teknik budidaya penggemukan kepiting bakau.docx

65
TEKNIK BUDIDAYA PENGGEMUKAN KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) DI TAMBAK KOTA TARAKAN Oleh: MUHAMMAD FADNAN AHMADI 04.101010.002 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Upload: abie

Post on 21-Nov-2015

314 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

TEKNIK BUDIDAYA PENGGEMUKAN KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) DI TAMBAK KOTA TARAKAN

Oleh:MUHAMMAD FADNAN AHMADI04.101010.002

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN2010

KATA PENGANTAR puji syukur saya panjatkan pada ALLAH SWT.karena atas berkat dan rahmatnya lah saya bisa menyelesaikan praktek kerja lapang (PKL) tentang budidaya penggemukan kepiting bakau (Scylla serrata) di tambak kota tarakan. Adapun laporan ini untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan kita.Semoga laporan ini dapat membantu meningkatkan keterampilan kita diidang perikanan terutama tentang budidaya peggemukan kepiting sehingga kita dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan,dan sekaligus dapat mengembangkan potensi alam yang mana belum begitu banyak dikelola karena kurangnya pengetahuan kita dibidang ilmu perikanan.Bila nama dalam penyusunan laporan praktek kerja lapang ini terdapat berbagai kekurangan saya sebagai penyusun mengharapkan sumbangan saran kritik yang membangun guna perbaikan penyusun proposal praktek kerja lapang.

Tarakan, januari 2010 Penyusun

DAFTAR ISI HalamanHALAMAN JUDUL ............................................ iHALAMAAN PENGESAHAN . iiKATA PENGANTAR.. iiiDAFTAR ISI. ivDAFTAR TABEL. viDAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viiiI. PENDAHULUANA. Latar belakang.. 1B. Tujuan 2C. Manfaat. 3II. TINJAUAN PUSTAKAA. Kalsifikasi kepiting bakau (Scylla sp). 3B. Morfologi kepiting bakau (Scylla sp).. 3C. Jenis kepiting bakau dan tingkah lakunya 4D. Tipr wadah budidaya kepiting.. 7E. Pakan dan kebiasaan makan. 9F. Budidaya penggemukan kepiting bakau.. 10 G. Budidaya kepiting soka 11H. Budidaya pembesaran kepiting bakau. 12I. Teknik budidaya dan parameter kualitas air 12

III. METODOLOGIA. Waktu dan tempat 18B. Alat dan bahan. 18C. Metode Praktek Kerja Lapangan. 20D. Analisis data 20IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Keadaan umum lokasi.. 21B. Konstruksi wadah budidaya. 22C. Survival Rate (SR) Penggemukan kepiting Bakau.. 24D. Seleksi bibit dan dan jenis kepiting yang dibudidayakan 26E. Manajemen pakan. 30F. Parameter kualitas air budidaya penggemukan kepiting.. 32G. Metode panen 37H. Pasca panen 40I. Pemasaran. 42V. KEDIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan. 45B. Saran. 46DAFTAR PUSTAKA 47

DAFTAR TABELTabel1. ukuran wadah budidaya dan kondisi lapangan pada penggemukan kepiting bakau. 222. survival rate (SR) kepiting bakau selama PKL berlangsung 243. hasil pengukuran parameter kualitas air pada budidaya penggemukan kepiting bakau 33

Daftar GambarGambar1. Kepiting bakau Scylla serrata 52. Kepiting bakau Scylla transquebarica.. 53. Kepiting bakau Scylla oceanic. 64. Metode keramba bamboo. 85. Metode keramba jarring traw/madamg 86. Metode pagar tancap 97. Denah petak tambak penggemukan kepiting bakau 218. Kontruksi tambak budidaya kepiting 239. Bibit kepiting bakau dengan warna cerah dan tidak cacat dan cara melepas kepiting bakau 2710. Jenis-jenis kepiting bakau yang dibudidayakan.. 2511. Jenis-jenis ikan (pakan).. 3112. Proses pemotongan pakan .. 3113. Pos perikanan.. 3114. Pengukuran kualitas air.. 3215. Soil tester 3516. Teknik penangkapan panen total 3717. Kondisi tambak pada saat panen total 3718. Panen selektif . 3819. Teknik pengikatan kepiting bakau. 3820. Perendaman kepiting stelah panen. 4021. Proses pengangkitan 4022. Produk kepiting segar atau hidup 4223. Penyortiran pada pos penjualan.. 42

DAFTAR LAMPIRANLampiran1. Surat keterangan pelaksanaan PKL 492. Prosedur Kerja Lapangan Dan Analisis Kualitas Air 503. Analisis Data Nitrat secara regresi 534. Analisis Data Nitrit secara regresi 545. Dokumentasi Pelaksanaan PKL 55

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPerencanaan dan pengembangan budidaya Kepiting perlu mendapat perhatian dari berbagai aspek untuk tujuan kelestarian sumberdaya, peningktan produksi dan pemenuhan peluang pasar secara seimbang dan berkelanjutan. Diperkirakan perkembangan usaha perdagangan kepiting dimasa mendatang akan terus meningkat dengan adanya indikasi antara lain peluang pasar ekspor terbuka luas dengan sedikitnya ada 11 negara konsumen, potensi lahan bakau yang merupakan habitat hidupnya cukup besar dan belum digali secara optimal, dan pengetahuan budidaya yang semakin meningkat baik budidaya pembenihan, pembesaran serta penggemukan. Budidaya kepiting merupkan salah satu pospek bisnis yang sangat menjanjikan, disamping biaya perawatan dan resiko yang sangat kecil. Kepiting juga merupakan makanan ekspor yang sangat diminati oleh konsumen penggemar kepiting, selain itu juga kepiting bakau memiliki nilai gizi yang tinggi. Pemasaranya pun tidak sulit karena kebutuhannya cukup tinggi untuk restoran sea food.Sebagai komoditas ekspor, kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik dipasaran maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas kepiting (ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting (fattening crab) dapat dilakukan terhadap dikepiting jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan kosong/kurus dan dalam proses budidaya penggemukan kepiting tidak mengalami proses moulting sehingga tidak terjadi penambahan panjang dan lebar karapas. Berbeda dengan proses budidaya pembesaran yang mengalami proses moulting dengan frekuensi antara 4 sampai 5 kali, sehingga waktu yang diperlukan pada pross pembesaran berkisar antara 3 sampai 4 bulan. Lain halnya dengan budidaya penggemmukan kepiting hanya butuh 10-20 hari kepiting pun menjadi berisi/gemuk dan harganya mencapai 5 hingga 10 kali lipat dari harga kepiting yang kurus, dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi pemilik usaha tambak penggemukan kepiting.Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap hama oleh petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang tambak. Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaanya banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional seperti dikeramba bambu, keramba trawl, dan bambu tancap dan masing-masing metode budidaya tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan. Mengingat perintaan pasar ekstensifikasi untuk meningkatkan produksi kepiting bakau mulai dirintis di beberapa daerah ditambak-tambak udang yang kurang produktif lagi. Oleh karena itu perlu adanya kajian untuk tambak alih lahan tersebut agar pemanfaatannya dapat dioptimalkan.

B. Tujuan Tujuan melaksanakan praktek kerja lapangan ini adalah untuk mengetahui:1. Metode penggemukan kepiting bakau (scylla sp) ditambak kota tarakan.2. Jenis kepiting yang dibudidayakan.3. Kontruksi wadah budidaya serta parameter kualitas air.4. Sintasan atau survival rate kepiting bakau yang dibudidayakan.

