ta kel 7
TRANSCRIPT
“Standar Akuntansi
Keuangan Syariah”
Disusun oleh :
Tya Novika Dewi (023090130)
Siti Setiani Fitri (023090119)
Prisillia Wildan (023090)
Dicky Dipa Saputra (023090)
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRISAKTI
TAHUN AJARAN 2011/2012
Standar Akuntansi Keuangan Syariah
Siti Setiani Fitri (02309011)
PENGANTAR
Dalam upaya untuk mendorong tersusunnya norma-norma keuangan
syariah yang seragam dan pengembangan produk yang selaras antara aspek
syariah dan kehati-hatian, pada tahun laporan telah dilakukan pembahasan
bersama pihak terkait didalam Komite Akuntansi Syariah dimana Bank
Indonesia sebagai salah satu anggotanya bersama Ikatan Akuntan Indonesia
dan pihak lainnya.
Komite Akuntansi Syariah bersama dengan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia telah mengeluarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi kegiatan usaha dengan
mempergunakan akuntasi berdasarkan kaidah syariah
SAK SYARIAH merupakan Standar Akuntansi yang digunakan oleh
usaha yang menggunakan syariah Islam.
Pada 1 Mei 2002 secara resmi Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah
mengeluarkan PSAK No. 59 yang terdiri dari:
1. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Bank
Syariah;
2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Akuntansi Perbankan
Syariah.
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan bank
syariah memberikan kerangka dasar dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan bank syariah, sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Akuntansi Perbankan Syariah merupakan standar teknis
2
dari pencatatan, penyajian, pelaporan, pengungkapan, pengakuan segala
transkasi yang berkaitan dengan kegiatan keuangan suatu bank syariah.
Selama ini penyusunan laporan keuangan bank syariah menggunakan PSAK
38 dengan penyesuaian berbagai istilah sana sini. Sebagaimana diketahui
laporan keuangan yang disusun sangat tergantung pada jenis industri serta
aturan lain yangberkaitan dengan industry itu. Ini berarti bahwa aturan bank
yang masih “copot sini copot sana” juga akan mempengaruhi standard an
bentuk laporan keuangannya. Memang kedua standar ini banyak
mengadopsi kerangka dan standar yang dikeluarkan oleh Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI, 1998) yang
berpusat di Manama Bahrain.
Standar akuntansi ini merupakan salah satu instrument pendukung
eksistensi dan perkembangan lembaga perbankan syariah di Indonesia.
Sebagaimana diketahui bank syariah pertama lahir pada tahun 1991 dan
mulai beroperasi resmi pada 1 Mei 1992. (BMI, 2002) dan menyusul Bank
Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia ditambah Bank Unit
Syariah di bawah bank konvensional seperti BNI syariah, Bank IFI Syariah,
BRI Syariah, Bukopin Syariah, Bak Jabar Syariah, Bank BTN, Bank Permata,
dan sebagainya.
Kalau kita kaji lebih dalam kedua standar ini juga masih beranjak dari
kerangka akuntansi konvensional. Hal ini lumrah karena disiplin akuntansi
Islam sebagai ilmu yang sudah mapan belum bisa terwujud sehingga
berbagai paradigma masih tetap menggunakan konsep akuntansi
konvensional yang dinilai belum sepenuhnya seirama dengan sifat dan nilai-
nilai syariat yang kita yakini. Demikian juga mengenai industry perbankan
islam itu sendiri masih banyak hal yang harus dikaji ulang. Terlepas dari itu
semua PSAK ini sudah harus berlaku sejak periode pembukuan 1 Januari
2003.
1. PSAK 59: Kerangka dasar penyusunan laporan keuangan
3
Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi bank syariah. Berikut adalah isinya:
a. Karakteristik bank syariah menjelaskan beberapa hal yang berkaitan
dengan perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah.
b. Para pemakai dan kebutuhan informasi, disebutkan investasi pemilik,
pembayar zakat, dan dewan pengawas syariah.
c. Tujuan akuntansi keuangan menentukan hak dan kewajiban pihak
terkait termasuk atas transaksi yang belum selesai, memberikan
informasi untuk pengambilan keputusan, dan memberikan informasi
tentang kepatuhan terhadap prinsip syariah.
d. Tujuan laporan keuangan menyajikan onformasi tentang kepatuhan
bank terhadap konsep syariah, informasi untuk mengevaluasi sejauh
mana tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengelola
berbagai dana, dan informasi mengenai fungsi social bank termasuk
penyaluran zakat.
e. Asumsi dasar yang dipakai, pada umumnya adalah dasar akrual
kecuali dalam hal perhitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil
menggunakan dasar kas.
2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
PSAK No. 59 Akuntansi perbankan syariah berisi tentang aturan perlakuan
akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan)
transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah.
a. Pengakuan dan pengukuran
Di sini diatur tentang pengakuan dan pengukuran transaksi bank
syariah seperti: mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisha’,
ijarah, wadiah, qardh, dan transaksi berbasis imbalan.
b. Penyajian Laporan keuangan
Berbagai jenis laporan yang harus disajikan bank syariah bank syariah
adalah:
1) Neraca;
4
2) Laporan Laba Rugi;
3) Laporan perubahan dana investasi terkait;
4) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, onfaq, dan sedekah;
5) Laporan sumber dan penggunaan alqardh.
