tinea dermato

23
8/8/2019 tinea dermato http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 1/23 DERMATOFITOSIS Salah satu fungsi kulit adalah melindungi tubuh. Fungsi ini akan menurun atau terganggu jika terjadi infeksi jamur pada kulit. Setelah ³menempel´, jamur akan menyerang kulit dan menyebabkan peradangan. Gejala yang tampak jelas yaitu munculnya warna kemerahan atau kehitaman disertai sisik pada kulit yang terinfeksi. Pada tingkatan yang paling parah, infeksi  jamur bisa terjadi di dalam jaringan darah sehingga menyebabkan munculnya benjolan-benjolan  bernanah. Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, oleh karena negara kita beriklim tropis dan kelembabannya tinggi. Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan genus dermatofita, yang dapat mengenai kulit, rambut dan kuku. Manifestasi klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam penataklaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi laboratorik. Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini banyak pilihan obat untuk mengatasi dermatofitosis, baik dari golongan antifungal konvensional atau antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya tahan seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab (1). Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Golongan  jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies dermatofita, masing-masing dua spesies Epidermophyton, 17 spesies Microsporum dan 21 spesies Trichophyton (1). PREVALENSI Di Indonesia, dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah atau  pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya cukup tinggi. Beberapa  penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia antara lain : 30% dan pekerja penebang kayu di Palembang dan 11,8% dan pekerja perusahaan kayu lapis menderita dermatitis kontak utama Wijaya (1972) menemukan 23,75% dan pekerja pengelolaan minyak di Sumatera Selatan menderita dermatitis akibat kerja, sementara Raharjo (1982) hanya menemukan 1,82%. Sumamur (1986) memperkirakan bahwa 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah dermatosis akibat kerja. Dari data sekunder ini terlihat bahwa dermatosis akibat kerja memang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, walaupun jenis dermatosisnya tidak sama pada semua  perusahaan (2). INSIDENSI Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis (1). PENDEKATAN DIAGNOSIS 

Upload: zulhafizackm

Post on 09-Apr-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 1/23

DERMATOFITOSIS 

Salah satu fungsi kulit adalah melindungi tubuh. Fungsi ini akan menurun atau terganggu jikaterjadi infeksi jamur pada kulit. Setelah ³menempel´, jamur akan menyerang kulit dan

menyebabkan peradangan. Gejala yang tampak jelas yaitu munculnya warna kemerahan atau

kehitaman disertai sisik pada kulit yang terinfeksi. Pada tingkatan yang paling parah, infeksi jamur bisa terjadi di dalam jaringan darah sehingga menyebabkan munculnya benjolan-benjolan bernanah.

Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, oleh karena negara

kita beriklim tropis dan kelembabannya tinggi. Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisialyang disebabkan genus dermatofita, yang dapat mengenai kulit, rambut dan kuku. Manifestasi

klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga selalu menimbulkan diagnosisyang keliru dan kegagalan dalam penataklaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis

dan identifikasi laboratorik. Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masakini banyak pilihan obat untuk mengatasi dermatofitosis, baik dari golongan antifungal

konvensional atau antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya tahanseseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab (1).

Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Golongan  jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies

dermatofita, masing-masing dua spesies Epidermophyton, 17 spesies Microsporum dan 21spesies Trichophyton (1).

PREVALENSI 

Di Indonesia, dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah atau

  pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya cukup tinggi. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia antara lain : 30% dan pekerja penebang kayu di

Palembang dan 11,8% dan pekerja perusahaan kayu lapis menderita dermatitis kontak utamaWijaya (1972) menemukan 23,75% dan pekerja pengelolaan minyak di Sumatera Selatan

menderita dermatitis akibat kerja, sementara Raharjo (1982) hanya menemukan 1,82%.Sumamur (1986) memperkirakan bahwa 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah

dermatosis akibat kerja. Dari data sekunder ini terlihat bahwa dermatosis akibat kerja memangmempunyai prevalensi yang cukup tinggi, walaupun jenis dermatosisnya tidak sama pada semua

 perusahaan (2).

INSIDENSI 

Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan

Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 %(Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus

dermatomikosis (1).

PENDEKATAN DIAGNOSIS 

Page 2: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 2/23

1. Gejala klinis

Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada mausia bersifatakut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang

manusia, karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat

menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuhyang sangat ringan. Contoh jamur yang antropofilik ialah:   Mikrosporon audoinii Trikofitonrubrum (1).

Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercakbercak yang

 berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga memberikan kelainan-kelainanyang polimorf, dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak 

tenang. Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papel-papel atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit dan

  bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis(ekzema marginatum) , tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang berpigmentasi saja

(Tinea korporis ) dan bila ada infeksi sekunder menyerupai gejala-gejala pioderma(impetigenisasi) (1).

Berdasarkan lokalisasi, dermatofitosis terdiri dari :

A. Tinea K apitis (Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans) 

Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.

Berdasarkan bentuk yang khas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :

1. Gray pacth ring worm 

Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk  bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi,

serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui

  batas ³Grey pacth´ tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton(1).

2. Black dot ring worm 

Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus

tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ´ back dot´. Biasanya

 bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jaditidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah

Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum (1).

Page 3: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 3/23

3. Kerion

Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal,sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang

ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini

 pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum (1).

4.Tinea favosa

Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah

kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus ³moussy odor´. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan

tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh

karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah

kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti:Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika (1).

B. Tinea Korporis (Tinea circinata=Tinea glabrosa) 

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak   bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi.

Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak   bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang

aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapatmemberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan

tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya

hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapatteIjadi bersama-sama dengan Tinea kruris. Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum,

T.metagrofites. Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. Penyakit ini sering menyerupai :

C. Tinea K ruris (Eczema marginatum.´Dhobi itch´, ³Jockey itch´) 

Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai

dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainanyang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan

kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabilakelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi

disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerahlipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas

sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila (1).

D. Tinea Manus Dan Tinea Pedis 

Page 4: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 4/23

Tinea pedis disebut juga Athlete¶s foot atau ³Ring worm of the foot´. Penyakit ini seringmenyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci,

 pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutupseperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal

yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder (1).

Ada 3 bentuk Tinea pedis

1. Bentuk intertriginosa 

Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV

dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-  jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila

terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum (1).

2 . Bentuk hiperkeratosis 

Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepikaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada

 bagian lateral telapak kaki (1).

3 . Bentuk vesikuler subakut  

Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke

  punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di  bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan

meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat

dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat padaTinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum (1).

E. Tinea Unguium (Onik omik osis = ring worm of the nails) 

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan daridekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di

mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kukutampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah

kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini

merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelahmenderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhansubjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah

seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites (1).

F. Tinea Barbae 

Page 5: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 5/23

Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis,disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion

(1).

Superfisialis 

Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnyameluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya

gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis (1).

K erion 

Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan

 permukaan membasah oleh karena erosi.

G. Tinea Imbrikata 

Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton

konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yangmelingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada

  bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makuladitutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh

sehingga menyerupai :

IDENTIFIKASI LABORTORIK  

1) Pemeriksaan Langsung 

Sediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku)  dengan larutan KOH 10-30% atau

  pewamaan Gram. Denganpemeriksaan mikroskopis akan terlihat elemen jamur dalam bentuk hipa panjang, spora dan artrospora.

2) Pembiakan/Bakteriologik  

Tujuan pemeriksaan cara ini untuk mengetahui spesies jamur penyebab, dilakukan bila perlu.

Bahan sediaan kerokan ditanam dalam agar Sabouroud dekstrose; untuk mencegah pertumbuhan  bakteri dapat ditam- bahkan antibiotika (misalnya khloramfenikol) ke dalam media tersebut.

Perbenihan dieramkan pads suhu 24 ± 30°C. Pembacaan dilakukan dalam waktu 1 ± 3 minggu.

Koloni yang tumbuh diperhatikan mengenai wama, bentuk, permukaan dan ada atau tidaknyahipa.

3) Histpopatologik  

Untuk menegakkan diagnosis dermatofitosis, tidak bermakna.

4) Serologik  

Page 6: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 6/23

Pemeriksaan cara ini tidak bermanfaat untuk dermatofitosis.

PENATALAKSANAAN 

Pengobatan terhadap dermatofitosis dapat dilakukan dengan cara topikal dan sistemik.

Keberhasilan suatu pengobatan tergantung dari faktor predisposisi, faktor penderita dan faktor obat, di sini lain perlu diketahui penyakit infeksi jamur sering kambuh dan mengalami infeksi.Pada masa kini terdapat berbagai macam obat untuk pengobatan dermatofitosis, baik dari

golongan konvensional dan antifungal terbaru. Untuk memilih obat yang tepat perludipertimbangkan mengenai efektifitas obat, cara kerja, spektrum, efek samping dan segi

kosmetik. Bila infeksi ringan cukup diberikan obat topikal kecuali pads infeksi kronis dan luas,di rambut dan kuku diperlukan obat sistemik (1).

Obat Topikal 

Suatu obat topikal harus memenuhi kriteria :

1) Bersifat antifungal aktif 

2) Dapat berpenetrasi ke dalam kulit

3) Bekerja aktif di dalam dan di luar sel

4) Mempunyai daya tahan terhadap hasil-hasil metabolisme

5) Tidak menimbulkan sensibilisasi

Ada dua pedoman dalam pengobatan topikal, yaitu :1. Basah dengan basah

Berarti jika dermatosis basah (eksudatif) diobati dengan kompres terbuka. Tetapi prinsip ini tidak 

mutlak, kompres terbuka juga digunakan pada dermatosis dengan peradengan hebat.

2. Kering dengan kering

Berarti jika dermatosis kering diobati dengan vehikulum yang kering, misalnya salep. Makin

akut suatu dermatosis, makin lemah bahan aktif yang dipakaiBerarti pada dermatosis yang akut jangan diberi terapi dengan bahan aktif yang kuat, yakni

dengan konsentrasi yang tinggi karena akan menghebat.

Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas dua bagian yaitu bahan dasar dan bahan aktif dengan penjelasan sebagai berikut :

1.  Bahan dasar 

Page 7: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 7/23

Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yangharus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah pada

keadaan yang membasah dipakai bahan dasar yang cair atau basah, misalnya kompres; dan padakeadaan kering dipakai bahan dasar padat atau kering, misalnya salep. Secara sederhana bahan

dasar dibagi menjadi tiga yaitu cairan, bedak dan salep.

Disamping itu ada dua campuran atau lebih bahan dasar, yaitu bedak kocok (lotion), krim, pastadan linimen.

1.  Cairan

Cairan terdiri atas solusio (larutan dalam air) dan tinctura (larutan dalam alkohol). Solusio dibagidalam kompres, rendam (bath) dan mandi (full bath). Prinsip pengobatan cairan ialah

membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikalyang pernah dipakai. Disamping itu terjadi perlunakan atau pecahnya vesikel, bula dan pustula.

Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi

  bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi.Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar,  parestesi oleh bermacam-macam dermatosis. Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan

dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secarateliti. Kalau keadaan sudah mulai kering, maka pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu

dihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukaidaripada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya

 penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi. Bahan aktif yang dipakaidalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan antimikrobial. Astringen mengurangi

eksudat akibat presipitasi protein. Kompres terdiri dari dua macam, yaitu kompres terbuka dankompres tertutup. Kompres terbuka dasarnya adalah penguapan cairan kompres disusul oleh

absorbsi eksudat atau pus. Indikasinya meliputi dermatosis madidans, infeksi kulit dengan eritemyang mencolok (misalnya erisipelas) dan ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.

1.  Bedak 

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat

sehingga penetresinya sedikit sekali. Efek bedak ialah mendinginkan, antiinflamasi ringan karenaada sedikit efek vasokonstriksi, antipruritus lemah, mengurangi pergeseran pada kulit yang

 berlipat (intertrigo) dan proteksi mekanis. Pengobatan dengan bedak yang diharapkan terutamaialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talkum venetum. Bedak biasanya dicampur dengan seng

oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik lemah danantipruritus lemah. Indikasi pemberian bedak ialah dermatosis yang kering dan superfisial,

mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah. Kontraindikasinya adalah dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.

1.  Salep

Salep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi sepertimentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak. Indikasinya adalah

Page 8: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 8/23

dermatosis yang kering dan kronik, dermatosis yang dalam dan kronik dan dermatosis yang  bersisik dan berkrusta. Kontraindikasinya adalah dermatitis madidans. Jika kelainan kulit

terdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salep tidak dianjurkan dan salep jangandipakai di seluruh tubuh.

1. 

Bedak kocok 

Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak yang biasanya ditambah dengan gliserin

sebagai bahan perekat, supaya bedak tidak terlalu kental dan cepat menjadi kering maka jumlahzat padat maksimal 40 % dan jumlah gliserin 10 ± 15 %. Hal ini berarti jika beberapa zat aktif 

  padat ditambahkan, maka prosentase tersebut jangan terlampaui. Indikasi digunakan bedak kocok adalah dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, serta dermatosis pada keadaan

sub akut. Kontraindikasinya ialah dermatitis madidans dan daerah badan yang berambut.

1.  Krim

Krim adalah emulsi O/W (oil in water) atau W/O (water in oil). Kombinasi antara minyak dengan air ditambah emulgator menghasilkan emulsi W/O atau O/W, bergantung pada susunankomponen di atas. Krim W/O (cold cream) lebih cocok dipakai waktu malam karena melengket

lebih lama di kulit. Krim O/W (vanishing cream) lebih cocok dipakai waktu siang karena lebihcair dan tidak lengket (Madani, 2000). Indikasi digunakan krim ialah indikasi kosmetik,

dermatosis yang subakut dan luas, dan boleh digunakan di daerah yang berambut. Kontraindikasiuntuk krim W/O ialah dermatitis madidans.

1.  Pasta

Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan.

Indikasi penggunaan pasta ialah dermatosis yang agak basah. Kontraindikasinya ialah dermatosisyang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan  badan, pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat. Sekarang pasta jarang dipakai karena

 pengolesan dan pembersihannya lebih sulit.

1.  Bahan Aktif 

Pemilihan obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimasukkan kedalam vehikulum, yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal.

Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia permukaan kulit, di sampingkomposisi formulasi zat yang dipakai.

Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk konsentrasi obat,kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas.

Bahan-bahan aktif yang biasa digunakan pada penyakit kulit secara umum di antaranya ialahalumunium asetat, asam asetat, asam benzoat, asam borat, asam salisilat, asam undesilenat, asam

vitamin A (tretionin, asam retinoat), benzokain, benzil benzoat, camphora, kortikosteroid topikal,mentol, padofilin, selenium disulfid, sulfur, ter, tiosulfas natrikus, urea, zat antiseptik, antibiotik dan antifungal.

Page 9: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 9/23

Dermatofitosi sumber 2

dalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum padaepidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita (Budimulja, 2005).

Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton (Madani,2000). Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Hingga kini dikenal sekitar 40

spesies dermatofita, masing-masing dua spesies Epidermophyton, 17 spesies Microsporum dan21 spesies Trichophyton (Budimulja, 2005).

II. 1. Dermatofita 

Menurut Madani (2000) golongan jamur dermatofita dapat menyebabkan beberapa bentuk klinis

yang khas. Satu jenis dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, tergantungletak lokasi anatominya.

A. Tinea K apitis 

Dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut ini umumnya menyerang anak prapubertas. Jamur menyerang stratum korneum dan masuk ke folikel rambut yang selanjutnya akan menyerang

 bagian luar atau sampai ke bagian dalam rambut, bergantung pada spesiesnya (Daili, dkk., 2005).

Menurut Madani (2000) ada tiga bentuk klinis tinea kapitis, yaitu :

1. Grey patch ringworm 

Bentuk ini terutama disebabkan oleh Microsporum audouinii (Mulyono, 1986). Bentuk ini

ditemukan pada anak-anak dan biasanya dimulai dengan timbulnya papula merah kecil di sekitar folikel rambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk bercak pucat karena adanya sisik.

Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat lagi. Rambut menjadimudah patah dan juga mudah terlepas dari akarnya. Pada daerah yang terserang oleh jamur 

terbentuk alopesia setempat dan terlihat sebagai grey patch. Bercak abu-abu ini sulit terlihat batas-batasnya dengan pasti bila tidak menggunakan lampu Wood. Pemeriksaan dengan lampu

Wood memberikan fluoresensi kehijau-hijauan sehingga batas-batas yang sakit dapat terlihat jelas.

