lkti kitosan kepiting
Post on 04-Jan-2016
111 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
1BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu keadaan dimana jaringan tertentu mengalami
kerusakan akibat bersentuhan dengan sumber benda yang panas dengan
temperature panas lebih dari 1200 F atau 490C. Dimana di amerika dilaporkan
sekitar 2-3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5
sampai 6 ribu kematian pertahun1. Dan di Indonesia angka kejadian luka
bakar cukup tinggi yaitu sekitar 250 jiwa pertahun. Dari unit luka bakar RSU
Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi
pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% yang disertai cedera pada
saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari perawatan pertanma2. Selain itu
statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan
rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-
sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus.
Sumber panas dari luka bakar yaitu api, air panas, radiasi, listrik, bahan
kimia, bahkan dapat juga disebabkan oleh gesekan dengan benda yang panas.
Dimana sesorang yang mengalami luka bakar akan mengalami warna kulit
yang kemerahan, pembengkakan, kulit terkelupas, mengakibatkan rasa sakit
pada tubuh mereka, sakit kepala, pusing serta dapat dapat menyebabkan
trauma. Gejala trauma ini ditandai dengan rasa takut tinggi yang dialami
pasien, tubuhnya tampak lemah, mukanya pucat, jari-jarinya gemetar, dan
sulit bernapas. Melihat dari gejala yang ditimbulkan diatas mengakibatkan
diberlukannya penangan yang cepat dan tepat untuk meringankan rasa sakit
atau morbiditas yang dialami pasien2.
Luka bakar terbagi atas tiga tingkatan yaitu luka bakar tingkat pertama yang
akan menyebabkan kulit bewarna kemerahan dan mengalami pembengkakan,
dimana pada luka ini merusak jaringan kulit bagian epidermis. Selanjutnya
2luka bakar tingkat kedua yang mana pada luka ini kulit seseorang yang
mengalami luka bakar akan bewarna kemerahan,mengalami pembengkakan
dan mengelupas. Selain itu luka bakar tingkat kedua menyebakan kulit pada
lapisan dermis dan epidermisnya mengalami kerusakan2,3. Kemudian pada
luka bakar tingkat ketiga, sering disebut sebagai luka bakar penuh. Luka ini
dapat merusak jaringan kulit hingga dalam. Dimana kerusakan pada jaringan
ini dapat merusak jaringan lemak, otot serta tulang seseorang.
Selain tiga tingkatan tadi tingkatan luka juga dipengaruhi oleh seberapa luas
permukaan tubuh yang mengalami luka bakar tersebut atau disingkat dengan
BSA. Dimana pekerja perawatan menggunakan sembilan penilain untuk
menentukan luka seseorang tersebut dan dipakai untuk pasien yang berusia 9
tahun keatas. Sembilan bagian tersebut meliputi: luka pada setiap lengan dan
tangannya 9% dari BSA, kemudian luka pada kakinya adalah 18%, luka
pada bagian tubuh depan adalah 18%, luka dibagian belakang tubuh seperti
pantat adalah 18%, di bagian kepala dan leher adalah 9% dan di daerah alat
kelamin yaitu 1%. Namun penilaian diatas tidak berlaku untuk anak anak
kecil3. Dalam kasus yang terjadi belakangan ini banyak kasus luka bakar pada
luka bakar tingkat dua yang menyebabkan kulit rusak dan apabila kurangnya
perawatan yang efektif dari luka tersebut menimbulkan luka tersebut sarang
bakteri yang menyebabkan kulit mengalami infeksi3.
Dalam penangan luka bakar sebelumnya akan dilakukan diagnnosa.
