mengenal kepiting

12
Mengenal Kepiting // Rubrik Biologi · Majalah 1000guru · June 2013 // Kepiting merupakan hewan yang termasuk dalam subfilum Crustacea ordo Decapoda (yang berarti “berkaki sepuluh” dan mengacu pada 10 alaat gerak). Kepiting dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu kepiting Brachyura(kepiting yang sebenarnya) dan kepiting Anomura (kepiting “semu”). Semua spesies kepiting Brachyura dapat dengan mudah dibedakan dari kepiting Anomura. Kepiting Brachyura pada umumnya memiliki 4 pasang kaki gerak yang berkembang dengan baik, sedangkan kepiting Anomura hanya memiliki 3 pasang kaki gerak. Kaki gerak keempat dari kepiting Anomura sangat kecil dan sulit dilihat. Liocarcinus vernalis, salah satu contoh Brachyura. Selain ciri umum yang disebutkan di atas, ada juga beberapa kepiting Brachyura yang memiliki kaki gerak keempat tereduksi, seperti kepiting dari famili Dynomenidae dan Retroplumidae, atau bahkan hilang sama sekali, seperti kepiting dari famili Hexapodidae (penelitian Peter Ng pada 1998). Kemudian, satu hal lagi yang menjadikan kedua kelompok besar kepiting Brachyura dan Anomura adalah bahwa kepiting “semu” Anomura biasanya menggunakan cangkang kosong Gastropoda atau bambu sebagai ‘rumahnya’ yang melindungi bagian perut yang lunak (hasil penelitian Rahayu dan Wahyudi pada 2008). Contoh kepiting Brachyura adalah kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan biru (Portunus pelagicus). Sementara itu, contoh kepiting “semu” Anomura adalah kepiting kelapa (Birgus latro) dan kumang (Coenobita spp).

Upload: tengku-mirza-diastepmagnuem

Post on 16-Feb-2016

64 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TUGAS

TRANSCRIPT

Page 1: Mengenal Kepiting

Mengenal Kepiting

// Rubrik Biologi · Majalah 1000guru · June 2013 //

Kepiting merupakan hewan yang termasuk dalam subfilum Crustacea ordo Decapoda (yang berarti “berkaki sepuluh” dan mengacu pada 10 alaat gerak). Kepiting dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu kepiting Brachyura(kepiting yang sebenarnya) dan kepiting Anomura (kepiting “semu”). Semua spesies kepiting Brachyura dapat dengan mudah dibedakan dari kepiting Anomura. Kepiting Brachyura pada umumnya memiliki 4 pasang kaki gerak yang berkembang dengan baik, sedangkan kepiting Anomura hanya memiliki 3 pasang kaki gerak. Kaki gerak keempat dari kepiting Anomura sangat kecil dan sulit dilihat.

Liocarcinus vernalis, salah satu contoh Brachyura.Selain ciri umum yang disebutkan di atas, ada juga beberapa kepiting Brachyura yang memiliki kaki gerak keempat tereduksi, seperti kepiting dari famili Dynomenidae dan Retroplumidae, atau bahkan hilang sama sekali, seperti kepiting dari famili Hexapodidae (penelitian Peter Ng pada 1998). Kemudian, satu hal lagi yang menjadikan kedua kelompok besar kepiting Brachyura dan Anomura adalah bahwa kepiting “semu” Anomura biasanya menggunakan cangkang kosong Gastropoda atau bambu sebagai ‘rumahnya’ yang melindungi bagian perut yang lunak (hasil penelitian Rahayu dan Wahyudi pada 2008). Contoh kepiting Brachyura adalah kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan biru (Portunus pelagicus). Sementara itu, contoh kepiting “semu” Anomura adalah kepiting kelapa (Birgus latro) dan kumang (Coenobita spp).Saat ini, pengumpulan data jumlah spesies kepiting baik Brachyura maupun Anomura masih belum lengkap. Sensus tahun 1951 oleh Fenner Chace Jr. melaporkan bahwa secara keseluruhan jumlah Brachyura dan Anomura masing-masing sebanyak 4.428 and 1.270

Page 2: Mengenal Kepiting

spesies. Dalam penelitian baru-baru ini, McLaughlin dkk. (2007) mencatat ada sekitar 1069 spesies Anomura dari superfamili Paguroidea saja. Raoul Serène pada tahun 1968 memperkirakan sekitar 1.000 spesies Brachyura berada di wilayah Indo-Malaya. Namun, jumlah ini semakin meningkat seiring dengan ditemukannya banyak spesies baru.