Page 10: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 10/23

 

Gambar 1. Grey Patch Ringworm (Sumber : Kao, 2005)

2. Kerion 

Merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum canis (Mulyono, 1986).Bentuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakanmenyerupai sarang lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya. Kelainan ini menimbulkan

 jaringan parut yang menetap.

Gambar 2. Kerion (Sumber : Kao, 2005)

3. Black dot ringworm 

Merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans danTrichophyton violaceum (Mulyono, 1986). Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam

 pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambutyang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam.

Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis

(Siregar, 2005).

Page 11: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 11/23

B. Tinea Favosa 

Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh Trichophyton schoenleini, Trichophytonviolaceum dan Microsporum gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis, yang

ditandai oleh skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus pada kulit kepala. Biasanya,

lesinya menjadi sikatrik alopesia permanen. Kadang kulit halus dan kuku dapat terkena.

Gambaran klinis mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulit kepala dan

terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dan kerontokan rambut, serta lesimenjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah itu, terjadi kerontokan rambut luas, kulit mengalami

atrofi dan sembuh dengan jaringan parut permanen.

Penegakan diagnosis tinea favosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis

langsung, dengan menemukan miselium, air bubbles yang bentuknya tidak teratur. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood tampak fluoresensi hijau pudar (dull green) (Madani, 2000).

C. Tinea Korporis 

Tinea korporis atau tinea sirsinata adalah infeksi jamur golongan dermatofita (berbagai spesies

Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton) pada badan, tungkai dan lengan danmempunyai gambaran morfologi yang khas (Daili, dkk., 2005).

Menurut Madani (2000) penyebab tersering penyakit ini adalah Trichophyton rubrum danTrichophyton mentagrophytes. 

Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-

macam efloresensi kulit (polimorf) dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya

daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk gambaran polisiklis.Lesi dapat meluas dan memberi gambaran yang tidak khas terutama pada pasienimunodefisiensi. Pada kasus dermatofitosis dengan gambaran klinis tidak khas, diagnosis pasti

ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan kulit dengan larutanKOH 10-20 % (Daili, dkk., 2005).

Page 12: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 12/23

Gambar 3. Tinea korporis (Sumber : Lesher, 2004)

Diagnosis banding tinea korporis adalah morbus hansen, pitiriasis rosea dan neurodermatitissirkumskripta (Siregar, 2005).

D. Tinea Imbrikata 

Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronik rekuren disebabkan Trichophyton concentricum. Diindonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu, antara lain Papua, Sulawesi,

Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah Indonesia Timur, terutama pada masyarakat terasing.Kerentanan terhadap penyakit ini diduga diturunkan secara genetik dengan pola penurunan

autosomal resesif.

Gambaran klinis pada kulit berupa lingkaran-lingkaran konsentris terdiri atas lesi papuloskuamosa, dengan stratum korneum yang lepas sisi bebasnya menghadap ke arah dalam

lesi, sehingga tampak tersusun seperti genting. Pada keadaan kronik rasa gatal tidak menonjol

(Daili, dkk., 2005).

E. Tinea K ruris 

Tinea kruris adalah penyakit jamur dermatofita di daerah lipat paha, genitalia dan sekitar anusyang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. Penyebabnya biasanya adalah

 Epidermophyton  floccosum, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Trichophyton rubrum.

Gambaran klinik biasanya adalah lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri. Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan gatal, yang lama-kelamaan meluas sehingga dapat meliputi

skrotum, pubis, glutea bahkan sampai paha. Tepi lesi aktif, polisiklis, ditutupi skuama dan

kadang-kadang disertai dengan banyak vesikel kecil-kecil.

Diagnosis banding tinea kruris meliputi dermatitis seboroik, kandidosis kutis, eritrasma,

dermatitis kontak dan psoriasis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khasdan ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskop langsung

memakai larutan KOH 10-20 % (Madani, 2000; Siregar, 2005).

Gambar 5. Tinea Kruris (2) (Sumber : Wiederkehr, 2004)

F. Tinea Manus dan Pedis 

Tinea manus dan pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta

daerah interdigital. Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, Trichophytonmentagrophytes dan Epidermophyton  floccosum. 

Page 13: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 13/23

Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah, mencuci, di sawah dan sebagainya.

Keluhan penderita bervariasi mulai tanpa keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyerikarena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan (Madani, 2000).

Menurut Madani (2000) dikenal tiga bentuk klinis tinea manus dan pedis yang sering dijumpai,yakni :

1. Bentuk intertriginosa

Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasi dan erosi pada sela jari. Tampak warna

keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi sekunder dapatmenyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki, lesi

sering mulai dari sela jari III, IV dan V. Bentuk klinik ini dapat berlangsung bertahun-tahuntanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh

 bakteri, sehingga terjadi limfangitis, selulitis dan erisipelas yang disetai gejala-gejala umum.

2. Bentuk vesikular akut

Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bula yang terletak agak dalam di bawahkulit dan sangat gatal. Lokasi yang tersering adalah telapak kaki bagian tengah dan kemudian

melebar serta vesikulanya memecah. Infeksi sekunder dapat memperburuk keadaan ini.

3. Bentuk mocassin foot  

Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit menebal dan

 berskuama. Eritem biasanya ringan, terutama terlihat pada bagian tepi lesi.

Diagnosis banding untuk tinea manus adalah dermatitis kontak alergika, dermatitis dishidrotik dan dermatitis numularis. Diagnosis banding untuk tinea pedis adalah kandidiasis, akrodermatitis

 perstans dan pustular bacterid (Siregar, 2005). Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaranklinik dan pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20 % yang menunjukkan elemen

 jamur (Madani, 2000).

