapitalismenya juga

berhubungan dengan perubahan ini, meskipun harus dicatat bahwa baik Luther

maupun Calvin juga berkeberatan terhadap praktek riba, namun meyakini bahwa

hal semacam itu tidak dapat digeneralisasi dan diterapkan secara universal.

Namun demikian, meskipun larangan riba tidak termaktub secara khusus dalam

Kitab Perjanjian Baru, banyak yang meyakini Lukas 6:34-35 sebagai ayat yang

mengecam praktik pemungutan bunga. Ayat tersebut menyatakan, “Dan, jikalau

kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan

menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun

meminjamkan kepada orangorang berdosa, supaya mereka menerima kembali

sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada

mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu

akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Mahatinggi, sebab

Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap

orang-orang jahat.”

2.4 Produk-Produk Perbankan Syariah

1. Al-wadi’ah (Simpanan)

Page 12: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

12

Al-Wadi’ah merupakan titipan atau simpanan pada Bank Syariah, Prinsip

Al-wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan

maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si

penitip menghendaki. Penerima Simpanan disebut yad al-amanah yang artinya

tangan amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan

dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian

atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.

Dewasa ini agar uang yang dititipkan tidak menganggur begitu saja, oleh si

penyimpan uang titipan tersebut (Bank Syariah) digunakan untuk kegiatan

perekonomian. Prinsip yad al-amanah (tangan amanah) menjadi prinsip yad

adhdhamanah (tangan penanggung). Mengacu pada prinsip yad adh-dhamanah

bank sebagai penerima dana dapat memanfaatkan dana titipan seperti simpanan

giro dan tabungan, deposito berjangka untuk dimanfaatkan bagi kepentingan

masyarakat dan kepentingan negara.

Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adh-dhamanah pihak bank

akan menerima seluruh keuntungan dari penggunaan uang, namun sebaliknya

bila mengalami kerugian juga harus ditanggung oleh bank. Sebagai imbalan

kepada pemilik dana di samping jaminan keamanan uangnya juga akan

memperoleh fasilitas lainnya seperti insentif atau bonus untuk giro wadiah.

Artinya bank tidak dilarang untuk memberikan jasa atas pemakaian uangnya

berupa insentif atau bonus dengan catatan tanpa perjanjian terlebih dahulu baik

nominal maupun persentanse dan ini murni merupakan kebijakan bank sebagai

pengguna bank. Pemberian jasa berupa insentif atau bonus biasanya digunakan

istilah nisbah atau bagi hasil antara bank dengan nasabah. Bonus biasanya

diberikan kepada nasabah yang memiliki dana rata-rata minimal yang ditetapkan.

Pada praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan

(mudharib) berupa bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40:60 untuk

Page 13: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

13

simpanan tabungan dan nisbah 45:55 untuk simpanan deposito.

2. Pembiayaan dengan Bagi Hasil

Penyaluran dana dalam bank konvensional kita kenal dengan istilah kredit

atau pinjaman, sedangkan dalam Bank Syariah untuk penyaluran dana kita kenal

dengan istilah pembiayaan. Kalau bank konvesional keuntungan bank dikenal

dengan bunga dan jika bank syariah dikenal dengan istilah bagi hasil.Prinsip bagi

hasil dalam bank syariah yang diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan

dalam 4 (empat) akad utama:

a) Al Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk

melakukan usaha tertentu.

b) Al Mudharabah

Al-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak

pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.

Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

Apabila rugi, maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian

pengelola, maka si pengelola lah yang bertanggung jawab.

Mudharabah dibagi 2 (dua) jenis yaitu:

- Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan

pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu,

spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

- Mudharabah Muqayyah

Mudharabah muqayyah merupakan kebalikan dari mudharabah

muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah

bisnis.

Page 14: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

14

Dalam dunia perbankan al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada

produk pembiayaan atau pendanaan seperti pembiayaan modal kerja.

c) Al Muza’arah

Al-muza’arah merupakan kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik

lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap

untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil

panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang

platation atas dasar bagi hasil panen. Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan

lahan, benih, dan pupuk. Sedangkan penggarap menyediakan keahlian, tenaga,

waktu. Keuntungan diperoleh dari panen dengan imbalan yang telah disepakati.

d) Al Musaqah

Al-musa”arah adalah bagian dari al-musa’arah yaitu penggarap hanya

bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan penggunakan

dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil

panen pertanian. Jadi tetap dalam kontek adalah kerja sama pengolahan

pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.

