terhadap kekuatan otot ekstremitas pada asuhan...

70
PEMBERIAN LAT TERHADAP ASUH STR PROG SEKOLAH TIN TIHAN ACTIVE ASISSTIVE RANG P KEKUATAN OTOT EKSTREMIT HAN KEPERAWATAN Ny. S DENG ROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DI SUSUN OLEH: DITA SEPTIANI P.13 080 GRAM STUDI DIII KEPERAWATA NGGI ILMU KESEHATAN KUSUM SURAKARTA 2016 GE OF MOTION TAS PADA GAN D AN MA HUSADA

Upload: lecong

Post on 07-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

PEMBERIAN LATIHAN

TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA

ASUHAN KEPERAWATAN

STROKE NON HEMORAGIK DI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

PEMBERIAN LATIHAN ACTIVE ASISSTIVE RANGE OF MOTION

TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN

STROKE NON HEMORAGIK DI IGD

PUSKESMAS GAJAHAN

SURAKARTA

DI SUSUN OLEH:

DITA SEPTIANI

P.13 080

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

ACTIVE ASISSTIVE RANGE OF MOTION

TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA

DENGAN

IGD

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

Page 2: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

PEMBERIAN LAT

TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA

ASUHAN KEPERAWATAN

STROKE NON HEMORAGIK DI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

i

PEMBERIAN LATIHAN ACTIVE ASISSTIVE RANGE OF MOTION

TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN

STROKE NON HEMORAGIK DI IGD

PUSKESMAS GAJAHAN

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

DITA SEPTIANI

P.13 080

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

ACTIVE ASISSTIVE RANGE OF MOTION

TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA

DENGAN

IGD

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

Page 3: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dita Septiani

NIM : P.13 080

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : Aplikasi Tindakan Active Asisstive Range Of

Motion Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada

Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Stroke Non

Hemoragik Di IGD Puskesmas Gajahan Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 11 Mei 2016

Yang Membuat Pernyataan

Dita Septiani

NIM P.13 080

Page 4: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh :

Nama : Dita Septiani

NIM : P.13 080

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : Aplikasi Tindakan Active Asisstive Range Of

Motion Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada

Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Stroke Non

Hemoragik Di IGD Puskesmas Gajahan Surakarta

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : ............................

Hari/tanggal : ............................

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep (…………………….)

NIK. 201.187.065

Penguji 1 : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep (……………………)

NIK. 201.185.071

Penguji 2 :Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep (…………………….)

NIK. . 201.187.065

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKES KusumaHusada Surakarta

Ns. Meri Oktariani, M.Kep

NIK. 200981037

Page 5: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “APLIKASI TINDAKAN ACTIVE ASISSTIVE RANGE

OF MOTION TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK

DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ibu Wahyu Rima Agustina, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes

Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Alfyana Nadya R, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekertaris Program studi

DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing dan

dosen penguji II yang telah membimbing dengan cermat, memberikan

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

menfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji I yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

6. Semua dosen Program DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

yang telah memberikan bimbingan dengan sabar serta ilmu yang bermanfaat.

Page 6: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

v

7. Kedua orang tua saya, Bapak dan Ibu yang selalu menjadi inspirasi, memberi

semangat dan doa untuk menyelesaikan pendidikan, dan yang selalu ada

ketika yang lain meninggalkan.

8. Kakak(mas Didit), adik(Paundra), dan keluarga dekat yang selalu menjadi

inspirasi dan memberikan semangat, doa serta dukungannya untuk

menyelesaikan pendidikan.

9. S.Parmei Saputro, terimakasih sudah menjadi partner yang selalu memberi

semangat, dukungan, serta ilmu untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

10. Sahabat–sahabat Dhany, Nying, Winda, Marina, Ririn, Ofic terimakasih

untuk semangatnya

11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta angkatan 2013 Desinta, Fitri, Christina, Desi, Maya, Dita.

12. Teman – teman kost Kusuma III terimakasih untuk semangat dan

dukungannya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 7 Mei 2016

Dita Septiani

Page 7: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 4

C. Manfaat Penulisan .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6

1. Pengertian Stroke .............................................................. 6

2. Active Assistive Range of Motion ...................................... 17

3. Kekuatan otot .................................................................... 17

B. Kerangka Teori ......................................................................... 19

BAB III METODE APLIKASI

A. Subjek Aplikasi Riset ............................................................... 20

B. Tempat dan Waktu ................................................................... 20

C. Media dan Alat yang Digunakan .............................................. 20

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ....................... 20

E. Alat Ukur .................................................................................. 22

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien ......................................................................... 23

B. Pengkajian ................................................................................ 23

C Perumusan Masalah .................................................................. 28

Page 8: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

vii

D Perencanaan Keperawatan ........................................................ 29

E Implementasi ............................................................................ 31

F Evaluasi .................................................................................... 33

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................ 36

B. Perumusan Masalah Keperawatan ............................................ 40

C. Perencanaan Keperawatan ........................................................ 42

D. Implementasi Keperawatan ...................................................... 46

E. Evaluasi .................................................................................... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 52

B. Saran ......................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Prosedurt tindakan active assistive range of motion .................... 21

Page 10: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 19

Page 11: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Usulan Judul

2. Surat Pernyataan

3. Lembar Konsultasi

4. Jurnal

5. Asuhan Keperawatan

6. Lembar Observasi

7. Daftar Riwayat Hidup

8. Surat Pernyataan Persetujuan Orang Tua

Page 12: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal

maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan

(stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke non hemoragik) dengan gejala

dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,

sembuh dengan cacat, atau kematian.Stroke iskemik merupakan suatu

penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak

yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan

kematian otak tersebut. Sedangkan stroke hemoragik merupakan penyakit

gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya

aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis.

Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak,

sehingga terjadi hematom (Junaidi,2011).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian

akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah

tinggi. Diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar

glukosa darah dalam tubuh.Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi

500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang

meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Prevalensi stroke

hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari tahun

Page 13: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

2

2011 (0,03%). Pada tahun 2012, kasus stroke di Kota Surakarta cukup tinggi.

Kasus stroke hemoragik sebanyak1.044 kasus dan 135 kasus untuk stroke non

hemoragik (Dinkes Jateng, 2012).

Berdasarkan data yang didapat dari bagian rekam medis RSUD

Dr.Moewardi, jumlah kasus stroke pada semua kelompok usia meningkat dari

tahun 2011-2012 dan menurun pada tahun 2013. Walaupun terjadi penurunan

kasus pada tahun 2013, namun jumlah kasus stroke di RSUD Dr.Moewardi

masih tergolong tinggi dibandingkan dengan rumah sakit yang lainnya. Pada

tahun 2011 terdapat 240 kasus, tahun 2012 terdapat 391 kasus, dan tahun

2013 terdapat 350 kasus untuk stroke hemoragik. Sedangkan untuk stroke non

hemoragik, pada tahun 2011 terdapat 113 kasus, tahun 2012 sebanyak 636

kasus, dan tahun 2013 sebanyak 270 kasus(RSUD Dr. Moewardi, 2014).

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal

maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan

(stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke non hemoragik) dengan gejala

dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,

sembuh dengan cacat, atau kematian.Stroke iskemik merupakan suatu

penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak

yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan

kematian otak tersebut. Sedangkan stroke hemoragik merupakan penyakit

gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya

aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis.

Page 14: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

3

Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak,

sehingga terjadi hematom (Junaidi, 2011).

Serangan stroke dapat menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan pada

salah satu atau bahkan kedua sisi bagian tubuh pasien (Junaidi, 2006).

Kelemahan ini bisa menimbulkan kesulitan saat berjalan dan beraktivitas. Hal

ini mengharuskan pasien immobilisasi. Padahal dengan immobilisasi tersebut,

pasien akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse)

(Kozier, 2009).

Pasien yang mengalami gangguan mobilisasi aktual atau potensial,

maka perawat menyusun intervensi yang langsung mempertahankan

mobilisasi maksimum. Salah satu intervensi keperawatan tersebut adalah

latihan rentang gerak pendampingan atau active assistive range of motion

(Perry& Potter,2005).

Active assistive range of motion merupakan latihan yang dilakukan

dengan cara klien menggunakan lengan atau tungkai yang berlawanan dan

lebih kuat atau dengan bantuan gaya dari luar, seperti therapis, alat mekanis

atau bagian bagian tubuh pasien yang kuat sebagai tumpuan untuk

menggerakan setiap sendi pada ekstremitas yang tidak mampu melakukan

gerakan aktif (Carpenito , 2009).

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas penulis tertarik untuk

mengaplikasikan tentang active assistive range of motion terhadap kekuatan

otot pada pasien stroke non hemoragik. Hasil penelitian Ariyanti, ismonah &

Hendrajaya tahun 2013 mengenai efektivitas active assistive range of motion

Page 15: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

4

terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke non hemoragik di

RSUD Tugurejo Semarang diperoleh p rata-rata pada hari ke-2 sore sebesar

2.17 (< 0,05), selanjutnya pada hari ke-3 sore sebesar 2.78(< 0,05), hari ke-4

pagi sebesar 3.17 (< 0,05), dan hari ke-5 3.64(< 0,05), sehingga dapat

disimpulkan active assistive range of motion efektif terhadap kekuatan otot

ekstremitas pada pasien stroke non hemoragik.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mengaplikasikan tindakan active assistive range of motion terhadap

kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke non hemoragik.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan stroke non

hemoragik.

b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien

dengan stroke non hemoragik.

c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan

stroke non hemoragik.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada

pasienstroke non hemoragik.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

stroke non hemoragik .

