literatur reading

60
Literatur Reading Tonsilitis Oleh : Fitria Ratna Sari 08310125

Upload: fitriars

Post on 01-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Literatur Reading

Literatur ReadingTonsilitis

Oleh : Fitria Ratna Sari08310125

Page 2: Literatur Reading

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Manfaat Penulisan

Page 3: Literatur Reading

A. Latar Belakang

• Salah satu penyakit infeksi di bidang THT yang prevalensinya cukup tinggi adalah penyakit tonsilitis

• Tonsilitis atau radang pada tonsil sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, tonsilitis akut sering terjadi pada anak-anak, sedangkan tonsilitis kronis sering ditemukan pada orang dewasa dengan prevalensi kasus tonsilitis kronis lebih tinggi daripada tonsilitis akut.

Page 4: Literatur Reading

• Di Amerika Serikat 10% dari anak yang dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin tiap tahun ditemukan tonsilofaringitis kronik dan 50% dengan streptokokus beta hemolitikus grup A positif, insiden tertinggi ditemukan pada anak sekolah usia 4-7 tahun namun jarang pada anak dibawah 3 tahun.

• Di Indonesia infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan penyebab tersering morbiditas dan mortalitas pada anak berkisar antara 30% - 40%, sedangkan temuan penderita ISPA pada anak mencapai 78 %.

Page 5: Literatur Reading

• Tonsilitis kronik pada anak salah satunya disebabkan karena seringnya anak menderita ISPA berulang atau karena tonsilitis akut yang tidak mendapatkan terapi yang adekuat.

• Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada tenggorokan terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidakesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut

Page 6: Literatur Reading

B. Tujuan

• Untuk mengetahui patofisiologi dan penatalaksana tonsilitis agar dapat melakukan tatalaksana yang baik dan tepat sesuai kompetensi dokter umum dibagian SMF THT-KL.

Page 7: Literatur Reading

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. AnatomiB. HistologiC. Fisiologi

Page 8: Literatur Reading

A. Anatomi1. Anatomi Cavum Oris dan

Faring• Rongga mulut dan faring

dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak di anterior palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah. Nasofaring meluas dari dasar tengkorak hingga atas palatum mole, orofaring meluas dari batas palatum mole hingga batas epiglotis, sedangkan dari bawah garis batas ini hingga ke kartilago krikoid adalah laringofaring.

Gambar 1. Cavum oris dan faring

Page 9: Literatur Reading

• 1.1 Nasofaring• Berhubungan erat dengan

beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fossa rosenmuller, torus tubarius suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare yang dilalui oleh nervus glossofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tuba eustachius.

Page 10: Literatur Reading

• Tonsila faringeal (Adenoid atau bursa faringeal) merupakan massa limfoid yang berlobus yang tersusun teratur seperti suatu segmen celah atau kantung diantaranya. Adenoid berfungsi sebagai kelenjar limfe yang terletak diperifer, duktus eferennya menuju kelenjar limfe leher terdekat. Dilapisi epitel selapis semu bersilia yang merupakan kelanjutan epitel pernafasan dari dalam hidungdan mukosa sekitar nasofaring,

• vaskularisasi dari A. Karotis interna dan sebagian kecil cabang A. Maksilaris kemudian darah vena dialirkan sepanjang pleksus faringeus ke dalam vena jugularis interna.

• Persarafan sensoris melalui N. Nasofaringeal cabang dari N. IX dan N. V.

Page 11: Literatur Reading

1.2 Orofaring

Disebut juga mesofaring dengan batas-batas :

batas superior : palatum mole,

batas inferior : tepi atas epiglotis

batas anterior : cavum oris

batas posterior : vertebra servikal.

Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.

Page 12: Literatur Reading

a. Fossa tonsil • dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas

lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supratonsil.

b. Jaringan limfoid orofaring• Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang

mengelilingi faring dibentuk oleh tiga tonsil yaitu tonsila faringeal (adenoid), tonsila palatina, dan tonsila lingual.

Page 13: Literatur Reading

1.3 Laringofaring• Batas atas laringofaring di sebelah superior adalah

tepi atas epiglotis, batas anterior adalah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior adalah vertebra servikal.

• bila laringofaring diperiksa dengan lairngskopi indirect maka struktur pertama yang tampak dibawah dasar lidah adalah valekula atau disebut juga pill pockets, di bawah valekula terdapat epiglotis.

Page 14: Literatur Reading

A. Tonsila Palatina

1. Anatomi Tonsil

Tonsilla palatina (tonsil) adalah kelompok jaringan limfoid yang terdapat pada masing- masing sisi oropharynx dalam sela antara lengkung-lengkung palatum. Tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsilaris antara lengkung-lengkung tersebut.

