tinea korporis et kruris print

18
TINEA KORPORIS ET KRURIS Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita, menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan, dan tungkai. Tinea kruris adalah infeksi jamur dermatofita daerah sela paha, perineum dan sekitarnya. 1 Meskipun banyak dermatofita dapat menyebabkan tinea korporis, namun yang lebih umum menyebabkan tinea korporis adalah T. Rubrum, T. Mentagrophytes, M. Canis dan T. tonsurans. Sedangkan tinea kruris paling sering disebabkan oleh T. Rubrum dan Epidermophyton Flocossum. 2 Tinea korporis dan kruris banyak diderita oleh semua umur, terutama lebih sering menyerang orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja di tempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Lebih sering menyerang pria daripada wanita. Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan insiden meningkat pada kelembapan udara yang tinggi. 1 Tinea korporis memiliki banyak varian gambaran klinis, dapat berupa lesi anular dengan skala berupa 1

Upload: nathan-marshall

Post on 19-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

TINEA KORPORIS ET KRURIS

Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita, menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan, dan tungkai. Tinea kruris adalah infeksi jamur dermatofita daerah sela paha, perineum dan sekitarnya. 1 Meskipun banyak dermatofita dapat menyebabkan tinea korporis, namun yang lebih umum menyebabkan tinea korporis adalah T. Rubrum, T. Mentagrophytes, M. Canis dan T. tonsurans. Sedangkan tinea kruris paling sering disebabkan oleh T. Rubrum dan Epidermophyton Flocossum.2Tinea korporis dan kruris banyak diderita oleh semua umur, terutama lebih sering menyerang orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja di tempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Lebih sering menyerang pria daripada wanita. Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan insiden meningkat pada kelembapan udara yang tinggi. 1Tinea korporis memiliki banyak varian gambaran klinis, dapat berupa lesi anular dengan skala berupa eritematosa pada seluruh bagian tepi, tepi dari lesi sering berupa vesikular dengan bagian tengan lesi bersisik namun dapat juga menunujukkan bagian tengah lesi yang bersih. Lesi bisa juga menjadi serpiginosa dan anular (seperti gambaran ring-worm). 2 Keluhan utama berupa gatal terutama jika berkeringat, keluhan tambahan dapat berupa makula hiperpigmentasi dengan tepi yang lebih aktif. Oleh karena gatal dan digaruk lesi akan semakin luas, terutama pada daerah kulityang lembap.1 Sedangkan tinea kruris keluhan penderita berupa rasa gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum, bokong dan dapat ke genitalia, ruam kulit dapat berbatas tegas, eritematosa dan bersisik, semakin hebat jika banyak berkeringat. 1Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan tambahan berupa permeriksaan mikologik.Berikut ini adalah laporan kasus seorang pria yang didiagnosis dengan tinea corporis et kruris.LAPORAN KASUSSeorang laki-laki berumur 54 tahun datang ke poli kulit kelamin RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan gatal disertai kemerahan di daerah lengan dan bokong. Keluhan ini dirasakan kurang lebih 1 bulan. Keluhan gatal pasien diawali di daerah bokong, selangkangan lalu menyebar di daerah lengan, pasien sering menggaruk daerah yang gatal tersebut. Pasien mengatakan rasa gatal bertambah saat pasien berkeringat. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama, pasien pernah berobat ke puskesmas namun pasien mengatakan tidak ada perubahan dari pengobatan yang diberikan dari puskesmas,pasien juga tidak mengingat obat yang telah digunakannya. Tidak ada keluhan yang sama dalam keluarga. Pada pemeriksaan fisis ditemukan efloresensi pada lengan,tungkai dan bokong didapatkan makula hiperpigmentasi berbatas tegas dengan tepi terdapat papul eritematosa, terdapat pula skuama dan likenifikasi akibat garukan. Pasien diberikan ketokonazole. Gambar 1 : Lesi berbatas tegas pada Tinea kruris daerah gluteus.

Gambar 2 : lesi berbatas tegas di daerah lengan.