G. Tinea Unguium 

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita. Penyebab

 penyakit yang tersering adalah Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum. 

Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita berupa kukumenjadi rusak dan warnanya menjadi suram. Bergantung penyebabnya, destruksi kuku dapat

mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan. Bila disertai paronikia, sekitar kuku akan terasa

Page 14: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 14/23

 

nyeri dan gatal. Pada umumnya tinea unguium berlangsung kronik dan sukar penyembuhannya

(Madani, 2000).

Gambar 6. Tinea Unguium (Sumber : Anonim, 2003)

Menurut Madani (2000) dikenal tiga bentuk gejala klinis tinea unguium, yakni :

1. Bentuk subungual distalis

Penyakit ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Penyakit akan menjalar ke proksimaldan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.

2. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita

Bentuk ini berupa bercak keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikanadanya elemen jamur.

3. Bentuk subungual proksimal

Pada bentuk ini, kuku bagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku kaki

lebih sering diserang daripada kuku tangan.

Diagnosis banding adalah onikodistrofi oleh karena kandida albikans, onikodistrofi akibattrauma dan psoriasis pada kuku (Siregar, 2005). Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis

dan pemeriksaan kerokan kuku dengan KOH 10-20 % atau dilakukan biakan untuk menemukan

elemen jamur (Madani, 2000).

II. 2. Pengobatan Topikal 

Menurut Djuanda (1994) ada dua pedoman dalam pengobatan topikal, yaitu :

1. a. Basah dengan basah

Page 15: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 15/23

Berarti jika dermatosis basah (eksudatif) diobati dengan kompres terbuka. Tetapi prinsip ini tidak mutlak, kompres terbuka juga digunakan pada dermatosis dengan peradangan hebat.

 b. Kering dengan kering

Berarti jika dermatosis kering diobati dengan vehikulum yang kering, misalnya salep.

2. Makin akut suatu dermatosis, makin lemah bahan aktif yang dipakai

Berarti pada dermatosis yang akut jangan diberi terapi dengan bahan aktif yang kuat, yaknidengan konsentrasi yang tinggi karena akan menghebat.

Menurut Hamzah (2005) prinsip obat topikal secara umum terdiri atas dua bagian yaitu bahan

dasar (vehikulum) dan bahan aktif dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Bahan dasar (vehikulum)

Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yang

harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah padakeadaan yang membasah dipakai bahan dasar yang cair atau basah, misalnya kompres; dan pada

keadaan kering dipakai bahan dasar padat atau kering, misalnya salep. Secara sederhana bahandasar dibagi menjadi tiga yaitu cairan, bedak dan salep. Disamping itu ada dua campuran atau

lebih bahan dasar, yaitu bedak kocok (lotion), krim, pasta dan linimen.

a. Cairan

Cairan terdiri atas solusio (larutan dalam air) dan tinctura (larutan dalam alkohol). Solusio dibagi

dalam kompres, rendam (bath) dan mandi ( full bath). Prinsip pengobatan cairan ialahmembersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal

yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi perlunakan atau pecahnya vesikel, bula dan pustula.Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi

 bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi.Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar,

 parestesi oleh bermacam-macam dermatosis. Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairandapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara

teliti. Kalau keadaan sudah mulai kering, maka pemakaiannya dikurangi dan kalau perludihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai

daripada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya

 penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi. Bahan aktif yang dipakaidalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan antimikrobial. Astringen mengurangieksudat akibat presipitasi protein. Kompres terdiri dari dua macam, yaitu kompres terbuka dan

kompres tertutup. Kompres terbuka dasarnya adalah penguapan cairan kompres disusul olehabsorbsi eksudat atau pus. Indikasinya meliputi dermatosis madidans, infeksi kulit dengan eritem

yang mencolok (misalnya erisipelas) dan ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta (Hamzah,2005). Menurut Hardyanto (1990) cara ko

mpres bekerja pada radang akut melalui :

Page 16: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 16/23

1) Penguapan air akan menarik kalor dari lesi, sehingga terjadi vasokonstriksi yangmengakibatkan eritem berkurang.

2) Vasokonstriksi memperbaiki permeabilitas vaskuler, sehingga pengeluaran serum dan udem

 berkurang.

3) Air melunakkan dan melarutkan krusta pada permukaan kulit, sehingga mudah terangkat bersama kain kasa. Pembersihan krusta ini akan mengurangi sarang makanan untuk bakteri dari

cairan yang terperangkap di bawah krusta.

Kompres tertutup (kompres impermeabel) dasarnya adalah vasodilatasi, bukan untuk penguapan.

Indikasinya ialah kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venereum (Hamzah, 2005).

 b. Bedak 

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat

sehingga penetresinya sedikit sekali. Efek bedak ialah mendinginkan, antiinflamasi ringan karenaada sedikit efek vasokonstriksi, antipruritus lemah, mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo) dan proteksi mekanis. Pengobatan dengan bedak yang diharapkan terutama

ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talkum venetum. Bedak biasanya dicampur dengan sengoksida, sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik lemah dan

antipruritus lemah. Indikasi pemberian bedak ialah dermatosis yang kering dan superfisial,mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah. Kontraindikasinya adalah dermatitis yang

 basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder (Hamzah, 2005). Jika terjadi eksudat atau pus, maka campuran bedak dengan eksudat merupakan adonan yang memudahkan terjadinya

infeksi (Djuanda, 1994).

c. Salep

Salep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti

mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak. Indikasinya adalahdermatosis yang kering dan kronik, dermatosis yang dalam dan kronik dan dermatosis yang

 bersisik dan berkrusta. Kontraindikasinya adalah dermatitis madidans. Jika kelainan kulitterdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salep tidak dianjurkan dan salep jangan

dipakai di seluruh tubuh (Hamzah, 2005).

d. Bedak kocok 

Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak yang biasanya ditambah dengan gliserinsebagai bahan perekat, supaya bedak tidak terlalu kental dan cepat menjadi kering maka jumlahzat padat maksimal 40 % dan jumlah gliserin 10 ± 15 %. Hal ini berarti jika beberapa zat aktif 

 padat ditambahkan, maka prosentase tersebut jangan terlampaui. Indikasi digunakan bedak kocok adalah dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, serta dermatosis pada keadaan

sub akut. Kontraindikasinya ialah dermatitis madidans dan daerah badan yang berambut(Hamzah, 2005).