C. Manfaat Setelah melakukan praktek kerja lapangan diharapkan agar dapat menyimpukan kekurangan dan kelebihan etode penggemukan kepiting (fattening crab) ditambak seta memberikan informasi untuk mahasiswa studi rekayasa budidaya perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Kepiting Bakau (scylla sp)Kepiting bakau merupakan kepiting hijau yang dapat ditemukan dalam perairan dangkal pada sekitar hutan bakau (mangrove dan estuari). Klasifikasi kepiting bakau menurut (Oemardjati dan wardhana, 1992) adalah sebagai berikut :Phylum : Arthropoda Class : Crustacea Ordo : Decapoda Sub Ordo : Brachyur Family : Portunidae Sub-Family : Lipolinaae Genus :Scylla Spesies :scylla sp B. Morfologi Kepiting Bakau (scylla sp)Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh, yang biasanya mempunyai ekor yang sangat pendek (bahasa yunani : brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya sama sekali tersembunyi dibawah thora. Hewan ini dikelompokan kedalam phylum Athropoda, sub phylum crustacea, Kelas Malacostraca, ordo Decapoda, Suborder pleocyemata dan infraorder brachyura. Tubuh kepiting umumnya ditutupi dengan exoskelenton (kerangka luar) yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting hidup diair laut, air tawar dan darat dengan ukuran yang beraneka ragam, dari pea crab, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba jepang, dengan rentangan kaki hingga 4m (Anonymous,2004).Walaupun kepiting mempunyai morfologi (bentuk dan ukuran) yang beragam tetapi seluruhnya mempunyai beberapa kesamaan pada bentuk tubuh. Seluruh kepiting mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan. Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds terletak didepan kaki pertama dan setiap jenis kepiting mmiliki struktur chelipeds yang berbeda-beda. Chelipeds dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Disamping itu, tubuh kepiting juga ditutupi dengan merupakan carapase. Carapase yang keras atau dengan istilh lain exoskeleton (kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang.Kepiting sejati mempunyai 5 pasang kaki : sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Dihampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya berlipat dibawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh mailliped yang rata, dan bagian depan dari carapase tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih (phyllobranchiate), mirip dengan insang udang, namun dengan struktur yang berbeda. Insang yang terdapat didalam tubuh berfungsi untuk mengambil oksigen biasanya sulit dilihat dari luar. Insang yang terdiri dari struktur yang lunak terletak dibagian bawah carapase. Sedangkan mata menonjol keluar berada dibagian depan carapase.C. Jenis Kepiting Bakau dan Tingkah LakunyaMenurut Kanna, (2002), kalau dilihat secara sepintas ketiga spesies tidak tampak perbedaannya. Tetapi jika diamati lebih teliti perbedaan tiga spesies kepiting akan tampak dengan jelas.1. Scylla SerrataSpesies Scylla serrata memiliki warna relatif sama dengan warna lumpur, yaitu coklat kehitam-hitaman pada karapasnya dan putih kekuning-kuningan pada abdomennya. Pada propodus bagian atas terdapat sepasang duri yang runcing dan 1 buah duripada propodus bagian bawah (gambar 1). Selain itu habitat kepiting bakau spesies ini sebagian besar tadi hutan-hutan bakau di perairan indonesia. 2. Scylla TranquebaricaSpesies Scylla tranquebarica memiliki warna hijau tua dengan kombinasi kuning sampai orange pada karapasnya dan putih kekuning-kuningan pada bagian abdomennya. Pada propodus bagian atas terdapat sepasang duri, tetapi tidak terlalu runcing dan 1 buah duri yang tumpul pada abdomen bagian bawah (gambar 2)

Gambar.2 kepiting bakau Scylla transquebarica3. Scylla OceanicaSpesies Scylla oceanica lebih didominasi dengan warna coklat tua dan ukuran badannya jauh lebih besar dari pada spesies yng lain (gambar 3). Dengan capit yang lebih panjang, maka spesies kepiting ini lebih cepat memburu makanan. Namun, harga spesies kepiting ini lebih rendah dibandingkan dengan spesies kepiting lain sehingga petani tidak terlalu suka membudidyakannya. Kepiting ini biasa ditemukan diperairan Afrika dan Laut Merah ( The Red Sea).Gambar 3 kepitin bakau Scylla oceanica

Dari ketiga jenis kepiting tersebut diatas, Scylla serrata pada umur umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan kedua jenis lainnya. Tetapi dari segiharga dan permintan pasar, jenis pertama tadi lebih unggul (http://www.kliping dunia ikan dan meruncing).Secara umum tingkah laku dan kebiasaan bakau yang dapat diamati adalah sbb :1. Suka berendam didalam lumpur dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedemikian rupa agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkin.2. Kanibalisme dan saling menyerang, sifat ini lah yang paling menyolok pada kepiting sehingga dapat merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan menyebabkan kelangsungan hidup rendah dan menurunkan produktivitas tambak.3. Moulting atau ganti kulit. Setiap terjadi ganti kulit, kepiting akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari stadia instar sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami pergantian kulit perlu tempat yang luas.4. Kepekaan terhadap polutan, kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberi reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunya mutu air. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk lagi, secepatnya pindahkan ketempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar.

D. Tipe Wadah Budidaya KepitingBerbagai metode yang lebih sering digunakan sebagai wadah pemeliharaan antar lain :1. Metode Karamba Bambu Pemeliharaan dengan menggunakan sistem karamba yang terbuat dari bahan bambu pada umumnya sudah lama digunakan oleh para petani tambak selain cara pembuatannya relatif gampang, juga bahan yang digunakan sangat mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. Namun disisi lain metode ini terbatas dengan padat tebar yang relatif sedikit, ini disebabkan oleh ruang gerak kepiting yang sempit, sehingga dikhawatirkan kepiting mudah untuk saling memangsa (kanibalisme)n. Metode bambu yang biasa digunakan pada budidaya kepiting bakau disajikan pada gambar 4.

Gambar 4 metode karamba bambu2. Metode Karamba Jaring Trawl/MadangKaramba dengan bahan dari jaring (polytheline) adalah merupakan hasil modifikasi dari karamba dari bahan bambu, wadah pemeliharaan ini lebih kuat karena dindingnya dari bahan jaring, selain lebih tahan juga mempunai kelebihan sirkulasi air lebih lancar dibanding dengan bahan dari bambu. Diperkirakan daya tahan jenis karamba ini, sampai 2 tahun lebih sedangkan proses pembuatannya pun sangat praktis. Karamba jaring trawl/magang disajikan pada gambar berikut :

Gambar 5 metode keramba jarring/ trawl3. Metode Pagar TancapMetode pagar tancap merupakan bagian dari pengembangan wadah sistem budidaya penggemukan kepiting yang memanfaatkan bahan dari bambu yang dibelah sebagai dinding/pagar, rangka pasar terbuat dari balok kayu sebagai tempat untuk mengikat belahan bambu tersebut.Konstruksi pembuatan pagar bambu biasa digunakan pada areal tambakDengan ukuran yang bervariasi antara 15 x 8 meter atau 20 x 10 meter, potongan bambu yang telah dibelah-belah, kemudian ditancap kedasar tanah sedalam 0,5 meter dan disusun secara vertikal dengan sedikit memberi celah agar sirkulasi air lancar.

E. Pakan Dan Kebiasaan MakanBerbagai jenis pakan yang biasa diberikan pembudidayaan kepiting seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dll. Dari jenis pakan tersebut, ikan ruca segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan segera dimakan oleh kepiting.Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersifat suplemem dengan dosis sekitar 5%. Dosis pemberian pakan sanga tergantung dengan jumlah kepiting yang ditebar, berdasarkan hasil uji coba yang sering dilakukan untuk penggemukan kepiting demgan menggunakan karamba sebanyak 10 - 15 % dari total biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 2x sehari, pagi (08.00 wib) dan sore hari (18.30). pemberian pakan pada pagi hari dosis lebih sedikit dibanding sore hari mengingat kepiting lebih aktif mencari pakan dalam suasana gelap (nocturnal).Kemauan makan kepiting muda biasanya lebih besar, karena pada periode ini dibuthkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit. Nafsu makan akan berkurang pada saat kepiting sedang bertelur, dan puncaknya setelah telur keluar sepertinya kepiting berpuasa. Pemberian pakan secara rutin, tepat dosis merupakan hal yang mutlak dilakukan dalam usaha pemeliharaan penggemukan kepiting, keterbatasan ruang gerak dan persaingan habitat dan makanan menjadikan kepiting bisa saling memangsa sesamanya (kanibalisme). Sifat kepiting yang satu ini tidak bisa terhindarkan apalagi ransum pakan yang diberikan tidak cukup jumlah. Kualitas pakan pun harus menjadi prioritas, sebab sifat kepiting tidak menyukai pkan yang sudah busuk, tetapi pakan yang berbau amis dan merangsang sangat disukai. Jika pakan busuk tetap diberikan kepiting tidak akan menyentuhnya yang akhirnya menjadi sisa dan dapt mencemari air tambak.

F. Budidaya Penggemukan Kepiting BakauBudidaya kepiting terdiri atas : pembesaran, penggemukan, produkki,kepiting bertelur, dan kepiting lunak/soka. Pembesaran umumnya dilakukan didalam tambak baik dengan mupun tanpa pagar bambu atau waring, penggemukan dan produksi kepiting bertelur dilakukan dalam kurungan yang terbuat dari bambu atau dalam karamba apung, dan kepiting lunak dipelihara dalam keranjang yang ditempatkan dalam tambak.Untuk penggemukan dan produksi kepiting bertelur, kepiting yang dipelihara biasanya sudah berkuran ekspor (250-300 g/ekor) namun masih kurus/keropos atau belum bertelur. Lama pemeliharaan tipe ini sekitar 15-25 hari. Pemilihan spesies dan teknik budidaya perlu dilakukan dengan cermat agar usaha ini lebih menguntungkan. Untuk tujuan produksi daging, budidaya sebaiknya diarahkan kekultur monoseks jantan terutama karena jenis kepiting ini lebih epat besar sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran ekspor lebih singkat.

