terapi medikamentosa untuk obesitas pada anak

14
TERAPI MEDIKAMENTOSA UNTUK OBESITAS PADA ANAK Monica Raharjo Banyak orang di masyarakat kita yang beranggapan bahwa anak yang gemuk ialah anak yang sehat. Banyak ibu yang merasa bangga bila anaknya gemuk, disisi lain banyak ibu yang kecewa bila anaknya tidak segemuk anak orang lain. Seharusnya, orang tua dengan anak yang gemuk tidak merasa bangga melainkan merasa khawatir karena kegemukan pada anak selain berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan (gangguan jantung dan pembuluh darah, gangguan paru, infeksi, kencing manis, gangguan pertumbuhan, serta gangguan psikososial), juga dapat berlanjut pada masa dewasa. Prevalensi kegemukan untuk anak di Indonesia terus meningkat seperti yang terjadi di banyak negara maju seperti Amerika Serikat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, didapatkan bahwa prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun ialah 10.7% untuk laki-laki dan 7.7% untuk anak perempuan (meningkat dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 dimana prevalensi kegemukan pada anak 6- 14 tahun ialah 9.5% untuk anak laki-laki dan 6.4% untuk anak perempuan). Obesitas merupakan bahasa medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi kegemukan yang dimaksud sebelumnya. Obesitas merupakan suatu keadaan patologis, dimana terjadi peningkatan berat badan melebihi batas

Upload: monica-raharjo

Post on 30-Jul-2015

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

TERAPI MEDIKAMENTOSA UNTUK OBESITAS PADA ANAK

Monica Raharjo

Banyak orang di masyarakat kita yang beranggapan bahwa anak yang

gemuk ialah anak yang sehat. Banyak ibu yang merasa bangga bila anaknya

gemuk, disisi lain banyak ibu yang kecewa bila anaknya tidak segemuk anak

orang lain. Seharusnya, orang tua dengan anak yang gemuk tidak merasa bangga

melainkan merasa khawatir karena kegemukan pada anak selain berkaitan erat

dengan berbagai masalah kesehatan (gangguan jantung dan pembuluh darah,

gangguan paru, infeksi, kencing manis, gangguan pertumbuhan, serta gangguan

psikososial), juga dapat berlanjut pada masa dewasa. Prevalensi kegemukan untuk

anak di Indonesia terus meningkat seperti yang terjadi di banyak negara maju

seperti Amerika Serikat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2010, didapatkan bahwa prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun ialah 10.7%

untuk laki-laki dan 7.7% untuk anak perempuan (meningkat dibandingkan dengan

hasil Riskesdas 2007 dimana prevalensi kegemukan pada anak 6-14 tahun ialah

9.5% untuk anak laki-laki dan 6.4% untuk anak perempuan).

Obesitas merupakan bahasa medis yang digunakan untuk menggambarkan

kondisi kegemukan yang dimaksud sebelumnya. Obesitas merupakan suatu

keadaan patologis, dimana terjadi peningkatan berat badan melebihi batas

kebutuhan rangka dan fisik akibat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang

diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak semua anak yang berat badanya melebihi anak

sebayanya dapat disebut sebagai penderita obesitas. Atlit umumnya memiliki

berat badan yang lebih tetapi bukan penderita obesitas karena peningkatan berat

badanya merupakan akibat dari penambahan massa otot bukan dari penimbunan

lemak yang berlebihan.

Diagnosis obesitas pada anak dapat ditegakkan bila ditemukan gejala

klinis yang disokong oleh hasil pemeriksaan antropometri yang jauh diatas

normal. Gejala klinis yang dapat ditemukan ialah bentuk muka yang tidak

proporsional, hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda, timbunan lemak pada

payudara, perut yang menggantung (sering disertai strie), timbunan lemak pada

Page 2: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

pangkal paha, paha serta lengan atas yang besar, dan pubertas yang lebih cepat

dari usia anak tersebut. Pemeriksaan antropometri yang dianjurkan ialah

pemeriksaan indeks masa tubuh (IMT) yang dihitung dengan cara membagi berat

badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter dipangkat dua (kg/m2).