Page 16: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

5

f. Penulis mampu menganalisa hasil active asistive range of motion

terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke non hemoragik.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengalaman tentang pengaruh active

assistive range of motion terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien

stroke non hemoragik.

2. Bagi Pendidik

Sebagai referensi dan wacana dalam ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang keperawatan medical tentang pengaruh active asistive range

of motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik

dimasa yang akan datang dan acuan bagi pengembangan pendidikan

kesehatan.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan wawasan baru terhadap pengembangan pada

keperawatan medical khususnya tentang efektivitas active assistive range

of motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik.

4. Bagi Rumah Sakit

Sebagai peningkatan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif dengan intervensi active asistive range

of motion terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke.

Page 17: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Stroke

Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat

modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang

dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke

yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan

mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).

Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh

gangguan aliran darah dalam otak dapat timbul secara mendadak dalam

beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam (Irfan, 2010). Stroke

merupakan sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya

fungsi saraf pusat fokal atau global yang berkembang cepat dalam detik

atau menit (Ginsberg, 2008).

2. Klasifikasi

Menurut ( Junaidi, 2011), stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Stroke pendarahan (hemoragik)

adalah stroke yang diakibatkan oleh pembuluh darah yang pecah

sehingga menghambat aliran darah yang normal dan merembes ke

daerah otak dan merusaknya.

Page 18: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

7

b. Stroke non hemoragik

Adalah stroke yang diakibatkan oleh penyumbatan di sepanjang jalur

pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.

Stroke non hemoragik berdasarkan penyebabnya, yaitu :

1) Aterotromboltik : penyumbatan pembuluh darah oleh kerak atau

plak dinding arteri.

2) Kardioemboli : sumbatan arteri oleh pecahan plak (emboli)

drai jantung.

3) Lakuner : sumbatan plak pada pembuluh darah yang

berbentuk lubang.

3. Penyebab stroke

Penyebab stroke menurut (Kimberly, 2008) yaitu :

a. Thrombosis serebral

Terjadi obstruksi pembuluh darah di pembuluh ekstra serebral.

b. Emboli serebral

Terjadi pada riwayat penyakit jantung reumatik, endokarditis, aritmia

jantung.

c. Perdarahan serebral

Terjadi pada hipertensi dan aneurisma serebral tanda dan gejala stroke.

Menurut (Nabyl, 2012) tanda dan gejala berdasarkan lokasi yang terkena

stroke dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Bagian system saraf pusat, yaitu kelemahan otot, kaku dan

menurunnya fungsi sensorik.

Page 19: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

8

b. Batang otak, yaitu lidah melemah; kemampuan membau, mengecap,

melihat secara parsial atau keseluruhan menjadi menurun; serta

kemampuan reflek, ekspresi wajah, pernafasan dan detak jantung

menjadi terganggu.

c. Cerebral kortek, yaitu tidak bias bicara, kehilangan kemampuan untuk

melakukan gerakan-gerakan, daya ingat menurun, hemiparase dan

kebingungan.

4. Patofisiologi stroke

Peningkatan tekanan darah yang tinggi mengakibatkan ruptur

pembuluh darah serebral atau aneurisme yaitu pengembangan pembuluh

darah otak yang semakin rapuh sehingga pecah.Pembuluh darah yang

pecah mengakibatkan pedarahan pada subarachnoid atau ventrikel otak,

sehingga terjadi hematom serebral yang beakibat pada peningkatan TIK.

Adanya peningkatan TIK mengakibatkan penurunan kesadaran yang

kemudian menimbulkan vasospasme arteri serebral, sehingga terjadi infrak

jaringan karena tidak bias dialiri oleh darah. Akibatanya terjadi

gangguan perfusi jaringan serebral yamg menyebabkan deficit neurologi

(Rendy, 2012).

5. Komplikasi stroke

Menurut (Kimberly, 2008), komlikasi dari stroke antara lain:

a. Tekanan darah tidak stabil akibat kehilanagan kendali vasokomotor.

b. Ketidakseimbanagan cairan dan elektrolit.

c. Malnutrisi.

Page 20: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

9

d. Infeksi.

e. Gangguan kemampuan sensorik.

f. Penurunan tingkat kesadaran.

g. Aspirasi.

h. Kerusakan kulit.

i. Emboli paru.

j. Depresi.

6. Pemeriksaan penunjang menurut (Ginsberg, 2008) adalah:

a. Darah lengkap, LED

b. Ureum, elektrolit, glukosa dan lipid

c. Rongten dada dan EKG

d. CT scan kepala

7. Penatalaksanaan stroke

Penatalaksanaan stroke secara umum menurut (Muttaqin, 2012) yaitu:

a. Mempertahankan saluran nafas uyang paten yaitu lakukan pengisapan

lender dan oksigenasi

b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi klien.

c. Menempatkan klien dalam posisi yang tepat

Page 21: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

10

8. Menurut (Rendy, 2012) asuhan keperawatan stroke secara umum adalah:

a. Pengkajian

1) Biodata

Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan,

pekerjaan, suku, bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no.cm,

alamat.

2) Keluhan utama

Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi: penurunan

kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit

kepala hebat bila masih sadar.

3) Riwayat penyakit dahulu

Perlu dikaji adanya riwayat DM, hipertensi, kelainan jantung,

policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas

pembuluh darah otak menjdi menurun.

4) Riwayat penyakit sekarang

Kronologis peristiwa stroke

Sering setelah melakukan aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan

neurologis misal: sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai

koma.

5) Riwayat penyakit keluarga

Adakah riwayat yang sama diderita oleh anggota keluarga yang

lain atau riwayat lain baik bersifat genetis maupun tidak.

Page 22: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

11

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

2) Pemeriksaan persistem

a) System persepsi dan sensori

Pemeriksaan lima indra

b) System pernafasan

Nilai frekuensi nafas, kualitas , suara dan jalan nafas.

c) System kardiovaskuluer

Nilai TD, nadi dan irama, kualitas dan fekuensi.

d) System persarafan

Tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil, orientasi waktu

dan tempat.

e) System gastrointestinal

Nilai kemampuan menelan,nafsu maka,eliminasi.

f) System integument

Nilai warna dan turgor

g) System reproduksi

h) System perkemihan

Nilai frekuensi BAK dan volume BAK

i) System mukoleketal

3) Pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

b) Pola aktivitas dan latihan

Page 23: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

12

Pada klien hipertensi terkadang merasa lemas, pusing,kelemahan

otot dan kesadaran menurun.

a) pola nutrisi dan metabolism

b) pola eliminasi

c) pola tidur dan istirahat

d) pola kognitif dan perceptual

e) persepsi konsep diro

f) pola toleransi dan koping stress

g) pola seksual reproduksi

h) pola hubungan peran

i) pola nilai dan keyakinan

4) Pemeriksaan saraf cranial

a) Saraf olfaktorius : penciuman

b) Saraf optikus : ketajaman penglihatan

c) Saraf okulomotorius : reflek pupil ke atas, ke bawah

d) Saraf troklearis : gerakan ocular menyebabkan

ketidakmampuan melihat ke bawah

dan kesamping

e) Saraf trigeminus : fungsi sensori ,reflek kornea, kulit

wajah dan dahi, reflex rahang

f) Saraf abdusen : gerakan okuler ,kerusakan

menyebabkan ketidakmampuan

kebawah dan kesamping

Page 24: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

13

g) Saraf fasialis : fungsi motorik wajah bagian

samping dan atas

h) Saraf akustisus : tes saraf koklear, pendengaran,

kerusakan akan menyebabkan

kurang pendengaran

i) Saraf glosofangerius : fungsi motorik, reflek gangguan

faringeal atau menelan

j) Saraf vagus : bicara

k) Saraf asesori : kekuatan otot trapezius dan

sternokleidomastoid, kerusakan

menyebabkan ketidakmampuan

mengangkat bahu

l) Saraf hipoglosus : fungsi motorik lidah, kerusakan

akan menyebabkan gangguan

menggerakkan lidah

c. Diagnosa keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya

mukus berlebih

2) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

gangguan aliaran darah ke arteri

3) Klerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

muskuloskelektal dan neurovaskuler

Page 25: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

14

4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan hambatan

mobilitas fisik

d. Intervensi keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya

mukus berlebih

Kreteria Hasil :

a) Secret dimulut berkurang

b) RR dalam batas normal (16-24x/menit)

c) Suara nafas tidak ada ronkhi

Intervensi :

(1) Monitoring akumulasi secret dan observasi status pernafasan

klien

Rasional : untuk mengetahui keefektifan jalan nafas

(2) Auskultasi suara nafas

Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas

(3) Ajarkan kepada keluarga pasien untuk member posisi miring

kanan dan dan kiri

Rasional: untuk membantu mengeluarkan sejret dan posisi

kepala lebih tinggi untuk mengurangi tekanan arteri dengan

meningkatka drainage vena dan memperbaiki

(4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

Page 26: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

15

2) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

gangguan aliran darah ke arateri

Kriteria Hasil :

a) Tekanan darah dalam batas normal

b) Tidak ada keluhan sakit kepala

c) Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :

(1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam

Rasional : untuk mengevaluasi perkembangan penyakitdan

keberhasilan terapi

(2) Pertahankan tirah baring pada posisi semi flower

Rasional : untuk membantu menurunkan kebutuhan oksigen,

posisi duduk meningkatkan aliran darah arteri berdasarkan gaya

gravitasi

(3) Anjurkan tidak menggunakan rokok atau nikotin

Rasional : meningkatkan vasokontriksi

(4) Kolaborasi pemberian obat-obatan hipertensi

Rasional : golongan inhibitor menurunkan tekanan darah

melalui efek kombinasi penurunan tahanan perifer

3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

muskoloskelektal dan neurovaskuler

Kriteria Hasil :

a) Kerusakan kulit terhindar

Page 27: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

16

b) Klien mencapai keseimbangan saat duduk

c) Klien mampumenggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk

kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang hemiplegic

Intervensi :