Palung tonsila palatina (tonsillar bed), tempat tonsil bersandar, berada antara arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus.

Page 15: Literatur Reading

• Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, lebar 15-20 mm masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil, Tonsil terletak di bagian lateral orofaring yang dibatasi oleh :

Lateral : m.constrictor pharyngeus superior

Medial : Ruang oropharynx

Anterior : m.palatoglossus

Posterior : m.palatopharyngeus

Superior : Palatum mole

Inferior : Tonsil llingual

Page 16: Literatur Reading

• Tonsila palatina dibatasi oleh pilar anterior (arkus palatina anterior) sedangkan bagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus palatina posterior) yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjutnya bersama dengan m. Palatina membentuk palatum molle.

• Permukaan lateral tonsil dilapisi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan berhubungan dengan fasia faringobasilaris yang melapisi m. Konstriktor Faringeus. Kapsul tonsil tersebut masuk ke dalam jaringan tonsil , membentuk septa yang mengandung pembuluh darah dan saraf.(5)

Page 17: Literatur Reading

• Pada bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil. Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil. Pada bagian permukaan lateral dari tonsil tertutup oleh suatu membran jaringan ikat, yang disebut kapsul. Kapsul tonsil terbentuk dari fasia faringobasilar yang kemudian membentuk septa.

Page 18: Literatur Reading

• Vaskularisasi tonsil berasal dari cabang-cabang A. karotis eksterna yaitu, A. maksilaris eksterna (A. Fasialis) yang mempunyai cabang yaitu A. tonsilaris dan A. palatina asenden, A. maksilaris interna dengan cabang A. palatina desenden, serta A. lingualis dengan cabang A. lingualis dorsal dan A. faringeal asenden.

• Vena-vena tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran limfa dari tonsil akan mengalir ke rangkaian getah bening servikal profunda atau disebut juga deep jugular node, selanjutnya menuju ke toraks dan pada akhirnya ke duktus torasikus.

• Inervasi tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut N. Trigeminus (V) melalui ganglion sphenopalatina dan bagian bawah tonsil berasal dari saraf glossofaringeus (IX).

Page 19: Literatur Reading

Tonsila lingua• Tonsila lingua merupakan jaringan limfoid tidak

bertangkai, terletak didasar lidah antara tonsil palatina dan meluas kearah anteroposterior dari papila sirkuvalata ke epiglotis.

• Vaskularisasi berasal dari A. karotis eksterna yang bercabang menjadi A. lingualis, V. Sublingualis yang bermuara ke v. Lingualis. Aliran limfe akan menuju kelenjar limfe suprahioid dan submaksilar.

• inervasi melalui cabang N. Laringeus superior yang berasal dari nervus vagus (N. X).

Page 20: Literatur Reading

B. Histologi Tonsil

• Bila dilihat dibawah mikroskop, tonsil terdiri dari tiga unsur utama, yaitu :

1. Jaringan ikat, yaitu trabekula atau reticulum, bertindak sebagai rangka penunjang tonsil. Trabekula mengandung pembuluh darah, saraf, dan kelenjar limfe.

2. Folikel germinativum, merupakan pusat tempat sel induk dari kelompok leukosit mengalami kariokinesis dan membentuk sel-sel limfosit muda.

3. Jaringan interfolikular, terdiri dari sel-sel limfoid dalam berbagai stadium perkembangan.

Page 21: Literatur Reading

Permukaan tonsila palatina dan tonsila lingualis ditutupi oleh epitel berlapis gepeng tanpa keratin yang juga melapisi kripti tonsil. Banyak terdapat limfonodulus terletak dibawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus.

Gambar. 5 Histologi tonsil palatina

Page 22: Literatur Reading

• Berdasarkan lokasinya, maka tonsila dalam mulut dan faring disebut tonsilla palatina, tonsila faringeal, tonsila lingualis, ketiganya membentuk cincin waldeyer.

• Pada tonsilla palatina, setiap tonsilanya memiliki 10-20 invaginasi epitel yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus, yang mengandung sel-sel epitel yang terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya. Mereka mungkin tampak sebagai bintik-bintik purulen pada tonsilitis.

Page 23: Literatur Reading

C. Fisiologi Tonsil

• Tonsila palatina, tonsila lingualis, dan tonsila faringeal membentuk suatu lingkaran atau cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran napas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin waldeyer.

• Fungsi cincin waldeyer adalah sebagai benteng bagi saluran makanan maupun saluran napas terhadap serangan kuman-kuman yang ikut masuk bersama makanan, minuman, dan udara pernapasan.