Klasifikasi IMT pada anak tidak sama dengan klasifikasi yang digunakan untuk

dewasa melainkan menggunakan grafik kurva yang dibagi dalam berbagai

persentil (Gambar-1). Ini karena pembentukan jaringan lemak pada anak yang

mengalami pertumbuhan berbeda dengan pembentukan jaringan lemak pada

dewasa. Pembentukan jaringan lemak awalnya meningkat cepat pada tahun

pertama kehidupan, mengalami perlambatan pada usia 5-6 tahun, dan kemudian

meningkat cepat lagi sampai masa dewasa (>18 tahun). Klasifikasi IMT

berdasarkan persentil adalah sebagai berikut (Tabel-1):

Tabel-1: Klasifikasi IMT Berdasarkan Persentil untuk Anak.

Gambar-1: Kurva untuk Menilai IMT.

Page 3: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

Pemeriksaan antropometri lain yang sering digunakan ialah berat badan terhadap

tinggi badan, berat badan terhadap umur, dan tebalnya lipatan kulit (triseps atau

subscapula).

Dalam menilai anak dengan obesitas juga perlu dibedakan obesitas

sederhana dari obesitas bentuk khusus. Obesitas sederhana merupakan obesitas

yang terjadi akibat masukan energi yang melebihi kebutuhan (faktor nutrisi) dan

tidak disertai oleh kelainan hormonal, mental, atau fisik lainnya. Obesitas bentuk

khusus merupakan obesitas yang didasari oleh kelainan atau penyakit tertentu.

Pertama, obesitas bentuk khusus dapat disebabkan oleh kelainan endokrin atau

hormonal seperti yang didapatkan pada sindrom Cushing. Kedua, obesitas bentuk

khusus dapat disebabkan oleh kelainan somatodismorfik, dimana obesitas hampir

selalu disertai oleh retardasi mental dan kelainan ortopedi. Terakhir, obesitas

bentuk khusus dapat disebabkan oleh kelainan hipotalamus yang mempengaruhi

nafsu makan (menyebabkan hiperfagia atau nafsu makan yang berlebihan)

sehingga terjadi obesitas. Kelainan hipotalamus bisa terjadi pada penderita

kraniofaringioma, leukemia serebral, trauma kepala, dan lain-lain. Obesitas

bentuk khusus hanya < 5% seluruh kasus obesitas pada anak dan tatalaksananya

ialah dengan mengkoreksi kelainan yang mendasari terjadinya obesitas.

Prinsip pengobatan obesitas (yaitu obesitas sederhana) pada anak

umumnya mirip dengan pengobatan obesitas pada dewasa. Yang berbeda ialah

tujuan pengobatannya. Tujuan pengobatan obesitas pada dewasa ialah penurunan

berat badan, sedangkan tujuan pengobatan obesitas pada anak-anak hanyalah

menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat (dalam kata lain ialah

mempertahankan berat badan). Prinsip pengobatan untuk anak dengan obesitas

ialah: 1.diet rendah kalori seimbang; 2.membatasi konsumsi minuman dan

makanan ringan yang kaya akan lemak dan gula; 3.meningkatkan aktivitas fisik

anak (berolahraga atau bermain secara aktif) paling sedikit 30 menit dalam sehari;

serta 4.membatasi waktu menonton TV, bermain video game, atau bermain

komputer kurang dari 2 jam dalam sehari. Dukungan keluarga dan orang tua

sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengobatan obesitas. Orang tua

Page 4: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

perlu mengerti benar tujuan pengobatan bukanlah menurunkan berat badan.

Penurunan berat badan yang berlebihan serta diet yang terlalu ketat justru dapat

menganggu pertumbuhan sang anak. Penurunan berat badan hanya ditujukan pada

anak yang pertumbuhan tulangnya sudah optimal, anak yang sudah mengalami

komplikasi akibat obesitasnya, atau anak yang memiliki risiko tinggi mengalami

komplikasi yang berhubungan dengan obesitas.

Penurunan berat badan untuk kasus obesitas pada anak-anak yang telah

disebutkan dapat dicapai dengan modifikasi diet atau pola makan, modifikasi

aktivitas fisik, serta terapi medikamentosa. Yang dimaksud dengan terapi

medikamentosa ialah terapi menggunakan obat-obatan. Nama lain untuk terapi

medikamentosa ialah terapi farmakologik atau intervensi farmakologik.