(1) Berikan posisi yang benar

Rasional : untuk mencegah kontraktur, membantu kesejajaran

tubuh yang baik

(2) Ajarkan active assistive ROM

Rasional : untuk mempertahankan mobilitas sendi

(3) Siapkan klien untuk ambulasi

Rasional : untuk mempertahankan keseimbangan saat duduk

dan berdiri

(4) Kolaborasidengan fisioterapi

Rasional : untuk mengembangkan perencanaan dan

meningkatkan mobilitas

4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan hambatan

mobilitas fisik

Kriteria Hasil :

a) Tidak ada luka

b) Tidak ada warna kemerahan ataupun nanah

c) Tidak ada nekrosis

Intervensi :

Page 28: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

17

(1) Observasi keadaan kulit pasien

Rasional : untuk mengkaji keadaan kulit

(2) Berikan posisi alih baring

Rasional : untuk memberikan sirkulasi udara yang cukup

(3) Ajarkan kepada keluarga untuk memberikan lotion untuk

massage punggung pasien

Rasional : untuk melancarkan aliran darah

(4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat

Rasional : untuk memperbaiki sirkulasi darah

2. Active Assistive Range of Motion

a. Pengertian

Assistive range of motion merupakan latihan yang dilakukan

dengan cara klien menggunakan lengan atau tungkai yang berlawanan

dan lebih kuat atau dengan bantuan gaya untuk menggerakan setiap

sendi pada ektremitas yang tidak mampu melakukan gerakan aktif

(Carpenito, 2009).

b. Manfaat active asistive range of motion

Efektivitas active assistive range of motion terhadap kekuatan

otot ekstremitas pada pasien stroke non hemoragik pada hari ke-2 score

sebesar 2.17 (< 0,05), selanjutnya pada hari ke-3 score sebesar 2.78(<

0,05), hari ke-4 pagi sebesar 3.17 (< 0,05), dan hari ke-5 3.64(< 0,05),

sehingga dapat disimpulkan active assistive range of motion efektif

terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke non hemoragik.

Page 29: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

18

3. Kekuatan otot

Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dan

menghasilkan gaya. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kekuatan

otot,seperti operasi,cidera,atau penyakit tertentu. Malas berrolahraga

dapat menurunkan kekuatan otot yang dapat membuat anda rentan

mengalami cidera saat beraktifitas (carpenito,2009).

Nilai derajat kekuatan otot :

1) Derajat 0 : kontraksi otot tidak dapat terkontraksi dengan palpasi.

2) Derajat 1 : tidak ada gerakan sendi,tetapi kontraksi otot dapat

dipalpasi.

3) Derajat 2 : dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai

perintah.

4) Derjat 3 : mampu bergerak dengan gerak sendi penuh dan melawan

gravitasi tanpa tahanan.

5) Derajat 4 : mampu bergerak dengan gerak sendi penuh, melawan

gravitasi dan melawan tahanan sedang.

6) Derajat 5 : mampu bergerak dengan gerak sendi penuh,melawan

gravitasi dan melawan tahanan maksimal.

Page 30: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

19

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1

Sumber : Nanda, 2013

Faktor medis

1. Migren

2. Hipertees

3. Diabetes

Faktor perilaku

1. Kurang olahraga

2. Merokok

3. Gaya hidup tidak

sehat

stroke Hemiplegi

Kelemahan dan

kelumpuhan

pada sisi bagian

tubuh

Kehilangan

kekuatan otot

Active

assistive range

of motion

Meningkatkan kekuatan

otot

Page 31: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

20

BAB III

METODE APLIKASI

A. Subjek Aplikasi Riset

Subyek aplikasi ini aplikasi tindakan active assistive range of motion

pada pasien stroke non hemoragik di puskesmas Gajahan Surakarta.

B. Tempat dan Waktu

1. Waktu

Aplikasi tindakan active assistive range of motion dilakukan selama 14

hari. Waktu pengelolaan 3 hari dari tanggal 4 – 6 januari 2016.

2. Tempat

Aplikasi tindakan dilakukan di puskesmas Gajahan Surakarta.

C. Media dan Alat yang Digunakan

Dalam aplikasi penelitian ini alat yang digunakan dalam pengumpulan data

berupa lembar observasi kekuatan otot.

Media : tindakan dan observasi.

Alat : checklist, lembar observasi.

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

Prosedur tindakan yang akan dilakukan pada aplikasi penelitian efektivitas

active assistive range of motion pada pasien stroke non hemoragik.

Page 32: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

21

A FASE ORIENTASI

1 Memberi salam/ menyapa klien

2 Memperkenalkan diri

3 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

4 Menjelaskan langkah prosedur

5 Menanyakan kesiapan klien

B FASE KERJA

1 Mencuci tangan

2 Memposisikan klien.

3 Memberi arahan kepada klien untuk melakukan gerakan ROM aktif secara mandiri

a) Bahu

i. fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan

ke posisi di atas kepala

ii. Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh

iii. Hiperekstensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus

iv. Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan

telapak tangan jauh dari kepala

v. Rotasidalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan

lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke

belakang

vi. Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari

ke atas dan samping kepala

b) Siku

i. Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke

depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu

ii. Ekstensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan

c) Lenganbawah

i. Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak

tangan menghadap ke atas

ii. Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan

menghadap ke bawah

d) Pergelangantangan

i. Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan

bawah

ii. Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan,

lengan bawah berada dalam arah yang sama

iii. Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh

mungkin

iv. Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari

v. Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari

e) Jari-jaritangan

i. Fleksi : membuatgenggaman

ii. Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan

iii. Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin

iv. Abduks : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain

v. Adduksi : Merapatkankembalijari-jari

C FASE TERMINASI

1 Melakukanevaluasitindakan

2 Menyampaikanrencanatindaklanjut

3 Berpamitan

4 Mencucitangan

Page 33: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

22

E. Alat Ukur

Alat ukur dalam pengaplikasian ini ,yaitu :

Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian

otot secara manual ( manual muscle testing, MMT )

1. Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan

gravitasi, dan melawan tahanan maksimal.

2. Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan

gravitasi, dan melawan tahanan sedang (moderat).

3. Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan

melawan gravitasi tanpa tahanan.

4. Poo (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa

melawan gravitasi.

5. Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat di

palpasi

6. Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi.

Page 34: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

23

BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Pasien adalah seorang perempuan berusia 72 tahun yang berinisial Ny.

S, beragama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga,

dengan diagnosa medis stroke non hemoragik, beralamat di Ngarjodipuran

joyosuran pasarkliwon, pasien masuk puskesmas tanggal 6 januari 2016.

Selama dipuskesmas yang bertanggung jawab atas Ny. S adalah Tn. S berusia

80 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan pensiunan alamat

ngarjodipuran joyosuran pasar kliwon, hubungan dengan pasien adalah

suami.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 januari 2016 jam 10.10 dengan

metode alloanamnesa, autoanamnesa. Keluhan utama kelemahan pada

ekstremitas kanan pasien. Riwayat penyakit sekarang suami pasien

mengatakan pasien merasakan pusing ,mual, kemudian oleh keluarga dibawa

ke IGD Puskesmas gajahan pada tanggal 6 januari 2016, pasien diperiksa

tanda-tanda vitalnya dan di peroleh hasil tekanan darah 190/100mmHg, nadi

88x/menit, suhu 37 C, pernafasan 22x/menit. Dan keluarga pasien disarankan

oleh dokter untuk dirujuk ke RS .

Page 35: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

24

Riwayat penyakit dahulu pasien sebelumnya mempunyai riwayat

hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan pernah di rawat di rumah sakit

sebanyak 2 kali karena penyakit stroke non hemoragik , pasien tidak

mempunyai alergi obat atau makanan.

Riwayat kesehatan keluarga, anggota keluarga tidak ada yang

mempunyai riwayat penyakit hipertensi, asma, DM, dan penyakit menular

lainnya.

Riwayat kesehatan lingkungan, pasien tinggal di lingkungan yang

bersih jauh dari polusi udara dan air di lingkungan rumah pasien bersih dan

ada pembuangan sampahnya. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan,

pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting dan pasien selalu

membiasakan diri untuk menjaga kesehatannya.

Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan

makan 3 kali sehari dengan jenis nasi, sayur, lauk, buah, susu, air putih.

Setiap kali makan 1 porsi habis dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien

makan 3 kali sehari jenis bubur, lauk, sayur, teh hangat, air putih. Setiap kali

makan ½ porsi habis.

Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1 kali perhari

dengan konsistensi lunak berbentuk, berwarna kuning, berbau khas dan tidak

ada keluhan. Pasien dalam sehari BAK 6-7 kali, sekali BAK mengeluarkan

urine sekitar 150 cc, jadi sehari sekitar 1050 cc. Selama sakit pasien

mengatakan BAB 1 kali dengan konsistensi lunak berbentuk, warna kuning,

Page 36: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

25

berbau khas dan tidak ada keluhan. Pasien dalam sehari BAK 3-4 kali perhari

BAK urine sekitar 150 cc jadi 1 hari sekitar 600 cc.

Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan makan

dan minum secara mandiri, toileting, berpakaian, mobilitas, berpindah,

ambulasi atau ROM juga mandiri. Selama sakit pasien mengatakan makan,

berpakaian, berpindah, toileting, mobilitas atau ROM dibantu oleh keluarga.

Pola istirahat dan tidur, sebelum sakit pasien mengatakan lama tidur

sehari 6-8 jam sehari, pasien jarang tidur siang. Selama sakit pasien

mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya.