Gambar 3 : Batas lesi sampai lengan tidak terdapat daerah tangan

Gambar 4 : lesi pada daerah tungkai.DISKUSIDiagnosis tinea korporis et kruris ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada anamnesis didapatkan keluhan utama berupa gatal disertai kemerahan di daerah lengan dan bokong.Keluhan gatal pasien diawali di daerah bokong, lalu menyebar di daerah lengan, pasien sering menggaruk daerah yang gatal tersebut. Pasien mengatakan rasa gatal bertambah saat pasien berkeringat Pada pemeriksaan fisis ditemukan efloresensi pada lengan,tungkai dan bokong didapatkan makula hiperpigmentasi berbatas tegas dengan tepi terdapat papul eritematosa, terdapat pula skuama dan likenifikasi akibat garukan.Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisis sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala klinis pada penyakit tinea korporis et kruris yaitu pada tinea korporis terdapat lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi, daerah tengahnya biasanya bersih ( tanda peradangan lebih jelas pada daerah tepi) kadang juga dijumpai erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit juga dapat terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik., karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi hilang selanjutnya hanya meninggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi dan skuamasi saja. Kelainan ini dapat terjadi bersama dengan tinea kruris.3 Pada tinea kruris, lesi dapat asimetri atau bilateral. Khas lesi berbatas jelas dengan tepi dapat berupa papul dan vesikel eritematosa dan meninggi, berskuama dan kering.4Untuk menetapkan diagnosis, selain gambaran klinis diperlukan juga pemeriksaan mikroskopis yang bertujuan untuk melihat elemen-elemen jamur dari materi keratin yang terinfeksi. Bahan dapat diambil dari kerokan kulit kemudian diberi larutan KOH 20%, dimana jika hasil positif terlihat hifa diantara material keratin sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat- sekat atau sperti butir-butir yang bersambung menyerupai kalung maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama dan atau sudah diobati.4Dianosis banding dari tinea korporis yaitu Pitiriasis rosea dan Neurodermatitis sirkumskripta. 11. Pitiriasis roseaPsoriasis adalah penyakit yang penyebabnya belum diketahui, dimulai dengan sebuah lesi inisial (herald patch), umumnya di badan, solitar, bebrbentuk oval dan anular diameter kira-kira 3 cm. Ruam berbentuk eirtema dan skuama halus di pinggir. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. 5

Gambar 5 : Pitiriasis rosea 2. Neurodermatitis sirkumskriptaNama lain dari neurodermatitis sirkumskripta adalah liken simpleks kronis, yaitu berupa peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit lebih menonjol (likenifikiasi) , akibat garuka atau gosokan yang berulamg-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Penderita mengeluh gatal sekali, lesi biasanya tunggal, awalnya berupa plak eritematosam sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, lienifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi. 6

Gambar 6: Neurodermatitis sirkumskripta daerah ekstremitas bawah Diagnosis banding untuk tinea kruris adalah Kandidosis intertriginosa erytrasma dan psoriasis. 1. Kandidosis intertriginosa dapat mengenai terutama bagian ketiak, bwah payudara, bagian pusar, lipat bokong,selangkangan dan sela antar jari keluhan gatal yang hebat,kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar, lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas tegas kemudian meluas dan dikelilingi oleh lesi satelit.7

Gambar 8: kandidiasis di sela paha

2. Erytrasma, yaitu penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesiberukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan padaperabaan terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat berfloresensi merah membara (coral red). 8

Gambar 9: erytrasma pada daerah lipatan paha

Pengobatan pada tinea korporis et kruris menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesiselalu kering dan memakai baju yang menyerap keringat.A. Terapi topikal 9Terapi ini direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup pada jaringan. Terapi topikal harus diberikan pada lesi dan setidaknya 2 cm di luar daerah ini sekali atau dua kali sehari selama minimal 2 minggu, tergantung pada agen yang digunakan, azoles topikal dan allylamines menunjukkanangka perbaikan klinis yang tinggi. Agen-agen ini menghambat sintesis ergosterol, sterol .9