Berbagai jenis laporan ini harus disajikan sesuai dengan konsep full
disclosure dengan menjelaskan semua jenis pembiayaan yang ada,
dana atau investasi yang diterima serta sifat, hak, periode, bagi hasil
yang berkaitan dengan produk bank tersebut.
c. Pengungkapan
Umum:
Ketentuan umun adalah bahwa laporan bank syariah harus
mengungkapkan informasi umum mengenai bank syariah dan
informasi tambahan misalnya:
1) Karakteristik kegiatan bank dan jasa yang diberikan;
2) Tugas dan kewenangan Dewan Pengawas syariah;
3) Tanggung jawab bank terhadap pengelolaan zakat;
4) Kebijakan akuntansi, pengakuan pendapatan, penyisihan kerugian
aktiva produktif, dan konsolidasi laporan keuangan;
5) Transaksi yang dilarang syariah dan menyelesaikannya;
6) Dana yang tidak terikat;
7) Aktiva produktif (jenis, sektor, jumlah, yangmenyangkut hubungan
istimewa, kedudukan bank, bagi hasil, klasifikasi, penyisihan
kerugian, aktiva produktif bermasalah).
Ketentuan tentang masing-masing laporan adalah sebagai berikut:
1) Neraca mengungkapkan antara lain jumlah dan jenis pembiayaan
(mudharabah, musyarakah, dan seterusnya) termasuk informasi
mengenai syarat dan penyisihan kerugian
5
2) Laporan laba rugi mengungkapkan anatara lain mengenai
pendapatan, beban, keuntungan, kerugian, dan bagian bank
menurut jenis transaksi.
3) Laporan perubahan dana investasi terkait misalnya periode laporan,
saldo, keuntungan dan kerugian saldo akhir, sifat hubungan bank,
hak dan kewajiban.
4) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, dan edekah
misalnya periodenya, dasar penentuan zakat, jumlah yang diterima,
yang disalurkan, saldo.
5) Laporan sumber dan penggunaan alqardh hasan misalnya periode,
jumlah, penyaluran, penerimaan, dan saldo.
Melihat isi dan penjelasannya, dapat disimpulkan bahwa sebaiknya
kedua PSAK ini harus dianggap sebagai suatu konsep temporer yang mesti
disempurnakan nantinya setelah kerangka akuntansi Islam yang
“established” lahir dari ideology, masyarakat, system ekonomi, dan
akuntansi yang Islami. Sebagaimana teori Colonial Medel yang dikemukakan
oleh Gambling dan Karim (1986).
PSAK No. 59 ini sesuai dengan surat resmi dari dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia No. U-118/DSN-MUI/IV/2002 telah dinyatakan tidak
bertentangan dengan ketentuan syariat dan fatwa-fatwa yang telah
dikeluarkan oleh dewan syariah Nasional. Surat tersebut ditandatangani oleh
KH Ma’ruf Amin dan Drs. H.M. Ichwan Sam.
PSAK ini akan dijadikan lagi dalam bentuk PAPI Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia yang dirumuskan BI. Di dalam BI sendiri telah
disiapkan format pelaporan bank syariah yang sangat perlu bgi semua bank
syariah dan BI dalam pembinaan, pengawasan dan data moneter ekonomi,
da perbankan di Indonesia. Di samping itu, saat ini sudah dibentuk tim
penyusun pedoman auditing untuk perbankan syariah.
6
Beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Syariah yang telah disusun
dan diterbitkan diantaranya sebagai berikut:
KDPPLK SYARIAH (Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan)
Berisi Konsep dasar penyusunan laporan Keuangan berdasarkan Syariah
PSAK 101 Berisi Penyajian laporan Keuangan berdasarkan syariah. Konsep
dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya.
Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
(a) penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan
tugasnya;
(b) penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
(c) auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku
umum; dan
(d) para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan syariah.
PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statements) untuk entitas syariah, yang selanjutnya disebut
“laporan keuangan”, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan
keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan
keuangan entitas syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.
7
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian laporan
keuangan entitas
syariah untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK.
Entitas syariah yang dimaksud di PSAK ini adalah entitas yang melaksanakan
transaksi syariah sebagai kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah
yang dinyatakan dalam anggaran dasarnya.
Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan
keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga
pengawas independen, bank sentral, dan sebagainya.
Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang
meliputi:
(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) dana syirkah temporer;
(d) ekuitas;
(e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(f) arus kas;
(g) dana zakat; dan
(h) dana kebajikan.
Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan
keuangan entitas syariah yang mencakup periode laporan yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2008. Pernyataan ini menggantikan PSAK No.
8
59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan dengan
pengaturan penyajian laporan keuangan bank syariah.
PSAK 102 Berisi Akuntansi dengan transaksi Murabahah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola
dana (mudharib).
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah. Mudharabah
adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana.
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang
mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2008. Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah, yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan mudharabah.
PSAK 103 Berisi Akuntansi dengan transaksi Salam
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan transaksi salam. Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk
entitas yang melakukan transaksi salam, baik sebagai penjual atau pembeli.
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad salam.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
9
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang
mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah,
yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi salam.
PSAK 104 Berisi Akuntansi dengan transaksi Istishna
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan transaksi istishna’. Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan
untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi
istishna’, baik sebagai penjual maupun
pembeli.
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Berdasarkan akad istishna’, pembeli
menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan (mashnu’) sesuai
spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara
pembayaran di muka atau tangguh.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di
awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka
waktu akad. Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang
mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah,
yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi istishna’.
PSAK 105 Berisi Akuntansi dengan transaksi Mudarabah
10
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola
dana (mudharib).
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah. Mudharabah
adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana.
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang
mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2008. Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah, yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan mudharabah.