Pola kognitif perceptual, sebelum sakit pasien dapat mengatakan tidak

ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, perabaan hanya bicara sedikit

pelo. Selama sakit pasien mengatakan pandangan sedikit kabur, mampu

berkomunikasi walaupun pelo, tidak terjadi pendengaran dan dapat

membedakan bau, pasien memngeluh pusing dan mengalami vertigo.

Pola persepsi konsep diri, pasien adalah seorang perempuan yang

merupakan seorang istri dan seorang ibu bagi anak-anak nya. Pasien adalah

seorang ibu rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap keluarganya,

pasien dihargai oleh anggota keluarganya dan tetangganya, pasien

mengatakan bahwa mensyukuri apa yang ada pada dirinya sekarang dan ingin

lebih berguna untuk keluarga dan lingkungan sekitanya, dan selama sakit

pasien tidak bisa melakukan kegiatan sehari hari seperti biasanya, pasien

selalu mendapat dukungan dari keluarga, pasien mengatakan ingin segera

sembuh dan ingin melanjutkan aktivitasnya kembali seperti biasanya dan

Page 37: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

26

pasien juga merasa kurang nyaman dengan kondisinya saat ini karena dapat

menganggu aktivitasnya sehari hari

Pola hubungan peran sebelum sakit dan selama sakit pasien memiliki

hungungan yang harmonis tidak ada masalah dengan keluarganya dan

hubungan dengan lingkungan sekitarnya juga baik dan selama sakit pasien

juga sering dijenguk keluarga dan tetangganya.

Pola seksual dan reproduksi, pasien adalah seorang perempuan, sudah

menikah dan sudah menepous. Pola mekanisme koping, sebelum dan selama

sakit pasien jika ada masalah selalu bercerita dengan keluarganya.

Pola nilai dan keyakinan, pasien beragama islam saat sakit ini pasien

merasa terganggu pada saat beribadah karena kelemahan anggota badannya

sebelah kanan dan pasien yakin akan segera sembuh dengan sholat dan

berdoa.

Hasil pemeriksaan fisik keadaan atau penampilan umum sedang,

kesadaran GCS 12 E4 V4 M4 (apatis). Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

sebagai berikut, tekanan darah 190/100mmHg, frekuensi nadi 88x/menit,

irama teratur teraba kua, frekuensi pernafasan 22x/menit irama teratur, suhu

37 C. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, tidak terdapat benjolan,

rambut putih, beruban, kusam. Hasil pemeriksaan muka dari mata palpebra

tidak edema, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, reflek

terhadap cahaya positif, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung

bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung,tidak ada secret. Mulut bersih,

bibir kering dan pecah-pecah. Gigi bersih, tidak ompong, tidak ada caries

Page 38: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

27

gigi. Telinga kanan dan kiri simetris, bersih, tidak ada serumen. Leher tidak

ada pembesaran tiroid.

Pemeriksaan 12 syaraf kranial pada Ny. S yaitu saraf I olfaktorius,

pasien mampu merespon bau-bauan dengan benar. Saraf II optikus, fungsi

penglihatan pasien sedikit kabur, bola mata masih bisa mengikuti gerakan

cahaya. Saraf III okulomotoris, reaksi pupil tidak ada gangguan, reflek

terhadap cahaya positif. Saraf IV trokhealis, oasien masih bisa melihat

kebawah. Saraf V trigeminus, pasien masih dapat mengunyah dengan baik.

Saraf VI abdusen, pasien masih bisa membuka dan menutup mata. Saraf VII

facialis, pasien masih bisa tersenyum, cemberut, mengerutkan dahi. Saraf

VIII akusticus, pendengaran pasien sedikit berkurang. Saraf IX

glosofaringeus, ada reflek muntah. Saraf X vagus, bicara pasien tidak jelas

(pelo). Saraf XI saraf asesorius, pasien masih bisa mengangkat bahu. Saraf

XII saraf hipoglosus, pasien dapat mengeluarkan lidah.

Pemeriksaan dada, untuk paru-paru inspeksi didapatkan hasil ekspansi

dada kanan dan kiri sama,tidak ada jejas, palpasi vocal premitus kanan dan

kiri sama, perkusi sonor seluruh lapang paru, auskultasi tidak ada suara

tambahan. Jantung, inspeksi didapatkan hasil ictus cordis tidak tampak,

palapasi ictus cordis tidak teraba, perkusi jantung pekak, auskultasi bumyi

jantung I-II murni.

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi bentuk datar dan

tidak ada jejas, auskultasi bising usus 12x/menit, perkusi suara kuadran I

pekak, kuadran II-IV timpani, palpasi tidak ada nyeri tekan.

Page 39: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

28

Pemeriksaan genetalia bersih, tidak terpasang kateter. Rektum bersih,

tidak ada pembesaran hemoroid. Pada pemeriksaan ekstremitas atas, kekuatan

otot tangan kanan 2 (dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai

perintah). kekuatan otot kiri 3 (mampu bergerak dengan gerak sendi penuh

dan melawan gravitasi tanpa tahanan, tangan kanan terasa berat untuk

digerakan, ROM kanan dan kiri aktif, capilary refile kurang dari 2 detik,

perabaan akral hangat, perubahan bentuk tulang tidak ada. Pada pemeriksaan

ekstremitas bawah, kekuatan otot kaki kanan 2 (dapat menggerakan otot atau

bagian yang lemah sesuai perintah) dan kekuatan otot kiri 3 (mampu

bergerak dengan gerak sendi penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan),

kaki kanan terasa berat untuk digerakan, ROM kanan dan kiri aktif. Capilary

refile kurang dari 2 detik, perabaan akral hangat, tidak ada odema.

C. Perumusan Masalah

Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh data

subyektif antara lain pasien mengatakan kepala pusing dan mengalami

vertigo, keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat vertigo. Data

objektif yang diperoleh pasien tampak gelisah, bicara tidak jelas (pelo),

tekanan darah 190/100mmHg, nadi 88x per menit, pernafasan 22x per menit,

suhu 37 C. Berdasarkan analisa data menunjukkan bahwa ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral merupakan prioritas utama, sehingga dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah (00201).

Page 40: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

29

Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh data

subyektif antara lain pasien mengatakan tangan kanan terasa lemas dan berat

untuk digerakan. Data obyektif yang diperoleh adalah kekuatan otot

ekstremitas kanan 2 (dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai

perintah), kekuatan otot ekstremitas kiri (mampu bergerak dengan luas sendi

penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan) aktivitas dan latihan di bantu

oranglain. Sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromusculer (00085).

D. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 6 januari 2016

penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x4 jam diharapkan tidak terjadi

gangguan fungsi serebral dengan kreteria hasil tekanan darah dalam batas

normal 120/80 mmHg, nadi dalam batas normal 60-100 kali per menit, tidak

terjadi peningkatan tekanan intrakranial (pusing maupun vertigo), fungsi

motorik membaik. Intervensi yang dilakukan yaitu kaji dan monitor tekanan

darah dengan rasional untuk mengevaluasi penyakit dan keberhasilan terapi,

pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai tekanan darah

kembali normal dengan rasional tirah baring membantu menurunkan

kebutuhan oksigen dan posisi duduk meningkatkan aliran darah arteri,

Page 41: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

30

anjurkan pasien bed rest dengan rasional untuk mencegah peningkatan TIK

(Kayana, 2013), kolaborasi dengan keluarga untuk mempertahankan tirah

baring pasien dengan rasional untuk meningkatkan aliraan darah arteri.

Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 6 januari 2016

penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan neuromusculer dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x6 jam masalah keperawatan

hambatan mobibilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil kekuatan tonus

otot meningkat ekstremitas kiri 3 menjadi 4, ekstremitas 2 menjadi 3,

aktivitas dan latihan mampu dilakukan secara mandiri, pasien berpartisipasi

dalam program latihan. Intervensi yang dilakukan yaitu observasi

kemampuan secara fugsional dan kaji kekuatan otot pasien dengan rasional

mengetahui sejauh mana kerusakan otot pasien dan untuk mengetahui

kekuatan otot pasien, berikan tekhnik active assistive ROM dengan rasional

untuk meningkatkan kekuatan otot pasien, anjurkan keluarga untuk merubah

posisi setiap 2 jam dengan rasional untuk mengurangi tekanan dan mencegah

dekubitus, kolaborasi dengan keluarga untuk melakukan tekhnik active

assistive ROM dengan rasional untuk melakukan latihan active assistive ROM

secara mandiri.

Page 42: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

31

E. Implementasi

Tindakan keperawatan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

keperawatan berdasarkan rencana tindakan tersebut maka dilakukan tindakan

keperawatan pada tanggal 6 januari 2016 sebagai tindak lanjut pelaksanaan

asuhan keperawatan Ny. S dilakukan implementasii jam 13.00 WIB mengkaji

dan memantau tekanan darah pasien, pasien mengatakan kepalanya pusing

TD : 180/100 mmHg, kesadaran apatis GCS12 E4 V4 M4. Jam 13.15 WIB

menganjurkan pasien bed rest pasien mengatakan pasien mau beristirahat dan

pasien tampak lebih tenang. Jam 13.35 WIB memberikan posisi semi fower

dan mempertahankan tirah baring, pasien mengatakan nyaman dengan

posisinya sekarang (semi fowler), pasien tampak rileks dan tenang. Jam 13.30

WIB mengkaji kekuatan otot pasien, pasien mengatakan merasa biasa saja

pada ekstremitasnya, ekstremitas kanan pasien terlihat lemah dengan

kekuatan otot 2,ekstremitas kiri pasien 3, pasien tidak bisa memegang gelas

secara mandiri.

