makalah ta kel 6 budaya-hofstede, maksi trisakti

Upload: narwan

Post on 02-Jun-2018

384 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    1/25

    Page 1

    MAKALAH TENTANG TEORI HOFSTEDE

    MATA KULIAH : TEORI AKUNTANSI

    Dosen : DR. Sekar Mayang Sari, Ak, MSi

    Disusun oleh :

    PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER AKUNTANSI

    UNIVERSITAS TRISAKTI

    2014

    Ade Trisyanto (123130002)

    Adijono ( 123121001 )

    Ririen Novia Agness Siswadi (123130036)

    Sunarwan (123130045)

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    2/25

    Page 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. DEFINISI

    Dalam buku Culture and Organization, Hofstede mendifinisikan budaya (culture) sebagai

    keseluruhan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial, yang

    membedakan dengan kelompok sosial yang lain. Istilah the collective mental programming atau

    software of mind digunakan untuk menyebutkan keseluruhan pola dalam kajian budaya.

    Mental proramsatau budaya suatu kelompok terbentuk oleh lingkungan sosial, (seperti negara,

    daerah, tempat kerja, sekolah dan rumah tangga) dan kejadian-kejadian yang dialami dalam

    kehidupan para anggota kelompok yang bersangkutan.

    Kemudian proses terbentuknya pola fikir, perasaan dan perbuatan tersebut dianalogikan

    dengan proses penyusunan program dalam computer ( Heru Kurnianto). Dalam teori ini budaya

    dapat dikelompokkan ke dalam berbagai tingkatan antara lain: nasional, daerah, gender,

    generasi, kelas sosial, organisasional atau perusahaan.

    2.

    DIMENSI BUDAYA

    a. Collectivism vs Individualism

    Mayoritas orang di dunia yang tinggal dalam suatu komunitas yang memiliki minat pada

    kelompok melebihi secara individu disebut sebagai kelompok masyarakat collectivist. Sebagian

    besar lingkungan collectivist, keluarga di mana anak tumbuh berkembang terdiri dari

    sejumlah orang yang hidup bersama seperti: kakek-nenek, paman, bibi, pembantu, atau

    anggota lainnya. Dalam antropologi budaya ini dikenal sebagai extended family. Ketika anak

    tumbuh berkembang mereka belajar untuk berpikir mereka sebagai bagian dari kelompok kita.

    Minoritas orang di dunia hidup dalam masyarakat di mana minat-minat individu di atas minat

    kelompok, masyarakat itu disebut sebagai individualist. Di sini sebagian besar anak-anak

    dilahirkan dalam keluarga yang terdiri dari dua orang tua dan, kemungkinan dari keluarga

    dengan orangtua tunggal. Saudara-saudara lain hidup terpisah dan jarang bertemu. Keluarga

    jenis ini dikenal sebagai nuclear family (dari bahasa Latin yang berarti inti). Anak-anak dari

    keluarga seperti ini akan tumbuh dan kemudian berpikir bahwa mereka sebagai aku.

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    3/25

    Page 3

    Pertanyaan-pertanyaan survey di mana individualism index diperkenalkan termasuk ke dalam

    kumpulan 14 work goals. Pertama adalah individualismversus collectivism, dan yang kedua

    dinamai masculinityversusfeminimity(lihat D: Masculinity dan Feminimity).

    Untuk individualism:1. Personal time. Memiliki suatu pekerjaan yang memberikan anda waktu yang cukup

    untuk kehidupan personal atau keluarga.

    2. Freedom. Memiliki kebebasan yang tinggi untuk menggunakan pendekatan anda sendiri

    dalam pekerjaan anda.

    3. Challege. Memiliki tantangan pekerjaan yang dilakukan bekerja di mana anda dapat

    mencapai prestasi yang berarti bagi pribadi.

    Untuk collectivism:

    4. Training. Memiliki kesempatan training (untuk meningkatkan ketrampilan anda atau

    mempelajari ketrampilan baru)

    5. Physical conditions. Memiliki kondisi kerja fisik yang baik (ventilasi dan penerangan yang

    baik, tempat kerja yang leluasa, dsb.).