3. Bai’al-murabahah

Bai’al-murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu

memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang

diinginkannya.

Bai’al-murabahah ini baru dilakukan setelah ada kesepakatan dengan

pembeli baru kemudian dilakukan pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan

Bai’al-murabahah pada pembiayaan produk barang-barang investasi baik dalam

negeri maupun luar negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal LC.

4. Bai’al-salam

Page 15: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

15

Bai’al-salam adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian hari

sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah

harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas, dan jumlah barang dan hukum awal

pembayaran harus dalam bentuk uang.

5. Bai’Al-Istihna

Bai’Al-Istihna adalah bentuk khusus dari akad Bai’as-salam oleh karena

itu ketentuan dalam Bai’al-istihna mengikuti ketentuan aturan Bai’as-salam.

Pegertian Bai’al-istihna adalah kontrak penjualan antara produsen (pembuat

barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu

tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan

tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara

angsuran per bulan atau di belakang.

6. Al-Ijarah (Leasing)

Al-Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan

leasing baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.

7. Al-Wakalah (Amanat)

Al-Wakalah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian

mandat dari satu pihak kepada pihak lain.

8. Al-Kafalah (Garansi)

Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak

ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat

diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain.

9. Al-Hawalah

Page 16: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

16

Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berhutang

kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam dunia perbankan dikenal

dengan kegiatan anjak piutang atau Factoring.

10. Al-Rahn

Al-Rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan

seperti jaminan utang atau gadai.

2.5 Pengertian Nasabah

Menurut Saladin (1994:7) nasabah adalah “konsumen-konsumen sebagai

penyedia dana”. Sedangkan pengertian nasabah menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1997: 683) adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau

menjadi pelanggan Bank (dalam hal keuangan). Berdasarkan pengertian diatas,

maka untuk penelitian ini yang dimaksud dengan calon nasabah adalah orang

yang akan menjadi tanggungan suatu perusahaan bank dan belum menjadi

nasabah suatu perusahaan bank.

2.6 Konsepsi Teoritik Mengenai Persepsi

Manusia sebagai makhluk individu pada hakekatnya memiliki berbagai

dimensi dalam hidupnya seperti misalnya susunan syaraf, bentuk tubuh, sifat dan

kepribadian yang berbeda satu sama lainnya. Faktor-faktor ini menimbulkan

adanya berbagai macam perbedaan antar manusia.

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan orang lain

dalam hidupnya. Kebutuhan ini menyebabkan timbulnya kesamaan sikap dan

perilaku yang akan berarti mempersempit variasai antar individu yang satu

dengan individu lainnya.

Manusia akan selalu berhadapan dengan berbagai macam rangsangan

baik yang menyangkut dirinya sebagai individu maupun berkaitan sebagai

Page 17: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

17

makhluk sosial. Stimulus ini dapat berupa stimulus fisik, tetapi juga bisa berupa

stimulus non-fisik.

Kotler (2003) mendefinisikan persepsi sebagai perception is the process

by which am individual selected, organized and interprets information inputs to

create a meaningful picture of the world. Sementara Wells dan Prenskey (2000)

mendefinisikan persepsi sebagai perception is the process consumers use to

select stimuli or object in their environment, gather information about them and

interpret the meaning of the information.

Definisi persepsi itu sendiri dapat dilihat dari beberapa definisi persepsi

berikut ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) persepsi adalah: (1)

tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, serapan dan (2) proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Pengertian persepsi menurut Michael W. Levine & Shefner (2000) yaitu:

“persepsi merupakan cara dimana kita menginterpretasikan informasi yang

dikumpulkan (diproses) oleh indera”.

2.7 Kerangka Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman mengenai keseluruhan rangkaian dari

penelitian ini, maka disusunlah kerangka penelitian ini sebagai berikut:

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

dapat disusun sebagai berikut:

Ho : Pelayanan Nasabah Non Muslim tidak berpengaruh terhadap persepsi Bank

Syariah di Kota Kediri

H1 : Pelayanan Nasabah Non Muslim berpengaruh terhadap persepsi Bank

Syariah di Kota Kediri

Pelayanan Bank

Syariah Persepsi Nasabah Non Muslim

n

Page 18: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai,

maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Nazir

(2003:54), penelitian yang menggunakan metode deskriptif adalah:

“Untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

suatu sistem pemikiran, atau suatu jelas peristiwa pada masa sekarang yang

bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran tentang situasi atau

kejadian dengan maksud mengadakan akumulasi data, memberikan deskriptif

atau gambaran mengenai fenomena-fenomena yang terjadi serta mendapatkan

gambaran tentang masalah yang dihadapi.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data tentang persepsi nasabah non muslim terhadap

pelayanan perbankan syariah di Kota Kediri maka penelitian ini dilakukan di Kota

Kediri.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek dan objek

yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2006:25).