Golongan azole (misalnya, ekonazol, ketoconazol, clotrimazol, miconazol, oxiconazol, sulconazol, sertaconazol) menghambat enzim lanosterol 14-alpha-demethylase, enzim P-450-dependent sitokrom yang mengubah lanosterol ke ergosterol. Penghambatan ini hasil enzim dalam membran sel jamur tidak stabil dan menyebabkan kebocoran membran. dermatofita melemah tidak dapat mereproduksi dan secara perlahan termatikan oleh aksi fungistatik. Nitrat Sertaconazole adalah salah satu azoles topikal terbaru. Memiliki kemampuan fungisida dan anti-inflamasi dan digunakan sebagai agen spektrum luas. Ini mungkin memiliki efek waduk dan karena itu adalah pilihan yang baik untuk pasien patuh. Pada sebuah penelitian tahun 2006 melaporkan bahwa obat ini memiliki fungsi sebagai anti pruritus. 9

Allylamin (misalnya, naftifin, terbinafin) dan benzylamin terkait butenafine menghambat epoxidase squalene, yang mengubah squalene ke ergosterol. Penghambatan enzim ini menyebabkan squalene, zat racun bagi sel-sel jamur, menumpuk intraseluler dan menyebabkan kematian sel yang cepat. Allylamin mengikat secara efektif ke stratum korneum karena sifat lipofilik mereka. Mereka juga menembus jauh ke dalam folikel rambut.9

B. Terapi SistemikPedoman yang dikeluarkan oleh American academic of Dermatology menyatakan bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien imunokompramais, atau pasien yang tidak responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal.4

1. GriseofulvinGriseovulfin merupakan antibiotik dengan aktivitas jamur spektrum sempit yang dihasilkan oleh Penicillium griseovulfin. Efek pengobatan dicapai dengan mengagnggu atau menghambat sintesis asam nukleat dan khitin. Griseovulfin reguler diberikan dengan dosis 1g/hari bagi orang dewasa dan 10 mg/kgBB/hari bagi anak-anak. Tinea korporis dan kruris biasanya berespon dengan dosis tersebut dan diobati selama 2-4 minggu.2. KetokonazoleMempunyai afinitas yang tinggi terhadap keratin, konsentrasinya dalam plasma hampir sama dengan konsentrasi pada kulit. Dosis awal yang direkomendasikan 200mg/hari, bila tidak berespon dosis dapat ditingkatkan menjadi 400 mg/hari. Anak umur diatas 2 tahun direkomendasikan dosis 3,3-6,6 mg/kgBB. Pengobatan dilanjutkan sampai gambaran klinis menghilang dan pemeriksaan laboratorium negatif.3. ItrakonazoleSpektrum aktivitas itrakonazol meliputi dermatofit, yeast, jamur dimorphic dan moduls. Meskipun aktif terhadap berbagai jamur dermatofit, berdasarkan penelitian in vitro keaktifan tersebut rendah dibanding dengan terbinafin, tetapi menunjukkan aktivitas lebih besar terhadap yeast. Dosis 100/hari selama 7-15 hari.4. FlukonazoleTerhadap jamur dermatofitdengan dosis 150 mg setiap minggu selama 2-3 minggu.

Prognosis dari penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan selalu dijaga.

DAFTAR PUSTAKA1. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. 2th ed. Jakarta: EGC; 2004. p. 28-292. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. 2008. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. McGraw Hill:New York. P.1814-18163. Unandar Budimuja. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. P.92-954. Amiruddin M.Dali. Tinea Glabrosa.In : Amiruddin M.Dali,editors. Ilmu Penyakit Kulit.: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar: 2003 Hal : 27-385. Adhi Juanda. Pitiriasis rosea. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Hal.1976. Sri Adi Sularsito, Suria Djuanda. Neurodermatitis Sirkumskripta. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Hal.147-147. Kuswadji . Kandidosis intertriginosa. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Hal.107-108.8. Unandar Budimuja . Eritrasma. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Hal.334-3359. Jack L Lesher Jr, MD, Antifungal agents. Online journal. Jan 24, 2012, available from http://emedicine.medscape.com/article/1091473-treatment diakses pada tanggal 7 November 2012.

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARLAPORAN KASUS NOVEMBER 2012TINEA KORPORIS ET KRURIS

OLEH :Rosnita Makmur10542 0045 08PEMBIMBING :dr. Helena Kendengan, Sp.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2012

13