Page 24: Literatur Reading

• Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

• Dalam keadaan normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi dengan bertindak seperti filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk membantu melawan infeksi.

Page 25: Literatur Reading

BAB IIIPembahasan

Definisi• Tonsilitis adalah peradangan tonsila palatina yang merupakan

bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak.

• Tonsilitis dapat bersifat akut dan kronis. Tonsilitis akut merupakan suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri, berlangsung sekitar lima hari, dan paling sering terjadi pada anak-anak. Bila serangan tonsilitis akut terjadi berulang-ulang maka disebut tonsilitis kronik. Tonsilitis kronik sering dijumpai pada orang dewasa

Page 26: Literatur Reading

A. Tonsilitis Akut

1. Insiden

Tonsilitis akut paling sering terjadi pada anak-anak dengan usia terbanyak 5 tahun sampai 10 tahun. Penyakit ini ditularkan secara droplet infection melalui alat makan atau melalui makanan itu sendiri.

2.Etiologi

Menurut etiologinya, tonsilitis akut di bagi menjadi dua,yaitu :

• Tonsilitis viral• Tonsilitis bakterial

Page 27: Literatur Reading

1. tonsilitis viral• Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold

yang disertai nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr. Haemophilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeski virus coxschakie, maka pada pemeriksaan ongga mulut akan tampak luka luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.

• Terapi pada kasus ini adalah istirahat, minum cukup, analgetika, dan antivirus diberikan jika gejala berat.

Page 28: Literatur Reading

2. Tonsilitis Bakterial• Radang akut tonsil dapat disebabkan oleh kuman grup A

Streptococcus beta hemolyticus yang dikenal sebagai strept throat, kemudian kuman pneumococcus, Streptococcus viridians, dan Streptococcus pyogenes.

• Bentuk tonsilitis akut dengan detritus jelas disebut tonsilitis folikularis, bila bercak bercak ini bersatu membentuk alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar sehingga terbentuk semacam membran semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil.

Page 29: Literatur Reading

• Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada tonsilitis akut bakterial adalah nyeri tenggorok, dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga (otalgia).

• Pada pemeriksaan fisik tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.

Page 30: Literatur Reading

• Terapi pada kasus ini berupa antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin, antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

• Komplikasi pad anak sering menimbulkan otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil (quinsy throat), abses parafaring, bronkitis, glomerulonefriitis akut, miokarditis, artritis.

• Akibat hipertrofi tonsil akan meyebabkan pasien bernapas melalui mulut, tidur mendenngkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea.

Page 31: Literatur Reading

B. Tonsilitis Membranosa

Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah :

• a. tonsilitis difteri• b. tonsilitis septik (septic sore throat)• c . Angina plaut vincent• d. Penyakit kelainan darah seperti leukemia akut,

anemia pernisiosa, neutropenia maligna, serta infeksi mononukleosis

• e. proses spesifik luas dan tuberkulosis• f . infeksi jamur moniliasis, aktinomikosis, blastomikosis• g. infeksi virus morbili, pertusis, dan skarlatina.

Page 32: Literatur Reading

A. tonsilitis difteri• Penyebabnya ialah Coryne bacterium diphteriae, kuman

yang termasuk gram positif dan hidung di saluran napas atas yaitu hidung, faring, dan laring.

• Penyakit ini sering ditemukan pada anak berusia <10 tahun, dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini.

Page 33: Literatur Reading

• Gejala dan tanda• Gejala umum : suhu subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan,

badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan.• Gejala lokal : tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor

yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea dan bronkus dan dapat menyumbat saluran napas. Membran semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat mudah berdarah.kelenjar limfe leher membesar sehingga menyerupai leher sapi (bull neck) atau buergeemester’s hals

• Gejala akibat eksotosin:Kerusakan pada jantung seperti miokarditis sampai decompensatio cordis, mengenai saraf kranial menjadi kelumpuhan otot palatum dan otot pernapasan, pada ginjal menimbulkan aluminuria.

Page 34: Literatur Reading

• Diagnosis tonsilitis difteri ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membran semu dan didapatkan kuman Corynebacterium diphteriae.

• Terapi anti difteri serum (ADS) diberi segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit.

• Antibiotika penisilin atau eritromisisn 25-50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis dalam 14hari.

• Kortikosteroid 1,2mg/kgbb per hari. Antipiretik untuk simtomatis. Karena penyakit ini menular, pasien harus di isolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3minggu.