Tya Novika Dewi (023090130)
PSAK 106 Berisi Akuntansi dengan transaksi Musyarakah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan transaksi musyarakah. Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan
untuk entitas yang melakukan transaksi musyarakah.
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad musyarakah. Musyarakah adalah akad
kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
11
porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang
diperkenankan oleh syariah.
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang
mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
musyarakah.
PSAK 107 Berisi Akuntansi dengan transaksi Ijarah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan transaksi ijarah.
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah.
Pernyataan ini mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang
menggunakan akad ijarah, namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi
untuk obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad ijarah.
PSAK 108 Berisi Akuntansi dengan transaksi Penyelesaian Utang
Piutang
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi penyelesaian utang piutang
Murabahah bermasalah. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang
melakukan penyelesaian atas utang piutang murabahah bermasalah.
Pernyataan ini mengatur perlakuan akuntansi keuangan dan pelaporan
penyelesaian utang piutang murabahah bermasalah, baik bagi kreditur
(penjual) maupun debitur (pembeli). Pernyataan ini tidak mencakup
akuntansi untuk penyisihan piutang tidak tertagih dan tidak mengatur
metodeestimasi piutang tidak tertagih.
PSAK 109 Berisi Akuntansi dengan transaksi Zakat, Infak dan
Sedekah
12
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur
pengakuan,pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat
daninfak/sedekah. Pernyataan ini berlaku untuk amil yang menerima dan
menyalurkan zakat dan infak atau sedekah. Amil yang menerima dan
menyalurkan zakat dan infak/sedekah yang selanjutnya disebut “amil”,
merupakan organisasi pengelola zakat yang pembentukannya dimaksudkan
untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infak/ sedekah.
Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima dan
menyalurkan zakat dan infak/sedekah, tetapi bukan kegiatan utamanya.
PSAK 110 Berisi Akuntansi dengan transaksi Hawalah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,pengukuran, penyajian,
dan pengakuan transaksi hawalah.
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas keuangan syariah yang melakukan
transaksi
hawalah.
Entitas transaksi hawlah, antara lain:
a. perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam dalamperaturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. entitas keuangan syariah nonbank, seperti lembaga pembiayaan; dan
c. entitas keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk melaukan transaksi hawalah.
PSAK 111 Berisi Akuntansi dengan transaksi Asuransi Syariah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. Pernyataan ini
diterapkan untuk transaksi asuransi syariah yang dilakukan oleh entitas
asuransi syariah.
13
Transaksi asuransi syariah yang dimaksud dalam PSAK ini adalah transaksi
yang terkait dengan kontribusi peserta,alokasi surplus atau deficit
underwriting, penyisihan teknis,dan cadangan dana tabarru’. Entitas
asuransi syariah yang dimaksud adalah sebagaimana yang diatur dalam
perundang-undangan yang berlaku.
Entitas asuransi syariah, antara lain, terdiri dariasuransiumum syariah,
asuransi jiwa syariah, reasuransi syariah, dan unit usaha syariah dari entitas
asuransi dan reasuransi konvensional. Selanjutnya dalam konteks
pengaturan dalam pernyataan ini akan digunakan istilah “entitas asuransi syariah”.
PSAK Syariah revisi 2007 terdiri dari Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS), PSAK 101 (Akuntansi Murabahah),
PSAK 102 (Akuntansi Ijarah), PSAK 103 (Akuntansi Assalam), PSAK 104 (Akuntansi
Istishna), PSAK 105 (Akuntansi Mudharabah), dan PSAK 106 (Akuntansi
Musyarakah). KDPPLKS ini merupakan penyempurnaan atas versi sebelumnya yang
terbit tahun 2001.
MENGENAL ORGANISASI STANDARD SETTER BODY
AAOIFI
Peran Dan Fungsi AAOIFI
The Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) adalah badan organisasi internasional islami yang
bersifat otonom yang bertujuan untuk menyusun standar akuntansi,
auditing, tata kelola(Governance), etika dan syariah untuk leambaga
keuangan dan industri keuangan islam. Di samping itu, untuk memperluas
dan memperbanyak SDM di industri ini serta memperkuat struktur organisasi
industri syariah. AAOIFI juga melaksanakan program pendidikan dan
14
sertifikasi profesional seperti CIPA, Pengawasan syariah, auditor CSAA, dan
program kepatuhan korporasi,
AAOIFI didirikan berdasarkan kesepakan asosiasi yang telah
ditandatanggani oleh beberapa lembaga keuangan dari berbagai negara
pada 1 Safar 1410 H atau 26 Februari 1990 di Aljiria. Kesepakatan ini
didaftarkan pada 11 Ramadhan 1411 atau 27 maret 1991 di Kerajaan
Bahrain.
Selaku organisasi internasional, AAOIFI didukung oleh anggota institusi
sekarang ini ada 200 anggota dari 45 negara, termasuk Bank Sentral,
Lembaga Keuangan Islam, dan pihak lain dari industri keuangan dan Bank
Internasional.
Standar yang disusun AAOIFI telah mendapat emdorsmen dan
dukungan dalam mengimplementasi standar tersebut di Kerajaan Bahrain,
Dubai International Financial Center, Jordan, Lebanon, Qatar, Sudan, Kenya
dan Syria. Beberapa otoritas di Australia, Indonesia, Malaysia, Pakistan,
Kerajaan Saudi Arabia, dan Afrika Selatan telah menyusun standar mereka
berdasarkan dan merujuk kepada standar yang dikeluarkan AAOIFI.