Jam 13.45 WIB berkolaborasi dengan keluarga untuk

mempertahankan tirah baring pasien, keluarga pasien mengatakan bersedia

melakukan tirah baring untuk pasien, keluarga pasien tampak kooperatif. Jam

13.48 WIB memberikan tekhnik active assistive ROM, pasien mengatakan

bersedia diberikan terapi active assistive ROM, kekuatan otot ekstremitas

kanan 2, kekuatan otot ekstremitas kiri 3, aktivitas dan latihan dibantu orang

lain. Jam 14.00 WIB kolaborasi dengan keluarga untuk melakukan latihan

active assistive ROM secara mandiri, keluarga pasien mengatakan bersedia

Page 43: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

32

memantau pasien untuk melakukan latihan tekhnik active assistive ROM

secara mandiri, keluarga pasien tampak kooperatif.

Implementasi hari kedua tanggal 7 januari 2016, jam 10.45 WIB

mengkaji dan memantau tekanan darah pasien, pasien mengatakan pusing

sudah berkurang TD 140/90 mmHg, GCS 15. Jam 10.50 WIB memberikan

posisi semi fowler dan mempertahankan tirah baring, pasien mengatakan

nyaman dengan posisinya, pasien tampak rileks. Jam 10.55 WIB

menganjurkan pasien untuk bed rest, pasien mengatakan mau beristirahat,

pasien tampak lebih tenang. Jam 11.05 berkolaborasi dengan keluarga untuk

melakukan ubah posisi setiap 2 jam sekali, keluarga pasien mengatakan

bersedia mengubah posisi setiap 2 jam sekali, keluarga pasien kooperatif. Jam

11.25 WIB memberikan tekhnik active assistive ROM, pasien mengatakan

bersedia mengatakan bersedia melakukan terapi active assistive ROM,

kekuatan otot ekstremitas kanan 2 dan kekuatan otot ektremitas kiri 3. Jam

11.30 WIB menganjurkan keluarga untuk merubah posisi setiap 2 jam sekali,

keluarga pasien mengatakan bersedia mengubah posisi pasien setiap 2 jam

sekali, keluarga pasien kooperatif. Jam 11.45 WIB berkolaborasi dengan

keluarga untuk melakukan tekhnik active assistive ROM secara mandiri ,

keluarga pasien mengatakan bersedia melakukan tekhnik active assistive

ROM, pasien tampak tenang kooperatif .

Implementasi pada hari ketiga 8 januari 2016 pukul 10.30 WIB yaitu

memantau tekanan darah pasien, pasien mengatakan pusing sudah berkurang

TD 130/80mmHg, suhu 36 C, RR 20x/menit, nadi 86x/menit. Jam 10.45 WIB

Page 44: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

33

memberikan posisi semi fowler dan mempertahankan tirah baring, pasien

mengatakan nyaman dengan posisinya, pasien tampak rileks, tenang. Jam

10.50 WIB menganjurkan pasien bed rest, menganjurkan keluarga pasien

untuk mempertahankan tirah baring pasien, keluarga pasien mengatakan

bersedia untuk mempertahankan tirah baring pasien. Jam 11.20 WIB

membeikan tekhnik active assistive ROM, menganjurkan keluarga pasien

untuk merubah posisi setiap 2 jam sekali, keluarga pasien mengatakan

bersedia mengubah posisi pasien setiap 2 jam sekali, keluarga pasien

kooperatif. Jam 111.40 WIB berkolaborasi dengan keluarga pasien untuk

melakukan tekhnik active assistive ROM secara mandiri, keluarga pasien

mengatakan bersedia melakukan tekhnik active assistive ROM dengan pasien

secara mandiri, pasien tampak tenang dan rileks.

F. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 6 agustus 2016

jam 15.00 WIB dengan diagnose ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

dilakukan evaluasi obyektif TD : 180/100 mmHg, kesadaran composmentis,

maka dapat disimpulkan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan yaitu kaji dan monitor tekanan

darah, pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai tekanan drah

normal, anjurkan pasien bed rest, kolaborasi dengan keluarga pasien untuk

mempertahankan tirah baring pasien.

Page 45: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

34

Setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 6 januari 2016, jam

15.10 WIB dilakukan evaluasi keperawatan dengan diagnose hambatan

mobilitas fisik didapat data subyektif pasien mengatakan ekstremitas nya

terasa biasa saja, data obyektif kekuatan otot ekstremitas kiri 3 dan kekuatan

otot ekstremitas kanan 2, pasien belum bisa melakukan aktivitas secara

mandiri, maka dapat disimpulkan masalah hambatan mobilitas fisik belum

teratasi sehingga intevensi dilanjutkan yaitu observasi dan kaji kekuatan otot

pasien, berikan tekhnik active assistive ROM, anjurkan keluarga untuk

merubah posisi setiap2 jam sekali, kolaborasi dengan keluarga untuk

melakukan tekhnik active assistive ROM.

Evaluasi hari kedua tanggal 7 januari 2016 jam 12.00 WIB dengan

diagnose ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dilakukan evaluasi

keperawatan didapat data subyektif yaitu pasien mengatakan pusing sudah

berkurang, TD 140/90mmHg, GCS 15, keadaan umum pasien baik , makan

dapat disimpulkan masalah ketidakefektifan pefusi jaringan serebral belum

teratasi sehingga intervensi dilanjutkan yaitu kaji dan monitor tekanan darah ,

pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai tekanan darah

normal, anjurkan pasien ned rest, kolaborasi dengan keluarga untuk

mempertahankan tirah baring pasien.

Evaluasi hari kedua tanggal 7 januari 2016 jam 12.15 WIB dilakukan

evaluasi keperawatan dengan diagnose hambatan mobilitas fisik didapat data

subyektif pasien mengatakan eksberikan tekhnik ekstremitasnya tidak terasa

lemas, data obyektif kekuatan otot ekstremitas kanan 2, kekuatan otot

Page 46: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

35

ekstrenitas kiri 3, maka dapat disimpulkan masalah hambatan mobilitas fisik

belum teratasi, sehingga intervensi dilanjutkan yaitu observasi dan kaji

kekuatan otot pasien, berikan tekhnik active assistive ROM, anjurkan

keluarga untuk merubah posisi setiap 2 jam sekali, kolaborasi dengan

keluarga untuk melakukan tekhnik active assistive ROM .

Evaluasi hari ketiga tanggal 8 januari 2016 jam 12.10 WIB, dengan

diagnose ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dilakukan evaluasi

keperawatan didapat data subyektif yaitu pasien mengatakan pusing sudah

berkurang, TD 130/80mmHg, GCS 15, keadaan umum pasien baik , makan

dapat disimpulkan masalah ketidakefektifan pefusi jaringan serebral teratasi,

pertahankan intervensi.

Evaluasi hari kedua tanggal 8 januari 2016 jam 12.15 WIB dilakukan

evaluasi keperawatan dengan diagnose hambatan mobilitas fisik didapat data

subyektif pasien mengatakan eksberikan tekhnik ekstremitasnya tidak terasa

lemas, data obyektif kekuatan otot ekstremitas kanan 3, kekuatan otot

ekstrenitas kiri 4, maka dapat disimpulkan masalah hambatan mobilitas fisik

teratasi, sehingga intervensi di hentikan,.

Page 47: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

36

BAB V

PEMBAHASAN

Bab V dalam karya tulis ini akan dijelaskan mengenai penjelasan yang

akan menguraikan hasil analisa dan perbandingan serta kesenjangan antara teori

dan aolikasi dilapangan. Pembahasan ini berisi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan inforrmasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

perawatan klien, baik fisik, sosial, mental dan lingkungan (Dermawan, 2012).

Hasil dari pengkajian pada Ny.S tanggal 6 januari 2016 melalui

metode alloanamnesa dan autoanamnesa dokter mendiagnosa stroke. Stroke

merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan

karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bias terjadi pada siapa

saja dan kapan saja ( Muttaqin, 2008 ). Adapun hasil pengkajian riwayat

penyakit sekarang dari Ny. S mengalami hemiparsis pada ekstremitas kanan

sehingga tangan kanan dan kaki kanan susah digerakkan. Keluhan tersebut

sesuai dengan teori Iskandar (2004) yang mengatakan dimana salah satu

tanda gejala stroke yaitu adanya serangan deficit neurologis/kelumpuhan

fokal (hemiparasis) , baal atau mati rasa sebelah badan berkurang. Pasien

stroke mengalami hemiparase yang berupa gangguan fungsi otak sebagian

Page 48: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

37

atau sepenuhnya yang diakibatkan gangguan suplai darah ke otak pada pasien

stroke berkurang.

Pada pengkajian pola aktivitas dan latihan pada Ny. S makan, minum,

berpakaian, bepindah, mobilitas ditempat tidur dan ambulasi ROM dibantu

oleh keluarga dan perawat. Keadaan tersebut sesuai dengan teori yang ada

bahwa pada pasien stroke terjadi hemiparse dan menurunnya kekuatan otot,

keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga kesulitan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari ( Irdawati,2008).

Pada pengkajian pada pola kognitif dan perceptual Ny. S mengalami

dalam berkomunikasi yaitu bicara pasien tidak jelas atau pelo. Keadaan

tersebut sesuai dengan teori dari Rosiana (2009) yaitu disatria atau pelo sering

ditemui atau dialami penderita stroke karena kelemahan spastisitas dan

gangguan koordinasi pada organ bicara atau artikulasi pada saraf cranial,

nervus X vagus..

Pada pemeriksaan fisik Ny. S didapatkan hasil pengkajian yaitu

keadaan umum pasien sedang, kesadaran apatis, GCS 12, E4 M4 V4. Pada

pasien stroke kebanyakan dari mereka mengalami penurunan kesadaran.