Page 17: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 17/23

e. Krim

Krim adalah emulsi O/W (oil in water ) atau W/O (water in oil ). Kombinasi antara minyak dengan air ditambah emulgator menghasilkan emulsi W/O atau O/W, bergantung pada susunan

komponen di atas. Krim W/O (cold cream) lebih cocok dipakai waktu malam karena melengket

lebih lama di kulit. Krim O/W (vanishing cream) lebih cocok dipakai waktu siang karena lebihcair dan tidak lengket (Madani, 2000). Indikasi digunakan krim ialah indikasi kosmetik,dermatosis yang subakut dan luas, dan boleh digunakan di daerah yang berambut. Kontraindikasi

untuk krim W/O ialah dermatitis madidans (Hamzah, 2005).

f. Pasta

Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan.

Indikasi penggunaan pasta ialah dermatosis yang agak basah. Kontraindikasinya ialah dermatosisyang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan

 badan, pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat (Hamzah, 2005). Sekarang pasta jarang

dipakai karena pengolesan dan pembersihannya lebih sulit (Madani, 2000).

g. Linimen

Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salep. Indikasi penggunaanya

yaitu pada dermatosis yang subakut. Kontraindikasinya yaitu dermatosis madidans (Hamzah,2005).

Menurut Hamzah (2005) ada vehikulum lain yaitu gel. Gel ialah sediaan hidrokoloid atauhidrofilik berupa suspensi yang dibuat dari senyawa organik. Zat untuk membuat gel di

antaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat-zat tersebut dicampur dengan air 

dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel. Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.Absorbsi per kutan lebih baik daripada krim.

2. Bahan aktif 

Pemilihan obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimasukkan ke

dalam vehikulum, yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal.Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia permukaan kulit, di samping

komposisi formulasi zat yang dipakai.

Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk konsentrasi obat,kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan efek vehikulum terhadap kulit.

Bahan-bahan aktif yang biasa digunakan pada penyakit kulit secara umum di antaranya ialahalumunium asetat, asam asetat, asam benzoat, asam borat, asam salisilat, asam undesilenat, asam

vitamin A (tretionin, asam retinoat), benzokain, benzil benzoat, camphora, kortikosteroidtopikal, mentol, padofilin, selenium disulfid, sulfur, ter, tiosulfas natrikus, urea, zat antiseptik,

antibiotik dan antifungal (Djuanda, 1994; Hamzah, 2005).

Page 18: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 18/23

II. 3. Obat Antijamur Topikal

Menurut Kuswadji dan Widaty (2001) obat antijamur topikal yang ideal adalah obat yang aktif  pada konsentrasi sangat rendah, mempunyai formula yang beragam, efek samping minimal atau

 bahkan tidak ada, dengan formula yang spesifik (misalnya untuk kuku dan mukosa) dan

mempunyai manfaat tambahan untuk kelainan yang biasa menyertai infeksi jamur (misalnyaantiinflamasi, keratolitik dan antibakteri).

Obat topikal yang diperuntukkan pada infeksi dermatofita berdasarkan mekanisme kerjanyameliputi :

1. Bahan kimia antiseptik 

Mempunyai sifat antibakteri dan antijamur ringan serta bersifat mengeringkan, misalnya

C estallani paint (solusio carbol fuchsin) dapat digunakan untuk kasus tinea kruris dan kandidosis

intertriginosa. Selain itu juga dapat dindikasikan untuk tinea unguium, tinea imbrikata dan tinea

korporis (Kuswadji dan Widaty, 2001; Siregar, 2005).

2. Bahan keratolitik 

Yaitu bahan yang meningkatkan eksfoliasi stratum korneum. Misalnya salep Whitefield mengandung asam salisilat 3 %, asam benzoat 6 % dalam petrolatum, dikatakan efektif bagi

tinea pedis dan asam undesilenat krim dan bedak 3 %. Asam salisilat pada konsentrasi rendah (1 ± 2 %) berefek keratoplastik, konsentrasi tinggi (3 ± 20 %) berefek keratolitik dan dipakai pada

keadaan dermatosis yang hiperkeratotik dan pada konsentrasi sangat tinggi (40 %) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam. Asam salisilat berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada

konsentrasi 3 ± 6 % dalam salep, selain itu berkhasiat bakteriostasis lemah. Asam salisilat tidak 

dapat dikombinasikan dengan seng oksida karena akan terbentuk garam sengsalisilat yang tidak aktif. Asam benzoat mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Salep Whitefield dapat juga berguna untuk pengobatan topikal pada tinea kruris, tinea unguium dan tinea korporis. Asam

undesilenat dalam bentuk cairan dapat digunakan pada tinea unguium (Kuswadji dan Widaty,2001; Tjay dan Rahardja, 2003; Hamzah, 2005; Siregar, 2005).