Penggunaan obat-obatan penurun berat badan pada pengobatan anak yang

menderita obesitas harus digunakan secara hati-hati dan ada syarat-syarat

(indikasi) tertentu yang harus dipenuhi. Orang tua hendaknya tidak sembarangan

membeli obat penurun berat badan yang beredar dipasaran untuk mengobati

anaknya yang menderita obesitas. Selain efek samping yang dapat timbul dari

penggunaan obat-obatan tersebut, perlu diwaspadai bahwa penurunan berat badan

yang berlebih dapat menganggu pertumbuhan sang anak selanjutnya.

Indikasi dilakukannya intervensi farmakologik ialah: 1.anak dengan

obesitas berat (IMT ≥2 unit diatas 95 persentil) lebih dari 12 tahun yang tidak

mengalami penurunan berat badan setelah 1 tahun dilakukan modifikasi gaya

hidup, pola makan/ diet, serta aktivitas fisik; 2.anak yang menderita obesitas

dengan toleransi glukosa yang terganggu atau resistensi terhadap insulin (insulin

tidak dapat bekerja pada sel-sel targetnya sehingga glukosa tidak dapat masuk ke

dalam sel dan tidak dapat digunakan oleh tubuh); 3.anak yang menderita obesitas

dengan steatohepatitis (radang jaringan lemak pada hati); 4.anak yang menderita

obesitas dengan ovarian hyperandrogenism; serta 5.anak yang menderita obesitas

dengan riwayat keluarga diabetes (kencing manis), infark miokard (kerusakan

pada otot jantung akibat aliran darah yang kurang), atau stroke (gejala yang timbul

akibat pembuluh darah yang tersumbat atau pecah). Pada anak-anak penderita

obesitas yang memenuhi syarat diatas tujuan pengobatan bukan lagi menghambat

laju kenaikan berat badan melainkan menurunkan berat badan karena bila obesitas

Page 5: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

berlanjut dapat menimbulkan komplikasi atau akan memperburuk komplikasi

yang sudah terjadi. Penggunaan obat-obatan harus tetap disertai oleh modifikasi

diet dan pola makan serta modifikasi aktivitas fisik. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa kombinasi terapi farmakologik dan modifikasi gaya hidup

lebih efektif dalam menurunkan berat badan dibandingkan dengan modifikasi

gaya hidup saja.

Obat-obatan apa yang dapat digunakan untuk pengobatan obesitas pada

anak? Apakah sama dengan obat-obat yang digunakan untuk mengobati orang

dewasa? Obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui oleh Food and

Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk dewasa meliputi phentermine,

phendimetrazine, benzphetamine, diethylpropion, dan orlistat. Sibutramine juga

merupakan obat yang telah disetujui oleh FDA Amerika Serikat namun sekarang

telah dicabut dari peredaran. Phentermine, phendimetrazine, benzphetamine,

diethylpropion, dan sibutramine merupakan obat yang bekerja menekan nafsu

makan, sedangkan orlistat bekerja menghambat penyerapan lemak di usus. Selain

obat-obat yang telah disetujui oleh FDA, beberapa obat lain juga digunakan untuk

terapi farmakologik obesitas pada dewasa (Tabel-2).

Tabel-2: Obat-obatan untuk Terapi Farmakologik Obesitas pada Dewasa.

Obat-obatan yang dapat digunakan untuk terapi farmakologik obesitas pada anak

berbeda dengan yang digunakan pada orang dewasa. Hanya orlistat dan

sibutramine yang diindikasikan untuk terapi farmakologik obesitas pada anak.

Selanjutnya akan dijelaskan penggunaan kedua obat tersebut (orlistat dan

sibutramine) dalam pengobatan obesitas pada anak.