G. Budidaya Kepiting SokaRaizika (2009), sebelum memulai budidaya kepiting soka hal utama yang perlu kita perhatikan adalah lahan atau tempat yang akan kita gunakan sebagai tempat dilaksanakannya budidaya kepiting soka, lahan tersebut dikenal dengan istilah tambak yang mengandung air payau. Luas lahan tergantung dari keinginan kita, semakin luas tambak semakin banyak kita bisa menebarkan bibit kepiting soka. Minimal luas lahan sekitar 1 Ha, dimana dalam tambak seluas itu kita dapat menebarkan bibit sekitar 10 ribu ekor bibit . Air tambak tidak perlu ikuras maupun dibersihkan dari organik lain, hal ini berlainan dengan proses penyiapan tambak untuk budidaya udang. Bahan organik scara alamiah dapat membantu proses ganti kulit (moulting) pada kepiting. Kedalaman air antara permukaan dengan dasar tambak disarankan 70cm ke atas, apabila kurang dari itu juga dapat menghambat si kepiting yang akan ganti kulit. Proses pergantian air harus selalu dilakukan sesuai dengan tabel air yang bisa kita peroleh di Departemen Kelautan dan Perikanan, air yang selalu baru membawa organik baru dari luar yang dapat menambah makanan organik bagi kepiting itu sendiri. Setelah bibit kepiting siap, proses selanjutnya adalah memotong kedua capit dan keenam kaki jalan serta memotong satu kaki renangnya (membuat stress). pemotongan satu kaki renang juga bertujuan untuk mempecepat proses ganti kulit atau moulting. Hal ini sudah dibuktikan dengan mengambil contoh bibit yang kedua kaki renangnya tidak dipotong dengan bibit yang satu kaki renangnya dipotong. Proses ganti kulit yang dialami bibit kepiting dengan satu kaki renang dapat diperoleh dalam jangka waktu 15 hari sedangkan bibit yang kedua kaki renangnya tidak dipotong mengalami ganti proses ganti kulit lebih lama yaitu mencapai waktu 30 35 hari. Menurut pakar perikanan dan elautan proses ganti kulit nya kepiting dapat dibuat tanpa memotong kakinya, yaitu dengan menyintikan ekstra bayam. Proses adaptasi terhadap kepiting bisa dilaksanakan maupun tidak menyesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah masing-masing. Setelah bibit sudah diptong kemudian dimasukkan edalam karamba yang telah disiapkan sebelumnya. Proses memasukan bibit dianjuran pada saat ari mulai gelap atau pada saat pagi hari dimana kondisi suhu udara sudah atau masih sejuk, hal ini membantu agar bibit yang sudah dipotong dan dalam keadaan stres tidak kaget atau tambah stres.

H. Budidaya Pembesaran Kepiting BakauTambak terlebih dahulu dipasangi pagar bambu pada bagian dalam pematang setinggi 1,25 m diatas pelataraan tambak dan 50 cm terbenam pada dasar tambak. Setiap petak tambak diberi ban bekas 10 buah/ 1000 m2 sebagai pelingdung. Dalam persiapan tambak dilakukan pemberantasan hama dengan menggunakan saponin dosis 30 ppm, pengapuran dengan kapur pertanian dosis 2 ton/ha, pemberian pupuk urea dan tsp masing-masing 200 kg/ha dan 100kg/ha. Kepiting bakau dengan berat awal 28 g/ekor ditebar dengan kepadatan 1 ekor/m2. Rasio jantan;\:betina kepiting bakau yang sudah ditebar adalah 1 : 1 pakan yang diberikan berupa ikan rucah kering sebanyak 5% berat badan/ hari. Pergantian air dilakukan setiap hari sekitar 10% dari volume total secara gravitasi. Pengapuran sebanyak 2kg/m2 pematang, ditebar merata pada pematang, dilakukan setiap 2 minggu berat kepiting bakau setelah dipelihara 98 hari dapat mencapai 166g/ekor, Mustaa (2002).I. Tehnik Budidaya dan Parameter Kualitas Air1. Pemilihan LokasiSeperti halnya pada usaha budidaya perikanan yang lain, pada usaha budidaya kepeiting ini juga memerlukan persyaratan likasi yang harus dipenuhi. Hal ini agar dapat menapai keberhasilan yang diimpikan. Menurut Kanna, (2002), persyaratan lokasi budidaya kepiting antara lain : Sarana mobilitas lancar Banyak ditumbuhi pohon bakau atau api-api Kedalaman tidak lebih dari 75 cm Tektur tanah lumput liat berpasir (sandy loam) Kadar garam antara 15 30 % Suhu bervariasi antara 24 32 derajac celcius pH air antara 6,5 8,5 air tidak teremar limbah racun dan pengaruh banjir2. Pemilihan BenihKesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang menunjang keberhasilan dalam penggemukan kepiting. Oleh sebab itu pemilihan dan pengelolaan benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga bisa dilihat dari kelengkapan kaki-kakinya. Hilangnya apit akan berpengaruh pada kemampuan untuk memegang makanan yang dimakan serta kemampuan sensorisnya. Walaupun pada akhirnya setelah ganti kulit maka kaki yang baru akan tumbuh tetapi hal ini memerlukan waktu, belum lgi dalam sifat kanibalisme kepiting sehinggakepiting yang tidak bisa jalan karena sedang ganti kulit sering menjadi mangsa kepiting lainnya untuk itu maka harus dipilih benih yang mempunyai kaki masih lengkap. Benih kepiting yang kurang sehat warna karapas akan kemerah-merahan dan pudar serta pergerakannya lamban.

3. Parameter Kualitas Air a. Derajat Keasaman (pH)Derajat keasaman atau pH air menunjukan aktivitas ion hydrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hy drogen (dalam mol per liter ) pada suhu tertentu atau dapat ditulis :

pH= -log (H)+Air murni (H2O) berasosiasi sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion OH- dalam konsentrasi yang sama, dan dalam keadaan demikian pH air murni =7. Semakin tinggi kensentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion H+ dan pH 7 , maka perairan bersifat basa (alkalis). Perairan umum dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme yang hidup di dalamnya membentuk reaksi berantai karbonet-karbonat sebagai berikut :

Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi bergerak kekanan dan seara bertahap melepaskan ion H+ yang menyebabkan pH air turun. Reaksi sebaliknya terjadi dengan aktivitas fotosintesis yang membutuhkan ion CO2 menyebabkan pH air naik. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh ikan. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik, dan selera makan akan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasarini maka usaha budidaya ikan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 9,0 sedangkan selera makan tertinggi didapat pada pH air 7,5 88,5.

b. Amoniak (NH3)Amoniak (NH3) dalam air berasal dari perombakan bahan organik dan pengeluaran hasil metabolisme ikan/kepiting melalui ginjal dan jaringan insang. Disamping itu, omoniak di tambak juga dapat terbentuk sebagai hasil proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan atau plankton yang mati.Pada budidaya secara intensif, jumlah pakan yang diberikan kepadahewan budidaya sangat banyak akan mempercepat peningkatan konsentrasi amoniak. Sebagian besar pakan akan dimanfaatkan oleh hewan budidaya untuk pertumbuhannya, namun sebagian lagi akan diekskresikan dalam bentuk padat amoniak terlarut dalam air. Kotoran tersebut selanjutnya akan mengalami perombakan menjadi NH3 dalam bentuk gas. Gas amoniak selanjutnya sebagai berikut :Ikan menghasilkan

Kandungan amoniak dalam air akan bertambah sesuai dengan kenaikan aktivitas hewan budidaya dan suhu air. Ikan/kepiting sangat peka terhadap amoniak dan senyawanya. Ternyata daya hemoglobin ikan terhadap oksigen berkurang dengan cepat sampai tinggal hanya sepertujuhnya jika konsentrasi amoniak didalam air menapai 1 ppm. Dalam praktek dilapangan, perairan sudah dikategorikan tercemar jika mengandung amoniak 1 ppm. Perairan yang baik untuk budidaya ikan/kepiting adalah yang mengandung amoniak kurang dari 0,1 ppm. Ikan mas mulai terganggu pertumbhannya dalam air yang mengandung amoniak, 1,20 ppm sedangkan konsentrasi diatas 2 ppm dapat membunuh sebagian besar jenis ikan. Dalam perairan yang belu tercemar ternyata kandungan amoniak masih jauh dibawah 0,02 ppm dan konsentrasi ini dianggap aman bagi ikan budidaya-budidaya.