Untuk mencapai tujuannnya AAOIFI mendasarkan sistem kerjanya
pada Syariat Islam yang merupakan sistem yang komprehensif, lengkap
sebagai pedoman untuk seluruh aspek kehidupan sesuai dengan lingkungan
dimana lembaga keuangan islam itu berada. Aktivitasnya dimaksudkan baik
untuk meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan lembaga
keuangan islam atas informasi yang dikeluarkannya tetang lembaga
keuangan tersebut. Seta mendorong para pemakai laporan keuangan ini
menjadikan lembaga keuangan Islam sebagai tempat untuk investasi,
mendepositkan dananya dan menggunakan jasa – jasa yang ditawarkan
lembaga keuangan islam ini.
Secara lebih lengkap tujuan dari AAOIFI adalah sebagai berikut :
15
1. Mengembangkan pemikiran yang sesuai untuk akuntansi dan auditing
bagi lembaga keuangan islam.
2. Mengeluarkan pemikiran tentang akuntansi dan auditing yang relevan
dengan lembaga keuangan islam dan penerapannya dilakukan melalui
training, seminar, publikasi periodik, newsletter dan pelaksanaan
penelitian.
3. Menyajikan pengeluaran dan menginterprestasikan standar akuntansi
dan auditing untuk lembaga keuangan islam.
4. Mereview dan mengubah standar akuntansi dan auditing untuk
lembaga keuangan islam.
Publikasi AAOIFI
Selaku Lembaga penyusunan standar internasional, AAOIFI menyusun,
mengeluarkan produk sebagai berikut :
16
General Assembly
Board Of Trustees
Shari ‘a Board
Shari’a Standards Review committee(1)
Shari’a Standards Review committee (2)
Shari’a Standards Review committee (3)
Secretariat General
Accounting & Auditing Standards Board
Accounting Standards Committee
Auditing & Governance Standards committee
1. Financial Accounting Standards (FASs).
2. Shari’a Standards (SSs).
3. Interprestasi atas standar yang dikeluarkan.
4. Exposure Drafts atas berbagai standar yang akan dikeluarkan.
Proses penyusunan semua standar itu dilakukan melalui sistem due
process (kajian yang mendalam) termasuk dengan melakukan konsultasi
dengan konsultan dan praktisi industri keuangan syariah. Di samping itu,
AAOIFI juga mempublikasikan hasil karya AAOIFI tersebut diketahui
masyarakat.
Beberapa hasil Publikasi Penting AAOIFI sebagai berikut :
PublicationsRelease
DateDetails
Accounting, Auditing &
governance Standards (For
Islamic Financial Institutions) ,
Arabic Versions.
2008
23 Accounting Standards, 5
Auditing Standards, 6
Governance Standards and
2 codes of ethics.
Accounting, Auditing &
Governance Standards (For
Islamic Financial Institutions),
English Version.
2010
25 Accounting standards, 5
Auditing standards, 7
Governanve Standards and
2 codes of ethics.
Shari’a Standards, Arabic
Versions
2010 41 Shari’a Standards
Shari’a Standards, English
Versions
2008 30 Shari’a Standards
Statement on the purpose and
calculation of the capital
Adequacy ratio for islamic
Banks.
(English and Arabic )
1999
Based on the CAR proposed
by the Bank of International
Settlements as set out in
the Basle Agreements.
17
CD of the papers presented at
AAOIFI’s Shari’a Conference.
Arabic only
2006
Including all papers
discussed since 2001
Fundamentals of Banking
Operations
(islamic&Conventional), Arabic
only.
(By Dr.M Nedal Alchaar)
2005
Complementary copies
100Questions answered :
Economics, Arabic only.(by
Dr.M Nedal Alchaar)
2003
Complementary copies
300Questions answered :
Economics, Arabiconly. (By
Dr.M Nedal Alchaar)
2008
Complementary copies
CIPA for Accounting Islamic
Financial Institutions (English)2007
CIPA Textbook
Sedangkan Standards yang sudah disusun adalah sebagai berikut :
Shari’a Standards
Ghara Stipulations in Financial Transactions Issued
Islamic Reinsurance Issued
Arbitration Issued
Investment Accounts and Profit
Distributions
Issued
Disposal of Right -
Credit Facilities Issued
Ijarah on Labour (individuals) Issued
Zakat Issued
Waqf Issued
18
Contingent Obligations Issued
Purication of Prohibited income -
Rahan (Pledge) Issued
Online financial Transactions Issued
Promise and Bilateral Promise -
Credit Cards -
Agriculture Contract -
Capital Protection -
Risk Management -
Fees and Commissions -
Prisillia Wildan
Accounting Standards :
1. Objective of financial accounting for islamic banks and financial
institution (IFIs).
2. Concept of financial accounting for IFIs.
3. General presentation and disclosure in the financial statements of IFIs.
4. Murabaha and Murabaha to the purchase orderer.
5. Mudaraba Financing.
6. Musharaka Financing.
7. Disclosure of bases for profit allocation between owners’ equity and
investment account holders.
8. Equity of investment account holders and their equivalent.
9. Salam and Parallel Salam.
10. Ijarah dan Ijarah muntahia Bittamleek.
11. Zakah
12. Istisna’a and Parallel Istisna’a.
13. Provisions and Reserves.
19
14. General presentation and disclosure in the financial statements
of islamic insurance companies.
15. Disclosure of bases for determining and allocating surplus or
deficit in islamic insurance companies.
16. Investment Funds.
17. Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies.