Kesadaran apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan

dengan kehidupan sekitar, sikap acuh tak acuh (Nurarif,2013). Glasgow

Coma Scale adalah skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran

pasien dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka

mata, bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat score

Page 49: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

38

dengan rentang angka 1- 6 tergantung responnya. Glasgow Coma Scale

meliputi : pengukuran eye / mata: spontan buka mata 4, membuka mata

dengan perintah 3, membuka mata dengan rangsangan nyeri 2, tidak

membuka mata dengan rangsangan apapun 1. Pengukuran verbal :

berorientasi baik 5, bingung 4, bias membentuk kata tapi tidak membentuk

kalimat 3, bias mengeluarkan suara tapi tidak memiliki arti 2, tidak bersuara

1. Pengukuran motorik : menurut perintah 6, dapat melokalisir rangsangan

nyeri 5, menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak 4, menjauhi

rangsangan nyeri 3, ekstensi spontan 2, tak ada gerakan 1. Nilai GCS tertinggi

15 yaitu E4 M6 V5 dan terendah 3 E1 M1 V1. Nilai GCS jika dihubungkan

dengan nilai kesadaran kualitatif adalah nilai GCS 14-15 composmenties,

nilai 12-13 apatis, nilai 11-12 somnolent, nilai 8-10 stupor dan skore <5

adalah koma ( Sylviningrum,2014).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor,

termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan,

kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan

berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Adanya defisit tingkat kesadaran

memberi kesan adanya hemiparase serebral atau system aktivitas reticular

mengalami injuri (Putra,2010).

Pada pemeriksaan tekanan darah pada Ny. S didapatkan hasil TD

190/100 mmHg. Menurut Meifi (2009) faktor terpenting stroke adalah

hipertensi, tingginya lemak darah, dan merokok. Menurut Nugroho (2011)

hipertensi merupakan keadaan abnormal dari hemodinamik, dimana menurut

Page 50: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

39

WHO tekanan diastolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan sistolik lebih 90

mmHg untuk usia < 60 tahun dan tekanan sistolik > 95 mmHg untuk usia >

60 tahun. Tekanan darah meningkat sebagai kompensasi kurangnya pasokan

darah di tempat terjadinya stroke dan biasanya tekanan darah turun dalam

jangka waktu 48 jam.

Pada pemeriksaan 12 syaraf cranial Ny. S didapatkan hasil gangguan

pada nervus asesorius kekuatan otot pasien untuk mengangkat bahu kanan

berkurang (hemiparase dextra). Pada pasien stroke mengalami hemiparase

yang berupa gangguan suplai darah ke otak pada pasien stroke berkurang

(Iskandar, 2004).

Pada pemeriksaan ekstremitas Ny. S didapatkan hasil kekuatan otot

tangan kanan 2 kekuatan otot kiri 3 tangan kanan terasa berat untuk

digerakan, ROM kanan dan kiri aktif, capilary refile kurang dari 2 detik,

perabaan akral hangat, perubahan bentuk tulang tidak ada. Pada pemeriksaan

ekstremitas bawah, kekuatan otot kaki kanan 2 dan kekuatan otot kiri 3.

Keluhan tersebut sejalan dengan teori yang dimana salah satu tanda gejala

stroke yaitu adanya serangan defisit neurologis/kelumpuhan fokal

(hemiparasis) , baal atau mati rasa sebelah badan berkurang. Pasien stroke

mengalami hemiparase yang berupa gangguan fungsi otak sebagian atau

seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke otak pada pasien

stroke berkurang (Iskandar, 2004).

Page 51: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

40

B. Perumusan Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan

potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat

secara akuntabilitas dapat mengidenitifikasi dan membeikan intervensi secara

pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah status

kesehatan klien (Dermawan, 2012).

Perumusan diagnose keperawatan pada kasus ini di dasarkan pada

keluhan utama dan beberapa karakteristik yang muncul pada pasien. Dari

pengkajian Ny.S didapatkan data subyektif pasien mengeluhkan pusing dan

vertigo. Data objektif yang diperoleh pasien tampak gelisah, bicara tidak jelas

(pelo), tekanan darah 190/100mmHg, nadi 88x per menit, pernafasan 22x per

menit, suhu 37 C. Berdasarkan analisa data menunjukkan bahwa

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yaitu ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah (00201).

Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah penurunan sirkulasi jaringan

otak yang dapat menganggu kesehatan (Nurarif, 2013). Batasan karakteristik

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yaitu perubahan status mental,

perubahan perilaku, perubahan respon motorik, perubahan reaksi pupil,

kesulitan menelan, kelemahan ekstremitas atau kelumpuhan, ketidak

normalan dalam berbicara (Herdman, 2012). Penentuan etiologi dari diagnose

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi

Page 52: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

41

aliran darah berdasarkan pengkajian yang didapat yang didapat kesadaran

apatis, GCS 12 E4 V4 M4, tekanan darah 190/100 mmHg, komunikasi pelo.

Perumusan diagnosa kedua yaitu didapat hasil pengkajian Ny. S

diperoleh data subyektif antara lain pasien mengatakan tangan kanan terasa

lemas dan berat untuk digerakan. Data obyektif yang diperoleh adalah

kekuatan otot ekstremitas kanan 2 (dapat menggerakan otot atau bagian yang

lemah sesuai perintah), kekuatan otot ekstremitas kiri (mampu bergerak

dengan luas sendi penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan) aktivitas dan

latihan di bantu oranglain. Keluhan tersebut sejalan dengan teori yang dimana

salah satu tanda dan gejala stroke yaitu adanya serangan defisit neurologis

atau kelumpuhan fokal (hemiparasis) baal atau mati rasa sebelah badan

berkurang. Pada pasien stroke mengalami hemiparase yang berupa gangguan

suplai darah ke otak pada pasien stroke berkurang (Iskandar, 2004).

Karakteristik tersebut sesuai dengan batasan karakteristik untuk

masalah hambatan mobilitas fisik yaitu keterbatasan kemampuan untuk

melakukan ketrampilan motorik kasar, kesulitan membolak-balik posisi

(Herdman,2012). Sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan hambatan

mobilitas fisik behubungan dengan gangguan neuromuscular.

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakkan fisik

tubuh satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif, 2013).

Batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik adalah penurunan waktu

reaksi, kesulitan membolak-balik posisi, keterbatasan untuk melakukan

ketrampilan motorik halus, keterbatasn untuk melakukan motorik kasar,

Page 53: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

42

keterbatasan rentang pegerakan (Herdman, 2012). Penentu etiologi dari

diagnose hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuscular didapatkan dari hasil pengkajian yaitu adanya gangguan

nervus asesorius kekuatan otot pasien ketika mengangkat bahu kanan

berkurang (hemiparase dextra).

Pada pembahasan ini penulis mengambil dua diagnosa yaitu resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan seebral dan hambatan mobilitas fisik.

Duadiagnosa tersebut sesuai dengan teori yang ada yaitu menurut Rendy dan

Margareth (2012) diagnosa utama yang terjadi pada pasien stroke adalah

resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, hambatan mobilitas fisik dan

defisit perawatan diri.

Pada kasus ini penulis tidak mengambil diagnosa defisit perawatan

diri dikarenakan pasien tidak mengalami defisit perawatan diri walaupun

aktivitas dan latihannya dibantu oleh keluarga. Karena saat pengkajian

keadaan pasien bersih rapi dan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda yang

tedapat pada batasan karakteristik diagnosa defisit perawatan diri.

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah masala

merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan , siapa yang melakukan dari semua tindakan

keperawatan. Merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana

perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien ditentukan

Page 54: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

43

dan merencanakan intervensi keperawatan. Selama perencanaan dibuat

prioritas dengan kolaborasi klien dan keluarga, konsultasi tim kesehatan lain,

modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang relevan , tentang

kebutuhan klien dan penatalaksanaan klinik (Dermawan, 2012). Intervensi

yang dibuat oleh penulis di sesuaikan berdasarkan ONEC ( Observation,

Nursing, Education, Colaborasi).

Intervensi pada masalah keperawatan dengan diagnosa

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi

aliran darah, yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x6 jam

diharapkan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan serebral dengan criteria

hasil tingkat kesadaran membaik, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan

intracranial berupa pusing kepala berat maupun vertigo, TTV dalam batas

normal (TD : sistol 120-140, diastole 80-90mmHg dan Nadi 60-100 kali per

menit).

Penulis menyusun intervensi sesuai dengan kreteria NIC (Nursing

Intervension Clacification) berdasarkan diagnose keperawatan yang pertama

penulis menyusun perencanaan antara lain kaji dan monitor tekanan darah

dengan rasional untuk mengevaluasi penyakit dan keberhasilan terapi.

Mengukur tekanan darah perlu dilakukan pada pasien stroke karena hipertensi

mendorong timbulnya stroke lewat di perberatnya atherosclerosis pada arkus

aorta maupun artei servikoserebral. Hipertensi lama akan menimbulkan

lipohialinosis dan nekrosis firinoid yang memperlemah dinding pembuluh

darah yang kemudian menyebabkan rupture intima dan menimbulkan

Page 55: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

44

aneurisma. Hipertensi menyebabkan gangguan kemampuan autoregulasi

pembuluh darah otak sehingga pada tekanan darah yang sama aliran darah ke

otak pada penderita hipertensi sudah berkurang dibandingkan penderita

normotensi. Makin lama hipertensi tidak diobati makin tinggi angka kejadian

untuk stroke (Sitorus, 2006).

Intervensi yang kedua adalah pertahankan tirah baring pada posisi

semi fowler sampai tekanan darah kembali normal hindari fleksi dan rotasi

leher dengan tujuan tirah baring membantu menurunkan kebutuhan

oksigen dan posisi duduk meningkatkan aliran darah kearteri

(Rendy dan Margareth,2012).