Page 6: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

Orlistat telah disetujui oleh FDA Amerika Serikat untuk pengobatan

obesitas pada anak yang berusia 12 tahun atau lebih. Cara kerja orlistat ialah

melalui dua mekanisme. Yang pertama, orlistat menurunkan hidrolisis trigliserida

yang terdapat di dalam diet/ makanan. Yang kedua, orlistat menurunkan absorpsi

lemak di usus sampai sebanyak 30% dengan cara menghambat kerja enzim lipase

dalam usus. Karena obat ini tidak diabsorpsi dalam usus halus/ usus kecil, maka

orlistat dianggap sebagai obat yang aman. Namun, pada penggunaan orlistat dapat

timbul gangguan pencernaan berupa diare (karena lemak yang tidak diabsorpsi

akan dikeluarkan dalam feces/ tinja), sakit perut atau mual, rasa sebah, kembung,

dan flatus (kentut). Selain itu, karena absorpsi lemak dihambat oleh orlistat maka

dapat terjadi gangguan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A,

vitamin D, vitamin E, dan vitamin K. Diet yang dianjurkan untuk pengguna

orlistat ialah yang mengandung serat dan yang 30% kalorinya berasal dari lemak.

Berbagai studi yang telah dilakukan pada anak-anak menunjukkan bahwa

orlistat dapat mengurangi IMT 0.5 sampai 4.2 kg/m2 dibandingkan dengan

pemberian placebo atau dibandingkan dengan berat badan awal (Tabel-3).

Tabel-3: Hasil Beberapa Studi Mengenai Penggunaan Orlistat pada Anak.

Chanoine et al melakukan sebuah penelitian pada 539 anak dengan obesitas

diantara 12 sampai 16 tahun di Amerika Serikat dan Kanada. Orlistat dengan

dosis 120-mg atau placebo diberikan tiga kali sehari selama 1 tahun, disertai oleh

diet rendah kalori, peningkatkan aktivitas fisik, serta terapi perilaku. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada 12 minggu pertama, baik anak yang

mendapatkan orlistat maupun anak yang mendapatkan placebo mengalami

penurunan berat badan. Namun, setelah 12 minggu, IMT pada anak yang

Page 7: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

mendapatkan placebo meningkat bahkan sampai melebihi berat badan awal. Pada

akhir masa penelitian tersebut, IMT pada anak yang mendapatkan orlistat

menurun sebanyak 0.55 kg/m2 sedangkan IMT pada anak yang mendapatkan

placebo meningkat sebanyak 0.31 kg/m2.

Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan terhadap penggunaan orlistat

maka FDA Amerika Serikat menyetujui penggunaan orlistat untuk terapi

farmakologik obesitas pada anak berusia 12 sampai 16 tahun. Orlistat dianggap

sebagai terapi farmakologik lini pertama untuk anak dengan obesitas dimana IMT

lebih dari 2 unit diatas 95 persentil yang berat badannya terus bertambah walau

sudah dilakukan modifikasi gaya hidup selama 1 tahun. Dosis orlistat yang

dianjurkan ialah 120 mg dikonsumsi pada saat makan tiga kali dalam sehari.

Karena penggunaan orlistat dapat disertai gangguan absorpsi vitamin yang larut

dalam lemak, terutama vitamin D yang penting untuk pertumbuhan anak, maka

pada pemakaian orlistat juga perlu disertai oleh supplementasi vitamin-vitamin

yang larut dalam lemak. FDA Amerika Serikat menganjurkan konsumsi

multivitamin yang mengandung 5000 IU vitamin A, 400 IU vitamin D, 300 IU

vitamin E, dan 25 μg vitamin K bagi anak dengan obesitas yang menggunakan

orlistat. Multivitamin diminum sekitar 2 jam setelah mengkonsumsi orlistat.

Selama terapi menggunakan orlistat juga perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan

secara periodik. Pemeriksaan kesehatan yang dimaksud meliputi pengukuran berat

badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran konsentrasi serum vitamin yang

larut dalam lemak, serta evaluasi gejala dan tanda obesitas serta komplikasi yang

berhubungan dengan obesitas.