18. Foreign Currency Transactions and Foreign Operations.
19. Investments.
20. Islamic Financial Services Offered by Conventional Financial
Institutions.
21. Contributions in Islamic Insurance Companies.
22. Deffered Payment Sale.
23. Disclosure on Transfer of Assets.
24. Segment Reporting.
25. Consolidation
26. Investment in Associates.
Shari’a Standards :
1. Trading in currencies
2. Debit card, Charge card and Credit card.
3. Default in Payment by a Debtor
4. Settelment of Debt by Set – Off.
5. Guarantees.
6. Conversions of a Conventional Bank to an Islamic Bank.
7. Hawala.
8. Murabaha to the Purchase Orderer.
9. Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek.
10. Salam dan Parallel Salam.
11. Istisna’a and Parallel Istisna’a
12. Sharika (Musharaka) and Modern Corporations.
20
13. Mudaraba.
14. Documentary Credit.
15. Jua’al.
16. Commercial Papers.
17. Investment Sukuk.
18. Possession (Qabd).
19. Loan (Qard).
20. Commodities in Organised Markets.
21. Financial Papers (Shares and Bonds).
22. Concession Contracts.
23. Agency
24. Syndicated Financing.
25. Combination of Contracts.
26. Islamic Insurance.
27. Indices.
28. Banking Service.
29. Ethics and stipulations for Fatwa.
30. Monetization (Tawarruq)
31. Gharar Stipulations in Financial Transactions.
32. Arbitation.
33. Waqf.
34. Ijarah on Labour (individuals).
35. Zakah
Auditing Standards :
1. Objective and principles of auditing.
2. The Auditors report.
3. Terms of Audit Engagement.
21
4. Testing for Compliance with shari’a rules and principles by an External
Auditors.
5. The Auditor’s Responsibility to Consider Fraud and Error in an Audit of
Financial Statements.
Governance Standards :
1. Shari’a supervisory Board : Appointment, Composition and Report.
2. Shari’a Review.
3. Internal Shari’a Review.
4. Audit and Governance Committee for IFIs.
5. Independence of Shari’a Supervisory Board.
6. Statement on Governance Principles for IFIs.
7. Corporate Social Responsibility
Ethics Standards :
1. Code of ethics for accountants and auditors of IFIs.
2. Code of ethics for employees of IFIs.
STANDAR AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
AAOIF
1. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut SFA No.1 paragraf 14 :
22
Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
secara periodic tentang posisi keuangan perusahaan, hasil usaha operasi
dan arus kas untuk membantu para pemakai dalam pengambilan keputusan.
Akuntansi keuangan juga memberikan informasi penting yang
membantu manajemen dala mengarahkan resorsis ekonomi untuk
membantu manajemen merencanakan, mengarahkan, mengawasi kegiatan
usaha. Juga membantu pemerintah mengawasi ekonomi nasional dan
pengumpulan pajak berdasarkan laporan keuangan.
2. Standar Laporan Keuangan
Jenis dan komponen laporan keuangan :
Dalam standar (IAI,2002,IAI 2002a) ini dijelaskan tentang definisi
laporan keuangan menurut AAOIFI termasuk definisi komponen laporan
keuangan. Laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan termasuk
disini definisi komponen yang agak lain, yaitu pos equity restricted atau
yang terikat (terbatas/bersyarat) penggunaannya sesuai dengan
kesepakatan bank dan pemilik dana. Perbedaan lain yang merupakan
karakteristik laporan keuangan pada lembaga perbankan syariah adalah
pelaporan unrestricted investment (investasi tidak terbatas), dimana sifat
dari investasi tidak terbatas diakui sebagai pos yang berdiri sendiri, tidak
sebagai hutang bank maupun modal pemilik. Kemudian laporan laba rugi
disini yang agak lain adalah laba dari investasi dari ekuitas yang bersyarat
atau terikat. Kemudian, mengenai laporan perubahan ekuitas atau laba
ditahan, laporan arus kas, dan laporan perubahan investasi yang dibatasi.
Lalu laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sumbangan
sosial serta laporan sumber dan penggunaan dana alqardhul hasan
(pinjaman kebijakan/benevolent loan). Berikut ini penjelasan tentang
beberapa item yang tidak terdapat dalam perbankan konvensional.
a. Restricted Investment (equity)
23
Restricted investment merupakan harta yang dimiliki oleh penyandang
dana yang diinvestasikan ke dalam rekening investasi terbatas dan
dikelola oleh Bank Islam melalui kontrak mudarabah. Investasi
restricted ini bukanlah asset dari asset Bank Islam sehingga pelaporan
investasi restricted ini terpisah dengan laporan keuangan bank syariah
selama bank tidak memiliki hak untuk menggunakan dana investasi
tersebut. Kecuali jika telah diatur dalam kontrak yang telah disepakati
antara mudarib (restricted investor) dengan bank sebagai pengelola
dana.
