teknologi hasil ternak
DESCRIPTION
pengolahan dagingTRANSCRIPT
1
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Daging memiliki kandungan gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh.
Kandungan protein di dalam daging tergolong tinggi. Komposisi kimia daging
terdiri dari protein yang kandungannya bervariasi antara 16-20%, lemak 1,5-13%,
senyawa non protein nitrogen 1,5%, senyawa organik 1,0%, dan air antara 65-
86%.
Salah satu sifat daging dan produk ternak lainnya yaitu mudah mengalami
kerusakan dan hal ini akan memperpendek daya simpan daging serta menurunkan
kualitas daging. Daging mudah mengalami kerusakan karena adanya aktivitas
pada daging atau produk daging, karena daging memiliki lingkungan yang
optimal untuk perkembangan mikroorganisme perusak, karena:
1) Daging mempunyai kadar air yang tinggi (68-75%),
2) Kaya akan zat yang mengandung nitrogen,
3) Mengandung karbohidrat yang mudah difermentasikan, dan
4) Mempunyai pH yang menguntungkan bagi sejumlah mikroorganisme.
Selain karena faktor komposisi kimia dari dalam daging itu sendiri, faktor lain
yang juga berpengaruh pada kualitas dan daya simpan daging adalah cara
penyimpanan dan pengolahan daging itu sendiri. Cara penyimpanan dan
pengolahan daging yang tidak benar akan menyebabkan banyak bekteri maupun
mikroorganisme tumbuh pada daging. Adanya pertumbuhan mikroorganisme
inilah yang nantiya akan berpengaruh besar terhadap kualitas daging dan
akibatnya daging memiliki daya simpan yang pendek.
2
Dengan demikian, perlu dilakukan langkah-langkah yang dapat menjaga kualitas
daging dan agar daging memiliki daya simpan yang panjang. Saat ini telah banyak
teknologi pengolahan daging yang telah diterapkan untuk menjaga kualitas
daging, salah sata teknologi pengolahan daging adalah teknologi curing.
Teknologi curing ini memanfaatkan bahan-bahan kimia untuk menjaga kualitas
daging. Curing adalah prosesing daging dengan menambah sodium klorida
(NaCl), sodium nitrat atau potasium nitrat (NaNO3 atau KNO3), gula, bumbu-
bumbu dan zat aditif lainnya. Tujuan curing adalah flavor, aroma, keempukan,
juiciness dan mereduksi kerutan daging. Sedangkan smoking atau pengasapan
adalah proses pengawetan daging dengan cara memberikan asap pada daging
dalam suhu dan jangka waktu tertentu. Tujuan utama pengasapan adalah
pengembangan citarasa, pengawetan, pengembangan warna, membuat atau
menciptakan produk baru, dan melindungi dari oksidasi lemak. Namun, pada
umumnya masyarakat belum memahami tentang perbandingan kualitas daging
yang diawatkan dengan metode curing dan smoking ini. Hal iniliah yang
kemudian melatarbelakangi penyusunan makalah tentang “Perbandingan Kualitas
Daging Pada Metode Curing Dan Smoking” ini.
B. Deskripsi Produk
1. Produk Daging Curing
Curing merupakan cara mengawetkan daging secara kimiawi. Produk
dari daging curing disebut dengan cured meat.salah satu contoh dari
produk daging curing adalah cornet. Tujuan dilakukan curing ini yaitu
untuk meningkatkan warna merah daging, menstabilkan flavor,
mengawetkan, dan lain-lain. Konsentrasi garam lebih dari 6 % pada
fase cair akan dapat menghambat bakteri Achromobacter dan
Pseodomonas yang merupakan bakteri perusak pada daging. Namun
demikian banyak bakteri yang tahan garam dan dapat tumbuh sampai
3
pada konsentrasi garam mendekati jenuh. Dengan demikian
konsentrasi garam pada tingkat 6-10% pada fase cair, dapat
menghambat bakteri proteolitik, tetapi masih memungkinkan
tumbuhnya flora yang tahan garam. Pada proses pengasinan
tradisional, flora yang tahan garam ini dibiarkan berkembang di dalam
garam pengasin untuk menekan perubahan nitrat menjadi nitrit, yang
penting untuk menekan perkembangan organisme perusak.