    6. Use of skills. Secara penuh menggunakan ketrampilan dan kemampuan anda dalam

    pekerjaan.

    Banyak negara dengan skor tinggi untuk PDI memiliki skor rendah pada IDV dan sebaliknya.

    Dengan kata lain hubungan kedua dimensi tersebut cenderung berkorelasi negatif.

    Perbedaan individualism-collectivismdalam negara juga ditunjukkan atau ditentukan pula oleh

    kelas sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur perbedaan individualism-

    collectivismjuga dapat dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan di dalam keluarga, sekolah,

    tempat kerja, propinsi dan ide-ide besar dalam negara.

    b. Power distance

    Power distance adalah satu dari dimensi budaya nasional yang merefleksikan jarak jawaban

    yang ditemukan dalam beragam negara ke dalam pertanyaan mendasar tentang bagaimana

    mengelola fakta bahwa orang-orang dalam keadaan tidak seimbang. Skor-skor power distance

    dari 50 negara dan 3 wilayah kelompok negara dihitung dari jawaban karyawan IBM pada posisi

    pekerjaan yang sama dan survey yang sama. Seluruh pertanyaan terdapat kode tipe jawabanyang diwakili oleh skor angka: biasanya 1, 2, 3, 4 atau 5. Prosedur statistika dengan faktor

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    4/25

    Page 4

    analisis digunakan untuk meringkas survei pertanyaan ke dalam kelompok yang disebut faktor

    atau klaster. Suatu klaster tersusun dari pertanyaan yang terkait dengan power dan (in)

    equality. Dari pertanyaan ini, Hofstede menyeleksi tiga yang paling kuat terkait. Skor rata-rata

    standar sampel karyawan-karyawan IBM dalam suatu negara pada tiga pertanyaan, suatupower distance index (PDI) untuk perhitungan negara. Tujuan formula PDI adalah: menjamin

    bahwa tiap-tiap tiga pertanyaan menunjukkan bobot yang seimbang yang terdapat pada indeks

    akhir dan nilai indeks berjarak dari 0 untuk negara dengan power distanceyang rendah sampai

    100 untuk negara denganpower distanceyang tinggi.

    Tiga pertanyaan survey yang digunakan untuk menyusunpower distanceindexadalah:

    1. Pertanyaan yang menunjukkan kekhawatiran atau ketakutan karyawan/ bawahan.

    2.

    Pertanyaan yang menunjukkan perasaan karyawan terhadap lingkungan kerja terkait

    dengan gaya otokrasi atau paternalistik.

    3. Pertanyaan yang menunjukkan dan mengekspresikan preferensi responden (karyawan).

    Hasil analisis menunjukkan bahwa negara-negara Latin, seperti Amerika Latin, Perancis dan

    Spanyol juga negara-negara di Asia dan Afrika memiliki power distanceyang tinggi. Sedangkan

    sebagian besar negara-negara barat, USA dan Inggris tergolong memiliki power distanceyang

    rendah. Jika power distance yang dimiliki rendah berarti ketergantungan subordinat pada

    pimpinan terbatas, ada hubungan interdependensi anatara mereka dan jarak emosional antara

    mereka relatif rendah, dan sebaliknya. Perbedaan power distance dalam negara juga

    ditunjukkan atau ditentukan pula oleh kelas sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam

    mengukur perbedaanpower distancejuga dapat dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan di

    dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, propinsi dan ide-ide besar dalam negara.

    c. Masculinity and Feminity

    Dalam suatu masyarakat terdiri atas laki-laki dan perempuan. Secara biologis mereka berbeda.

    Perbedaan biologis menggunakan terminologi male dan female, sedangkan perbedaan sosial

    dan secara budaya ditentukan oleh peran masculine dan feminine. Seorang laki-laki dapat

    berkelakuan feminim dan sebaliknya.

    Dimensi kedua ini secara erat berhubungan dengan item terkait berikut. Untuk masculine:

    1.

    Earnings. Memiliki kesempatan untuk meraih pendapatan yang besar.2. Recognition. Memperoleh pengakuan yang layak.