Dalam investasi yang dibatasi ini, pihak bank sebagai pengelola dana
investasi akan menggunakan dana tersebut ke dalam investasi yang
disyaratkan oleh mudharib sesuai dengan syariah Islam. Jika pihak
perbankan sebagai manajer investasi mengalami kerugian yang tidak
disengaja maka kerugian tersebut menjadi tanggungan mudharib atau
pemilik dana investasi terbatas. Namun, jika mendapatkan keuntungn,
pihak bank mendapatkan bagi hasil dari kontrak yang telah disepakati.
b. Produk-produk perbankan syariah
1. Mudharabah
2. Musyarakah
3. Murabahah
4. Bai Bithaman ajil
5. Bai Salam
6. Istisna’
7. Ijarah
8. Wadiah
9. Qardhul Hasan
10. Rahn (penggadaian)
11. Kafalah (jasa penjaminan)
12. Hawalah (jasa transfer,pengalihan hak dan tanggung
jawab)
24
Asumsi Dasar Akuntansi
Adapun asumsi dasar akuntansi menurut organisasi ini adalah :
a. Pengakuan penghasilan (revenue)
b. Pengakuan biaya
c. Pengakuan laba dan rugi
d. Pengakuan laba dan rugi dari Investasi terikat (bersyarat)
Sementara itu, yang berkaitan dengan konsep pengukuran akuntansi,
lembaga ini menjelaskan sikapnya tentang:
a. Konsep “matching”
b. Atribut pengukuran
c. Atribut yang diukur seperti :
1. Nilai kas dan setara kas yang akan direalisasi dan dibayar
2. Penilaian kembali aktiva,kewajiban dan investasi terikat
3. Penerapan penilaian kembali aktiva, kewajiban dan investasi terikat
4. Alternative pengukuran lainnya terhadap kas dan setara kas
Sifat Kualitatif Akuntansi
Menurut lembaga ini sifat kualitatif akuntansi perbankan Islam adalah
1. Relevan
2. Dapat dipercaya
3. Dapat diperbandingkan
4. Konsisten
5. Dapat dimengerti
25
Penyajian dan Pengungkapan Informasi Akuntansi Keuangan
Standar tentang ini dijabarkan dalam Financial Accounting Standard
No.1. Disini dibahas tentang materialitas informasi yang akan disajikan,biaya
penyajian informasi serta kecukupan pengungkapan. Yang dijelaskan adalah
bagaimana pengungkapan berbagai informasi baik tentang penjelasan
tentang kebijakan akuntansi maupun pedoman pengungkapan masing-
masing pos yang ada dalam laporan keuangan perbankan syariah.
Dari sini bisa dilihat bahwa PSAK 59 itu tidak jauh berbeda dari yang
disusun AAOIFI. Ini adalah hikmahnya, karena Islam yang universal maka
harmonisasi standar Akuntansi Islam dunia dinilai sangat gampang karena
sistem nilai yang sama. Ini akan sangat membantu dalam era globalisasi
mendatang.
3 Hal yang Diharapkan dari Akuntansi Perbankan Syariah
Menurut Iternal Association of Islamic Bank yang dikutip Wan Yusuf
(2001) penerapan Akuntansi Islam di perbankan Islam misalnya bertujuan
untuk membuat dan mengundang dana dan menggunakannya sesuai
dengan syariat Islam untuk maksud membangun solidaritas, kesatuan, dan
menjamin adanya distribusi dan penggunaan dana yang sesuai dengan
prinsip Islam. Akuntansi Islam harus menjamin adanya :
a. Kemauan dan persetujuan
b. Tidak ada kecurangan
c. Tidak ada data fiktif
d. Tidak ada paksaan
e. Nilai tambah harus dinikmati oleh semua anggota yang telah
memberikan kontribusinya (stakeholders)
26
f. Tidak boleh bertentangan dengan syariah
g. Tidak boleh bertentangan dengan asas kemanfaatan bersama
h. Harus bisa meyakinkan bahwa hak dan kewajiban masing-masing
pihak sesuai dengan kontrak dan syariah
i. Dapat memisahkan berbagai macam aktiva dan laba dari satu
depositor dengan depositor lainnya
j. Harus dapat memisahkan antara dana depositor dan dana pemilik
k. Dapat memberikan informasi untuk menghitung dan membayar
zakat
l. Dapat memelihara informasi tentang berbagai akun :
aktiva,utang,modal, pengahasilan dan biaya
m. Dapat memelihara catatan dan buku yang didukung bukti yang sah
n. Dapat memberikan informasi yang menggambarkan posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan yang benar dan wajar serta
tidak dipalsukan
Dicky Dipa Saputra
Dalam Operasional Perbankan dana dimanage dan manghasilkan laba
sebagai berikut (Wan Islamil,2001):
Sumber dana :
1. Tabungan (Demand deposit)
2. Deposit (savings deposit)
3. Simpanan Mudharabah
27
4. Pos investasi
5. Dana pemilik
Dana-dana tersebut dapat digunakan untuk :
1. Cadangan wajib dan dana likuidasi
2. Investasi dalam pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja dan
lainnya
3. Investasi yang dilakukan oleh Treasurer
4. Investasi lainnya
Dari investasi itu diperoleh laba yang berasal dari :
1. Dana depositor
2. Dana pemilik
Laba yang berasal dari dana depositor ini dibagikan kepada depositor,
sedangkan laba yang berasal dari dana pemilik dibagikan kepada pemilik
(pemegang saham), Kemudian dana pemilik dikurangi dengan biaya operasi
dan diketahui laba sebelum pajak dan zakat. Sumber dan penggunaan dana
dalam bank Islam dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut.
A B C D
Sumber Dana Penggunaan Dana Perolehan Laba Distrinbusi Laba
28
Tabungan
Deposito
Dana Pemilik
Pos InvestasiTabungan Al
Mudharabah
Cadangan wajib dan dana likuiditas Laba
diperoleh dari dana depositor
Semua aktivitas dan perubahan status dan title yang melekat dalam asset
itu harus menjadi catatan akuntansi Islam.