c. Oksigen Terlarut (DO)Oksigen dibutuhkan udang untuk bernafas. Ketersediaan ksigen di dalam air sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan kepiting. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk kepiting adalah 4 sampai 8 ppm. Kandungan DO dipengaruhi oleh arus, gelombang, dan aktivitas fitoplankton. Rendahnya oksigen terlarut didalam tambak sering terjadi pada musim kemarau yang tidak berangin. Kondisi ini ditandai dengan naiknya kepiting kepermukaan air bahkan ke pematang. Cara mengatasinya, bisa dengan menggunakan aerator dan juga dilakukan pergantian air pada dini air.

d. Salinitas Secara sederhana salinitas disebut juga dengan kadar garam atau tingkat keasinan air setelah semua karbonat dan senyawa organik dioksidasi, dan bromida serta iodida dianggap sebagai klorida. Besarnya salinitas dinyatakan permill ((ppt: gram per kilogram). Untuk mengatur salinitas air tambak dapat di digunakan salinometer, refraktometer atau hendraktometer. Kepiting menyukai air bersalinitas 15 30 ppt. Penurunan salinitas air tambak dibawah 10 ppt dapat membuat kondisi kepiting melemah, dan peka terhadap serangan penyakit. Jika diatas 30 ppt, sebagian besar negeri kepiting digunakan untuk beradaptasi atau berosmoregulasi, sehingga pertumbuhannya terhambat.

e. KekeruhanKekeruhan air tambak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan hewan budidaya. Zat atau material terlarut (tersuspensi) seperti lumpur, senyawa organik dan anorganik, plankton, dan mikroorganisme diduga kuat sebagai penyebab kekeruhan air. Kekeruhan menyebabkan sinar yang sampai ke air lebih banyak dihamburkan dan diserap daripada yang ditransmisikan ke sekelilingnya. Padahal sinar matahari ini sangat diperlukan oleh plankton yang terdapat dalam air. Karena itu, kondisi air tambak diusahakan tidak terlalukeruh. Pengukuran kekeruhan air yang sering dilakukan dengan melihat tingkat kecerahan air sering dilakukan dengan melihat tingkat kecerahan air. Biasanya dilakukan dengan menggunakan sehi isk ((keping sechi). Tingkat kecerahan yang diharapkan untuk budidaya adalah 25 40 cm. Artinya, daya tembus maksimum sinar matahari kedalam air hanya 40 cm. Daya tembus sinar matahari yang tidak terlalu dalam tersebut disebabkn oleh banyaknya plankton yang menghuni perairan sehingga persediaan makanan alaminya cukup tersedia. Sementara itu, jika kecerahan perairan tambak sampai ke dasar (100 150 cm), berarti perairan tersebut tidak subur karena hanya mengandung sedikit plankton.f. Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO2)Adanya oksigen didalam air tambak akan mengubah omoniak menjadi nitrat dan nitrit (nitrifikasi). Nitrat terbentuk dari reaksi antara amoniak dan oksigen yang terlarut dalam air. Besarnya kadar nitrat di dalam tambak yang masih bisa ditoleransi berada dibawah 0,1 ppm. Sementara itu, kadar nitrit yang diperbolehkan tidak lebih dari 0,5 ppm. Kadar nitrat dan nitrit di dalam air tambak yang melebihi ambang batas tersebut akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup hewan yang dipelihara. Pengukuran kadar nitrat dan nitrit menggunakan instrument kit dengan kisaran pengukuran 0,05- 2 ppm. Alat ini juga berfungsi sebagai pengukur kadar Cd (cadmium) dalam air tambak, (http://akuakulturunhas.blogspot.com) 4. Pemanenan Petani memanen kepiting dilakukan secara selektif yaitu dengan cara memangsa ambang tancap setelah kepiting yang dipelihara berkurang maka dapat dipanen secara total dengan cara membuka saluran air sehingga air di tambak menjadi kering. Kepiting yang sedang matang telur mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Kemudian kepiting di ikat kakinya dengan tali raffia atau karet kemudian dimasukan kedalam keranjang, kepiting pun siap untuk dibawa ke pos pengumpulan kepiting . yang perlu diperhatikan adalah tempat dan waktu penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena kehilangan berat sekitar 3 4 % dapat memyebabkan kematian

III. METODOLOGIA. Waktu dan Tempat Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Tarakan Barat, PKL ini dilaksanakan mulai dari tanggal 20 November 2009 sampai dengan 25 Desember 2009. Dengan perincian 5 hari survey dan wawancara selanjutnya 30 hari praktek di lokasi budidaya.

B. Alat dan Bahan1. Alat Alat yang digunakan pada praktek kerrja lapangan terbagi menjadi :a. Alat yang digunakan selama pelaksanaan budidaya kepiting bakau (scylla sp) :NoNama AlatFungsi dan Kegunaan

1Alat tulis menulisUntuk mencatat data selama PKL

2Kalkulator Sebagai alat hitung analisis data

3Kamera DigitalDokumentasi selama kegiatan PKL berlangsung

4GuntingAlat pemotong tali untuk melepas bibit

5Ambau TancapSebagai alat tangkap pada saat panen selektif

6Timbangan 10 kgAlat untuk menghitung berat pakan

7Timbangan 2 kg Alat untuk menghitung berat kepiting per ekor (sampel)

8Steroform Sebagai wadah pakan & bak pencucian pada panen total

9Pengait Kepiting Sebagai tiang pagar waring keliling

10Ember Sebagai wadah kebutuhan air

11Parang dan TalenanUntuk mencincang atau memotong pakan

12Tangukan / SerokanSebagai alat penangkap panen selektif

13KayuSebagai alat menahan kepiting agar mudah ditangkap

14Kendaraan roda 2Sebagai alat transportasi dalam pengangkutan kepiting

b. Alat Ukur parameter kualitas air yang digunakan dilapangan (Lokasi PKL) :NoNama AlatFungsi dan Kegunaan

1Sigman atau jangka sorongMengukur panjang dan lebar karapas

2Soil testerAlat mengukur pH tanah

3Secchi DiskAlat mengukur kecerahan

4Water ChekcerAlat mmengukur salinitas, Do dan suhu

5Tongkat dan MeteranAlat mengukur kedalaman petakan dan air

6MeteranAlat mengukur panjang dan lebar petakan

7Botol SampelAlat menyimpan sampel air

c. Alat ukur parameter kualitas air yang digunakan Lab Kualitas Air FPIK UBT :NoTujuanAlat-alat yang digunakan

1Analisis TTSKertas Saring, Vacum Pump, Glass Beaker, Oven, Dessikator, Timbangan Analitik, Hot Plate, dan Volumetric Cylinder.

2Analisis TDSKertas Saring, Vacum Pump, Oven, Dessikator, Timbangan Analitik, Hot plate, dan Glass Beaker.

3Analisis pH airpH meter digital

4Kekeruhan Bottle sample dan turbidity meter

5Analisis AmoniakLabu Kjeldahl, Erlenmeyer, Pipet,Buret, Gelas Ukur, dan Macro Kjeldahl

6Analisis NitratPipet Volumetik, Pipet gondok, gelas beaker, dan spektrofotometer

7Analisis NitritPipet gongok, pipet volumetic, elas ukur, labu ukur, dan spektrofotometer.

2. Bahan Untuk bahan-bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut: Bibit atau benih kepiting jantan dewasa minimal 300 gram/ekor Bibit atau benih kepiting betina dewasa minimal 250 gram/ekor yang telah matang telur tingkat satu (TKG 1 ) Pakan ikan rucah (puput, ekor kuning, gulama, sebelah atau lidah, ikan mujair, ikan putih ukuran kecil, ian bulan-bulan, bandeng dan ikan bawal ukuran kecil). Ikan otek kering sebagai umpan saat panen selektif.

C. Metode Praktek Kerja LapanganMetode yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan iniadalah metode survei, wawancara pada teknisi budidaya kepiting bakau dan metode eksplorasi.