Populasi penelitian ini adalah nasabah non muslim Kota Kediri.

Page 19: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

19

3.3.2 Sampel

Berbagai metode penentuan sampel merupakan cara-cara untuk

meminimalisir kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Metode

pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling yaitu sampel

yang dapat ditemui dengan mudah, sebanyak 30 responden. Guilford (1987)

dalam Alimunir (2003) menyebutkan persyaratan minimal untuk sampel adalah

30 responden, semakin besar sampel akan memberikan hasil yang lebih akurat.

Namun karena berbagai keterbatasan, maka pada penelitian ini peneliti

menetapkan jumlah sampel yang akan digunakan sebanyak 30 responden.

3.4 Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik

penelitian (Suharsimi, 1999). Obyek penelitian yang dimaksud adalah nasabah

non-muslim yang menjadi nasabah di Bank syariah. Penelitian ini menggunakan

dua macam variabel, yaitu variabel Independent (bebas) dan variabel Dependent

(terikat).

1) Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah pelayanan, dengan

menggunakan indikator berupa fasilitas ATM, Internet Banking dan mobile

Banking, daya tanggap, kelengkapan, dan lokasi.

2) Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah persepsi, yang menunjukkan

kepuasan nasabah terhadap bank syariah dan menunjukan minat untuk menjadi

nasabah di bank syariah.

3.5 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data asli atau data mentah yang langsung

diperoleh penulis dari sumber data (Sugiono, 2004) selama melakukan penelitian

di lapangan (field research) dalam hal ini, penelitian terhadap nasabah non

muslim di Kota Kediri sebagai objek penelitian dan responden.

Page 20: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

20

Data primer ini diperoleh melalui :

a. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi beberapa pertanyaan tertulis kepada responden. Data dari kuisioner

adalah jawaban yang diberikan oleh para responden.

2. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari berbagai tulisan mulai buku, jurnal,

tesis dan sumber-sumber lain yang dapat memperkuat hasil analisa.

3.6 Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Format

yang digunakan berupa pertanyaan-pertanyaan. Jumlah pertanyaan yang ada di

ambil dari masing-masing item yang diperoleh dari masing-masing indicator

variable, baik variable terikat maupun bebas. Kuesioner diberikan langsung

kepada responden dengan tujuan agar lebih efektif dan efisien menjangkau

jumlah sampel dan mudah member penjelasan terkait dengan pengisian

kuesioner tersebut. Hasil dari masing-masing bagian akan menunjukan faktor

mana yang paling berpengaruh untuk membuat nasabah non muslim lebih

memilih Bank Syariah dan mengetahui pandangan mengenai bank syariah dari

sudut pandang nasabah non muslim Bank Syariah. Variabel di dalam kuesioner

ini menggunakan skala likert, yaitu dengan menjabarkan variabel yang akan

diukur menjadi indikator variabel. Jawaban setiap instrumen mempunyai gradasi

dari yang sangat positif sampai sangat negatif. Gradasi yang digunakan adalah :

a. Sangat setuju = Skor 5

b. Setuju = Skor 4

c. Ragu-ragu = Skor 3

d. Tidak setuju = Skor 2

e. Sangat tidak setuju = Skor 1

Page 21: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

21

3.7 Analisis Data

Analisis Data menurut Hasan ( 2006: 29) adalah memperkirakan atau

dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu (beberapa)

kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/

meramalkan kejadian lainnya. Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan

nilai variabel. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan bantuan wawancara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Deskriptif Persentase. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada

pada penelitian yaitu Pelayanan (X) dan Persepsi (Y). Deskriptif persentase ini

diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100 persen,

seperti dikemukan Sudjana (2001:129) adalah sebagai berikut:

P = F/N x 100%

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi

N : Jumlah responden

100% : Bilangan tetap

Penghitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mengkoreksi jawaban kuesioner dari responden

b. Menghitung frekuensi jawaban responden

Page 22: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Dasar Penelitian dan Jumlah Responden

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuesioner skala

likert. Disebutkan dalam buku Riduwan (2011,p20) skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan

secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian.

Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan

menjadi sub variabel kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang

terukur yang dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang

berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Jumlah

pertanyaan yang penulis ajukan dalam kuesioner berisi 14 pertanyaan. 14

pertanyaan yang diajukan oleh penulis mengandung komponen Pelayanan Bank

Syariah dan Persepsi Nasabah Non Muslim.

4.2 Karakteristik Responden

Setiap responden memiliki karakteristik yang berbeda. oleh karena itu

perlu dilakukan pengelompokan dengan karakteristik tertentu. Adapun

karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategori agama, jenis

kelamin, usia, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan. Berikut ini hasil

pengelompokan responden berdasarkan kuesioner yang telah di sebar.

Page 23: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

23

4.2.1 Karakteristik Agama

Responden yang dipilih di kelompokan berdasarkan agama dalam lima

kelompok yaitu Kristen protestan, katolik, hindu, budha. Untuk mengetahui

proporsi agama dengan jelas dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Agama Frekuensi

(orang)

Persentase

(%)

Katolik 13 43%

Kristen

Protestan

14 47%

Hindu 3 10%

Budha 0 0%

Jumlah 30 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa responden yang

mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan agama adalah responden yang

beragama Kristen Protestan 13 orang atau 50% dari keseluruhan responden,

responden yang beragama Katolik sebanyak 14 orang atau 47% dari

keseluruhan responden, dan responden yang beragama hindu sebanyak 3 orang

atau 10% dari keseluruhan responden.

Page 24: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

24

4.2.2 Karakteristik Jenis Kelamin

Responden yang terpilih dikelompokan berdasarkan jenis kelamin dalam

dua kelompok yaitu pria dan wanita. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin

dengan jelas dapat di lihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Frekuensi

(orang)

Persentase

(%)

Pria 8 27%

Wanita 22 73%

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2014

4.2.3 Karakteristik Usia

Responden dibagi dalam lima kelompok yaitu kelompok usia < 20 tahun,

kelompok usia 21-30 tahun, kelompok usia 31-40 tahun, kelompok usia 41-50

tahun, kelompok usia > 50 tahun. Untuk mengetahui proporsi usia dengan jelas

dapat di lihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden

(tahun)

Frekuensi

(orang)

Persentase

(%)

<20 4 13%

21-30 12 40%

31-40 6 20%

Page 25: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

25

41-50 6 20%

>50 2 7%

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diketahui bahwa responden yang

mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan karakteristik usia adalah responden

yang berusia <20 tahun sejumlah 4 orang atau 13% dari keseluruhan

responden, responden yang berusia 21-30 tahun sejumlah 12 orang atau 40 %

dari keseluruhan responden, responden yang berusia 31-40 tahun sejumlah 6

orang atau 20% dari keseluruhan responden, responden yang berusia 41-50

tahun sejumlah 6 orang atau 20% dari keseluruhan responden, responden yang

berusia >50 tahun sejumlah 2 orang atau 7% dari keseluruhan responden.

4.1.4 Karakteristik Pendidikan

Responden dibagi dalam enam kelompok yaitu responden yang

berpendidikan SMU, D3, S1, S2, S3, lainnya. Proporsi pendidikan responden

dapat di lihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Page 26: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

26

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Sumber: Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa responden yang

mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan karakteristik pendidikan adalah

responden yang memiliki pendidikan terakhir SMU sebanyak 18 orang atau 60%

dari jumlah keseluruhan. Kemudian pendidikan terakhir D3 dan S1 adalah 4

orang atau 13% dari jumlah responden secara keseluruhan. Responden

berpendidikan terakhir lainnya (SMP) sebanyak 3 orang atau 10% secara

keseluruhan dan S2 sebanyak 1 orang atau 3% dari jumlah responden secara

keseluruhan.

4.1.5 Karakteristik Pendapatan

Responden dikelompokan berdasarkan karakteristik pendapatan di

kelompokan dalam lima kelompok yaitu responden yang berpendapatan <Rp

1.000.000, responden yang berpendapatan antara Rp 1.000.000-Rp 3.000.000,

responden yang berpendapatan antara >Rp 3.000.000-Rp 5.000.000, responden

yang berpendapatan antara Rp >5.000.000-Rp 10.000.000, dan > Rp

10.000.000. Proporsi pendapatan responden dapat di lihat pada tabel 4.5 di

bawah ini.