Fungsi treasure dalam mengelola dana bank
Fungsi treasure dalam mengelola bank, yaitu :
1. Memelihara dana likuiditas cadangan wajib
2. Mengelola perkiraan (pos) kliring dengan Bank Sentral
3. Mengelola dana lebih
4. Melakukan perdagangan instrument keuangan bank
5. Melakukan perdagangan valuta asing
6. Menetapkan dan melakukan negosiasi pembiayaan trading, valuta
sing, dan nasabah besar lainnya
Akuntansi : Basis Akrual, Kas, dan Kontinjensi
29
Investasi :
- Pembiayaan investasi
- Pembiayaan modal kerja
- Pembiayaan investasi yang dilakukan oleh treasury
Investasi lainnya
Laba diperoleh
dari pemilik modal
Laba dibagikan
kepada depositor
Laba dibagikan
kepada pemilik dana
Biaya operasi
onal
Laba bersih
sebelum pajak dan
zakat
Akuntansi adalah system informasi. Ia memberikan informasi melalui
angka-angka kuantitatif. Akuntansi merupakan alat ukur atau measurement.
Diharapkan angka kuantitatif inilah yang menjadi dasar atau media untuk
melihat kinerja suatu lembaga dilaporkannya. Angka ini bisa
menggambarkan kondisi keuangan lembaga yang dilaporkan. Informasi ini
dapat menjadi dasar dalam proses pengambilan keputusan. Pengembalian
keputusan akan semakin tepat jika informasi yang disajikan akurat dan juga
relavan. Tanpa akurasi dan relevansi, dapat dikhawatirkan keputusan yang
diambil akan meleset.
Proses melahirkan informasi ini melalui siklus akuntansi. Siklus
akuntansi dimulai dari transaksi dan dasarnya diolah melalui proses
pencatatan baik manual, mekanis, atau computerized. Hasil akhirnya adalah
laporan keuangan. Dengan perkembangan teknologi computer, beban tugas
seorang akuntan terbantu dan semakin menjamin kecepatan dan keakuratan
informasi yang disajikan. Kendatipun dalam konteks ini akuntan bertambah
kewajiban karena dituntut untyuk bisa memasuki wilayah pemahaman
teknologi computer jika ia tidak ingin ketinggalan dalam perkembangan
profesi yang demikian cepat dan multi dimensi.
Informasi yang dihasilkan akuntansi dapat dibagi tiga golongan besar.
Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat
tertentu, laporan laba rugi yang menghasilkan informasi mengenai hasil dan
biaya, dan informasi arus kas baik penerimaan kas dan kemana kas
digunakan. Di luar ini ada informasi pendukung seperti laporan perubahan
modal, perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, catatan atas
laporan keuangan, dan lampiran lainya. Dalam industry perbankan dikenal
laporan kontinjensi untuk menyampaikan informasi yang bersifat off balance
sheet atau yang belum jatuh hak dan kewajiban dan menunggu situasi atau
kejadian di kemudian hari.
30
Dalam akuntansi isu basis akrual dan kas ini sudah lama dibicarakan
dan pada akhirnya yang ditetapkan adalah dominan dasar akrual (accrual
basis). Biasanya dasar kas itu digunakan jika kemungkinan realisasi dari
transaksi itu masih bersifat fifty-fifty atau “remote” agak jauh
kemungkinannya. Namun, di luar “mainstream” pemikiran akuntansi
sebutlah misalnya T.A. Lee atau Thomas. Mereka menganjurkan penerapan “
dasar kas” atau “bebas alokasi” sehingga akuntansi lebih bersifat sain dan
pasti tidak ada alokasi, taksiran, penyusutan, dan berbagai taksiran
penyisihan. Dalam system akrual mau tidak mau harus diterapkan siste,
alokasi yang umumnya dilakukan secara subjektif arbitrer karena
pembebanan biaya, pengakuan pendapatan, dan prinsip “matching”nya
harus mematuhi prinsip “time period”. Artinya jika beban biaya adalah untuk
mendapatkan penghasilan atau periodetahun buku yang dilaporkan,
kendatipun belum dibayar harus diperhitungkan karena memang sudah
merupakan hat atau kewajiban entitas. Jadi dalam basis akrual yang menjadi
dasar pencatatan transaksi adalah isu “title” atau hak dan kewajiban tanpa
melihat apakah sudah diterima atau dibayar melalui transaksi kas atau tidak.
Dalam basis kas murni, pembelian aktiva tetap misalnya bangunan harus
dianggap sebagai “beban” pada saat dikeluarkan sehingga tidak ada alokasi
depresiasi selama sisa umum penggunaanya. Dalam basis kas seandainya
laba haya diukur dari transaksi kas ini, dapat dikatakan bahwa perhitungan
laba rugi “tidak wajar” karena ada biaya yang merupakan kewajiban atau
hasil yang merupakan hak yang belum dicatat.
Akuntansi sebagai media pengukuran mengukur laba, posisi keuangan
(harta, kewajiban dan modal) disamping melaporkan transaksi atau arus kas.
Akuntansi membedakan antara “transaksi kas” dengan pengakuan laba”.
Dan laporannya pun berbeda Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas. Akan
tetapi, kedua laporan ini bisa dikaitkan misalnya dalam hal kita
menggunakan metode indirect dalam penyusunan laporan arus kas. Arus kas
bisa dihitung dari Laba Rugi dengan melakukan penyesuaian disana-sini.
31
Kedua informasi ini memiliki tempat dan tujuan masing-masing. Arus kas
enjelaskan berapa dan darimana uang kas masuk dan kemana dikeluarkan.
