laporan hasil taks reading

23
LAPORAN HASIL TAKS READING POLA PERNAPASAN PATOLOGIS KELOMPOK 19 1. Sandiana Indrajat 013.06.0053 2. Arista Vdia Galuh v 014.06.0013 3. Cahyati Fajariah 014.06.0056 4. Tri Cahaya Putra 014.06.0039 5. Verica Ayu Husnul Khotimah 014.06.0060

Upload: sturdust-pscsgirl

Post on 01-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hasil Taks Reading

LAPORAN HASIL TAKS READING

POLA PERNAPASAN PATOLOGIS

KELOMPOK 19

1. Sandiana Indrajat 013.06.0053

2. Arista Vdia Galuh v 014.06.0013

3. Cahyati Fajariah 014.06.0056

4. Tri Cahaya Putra 014.06.0039

5. Verica Ayu Husnul Khotimah 014.06.0060

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHART

2014

Page 2: Laporan Hasil Taks Reading

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat allah swt atas segala rahmat dan

karunianya yang di limpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul

“ POLA PERNAPASAN PATOLOGIS“.

Dalam penyusunan tugas ini, kami sangat menyadari masih banyak kekurangan,sehingga

hasilnya sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan

saran yang bersifat membangun.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang dalam berbagai bentu bantuan telah kami terima sehingga dapat menyelesaikan tugas taks

reading ini.

Mataram,09 November 2014

( Penyusun )

Page 3: Laporan Hasil Taks Reading

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 LatarBelakang

Pernafasan adalah suatu kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan.

Pernafasan juga menjadi kebutuhan yang hakiki. Adapula masalah yang terjadi oleh

pernafasan. Oleh sebab itu manusia sangat membutuhkan sistem pernafasan yang sehat

Adapula penyakit yang disebabkan oleh pernafasan juga dapat menjadi momok

yang menakutkan, karna sistem pernafasan yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit

kronis atau bahkan mematikan. Oleh karena itu manusia wajib menjaga kesehatan tubuh

yang mencangkup segala aspek terutama pernafasan.

1. 2 Tujuan

1.2.1 Tujuan

1. Apa saja hal-hal yang dinilai dalam pola pernapasan?

2. Apa saja macam-macam dari pola pernapasan patologis (abnormal)?

Page 4: Laporan Hasil Taks Reading

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Anatomi saluran pernapasan

2.1.1 Rongga hidung dan nasal

1. Hidung eksternal berbentuk pyramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian

ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroarteolar.

a. Septum nasal

b. Narsis (nostril) eksternal

c. Tulang hidung

d. Empat sinus paranasal (frontal, etmoid, maksilar, dan sphenoid)

2. Membran mukosa nasal

a. Struktur

1) Kulit pada bagian ekstrenal permukaan hidung yang mengandung

folikel rambut, keringat, dan kelenjar sebasea, merentang sampai

vestibula yang terletak dalam nostril.

2) Dibagian rongga nasal yang lebih dalam, epithelium respiratorik

membentuk mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya.

b. Fungsi

1) Penyaring partikel kecil. Silia pada epithelium respiratorik

melambai ke depan dan belakang dalam satu lapisan mucus.

2) Penghangatan dan pelembaban udara yang masuk. Udara

dikeringakan dan dilembabkan melalui evaporasi sekresi serosa

Page 5: Laporan Hasil Taks Reading

dan mucus serta dihangatkan oleh radiasi panas dari pembuluh

darah yang terletak dibawahnya.

3) Reseptor odor. Epithelium olfaktori yang terletak dibagian atas

rongga hidung di bawah lempeng kribriform, mengandungs el-sel

olfaktori yang mengalami spesialisasi untuk indera penciuman.

2.1.2 Faring

Tabung muscular yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak

sampai esogafus. Faring terbagi menjadi nosofaring, orofaring, dan

laringofaring.

2.1.3 Laring “kotak suara”

Laring menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah tabung

pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh Sembilan

kartilago, tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan.

2.1.4 Trakea

Tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2.5 cm serta

terletak di atas permukaan anterior esophagus. Tuba ini merentangkan dari

laring pada area vertebra serviks keenams ampai area vertebra toraks kelima

tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama.

2.1.5 Percabangan bronkus

1. Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal,

dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta

membelokkan trakea bawah ke kanan.

Page 6: Laporan Hasil Taks Reading

2. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk

bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil.

3. Bronki disebut ekstrapulmonar sampai memasuki paru-paru, setelah

itu disebut intrapulmonary.

4. Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah percabangan brongkial

yang selanjutnya :bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus

respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.