3. Golongan allilamin

Golongan ini bekerja dengan menghambat enzim epoksidase skualen pada proses pembentukan

ergosterol membran sel jamur. Allilamin memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan angkakesembuhan berkisar 70 ± 100 %. Naftitin merupakan obat antijamur berspektrum luas dan

derivat allilamin yang sintetis. Dapat menurunkan ergosterol yang menghambat pertumbuhan sel jamur. Pada konsentrasi 1 % memiliki daya antiinflamasi. Tersedia dalam bentuk krim, g

el atau solusio 1 %. Penderita tinea korporis dewasa maupun anak-anak cukup dioleskan 4 kalisehari pada sekitar lesi selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %. Tinea kruris 4 kali sehari

selama 2 ± 4 minggu dalam bentuk krim 1 %. Tinea pedis dioleskan 4 kali sehari dalam bentuk krim 1 % atau 2 kali sehari dalam bentuk gel 1 %. Terbinafin merupakan derivat allilamin yangsintetis yang menghambat epoksidase skualen, sebuah enzim penting dalam biosintesis sterol

 pada jamur yang menghasilkan defisiensi ergosterol, penyebab kematian sel jamur. Penelitian

Page 19: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 19/23

Page 20: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 20/23

Derivat imidazol ini memiliki spektrum fungistatis yang relatif lebih sempit daripada mikonazol.Pada konsentrasi tinggi, zat ini juga berdaya bakteriostatis terhadap kuman Gram positif.

Penderita tinea pedis dan tinea korporis dewasa diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 2 ± 6minggu dalam bentuk krim 1 % atau solusio, sedangkan pada anak-anak tidak tersedia. Penderita

tinea kruris dewasa dan anak-anak diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu dalam

 bentuk krim 1 %, solusio ataupun bedak kocok (Tjay dan Rahardja, 2003; Rubeiz, 2004;Wiederkehr, 2004; Robins, 2005). MIMS tahun 2005 menyebutkan contoh nama merk dagangobat klotrimazol yaitu canesten, lotremin dan fungiderm (Evaria, 2005).

c. Ketokonazol

Ketokonazol adalah fungistatikum imidazol pertama yang digunakan per oral (1981). Spektrum

kerjanya mirip dengan mikonazol dan meliputi banyak fungi patogen. Penderita tinea pedisdewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali atau 4 kali sehari selama 2 ± 4 minggu dalam

 bentuk krim 1 %. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali atau 4kali sehari selama 2 ± 4 minggu dalam bentuk krim 2 %. Penderita tinea korporis dewasa dan

anak-anak dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama 2 minggu dalam bentuk krim 2 % (Tjay danRahardja, 2003; Lesher, 2004; Rubeiz, 2004; Wiederkehr, 2004; Robins, 2005). MIMS tahun

2005 menyebutkan contoh nama merk dagang obat ketokonazol yaitu formyco, nizoral danmycozid (Evaria, 2005).

d. Ekonazol

Ekonazol adalah derivat mikonazol, tetapi satu dari empat atom klor diganti oleh atom H.Spektrum kerjanya lebih kurang sama, hanya lebih aktif terhadap  A spergillus. Obat ini efektif 

untuk infeksi kutaneus. Titik tangkapnya berhubungan dengan metabolisme sintesis RNA dan protein, mengganggu permeabilitas dinding sel jamur sehingga menyebabkan kematian sel

 jamur. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali atau 4 kali sehariselama 4 minggu dalam bentuk krim 1 %. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan

sebanyak 2 kali atau 4 kali sehari dalam bentuk krim 1 %. Contoh nama merk dagang obatekonazol adalah pevaryl (Tjay dan Rahardja, 2003; Wiederkehr, 2004; Robins, 2005).

e. Oksikonazol

Oksikonazol merupakan obat jamur yang memiliki spetrum luas. Titik tangkapnya yaitumenghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan kematian sel jamur. Penderita tinea

 pedis dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama 2

 ± 4 minggu dalam bentuk krim 1 % atau bedak kocok. Contoh nama merk dagang obatoksikonazol adalah oxistat (Wiederkehr, 2004; Robins, 2005).

f. Sulkonazol

Sulkonazol merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya yaitumenghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan kebocoran komponen sel, sehingga

menyebabkan kematian sel jamur. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak (> 12 tahun)

Page 21: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 21/23

dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama 2 ± 4 minggu dalam bentuk krim 1 % atau solusio.Contoh nama merk dagang obat sulkonazol adalah exelderm (Wiederkehr, 2004).

g. Sertakonazol

Bentuk krim sertakonazol nitrat merupakan antijamur yang aktif melawan Trichophyton rubrum,Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum. Diindikasikan untuk tinea pedisdengan dioleskan 2 kali sehari baik dewasa maupun anak-anak (> 12 tahun). Contoh nama merk 

dagang obat sertakonazol adalah ertaczo (Rubeiz, 2004).

h. Bifonazol

Bifonazol merupakan derivat imidazol yang berkhasiat terhadap beberapa jenis jamur dan ragi

yang patogen terhadap manusia serta terhadap beberapa kuman Gram positif. Bifonazol bermanfaat pada pengobatan tinea unguium dalam bentuk losio atau krim yang dikombinasikan

 bersama urea 40 % dengan bebat (Madani, 2000; Tjay dan Rahardja, 2003). MIMS tahun 2005

menyebutkan contoh nama merk dagang obat bifonazol yaitu mycospor (Evaria, 2005).