Intervensi yang ketiga yaitu anjurkan pasien bed rest dengan rasional

mencegah peningkatan TIK. Karena otak terletak di dalam tengkorak,

peningkatan TIK akan menganggu aliaran darah ke otak dan mengakibatkan

iskemik serebral, pencegahan dan control terhadap peningkatan TIK

serta mempertahankakon tekanan perfusi serebral (Cerebral Perfusion

Pressure/CPP)(Kayana, 2013).

Intervensi yang keempat kolaborasi dengan keluarga pasien untuk

mempertahankan tirah baring pasien dengan rasional tirah baring pada posisi

semi fowler sampai tekanan darah kembali normal hindari fleksi dan rotasi

leher dengan tujuan tirah baring membantu menurunkan kebutuhan

oksigen dan posisi duduk meningkatkan aliran darah kearteri

(Rendy dan Margareth,2012).

Page 56: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

45

Intervensi pada masalah keperawatan dengan diagnosa hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat

mempertahankan posisi optimal dari fungsi motorik dengan kriteria hasil

kekuatan tonus otot meningkat ekstremitas atas kiri pasien 3 menjadi 4,

ekstremitas kanan pasien dari 2 menjadi 3, aktivitas dan latihan mampu

dilakukan secara mandiri, pasien berpartisipasi dalam program latihan.

Intervensi yang dilakukan yaitu observasi kemampuan secara

fungsional dan kaji kekuatan otot pasien dengan rasional mengetahui sejauh

mana kerusakan otot pasien dan mengetahui sejauh apa kekuatan otot pasien.

Kelemahan otot menyebabkan ketidakseimbangan dan saat berjalan

karena gangguan kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak

(indawati, 2008).

Intervensi yang kedua yaitu berikan tekhnik active assistive ROM

dengan rasional untuk meningkatkan kekuatan otot pasien. Memberikan

latihan ROM secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena dapat

menstimulasi motorik unit sehingga semakin banyak motorik unit yang telibat

maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot, kerugian pasien hemiparase

bila tidak segera ditangani maka akan terjadi kecacatan yang permanen

(Potter & Perry, 2009).

Intervensi yang ketiga yaitu anjurkan keluarga untuk merunah posisi

setiap 2 jam dengan rasional untuk mengurangi tekanan darah dan mencegah

dekubitus. Mencegah dekubitus merupakan tindakan patient safety sehingga

Page 57: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

46

pasien harus di mobilisasi dengan cara merubah posisi pasien setiap 2 jam

(Surbargus, 2011).

Intervensi yang keempat berkolaborasi dengan keluarga untuk

melakukan tekhnik active assistive ROM secara mandiri dengan rasional

keluarga tetap beperan dalam memantau perkembangan kekuatan otot pasien.

Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

pergerakkan sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot

dan tonus otot. Memberikan latihan ROM secara dini dapat meningkatkan

kekuatan otot karena dapat menstimulasi motorik unit sehingga semakin

banyak motorik unit yang telibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan

otot, kerugian pasien hemiparase bila tidak segera ditangani maka akan terjadi

kecacatan yang permanen (Potter & Perry, 2009).

Hasil observasi setelah dilakukan latihan active assistive range of

motion.

No Tanggal Nama klien Jenis

tindakan Hasil

1 6 januari 2016

Ny. S

Active

assistive

ROM

Kekuatan otot

ekstremitas kanan 2

ekstremitas kiri 3

2 7 januari 2016

Ny. S

Active

assistive

ROM

Kekuatan otot

ekstremitas kanan 2

ekstremitas kiri 3

3 8 januari 2016

Ny. S

Active

assistive

ROM

Kekuatan otot

ekstremitas kanan 3

ekstremitas kiri 4

Page 58: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

47

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012). Implementasi yang

dilakukan penulis sesuai dengan intervensi yang disusun .

Pada Ny. S penulis melakukan 3 hari pengelolaan terhadap pasien.

Implementasi yang dilakukan selama 3 hari untuk menyelesaikan 2 diagnosa

yang diangkat yaitu mengkaji kekuatan otot pasien , mengkaji dan memonitor

tekanan darah dan mengkaji keadaan umum dan tingkat kesadaran pasien,

memberikan posisi semi fowler dan mempertahankan tirah baring,

menganjurkan keluarga untuk merubah posisi pasien setiap dua jam sekali,

memberikan latihan active assistive ROM, berkolaborasi dengan keluarga

untuk melakukan latihan active assistive ROM secara mandiri.

Pada diagnose hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

kerusakan neuromuskuler penulis menekankan pada pemberian tekhnik active

assistive ROM untuk meningkatkan kekuatan otot ekstremitas kanan pasien.

Dari pemberian tekhnik active assistive ROM selama 3 hari dan diberikan 2

kali sehari didapatkan hasil sebagai beikut, hari pertama pemberian active

assistive sebanyak 2 kali sehari pagi dan siang hari kekuatan otot kanan atas

sebelum dilakukan pemberian active assistive ROM adalah 2 setelah

diberikan active assistive ROM kekuatan otot kanan atas Ny. S adalah 2.

Page 59: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

48

Pada hari kedua juga diberikan 2 kali sehari sebelum dilakukan active

assistive ROM kekuatan otot ekstremitas kanan Ny. S adalah 2 dan setelah

dilakukan active assistive ROM kekuatan otot ekstremitas kanan Ny. S adalah

2. Pada hari ketiga pemberian active assistive ROM diberikan 2 kali sehari

kekuatan otot ekstremitas 2 dan setelah dilakukan tindakan active assistive

ROM kekuatan otot ekstremitas kanan menjadi 3.

Serangan stroke dapat menimbulk]]an cacat fisik yang permanen.

Cacat fisik dapat mengakibatkan seseorang kurang produktif. Oleh karena itu

pasien stroke memerlukan rehabilitasi untuk menimbulkan cacat fisik agar

dapat menjalani aktivitasnya secara normal. Rehabilitasi harus dimulai sedini

mungkin secara cepat dan tepat sehingga dapat membantu pemulihan fisik

yang lebih cepat dan optimal. Serta menghindari kelemahan otot yang dapat

terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah pasien terkena

stroke (Irfan, 2010).

Hemiparase dan menurunnya kekuatan otot itulah yang menyebabkan

gerakan pasien lambat, penderita stroke mengalami kesulitan berjalan karena

gangguan kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga

kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Latihan rentang gerak

mempercepat penyembuhan pasien stroke karena akan mempengaruhi sensasi

gerak di otak (Irdawati, 2008).

Salah satu rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke adalah

latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM). active assistive ROM

dilakukan dengan cara klien menggunakan lengan atau tungkai yang

Page 60: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

49

berlawanan dan lebih kuat dengan bantuan therapis, alat mekanis atau bagian-

bagian tubuh pasien yang kuat sebagai tumpuan untuk menggerakkan setiap

sendi pada ekstremitas yang tidak mampu gerakan aktif (Carpenito, 2009).

ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau

memperbaiki tingkat kesempurnaan dan kemampuan pergerakan sendi secara

normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot. Dari sudut

terapi, aktivitas ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas persendian

dan jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelentukan jaringan dan

pembentukan kontraktur. Gerakan yang didapatkan pada latihan ROM dilihat

sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam

ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh

struktur yang terdapat pada pesendian tersebut akan terpengaruh, yaitu:

otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf

(Potter & Perry, 2009).

Melakukan mobilisasi persendian dengan latihan ROM dapat

mencegah berbagai komplikasi seperti nyeri karena tekanan kontraktur,

tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara

rutin dan kontinyu. Memberikan latihan ROM secara dini dapat

meningkatkan kekuatan otot karena dapat menstimulas motor unit sehingga

semakin banyak motor unit yang telibat maka akan terjadi peningkatan

kekuatan otot, kerugian pasien hemiparase bila tidak segera ditangani maka

akan terjadi kecacatan yang permanen ( Perry & Potter, 2009).

Page 61: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

50

Implementasi rehabilitasi medis menurut Rosiana (2009) sangat

penting untuk mengembalikan pasien pada kemandirian mengurus diri dan

melakukan aktivitas kehidupan sehari hari tanpa menjadi beban keluarganya.

ROM sangat penting apabila otot diam pada sisi tertentu dalam jangka waktu

lama kelenturannya akan hilang otot akan kaku pada posisi tersebut sulit dan

memerlukan tenaga lebih besar untuk kontraksi memendek dan memanjang

begitu pula pada sendi yang akan kering dan kaku.

Implementasi lain yang dilakukan oleh penulis lakukan pada Ny. S

adalah mengkaji kesadaran pasien, mengukur tekanan darah pasien,.

Kesadaran pasien menunjukkan peningkatan yang baik dan tidak terjadi

penurunan kesadran, tekanan darah pasien juga menunjukkan penurunan dari

hari pertama tekanan darah 180/100mmHg, hari kedua 140/90mmHg, hari

ketiga 130/80mmHg. Mengukur tekanan darah dan mengobservasi kesadaran

pelu dilakukan pada pasien stroke karena kesadaran dan tekanan darah

mempengaruhi keberhasilan dari pemberian tekhnik active assistive ROM

dan menunjukkan adanya perbaikan pada kondisi pasien stroke.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah membandingkan efek atau hasil tindakan

keperawatan dengan norma atau kriteia tujuan yang sudah dibuat (Dermawan,

2012). Hasil evaluasi berdasarkan dengan respon dan kebutuhan pasien,

pasien kooperatif melaksanakan prosedur yang sesuai.