2.1.6 Paru-paru

1. Paru-paru adalah organ berbentuk pyramid seperti spons dan berisi udara, terletak dalam

rongga toraks.

a. Paru kanan memiliki tiga lobus, paru kiri memiliki dua lobus

b. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga

pertama, sebuah permukaan diafragmatik (bagian dasar) terletak di

atas diafragma, sebuah permukaan mediastinal (medial) yang terpisah

dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas

kerangka iga.

c. Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan

keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonary, dan bronchial dari paru.

2. Pleura adalah membrane penutup yang membungkus setiap paru.

a. Pleura parietal melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma,

mediastinum)

b. Pleura visceral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal

di bagian bawah paru.

Page 7: Laporan Hasil Taks Reading

c. Rongga pleura (ruang intra pleura) adalah ruang potensial antara

pleura parietal dan visceral yang mengandung lapisan tipis cairan

pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru

dapat mengembang tanpa melakukan friksi.

d. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan

paru. Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu

permukaan ke permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak

keluar masuk area ini.

Gambar :Anatomi saluran pernapasan

2. 2 Mekanisme pernapasan

Dalam pernapasan selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi (menghirup udara) dan

ekpirasi (menghembuskan udara). Berdasarkan cara melakukan inspirasi dan ekspirasi

Page 8: Laporan Hasil Taks Reading

serta tempat terjadinya, manusia dapat melakukan dua mekanisme pernapasan, yaitu

pernapasan dada dan pernapasan perut.

2.2.1 Pernapasan dada

Proses inpirasi ini diawali dengan berkontraksinya muskulus interkotalis (otot

antar tulang rusuk), sehingga menyebabkan terangkatnya tulang rusuk. Keadaan ini

mengakibatkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Paru-paru yang

mengembang menyebabkan tekanan udara rongga paru-paru menjadi lebih rendah dari

tekanan udara luar. Dengan demikian, udara luar masuk ke dalam paru-paru.

Sebaliknya, proses ekspirasi berlangsung pada saat muskulus interkostalis

berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan ini mengakibatkan rongga

dada menyempit dan paru-paru mengecil. Paru-paru yang mengecil menyebabkan

tekanan udara dalam rongga paru-paru menjadi lebih tinggi dari tekanan udara luar,

sehingga udara keluar dari paru-paru. Perhatikan bagan alir berikut mengenai proses

ekspirasi pada pernapasan dada.

Page 9: Laporan Hasil Taks Reading

2.2.2 Pernapasan perut

Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan berkontraksinya otot

diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung berubah menjadi datar.

Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengembang.

Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru menyebabkan udara dari luar masuk ke

dalam paru-paru. Perhatikan bagan di bawah ini.

Proses ekspirasi terjadi pada saat otot diafragma berelaksasi, sehingga diafragma kembali

melengkung. Keadaan melengkungnya diafragma mengakibatkan rongga dada dan paru-paru

Page 10: Laporan Hasil Taks Reading

mengecil, tekanan udara dalam paru-paru naik, sehingga udara keluar dari paru-paru. Perhatikan

bagan alir proses ekspirasi pada pernapasan perut di bawah ini.

2. 3 Hal-hal yang dinilai dalam pola pernapasan:

1. Frekuensi (rate) adalah jumlah napas inspirasi dan ekspirasi selama 1 menit. Frekuensi

napas normal pada orang dewasa adalah 8-16 kali/menit, sedangkan pada bayi dapat

mencapai 44 kali/menit.

2. Irama pernapasan yang dinilai apakah pernapasan teratur atau tidak teratur.

3. Kedalaman pernapasan (depth) adalah penilaian apakah penderita bernapas secara

normal, dangkal atau dalam.

4. Usaha bernapas dinilai dari ada atau tidaknya otot-otot pernapasan tambahan yang

digunakan pada waktu bernapas seperti otot sternokleidomastoideus, otot skalenus, dan

otot trapezius, juga dilihat adakah retraksi pernapasan di daerah supraklavikula.

Page 11: Laporan Hasil Taks Reading

2. 4 Pola pernapasan normal

Pola pernapasan normal frekuensinya pada orang dewasa adalah 8-16 kali/menit,

iramanya teratur, kedalaman bernapasnya normal, dan otot-otot pernapasan yang digunakan

adalah otot-otot utama seperti diafragma.

2. 5 Macam-macam pola pernapasan patologis (abnormal)

1. Takipnea

Takipnea adalah frekuensi pernapasan yang lebih cepat dari pernapasan normal

(>20 kaliper menit) yang dapat muncul dengan atau tanpa dispnea. Takipnea biasanya

terjadi pada penyakit flu atau pilek pada anak-anak. Beberapa penyabab lain yaitu

pneumonia, penyakit paru obstruktif (PPOK), emboli paru, dan asma yang dapat

meningkatkan laju respirasi.

2. Bradipnea

Bradipnea merupakan kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernapasan yang

jumlahnya menurun di bawah frekuensi pernapasan normal (<14 kali per menit).