2. Produk Daging Smoke
Salah satu contoh daging smoke adalah daging asap. Daging asap adalah
irisan daging yang diawetkan dengan panas dan asap yang dihasilkan dari
pembakaran kayu keras yang banyak menghasilkan asap dan lambat
terbakar. Asap mengandung senyawa fenol dan formal dehida, masing-
masing bersifat bakterisida (membunuh bakteri). Kombinasi kedua
senyawa tersebut juga bersifat fungisida (membunuh kapang). Kedua
senyawa membentuk lapisan mengkilat pada permukaan daging. Panas
pembakaran juga membunuh mikroba, dan menurunkan kadar air daging.
Pada kadar air rendah daging lebih sulit dirusak oleh mikroba
(Anonim, 2008). Daging asap dihasilkan dari proses pengasapan. Metode
pengasapan ada 2 yaitu (a) pengasapan dingin (cold smoking) yang
dilakukan pada suhu 20-25 oC (tidak lebih dari 28oC), pada kelembaban
70-80%, selama beberapa jam sampai beberapa hari; (2) pengasapan panas
(hot smoking) yang dilakukan pada suhu awal 30-35oC dan akhir 50-55oC
bahkan dapat mencapai 75-80oC (Lukman,2008).
Contoh dari produk yang dihasilkan dari proses pengasapan ini salah
satunya adalah daging asap. Komposisi asap dipengaruhi oleh berbagai
factor, misalnya suhu pemanasan atau pembakaran yang digunakan, tipe
alat pembuat asap, metode pembuatan asap, jenis kayu dan jenis asap.
Lebih dari 200 macam komponen asap telah diisolasi dari kayu.
Komponen-komponen yang memegang peran penting dalam proses
4
pengasapan adalah komponen karbonil, asam-asam organic, alcohol,
beberapa gas (karbondioksida, karbonmonoksida, oksigen, nitrogen,
nitrogenoksida), dan hidrokarbon, dan termasuk zat-zat senyawa turunan
bebzen.
C. Manfaat Produk
1. Curing
Manfaat dari produk curing yaitu:
Produk awetan maupun olahan yang dihasilakan memiliki warna yang
lebih merah, warna sesuai dengan kehendak. Penyebab warna merah
karena bakteri mengubah nitrat menjadi nitrit, nitrit dipecah menjadi
NO (nitroso) yang kemudian berekasi dengan pigmen daging
(mioglobin) membentuk nitrosochemochromagen sehingga terbentuk
warna merah menarik dan haemoglobin.
Daya simpan daging maupun olahannya lebih panjang karena
pertumbuhan mikrobia terutama Clostridium botulinum dapat
dihambat.
Membantu mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme baik pada
permukaan dan di dalam jaringan dimana bakteri pencemar anaerobik
hanya tumbuh secara perlahan pada pH di bawah 5,6.
Membantu mempertahankan warna merah muda yang diinginkan yang
dapat dicapai dengan baik bila pH daging dibuat 5,8 atau lebih rendah.
2. Smoking beef
Manfaat dari produk smoking yaitu:
Membuat daging memiliki citarasa yang gurih dan khas pada daging
ayam asap yang dihasilkan.
Proses pengasapan akan dapat membantu memperpanjang masa
simpan. Daya tahan daging asap di ruang terbuka (suhu ruangan)
sekitar 2 - 3 hari atau jika disimpan dalam lemari es, bisa bertahan
5
sampai 7 hari dan jika dibekukan daging asap bisa bertahan 3 sampai
6 bulan.
Panas pembakaran pada proses pengasapan dapat membunuh mikroba
dan menurunkan kadar air daging. Pada kadar air yang rendah, daging
lebih sulit dirusak oleh mikroba.
D. Proses Pembuatan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kornet adalah daging
segar, nitrit/sendawa, garam, gula pasir, merica halus, pala halus, tomat
segar, susu full cream, dan bawang merah. Alat-alat yang digunakan yaitu
panci press cooker dan spatula.