Mendiagnosa pasien yang luka bakar dapat dilakukan dengan bertanya
kepada pasien, keluarga, atau teman pasien untuk mendapatkan data
mengenai luka bakar yang diderita pasien3. Selanjutnya dapat dilakukan
pemeriksaan kondisi pasien apakah pasien hanya mengalami luka pada
tubunya saja atau hingga mengalami trauma3. Setelah memeriksa pasien dapat
dilakukan dengan pemberian pengobatan kepada pasien. Dimana pengobatan
ini diberikan berbeda-beda yang didasari oleh ada atau tidaknya rasa sakit,
jenis luka, dan tingkatan luka. Pengobatan luka bakar berbeda-beda, ini
didasarkan pada penyebab luka tersebut, seperti luka bakar terkena panas hal
yang pertama dilakukan yaitu menghentikan proses panas pada kulit dengan
mengompres dengan air dingin, jika luka akibat zat kimia hal yang pertama
3dilakukan yaitu membilas luka dengan air dingin selama 15 menit kemudian
mengeringkannya dengan lap kering yang steril. Jika belum hilang sebaiknya
dibawa kedokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Kemudian untuk
luka akibat terkena listrik penangannya harus hati-hati karena seseorang
harus melepas diri dari sumber listrik dan tidak tersengat arus listrik. Maka
dari itu sebelum memberi pertolongan pastikan stopcontak sudah mati dan
tangan penolong tidak basah. Kemudian tenangkan pasien dan buat
kondisinya senyaman mungkin. Jika pasien mengalami pingsan sebaiknya
segera membawanya ke dokter.3
Selama ini penangan yang dilakukan pada luka bakar tingkat dua hanya
menggunakan alat-alat sederhana untuk menghilangkan panas akibat luka
tersebut tanpa memperhatikan proses penyembuhan dari luka tersebut. Selain
itu adanya penaganan menggunakan obat-obatan yang tidak mengandung
antiseptic serta kurangnya perawatan dalam merawat pasien luka bakar
mengakibatkan bakteri anaerob mudah berkembang di daerah luka tersebut
yang mengakibatkan kulit yang mengalami infeksi.3 Oleh sebab itu kami
menyarankan penggunaan potensial curcuminchitosan sebagai anti inflamsi
dan antiinfeksi pada luka bakar tersebut.dimana chitosan diambil dari kitin
yang terdapat pada cangkang kepiting.4
1.1 Struktur Kitosan
Kitin adalah polisakarida alami seperti selulosa, dekstran, alginat, dan
sebagainya yang dapat terdegradasi secara alami dan non toksik. Kitin
merupakan polisakarida rantai linier dengan rumus (1-4)-2-asetamido-
42deoksi-D-glucopiranosa, sedangkan chitosan adalah deasetilasi kitin5. Kitin
banyak didapati pada kulit-kulit luar arthropoda, crustacea (seperti udang,
kepiting, rajungan, dan lobster), mollusca, annelida, dinding yeast dan
serangga6.
Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan bahan baku kitin yang
banyak terdapat dalam kulit udang, kulit kepiting, dan cumi-cumi akan
menjadi sangat potensial dalam produksi kitin dan chitosan. Pemanfaatan
kepiting umumnya baru terbatas untuk keperluan makanan, biasanya hanya
dagingnya saja yang diambil sedangkan cangkangnya dibuang, padahal
cangkang kepiting mengandung senyawa kitin yang cukup tinggi yaitu,
sekitar 20-30 % berat kulit keringnya5,6. Sedangkan kulit kepiting sendiri
merupakan limbah pengalengan kepiting yang belum diolah secara maksimal.
Penggunaan kitin dibatasi oleh sifat-sifat yang tidak larut dan sulit dipisahkan
dengan bahan lain yang terikat terutama protein, sehingga untuk
pemanfaatannya kitin perlu diubah terlebih dahulu menjadi chitosan. Salah
satu cara lain memanfaatkan limbah ini adalah dengan mengektraksi senyawa
kitin yang terdapat di dalamnya, lalu dengan proses deasetilasi kitin diolah
menjadi chitosan. Chitosan merupakan biopolimer yang banyak digunakan
sebagai antibakteri, antijamur dan memiliki aktivitas anthelmintic yang akan
mencegah dari terkena mikroba. Selain itu chitosan juga memiliki efek
penyembuhan luka, antiinflamasi, tabir surya, pelembab, danagen
immunomodulator.5,6
Curcumin adalah salah satu senyawa yang terkandung pada kunyit dan
temulawak yang banyak terdapat di Indonesia sebagai salah satu sumber daya
yang perlu dibudidayakan. curcumin telah banyak dimanfaatkan untuk
berbagai hal, seperti dalam bidang pangan sebagai pewarna makanan, dalam
bidang farmasi untuk obat-obatan. curcumin mempunyai kemampuan untuk
mereduksi dan mengkhelat ion-ion logam. Dalam bidang kimia, curcumin
telah dimanfaatkan untuk mengekstrak ion-ion logam. Beberapa manfaat
tersebut berhubungan dengan adanya gugus -diketon pada struktur curcumin6. Dalam dunia kesehatan curcumin dimanfaatkan sebagain obat
penyembuhan luka karena kandungan curcumin sebagai anti-inflamasi yang
5berperan dalam penyembuhan luka. Selain itu curcumin mengandung
antiseptic yang dapat mencegah timbulnya bakteri anaerob pada daerah luka
bakar.Oleh sebab itu disini kami mengkombinasikan chitosan dan curcumin
sebagai obat dalam menangani luka bakar.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memerhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji
dalam karya tulis ini adalah:
1. Bagaimanakah kontruksi pembuatan kapsul chitosan-curcumin dalam
pengobatan luka bakar tingkat dua?
2. Bagaimanakah farmakonetik dan farmakodinamik dalam pengobatan luka
bakar tingkat dua?
3. Apakah efek kerja dari chitosan dan curcumin dalam pengobatan luka
bakar tingkat dua?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan karya tulis ini, adalah:
1. Mengetahui kontruksi pembuatan gell chitosan-curcumin dalam
pengobatan luka bakar tingkat dua
2. Mengetahui farmakonetik dan farmakodinamik dalam pengobatan luka
bakar tingkat dua
3. Mengetahui efek kerja chitosan dan curcumin dalam pengobatan luka
bakar tingkat dua
1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh potensial
chitosan-curcumin dalam penyembuhan l