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    5/25

    Page 5

    3. Advancement. Memiliki kesempatan untuk maju ke tingkat pekerjaan yang lebih tinggi.

    4. Challenge. Memiliki pekerjaan yang menantang untuk berprestasi.

    Sebaliknya untukfeminine:

    5.

    Manager. Memiliki hubungan kerja yang baik dengan superior di atas anda.6. Cooperation. Bekerja baik dengan orang lain

    7. Living area. Hidup di lingkungan menarik bagi anda dan keluarga anda.

    8. Employment security. Memiliki jaminan di mana anda dapat bekerja pada perusahaan

    anda sepanjang anda inginkan.

    Skor MAS dihitung dari 50 negara-negara dan 3 wilayah dalam data IBM. Skor 0 menunjukkan

    paling feminim dan skor 100 menunjukkan paling maskulin.

    Hasil analisis data menunjukkan bahwa maskulinitas tertinggi di Jepang (rank 1), selanjutnya

    beberapa negara di Eropa kontinental seperti: Austria, Italia, , Switzerland juga sejumlah negara

    di Amerika Latin seperti: Venezuela, Meksiko, dan negara-negara Anglo seperti: Irlandia,

    Jamaika. Perbedaan masculinity-feminitydalam negara juga ditunjukkan atau ditentukan pula

    oleh kelas sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur perbedaan masculinity-

    feminity juga dapat hubungkan dengan perbedaan-perbedaan di dalam keluarga, sekolah,

    tempat kerja, propinsi dan ide-ide besar dalam negara.

    d. Uncertainty avoidance

    Terminologi uncertainty avoidancetelah dipinjam dari organisasi sosiologi Amerika khususnya

    dari karya James G.March. Cara untuk mengatasi ketidakpastian merupakan bagian dan bidang

    dari setiap manusia di negara manapun. Sebagai manusia kita harus berhadapan dengan fakta

    bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok; masa yang akan datang tidak pasti tetapi kita

    harus menghadapinya.

    Ketidakpastian yang ekstrim menciptakan kegelisahan yang tidak dapat ditolelir. Setiap

    lingkungan masyarakat telah berkembang cara untuk meredakan kegelisahan tersebut. Cara-

    cara tersebut dapat berasal dari bidang teknologi, hukum dan agama.

    e. Confucian Dynamism

    Hofstede dan Bond dalam Zaitul menambahkan dimensi budaya kelima yaitu ConfucianDynamism, yang kemudian dinamakan dengan orientasi jangka panjang. Hofstede (2001)

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    6/25

    Page 6

    mendefinisikan orientasi jangka panjang sebagai gambaran masa datang yang berorientasi pada

    rewarddan punishment. Dimensi ini diciptakan ketika survey budaya cina dan mungkin

    mewakili perbedaan antara budaya barat dan timur.

    sumber gambar:www.fig.net

    3. Budaya organisasional dan Budaya Nasional

    Berbicara mengenai budaya suatu perusahaan atau organisasi telah menjadi suatu mode di

    antara para manajer, konsultan, dan dengan pehatian yang agak berbeda di antara para

    akademisi. Dalam terminologi akademis, Budaya organisasional merupakan suatu konstruk,

    yang merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat diamati dari banyak dimensi. Sehingga

    banyak ahli ilmu-ilmu sosial dan manajemen belum memiliki communal opinio mengenai

    definisi budaya organisasional. Meskipun demikian banyak para ahli sepakat pada karakteristik

    konstruk budaya organisasional.

    Hofstede membagi budaya organisasional ke dalam enam dimensi praktek: (1) Process-

    Oriented vs. Results Oriented, (2) Employee-Oriented vs. Job-Oriented, (3) Parochial vs.

    Professional, (4) Open System vs. Closed System (5) Loose Control vs. Tight Control (6)

    Normative vs. Pragmatic.

    Menurut Hofstede antara budaya nasional dan budaya organisasional sulit dibedakan dan

    merupakan fenomena yang identik. Perbedaan keduanya tercermin dalam manifestasi budaya

    http://www.fig.net/http://www.fig.net/http://www.fig.net/http://www.fig.net/
  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    7/25

    Page 7

    ke dalam nilai-nilai dan praktek. Pada budaya organisasional, perbedaan banyak pada tingkat

    praktek dibandingkan perbedaan nilai-nilai. Perbedaan budaya organisasional selanjutnya

    dianalisis pada tingkat sub organisasi atau sub unit organisasi.

