documentta

12
TUGAS TEORI AKUNTANSI PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN POSTULAT AKUNTANSI OLEH RAJA INDRA ANDRIANIS NIM: 0802120316 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

Upload: edi-saputra

Post on 22-Jul-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS TEORI AKUNTANSI PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN POSTULAT AKUNTANSI OLEH RAJA INDRA ANDRIANIS NIM: 0802120316

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

I.

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya aktifitas produksi dan konsumsi. Ekonomi merupakan aktifitas yang boleh dikatakan sama halnya dengan keberadaan manusia di muka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip ekonomi adalah langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan sistem ekonomi ada berbagai macam, di antaranya: 1. Sistem Ekonomi Kapitalis Prinsip ekonomi kapitalis adalah: Kebebasan memiliki harta secara persendirian. Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas. Ketidaksamaan ekonomi.

2. Sistem Ekonomi Komunis Prinsip ekonomi komunis adalah: Hak milik atas alat-alat produksi oleh negara. Proses ekonomi berjalan atas dasar rencana yang telah dibuat. Perencanaan ekonomi sebagai rencana / dalam proses ekonomi yang harus dilalui.

3. Sistem Ekonomi Sosialis Prinsip ekonomi sosialis adalah: Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-koperasi serikat pekerja, badan hukum dan masyarakat yang lain. Pemerintah menguasai alat-alat produk yang vital. Proses ekonomi berjalan atas dasar mekanisme pasar. Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha menyesuaikan kebutuhan individual dengan kebutuhan masyarakat.

Indonesia memiliki sistem ekonomi sendiri, yaitu sistem demokrasi ekonomi, yang prinsip-prinsip dasarnya tercantum dalam UUD'45 pasal 33. Adakah Ekonomi Islam? Sistem kapitalis yang saat ini banyak dipergunakan telah menunjukkan kegagalan dengan mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Sistem ekonomi Islam sebagai pilihan alternatif mulai digali untuk diterapkan sebagai sistem perekonomian yang baru. Bagaimanakah sistem ekonomi Islam itu? Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem ekonomi yang lain, dimana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai ibadah dalam setiap kegiatannya.

Prinsip ekonomi Islam adalah: I.2. Kebebasan individu. Hak terhadap harta. Ketidaksamaan ekonomi dalam batasan. Kesamaan sosial. Keselamatan sosial. Larangan menumpuk kekayaan. Larangan terhadap institusi anti-sosial. Kebajikan individu dalam masyarakat. Konsep Ekonomi Islam

Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim (kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara keperluan kebendaan dan keperluan rohani / etika yang diperlukan manusia. Sumber pedoman ekonomi Islam adalah alQur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam: Qs.al-Ahzab:72 (Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah). Qs.Hud:61 (Untuk memakmurkan kehidupan di bumi). Qs.al-Baqarah:30 (Tentang kedudukan terhormat sebagai khalifah Allah di bumi).

Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut diperoleh ketentuannya dengan jalan ijtihad. I.3. Dasar-dasar Ekonomi Islam.

Dasar-dasar ekonomi Islam adalah: 1) Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di akhirat, tercapainya pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga. 2) Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula. 3) Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlentar. 4) Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena itu harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki. 5) Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat. 6) Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang. 7) Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang menjadi ukuran perbedaan adalah prestasi kerja. Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut: a. Nilai dasar sistem ekonomi Islam: 1) Hakikat pemilikan adalah kemanfaatan, bukan penguasaan. 2) Keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia. 3) Keadilan antar sesama manusia. b. Nilai instrumental sistem ekonomi Islam: 1) Kewajiban zakat. 2) Larangan riba. 3) Kerjasama ekonomi. 4) Jaminan sosial.

5) Peranan negara. c. Nilai filosofis sistem ekonomi Islam: 1) Sistem ekonomi Islam bersifat terikat yakni nilai. 2) Sistem ekonomi Islam bersifat dinamik, dalam arti penelitian dan pengembangannya berlangsung terus-menerus. d. Nilai normatif sistem ekonomi Islam: 1) Landasan aqidah. 2) Landasan akhlaq. 3) Landasan syari'ah. 4) Al-Qur'anul Karim. 5) Ijtihad (Ra'yu), meliputi qiyas, masalah mursalah, istihsan, istishab, dan urf. I.4. Ekonomi Islam dan Tantangan Kapitalisme

Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain adalah: Asumsi dasar / norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi Islam asumsi dasarnya adalah syari'ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap individu, keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun penguasa/pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun rohaniah. Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam. Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat selaku khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas. Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis tidak bisa dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang oleh sebagian ulama dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh al-Qur'an. Manfaat uang dalam berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para

penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai konsep yang harus dihindari dalam perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang mengakibatkan semakin buruknya situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya ekonomi rakyat. Larangan riba dalam Islam bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko sama sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan ummat Islam wajib meninggalkannya (Qs.al-Baqarah:278), akan tetapi Islam menghalalkan mencari keuntungan lewat perniagaan (Qs.83:1-6) Krisis Ekonomi: Agenda Penyelesaian Ekonom Muslim Krisis ekonomi disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain: Menurunnya kualitas moral/mental, bisa dikatakan sebagai faktor yang paling penting. Keadilan yang tidak merata (kolusi). Tidak adanya keterbukaan/transparansi oleh pemerintah dalam berbagai hal. Merebaknya sistem perekonomian yang menggunakan sistem riba.

Di samping hal-hal tersebut di atas, masih banyak faktor lain yang mendorong terjadinya krisis ekonomi, misalnya suasana politik yang tidak stabil, persaingan yang tidak sehat, krisis kepercayaan, dan ada satu hal yang saat ini sedang banyak dibicarakan oleh para ekonom, yaitu bahwa sistem ekonomi yang ada sudah tidak sesuai lagi untuk diterapkan, sehingga adanya suatu sistem perekonomian dengan formula yang baru. Adapun konsep pelaksanaan kegiatan ekonom Muslim dalam mengatasi krisis (terutama yang terjadi di Indonesia), secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pendidikan moral/mental mutlak harus ditingkatkan, baik dari tingkat orang-per-orang, rumah tangga, masyarakat, maupun negara. Dan nuansa moral inipun harus dapat selalu didengungkan dalam setiap kegiatan baik dalam berpolitik, berekonomi, berbudaya, dan lain sebagainya. 2. Keadilan yang merata meliputi berbagai bidang, di antaranya: Pemerataan peningkatan sumber daya manusia, pemerataan keadilan dalam pelaksanaan hukum, dalam arti bahwa setiap pelanggar harus mendapatkan sanksi yang tegas. 3. Adanya transparansi/keterbukaan dalam setiap kegiatan yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara. 4. Melacak sumber yang menyebabkan krisis (tegantung krisis apa). 5. Menerapkan sistem ekonomi Islam dan menghapus praktek pembungaan uang. I.5. SEPULUH PRINSIP EKONOMI 1. Tradeoff Theres no such thing as free lunch (Tak ada yang gratis di dunia ini), untuk mendapat sesuatu biasanya harus mengorbankan sesuatu yang lain. Keputusan dihadapkan pada pertukaran (tradeoff) 2. Biaya Karena semua orang dihadapkan pada tradeoff, maka untuk mengambil keputusan harus membandingkan biaya dan manfaat. 3. Rasional Orang rasional berpikir pada batas-batas 4. Tanggap terhadap insentif Manusia mengambil keputusan dg cara membandingkan biaya dan keuntungan. Kebiasaan ini akan berubah jika ada perubahan pada keuntungan atau biaya (berarti tanggap terhadp insentif) 5. Perdagangan menguntungkan semua pihak Tidak mungkin semua kebutuhan manusia akan bisa disediakan sendiri. Dengan perdagangan akan menciptakan spesialisasi shg dpt menekan biaya produksi (harga murah).

6. Pasar merupakan tempat yg baik utk mengorganisasikan keg. Ekonomi Perekonomian pasar adalah suatu jenis perekonomian yang mengalokasikan

sumberdayanya melalui keputusan terdesentralisasi dari berbagai perusahaan dan rumah tangga seiring dg interaksi mereka di pasar barang dan jasa. 7. Pemerintah terkadang mampu meningkatkan hasil pasar Kegagalan Pasar (market failure) adalah situasi di mana suatu pasar gagal mengalokasikan sumber dayanya secara efisien dengan kekuatan sendiri. Salah satu penyebab kegagalan pasar adalah eksternalitas. Eksternalitas adalah dampak dari tindakan seseorang terhadap kesejahteraan orang lain. Penyebab yang lain adalah Market Power 8. Standar hidup suatu negara bergan-tung pada kemampuannya menghasilkan barang dan jasa 9. Harga-harga meningkat jika pemerintah mencetak uang terlalu banyak 10. Masyarakat menghadapi tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran

II.