1. Proses pembuatan daging curing (kornet)
a. Proses Curing (penggaraman) dimulai dengan daging memotong
daging menjadi bagian-bagian kecil dan tidak perlu dicuci. Daging
sebanyak 1 kg, garam sebanyak 30 gram, 20 gram gula pasir dan
dicampur pada wadah hingga merata. Daging yang telah dicampur,
didiamkan selama 24 jam agar penggaraman dapat meresap dan
merata. Proses ini dinamakan curing kering.
b. Selanjutnya, daging yang telah dicuring, dicuci dengan air hingga
bersih. Kemudian daging direbus menggunakan press
cooker dengan penambahan merica dan pala (± 20-30 menit).
c. Setelah daging empuk, air rebusan yang masih banyak dibuang
sebagian lalu ditambahkan susu, potongan tomat dan bawang
merah halus. Aduk hingga kering. Kornet siap untuk dihidangkan.
Daging segar yang dibuat menjadi kornet, sehari sebelumnya dicuring
terlebih dahulu. Tujuan dari curing adalah untuk memberikan warna merah
cerah (pink) pada produk kornet yang dihasilkan. Bahan-bahan curing
memiliki fungsi masing-masing. Garam dapur berfungsi untuk
meningkatkan daya ikat air dari protein dan pembentukan emulsi serta
6
sebagai bahan pengawet karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Nitrit atau sendawa yang ditambahkan memiliki fungsi untuk menstabilkan
warna dan menghambat pertumbuhan bakteri. Gula diberikan untuk
memodifikasi rasa dan dapat sebagai pengawet.
2. Proses pembuatan daging smoking
a. Membersihkan daging dari lemak yang menempel pada permukaan
daging .
b. Merendam daging pada larutan curing (140 gram garam dapur, 120
gram gula pasir dan air) dan direndam selama 24 jam.
c. Daging yang telah dicuring dicuci dan ditiriskan.
d. Daging yang akan diasap digantungkan pada lemari pengasapan.
e. Pengasapan menggunakan asap dari tempurung kelapa maupun
dari kayu dengan suhu dan lama pengasapan sesuai dengan
perlakuan.
E. Prinsip Pengawetan
1. Prinsip pengawetan daging dengan menggunakan metode curing
adalah:
Prinsip pengawetan dengan metode ini yaitu dengan
memanfaatkan bahan-bahan tertentu untuk menjaga kualitas
daging.
2. Prinsip pengawetan daging dengan menggunakan metode smoking
adalah:
proses di mana molekul larut air dan larut lemak, uap dan
partikel lain dilepaskan dari kayu yang terbakar dan masuk
dalam makanan. Makanan menyerap aroma asap
sementara asap mengeringkan makanan dan memperbaiki
cita rasa.
7
Menghilangkan sebagian besar air dalam bahan makanan
dengan menggunakan energi panas, sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi.
F. Fungsi Ingredient
1. Bahan-bahan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan kornet
(daging curing) dan fungsinya adalah:
a. Nitrat / Nitrit
Nitrat/nitrit berfungsi untuk fiksasi warna merah daging,
antimikrobial terutama Clostridium botulinum, dan menstabilkan
flavor. Nitrit dan nitrat merupakan bahan tambahan yang dapat
memperbaiki warna dan rasa daging pada proses curing.
Pembatasan dalam penggunaan nitrit sangat diperlukan karena
nitrit akan bersifat racun bila dikonsumsi dalam dosis yang
berlebihan.
b. Garam
Garam berfungsi sebagai pembangkit flavor yang khas dan
antimikrobial. Garam merupakan bahan utama dalam curing.
Penambahan garam pada konsentrasi tertentu mampu menghambat
pertumbuhan mikrobia karena garam berperan dalam dehidrasi
sehingga merubah tekanan osmosis.
c. Gula
Gula berfungsi untuk memperbaiki flavor, mengurangi rasa asin
akibat penambahan garam,mengurangi kekerasan akibat adanya
penambahan garam (pelunak), mempengaruhi warna melalui
karamelisas. Gula efektif sebagai pemgawet karena menghambat
pertumbuhan bakteri.
d. Bumbu - Bumbu
Bumbu-bumbu adalah penting untuk meningkatkan flavor sehingga
meningkatkan kesukaan pada konsumen.
8
e. Air
Air selain sebagai carrier, juga penting untuk mengatur juiceness
dari produk yang dihasilkan.