Page 62: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

51

Hasil evaluasi dari diagnose ketidakefektifan pefusi jaringan

behubungan dengan interupsi aliaran darah yang sudah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 hari sudah menunjukkan perbaikan sesuai kriteria hasil

yang sudah ditentukan dalam intevensi keperawatan diantaranya membaiknya

kesadaran dan keadaan umum pasien dari apatis menjadi composmentis, TD

pasien menurun menjadi 130/80mmHg, pusing atau vertigo pasien bekurang

dan kekuatan otot pasien menunjukkan peningkatan sehingga masalah

masalah keperawatan ketidakefektifan pefusi jaringan serebral sudah teratasi

dan intervensi dipertahankan untuk mengoptimalkan pemulihan jaringan

serebral.

Hasil evaluasi dari diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan gangguan neuromuskuler yang sudah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 hari didapatkan kekuatan otot pasien mengalami peningkatan,

ekstremitas kanan dari 2 menjadi 3, dan ekstremitas kiri dari 3 menjadi 4.

Dari pemberian latihan tekhnik active assistive ROM selama 3 hari pada

asuhan keperawatan Ny. S didapatkan hasil peningkatan kekuatan otot

ekstremitas kanan dari 2 menjadi 3 dan dapat disimpulkan bahwa pemberian

latihan active assistive ROM ini efektif untuk meningkatkan kekuatan otot

ekstremitas pada pasien stroke yang mengalami hemiparase walaupun

peningkatan ototnya tidak terlalu signifikan. Hasil evaluasi ini sejalan dengan

penilitian yang dilakukan oleh Ariyanti, Ismonah & Hendrajaya (2013)

bahwa 28 responden dari penderita stroke di RSUD Tugurejo Semarang

menunjukkan hasil terdapat peningkatan kekuatan otot ekstremitas diperoleh

Page 63: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

52

p rata-rata pada hari ke-2 sore 2,17(<0,05), selanjutnya pada hari berikutnya

hari ke-3 sore sebesar 2,78(< 0,05), hari ke-4 pagi sesbesar 3,17(<0,05), dan

hari ke-5 3,64(<0,05).

Page 64: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

53

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang pemberian active assistive

ROM untuk meningkatkan kekuatan otot ekstremitas pada asuhan

keperawatan Ny. S dengan stroke non hemoragik di puskesmas Gajahan

Surakarta maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Pengkajian

Pengkajian yang dapat diambil pada tanggal 6 – 8 januari 2016

pada dari kasus Ny. S adalah pasien mengalami penurunan kekuatan otot

pada ekstremitas kanan ,ekstremitas kanan pasien 2 kiri 3, aktivitas dan

latihan dibantu keluarga, kepala terasa pusing, kesadaran apatis GCS E4

V4 M4, TD 180/100 mmHg, nadi 88x/menit, bicara pasien tidak terlalu

jelas atau pelo. Nervus asesorius kekuatan otot ekstremitas kanan pasien

berkurang (hemiparase dextra).

2. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian yang ada pada Ny. S dapat ditegakkan

diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

interupsi aliran darah dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan neuromuscular.

Page 65: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

54

3. Perencanaan

Intervensi keperawatan yang dapat diambil untuk menyelesaikan

masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan interupsi aliran darah adalah kaji dan monitor

tekanan darah, pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai

tekanan darah kembali normal hinderi fleksi dan rotasi, anjurkan pasien

untuk bed rest, kolaborasi dengan keluarga untuk mempertahankan tirah

baring pasien.

Intervensi keperawatan yang dapat diambil untuk menyelesaikan

masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan neuromuscular adalah observasi kemampuan secara fungsional

dan kaji kekuatan otot, anjurkan keluarga untuk merubah posisi setiap 2

jam, berikan tekhnik active assistive ROM , kolaborasi dengan keluarga

fisioterapi pemberian latihan active assistive ROM.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan Ny. S dengan

stroke adalah sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dan lebih

mengoptimalkan penberian latihan active assistive ROM untuk

meningkatkan kekuatan otot pasien. Implementasi yang dilakukan selama

3 hari pengelolaan terhadap pasien yaitu mengkaji kekuatan otot pasien ,

mengkaji dan memonitor tekanan darah dan mengkaji keadaan umum

dan tingkat kesadaran pasien, memberikan posisi semi fowler dan

mempertahankan tirah baring, menganjurkan keluarga untuk merubah

Page 66: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

55

posisi pasien setiap dua jam sekali, memberikan latihan active assistive

ROM, berkolaborasi dengan keluarga untuk melakukan latihan active

assistive ROM secara mandiri.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang dapat di hasilkan oleh Ny. S dengan

stroke adalah masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dapat

teratasi dan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi

sesuai criteria hasil. Evaluasi yang didapat selama 3 hari pengelolaan

yaitu hasil evaluasi berdasarkan respon dan kebutuhan pasien, tindakan

yang dilakukan penulis sudah sesuai dengan prosedur yang ada, pasien

melakukan dengan baik, proses keperawatan dilakukan dengan

sistematis.

6. Pemberian latihan active assistive ROM untuk meningkatkan kekuatan

otot ekstremitas kanan pasien dapat menunjukan hasil yang signifikan

karena dalam waktu 3 hari pemberian latihan kekuatan otot ekstremitas

pasien meningkat dari 2 menjadi 3.

B. SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

stroke penulis akan membeikan usulan dan masukan yang positif khususnya

di bidang kesehatan antara lain:

Page 67: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

56

1. Bagi institusi pendidikan

Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih membangun ilmu

pengetahuan melalui aplikasi jurnal yang lebih inovatif melakukan

asuhan keperawatan yang lebih komperhensif.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat.

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan

ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan

yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien

stroke, sehingga perawat dan tim kesehatan lain mampu membantu

dalam mengatasi kelemahan otot dan meningkatkan kembali kekuatan

otot pada pasien stroke.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun

dengan pasien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi pasien

stroke dengan hemiparase.

4. Bagi Penulis selanjutnya

Memberikan wawasan tindakan keperawatan yang lebih inovatif

mengenai masalah keperawatan pasien dengan pemberian tekhnik active

assistive ROM pada pasien stroke non hemoragik dalam jangka waktu

yang berbeda.

Page 68: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

57

5. Bagi Pasien

Diharapkan pasien dapat menerapkan tindakan active assistive

ROM sebagai tindakan non farmakologis untuk meningkatkan kekuatan

otot pada pasien stroke non hemoragik dengan hemiparase.

Page 69: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Rekam Medis RSUD Dr.Moewardi. 2014. Data jumlah pasien stroke

tahun 2011 -2013. Surakarta

Carpenito, Lynda Juall. Diagnosis keperawatan: aplikasi klinis. 2009. Jakarta:

EGC

Destya Ariyanti, Ismonah, Hendrajaya.2013. Efektivitas activive assictive range

of motion terhadap kekuatn otot ekstremitas pada pasien stroke non

hemoragik. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan . Diperoleh tanggal 03

desember 2012

Irdawati, 2008. Perbedaan Pengaruh Latihan Gerak terhadap Kekuatan otot

pada pasien stroke non hemoragik hemiparase kanan dibandingkan

dengan hemiparasw kiri vol.43 nomor 2. Jawa tengah : Media Medika

Indonesia.

Irfan, Muhammad. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Iskandar . J. 2004. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. PT.

Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia : Jakarta.

Junaidi, Iskandar . (2011). Stroke A-z pengenalan

,pencegahan,pengobatan,rehabilitasi stroke ,serta tanya jawab seputar

stroke. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer.

Kayana Ida Bagus Adi dkk. 2013. Tekhnik Pemantauan Tekanan Intrakranial.

Bagian/ SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana :

Denpasar.

Marilynn E, Doengoes, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :

EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan dengan Gangguan Sistem

Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, Taufan.2011. Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak,Bedah,Penyakit

Dalam. Nuha Medika : Yogyakarta.

Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Bedasarkan Diagnosa Medis dan

Praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta : EGC

Page 70: TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA ASUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-ditaseptia... · S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI IGD PUSKESMAS GAJAHAN

Penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Jumlah kasus stroke

hemoragik dan hemoragik di Jawa Tengah

Perry, Anne G. & Potter,Patricia A..(2010). Fundamental keperawatan. Alih

bahasa: diah Nur Fitriyani , Onny Tampubolon & Farah Diba. Edisi 7 .

Buku3. Jakarta: Salemba Medika

Pudiastusti, Dewi Ratna 2011. Penyakit Pemicu Stroke (Dilengkapi Posyandu

Lansia dan Posbindu PTM). Yogyakarta : Medikal Book.

Rendy, clevo dan Margareth.2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan

Penyakit Dalam. Medical Book : Yogyakarta.

Rosiana, W Pradanasi.2009. Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan

Primer. Kedokteran Indonesia : Jakarta.

Ruhyanundin, Faqih. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler. Malang: Umum Press.

Satyanegara et al. 2010. Ilmu Bedah Syaraf Satyanegara Edisi IV. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Sitorus, Rico J dkk, 2006. Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian

Stroke Pada Usia Muda Kurang Dari 40 Tahun. Semarang. Diakses

tanggal 13 mei 2015.

Smeltzer, S,C & BARE, B.G . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8 vol 1. Alih bahasa Agung Waluyo dkk.

Jakarta : EGC .

Sofwan, Rudianto. (2010). Stroke dan Rehabilitasi pasca-sroke. Jakarta:PT

Bhuana Ilmu Populer.

WHO, 2012. Cardiovasculer diseases, Available at:

www.who.int/mediacentre/factsheets/fs31/en/print.html. Diakses 20

februari 2014.

Wijaya, Andra Saferi dan Putra, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medical

Bedah 2 Keperawatan Dewasa. Medical Book : Yogyakarta