Pendidikan Terakhir

Responden

Frekuensi

(orang)

Persentase

(%)

SMU 18 60%

D3 4 13%

S1 4 13%

S2 1 3%

S3 0 0%

Lainnya 3 10%

Jumlah 30 100%

Page 27: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

27

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Tingkat Pendapatan (Rp) Frekuensi (orang) Persentase (%)

<Rp 1.000.000 9 30%

Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 13 43%

>Rp 3.000.000-Rp 5.000.000 6 20%

>Rp 5.000.000-Rp 10.000.000 2 7%

> Rp 10.000.000 0 0%

Total 30 100%

Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel 4.5 di atas di ketahui bahwa, responden yang

mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan pendapatan adalah responden yang

memiliki pendapatan antara Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 sebanyak 13 orang

atau 43 % dari keseluruhan responden, responden yang memiliki pendapatan

antara <Rp 1.000.000 sebanyak 9 orang atau 30% dari keseluruhan responden,

responden yang memiliki pendapatan >Rp. 3.000.000 – Rp 5.000.000 sebanyak

6 orang atau 20 % dari keseluruhan responden. Responden yang memiliki

pendapatan >Rp 5.000.000-Rp 10.000.000 sebanyak 2 orang atau 7% dari

keseluruhan responden.

4.1.6 Karakteristik Pekerjaan

Responden di kelompokan berdasarkan pekerjaan ke dalam enam

kelompok yaitu responden yang berstatus mahasiswa, responden yang bekerja

sebagai Pegawai Negeri Sipil, responden yang bekerja sebagai Pegawai swasta,

Pengusaha, maupun lainnya. Proporsi Pekerjaan responden dapat di lihat pada

tabel 4.6 di bawah ini.

Page 28: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

28

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Responden Frekuensi (orang) Persentase (%)

Mahasiswa 9 30%

PNS 2 7%

Pegawai Swasta 4 13%

Pengusaha/Wiraswasta 3 10%

Ibu Rumah Tangga 9 30%

Lainnya 3 10%

Jumlah 30 100%

Sumber: Data Primer Diolah,

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang mempunyai

jumlah terbanyak berdasarkan pekerjaan adalah Mahasiswa dan Ibu Rumah

Tangga yang masing-masing berjumlah 9 orang atau 30% dari responden

keseluruhan, kemudian peringkat dua adalah responden yang berprofesi sebagai

pegawai swasta sebanyak 4 orang atau 13% dari responden secara

keseluruhan. Kemudian responden yang berprofesi pengusaha/wiraswasta dan

lainnya (bidan) menduduki peringkat tiga berjumlah 3 orang atau 10% secara

keseluruhan, dan PNS berjumlah 2 orang atau 7% secara keseluruhan.

4.3 Hasil Analisis

Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisa data berdasarkan hasil

penyebaran kuesioner kepada 30 orang yang terpilih secara random.

Berdasarkan data dari kuesioner tersebut maka dapat diketahui persepsi

nasabah non muslim terhadap layanan perbankan syariah di Kota Kediri.

Page 29: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

29

Tabel 9. Hasil Analisis Kuesioner dengan Skala Likert

No. Uraian Pertanyaan

Persepsi

Sangat setuju

Setuju Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Total Tingkat Persetujuan

1 Prinsip kerja Bank Syariah tidak sama dengan Bank Konvensional

10 52 39 2 1 104 7%

2 Peran Bank Syariah mampu menggantikan peran Bank Konvensional

10 4 66 6 2 88 6%

3 Bank Syariah merupakan bank yang universal, adil, transparan, dan seimbang

0 52 39 6 1 98 7%

4

Bank Syariah merupakan bank yang mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat

5 28 57 4 1 95 7%

5

Bank Syariah lebih menguntungkan dibandingkan dengan Bank Konvensional

15 28 54 2 1 100 7%

1 Bank Syariah memiliki produk yang variatif

0 56 42 2 1 101 7%

2 Bank Syariah memiliki fasilitas ATM

25 48 39 0 0 112 8%

3 Lokasi ATM yang mudah dijangkau

0 36 51 6 1 94 7%

4

Bank Syariah memiliki pelayanan internet banking dan mobile banking

10 52 45 0 0 107 8%

5 Bank Syariah memiliki pelayanan yang cepat dan mudah

10 28 63 0 0 101 7%

6 Bank Syariah tanggap dalam menghadapi permasalahan nasabah

5 20 69 2 0 96 7%

7 Karyawan Bank Syariah ramah dan sopan

15 52 39 2 0 108 8%

8 Semua jenis formulir yang diperlukan selalu tersedia dan mudah diperoleh

10 40 54 0 0 104 7%

9 Lokasi Bank Syariah mudah dijangkau

0 44 57 0 0 101 7%

Total 1409 100%

Page 30: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

30

Diagram 1. Prinsip Kerja Bank Syariah tidak sama dengan Bank

Konvensional

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan penilaian terhadap persepsi, dapat diketahui bahwa prinsip

kerja Bank Syariah tidak sama dengan Bank Konvensional mendorong saya

untuk menabung di Bank Syariah, pada uraian pertama jawaban mengatakan

setuju dan ragi-ragu sebanyak 43% sedangkan sisanya sebanyak 7% menjawab

sangat setuju dan sisanya 6% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.

7%

44%43%

3% 3%

Prinsip kerja Bank Syariah tidak sama dengan Bank Konvensional

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Page 31: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

31

Diagram 2. Peran Bank Syariah mampu menggantikan peran Bank

Konvensional

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Selanjutnya, pada uraian kedua diketahui bahwa dasar anda memilih

bank syariah karena peran bank syariah dianggap mampu menggantikan peran

bank konvensional sekitar 73% responden menjawab ragu-ragu. Sedangkan

sisanya sebanyak 10 % menjawab tidak setuju. 7% menjawab sangat setuju dan

sangat tidak setuju dan 3% menjawab setuju.

Diagram 3. Bank Syariah merupakan bank yang universal, adil, transparan,

dan seimbang

7%

3%

73%

10%7%

Peran Bank Syariah mampu menggantikan peran Bank

Konvensional

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

0%

44%

43%

10%3%

Bank Syariah merupakan bank yang universal, adil, transparan, dan seimbang

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Page 32: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

32

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2014

Pada uraian ketiga, diketahui bahwa sekitar 43% mengatakan setuju dan

ragu-ragu bahwa Bank syariah merupakan bank yang universal, adil, transparan,

dan seimbang. Sedangkan sisanya sebanyak 10% responden menjawab tidak

setuju, 3% responden mengatakan sangat tidak setuju.

Diagram 3. Bank Syariah merupakan bank yang universal, adil, transparan,

dan seimbang

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2014

Pada uraian keempat diketahui bahwa sekitar 63% mengatakan ragu-

ragu bahwa Bank syariah merupakan bank yang mendapatkan kepercayaan

yang tinggi dari masyarakat, sedangkan sisanya sebanyak 23% responden

menjawab setuju, 7% menjawab tidak setuju, dan 3% menjawab sangat setuju

dan sangat tidak setuju.

3%

24%

63%

7%

3%

Bank Syariah merupakan bank yang mendapatkan kepercayaan yang

tinggi dari masyarakat

Sangat setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Page 33: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

33

Diagram 5. Bank Syariah lebih menguntungkan dibandingkan dengan Bank

Konvensional

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2014

Pada uraian ke lima diketahui bahwa sekitar 60% mengatakan ragu-ragu

bahwa bank syariah lebih menguntungkan dibandingkan dengan bank

konvensional, sedangkan sisanya sebanyak 23% responden menjawab setuju,

10% responden menjawab sangat setuju dan 3% menjawab tidak setuju dan

sangat tidak setuju.

Diagram 6. Bank Syariah memiliki produk yang variatif

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2014

10%

24%

60%

3% 3%

Bank Syariah lebih menguntungkan dibandingkan dengan Bank

Konvensional

Sangat setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

0%

47%

47%

3% 3%

Bank Syariah memiliki produk yang variatif

Sangat setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Page 34: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

34

Berdasarkan penilaian terhadap pelayanan, dapat di ketahui bahwa pada

uraian ke enam jawaban mengatakan setuju dan ragu-ragu bahwa Bank Syariah

memiliki produk yang variatif sebanyak 47 %. Sedangkan sisanya sebanyak 3%

menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Diagram 7. Bank Syariah memiliki fasilitas ATM

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Selanjutnya pada uraian ke tujuh diketahui bahwa sekitar 43%

mengatakan ragu-ragu bahwa Bank Syariah memiliki fasilitas ATM, sedangkan

sisanya 40% responden mengatakan setuju, 17% responden menjawab sangat

setuju.

Diagram 8. Lokasi ATM yang mudah dijangkau

17%

40%

43%

0% 0%

Bank Syariah memiliki fasilitas ATM

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Page 35: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

35

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Pada uraian ke delapan diketahui bahwa sekitar 57 % mengatakan ragu-

ragu bahwa Lokasi ATM yang mudah dijangkau sedangkan sisanya sebanyak

30% responden menjawab setuju, 10% menjawab tidak setuju, dan 3%

menjawab sangat tidak setuju.