2. Bahan-bahan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan
daging asap (smoking beef) dan fungsinya adalah:
Pada prinsipnya, semua daging yang akan diasap pada mulanya harus
dilakukan proses curing terlebih dahulu. Bahan-bahan yang
ditambahkan sama saja seperti pada pengawetan daging dengan
metode curing yaitu garam, bumbu-bumbu, dan gula.
a. Garam
Garam berfungsi sebagai pembangkit flavor yang khas dan
antimikrobial. Garam merupakan bahan utama dalam curing.
Penambahan garam pada konsentrasi tertentu mampu menghambat
pertumbuhan mikrobia karena garam berperan dalam dehidrasi
sehingga merubah tekanan osmosis.
b. Gula
Gula berfungsi untuk memperbaiki flavor, mengurangi rasa asin
akibat penambahan garam,mengurangi kekerasan akibat adanya
penambahan garam (pelunak), mempengaruhi warna melalui
karamelisasi. Gula efektif sebagai pengawet karena menghambat
pertumbuhan bakteri.
c. Bumbu - Bumbu
Bumbu-bumbu adalah penting untuk meningkatkan flavor sehingga
meningkatkan kesukaan pada konsumen.
G. Mekanisme Pengaruh Pengawetan Terhadap Kondisi Mikroorganisme
Pada dasarnya proses curing dan smoking bertujuan untuk memperpanjang
masa simpan daging dengan menghambat aktivitas mikroba terutama
Clostridium botulinum.
9
Salah satu cara untuk menghambat pertumbuhan sel vegetatif
mikroorganisme adalah dengan menurunkan aktivitas air, yaitu dengan
cara pengeringan, penambahan garam, gula, atau bahan-bahan lainnya
meskipun sebagian mikroorganisme mungkin akan mati selama proses
pengeringan, proses ini sebenarnya tidak bersifat letal terhadap
mikroorganisme, sehingga beberapa jenis mikroorganisme yang tahan
dalam keadaan kering dapat hidup dan tumbuh kembali jika keadaan
memungkinkan.
Contoh Bacillus subtilis akan memproduksi asam amino prolin jika AW
medium pertumbuhannya diturunkan misalnya dengan penambahan NaCl.
Beberapa garam mungkin mempunyai pengaruh melindungi terhadap
suatu mikroorganisme, sedangkan garam lainnya mungkin mengakibatkan
sel lebih sensitif terhadap panas.
Mekanisme pengaruh garam terhadap ketahanan panas bakteri ini
disebabkan beberapa garam bersifat menurunkan aktivitas air sehingga
dapat meningkatkan ketahanan panas sel dengan mekanisme yang sama
seperti pengeringan sedangkan garam-garam lainnya seperti garam
kalsium, (Ca++) dan magnesium (Mg++) dapat menyebabkan peningkatan
aktivitas air, sehingga mengakibatkan penurunan ketahanan sel terhadap
panas.
H. Mekanisme Pengaruh Pengawetan Terhadap Kualitas Produk
Pada dasarnya, tujuan melakukan pengawetan makanan ini adalah agar
daya simpan bahan pangan tersebut lebih panjang dengan menggunakan
prinsip kerja yaitu dengan menghambat aktivitas mikroba yang dapat
menyebabkan bahan pangan tersebut rusak dan kualitasnya menurun.
Daging memiliki kandungan gizi yang lengkap serta memiliki lingkungan
yang sesuai dengan lingkungan hidup mikroorganisme baik
mikroorganisme pembusuk maupun mikroorganisme perusak. Untuk itu,
langkah pengawetan dilakukan. Metode pengawetan yang umum
10
dilakukan yaitu metode smoking dan curing. Masing-masing metode ini
memiliki mekanisme yang berbeda-beda terhadap aktivitas
mikroorganisme yang tumbuh pada daging.
1. Metode curing
Curing memiliki tiga tujuan utama, yaitu pengawetan (preservation),
rasa (flavor) dan warna (color). Garam telah menjadi bahan penting
dalam pengawetan produk-produk peternakan dan perikanan. Pada
tingkat tertentu, garam mencegah pertumbuhan beberapa tipe bakteri
yang bertanggung jawab dalam pembusukan daging. Garam dapat
mencegah pertumbuhan bakteri, baik yang disebabkan oleh efek
penghambat langsung dari bakteri maupun oleh efek pengeringan yang
dimiliki bakteri dalam daging (Heni, 2007). Curing bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan daging,menghambat aktivitas mikrobia
terutama Clostridium botulinum, memperbaiki flavor dan tujuan
utamanya adalah memperbaiki warna daging menjadi merah pink.