    4. Contoh kasus: Mutasi GM dari AS ke Korea

    John Denver, seorang GM berasal dari Amerika Serikat, baru saja dipindahtugaskan ke Korea

    Selatan. Guna mempelajari perbedaan budaya kerja di Korea Selatan, John Denver dapat

    menggunakan hasil studi Hofstede yang membandingkan berbagai negara pada dimensi Power

    Distance, Uncertainty Avoidance dan Individualism. Kajian Hofstede yang secara ringkas

    membandingan Amerika Serikat dan Korea Selatan (dan Thailand) adalah sebagaimana terlihat

    pada Gambar di bawah. Dengan mengacu pada Hofstede Framework tersebut, maka dapat

    dilihat bahwa Korea Selatan (dan Thailand) relatif terhadap Amerika Serikat adalah:

    Lebih tidak dapat menerima ketidakpastian, Power distance tinggi dan Tingkat individualisme

    rendah.

    Diolah dari sumber: Han, et. Al. (2006) International Business, 3rd Ed. Pp. 76-77

    Gambar Hofstede Framework

    Dengan demikian, sebagaimana disampaikan oleh Hofstede, seorang John Denver yang berasal

    dari Amerika Serikat, ketika ditugaskan di Korea Selatan haruslah dapat:

    1. Memahami perilaku masyarakat/komunitas Korea Selatan yang menganggap beberapa orang

    lebih superior dibandingkan dengan yang lain karena status sosial, gender, ras, umur,

    pendidikan, kelahiran, pencapaian, latar belakang dan lainnya.

    2. Menyesuaikan dengan budaya Korea Selatan yang cenderung menjunjung tinggi konformitas

    dan keamanan

    3. Memahami bahwa kebanyakan orang Korea Selatan lebih suka menghindari risiko

    http://strategika.files.wordpress.com/2008/08/hofstedeframe.jpg
  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    8/25

    Page 8

    4. Memiliki kemampuan untuk mengikuti peraturan formal dan juga ritual yang berlaku di

    Korea Selatan

    5. Memahami bahwa di Korea Selatan, kepercayaan hanyalah diberikan kepada keluarga dan

    teman yang terdekat.6. Memahami bahwa masyarakat Korea Selatan menerima hubungan kekuasaan yang lebih

    autokratik dan patrenalistik. Bawahan mengenal kekuasaan orang lain melalui formalitas,

    misalnya posisi hierarki.

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    9/25

    Page 9

    BAB II

    PEMBAHASAN JURNAL

    JURNAL 1

    TINJAUAN KRITIS TENTANG PENGARUH BUDAYA TERHADAP SISTEM AKUNTANSI

    Zaitul

    Fakultas Ekonomi Universias Bung Hatta

    ,

    Budaya merupakan faktor lingkungan yang paling kuat mempengaruhi sistem akuntansi suatu

    negara dan juga bagaimana individu dinegara tersebut menggunakan informasi akuntansi.

    Pengaruh budaya terhadap sistem akuntansi merupakan isu yang banyak dibicarakan oleh

    akademisi dan praktisi. Bahkan isunya menyangkut tentang apakah budaya mempengaruhi

    akuntansi atau sebaliknya. Banyak para ahli menawarkan kerangka teori hubungan budaya dan

    akuntansi seperti Gray dan Hofstede. Pengujian tentang kerangka teori ini pun sudah banyak di

    lakukan. Hasil pengujian menyimpulkan hasil yang beragam tapi secara keseluruhan kerangka

    teori Gray dan Hofstede masih relevan bahkan berguna dalam mendesain standar akuntansi

    internasional.

    Latar Belakang

    Ada tiga aspek penting kajian tentang pengaruh budaya terhadap sistem akuntansi, diantaranya

    adalah :

    a. Pelaporan keuangan,

    b. Pertimbangan dan sikap auditor, dan

    c. Sistem pengendalian manajemen.

    Makalah ini hanya memfokuskan pada pengaruh budaya terhadap pelaporan keuangan.

    Mengacu pada model Hofstede's (1980) untuk pembentukan dan stabilisasi pola budaya, Gray

    (1988) mengembangkan kerengka untuk menjelaskan bagaimana budaya mempengaruhi

    sistem akuntansi nasional. Secara singkat, Gray (1988) menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya

    yang di amalkan secara bersama-sama di negara tertentu akan merubah budaya akuntansi yang

    seterusnya akan mempengaruhi sistem akuntansi negara yang bersangkutan.

    BUDAYA DAN AKUNTANSI

    Budaya adalah nilai dan attitude yang digunakan dan di yakini oleh suatu masyarakat atau

    negara. Hofstede (1980; 1983) meneliti dimensi budaya di 39 negara. Dia mendefinisikan

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    10/25

    Page 10

    budaya sebagai The collective programming of the mind which distinguishes the members of

    one human group from another (Hofstede 1983) dan membagi dimensi budaya menjadi 4

    bagian :

    Individualism (lawan dari collectivism). Individualism merefleksikan sejauh mana individumengharapkan kebebasan pribadi. Ini berlawanan dengan collectivism (kelompok) yang

    didefinisikan menerima tanggungjawab dari keluarga, kelompok masyarakat (suku dll).

    Power distance. Didefinisikan sebagai jarak kekuasan antara boss dengan bawahan dalam

    hirarki organisasi adalah berbeda antara sejauh mana boss dapat menentukan prilaku

    bawahan dan sebaliknya (Hofstede 1983).

    Uncertainty avoidance. Ketidakpastian mengenai masa depan adalah sebagai dasar

    kehidupan masyarakat. Masyarakat yang tingkat ketidakpastiannya tinggi akan mengurangi

    dampak ketidakpastian dengan teknologi, peraturan dan ritual.

    Masculinity, (vsfemininity). Nilai Masculinemenekankan pada nilai kinerja dan pencapaian

    yang nampak,sedangkan Feminine lebih pada preferensi pada kualitas hidup, hubungan

    persaudaraan, modis dan peduli pada yang lemah.

    Empat dimensi budaya diatas mengidenfikasi nilai dasar yang mencoba untuk menjelaskan

    persamaan dan perbedaan budaya secara umum di seluruh dunia. Hofstede dan Bond (1988)

    menambahkan dimensi budaya kelima yaitu Confucian Dynamism, yang kemudian dinamakan

    dengan orientasi jangka panjang. Hofstede (2001) mendefinisikan orientasi jangka panjang

    sebagai gambaran masa datang yang berorientasi pada reward dan punishment. Dimensi ini

    diciptakan ketika survey budaya cina dan mungkin mewakili perbedaan antara budaya barat

    dan timur.

    Gray (1988) mengidentifikasi empat budaya akuntansi yang bisa digunakan untuk endefinisikan

    sub-budaya akuntansi: Professionalism, Uniformity, Conservatism, and secrecy. Penjelasan

    mengenai nilai-nilai sub-budaya tersebut sebagai berikut;

    Professionalism vs. Statutory Control adalah preferensi untuk melaksanakan pertimbangan

    profesional individu dan memelihara aturan-aturan yang dibuat sendiri untuk mengatur

    profesionalitas dan menolak patuh dengan perundangan-undangan dan kontrol dari pihak

    pemerintah.

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    11/25

    Page 11

    Uniformity vs. Flexibility adalah suatu preferensi untuk memberlakukan praktik akuntansi

    yang seragam antara perusahaan dan penggunaan praktik tersebut secara konsisten dan

    menolak flexibelitas.

    Conservatism vs. Optimism adalah suatu preferensi untuk suatu pendekatan hati-hati

    dalam pengukuran dan juga sesuai dengan ketidakpastian masa yang akan datang. Dimensi

    menolak untuk konsep lebih optimis dan pendekatan yang penuh resiko.

    Secrecy vs Transparency adalah suatu preferensi untuk bersikap konfidensial dan

    membatasi disclosure informasi mengenai bisnis dan menolak untuk bersikap transfaran,

    terbuka, dan pendekatan pertanggungjawaban pada publik.

    Hubungan antara dimensi budaya menurut Hofstede dan dimensi akuntansi menurut Gray

    dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;

    Profesionalisme berhubungan erat dengan individualisme yang tinggi, sangat tergantung

    pada pertimbangan profesional dan menolak pengawasan hukum. Profesionalisme juga

    berhubungan dengan tingkat menghindari ketidak pastian yang rendah (menerima variasi

    pertimbangan profesional) dan masculiniti serta power distance yang kecil (butuh dana

    pensiun dan mutual fund lainnya).

    Keseragaman dekat dengan tingkat menghindari ketidakpastian yang kuat dan

    individualisme yang rendah serta power distance yang tinggi.

    Konservatisme berhubungan kuat dengan menghindari ketidak pastian yang kuat dan

    individualisme yang rendah dan maskulinitas yang tinggi.

    Secrecy sangat dekat dengan menghindari ketidakpastian yang tinggi dan power distance

    yang besar serta individualisme dan maskulinitas yang rendah.

    BUDAYA DAN DISCLOSURE

    Lingkungan dimana perusahaan beroperasi akan berdampak terhadap pelaporan keuangan dan

    disclosure. Salah satu aspek lingkungan adalah budaya. Negara-negara yang mempunyai

    budaya menghindari ketidakpastian yang tinggi, di harapan akan lebih menyimpan informasi

    sehingga hubungan antara disclosure dan tingkat ketidakpastian negative.

    Masyarakat yang bersifat individualistik dan lingkungan lebih kompetitif dan kurang

    menyimpan rahasia, sehingga mempengaruhi disclosure secara positif (Jaggi dan Low, 2000).

    Masyarakat yang Power distance yang tinggi akan mempunyai gambaran usaha dengan

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    12/25

    Page 12

    menggalakan penggunaan informasi secara ektensif (Zarzeski 1996) sehingga mempunyai

    hubungan negative dengan disclosure. Masyarakat dengan karakteristik maskuliniti cendrung

    melaporkan informasi (high disclosure).

    Masyarakat yang bersifat individualistik cenderung kurang menyimpan rahasia, sehingga

    mempengaruhi disclosure secara positif, dalam arti banyak yang diungkapkan dalam

    laporan keuangan.

    Masyarakat yang memiliki power distance yang tinggi akan menggunakan informasi secara

    ektensif sehingga mempunyai hubungan negative dengan disclosure.

    Negara-negara yang mempunyai budaya menghindari ketidakpastian yang tinggi, di harapan

    akan lebih menyimpan informasi sehingga hubungan antara disclosure dan tingkat

    ketidakpastian negative.

    Masyarakat dengan karakteristik masculinity cendrung melaporkan informasi (high

    disclosure).

    Pengujian dalam jurnal ini dilakukan secara empiris

    JURNAL 2

    The Influence of Culture on Accounting Disclosures: The Case of the UAE (Uni Arab Emirates)

    By

    Yass Alkafaji

    Department of Accounting and Finance

    The American University of Sharjah, UAE

    BUDAYA

    Hofstede

    - Individualism

    - Power distance

    - Uncertainty Avoidance

    - Masculinity

    Gray

    - Professionalism

    - Uniformity vs Flexibility- Conservatism vs

    Optimism

    - Secrecy vs Transparency

    PELAPORAN KEUANGAN

    DISCLOSURE

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    13/25

    Page 13

    INTRODUCTION

    Literatur tentang akuntansi internasional telah jelas menetapkan bahwa akuntansi

    dipengaruhi dan dibentuk oleh, variabel politik sosio - ekonomi (Nair & Frank 1980, Alkafaji

    1988). Variabel-variabel tersebut meliputi tingkat pembangunan ekonomi, sumber modal,kompleksitas perusahaan bisnis, tingkat inflasi, hubungan politik , dan budaya.

    Dalam tulisan ini , penulis mengeksplorasi nilai-nilai budaya dari Uni Emirat Arab ( UEA )

    dan dampaknya terhadap sistem akuntansi berkembang dan praktek dalam bangsa. Penulis

    menggunakan dua model menonjol sebagai kerangka kerja untuk analisis ini. Model yang

    digunakan adalah Dimensi Budaya Hofstede dan Nilai Akuntansi Gray.