Sementara itu, laba rugi menjelaskan darimana penghasilan (pendapatan)
berasal dan berapa biaya yang dibebankan (yang sudah dibayar dan yang
akan dibayar) untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, menyandingkan
kedua basi ini tidak akan tepat sama dengan membandingkan antara dua
tujuan yang berbeda.
Informasi laba rugi melaporkan kemapuan perusahaan dalam
mencapai laba atau rentabilitas, profitabilitas atau disebut juga earning
power. Informasi ini penting bagi pembaca, investor jangka pendek dan
panjang. Bahkan pengukuran kinerja perusahaan atau manajemen dilihat
dari angka laba ini. Informasi kas juga penting untuk menegtahui arus kas
dari mana dan ke mana dialirkan. Informasi ini penting untuk mengetahui
likuiditas perusahaan atau untuk melihat sejauh mana kemampuan
perusahaan memenuhi kebutuhan kas baik jangka pendek atau jangka
panjang.
Isu akuntansi berbasis kas atau berbasis akrual memang sudah lama
dan sebenarnya tidak begitu relavan dipertentangkan. Keduanya saling
mengisi atau komplementer. Basis kas akan melahirkan informasi tentang
likuiditas yang sangat perlu bagi para pengambil keputusan. Akuntansi
berbasis akrual sangat perlu untuk menyusun laporan laba rugi dan laporan
posisi keuangan (neraca). Bahkan laporan kontinjensi yang berbasis risiko
masa depan juga perlu disajikan apalagi dalam situasi ekonomi yang
semakin tidak pasti seperti yang jelas dipraktikan dalam industry perbankan.
Manajemen risiko saat ini sangat popular untuk menjaga perusahaan
dari kesalahan fatal yang ditimbulkan oleh kejadian yang sebenranya bisa
diduga, dihitung, dan diprediksi. Akuntansi sebaiknya harus memberikan
peran dalam bidang ini. Risiko adalah sesuatu yang mungkin dialami di masa
yang akan dating disebabkan kondisi tertentu yang akan muncul. Risiko
32
tridak mungkin dieliminasi. Ia hanya mungkin dihindari atau diminimasi.
Untuk mengelola risiko itu kita perlu melakukan identifikasi, pengukuran,
analisi, dan perlindungan. Dalam situasi bisnis modern saat ini akuntansi
harus bisa memberikan sumbangan terhadap kebutuhan perusahaan baik
dalam skala nasional maupun internasional, skala makro atau mikro. Dan
kalau hal ini menjadi sorotan akuntansi, doperlukan standar-standar khusus
untuk bisa menyajikan informasi kontinjensi ini. Masyarakat peduli
akuntansi, baik akuntan, akedemis, investor, manajemen, dan regulator
perlu melakukan upaya untuk bisa merumuskan ini.
Perubahan PSAK 59
Selama 2 tahun standar akuntansi perbankan syariah yang tertuang
dalam PSAK No 59 dipraktikan maka sejalan dengan perkembangan industry
perbankan syariah yang demikian cepat ternyata PSAK 59 harus diubah dan
Alhamdulillah IAI dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah berhasil
menyusun dan melakukan beberapa kali public bearing dan melahirkan
exposure draft sebagai berikut :
1. Kerangka Dasar Penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah
2. PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah
3. PSAK 102 Akuntansi Murabahah
4. PSAK 103 Akuntansi Salam
5. PSAK 104 Akuntansi Istishna
6. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharbah
7. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarkah
8. PSAK 107 Akuntansi Ijrah
9. PSAK 108 Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabaha
Bermasalah
33
10. PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/sedekah
11. PSAK 110 Akuntansi Hawalah
12. PSAK 111 Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
Kalau PSAK 59 hanya untuk bank syariah maka PSAK yang baru ini bukan
hanya utuk bank syariah, tetapi semua entitas syariah yang relevan dengan
transaksi yang dijelaskan. Diharapkan dengan disahkan PSAK ini nantinya
maka industry syariah akan semakin berkembang biak dalam hal penyajian
laporan keuanganya.
Penutup
Perkembangan akuntansi islam pada saat ini masih dalam tahap awal
dengan focus menunjukan eksistensinya dan mulai mencari kerangka
dasarnya. Dalam periode inilah muncul standar akuntansi perbankan
syariah. Benar bahwa standar ini tidak bisa menunggu lahirnya kerangka
dasar teori (theoretical conceptual framework) dimana dijelaskan tujuan
laporan keuangan, postulat dan konsep, prinsip baru standar. Oleh karena
itu, kerangka dasar dan standar akuntansi itu masih banyak diwarnai oleh
filosofi akuntansi konvensional dimana masih ada superioritas pemilik modal
dan belum kuatnya penekanan dalama keadilan dan kebenaran serta belum
banyaknya penekanan pada nilai-nilai syariat islam. Shahul Hameed (2001)
menilai keadaan ini sebagai permasalahan.
Untuk mengatasi itu, tugas kitalah sebagai akademisi dan peneliti
untuk mencari rumusan akuntansi islam baik dari aspek kerangka
teoritisnyamaupun standard dan teknik penyusunannya yang keduanya
merupakan kesatuan dan keterkaitan nilai dan konsep. Semoga produk ini
bisa menjadi awal untuk mencari dan merumuskan suatu standar yang
memang konsisten dengan nilai-nilai islam.
34
Daftar Pustaka
Harahap, Sofyan Syafri.2011.Teori Akuntansi.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
http://abufadilah.wordpress.com/2011/07/19/psak-syariah/
http://yusup-doank-2.blogspot.com/2011/07/standard-akuntansi-keuangan-
syariah.html
35