D. Analisa Data1. Rumusan survival rate (SR)Kelangsungan hidup dihitung mulai dari pertama penebaran sampai akhir Produksi. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan menggunakan rumus Effendi (1997):

SR(%) = Nt/No x 100

Dimana :SR = kelangsungan hidup hewan uni (%)Nt = jumlah hewan pada akhir penelitian (ekor)No = jumlah hewan hidup pada awal penelitian (ekor)

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Keadaan Ukuran LokasiPraktek kerja lapangan ini dilaksanakan disalah satu tambak warga yang bernama Samsul Ardi. Letak geografis tambak kepiting tersebut kurang lebih 1,2 km dari garis pantai, yang dihubungkan oleh sungai utama (sungai buatan) yang emiliki lebar 10 meter dan kedalaman kurang lebih 3 meter. Sepanjang aliran sungai tersebut ditumbuhi mangrove dan memiliki substrat lumpur berpasir. Untuk batas wilayah tambak tersebut, sebelah utara dan timur berbatasan dengan tambak udang PT. Mustika Aurora, sebagai selatan berbatasan dengan sungai utama dan bagian barat berbatasan dengan pembibitan udang milik Pak Amin. Kegiatan penimbunan landasar airport serta aktivitas rumah tangga dikawasan tersebut merupakan faktor utama yang akan mengakibatkan pencemaran yang terjadi dialiran sungai utama. Walaupun demikian diharapkan keberadaan mangrove disekitar lokasi budidaya sekitarnya dapat menetralisir pasokan air sehingga dapat digunakan untuk median penggemukan kepiting bakau tersebut. Denak petak tambak penggemukan kepiting bakau (fattening crab) dapat dilihat paa gambar berikut:

B. Konstruksi Wadah BudidayaWadah buidaya kepiting bakau ditambak merupakan modifikasi dari pemeliharaan kepiting dengan metode pagar tancap. Wadah ini merupakan ahli lahan tambak udang yang tidak produktif lagi, sehingga dimanfaatkan untuk budidaya kepiting bakau. Kelebihan kontruksi wadah budidaya ini selain padat tebar yang tinggi, wadah ini di batasi dengan waring atas dan bawah sehingga bagian dari kontruksi ini lebih tahan lma dibandingkan dengan pagar tancap yang menggunakan bambu untuk pembatasnya. Ukuran wadah budidaya tersebut merupakan petakan-petakan yang didesain tidak terlalu besar sehingga memudahkan dalam pemberian pakan dan saat pengontrolan. Adapun panjang petakan kisaran 16 22 m, dengan lebar 8 14 m, edangkan tinggi petakakn 0,83 m dan tinggi diantara 0,25 sampai 0.60m, sehingga petakan tersebut menampung air kurang lebih 34 sampai 483 m3 (tabel 1)

Tabel 1. Ukuran wadah budidaya dan kondisi lapangan pada penggemukan kepiting bakau scylla sp

Konstruksi tambak budidaya penggemukan kepiting bakau disajikan pada gambar berikut :

Konstruksi tambak penggemukan kepiting tersebut dilengkapi dengan saluran inlet 8,5 cm dan outlet 16 cm ( gambar 8.a) terpisah sehingga memudahkan untuk pergantian memudahkan untuk pergantian atau penambahan air budidaya.Ciri-ciri khas dari sifat fisiologi kepiting bakau adalah membuat lubang sehingga sering membuat petakan menjadi bocor dan bila tidak ditanggulangi maka akan berdampak jebolnya pematang. Untuk mengantisipasi dari sifat kepiting yang kita budidayakan tersebut maka dipasang waring bawah (gambar 8.b) dengan ukuran 5x5 mm. Waring tersebut ditanam didasar tambak dengan kedalaman kurang lebih 30cm, hal ini dimaksudkan agar waring tersebut tidak mudah bergeser dan tidak ada celah untuk kepiting tersebut keluar dari wadah yang kita gunakan. Selain itu, kepiting mempunyai karakter peka terhadap polutan, sehingga sering kali kepiting naik kepematang untuk menghindari dari kondisi perairan yang buruk. Oleh karena itu, waring dengan ukuran 20 x 20 mm dengan tinggi 80 cm dipasang dengan menggunakan tiang, berfungsi untuk menghadang kepiting agar tidak masuk kepetakan lainnya atau kelur dari sungai (gambar 8.c)

C. Survival Rate ( SR) Penggemukan Kepiting BakauSurvival rate atau sintasan merupakan tingkat kelangsungan hidup dibandingkan pada saat tebar yang dinyatakan dengan presentase. Banyak faktor-faktor yang mengganggu dalam melakukan budidaya penggemukan kepiting naik internal maupun eksternal sehingga tingkat keberhasilan budidayanya sangat keil. Survival rate kepiting bakau selama PKL disajikan pada tabel 2.

Dari tabel diatas dpat diketahui bahwa angka kehidupan (survival rate) kepiting bakau (scylla sp) yang dibudidayakan dari enam kali produksi sangat rendah yaitu berkisar 27,38 % hingga 64,70 %. Indikasi rendahnya angka kehidupan kepiting bakau dapat disimpulkan dalam beberapa sebab yaitu kontruksi wadah budidaya, mutu benih, kualitas air, kulitas dan kuantitas pakan, sifat kanibalisme, padat tebar, panen dan penangganan panca panen.

Menurut Rida, 2008, bahwa hewan ini bersifat kanibal sehingga tingkat keberhasilan budidayanya sangat kecil. Sesuai dengan kondisi dilapangan ditemukan beberapa bagian tubuh kepiting yang mati tercabik-cabik. Hal ini disebabkan ruang gerak kepiting tersebut sangat sempit karena padat tebar kepiting dewasa yang dilakukan 2 ekor/m2, sedangkan yang baik untuk penggemukan kepiting bakau dengan ukuran kurang lebih 500 gr yaitu 1 ekor/m2.

Selain itu rendahnya survival rate dapat dianalisa dari beberapa parameter kualitas air, khususnya kadar amoniak mencapai 2,09 dan 2,15. Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawarsebaiknya tidak lebih dari 0,2 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan . kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan (run-off) pupuk pertanian. Kadar amonia yang tinggi juga dapat ditemukan pada dasar danau yang mengalami kondisi tanpa oksigen atau anoxic (Effendi, 2003 dalam Aria 2009). Menurut Boyd (1990) dalam Aria (2009), amonia dapat meningkatkan kebutuhan oksigen pada insang dan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan, dan menurunkan kemampuan darah dalam membawa oksigen. Dalam kondsi kronik, peningkatan amonia dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan penurunan pertumbuhan. Pescod (1973) dalam Aria (2009) menyarankan agar kandungan amonia dalam suatu perairan tidak lebih dari 1 mg/l, yaitu agar kehidupan ikan/kepiting menjadi normal.

D. Seleksi Bibit dan Jenis Kepiting Yang DibudidayakanKeberhasilan serta budidaya perikanan disamping ditunjang teknik budidaya yang handal, tersediannya bibit juga sangat menentukan. Untuk usaha budidaya penggemukan kepiting (fattening rab) pada lokasi PKL, bibit diperoleh dari para pemancing yang menjual kepada pos pengumpul yang ada di JL. Selimi Pantai bekalang BRI dengan nama pos Baroka, yang kemudian oleh pos pengumpul tersebut diseleksi sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan, untuk ukuran konsumsi langsungdijual sedangkan kepiting yang dalam keadaan kropos/kurus disalurkan pada para petani penggemukan kepiting (fattening crab). Ukuran bibit kepiting yang digunakan bervariasi antara 300 900 gramuntuk kepiting jantan dan 250 -600 gram untuk kepiting telur (betina). Bibit dibeli dengan harga Rp 10.000 per/kg, baik jantan maupun betina.Adapun ciri-ciri dan tehnik seleksi bibit kepiting yang akan digemukan adalah sebagai berikut : 1. Sehat memiliki arna cerah dan menarik serta tidak cacat pada organ tubuhnya.2. Gerakannya lincah dan gesit serta melawan pada saat akan dipegang.3. Untuk kepiting betina TKG 1 ditandai dengan telur yang sebesar garis.4. Bebas dari gangguan dan penempelan penyakit dan parasit.Sifat kanibalisme ini yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monoseks pada produksi penggemukan kepiting (fattening crab) akan memberikan kelangsungan hidup lebih baik, sedangkan untuk melepas bibit kepiting sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar kepiting dapat beradaptasi dengan lingkungan budidaya. Ciri-iri bibit kepiting bakau dan cara melepa kepiting dapat dilihat pada gambar 9.