Page 35: Literatur Reading

B. Tonsilitis SeptikPenyebab dari tonsilitis septik adalah Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang di temukan.

Page 36: Literatur Reading

C. Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa)

• Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut kurang dan defisiensi vitamin C.

• Gejala penyakit ini berupa demam sampai 39 c, nyeri kepala, badan lemah, dan kadang kadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi, dan gusi mudah berdarah.

• Pada pemeriksaan fisik ditemukan mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membran putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi, serta prosesus alveolaris, mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar submandibula membesar.

Page 37: Literatur Reading

• Terapi pada angina plaut vincent berupa antibiotika spektrum luas selama 1minggu. Memperbaiki higiene mulut. Vitamin C dan vitamin B kompleks.

Page 38: Literatur Reading

D. Penyakit kelainan darah

• Leukemia akutGejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan dimukosa mulut, gusi, dan

dibawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di tenggorok.

• Angina agranulositosisPenyebabnya ialah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa, dan

arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di muoksa mulut dan faring serta di sekitar ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di genitalia dan saluran cerna.

• Infeksi mononukleosisPada penyakit ini terjadi tonsiilp faringitis ulsero membranosa bilateral.

Membran semu yang menutupi ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan. Terdapat pembesaran kelenjar limfa leher, ketiak dan retroinguinal. Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (reaksi paul bunnel).

Page 39: Literatur Reading

C. Tonsilitis Kronis

1. Definisi• Tonsilitis kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau

inflamasi pada tonsila palatina yang menetap Tonsilitis kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil.

• Pada tonsilitis akut terutama yang tidak mendapat terapi adekuat;mungkin serangan mereda tetapi kemudian dalam waktu pendek kambuh kembali dan menjadi laten. Proses ini biasanya diikuti dengan pengobatan dan serangan yang berulang setiap enam minggu hingga 3 – 4 bulan.

2. Insiden• Tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang

paling sering dari semua penyakit tenggorokan yang berulang.

Page 40: Literatur Reading

3. Etiologi• Bakteri penyebab tonsilitis kronis pada umumnya sama

dengan penyebab tonsilitis akut, paling sering adalah gram positif.

• Hasil penelitian suyitno dan sadeli (1995) : kultur apusan tenggorokan didapatkan bakteri gram positif sebagai penyebab tersering tonsil faringitis kronis adalah streptokokus alfa, stafilokokus aureus, streptokokus beta hemolitikus grup A, stafilokokus epidermis. Bakteri gram negatif yaitu eterobakter, pseudomonas aeruginosa, E. Coli.

Page 41: Literatur Reading

4. Faktor predisposisi• Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis

adalah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

Page 42: Literatur Reading

5. Patofisiologi bakteri

(dalam udara dan makananMasuk melalui mulut atau

hidung

virus (dalam udara dan makanan) masuk melalui mulut atau

hidung

Infiltrasi lapisan epitel tonsil dan terjadi pengikisan epitel

Reaksi peradangan(keluarnya mediator

kimiawi, leukosit pmn, dll)

Terbentuk detritus (kumpulan leukosit, bakteri yang telah mati, epitel yang

terkelupas)

Tonsil membengkak

Permukaan tonsil mengalam ulserasi, pembentukan fibrin, dan supurasi bersatu

membantuk suatu membran

Page 43: Literatur Reading

Tonsilitis akut

Proses radang berulang

Epitel dan mukosa jaringan limfoid terkikis

Pembentukan jaringan parut pada jaringan limfoid

Kripta melebar (diisi oleh detritus)

Tonsil membengkak mengalami perlengketan dengan jaringan sekitar

Tonsilitis kronis

Page 44: Literatur Reading

Tonsilitis kronis

Pembesaran tonsil (benda asing dalam jalan napas)

Obstruksi jalan napas Obstruksi mekanik

Bersihan jalan napas tidak efektif

Resiko kesulitan menelan

Rasa tidak nyaman

tenggorokan

tonsilektomi

Page 45: Literatur Reading

6. Gejala dan Tanda

Keluhan penderita tonsilitis kronik mirip dengan tonsilitis akut tetapi sangat ringan dan kadang-kadang tanpa keluhan. seperti :

• rasa nyeri tenggorok, • mulut berbau busuk, • suhu badan kadang-kadang normal kadang-kadang

subfebris, • badan lesu dan nafsu makan berkurang.

Page 46: Literatur Reading

• Pada pemeriksaan tonsil hipertrofi tetapi kadang- kadang atrofi, hiperemis, dan udem. Didapatkan detritus, atau detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher membesar tetapi tidak nyeri tekan

• Penderita tonsilitis kronik biasanya akan merasakan ada sesuatu yang menyekat tenggorokannya yang terkadang tenggorokannya terasa kering.