6. Golongan lainnya

a. Siklopiroks

Senyawa hidroksipiridon ini berspektrum luas. Senyawa ini berkhasiat fungisid terhadap

C andida albican dan Trichophyton rubrum, fungistatis terhadap Malassezia furfur (panu), lagi

 pula bekerja bakteriostatis lemah. Walaupun struktur kimianya berbeda dengan zat-zat imidazol,tetapi mekanisme kerjanya diperkirakan sama, yaitu ter 

hadap membran plasma sel jamur. Mungkin juga mekanisme kerjanya berdasarkan perintah

transpor dari asam-asam amino dan ion-ion melalui membran sel. Daya kerjanya diperkuat biladibuat ester oalmin. Siklopiroks khusus digunakan secara dermal. Penderita tinea pedis dewasadan anak-anak (> 10 tahun) dioleskan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk krim 1 %, jika tidak 

ada perbaikan setelah 4 minggu maka perlu dievaluasi lagi. Hal tersebut juga berlaku pada penderita tinea kruris dan tinea kapitis. Solusio siklopiroks telah dilaporkan dapat berpenetrasi

melalui semua lapisan kuku pada kasus tinea unguium namun memiliki efikasi yang rendahsehingga perlu kombinasi dengan obat antijamur oral. (Tjay dan Rahardja, 2003; Lesher, 2004;

Wiederkehr, 2004; Blumberg, 2005; Robins, 2005). MIMS tahun 2005 menyebutkan contohnama merk dagang obat siklopiroks yaitu batrafen dan loprox nail lacquer (Evaria, 2005).

 b. Tolnaftat

Tonaftat termasuk golongan tiokarbonat dan merupakan antijamur yang sangat efektif terhadapdermatofitosis dan infeksi Pityrosporum orbiculare tetapi tidak terhadap C andida. Mekanisme

kerjanya adalah dengan menghambat epoksidasi skualen pada membran sel jamur. Biasanyadigunakan 2 kali sehari selama 2 ± 4 minggu dan dilanjutkan 2 minggu setelah gejala klinis

hilang. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kali sehari. Tersediadalam bentuk krim 1 %, solusio dan bedak. Tolnaftat dapat diindikasikan pada pengobatan

Page 22: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 22/23

topikal untuk tinea korporis dan tinea unguium. Contoh nama merk dagang obat tolnaftat adalahtinactin (Hardyanto, 1990; Wiederkehr, 2004, Siregar, 2005).

c. Haloprogin

Haloprogin berkhasiat fungisid terhadap Epidermophyton, Pityrosporum, Trichophyton danC andida. Kadang-kadang terjadi sensitasi dengan timbulnya gatal-gatal, perasaan terbakar daniritasi kulit. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 3 kali sehari.

Tersedia dalam bentuk krim 1 % dan solusio. Biasanya digunakan dalam waktu 2 ± 4 minggu.Contoh nama merk dagang obat haloprogin adalah halotex (Kuswadji dan Widaty, 2001; Tjay

dan Rahardja, 2003; Wiederkehr, 2004).

Pengobatan pada tinea unguium sangat memerlukan kombinasi dengan obat antijamur oral

terutama generasi baru seperti itrakonazol dan terbinafin, karena jika hanya mengandalkan obattopikal saja maka daya penetrasi terhadap kuku sangat terbatas sehingga tidak efektif (Blumberg,

2005). Pengobatan tinea manus pada prinsipnya sama dengan pengobatan yang dilakukan pada

tinea pedis (Madani, 2000).

DAFTAR PUSTAKA 

Adiguna, M.S., 2001, Epidemiologi Dermatomik osis Di Indonesia, dalam Budimulja, U.,

Kuswadji., Bramono, K., Menaldi, S.L., Dwihastuti, P. dan Widaty, S. (eds), DermatomikosisSuperfisialis Pedoman Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran, Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 1 ± 6.

Anonim, 2003, Fungus Inf ections : Tinea, /derm 

´ title=´http://www.emedicine.com/derm 

´ target=´_blank´>http://www.emedicine.com/derm

Budimulja, U., 2005, Mik osis, dalam Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S. (eds), Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin, 4th

ed, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 89 ± 

105.

Cholis, M., 2001, Penatalaksanaan Tinea Glabrosa Dan Perkembangan Obat Antijamur 

baru, Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran UniversitasBrawidjaja, Malang : 21 ± 24.

Daili, E.S.S., Menaldi S.L. dan Wisnu, I.M., 2005, Penyak it K ulit Yang Umum Di Indonesia 

Sebuah Panduan Bergambar, PT Medical Multimedia Indonesia, Jakarta : 27 ± 37.

Page 23: tinea dermato

8/8/2019 tinea dermato

http://slidepdf.com/reader/full/tinea-dermato 23/23

Djuanda, A., 1994, Pengobatan Topikal Dalam Bidang Dermatologi, Yayasan PenerbitanIkatan Dokter Indonesia, Jakarta. 

Dorland, 1996, K amus K edokteran Dorland, dalam Harjono, R.M., Oswari, J., Ronardy, D.H.,

Santoso, K., Setio, M., Soenarno, Widianto, G., Wijaya, C. dan Winata, I. (eds), Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta : 1937.

Evaria, 2005, MIMS Edisi Bahasa Indonesia, 6th

vol, PT InfoMaster, Jakarta : 395 ± 398.

Hamzah, M., 2005, Dermatoterapi, dalam Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S. (eds), IlmuPenyakit Kulit dan Kelamin, 4

thed, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 340 -

350.

Hardyanto, 1990, Antijamur Dalam Dermatologi, dalam Ednawati dan Soedarmadi (eds),Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin, Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada, Yogyakarta : 41 ± 58.

Webby

http://www.wrongdiagnosis.com/medical/dermatophytosis.htm 

http://www.histopathology-india.net/DePhy.htm 

http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/Cutaneous/Dermatophytosis/ 

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/dermatophytosis