Identifikasi kepiting bakau ini mengacu pada artikel A Guide to Mangroves og Singapore, dengan penulis Peter and Sivasothi (2001). Jenis kepiting bakau yang dominan dibudidayakan yaitu jenis dari scylla seratta (gambar 10.a) walaupun ada beberapa bagian kepiting dari jenis Scylla olivacea (gambar 10.b), scylla paramamosain (gambar 10.c) dan scylla transquebaria (gambar 10.d). berdasarkan warnanya kepiting bakau dapat dibedakan yaitu S. Serrata berwarna keabu-abuan hinga hijau tua sepeti lumpur dan hampir sama dengan varietas S. Serrataparamamossain sehingga keduanya sangat sulit dibedakan; S.oceanica berwarna orange dan terdapat garis-garis berwarna coklat pada hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian perut; S. Transquebarica berwarna ungu sampai kehitam-hitaman dengan sedikit garis-garis berwarna coklat pada kaki jalan terakhir dan kaki renangnya. Secara umum S. Oeania dan S. Transquebarica memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan S. Serrata dan varietasnya paramamossain pada umur yang sama.

E. Manajemen PakanKegiatan pemberi pakan pada penggemukan kepiting (fattening crab) meliputi :1. Memilih jenis pakan yang sesuaiDalam hal ini jenis pakan yang diberikan pada penggemukan kepiting adalah ikan rucah (sebagai jenis ikan yang dipotong kecil-kecil) yang terdiri dari berbagai macam jenis ikan antara lain : puput, ekor kuning, gulama, sebelah atau lidah, ikan mujair, ikan putih ukuran kecil, ikan bulan-bulan, ikan bandeng, ikan bawal ukuran kecil, ikan julung-julung, dan sebagainya (Gambar 11). Ikan rucah tersebut diperoleh dari pos penampungan hasil tangkap kelong yang ada di Jl. Perikanan Jembatan Bongkok, Kota Tarakan (Gambar 12). Harga untuk perkilogramnya Rp 2000 rupiah dan biasanya kebutuhan pakan perharinya mencapai 25 35 kg untuk 6 petak budidaya tersebut sehingga cost pakan yang diperlukan untuk sekali produksi kurang lebih Rp 300.000 rupiah/petak.2. Cara pemberian pakan Pakan merupakan faktor utama yang harus dipenuhi dan diperhatikan kualitasnya dalam budidaya penggemukan kepiting. Selain itu, kebiasaan makan kepiting harus dipelajari, sebelum pemberian pakan ikan rucah tersebut dipototng-potong sampai ukuran kecil (Gambar 13), kemudian pemberian pakan dilakukan sore hari mengingat dari fisiologi oleh tingkah laku kepiting yag lebih aktif menari pakan dalam suasana gelap (nocturnal). Dan kepiting merupakan pakan didasar perairan sehingga menu pakan yang tenggelam merupakan syarat utama untk membudidayakan kepiting. Pemberiana pakan tersebut dapat dilakukan dengan cara ditebar merata keseluruhan petakan tambak.3. Dosis PakanUntuk penggemukan kepiting tersebut dosis pakan 10 15 % dari total biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 1x sehari, pada sore hari (16:30) hal tersebut dikarenakan keterbatasan tenaga. Dan biasa berat pakan ang diberikan antara 5 7 kg per petaknya. Jumlah pakan diberikan sesuai dengan kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya ditambah. Dan sebaiknya apabila faktor lingkungan tidak bersahabat hal ini membuat selera nafsu makan kepiting menurun dan mengakibatkan sisa pakan yang berdampak pembusukan yang menimbulkan bau tak sedap.

F. Parameter Kualitas Air Budidaya Penggemukan Kepiting (fattening crab)Air merupakan media yang paling vital bagi kehidupan kepiting. Didalam budidaya kepiting, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya penggemukan kepiting tersebut. Oleh karena itu, sejak pemilihan lokasi, kondisi lingkungan dan kualitas air sudah merupakan salah satu yang dijadikan ukuran untuk menilai layak tidaknya suatu perairan atau sumber air digunakan untuk budidaya kepiting denan wadah tertentu. Kegiatan pengukuran kualitas air apat dilihat pada gambar berikut:

Nilai oksien pada saat pengukuran berkisar antara 2,30 hingga 6,75 ppm, Oksigen tersebut sangat penting bagi pernapasan dan merupakan komponen utama bagi metabolisme kepiting bakau dan organisme perairan lainnya. Keperluan organisme terhadap oksigen bervariasi tergantung pada jenis, stadia dan aktivitasnya ( Wardoyo, 1981). Djatmika (1986) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut yang terbaik untuk kehidupan organisme perairan sekitar antara 5-5,69 ppm. Ditambahkan oleh Djangkaru (1974) bahwa kandungan oksigen 3 ppm dapat menyebabkan selera makan organisme perairan akan turun, pada kandungan 7 ppm selera makan organisme perairan mencapai puncaknya. Menurut Kuntiyo et al (1993) oksigen terlarut yang memenuhi persyaratan untuk budidaya kepiting adalah lebih dari 3 ppm.Faktor kualitas air sangat penting untuk kelangsungan hidup kepiting bakau (scylla sp). Adapun kualitas air selama melaksanakan PKL disajikan dalam Tabel 3.

Dari tabel 3 diatas dapat dilihat nilai dari beberapa parameter kualitas perairan yang dilakukan selama PKL. Nilai salinitas pada budidaya tersebut berkisar antara 24,8 28,8 %. Salinitas mempunyai pengaruh langsung terhadap tekanan asmotik air. Semakin tinggi salinitas akan semakin besar pula tekanan asmotiknya (Sutaman, 1993). Ditambahkan oleh Kasry (1996) berdasarkan kondisi daur hidupnya dapat diperkirakan sebagai kondisi perairan yang dilalui dalam menjalani hidup kepiting bakau pada saat ditetaskan salinitasnya 29 33 per mil. Pada saat kepiting muda yang baru berganti kulit memasuki muara sungai akan dapat mentolerir salinitas yang rendah (10-20 per mil). Menurut Tribawono et al (1995) bahwa kepiting dewasa toleran terhadap perubahan salinitas dan dapat hidup dalam ai dengan salinitas 0-50 per mil. Menurut Afrianto dan liviawaty (1992) air yang digunakan dalam pemeliharaan kepiting sebaiknya mempunyai salinitas yang sesuai dengan kebutuhan kepiting yaitu antar 15-35 per mil. Diperkuat oleh pendapat Kuntiyo et al (1993) bahwa salinitas yang baik untuk budidaya kepiting adalah 15-30 per mil.

Nilai suhu berkisar dari 28,9 hingga 32,5 derajat celcius. Perubahan suhu sacara mendadak akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan kepiting. Jika suhu air tambak turun hingga dibawah 20 derajat celcius , daya cerna kepiting terhadap makanan yang dikonsumsi berkurang. Sebaliknya, jika suhu naik hingga lebih dari 35 derajat celcius, kepiting akan mengalami stres karena kebutuhan oksigen semakin tinggi. Untuk menghindari kenaikan suhu pada musim kemarau, permukaan air perlu dinaikkan, atau menambah kedalaman tambak dan memasukan air baru.Nilai pH air berkisar antara 6,5 hingga 6,8 dan pH tanah 6,5 7 hal ini masih dapat ditoleransi oleh kepiting yang kita budidayakan. Pada kolam atau tambak yang banyak dijumpai tumbuhan renik, pH diperairan penting untukreaksi kimia-kimia dan senyawa-senyawa yang mengandung racun perubahn asam atau basa di perairan dapat menganggu sistem keseimbangan ekologi. Nilai pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas (Mackereth et al., 1989 dalam Aria, 2009). Semakin tinggi pH, semakin tinggi punnilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Berdasarkan nilai kisaran pH menurut EPA ( Environmental Protection Agency) untuk kehidupan organisme air adalah 6,5 8,5. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH an menyukai nilai pH sekitar 7 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Selain itu, nilai pH juga sangat berpengaruh terhadap toksisitas suatu senyawa kimia. Menurut Swingle (978) dalam Aria (2009), mengatakan bahwa pH yang baik atau cocok untuk budidaya ikan adalah antara 6,50 9,00. Sedangkan titik kematian ikan terjadi pada pH 4.00 untuk asam dan 11.00 untuk basa. Pada kolam dengan sistem resirkulasi air cenderung menjadi asam karena proses nitrifikasi dari bahan organic akan menghasilakan karbondioksida-karbondioksida dan ion hydrogen. Mengantisipasi rendahnya pH pada saat persiapan tambak, tanah dasar tambak bisa ditaburi kapur, untuk menaikkan pH. Air yang digunakan untuk mengukur pH tanah adalah Soil Tster (gambar 15).

