taks sesi 4

Upload: shofikhaqulilmy

Post on 08-Mar-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TAKS sesi 4

TRANSCRIPT

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) SESI 4RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR RUANG 23 E, MALANGUntuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa

Oleh:

PSIK UB Kelompok 4

1. Isa Ariyanti

2. Shofi Khaqul Ilmy

3. Shindy Aggreini Putri

JURUSAN KEPERAWATAN-K3LNFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) SESI 4RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR RUANG 23 E, MALANGDiajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen MHN

PSIK UB Kelompok 4

1. Isa Ariyanti

2. Shofi Khaqul Ilmy

3. Shindy Aggreini PutriTelah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari

:

Tanggal :

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik

NIP. Perseptor Akademik

NIP.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu diantaranya perubahan nilai budaya, perubahan sistem kemasyarakatan, pekerjaan, serta akibat ketegangan antar idealisme dan realita yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental emosional. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut, akibatnya akan menimbulkan ketegangan atau stres yang berkepanjangan sehingga dapat menjadi faktor pencetus dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang dapat mempengaruhi stres adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini (Suliswati, 2005).

Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stresor psikologis. Yang merupakan suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya perubahan dalam kehidupan seseorang hingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi dalam menaggulangi stressor tersebut. Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali hanya berdiam diri dirumah tanpa melakukan kegiatan apapun. Hal ini yang dapat menyebabkan pasien dikucilkan dalam masyarakat. Isolasi Sosial pada pasien gangguan jiwa dapat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitassehari-hari. Isolasi Sosial tampak dari ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.

Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi sosial adalah terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. 1.2 Tujuan

Tujuan umum TAKS untuk pasien dengan isolasi sosial yaitu peserta dapat meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan motorik halus. Tujuan khususnya adalah:a. Peserta mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan

b. Peserta mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompokc. Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Bagi Klien

Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan kognitif klien.1.3.2 Manfaat Bagi Terapis

Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistik

Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan Strategi Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien

1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan Mental Health Nurse yang optimal.1.3.4 Manfaat Bagi Rumah SakitSebagai masukkan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistik pada pasien dengan gangguan jiwa, pada khususnya, sehingga diharapkan keberhasilan terapi lebih optimal.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi TAKKelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2007). Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007).

Terapi Aktivitas Kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untik menfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai erapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari, dan literatur. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok.2. Manfaat TAKTerapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :

1. Umum

a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.

b. Membentuk sosialisasi

c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.

d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.

2. Khusus

a. Meningkatkan identitas diri.

b. Menyalurkan emosi secara konstruktif.

c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.

d. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.3. TUJUAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)Depkes RI mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut:a. Tujuan Umum1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.2) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan orang lain.3) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif.b. Tujuan Khusus1) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.2) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.4. DAMPAK TERAPEUTIK DARI KELOMPOKTerjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom (1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah :1) Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang mempunyai masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi atau setidaknya dapat dimengerti oleh orang lain.2) Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang lain yang telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan emosional yang diberikan oleh kelompok lainnya.3) Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan dukungan satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya menerima ide dari yang lainnya.4) Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk kebanyakan klien merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota lainnya dapat jadi resepien reaksi tranferensi yang kemudian dapat dilakukan.5) Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien dapat memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan melatih cara baru berinteraksi.6) Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi tentang ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang perilaku orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya.7) Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau anggota lainnya memberikan model peran yang baik.8) Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang.9) Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.10) Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam kelompok.11) Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang.5. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI, 1997) adalah :1) Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok kecuali mereka yang: psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.2) Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok.3) Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama.6. KOMPONEN KELOMPOKKelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :1) Struktur kelompok.Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.

2) Besar kelompok.Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).3) Lamanya sesi.Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat, 2005).7. PROSES TERAPI AKTIFITAS KELOMPOKProses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok.Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain.Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah.

Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan.

Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri dari individu-individu.

Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2005).

8. Tahapan dalam TAKKelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2007).

1) Fase PrakelompokDimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).2) Fase Awal KelompokFase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.a. Tahap OrientasiAnggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.b. Tahap KonflikMerupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).c. Tahap KohesifAnggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).3) Fase Kerja KelompokPada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).4) Fase TerminasiTerminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).9. Macam Terapi Aktivitas KelompokTerapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu :1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsiTerapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik: pasien dengan gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007).Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :a. Sesi pertama : mengenal halusinasi

b. Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi

c. Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan

d. Sesi keempat : cara minum obat yang benar2) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoriTAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubhan perilaku.Bentuk stimulus :a. Stimulus suara: musikb. Stimulus visual: gambarc. Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, videoTujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :a. Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.b. Peningkatan kemampuan merasakan keindahanc. Peningkatan apresiasi terhadap lingkunganJenis TAK yaitu :a. TAK Stimulasi Suarab. TAK Stimulasi Gambarc. TAK Stimulasi Suara dan Gambar3) Terapi aktivitas orientasi realitaTerapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:

1) Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada2) Klien mengenal waktu dengan tepat.3) Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat.Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.Tahapan kegiatan :a. Sesi I : Orientasi Orang

b. Sesi II : Orientasi Tempat

Sesi III : Orientasi Waktu

BAB III

PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

3.1 KARAKTERISTIK KLIEN DAN PROSES SELEKSI

Karakteristik klien

a. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik

b. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya.c. Klien yang mudah diajak berinteraksi.