Page 47: Literatur Reading

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi tonsil dapat dibagi menjadi:

• T0 : Post tonsilektomi

• T1 : < 25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

• T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

• T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

• T4 : > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

Page 48: Literatur Reading

Gambar . Tonsilitis Kronis

Page 49: Literatur Reading

7. Pemeriksaan Penunjang• Pemeriksaan penunjang pada tonsilitis kronik sama

dengan tonsilitis akut, yaitu kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.

Page 50: Literatur Reading

8. Penatalaksanaan• Terapi lokal ditujukan untuk higiene mulut dengan obat

kumur atau obat isap. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.

• Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil.

Page 51: Literatur Reading

Penatalaksana pasti untuk tonsilitis kronik adalah pembedahan dengan tonsilektomi. Dilakukan pada kasus-kasus ketika tindakan konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala, indikasi-indikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology adalah

Indikasi absolut • Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan

nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur, atau komplikasi kardiopulmonal.

• Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofacialis.

• Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsilitis yang tidak hilang dengan pengobatan adekuat, otitis media efusi atau supuratif.

• Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsif.• Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis

Page 52: Literatur Reading

Indikasi relatif• Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau

lebih dalam 1 tahun meskipun dengan terapi yang adekuat.

• Bau mulut atau bau nafas yang menetap menandakan tonsilitis kronis tidak responsif terhadap terapi medis

• Tonsilitis kronis atau rekuren yang disebabkan kuman streptococus yang resisten terhadap antibiotik β laktamase.

• Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma

Page 53: Literatur Reading

Kontraindikasi yang absolut antara lain :

a. Adanya gangguan pembekuan darah

b. Poliomielitis

c. Hipertrofi tonsil

Kontraindikasi yang relatif antara lain :

a. Peradangan akut saluran napas bagian atas

b. Langit-langit bercelah

c. Demam reumatik dan nefritis.

Page 54: Literatur Reading

tonsilektomi dapat menimbulkan komplikasi berupa :

(1) Saat pembedahan :

(a) Trauma pada gigi, bibir, dan lidah

(b) Dislokasi sendi rahang (temporomandibular)

(c) Trauma pada vertebra servikal oleh karena hiperekstensi

(2) Segera paska bedah :

(a) Perdarahan

(b) Sumbatan jalan napas

Page 55: Literatur Reading

(3) Baru :

(a) Perdarahan sekunder (biasanya hari kelima sampai sepuluh) yang berupa peradangan dan pelepasan selaput

(b) Nyeri alih ke telinga

(c) Otitis media

(d) Oedem palatum mole dan uvula

(e) Sepsis lokal

(f) Pneumonia

Page 56: Literatur Reading

9. Komplikasi• Tonsilitis kronik dapat menimbulkan komplikasi ke

daerah sekitarnya berupa rhinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuitatum.

• Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.

Page 57: Literatur Reading

10. Prognosis• Penderita dengan tonsilitis kronik tanpa terapi yang tepat

dan adekuat dapat menjadi sumber dari infeksi sistemik seperti demam reumatik atau pneumonia. Tonsilitis kronik post tonsilektomi sembuh dalam beberapa hari dengan istirahat dan pengobatan suportif yang adekuat.

• Mortalitas dari tonsilektomi jika dilakukan oleh ahli bedah dan anastesiolog yang berpengalaman adalah 0,006%.

Page 58: Literatur Reading

BAB IV. Kesimpulan

• Tonsil sebagai sumber infeksi (fokal infection) merupakan keadaan patologis akibat inflamasi kronis dan akan menyebabkan reaksi atau gangguan fungsi organ lain. Hal ini dapat terjadi karena kripta tonsil dapat menyimpan bakteri atau produknya yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Page 59: Literatur Reading

• Gangguan fungsi pada penderita tonsilitis kronik dan dampaknya terhadap kualitas hidup telah banyak diteliti. Penderita tonsilitis kronik yang terganggu fungsi respirasi dan deglutisi mengalami penurunan kualitas hidup, meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan kehilangan waktu untuk sekolah atau bekerja. Obstructive sleep apnea syndrome (OSAS), yang prevalensinya usia sekolah, menimbulkan masalah kesulitan bernafas malam hari terutama saat tidur, gangguan emosional, gangguan perilaku dan gangguan neurokognitif. Tonsilitis kronik sangat sulit diobati dan tonsilektomi lazim dilakukan. Tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi pasca tonsilektomi.

Page 60: Literatur Reading

Terimakasih