Amonia (NH4+) pada suatu perairan berasal dari urin dan feses yang dihasilakn oleh ikan. Kandungan amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan kandungan oksigen terlarut tinggi. Sehingga kandungan amonia dalam perairan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah yang lebih banyak dibanding perairan di bagian atasnya karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif lebih kecil (Welch, 1952 dalam Aria,2009). Menurut jenie dan Rahayu (1993) dalam Aria (2009). Konsentrasi amonia pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan tersebut. Toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH yang ditunjukkan dengan kondisi pH rendah akan bersifat racun jika jumlah amonia banyak, sedangkan dengan kondisi pH tinggi hanya dengan jumlah amonia yang sedikit akan beracun. Selain itu, pada saat kandungan oksigen terlarut tinggi, amonia yang ada dalam jumlah yang relatif kecil sehingga amonia bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman (welch, 1952 dalam Aria, 2009).Amonia (NH3) dan asam sulfida (H2S) merupakan senyawa berpengaruh terhadap pertumbuhan kepiting. Munulnya amonia didalam tambak disebabkan oleh adanya sisa pakan yang tidak termakan, bangkai hewan dan tumbuhan, kotoran kepiting dan bahan organik lainnya yang membusuk, misalnya ganggang. Agar kepiting tumbuh cukup baik, amoniak yang terdapat dalam air tambak tidak boleh lebih dari 2 ppm. Di samping amoniak, kandungan asam sulfida pun akan berpengaruh terhadap tambak, terutama setelah 2-3 kali panen. Langkah pencegahan bisa dilakukan dengan mempersiapkan tambak sebaik mungkin dan menjaga kualitas pakan. Pakan yang berkualitas akan mendukung stabilitas air dalam tambak. Konsentrasi asam sulfida normal atau yang bisa ditoleransi didalam tambak adalah 0,12 ppm. NH3 dalam air dapat dibuang dengan proses tripping (pH optimum kurang lebih 12) atau dengan proses mikroiologi.

Secara biologis di alam sebenarnya dapat terjadi perombakan amonia menjadi nitrat (NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya, dalam proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri nitrifikasi terutama nitrosomonas dan nitrobacter. Selain memerlukan bakterri tersebut dalam prses perombakan itu juga diperlukan jumlah oksigen yang cukup didalam air. Proses perombakan yang tidak sempurna dpat mengakibatkan akumulasi ion nitrit yang bersifat racun. Urin, bangkai hewan dan tumbuhan yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi amonium dan amoniak. Bakteri nitrit yaitu Nitrosomonas mengubah amonium menjadi nitrit. Selanjutnya bakteri nitrat yaitu nitrobacter mengubah nitrit menjadi nitrat. Proses perubahan amnium menjadi nitrit dan nitrat inilah yang disebut nitrifikasi. Sebaliknya, proses pengubahan nitrit atau nitrat menjadi nitrogen bebas diudara disebut proses denitrifikasi.

G. Metode Panen Metode panen yang digunakan untuk budidaya penggemukan kepiting ini terbagi menjadi 2 kelompok yaitu :a. Panen TotalPanen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total sehingga produksi total dapat segera diketahui (Gambar 16 dan 17). Kerugian sistem ini adalah kepitign yang belum gemuk dan belum memenuhi syarat konsumsi ikut terpanen. Selain itu juga pada proses penangkapan yang lamban menyebabkan kepiting kepanasan sehingga mengakibatkan dehidrasi yang menurunkan kondisi fisik dan dapat pula menyebabkan kematian.

b. Panen SelektifPanen selektif dilakukan dengan menggunakan ambau tancap, tanpa harus mengeringkan kolam dan yang tertangkap dapat diseleksi. Kerugian sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga dan waktu, tetapi kondisi fisik dari kepiting tersebut masih dalam keadaan stabil.

Penagkapan dan penanganan kepiting konsumsi relatif sulit karena mudah lari, menyerang satu sama lainnya yang mengakibatkan cacat fisik, maupun menyerang orang yang menangani sehingga mengakibatkan kegiatan penangkapannya menjadi lambat. Oleh karena itu, panen dan penanganan kepiting perlu dilakukan oleh tenaga-tenaga terampil untuk menangkap dan mngikat. Pengelompokan kepiting hasil panen sudah harus dimulai sejak penanganan panen pertama terhadap ukuran, kelengkapan fisik, hidup/mati, jantan/betina, belum/sudah bertelur serta kegemukan ((isi/keropos) sehingga langkah-langkah selanjutnya bisa cepat dilakukan. Misalnya mana yang telah siap dijual, diolah,ditebarkan kembali untuk penggemukan dan atau produksi kepiting bertelur.Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992) bahwa sepintas lalu kepiting yang dijual dipasarantampaknya sama saja, namun bagi penggemar yang sudah sering menyantap kepiting ada teknik tertentu untuk memilihnya. Bagi yang belum bisa, agak sulit untuk memilih kepiting yang berisi atau gemuk. Jika membeli kepiting pada saat sedang bulan purnama, kemungkinan besar akan diperoleh kepiting yang berisi. Karena saat bulan purnama terjadi pasang air laut paling tinggi sehingga memberikan keleluasaan bagi kepiting untuk mencari makan, akan tetapi jika tidak sedang bulan purnama, perlu menggunakan teknik khusus untuk mendapatkan kepiting yang berisi. Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai patkan dalam menentukan berisi atau tidaknya kepiting antara lain :

a. Apabila tanpa sebab yang jelas salah satu anggota tubuh kepiting lepas dengan sendirinya, maka sudah dapat dipastikan bahwa kepiting tersebut tidak berisi. Kepiting semacam ini harganya sangat murah, bahkan mungkin kurang diminati. Akan tetapi, jika menjumpai kepiting yang sedang mengganti organ tubuhnya yang lepas, maka kepiting tersebut kemungkinan besar berisi.b. Kepiting betina mempunyai kumpulan telur yang disimpan di bagian dada. Jika kumpulan telur ini sudah terlihat, kemungkinan besar kepiting tersebut sudah berisi.c. Dalam siklus hidupnya, kepiting akan mengalami molting beberapa kali. Selain melaksanakan pergantian kulit, seluruh tubuh keptiting akan terasa lunak dan ini berarti kepiting tersebut cukup berisi.d. Jika pangkal dan jari-jari kepiting yang paling belakang diletakan dengan jari, tangan terasa keras, maka sudah dapat dipastikan bahwa kepiting tersebut berisi.e. Kepiting yang berisi memiliki dada yang relatif keras dan jika ditekan dengan jari tidak akan atau sedikit mengeluarkan air.f. Kepiting yang berisi biasanya memiliki warna kulit dibagian dada tampak agak kemerah-merahan. Menurut Nurdjana (1979) dalam Mardjono et al (1994), pada kepiting bakau terdapat 4 tingkat pematangan telur yang dapat dilhat dari luar yaitu :1. Tingkat I : belum matang (immature) yaitu belum ada tanda-tanda perkembangan telur pada calon induk.2. Tingkat II : sedang dalam proses pematangan (maturing) perkembangan telur sudah mulai terlihat penu, berwarna kuning namun masih berada didalam tubuh kepiting. Telur ini akan terlihat berada dibawah karapas.3. Tingkat III : matang (ripe) telur kepiting telah dibuahi dan diletakan pada abdomen (telah dikeluarkan). Pada saat dikeluarkan telur berwarna kuning muda. Telur ini akan mengalami perkembangan menjadi kuning tus, keabu-abuan, kehitaman, kemudian menetas. Perkembangan telur pada abdomen dari kuning muda sampai menetas memerlukan waktu 14-20 hari.4. Tingkat IV : salin (spent), pada tingkat terakhir ini seluruh telur telah menetas sehingga ruang dibawah abdomen terlihat kosong.

H. Pasca Panen Dlam rangkaian usaha budidaya kepiting, proses panen, penanganan haisl panen, distribusi dan pemasaran merupakan serangkaian kegiatan yang menunjang keberhasilnan budidaya. Untuk mempertahankan mutu produk segar maupun olahan, maka kegiatan panen, penanganan hasil panen dan pendistribusiannya harus dipertimbangkan langkah-langkah yang tepat untuk memelihara kesehatan/kesegaran dan menghindari kerusakan fisik. Perlakuan dan proses pengangkutan kepiting bakau dapat dilihat pada gambar 20 dan 21.