Proses Seleksi

a. Mengobservasi klien dengan riwayat isolasi sosial.b. Mengumpulkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik masalah harga diri rendah untuk mengikuti TAK.3.2 TUGAS DAN WEWENANG

1. Tugas Leader dan Co-Leader

Memimpin acara: menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.

Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien

Memberikan motivasi kepada klien

Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan

Memberikan reinforcemen positif terhadap klien

2. Tugas Fasilitator

Ikut serta dalam kegiatan kelompok

Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien

Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung

Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif

Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya

Membantu melakukan evaluasi hasil

3. Tugas Klien

Mengikuti seluruh kegiatan

Berperan aktif dalam kegiatan

Mengikuti proses evaluasi3.3 PERATURAN KEGIATAN

1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir

2. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan

3. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi peringatan lisan

3.4 TEKNIK PELAKSANAAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Tema: Terapi aktivitas kelompok sosialisasi kemampuan memperkenalkan diriSasaran: Pasien Ruang 23 EmpatiHari/ tanggal: Sabtu, 24 April 2015Waktu

: 30 menit

Tempat: Ruang Rehabilitasi Mental Ruang 23 Empati

Terapis:

1. Leader

: Shofi Khaqul Ilmy 2. Co Leader: Isa Ariyanti3. Fasilitator 1: Shindy Aggreini PutriSesi 4: Membicarakan Topik yang ditentukanA. TujuanKlien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok:a. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.

b. Memilih topik yang ingin dibicarakan.c. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih.B. Sasaran

1. Kooperatif

2. Tidak terpasang restrainC. Nama Klien

1. Tn. B2. Tn. DD. Setting

Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran

Ruangan nyaman dan tenangE. MAP

Keterangan :

L : Leader

C: Co Leader

F : Fasilitator

K : KlienF. Alat dan Bahan Bola plastik kecil seukuran bola tenis

Buku catatan kecil

Bolpoin

Nametag

G. Metode

Dinamika kelompok

Diskusi dan tanya jawab

H. Langkah-Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis

b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri3. Tahap kerjaSESI 4a. Leader, co-leader, dan fasilitator menyanyikan sebuah lagu dan edarkan bola plastik berlawanan dengan arah jarum jam

b. Pada saat lagu dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan. Dimulai dari terapis sebagai contoh. Misalnya, cara bicara yang baik atau cara mencari temanc. Menuliskan pada flipchart/whiteboard topik yang disampaikan secara berurutand. Mengulangi a, b, dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.

e. Menyanyikan lagu lagi dan edarkan bola plastik. Pada saat dihentikan, anggota yang memegang bola memilih topik yang disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada.

f. Mengulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topik.

g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.

h. Menyanyikan lagu lagi dan edarkan bola tenis. Pada saat dihentikan, anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang topik yang dipilih.

i. Mengulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.

j. Memberi pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana tindak lanjut

Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri pada orang lain di kehidupan sehari-haric. Kontrak yang akan datang

Menyepakati kegiatan berikutnya

Menyepakati waktu dan tempat5. Evaluasi HasilSesi 4: TAKS

Kemampuan bercakap-cakap topik tertentua. Kemampuan verbal: menyampaikan topikNoAspek yang dinilaiNama Klien

1.Menyampaikan topik dengan jelas

2.Menyampaikan topik secara ringkas

3.Menyampaikan topik yang relevan

4.Menyampaikan topik secara spontan

Jumlah

b. Kemampuan nonverbal

NoAspek yang dinilaiNama Klien

1.Memilih topik dengan jelas

2.Memilih topik secara ringkas

3.Memilih topik yang relevan

4.Memilih topik secara spontan

Jumlah

c. Kemampuan verbal: memberi pendapatNoAspek yang dinilaiNama Klien

1.Memberi pendapat dengan jelas

2.Memberi pendapat secara ringkas

3.Memberi pendapat yang relevan

4.Memberi pendapat secara spontan

Jumlah

d. Kemampuan non verbal

NoAspek yang dinilaiNama Klien

1.Kontak mata

2.Duduk tegak

3.Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai

4.Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Jumlah

BAB IV

HASIL EVALUASI

a. Kemampuan verbal: menyampaikan topikNoAspek yang dinilaiNama Klien

1.Menyampaikan topik dengan jelas

2.Menyampaikan topik secara ringkas

3.Menyampaikan topik yang relevan

4.Menyampaikan topik secara spontan

Jumlah

b. Kemampuan nonverbal

NoAspek yang dinilaiNama Klien

1.Memilih topik dengan jelas

2.Memilih topik secara ringkas

3.Memilih topik yang relevan

4.Memilih topik secara spontan

Jumlah

c. Kemampuan verbal: memberi pendapatNoAspek yang dinilaiNama Klien

1.Memberi pendapat dengan jelas

2.Memberi pendapat secara ringkas

3.Memberi pendapat yang relevan

4.Memberi pendapat secara spontan

Jumlah

d. Kemampuan non verbal

NoAspek yang dinilaiNama Klien

1.Kontak mata

2.Duduk tegak

3.Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai

4.Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Jumlah

DAFTAR PUSTAKAHamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja, Widya Medika, Jakarta.

Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.

Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta.

Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition, Mosby, St. Louis.

Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby, St.Louis.

L

C

K

K

F