Pagurus bernhardus, salah satu contoh Anomura.Jumlah total Brachyura dan Anomura diperkirakan masing-masing sekitar 5.000-6.000 dan 1.500-2.000 spesies. Dari semua ini, daerah yang paling banyak dihuni oleh kepiting-kepiting tersebut adalah wilayah Pasifik Barat bagian tengah (termasuk Indonesia), yaitu sekitar 1.500-2.000 Brachyura (spesies air laut maupun air tawar). Selama kurun waktu dari 1999 sampai 2010, telah ditemukan 29 spesies baru Crustacea dari perairan laut Indonesia, 25 spesies di antaranya adalah kepiting (Brachyura dan Anomura). Hal ini berarti 2 spesies baru ditemukan dari perairan laut Indonesia setiap tahunnya, belum termasuk spesies air tawar.Bagian-bagian tubuh kepiting Anomura serta Brachyura dalam bentuk gambar skema diberikan dalam tulisan ini. Sebagai catatan, istilah yang dipakai untuk menamakan bagian tubuh kepiting di sini adalah istilah yang umum digunakan di kalangan ilmiah internasional. Oleh karena itu, istilah-istilah tersebut diberikan padanan bahasa Indonesianya hanya jika dapat memudahkan pemahaman ataupun terdapat padanannya.

Page 3: Mengenal Kepiting

Bagian-bagian tubuh kepiting “semu” Anomura. Gambar disalin dari penelitian Rahayu dan Wahyudi (2008).

Bagian tubuh utama kepiting Anomura adalah perisai (shield), perut (abdomen), serta organ gerak yang terdiri dari capit (cheliped) dan kaki gerak (pereopod 2, 3, 4, 5). Pereopod keempat dan kelima biasanya tereduksi. Organ gerak baik capit maupun pereopod terdiri dari bagian-bagian merus, propodus, dactyl.

Page 4: Mengenal Kepiting

Bagian-bagian tubuh kepiting Brachyura. Gambar disalin dari penelitian Peter Ng (1998).

Bahan bacaan:Bagian tubuh kepiting Brachyura yang utama terdiri dari karapas (carapace), perut (abdomen), capit (cheliped) dan kaki gerak (kaki gerak 1, 2, 3, 4). Perlu diperhatikan bahwa ada perbedaan penomoran kaki

Page 5: Mengenal Kepiting

gerak untuk Anomura danBrachyura sesuai dengan keumuman yang dipakai dalam deskripsi spesies pada publikasi ilmiah.

MENGENAL KEPITING SOKA

 

Dalam postingan kali ini saya akan memperkenalkan kepada kita semua tentang  Kepiting Soka atau biasa disebut Kepiting Bakau, terutama jika kita memiliki minat untuk mengetahuinya, hal ini perlu sekali mengingat banyaknya permintaan di masyarakat untuk mengetahui tentang Kepiting bakau dan Bagaimana Tehnik Budidayanya.Kepiting Bakau (Scyla serrata) adalah salah satu jenis biota yang sumber daya alamiahnya sebenarnya sangat luas mengingat habitatnya meliputi seluruh wilayah hutan bakau dan daerah estuaria. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lebih 17 000 pulau itu, mempunyai panjang pantai 81 000. Km , Semua merupakan wilayah estuaria , dengan  hutan bakau yang luasnya  4,2 juta ha. tersebar di seluruh kepulauan Nusantara . Hutan bakau merupakan habitat asli dari kepiting bakau.  Sementara itu kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kepiting bakau yang tertangkap berupa kepiting yang ukurannya masih kecil2 yaitu rata-rata dengan lebar karapas kurang dari 10 cm dengan berat kurang dari 100 gram. Sangat disayangkan, sebab bila kepiting ukuran tersebut di pelihara (di budidayakan) hanya selama 3-4 minggu saja, dengan diberi pakan berupa ikan

Page 6: Mengenal Kepiting

rucah , limbah buangan dari pemotongan hewan ,atau limbah sisa makanan dari restoran , yang tentu merupakan bahan yang tidak ada nilainya, maka kepiting tsb . sudah dapat dijual dengan harga mahal karena telah menjadi lebih gemuk bahkan sudah mengandung telur atau sedang bercangkang lunak.