Terjadi pada penyakit uremia, koma diabetik, dll.

3. Dispnea

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala

utama dari pentakit kardiopulmonar. Seseorang yang mengalami dispnea sering

mengeluh napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Gejala objektif sesak napas

termasuk juga penggunaan otot-otot pernapasan tambahan (sternokleidomastoideus,

scalenus, trapezius, pectoralis mayor), pernapasan cuping hidung, takipnea, dan

hiperventilasi.sesak napas tidak selalu menunjukkan adanya penyaki, orang normal

Page 12: Laporan Hasil Taks Reading

akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-

tingkat yang berbeda.

4. Ortopnea

Ortopnea merupakan sesak napas yang terjadi bila penderita dalam posisi

berbaring dan akan berkurang bila penderita berada dalam posisi tegak (duduk atau

berdiri). Penyebab tersering ortopnea adalah gagal jantug kongesif akibat dari

peningkatan volume darah di vaskularisasi sentral pada posisi berbaring.

5. Hipoventilasi

Hipoventilasi merupakan suatu penurunan frekuensi ventilasi. Penurunan ini

berkaitan dengan metabolisme atau kecepatan metabolisme yang sedang berlangsung.

Hipoventilasi dapat menyebabkan peningkatan PCO2 sehingga berakibat pada

penurunan pH darah yang akhirnya dapat menyebabkan asidosis respiratorik .

6. Hiperventilasi

Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh yang

melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi

peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya peningkatan

denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan

lain-lain. Biasanya hiperventilasi disebabkan oleh asidosis, infeksi, dan kecemasan.

7. Hiperpnea (pernapasan dalam)

Hiperpnea merupakan peningkatan ventilasi paru yang dihubungkan dengan

kebutuhan metabolisme karena kebutuhan oksigen yang meningkat. Kebutuhan

oksigen yang meningkat dicapai dengan cara meningkatkan frekuensi pernapasan,

volume tidal, atau keduanya.

Page 13: Laporan Hasil Taks Reading

8. Pernapasan Kussmaul

Pola pernapasan kusmaul berupa irama pernapasan yang lambat, dalam, dan

teratur (takipnea disertai dengan hiperpnea). Jumlah kedalamannya meningkat sering

melebihi 20 kali permenit. Pernapasan ini dijumpai biasanya pada klien dengan

asidosis metabolik (misalnya pada diabetes militus tdak terkontrol, gagal ginjal, dll).

9. Pernapasan Cheyne-Stokes

Pernapasan Cheyne-Stokes merupakan suatu keadaan pernapasan dengan irama

pernapasan yang semakin lama akan semakin membesar. Setelah mencapai

maksimum, irama pernapasan berubah semakin lama menjadi semakin kecil dan

kemudian dilanjutkan dengan tahap apnea. Jadi, rangkaian pernapasan diputus-putus

oleh periode apnea. Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung,

peningkatan tekanan intracranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis

pernapasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas

permukaan laut dan pada bayi saat tidur.

10. Pernapasan biot

Pernapasan biot yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne-stokes,

tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Secara klinis, pola yang terlihat adalah

satu atau beberapa kali usaha melakukan pernapasan dengan amplitudo dan irama

yang tidak teratur serta diselingi periode istirahat. Pernapasan dapat dalam dan

dangkal, penyebab antara lain depresi pernapasan dan kerusakan otak (khususnya

setinggi medulla oblongata).

Page 14: Laporan Hasil Taks Reading

Gambar: grafik pernapasan kussmaul, pernapasan cheyne-stokes

dan pernapasan biot.

Page 15: Laporan Hasil Taks Reading

BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Ada empat hal yang dinilai dalam pola pernapasan yaitu frekuensi, irama, kedalaman,

dan usaha. Bila dari keempat hal ini ada yang lewat dari batas normal, maka akan

menyebabkan pola pernapasan abnormal (patologis). Ada berbagai macam pola

pernapasan abnormal yaitu takipnea, bradipnea, dyspnea, ortopnea, hiperpnea,

hiperventilasi, hipoventilasi, pernapasan kussmaul, pernapasan cheyne-stokes, dan

pernapasan biot.

Page 16: Laporan Hasil Taks Reading

DAFTAR PUSTAKA

1. Natadidjaja, Hendarto. 2012. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik Penyakit

Dalam. Jakarta: binarupa aksara.

2. Asmadi. Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.

Penerbit Salemba

3. Sloane, Ethel. 2003. Anatomidan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

4. Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat

Kesehatan Bates (edisi 5). Jakarta: EGC.

5. Alsagaff, Hood, dkk (ed). 2001. Dasar-dasar Diagnostik Fisik Paru.

Surabaya : Laboratorium Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga.

6. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2013. Patofisiologi Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit (edisi 6). Jakarta : EGC.