Beberapa prinsip penanganan kepiting hasil panen perlu memperhatikan faktor-faktor waktu, suhu, higienis sejak kepiting itu dipanen hingga diserahkan kepada pembeliatau diolah. Panen perlu dilakukan secara tepat dan hati-hati untuk menghindari stres yang berlebihan. Faktor suhu dapat mempengaruhi laju metabolisme, kesehatan, kesegaran dan laju dehidrasi. Kehilangan berat sekitar 3-4 % akibat dehidrasi pada proses penyimpanan kepiting tanpa air dapat menyebabkan kematian. Penyimpanan kepiting tanpa air pada suhu kurag dari 12 derajat celcius atau lebih besar dari 32 derajat celcius dapat menyebabkan kematian kepiting.Kepiting yang baru saja dipanen harus segara diikat supaya tidak lepas dan saling menyerang, memudahkan seleksi dan penanganan selanjutnya. Peningkatan dapat dilakukan dengan dua cara yakni : 1. Pengikatan seluruh kaki dan capit sehingga kepiting tidak mudah bergerak, pengikatan ini mempunyai kelemahan bila dibiarkan beberapa hari, ketika akan dilepas, kepiting akan menjadi lumpuh, sehingga dinilai lemah/sakit yang dapat menurunkan mutu.2. Pengikat pada capit saja sehingga kepiting masih mampu berjalan tetapi tidak dapat menyerang sedangkan pengikat cara kedua kepiting masih bisa lari kecuali yang lemah sehingga peluang lepas bila tempat penyimpanan tidak tertutup.Kepiting yang telah diikat disortir, disusun rapi didalam keranjang atau semacamnay bersusun 3 5 lapis dengan kondisi keranjang cukup memiliki ventilasi/lubang untuk sirkulasi udara. Dalam keadaan ini dapat disimpan dalam ruang lembab bersuhu rendah. Ditingkat petani sering ditutupi dengan karung bersih dan basah dan segera dikirim kepada konsumen. Oleh karenanya, jumlah panen perlu diperhitungkan supaya cukup dan secara ekonomi menguntungkan dengan mempertimbangkan biaya transport. Bila karena sesuatu hal kepiting yang telah diikat tidak dapat segera dikirim kepada konsumen/pembeli, maka setiap 12 jam dapat dicelup dalam air asin selama beberapa menit untuk menghindari dehidrasi. Bila ada yang lemah sekali atau mati harus segara dipisahkan untuk menghindari kematian kepiting lainnya. Kepiting yang lemah, kurang sehat ditandai dengan gerakan tangkai mata atau kaki renang yang lamban , serta keluar busa dari mulutnya. Meskipun telah diketahui kepiting tahan hidup tanpa air selama beberapa hari, namun untuk mempertahankan mutu perlu penanganan serius, misalnya bila terjadi satu ekor saja yang mati dan membusuk diantar kepiting yang banyak akan segera menular dan terjadi kematian yang lain, sehingga sering terdengar kasus kerugian karena tiba ditempat konsumen/tujuan kepiting banyak yang mati, padahal saat dikirim masih hidup.

I. Pemasaran Pasar adalah rangkaian dari usaha budidaya, karena peningkatan produksi tidak akan memberikan dampak positif tanpa adanya potensi dan peluang besar yang baik. Pengalaman banyak menunjukkan bahwa banyak teknoligi yang tidak berkembang karena produk yang dihasilkan tidak memiliki kepastian pasar dalam arti ekonmi secara luas. Disamping itu pemasaran produk kepiting segar perlu adanya alternatif pemasaran produk kepiting olahan untuk menghindari monopoli dan persaingan yang semakin ketat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktek kerja lapang tentang teknik penggemukan kepiting (fattening crab) dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Metode yang digunakan pada penggemukan kepiting (fattening crab) dalam tambak pada intinya sama dengan metode lainnya yaitu meliputi pemilihan lokasi, persiapan sarana dan prasarana, persiapan lahan, selaksi bibit, manajemen pakan, manjemen kualitas air,pnen, pasca panen, dan pemasaran perbedaannya terletak pada konstruksinya saja.2. Jenis yang dominan yang terdapat pada penggemukan kepiting (fattening crab) adalah scyla serrata walaupun ada beberapa ekor jenis lain seperti Scylla transquebarica dan Scylla olivacea. 3. Konstruksi wadah budidaya di tambak ini merupakan modifikasi dari wadah budidaya pagar tancap, perbedaanya hanya di pagar atau pembatasnya yang terbuat dari waring sehingga memungkinkan konstruksi bertahan lama sedangkan kualitas perairan masih kemungkinan untuk budidaya kepiting.4. Pertumbuhan dan penggemukan kepiting (fattening crab) berkisar 15-25 hari dan kelangsungan hidup dan sintasan pada 6x produksi berkisar antara 27,38 -64,70%, hala ini menandakan pertumbuhannya cukup baik namun perlu adanya pengkajian agar survival rate bisa meningkat.

B. SARAN Dengan memahami potensi usaha pataningkrat yang sangat prospektip, terutama untuk menngatkan prekonomian masyrakat, disamping, pemanfaatan lahan-lahan tidur menjadi lahan produktiva maka di pandang sangat tepat sekali jika pemerintah kota berkerja sama dengan mahsiswa FPIK UB untuk memprogramkan tambakan Patening crab tersebut yang di dahului dengan pengadaan pilot project. Dan di harapkan menjadi per Copetence dan daerah yang dapat dinaikan nilai tambah nilai ekonomi dan daya saing produksi.

DAFTAR PUSTAKAAfrianto E & Liviawaty E, 1992, Pemeliharaan kepiting, penerbit kanisius, Yogyakarta. Anonimous,2004. Pemasaran kepiting bakau (Scylla serrata). Pemerintah Kota Tarakan.Departemen kelautan perikanan. Tarakan.Aria perwira (2009).kimia lingkungan. Artikel .http://ayafarm.com/?tag=amoniak/acces/28 januari 2010/time 20:55Arif U, 2008. Laju pertumbuhan kepiting bakau (scyla serrata)dengan pemberian pakan berbeda. Universitas Borneo Tarakan.Arianty L , 1997. Pengaruh dosis pakan yng berbeda terhadap penggemukan kepiting bakau (Scylla serrata). Universitas mulawarman . samarinda.Djatmika, 1986 usaha budidaya ikan lele. Simpleks. Jakarta.Djangkaru Z,1974. Makanan ikan lembaga penelitian perikanan. Direktorat jendral perikanan. Jakarta.Ghufran H Kordi M.2004. penanggulangan Hama Dan Penyakit Ikan.Bhineka Cipta.Jakarta.http://ajiemethod.blogspot.com/acces .04 desember2009 /time:22:27.http://akuakulturunhas. Blogspot.com/access 04 desember2009/ time 22:10http://bntocina-kizen .blogspot.com/ acces 05 desember 2009 / time 01:02http://ikan mania.wrdpress.com /acess.04 desember 2009/ time 23:12http:// suara merdeka.com./acess. 04 desember 2009/ time20:07http://www.slideshare.net/NURRIJAL/kepiting -bakau/acces.04 desember 2009/ time 20:31 kanna I,2002, Budidaya Kepiting Bakau.kanisius,Yogyakarta.Kasry A,1996. Budidaya Kepiting Bakau Dan Biologi Ringkas. Bhatara. Jakarta.

Kurnain A,2008. Teknik budidaya kepiting cangkanglunak ditambak. Universitas Borneo, TarakanKuntiy,A, ZAINAL,dan SUPRATNO. 1993, Pedoman Budidaya Kepiting Bakau ( Scylla Serrata) Ditambak Balai Budidaya Air Payau. Jepara.Mardjono.M, Anindias tuti ,N. Hamid,I,S.djunaidah, dan W.H. satyantani,1994, pedoman pembenihan kepiting bakau (Scylla serrata) balai budidaya air payau, Dorektorat Jendral Perikanan.Mustafa (2002) Pembesaran Komoditas Perikanan Ditambak Tanah Sulfat Masam. BRPBAP.maros. http://www. Bees.unsw.edu.au/school /staf /sammut_brochure3.pdf/acces 28 jan 2010/time: 19:00Oemarjati,B,S.dan.W. wardana. 1992. Taksonomi Avertebrata Air. Pengantar Praktikum Laboratorium.Universitas Indonesia.Jakarta.Peter and sivasothi (2001).A, Guide to mangroves of Singapore.http:// mangrove nus.edu .sg/guidebooks/text/ 2044. Htm/15 januari 2010/time :18:59Sutarman,1993. Petunjuk Praktis Pembelian Udang Windu Skala Rumah Tangga. Kanisius. YogyakartaSuyadi,2005, Pegaruh Penanggalan Capit Rterhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau (Scylla Serrata).Tribawono D. mulyantoro E, dan Brotowidjoyo, 1995. PENGANTAR LINGKUNGAN PERAIRAN DAN BUDIDAYA AIR.LIBERTY. YOGYAKARTA.Wardoyo,S,T,H.1981.Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian Dan Perikanan. Training Analisis Dampak Lingkungan. IPB.Bogor .