 

Klasifikasi ilmiahKerajaan:

AnimaliaFilum:

ArthropodaUpafilum:

CrustaceaKelas:

MalacostracaOrdo:

DecapodaUpaordo:

Pleocyemata

Page 7: Mengenal Kepiting

Infraordo: BrachyuraLinnaeus, 1758

Superfamilies Dromiacea

Dakoticancroidea Dromioidea  Eocarcinoidea  Glaessneropsoidea Homolodromioidea  Homoloidea

Raninoida Cyclodorippoida Eubrachyura Heterotremata

Aethroidea  Bellioidea  Bythograeoidea  Calappoidea  Cancroidea Carpilioidea CheiragonoideaComponocancroidea  Corystoidea  Dairoidea  Dorippoidea  Eriphioidea GecarcinucoideaGoneplacoidea  Hexapodoidea  Leucosioidea  Majoidea  Orithyioidea  Palicoidea ParthenopoideaPilumnoidea  Portunoidea  Potamoidea Pseudothelphusoidea PseudozioideaRetroplumoidea TrapezioideaTrichodactyloidea Xanthoidea Cryptochiroidea Grapsoidea OcypodoideaPinnotheroidea 

Anatomi

Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang [2]. Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih (“phyllobranchiate”), mirip dengan insang udang, namun dengan struktur yang berbeda .

Page 8: Mengenal Kepiting

Mengenal Beberapa Spesies Kepiting Beracun// Rubrik Biologi · Majalah 1000guru · August 2013 //

Bicara mengenai kepiting, biasanya kita akan mengacu pada kepiting yang bisa dikonsumsi, misalnya kepiting bakau (Scylla spp.) atau rajungan (Portunus pelagicus). Namun, sebenarnya di dunia ini banyak sekali jenis kepiting, baik itu kepiting dari kelompok Brachyura ataupun Anomura. Brachyura merupakan kelompok kepiting sejati, memiliki 4 pasang kaki gerak yang berkembang sempurna, sedangkan Anomura merupakan kelompok kepiting ‘semu’, hanya memiliki 3 pasang kaki gerak yang berkembang sempurna – kaki gerak keempat sangat kecil atau sulit terlihat.

Dari semua spesies yang sekarang dikenal, sesungguhnya hanya beberapa saja yang bisa dikonsumsi. Bahkan, beberapa spesies kepiting diketahui sebagai spesies yang beracun. Lalu, pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kepiting apa saja yang beracun? Racun apa saja yang terdapat dalam tubuh kepiting? Selanjutnya, mengapa kepiting-kepiting tersebut menjadi beracun? Mari kita simak bersama seluk-beluk racun pada kepiting ini.

Racun dalam tubuh kepiting

Beberapa jenis racun yang telah diketahui terkandung dalam tubuh kepiting adalah domoic acid, okadaic acid, palytoxin, tetrodotoxin, saxitoxin, neosaxitoxin, surugatoxin, brevetoxin, nereistoxin, dan gonyautoxin. Selain palytoxin, semua racun tersebut termasuk dalam kelompok neurotoxin, yaitu racun yang beraksi terhadap sel saraf, dan biasanya berinteraksi terhadap protein membran.

Domoic acid adalah racun yang bersifat asam. Nama ‘domoic’ berasal dari kata ‘doumoi’, yaitu istilah lokal bahasa Jepang dari alga merah Chondria armata. Menurut Horner (publikasi tahun 1996), racun ini diketahui dapat terakumulasi pada jaringan kepiting dan kerang-kerangan.

Okadaic acid memiliki cara kerja yang mirip dengan domoic acid. Istilah okadaic diambil dari spons laut Halichondria okadai. Namun, penghasil racun ini yang sesungguhnya adalah alga dari kelompok Dinophyta. Meskipun demikian, ternyata racun ini juga dapat terkandung dalam tubuh kepiting.

Page 9: Mengenal Kepiting

Palytoxin pertama kali diketahui terdapat pada ikan yang mengkonsumsi zoanthid Palythoa, organisme mirip anemon. Palitoksin bekerja dengan cara membentuk saluran membran baru yang melebihi normal sehingga transpor ion menjadi tidak terkontrol dan menyebabkan malfungsi sel serta jaringan tubuh.

Tetrodotoxin (TTX) dideteksi pertama kali pada ikan suku Tetraodontidae. Racun ini juga merupakan neurotoksin dengan mekanisme penghambatan transpor ion natrium.

Saxitoxin (STX) merupakan senyawa racun nonprotein, bersifat larut air dan juga memiliki efek penghambatan transpor ion natrium. Racun ini memiliki efek yang setara dengan TTX. Menurut Groves dkk (1980), STS dan TTX dihasilkan oleh Dinophyta, meski dapat ditemukan pula pada berbagai macam biota laut.

Racun-racun lain seperti Neosaxitoxin (neoSTX), Brevetoxin, Surugatoxin, Nereistoxin, dan Gonyautoxin juga merupakan neurotoksin yang dapat ditemukan dalam tubuh kepiting meski dalam jumlah yang sedikit. Racun-racun ini juga ditemukan dalam tubuh hewan lain seperti kerang dan cacing laut.

Mengapa kepiting menjadi beracun?