Diagram 9. Bank Syariah memiliki pelayanan Internet Banking dan Mobile

Banking

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

0%

30%

57%

10%

3%

Lokasi ATM yang mudah dijangkau

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

7%

43%50%

0% 0%

Bank Syariah memiliki pelayanan internet banking dan mobile banking

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Page 36: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

36

Pada uraian ke sembilan diketahui bahwa sekitar 50% responden

mengatakan ragu-ragu bahwa bank syariah memiliki pelayanan internet banking

dan mobile banking sedangkan sisanya sebanyak 43% responden mengatakan

setuju, dan 7% responden mengatakan sangat setuju.

Diagram 11. Bank Syariah memiliki pelayanan yang cepat dan mudah

Sumber: Data Primer yang Diolah

Sedangkan pada uraian kesepuluh diketahui bahwa sekitar 70%

mengatakan ragu-ragu bahwa Bank Syariah memiliki pelayanan yang cepat dan

mudah, sedangkan sisanya sebanyak 23% responden menjawab setuju, 7%

responden menjawab sangat setuju.

7%

23%

70%

0% 0%

Bank Syariah memiliki pelayanan yang cepat dan mudah

Sangat setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Page 37: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

37

Diagram 12. Bank Syariah tanggap dalam menghadapi permasalahan

nasabah

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2014

Pada uraian kedua belas diketahui bahwa sekitar 77% mengatakan ragu-

ragu bahwa Bank Syariah tanggap dalam menghadapi permasalahan nasabah

sedangkan sisanya sebanyak 17% responden setuju, dan 3% responden

menjawab tidak setuju dan sangat setuju.

Diagram 13. Karyawan Bank Syariah ramah dan sopan

3%

17%

77%

3%0%

Bank Syariah tanggap dalam menghadapi permasalahan nasabah

Sangat setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

10%

44%

43%

3% 0%

Karyawan Bank Syariah ramah dan sopan

Sangat setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Page 38: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

38

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2014

Pada uraian kedua belas di ketahui bahwa sekitar 43% mengatakan

setuju dan ragu-ragu bahwa karyawan Bank Syariah ramah dan sopan

sedangkan sisanya sebanyak 10% responden sangat setuju, dan 3% responden

menjawab tidak setuju.

Diagram 13. Semua jenis formulir yang diperlukan selalu tersedia dan

mudah diperoleh

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Pada uraian ketiga belas diketahui bahwa sekitar 60% mengatakan ragu-

ragu bahwa semua jenis formulir yang diperlukan selalu tersedia dan mudah

diperoleh sedangkan sisanya sebanyak 33% responden setuju, dan 7%

responden menjawab sangat setuju.

Diagram 14. Lokasi Bank Syariah mudah dijangkau

7%

33%

60%

0% 0%

Semua jenis formulir yang diperlukan selalu tersedia dan mudah diperoleh

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Page 39: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

39

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Pada uraian keempat belas diketahui bahwa sekitar 63% mengatakan

ragu-ragu bahwa Lokasi Bank Syariah mudah dijangkau sedangkan sisanya

sebanyak 37% responden menjawab setuju.

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, diketahui bahwa nasabah non

muslim pada umumnya masih belum mengenal dan mengetahui adanya Bank

Syariah di Kota Kediri. Ketertarikan masyarakat terhadap Bank Syariah juga

tergolong rendah. Hal ini dilihat dari Masyarakat Non Muslim yang masih ragu-

ragu dengan produk dan pelayanan yang ditawarkan oleh Bank Syariah.

0%

37%

63%

0% 0%

Lokasi Bank Syariah mudah dijangkau

Sangat setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Page 40: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

40

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka didapatkan

kesimpulan sebagai sebagai berikut:

1. Bank syariah adalah bank yang menganut prinsip-prinsip syariah dalam

operasionalnya. Meski demikian bank syariah tidak hanya diperuntukkan

bagi penduduk muslim melainkan juga melayani penduduk non muslim.

Di Kediri misalnya, nasabah bank syariah tidak hanya beragama muslim.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi nasabah non muslim

terhadap pelayanan di bank syariah kota Kediri menunjukkan bahwa

perbedaan prinsip kerja yang diterapkan oleh bank syariah tidak

menghalangi nasabah non muslim untuk menjadi nasabah di bank

syariah. Alasannya, karena bank syariah merupakan bank yang universal

berarti bank syariah tidak hanya ditujukan bagi kaum muslim, adil berarti

system bagi hasil yang diterapkan bank syariah dirasa cukup adil bagi

pihak-pihak yang bekerjasama, transparan, dan seimbang. Namun,

tingkat kepercayaan nasabah non muslim terhadap bank syariah masih

cenderung rendah dan dirasa belum sebaik bank konvensional.

2. Pelayanan dan fasilitas bank syariah diantaranya ATM, internet banking,

dan mobile banking masih belum mampu memenuhi kebutuhan nasabah

karena masih sulit dijangkau. Selain itu produk bank syariah masih

terbatas, kurang variatif, belum cukup lengkap dan keuntungan. Persepsi

Page 41: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

41

nasabah non muslim terhadap pelayanan di bank syariah seperti cepat

tanggap dalam mengahadapi permasalahan nasabah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, ada beberapa saran yang dapat

disajikan sebagai berikut :

1. Meningkatkan fasilitas dan pelayanan serta menambah produk-produk

bank syariah untuk meningkatkan kepercayaan nasabah.

2. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bank syariah. Hal ini

dapat dicapai dengan cara sosialisasi yang lebih mendalam, membangun

pengetahuan mengenai bank syariah kepada seluruh lapisan masyarakat.

Sosialisasi lebih mendalam dapat dilakukan dengan pemasangan papan

informasi mengenai bank syariah di media elektronik yang sasarannya

adalah kaum pelajar dan pengusaha. Selain itu dapat melalui sosialisasi

secara langsung dengan sarana atau bantuan tokoh agama yang

sasarannya adalah kelompok-kelompok agama. Kemudian dapat

dilakukan dengan cara sosialisasi langsung pada kegiatan-kegiatan

warga misalnya arisan, perkumpulan ibu-ibu/bapak-bapak yang

sasarnnya adalah masyarakat awam. Terakhir melalui ajakan di sekolah-

sekolah yang sasarannya adalah siswa dan orang tuanya.

Page 42: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

42

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Harviz & Ritonga, H.D.H. 2013. Persepsi etnis China terhadap

perbankan syariah di kota Medan. Jurnal ekonomi dan keuangan, Vol.1, (No.2).

Alamsyah, Halim. ______. Perkembangan dan Prospek Perbankan

Syariah Indonesia: Tantangan dalam Menyongsong MEA 2015. ______:Ikatan

Ahli Ekonomi Islam (IAEI).

Andrew. ______. Bank Syariah. ______:STIE MDP

Ariani, Dian. 2007. Persepsi Masyarakat Umum terhadap Bank Syariah di

Medan. Medan: Program Pascasarjana USU.

Bank Indonesia. 2012a. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah.

Bank Indonesia. 2012b. Outlook Perbankan Syariah Tahun 2013.

Cahyani, P.D. 2011. Tingkat Kepuasan Nasabah terhadap Kualitas Kinerja

Perbankan Syariah : Studi Pada Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, BTN

Syariah dan BPD DIY Syariah Cabang Yogyakarta. Yogyakarta: Program

Pascasarjana UIN Sunankalijaga.

Dini, A.W. 2007. Analisis Preferensi Nasabah Bank Syariah Di Kota

Surakarta. Fakultas pertanian: UNS.

Hamidi, Jazim dkk. ______. Persepsi Sikap Masyarakat Santri Jawa

Timur terhadap Bank Syariah. ______.______.

Hutabarat, Sakti. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Masyarakat Menjadi Nasabah Bank Syariah di Pekanbaru. Pekanabaru:

Universitas Riau.

Machmudah, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah

Non Muslim Menjadi Nasabah di Bank Syariah: Studi Pada Bank CIMB Niaga

Syariah Cabang Semarang. Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Mu’allim, Amir. 2003. Persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan

syariah. Al-Mawarid edisi X.

Page 43: persepsi nasabah non muslim terhadap bank syariah

43

Mutasowifin, Ali. 2003. Menggagas Strategi Pengembangan Perbankan

Syariah di Pasar Non Muslim. Jurnal Universitas Paramadina, Vol.3, (No.1), 25-

39.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah.

Wiroso. 2011. Produk perbankan syariah. Jakarta: LPFE Usakti.

Yupitri, Evi & Sari, R.L. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Non Muslim Menjadi Nasabah Bank Syariah Mandiri di Medan. Jurnal ekonomi

dan keuangan, Vol.1, (No.1).