Postulat Postulat AkuntansiPostulat akuntansi adalah pemyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hukum tempat akuntansi beroperasi.1. Postulat Entitas

Akuntansi mengukur hasil operasi dari suatu entitas, yang terpisah dan berbeda dari pemilik entitas. Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain. Postulat entitas merumuskan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan. Postulat memungkinkan akuntan membedakan antara transaksi bisnis dan individu: akuntan melaporkan transaksi perusahaan, bukan transaksi pemilik perusahaan. Postulat juga

mengakui tanggung jawab pelayanan manajernen pada pemegang saham. Konsep entitas diterapkan pada kemitraan, kepemilikan tunggal, korporasi (perseroan terbatas dan bukan perseroan terbatas), dan perusahaan kedl dan besar. Konsep ini juga diterapkan pada segmen perusahaan (seperti divisi) atau beberapa perusahaan (seperti konsolidasi perusahaan yang saling terkait). Salah satu definisi melihat bahwa entitas akuntansi merupakan unit ekonomi yang bertanggung jawab atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif atas unit. Difinisi lainnya yang berorientasi pemakai menyatakan bahwa entitas akuntansi berada dalam kerangka kepentingan ekonomi berbagai pemakai, dan bukan aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif unit. Konsep dari American Accounting Assodation tahun 1964 dan komite studi penelitian standar tentang konsep entitas bisnis mendukung pandangan ini, meyatakan bahwa "batasan entitas ekonomi dapat diidentifikasi:1. Dengan menentukan kepentingan individual atau kelompok. 2. Dengan menentukan sifat kepentingan individual atau kelompok.

Pendekatan kedua ini menjustifikasi kemungkinan perluasan data yang merupakan hasil dari skopa akuntansi baru sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan potensial semua pemakai. 2. Postulat Kelangsungan Usaha

Postulat kelangsungan usaha, atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan. Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu. Jadi, laporan keuangan menyediakan pandangan sementara atas situasi keuangan perusahaan dan hanya merupakan bagian dari seri laporan yang berkelanjutan. Kecuali untuk kasus likuidasi, pemakai menginterpretasikan informasi yang dihitung dengan dasar asumsi kontinyuitas perusahaan. Jika entitas memberi kehidupan, yang terbatas, maka laporan yang sesuai akan menspesifikasi data terminal dan sifat likuidasi. Postulat kelangsungan usaha menjustifikasi penilaian aset dengan dasar nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi dengan pertimbangan:1. Pertama, karena baik nilai sekarang maupun nilai likuidasi tidak memadai untuk

penilaian aset, postulat kelangsungan usaha meminta penggunaan kos historis untuk penilaian aset.

2. Kedua, aset tetap dan aset tidak berwujud diamortisasi selama umur manfaatnya, dan

bukan selama periode yang lebih pendek dalam ekspektasi likuidasi. Postulat kelangsungan usaha juga diterapkan untuk mendukung teori manfaat. Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. Kelangsungan usaha (yaitu, kontinuitas entitas akuntansi yang tidak terbatas) adalah penting untuk justifikasi teori manfaat. Beberapa teoritikawan akuntansi mempertimbangkan postulat kelangsungan usaha sebagai sesuatu yang diperlukan dan sebagai konvensi akuntansi yang penting. Paton dan Littleton secara sederhana menyatakan bahwa "kemungkinan suatu aktivitas berhenti secara tibatiba tidak dapat menghasilkan pondasi bagi akuntansi". Semua teoritikawan akuntansi tidak sepakat dalam interpretasi tentang postulat kelangsungan usaha. Storey dan Sterling secara terpisah berpendapat bahwa postulat kelangsungan usaha tidak memberikan justifikasi untuk penilaian sediaan dengan kos. Storey berpendapat bahwa "hal tersebut merupakan konvensi realisasi dan bukan konvensi kelangsungan usaha yang mensyaratkan penilaian sediaan dengan kos". Sterling berpendapat, anggapan bahwa entitas akuntansi memiliki kehidupan yang tidak terbatas tidak menjustifikasi nilai likuidasi, tetapi juga bahwa asumsi ini bukan alasan yang memadai untuk menggunakan kos historis ketika terdapat alternatif penilaian lain yang lebih relevan. Selanjutnya, jika postulat kelangsungan usaha dipertahankan, hal tersebut diyakini sebagai prediksi. Beberapa teoritikawan akuntansi tidak menyukai memasukkan postulat kelangsungan usaha dalam struktur teori akuntansi. Chambers memandang kelangsungan usaha sebagai entitas yang berada terus dalam keadaan likuidasi teratur, bukan dalam likuidasi dipaksakan. Interpretasi kelangsungan usaha ini sesuai dengan penggunaan "ekuivalen kas sekarang" sebagai dasar penilaian seperti diusulkan Chambers. Teoritikawan lain tidak memasukkan postulat kelangsungan usaha, karena. mereka menganggap hal tersebut tidak relevan dengan struktur teori akuntansi. Semua titik pandang ini perlu untuk menginterpretasikan kembali postulat kelangsungan usaha. Postulat dipandang sebagai pertimbangan tentang kontinuitas berdasarkan bukti aktual terhadap dampaknya. Fremgen menawarkan suatu definisi yang konsisten dengan pandangan bahwa postulat kelangsungan usaha merupakan kesimpulan atau pertimbangan dan bukan asumsi, ketika dia menyatakan bahwa "entitas dipandang sebagai tetap berada dalam operasi secara tidak terbatas" dalam pengakuan bukti bukti terhadap kenyataan tersebut, tidak "dalam adanya bukti yang sebaliknya".

3.

Postulat Unit Pengukur

Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi perusahaan dengan cara yang seragam. Pengukur umurn yang dipilih dalam akuntansi adalah unit moneter. Pertukaran barang, jasa dan modal diukur dalam satuan uang. Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter. Postulat unit pengukur, atau postulat unit moneter, berimplikasi pada dua keterbatasan utama dalam akuntansi yaitu:1. Pertama, akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang dinyatakan dalam

satuan moneter; tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi lain yang relevan namun bersifatnon-moneter. 2. Informasi akuntansi diterima secara esensial sebagai bersifat moneter dan terkuantifikasi; informasi non-akuntansi diterima sebagai bersifat nonmoneter dan tidak terkuantifikasi. Pandangan ini mendorong kita untuk mendefinisi informasi akuntansi sebagai "kuantitatif, formal, terstruktur, dapat diaudit, numerik, dan berorientasi masa lampau" dan mendefinisi informasi nonakuntansi sebagai "kualitatif, informal, naratif, tidak teraudit, dan berorientasi masa depan". Keterbatasan yang diakibatkan oleh postulat unit pengukur terkait dengan unit moneter itu sendiri sebagai unit pengukur. Karakteristik utama adalah daya beli unit moneter, atau kuantitas barang atau jasa yang satuan uang dapat digunakan. Teori akuntansi konvensional berhubungan dengan permasalahan ini dengan menyatakan bahwa postulat unit pengukur juga "postulat moneter yang stabil" dalam artian bahwa postulat menganggap daya beli dolar adalah stabil sepanjang waktu atau perubahannya tidak signifikan. Meskipun ini tetap digunakan dalam pelaporan keuangan sekarang, postulat moneter yang stabil merupakan objek kritik yang terusmenerus. Profesi akuntansi menghadapi tantangan untuk memilih antara unit uang dan unit daya beli umum sebagai unit pengukuran akuntansi. 4. Postulat Periode Akuntansi

Meskipun postulat kelangsungan usaha menyatakan bahwa perusahaan akan tetap ada untuk periode waktu yang tidak terbatas, pemakai meminta berbagai informasi tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk membuat keputusan jangka pendek.

Sebagai tanggapan terhadap kendala yang disebabkan lingkungan pemakai, postulat periode akuntansi menyatakan bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejahteraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik. Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hukum pajak penghasilan, yang mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis tradisional, menggunakan periode normal satu tahun. Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan tahun fiskal, atau tahun bisnis "alami". Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan tahun kalender, akan lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi ketika aktivitas bisnis telah mencapai titik terendah. Karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan dan sering, kebanyakan perusahaan juga menerbitkan laporan interim yang menyediakan informasi keuangan triwulanan atau bulanan, dan untuk menjamin kredibilitas laporan interim, Accounting Prindples Board menerbitkan APB Opinion No. 28, yang mensyaratkan laporan interim seharusnya didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik yang sama. Dengan meminta entitas untuk menyediakan secara periodik, laporan keuangan jangka pendek, postulat periode akuntansi membebankan akrual dan tangguhan, penerapan yang menyebabkan perbedaan penting antara akuntansi akrual dan kas. Setiap periode, penggunaan akrual dan tangguhan diminta dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan dalam istilah seperti expensesdibayar dimuka, pendapatan yang belum diterima, gaji yang belum dibayar, dan expensesdepresiasi. Meskipun laporan keuangan jangka pendek bersifat arbitrer dan kurang tepat, kekurangan dikesampingkan karena signifikasinya bagi pemakai, dengan cara menentukan bahwa proses akuntansi terus menghasilkannya.