Jika kita melihat klasifikasi racun-racun tersebut, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa sesungguhnya penghasil racun-racun tersebut bukanlah spesies kepiting. Beberapa racun bahkan dihasilkan oleh spesies alga. Jadi, bagaimana bisa kepiting menjadi beracun?

Menurut Ng (1998), kepiting beracun dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu beracun permanen (sifat toksisitas permanen) dan temporer. Kepiting-kepiting tersebut umumnya merupakan anggota dari suku Xanthidae. Kepiting yang diketahui bersifat beracun permanen adalah Lopozozymus pictor, Demania spp., Zosimus aeneus, Platypodia granulosa dan Atergatis floridus. Sementara itu, kepiting-kepiting yang bersifat beracun temporer contohnya adalahAtergatis integerrimus dan Atergatis spp. (semua spesies Atergatis kecuali Atergatis floridus). Kepiting kategori beracun temporer ini tingkat toksisitasnya tergantung pada habitatnya.

Page 10: Mengenal Kepiting

Contoh beberapa spesies kepiting beracun.

Sampai saat ini paling tidak ada dua hal yang diyakini dapat menjadi penyebab kepiting menjadi beracun, yaitu:(1) kontaminasi dan akumulasi racun dari konsumsi makanan,(2) pengaruh habitat (terutama keberadaan bakteri, alga dan organisme penghasil racun).

Beberapa penelitian pada dua atau tiga dekade yang lalu menyebutkan bahwa sumber makanan utama dari spesies kepiting beracun adalah Dinophyta, kerang-kerangan (Bivalvia dan Gastropoda), cacing (Polychaeta) serta beberapa spesies alga. Pola konsumsi semacam ini dapat menyebabkan kepiting mengakumulasi racun-racun tersebut karena ternyata racun-racun seperti TTX, STX dan okadaic acid diketahui dihasilkan oleh Dinophyta.

Pertanyaan menarik adalah, bagaimana racun-racun dari makanan tersebut dapat terakumulasi dan mengapa justru tidak menyebabkan keracunan pada kepiting-kepiting tersebut. Mekanisme eksositosis dan endositosis diduga kuat menjadi jalan bagi zat racun terakumulasi dalam tubuh kepiting. Ng (1998) menyampaikan bahwa senyawa racun paling banyak ditemukan pada organ hati usus dan gonad kepiting. Lehane (2000) menyampaikan keterangan dari penelitian Negri dan Llewllyn bahwa beberapa spesies dari suku Xanthidae memiliki mekanisme pertahanan terhadap racun (STX, TTX dan

Page 11: Mengenal Kepiting

turunanna). Mekanisme ini adalah dengan menghasilkan protein haemolimph yang secara farmakologi sama dengan saxiphilin, yaitu senyawa yang dapat mengikat racun.

Habitat juga mempengaruhi tingkat toksisitas kepiting, terutama kepiting-kepiting yang bersifat beracun temporer. Keberadaan alga, bakteri dan organisme penghasil racun pada suatu habitat dapat berperan penting sebagai penyebab kepiting (dan juga hewan lain seperti kerang dan ikan) menjadi beracun. Bakteri seperti Pseudomonas sp.,Alteromonas sp., Moraxella sp., dan Acinetobacter sp. diketahui juga mampu menghasilkan STX dan neoSTX secara otonom. Bakteri lain dari kelompok Vibrionaceae diketahui dapat menghasilkan TTX. Bakteri-bakteri ini dapat berasosiasi dengan kepiting (misalnya bersimbiosis dan hidup pada bagian di bawah karapas kepiting) dan menyebabkan meningkatnya toksisitas kepiting tersebut.

Selanjutnya, peristiwa meledaknya populasi alga berbahaya (terutama yang dapat memproduksi racun) pada suatu habitat kepiting juga dapat menjadi penyebab meningkatnya toksisitas kepiting. Kepiting-kepiting suku Xanthidae umumnya memiliki perilaku ‘malas’ bergerak sehingga daerah jelajahnya terbatas. Jika habitatnya sedang mengalami ledakan populasi alga penghasil racun, sifat ‘malas’ bergerak ini akan meningkatkan peluang kontaminasi dan akumulasi senyawa beracun dalam tubuh kepiting.

Terakhir adalah pertanyaan untuk pembaca: apakah jika kita terluka oleh capit kepiting (misalnya Atergatis floridus), akan membuat kita keracunan?

Bahan bacaan:

http://www.fao.org/docrep/009/w7192e/w7192e00.htm http://en.wikipedia.org/wiki/Paralytic_shellfish_poisoning https://en.wikipedia.org/wiki/Toxin https://en.wikipedia.org/wiki/Poison http://en.wikipedia.org/wiki/Venom http://decapoda.free.fr