Selain orlistat, ada obat lain yang sebelumnya telah disetujui untuk

digunakan sebagai terapi farmakologik pada anak dengan obesitas. Beda dengan

orlistat, obat ini ditujukan kepada anak penderita obesitas yang usianya 16 tahun

atau lebih. Namun, pada 8 Oktober 2010, FDA Amerika Serikat meminta para

produsen untuk menarik obat ini dari peredaran pasar di Amerika Serikat. Obat ini

adalah sibutramine. Sibutramine merupakan suatu inhibitor reuptake serotonin

dan norepinefrin yang bekerja secara sentral menekan nafsu makan. Alasan

siburamin ditarik dari peredaran ialah karena telah dilakukan suatu studi

(Sibutramine Cardiovascular Outcomes/ SCOUT study) yang menemukan bahwa

Page 8: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

penggunaan sibutramine dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan jantung

dan pembuluh darah/ kardiovaskular. Sebenernya, studi SCOUT tidak dilakukan

pada anak-anak melainkan pada 10.000 laki-laki dan perempuan dewasa dengan

obesitas dengan usia >55 tahun dengan riwayat penyakit kardiovaskular serta

diabetes tipe II. Pasien mendapatkan 10-mg sibutramine setiap hari atau placebo

selama 5 tahun. Hasil studi SCOUT menyatakan bahwa perubahan berat badan

pada pasien yang mendapatkan sibutramine dan tidak hanya berbeda sebanyak

2.5%, namun didapatkan peningkatan sebanyak 16% risiko pasien yang

mendapatkan sibutramine terhadap gangguan kardiovaskular seperti stroke, infark

miokard, dan kematian dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan placebo.

Karena risiko gangguan kardiovaskular lebih tinggi dari manfaat obat ini dalam

menurunkan berat badan maka akhirnya obat ini ditarik dari peredaran. Walaupun

studi dilakukan pada orang dewasa dan belum dilakukan pada anak, sebaiknya

sibutramine tidak lagi digunakan untuk pengobatan farmakologik anak dengan

obesitas.

Selain orlistat dan sibutramine, banyak obat-obatan penurun berat badan

lain yang beredar luas di pasaran. Obat-obatan ini bisa berupa suplemen makanan

atau obat-obatan herbal. Contohnya ialah kromium, asam linoleic, gingseng,

glukomannan, teh hijau, asam hidroksisitrik, L-carnitine, psillium, piruvat, dan St.

John’s wort. Penggunaan obat-obatan ini untuk anak dengan obesitas sangat tidak

dianjurkan oleh karena belum dilakukan studi/ penelitian untuk mengetahui

keamanan dan efektifitas penggunaan obat-obatan tersebut. Orang tua hendaknya

tidak membeli obat sembarangan untuk anaknya yang obesitas, juga hendaknya

memantau obat-obatan yang dikonsumsi oleh anaknya terutama anak yang sudah

besar karena mereka dapat membeli obat sendiri atau mendapatkan obat dari

teman-temannya.

Obesitas pada anak merupakan suatu masalah yang perlu dikhawatirkan

oleh orang tua. Pengobatan untuk anak dengan obesitas meliputi modifikasi pola

makan/ diet serta modifikasi aktivitas fisik dengan tujuan menghambat laju

peningkatan berat badan anak. Pada anak-anak dengan obesitas yang berat, faktor

risiko yang tinggi untuk terjadi komplikasi, atau obesitas yang sudah disertai

Page 9: Terapi Medikamentosa Untuk Obesitas Pada Anak

dengan komplikasi maka perlu dilakukan penurunan berat badan. Penurunan berat

badan selain dicapai dengan modifikasi pola makan dan aktivitas fisik juga dapat

dicapai dengan terapi medikamentosa atau farmakologik. Satu-satunya obat yang

dianjurkan untuk pengobatan pada anak dengan obesitas yang berusia 12 tahun

atau lebih ialah orlistat. Penggunaan orlistat dinilai aman dan efektif dalam

menurunkan IMT anak dengan obesitas. Sibutramine yang dulu sering digunakan

untuk pengobatan obesitas anak sekarang tidak lagi dianjurkan karena dapat

meningkatkan risiko terjadinya gangguan kardiovaskular. Obat-obatan yang lain

juga tidak dianjurkan karena keamanan dan efektifitasnya belum terbukti dengan

studi atau penelitian. Terapi medikamentosa dengan orlistat perlu dilakukan

secara hati-hati, memperhatikan indikasi dan efek samping, dan perlu disertai oleh

konsumsi multivitamin, modifikasi gaya hidup (pola makan, diet, dan aktivitas

fisik), serta pemeriksaan kesehatan secara periodik.