Mekanisme curing menurut Winarno (2002) dalam Septa (2010)
adalah nitrit bereaksi dengan gugus sulfhidril dan membentuk senyawa
yang tidak dapat dimetabolisasi oleh mikrobia dalam kondisi anaerob.
Pada daging, nitrit membentuk nitroksida yang dengan pigmen daging
akan membentuk nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah.
Pembentukan nitrooksida dapat terlalu banyak jika hanya
menggunakan garam nitrit, oleh sebab itu biasanya digunakan
campuran garam nitrat dan garam nitrit. Garam nitrat akan tereduksi
oleh bakteri nitrat menghasilkan nitrit. Peranan garam nitrat sendiri
sebagai bahan pengawet masih dipertanyakan. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, didapat bahwa nitrat tidak dapat mencegah
kebusukan, bahkan akan mempercepat kebusukan dalam keadaan
aerobik Septa (2010).
2. Metode smoking
Semakin banyak kandungan air pada daging, maka akan menjadi
mudah proses pembusukan makanan. Proses smoking ini, akan
11
mengeluarkan air yang menyebabkan peningakatan konsentrasi
padatan terlarut di dalam daging. Kondisi ini akan meningkatkan
tekanan osmotik dalam daging, sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat laju reaksi kimia
maupun enzimatis. Pada umumnya daging yang dilakukan proses
smoking akan mengalami perubahan warna menjadi coklat yang
disebut reaksi browning (pencoklatan). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Suryaningsih (2009) menunjukkan bahwa perendaman daging
domba dengan konsentrasi asap cair tempurung kelapa 7.5% dan 10%
berpengaruh terhadap total bakteri, daya awet dan rasa daging domba
tetapi tidak berpengaruh pada akseptabilitas warna, bau dan total
penerimaan. Konsentrasi asap cair tempurung kelapa 10% pada daging
domba dapat menekan total bakteri rata-rata tiap perlakuan hingga
17,45 x 106 CFU/gram dan memperpanjang umur simpan rata-rata
hingga 1752,5 menit.
I. Efek Penyimpangan Produk
Tiap perlakuan pada masing-masing metode yang diterapkan untuk
mengolah daging, pasti akan menimbulkan efek-efek tertentu pada daging
tersebut. Pada daging curing, efek penyimpangan yang terjadi yaitu jika
pada daging hanya ditambahkan garam saja pada saat proses curing, maka
hasilnya tidak baik karena menyebabkan produk menjadi kasar, asin, gelap
(warna tidak menarik), kenampakan dan flavor tidak disukai konsumen.
Sedangkan pada produk daging yang diolah dengan cara smoking efek
penyimpangan produk yang terjadi yaitu terjadinya reaksi browning
(pencoklatan) dan biasanya efek warna coklat ini tidak menarik bagi
konsumen.
12
DAFTAR PUSTAKA
Heni.2007. Teknologi Pangan.http://ftpunisri.blogspot.com/2007/10/jangan-gunakan-formalin-untuk.html. (Diakses pada tanggal 8 Juni 2015)
Hidayat,G.2012. Daging Curing. http://ginahidayatozy.blogspot.com /2012/01/daging-curing.html. (Diakses pada tanggal 8 Juni 2015)
Rahmawati, D. 2011. Teknologi Curing Pada Daging dan Ikan.http://yuphyyehahaa. blogspot.com/2011/06/teknologi- daging-dan- ikancuring.html. (Diakses pada tanggal 8 Juni 2015)
Septa, MA. 2010. Mekanisme Curing Pada Daging. http://septa-ayatullah.blogspot.com/ 2010/01/mekanisme-curing-pada-daging.html. (Diakses pada tanggal 8 Juni 2015)
Suharyanto. 2008. Pengolahan Bahan Pangan Hasil Ternak. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu
Soeparno. 2005. Ilmu Dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta