ta 51081001084

39
PENDAHULAN Latar Belakang Instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar modal adalah suratsurat berharga yang berjangka panjang seperti saham, obligasi, waran, right (Darmadji, 2001 ; 5). Salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal masyarakat luas adalah saham. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan yang mengeluarkan saham terdiri dari berbagai macam jenis perusahaan yang dibagi berdasarkan bidang usahanya kedalam sektor tertentu. Salah satu sektor adalah sektor otomotif dan komponennya. Secara sederhana harga saham mencerminkan perubahan minat investor terhadap saham tersebut. Jika permintaan terhadap suatu saham tinggi, maka harga saham tersebut akan cenderung tinggi. Demikian sebaliknya, jika permintaan terhadap suatu saham rendah, maka harga saham tersebut akan cenderung turun (Dwiatma Patriawan, 2011). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Debt Equity Ratio, Return On Equity, Earning Per Share dan Price Earning Ratio. Perkembangan besarnya variabel EPS, ROE, DER dan PER terhadap Harga Saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang Go Public di BEI pada tahun 2007 – 2010 yang terlampir pada lampiran 1. Pada lampiran 1 tersebut menunjukkan adanya perkembangan kinerja keuangan serta harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go Public di BEI selama 1

Upload: stiepi

Post on 20-Jun-2015

726 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ta 51081001084

PENDAHULAN

Latar Belakang

Instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar modal adalah suratsurat

berharga yang berjangka panjang seperti saham, obligasi, waran, right (Darmadji,

2001 ; 5). Salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal masyarakat

luas adalah saham. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset

perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan yang mengeluarkan saham

terdiri dari berbagai macam jenis perusahaan yang dibagi berdasarkan bidang

usahanya kedalam sektor tertentu. Salah satu sektor adalah sektor otomotif dan

komponennya.

Secara sederhana harga saham mencerminkan perubahan minat investor

terhadap saham tersebut. Jika permintaan terhadap suatu saham tinggi, maka harga

saham tersebut akan cenderung tinggi. Demikian sebaliknya, jika permintaan

terhadap suatu saham rendah, maka harga saham tersebut akan cenderung turun

(Dwiatma Patriawan, 2011).

Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Debt Equity Ratio, Return On

Equity, Earning Per Share dan Price Earning Ratio. Perkembangan besarnya

variabel EPS, ROE, DER dan PER terhadap Harga Saham pada perusahaan sub-

sektor otomotif yang Go Public di BEI pada tahun 2007 – 2010 yang terlampir pada

lampiran 1.

Pada lampiran 1 tersebut menunjukkan adanya perkembangan kinerja keuangan

serta harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go Public di BEI

selama tahun 2007 sampai tahun 2010. Secara keseluruhan kinerja keuangan industri

otomotif dan komponennya mengalami fluktuasi (mengalami peningkatan dan

penurunan yang cukup signifikan) yang mengindikasikan bahwa harga sahamnya

juga mengalami fluktuasi (mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup

signifikan). Hal ini dapat dilihat pada harga saham tahun 2008 sampai tahun 2009

yaitu PT Astra Internasional Tbk dimana pada tahun 2008 harga saham perusahaan

ini mengalami peningkatan yaitu dari Rp 19.179,00 menjadi Rp 24.358,00 saat

kinerja keuangannya seperti ROE dan DER, mengalami penurunan dari tahun 2008

sampai tahun 2009 tetapi tidak terjadi dengan EPS dan PER. Sebaliknya, perusahaan

sub-sektor otomotif go public yang lain seperti PT Goodyear Indonesia Tbk

mengalami penenurunan harga pada tahun 2008 sampai 2009 juga yaitu dari Rp

14.454,00 menjadi Rp 6.825,00 saat kinerja keuangannya seperti ROE, DER dan

1

Page 2: Ta 51081001084

PER mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun tahun 2008, tetapi tidak

terjadi pada EPS. Hal tersebut menggambarkan adanya peningkatan atau penurunan

kinerja perusahaan akan mampu meningkatkan atau menurunkan harga saham pada

suatu perusahaan.

Harga saham adalah harga pada closing price pada periode pengamatan dan

sangat tergantung dengan kondisi ekonomi, kondisi politik, serta kinerja perusahaan

tersebut. Pergerakan harga saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh

para investor, pada saat kondisi permintaan lebih banyak dari pada penawaran, maka

harga akan cenderung naik, demikian pula sebaliknya pada saat penawaran lebih

banyak dibandingkan permintaan maka harga saham akan cenderung turun.

(Widyastuti Pratidina,2011).

Earning per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan

jumlah lembar saham. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba

bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

(Dwiatma Patriawan, 2011).

Apabila Earnings per Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin banyak

investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham

akan tinggi (Widyastuti Pratidina, 2011). Tetapi pada kenyataannya ada perusahaan

yang EPSnya menurun harga sahamnya meningkat. Perusahaan tersebut adalah PT

Alfa Retailindo Tbk, namun ada perusahaan yang EPS naik tetapi harga saham turun

yaitu PT AGIS Tbk, PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk, PT Courts Indonesia Tbk,

PT Enseval Putera Megatrading Tbk, PT Hero Supermarket Tbk, PT Mitra

Adiperkasa Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT Tigaraksa Satriya Tbk, dan

PT Wicaksana Overseas Internasional Tbk.

Penelitian yang dilakukan Herlina dan Hadianto (2007) menemukan bahwa

PER berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. Tidak

signifikannya EPS ditemukan oleh Haruman, et al. (2005) meski hasil ekspektasi

tandanya masih positif. Begitu penelitian yang dilakukan Noer Sasongko & Nila

Wulandari (2006) bahwa secara parsial menunjukkan bahwa earning per share

(EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang

diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk

menentukan nilai perusahaan.

Namun berbeda dengan penelitian Idawati, Sukirno, dan Pujiningsih (dalam

Noer Sasongko dan Nila Wulandari:2003) yang menguji pengaruh EPS terhadap

2

Page 3: Ta 51081001084

harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham

pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Busra Efek Jakarta

Return on Equity (ROE) dapat dilihat dari laporan keuangan dari setiap

masing-masing perusahan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu

dengan menganalisis laporan keuangan laba/rugi dan arus kas tahunan. Dalam

penelitian ini penulis memakai laporan keuangan tahunan perusahan automotive

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian yang dilakukan Angrawit Kusumawardani (2010) bahwa Return On

Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sebesar -102.3%.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Michael Valentino Damanik

(2008) yang mengungkapkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham.

ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para

investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten, ROE yang

positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan

dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para pemegang

saham. Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROE negatif, yang berarti

bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal

sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham.

Debt to equity ratio (DER) merupakan alat analisis perusahaan untuk

mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang dengan membandingkan

jumlah utang dan modal sendiri (Dwiatma Patriawan, 2011).Penelitian yang

dilakukan Angrawit Kusumawardi (2010) menemukan bahwa Debt To Equity Ratio

(DER) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sebesar 102.4%. Hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Michael Valentino Damanik (2008)

yang mengungkapkan bahwa DER tidak ber pengaruh terhadap harga saham. Rasio

ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)

terhadap total modal yang dimliki perusahaan DER menunjukkan sejauh mana

perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan

kreditornya (Lukman syamsudin 2001:54). Semakin kecil angka rasio ini, berarti

semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan semakin

besar penyangga risiko kreditor. Dari hasil perhitungan didapat nilai DER yang

cukup tinggi, hal ini menunjukkan komposisi total hutang semakin besar

3

Page 4: Ta 51081001084

dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga semakin besar beban perusahaan

terhadap pihak luar.

Price Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Angrawit Kusumawardi,2010)

Penelitian yang dilakukan Angrawit Kusumawardi (2010) menemukan bahwa

variabel PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian

ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Esti (2005) dimana

penelitiannya mengungkapkan PER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil

dari penelitian ini mengungkapkan bahwa PER berpengaruh terhadap harga saham

dimana pengaruhnya tidak begitu besar hanya 43.7% dimana dengan pengaruhnya

sebesar 43.7% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Perusahaan dengan nilai PER yang

tinggi berarti memiliki laba yang rendah sedangkan perusahaan dengan nilai PER

yang rendah berarti memiliki laba yang tinggi dengan kata lain PER berbanding

terbalik dengan laba perusahaan. Perusahaan dengan PER yang rendah berarti

memiliki laba yang tinggi, hal ini akan menarik minat investor akan return yang akan

diterimanya.

Berdasarkan uraian serta permasalahan dan perbedaan hasil penelitian yang

telah dikemukakan peneliti terdahulu, maka penulis ingin melakukan penelitian

dengan judul “Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Sub-Sektor Otomotif

Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Harga

Saham”

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka diperoleh perumusan

masalahyang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana kinerja keuangan

perusahaan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity

(ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) serta pengaruhnya

terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan sub-

sektor otomotif yang go public untuk tahun 2007-2010.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian ini

antara lain:

4

Page 5: Ta 51081001084

1. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan otomotif sub-sektor otomotif

yang go public dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Return On

Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER).

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Debt to Equity Ratio (DER),

Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio

(PER) terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan pada

perusahaan sub-sektor otomotif yang go public.

Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang

dilakukan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan

wawasan di bidang penilaian kinerja keuangan perusahaan serta sebai bahan

referensi untuk peneliti selanjutnya dengan judul dan topik yang berkaitan. Penelitian

ini dapat dijadikan sebagai wahana penerapan teori dan ilmu selama di bangku

kuliah, terutama yang berkaitan dengan kinerja perusahan dan harga saham.

Manfaat Praktis

Informasi yang diberikan dalam penelitian ini dapat digunakan para manajer,

staf dan karyawan agar lebih memperhatikan tingkat kinerja perusahaan karena

penilaian kinerja perusahaan akan mempengaruhi para investor yang ingin

menanamkan modalnya. Penulis berharap penelitian yang dilakukan ini dapat

memberikan gambaran mengenai pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia

(BEI) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pasa investor dalam

mengambil keputusan untuk melakukan investasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Pengertian Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh

mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.(Irham Fahmi, 2011:2)

Kinerja keuangan perusahaan merupakan gambaran mengenai hasil operasi

perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dalam periode

5

Page 6: Ta 51081001084

tertentu, dan pada dasarnya merupakan cerminan dari kinerja manajemen pada

periode tersebut. (Widyastuti Pratidina, 2011)

Menurut Erich A. Helfert dalam sebuah artikel online bahwa kinerja

keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus

menerus oleh manajemen.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja

keuangan adalah suatu analisis atau indikator dari baik buruknya keputusan individu

yang dibuat secara berkala dari gambaran mengenai hasil operasi perusahaan yang

terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar .

Pengukuran kinerja dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan perbaikan

diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, bagi

para investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat

apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau

mencari alternatif lain. Penilaiaan terhadap harga saham dapat digunakan sebagai

salah satu cara untuk alat pengukur efisiensi perusahaan. Jika harga saham

mereflesikan seluruh informasi mengenai perusahaan di masa lalu, sekarang dan di

masa mendatang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap sebagai indikasi

perusahaan yang efisien.

Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen,

pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan

distribusi kesejahteraan diantara mereka. Helfert dan Lidiadni (2003: 36)

mengemukakan bahwa dalam menilai kinerja perusahaan yang paling

berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, manajer, kreditor,

pemerintah dan masyarakat umum.

Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan menggunakan Rasio

Keuangan

Dengan menggunakan alat analisis laporan keuangan, terutama bagi pemilik

usaha dan manajemen, dapat diketahui beberapa hal yang bekaitan dengan keuangan

dan kemajuan perusahaan. Pemilik usaha dapat mengetahui kondisi keuangan

perusahaan dan menilai kinerja manajemen perusahaan. Alat analisis laporan

keuangan yang biasa digunakan adalah rasio – rasio keuangan. (Irham Fahmi,

2011:3)

6

Page 7: Ta 51081001084

Rasio keuangan menurut James C Van Horne merupakan indeks yang

menghubungakan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka

dengan angka lainnya.

Ukuran untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan umumnya

menggunakan lima analisis rasio keuangan yaitu: Rasio Likuiditas, Rasio Leverage,

Rasio Perputaran, Rasio Profitabilitas, Rasio Nilai pasar.(Irham Fahmi, 2011:58)

Menurut Nainggolan (2004:68) ada beberapa rasio yang digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan dan dimana rasio tersebut juga digunakan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Earning Per Share (EPS), Debt to Equity

Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Return on Investment (ROI), Return on

Equity (ROE)

Tidak semua rasio menurut Nainggolan (2004:68) di atas penulis jelaskan

disini. Penulis hanya menjelaskan 4 (Empat) hal yang menjadi objek penelitian ini

yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share

(EPS) dan Price Earning Ratio (PER).

1. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’

equity yang dimiliki perusahaan (Angrawit Kusumawardani, 2010).

Dilambangkan dengan ratio hutang yang diukur dengan membagai total

hutang dengan total ekuitas.

Debt to equity ratio (DER) = Total Hutang

Total ekuitas

Semakin tinggi DER menunjukkan semakin rentan terhadap fluktuasi

kondisi perekonomian. Pada kondisi ekonomi yang tidak normal, perusahaan

mungkin akan mengalami penurunan penjualan sementara biaya-biaya

mengalami kenaikan sehingga tingkat pengembalian atas aktiva menurun.

Kerugian akan memberikan tekanan pada pergerakan harga saham dan pada

akhirnya terjadi penurunan harga saham.

2. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) merupakan salah satu cara untuk

menghitung efisiensi perusahaan dengan cara membandingan antara laba

yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yg

menghasilkan laba tersebut.

7

Page 8: Ta 51081001084

Return on equity (ROE) = Laba Bersih

Total ekuitas

Semakin tinggi ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba yang semakin tinggi pemegang saham dan mengakibatkan

permintaan saham perusahaan tersebut meningkat dan pada akhirnya terjadi

kenaikan harga saham.

3. Earning Per Share (EPS)

Earning per share (Laba perlembar saham) merupakan indikator yang

secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba.

Earning Per Share (EPS) = Laba Bersih

Total Saham Beredar

Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham

karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham (Tjiptono

Darmadji : 2001). Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka

harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga

saham ikut juga menurun.

4. Price Earning Ratio (PER)

Harahap (2008) mengatakan bahwa price earning ratio ini

menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana

yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.

Rumus PER adalah sebagai berikut:

Price Earning Ratio (PER) = Harga Saham

EPS

Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia

untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan. Makin

besar price earning ratio suatu saham maka harga saham juga akan semakin

meningkat.

Pengertian Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan

dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun

porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham)

tersebut. (widyastuti Pratidina, 2010). Saham dapat didefenisikan sebagai surat

8

Page 9: Ta 51081001084

berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan maupun institusi dalam suatu

perusahaan (Pandji Anoraga, 2011; 58).

Jadi dapat disimputkan bahwasanya saham adalah sebagai tanda

penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan

atau perseroan terbatas. Saham memberikan indikasi kepemilikan atas

perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak mentukan arah kebijaksanaan

perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham

berhak memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan dan turut

menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut

bangkrut. Pada dasarnya ada 2 (dua) keuntungan yang diperoleh investor dengan

membeli atau memiliki saham, yaitu dividend dan capital gain. (Pandji Anoraga,

2011; 60).

1. Dividend

Dividend yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit

saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividend yang

dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham.

Dividend saham diberikan kepada setiap pemegang saham sehingga jumlah

saham yang dimiliki pemodal akan bertambah.

2. Capital gain

Capital gain merupakan selisih lebiih antara harga beli dengan harga jual.

Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar

sekunder. Umumnya permodal dengan orientasi jangka pendek mengejar

keuntungan melalui capital gain.

Beberapa resiko dihadapi pemodal dengan kepemilikan saham, yaitu tidak

mendapat dividen, capital loss, dan saham di delist dari bursa. (Pandji Anoraga,

2011; 67)

a) Tidak mendapat dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan mengalami

keuntungan. Perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan

mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk

mendapat dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

b) Capital loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan

capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya

9

Page 10: Ta 51081001084

pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga

beli. Dengan demikian pemodal mengalami capital loss.

c) Saham di delist dari bursa (delisting)

Suatu saham perusahaan di delist dari bursa umumnya karena kinerja yang

buruk, misalnya dalam kurung waktu tertentu tidak pernah

diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan

dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi

lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa efek pada umumnya.

Pengertian Harga Saham

Harga saham merupakan cerminan dari nilai suatu perusahaan bagi para

investor. Semakin baik perusahaannya mengelola usahanya dalam memperoleh

keuntungan, semakin tinggi juga bilai perusahaan tersebut dari di mata para investor.

Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor. Harga

saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi para investor berupa capital

gain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap citra perusahaan.(Desmond

Wira, 2011:7)

Secara umum, semakin banyak kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba

usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang

saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Meskipun

demikian saham yang memiliki kinerja baik sekalipun, harganya bisa saja turun

karena keadaan pasar. (Anita Ardiani, 2007:4)

Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan

penawaran, harga saham akan naik jika permintaan terhadap saham perusahaan

tersebut mengalami peningkatan dan sebaliknya. Harga dasar suatu saham

merupakan harga perdana dan perubahan harga saham terjadi pada pasar skunder,

dimana semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham,

maka semakin tinggi pula harganya begitu juga sebaliknya. Harga saham adalah

factor yang membuat para investor menginvestasikan dananya di pasar modal

dikarenakan dapat mencerminkan tingkat pengembalian modal. Pada prinsipnya,

investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen serta menjual saham

tersebut pada harga yang lebih tinggi (capital gain). Para emiten yang dapat

menghasilkan laba yang semakin tinggi akan meningkatkan tingkat kembalian yang

10

Page 11: Ta 51081001084

diperoleh investor yang tercemin dari harga saham perusahaan tersebut. (Dwiatma

Patriaawan, 2011)

Analisis yang bisa digunakan dalam menilai suatu saham yaitu: (Harmono,

2011:106)

1. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan suatu analisis yang digunakan untuk menaksir

harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi faktor–faktor

fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang

dengan menggunakan data masa lalu perusahaan.

2. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan

pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham,

volume perdagangan, indeks harga saham individu maupun gabungan serta

faktor – faktor lain yang bersifat teknis.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat

kuantitatif maupun kualitatif yaitu : Penawaran dan Permintaan, Prilaku Investor,

Kodisi Pasar Modal, Keadaan Perekonomian dan Politik. (Widyastuti Pratidina,

2010: 23)

Perseroan Terbatas Go Public

Go public merupakan peristiwa penting dalam perusahaan. Karena peristiwa

tersebut terjadi transaksi antara perusahaan dengan pemegang saham baru, sehingga

berakibat terjadinya perubahan komposisi pemilikan saham dari pemilik lama dengan

pemegang saham yang baru. Dana yang diperoleh perusahaan dari penjualan saham

dapat digunakan untuk ekspansi usaha, perbaikan struktur modal dan diversifikasi.

(Maria Goretti Saragih,2011)

Perusahaan yang go public dapat menawarkan sahamnya melalui bursa efek

yang menurut UUPM No 8/1995 pasal 1, adalah pihak yang menyelenggarakan dan

menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek

pihak – pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Dengan

berubahnya perusahaan menjadi perusahaan publik maka harusa terjadi pula

11

Page 12: Ta 51081001084

transformasi sikap dan tindak tanduk dari para pengelolanya. Perusahaan yang

semula bersifat tertutup, setelah go public harus bersifat terbuka.

Menurut Mortono dan Harjoto (2005:4) mengatakan “manajemen keuangan

atau pembelanjaan adalah segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan

bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola assets sesuai tujuan

perusaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan

manajemen atau pengelolaan mengenai bagaimana memperoleh asset, mendanai

asset dan mengelola asset untuk mencapai tujuan”.

Menurut Dr. Harmono, S.E, M.Si Manajemen keuangan dapat didefinisiskan

dari tugas dan tnggung jawab menejer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan

antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan

pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas menejer keuangan

adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.

Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan

persusahaan pada saat ini atau dalam satu periode tertentu. (Kasmir, 2011)

Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan hasil dari

proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau

aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau

aktivitas (Sudjadja, 2001).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan merupakan media paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi

ekonomi suatu perusahaan, terutama bagi pihak eksternal dan analisis keuangan,

karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan pengamatn

langsung ke perusahaan pembuat laporan serta keterbatasan mendapatkan informasi

mengenai situasi perusahaan keseluruhan.

Laporan keuangan Perusahaan

Dari bermacam-macam laporan yang diterbitkan perusahaan untuk para

pemegang sahamnya, laporan tahunan (Annual report) mungkin adalah yang paling

penting. “Laporan tahunan adalah sebuah laporan yang diterbitkan perusahaan untuk

pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis

12

Page 13: Ta 51081001084

manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek

perusahaan dimasa mendatang” (Brigham dan Houston, 2009:45).

Jenis – Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar

Akuntansi Keuangan No. 1 tahun 2007, terdiri dari:

1. Neraca (Balance Sheet), sebuah laporan tentang posisi keuangan

perusahaan pada suatu titik tertentu. Neraca merupakan daftar aset,

kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir

bulan atau akhir tahun.

2. Laporan Laba Rugi (Income Statment), laporan yang mengikhtisarkan

pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi,

yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun.

3. Laporan Ekuitas Pemilik, ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi

selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.

4. Laporan Arus Kas, ikhtisar penerimaan kas dan pengelkuaran kas selama

periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu

aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.

5. catatan atas laporan keuangan, memberikan penjelasan mengenai

gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos

– pos laporan keuangan, dan informasi penting lainnya.

Pengaruh Informasi laporan Keuangan bagi Investor dalam Menilai Kinerja

Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi

suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang

menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan (Irham fahmi, 2011:22).

Menurut farid dan siswanto, laporan keuangan adalah informasi yang

diharapkan mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat

keputusan ekonomi yang bersifat finansial.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

adalah suatu informasi keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan suatu

perusahaan.

13

Page 14: Ta 51081001084

METODOLOGI PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mendapatkan penelitian yang terarah dan tidak menyimpang dari

judul dan permasalahan yang dikonsep oleh peneliti, maka peneliti membatasi

objek yang diteliti dalam penelitian ini. Peneliti membatasi penelitian ini dengan

permasalahan yang ada yaitu: (1) Peneliti akan menganalisis kinerja keuangan

perusahaan otomotif dan komponennya yang go public dengan menggunakan

rasio-rasio keuanga meliputi Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity

(ROE), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) selama periode

2006-2010. (2) Peneliti akan menganalisis bagaimana pengaruh Debt to Equity

Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price

Earning Ratio (PER) terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan

pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public dengan menggunakan

analisis statistik, serta mencari variable mana dari rasio-rasio keuangan yang

paling dominan berpengaruh terhadap harga saham.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat kausalitas dan kolerasional. Penelitian kausalitas adalah

penelitian yang digunakan untuk melihat pengaruh antara dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari tahu pengaruh antara Debt to Equity

Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning

Ratio (PER) terhadap harga saham, sedangkan kolerasional merupakan penelitian

yang digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang kuat atau tidak antara

dua variabel atau lebih, untuk melihat variabel mana yang paling dominan

mempengaruhi harga saham (Kuncoro,2003).

Populasi, Sample, dan Teknik Pengambilan Sample

Menurut Hermawan (2005, 143) mengemukakan bahwa “populasi berrkaitan

dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian

peneliti untuk diteliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif dan

komponennya yang sudah go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007

sampai 2010. Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling dimana teknik penarikan sampel dilakukan dengan pertimbangan

14

Page 15: Ta 51081001084

kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam sampel ini adalah sebagai

berikut:

1. Perusahaan sub-sektor otomotif yang listing di Bursa Efek Indonesia

selama periode penelitian yaitu 2007-2010

2. Perusahaan sub-sektor otomotif yang telah menerbitkan laporan keuangan

selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010

3. Perusahaan sub-sektor otomotif yang menyajikan laporan keuangan dan

rasio secara lengkap sesuai dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan

sumber yang digunakan yang berakhir tanggal 31 Desember.

Berdasarkan populasi penelitian yang terdiri dari 14 perusahaan sub-sektor

otomotif yang go public, yang memenuhi seluruh kriteria dalam penelitian ini

terdapat 12 perusahaan sub-sektor otomotif yang go public.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai

berdasarkan pokok permasalahan dan rumusan hipotesa yang diajukan pada bagian

sebelimnya, maka variabel penelitian yang akan digunakan yaitu : variabel

independent atau variabel bebas yang dinyatakan dalam simbol X dan variabel

dependent atau variabel terikat yang dinyatakan dalam simbol Y (Cooper dan Emory,

1998).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat variabel, lima variabel

bebas (Independent) (X), yaitu rasio – rasio dalam penilaian kinerja keuanagn

perusahaan antara lain : Debt Equity Ratio (X1), Return On Equity (X2), Earning

Per Share (X3), Price Earning Ratio (X4) dan seta satu variabel terikat (dependent)

(Y), yaitu harga saham.

Variabel-variabel penelitian dan definisi Operasional dalam penelitian ini dapat

disajikan dalam Tabel dibawah ini:

Tabel

Ringkasan Definisi Operasional Variabel

NoJenis

VariabelDefinisi Skala Pengukuran

1 DER Rasio utang yang digunakan untuk

mengukur tingkat penggunaan

Rasio DER = Total Utang

15

Page 16: Ta 51081001084

hutang terhadap modal sendiri yang

dimiliki oleh perusahaan.

Modal Sendiri

2 ROE Rasio profitabilitas yang digunakan

untuk mengukur tingkat efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan

ekuitas.

Rasio ROE = Laba Bersih

Modal Sendiri

3 EPS Rasio pasar yang menunjukkan

bagian laba untuk setiap saham.

Rasio EPS = Laba Bersih

Jlh Saham Beredar

4 PER Salah satu rasio keuangan perusahaan

yang dapat mempengaruhi harga

saham lebih dominan dibanding EPS.

Rasio PER = Harga Saham

EPS

5 Harga

Saham

Saham merupakan salah satu bentuk

efek atau surat berharga yang

diperdagangkan dipasar modal

(bursa).

  Harga saham rata-

rata pada periode

akhir tahun (closing

price)

Sumber: Penelitian, 2011 (data diolah)

Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan melalui

penelitian kepustakaan yaitu Studi pustaka, Dokumentasi. Jadi, dilakukan dengan

meneliti dokumen – dokumen yang berasal dari perusahaan – perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data agar dapat

dimengerti, dinterprestasikan dan mudah dipahami, melalui:

Analisis statistik

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan analisis statistik dengan

metode penelitian secara kuantitatif. Dalam melakukan uji ini penulis menggunakan

software SPSS versi 16 dengan metode statistik yang akan penulis gunakan dalam

melakukan penelitian ini antara lain:

Uji asumsi klasik terbagi menjadi 4 jenis yaitu: (Danang Sunyoto, 2011,79)

1. Uji asumsi klasik multikolinieritas

16

Page 17: Ta 51081001084

2. Uji asumsi klasik heteroskedastisitas

3. Uji asumsi klasik autokorelasi

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel X terhadap variabel Y, selain itu koefisien determinasi berguna untuk

mengetahui kontribusi model terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi (R2)

dari hasil regresi berganda menunjukkan seberapa besar variabel dependen bisa

dijelaskan oleh variabel-variabel independennya (Santoso,2004).

Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi sederhana (uji t) atau secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas tehadap variabel terikat dan uji regresi berganda (uji f) atau secara

simultan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan

secara simultan atau bersama-sama antara dua variabel bebas atau lebih terhadap

variabel terikat (harga sahama).

Uji Koefisien Regresi Sederhana (uji t) atau Uji Parsial

Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Jika pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel

bebas (X) dan variabel terikat (Y), dimana analisis regresi linier sederhana yang

dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + bX

Dimana :

Y = Variabel terikat/dependent (nilai yang diprediksikan)

X = Variabel bebas/independent

a = Konstanta (nilai Y apabila X=0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)

Uji t (pengujian parsial) ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing-

masing variabel independent yang terdiri atas EPS, DER, ROE dan PER terhadap

harga saham yang ,erupakan variabel dependennya. Pengambilan keputusan uji

hipotesis secara parsial ini didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari

17

Page 18: Ta 51081001084

hasil pengolahan data melalui program SPSS statistik parametrik sebagai berikut:

(Santoso:2004)

1. jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima

2. jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

Uji Regresi Berganda (uji F) atau Uji Simultan

Regresi berganda merupakan pengembangan dari regresi sederhana yang

dilakuka untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal

dua atau lebih. Uji regresi berganda ini digunakan untuk meramalkan pengaruh dua

variabel prediktor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau untuk

membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua variabel bebas (X)

atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y). (Santoso, 2004)

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh penilaian kinerja perusahaan otomotif yang go public terhadap harga

saham. Model umum persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b 2X 2 + b3X 3 + b4 X4 + e

Dimana :

Y = Harga saham

a = Blangan konstanta

b1 – b4 = Koefisien regre

X1 = EPS

X 2 = ROE

X3 = DER

X4 = PER

e = Variabel pengganggu (error)

Uji F atau pengujian simultan digunakan untuk menguji pengaruh variabel

independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan

regresi dengan menggunakan hipotesis statistik. Pengambilan keputusan didasarkan

pada nilai probabilitasnyang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program

SPSS statistik parametrik sebagai berikut: (Santoso,2004)

1. jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima

2. jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

18

Page 19: Ta 51081001084

Hasil pengujian regresi linier berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai

berikut:

Y= -6210.551 - 3239.949 X1 - 23433.898 X2 + 15.977 X3 + 392.691X4

Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat dibuat interpretasi sebagai

berikut:

a = -6210.551

Nilai konstanta untuk persamaan regresi adalah -6210.551 dengan parameter negatif.

Hal ini berarti bahwa tanpa adanya debt to equity ratio, return on equity, earning per

share dan price earning ratio maka harga saham perusahaan sub-sektor otomotif

yang go public di Bursa Efek Indonesia tetap mengalami penurunan.

b1 = - 3239.949

Besar nilai koefisien regresi untuk variabel debt to equity ratio (X1) adalah -

3239.949 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan

debt to equity ratio sebesar 1%, maka akan menurunkan harga saham sebesar

32,39949%.

b2 = -23433.898

Besar nilai koefisien regresi untuk variabel return on equity (X2) adalah -23433.898

dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan return on

equity sebesar 1%, maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar

23,433898%.

b3 = 15.977

Besar nilai koefisien regresi untuk variabel earning per share (X3) adalah 15.977

dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan earning

per share sebesar 1%; maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar

0.15977%.

B4 = 392.691

Besar nilai koefisien regresi untuk variabel price earning ratio (X4) adalah 392.691

dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan price

earning ratio sebesar 1%; maka akan semakin meningkatkan harga saham sebesar

3,92691%.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa price earning ratio mempunyai nilai

koefieisen beta lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya yaitu

sebesar 0,894. Hal ini menunjukkan bahwa price earning ratio merupakan variabel

19

Page 20: Ta 51081001084

yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan sub-sektor

otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010.

Hasil dari uji simultan atau uji F dalam penelitian ini. Dengan melihat uji

Anova atau F Test menghasilkan angka F sebesar 10.967 dengan tingkat signifikan

(angka probabilitas) sebesar 0,004. karena angka probabilitas atau tingkat signifikan

0,004 lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05), maka model regresi dalam penelitian ini

sudah layak untuk digunakan dalam memprediksi harga saham atau dapat dikatakan

bahwa DER, ROE, EPS dan PER secara simultan atau bersama-sama dapat

mempengaruhi harga saham perusahaan sub-sektor yang go public.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan analisa rasio keuangan ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan

perusahaan di bidang keuangan. Perusahaan yang melakukan penjualan kepada

masyarakat bertujuan untuk menambah modal kerja perusahaan, perluasan usaha dan

diversifikasi produk. Untuk menarik investor, perusahaan harus mampu

menunjukkan kinerjanya. Pengukuran kinerja dapat dilakukan menggunakan rasio

keuangan. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan

oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi

investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang penilaian kinerja keuangan perusahaan

sub-sektor otomotif yang go public di BEI dengan menggunakan rasio-rasio

keuangan yaitu debt to equity ratio, return on equity, earning per share dan price

earning ratio dan pengaruhnya terhadap harga saham diperoleh hasil sebagai

berikut:

H1 = Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap Harga saham

pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di BEI

Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Debt to Equity Ratio (X1)

diperoleh nilai signifikan sebesar 0.738 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya debt

to equity ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif

20

Page 21: Ta 51081001084

go public yang terdaftar di BEI. Debt to Equity Ratio merupakan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan melalui modal sendiri

yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Setiap perusahaan yang go public tidak

semuanya mempunyai modal sendiri yang cukup besar untuk menutupi seluruh

kewajiban yang ada sehingga perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan modal

asing dari para investor. Dengan semakin tingginya modal asing dari para investor

hal ini akan meningkatkan resiko perusahaan terhadap hutang tersebut. Hal itulah

yang menyebabkan turunnya kinerja keuangan perusahaan, sehingga Debt to Equity

Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H2 = Harga on Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Harga

saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di

BEI

Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Return On Equity (X2)

diperoleh nilai signifikan sebesar 0.758 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya

return on equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on equity tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go public yang

terdaftar di BEI. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu cara untuk

menghitung efisiensi perusahaan dengan cara membandingkan antara laba yang

tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yg menghasilkan

laba tersebut. ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang

diperoleh para investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan

emiten, Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROE tidak berpengaruh

signifikan, yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan

keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham. Hal

itulah yang menyebabkan turunnya kinerja keuangan perusahaan, sehingga return on

equity tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H3 = Earning per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Harga

saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang terdaftar di

BEI

21

Page 22: Ta 51081001084

Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Earnign per share (X3)

diperoleh nilai signifikan sebesar 0,235 (≥ 0,05); sehingga H0 diterima, artinya

earning per share secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa earning per share tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham. Hal ini dipengaruhi oleh Earning tidak semua

dibagikan sebagai deviden, ada yang ditahan. Apabila proporsi earning yang ditahan

banyak, maka tingkat growth akan tinggi dan return menjadi tinggi. Sedangkan

Apabila proporsi earning yang ditahan sedikit, dan yang dibagikan sebagai deviden

lebih banyak, maka tingkat growth akan sedikit dan return menjadi rendah. sehingga

akan berdampak terhadap permintaan akan harga saham tersebut sehingga harga

saham mengalai penurunan. Hal itulah yang menyebabkan turunnya kinerja

keuangan perusahaan, sehingga Earning per share tidak berpengaruh terhadap harga

saham.

H4 = Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara signifikan positif terhadap

Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif yang go public yang

terdaftar di BEI

Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel Price Earning Ratio (X4)

diperoleh nilai signifikan sebesar 0, 002 (≥ 0,05); sehingga H0 ditolak, artinya Price

Earning Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa price earning ratio berpengaruh

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go public yang

terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan PER berpengaruh terhadap

harga saham dimana pengaruhnya cukup besar yaitu nilai 63,8% dilihat dari nilai R

Square pada model summary, berarti sebesar 63,8% harga saham yang terjadi dapat

dipengaruhi dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER). Dimana dengan

pengaruhnya sebesar 63,8% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Price earning ratio

yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga

saham premium untuk perusahaan. Makin besar price earning ratio suatu saham

maka harga saham juga akan semakin meningkat.

22

Page 23: Ta 51081001084

H5 = Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share

(EPS), Price Earning Ratio (PER), berpengaruh secara signifikan secara

bersama-sama terhadap Harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif

yang go public yang terdaftar di BEI

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai signifikan sebesar 0,004 (≥

0,05); sehingga H0 ditolak, Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE),

Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di

Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER), Harga

on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara

simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan sub-sektor otomotif go

public yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan Debt to Equity

Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning

Ratio (PER), secara simultan berpengaruh terhadap harga saham dimana

pengaruhnya sangat besar yaitu nilai 86,2% (dilihat dari nilai R Square pada model

summary) , berarti sebesar 86,2% harga saham yang terjadi dapat dipengaruhi

dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), Harga on Equity (ROE), Earning

per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), secara simultan. Dimana dengan

pengaruhnya sebesar 86,2% akan digunakan untuk memprediksi kemampuan

perusahaan dimasa yang akan datang.

Akan tetapi, variable yang paling memiliki perngaruh terhadap harga saham

yaitu price earning ratio yang mempunyai nilai koefieisen beta lebih besar

dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya yaitu sebesar 0, 894. Dimana hal ini

menunjukkan bahwa price earning ratio merupakan variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go public di

Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari 4 variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya

berpengaruh secara parsial pada harga saham. Secara parsial PER berpengaruh

secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor otomotif yang go

public di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan untuk DER, ROE dan EPS

23

Page 24: Ta 51081001084

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor

otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2. Secara simultan atau bersama-sama anatara DER, ROE, EPS dan PER

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan sub-sektor

otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 86,2%.

3. Diantara DER, ROE, EPS dan PER yang memberikan pengaruh paling besar

terhadap harga saham adalah PER (63,8%) yang kemudian diikuti oleh EPS

(13.8%), sedangkan pengaruh DER (1.2%), dan ROE (1 %) yang relative kecil.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas yang menunjukkan bahwa

PER memililiki pengaruh yang lebih dominan dibandingan variable lain, maka

peneliti menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan sub-sektor otomotif yang go public dan ikut menjual

sahamnya di BEI hendaknya meningkatkan PERnya agar saham-saham dari

perusahaan tersebut menjadi prioritas investor dalam membeli sahamnya

sehingga harga saham perusahan tersebut dapat meningkat. Dengan memilih PER

yang rendah nilainya.

2. Bagi emiten ukuran rasio perusahaan yang berpengaruh terhadap harga

saham, dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja

keuangannya. Khususnya dalam penelitian ini, variabel yang signifikan terhadap

harga saham adalah PER.

3. Sebagai rasio profitabilitas, EPS memiliki pengaruh terbesar kedua setelah

PER. EPS merupakan rasio yang berkontribusi bagi pemegang saham. Untuk

memberi kemakmuran bagi pemegang sahamnya, perusahaan dapat melakukan

kegiatan eksplorasi otomotif pada daerah–daerah yang dianggap potensial secara

bijaksana. Dengan adanya kegiatan eksplorasi otomotif tersebut diharapkan dapat

meningkatkan penjualan dan pada akhirnya meningkatkan laba sehingga dapat

memberi kesejahteraan pada pemegang saham.

4. Selain memperhatikan keadaan perusahaan, kondisi umum industri yang

sejenis, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dan prospek

perusahaan di masa yang akan datang, kondisi perdagangan efek, fluktuasi kurs,

volume transaksi, lingkungan yaitu yang mencakup kondisi ekonomi, politik, dan

24

Page 25: Ta 51081001084

keamanan negara hendaknya para investor juga memperhatikan PER sebagai

bahan pertimbangan dalam melakukan transaksi pembelian saham.

5. Penerbitan laporan keuangan perusahaan diharapkan untuk lebih lengkap dan

valid, sehingga publik dapat menganalisis kinerja perusahaan dengan baik.

Contohnya tidak menyertakan biaya bunga dalam laporan keuangannya dan tidak

menyertakan pembagian deviden.

6. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan lebih meningkatkan jangkauan

penelitian dengan semakin meningkatkan periode penelitian dan faktor-faktor

lain yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Misalkan dengan

periode penelitian lebih dari empat tahun supaya hasil yang didapatkan lebih

akurat, serta faktor lain misalnya seperti current ratio, DPS (devident per share).

25