    Pentingnya menerapkan nilai-nilai akuntansi Gray - yang diperpanjang dari dimensi

    budaya Hofstede adalah untuk menemukan pola bagaimana pelaporan keuangan suatu negara

    dikembangkan dan dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti budaya (Gray, 1988).

    TEORI

    NILAI-NILAI BUDAYA HOFSTEDE

    Hofstede mendefinisikan budaya sebagai "pemrograman kolektif pikiran yang

    membedakan anggota satu kelompok manusia dari yang lain" (Hofstede, 1980, hal.25. Teori

    Hofstede diklasifikasikan berdasarkan empat indeks Power Distance Index (PDI), Individualisme

    (IDV), Penghindaran Ketidakpastian Index (UAI), dan Maskulinitas Index (MAS) (Hofstede,

    1983). Di bawah ini adalah penjelasan singkat dari masing-masing indeks :

    Daya Jarak Index (PDI) berkaitan dengan distribusi kekuasaan di antara anggota yang

    lebih dan kurang kuat dari suatu organisasi atau masyarakat. Hal ini juga berkaitan dengan

    ketidaksetaraan di antara anggotanya. Artinya, semakin tinggi skor pada PDI, semakin tinggi

    tingkat ketimpangan ada yang dirasakan oleh anggota yang kurang kuat dari organisasi atau

    masyarakat.

    Indeks Individualisme (IDV) terdiri dari dua berlawanan : individualisme vs kolektivisme.

    Individualisme mengacu pada masyarakat di mana orang-orang berkonsentrasi pada diri

    mereka sebagai individu atau keluarga mereka sendiri. Hal ini bertentangan dengan

    kolektivisme di mana masyarakat memiliki ikatan abadi yang kuat yang melampaui individu dan

    keluarga dekat mereka. Skor IDV tinggi menunjukkan masyarakat yang lebih individualistis.

    Penghindaran Ketidakpastian Index (UAI) mengukur bagaimana masyarakatberhubungan dengan ketidakpastian dan ambiguitas, dan bagaimana budaya berperan ketika

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    14/25

    Page 14

    anggotanya berada dalam situasi baru dan tidak dikenal. Skor UAI tinggi menunjukkan

    masyarakat dimana anggotanya lebih nyaman dengan ketidakpastian.

    Maskulinitas Index ( MAS ) mengacu pada kecenderungan masyarakat untuk mengambil

    sifat-sifat yang dianggap lebih maskulin seperti ketegasan, kinerja dan persaingan, karenabertentangan dengan ciri-ciri lebih feminin, seperti layanan dan solidaritas. Dalam pekerjaan

    kami, namun, kami tidak mempertimbangkan hal ini sebagai faktor utama karena skor UEA

    bukanlah substansial tinggi atau rendah.

    SISTEM AKUNTANSI DAN NILAI AKUNTANSI MENURUT GRAY

    Berdasarkan nilai budaya Hofstede, Gray membuat hubungan antara nilai-nilai sosial dan sistem

    sosial. Gray menyatakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki konsekuensi kelembagaan dalam

    bentuk sistem hukum, sistem politik, sifat pasar modal, pola kepemilikan perusahaan dan

    sebagainya (1988, p. 5). Dalam banyak cara yang sama, nilai-nilai akuntansi dari satu negara

    memiliki konsekuensi yang besar terhadap sistem akuntansi negara. Gray kemudian

    mengidentifikasi empat sistem akuntansi dasar yang dipengaruhi oleh empat nilai akuntansi

    yang berbeda :

    Accounting System Accounting Values

    Authority Professionalism vs Statutory Control

    Nilai-nilai ini mengindikasi apakah budaya akuntansi dalam suatu

    bangsa

    termasuk Profesionalisme (berdasarkan penilaian professional

    atau persepsi professional organisasi).

    Sebaliknya, Statutory Control adalah keadaan di mana hukum atau

    peraturan pemerintah menjadi yang paling utama.

    Enforcement Uniformity vs Flexibility

    Nilai ini mengacu pada budaya akuntansi yang cenderung seragam

    dan praktek yang konsisten di perusahaan-perusahaan, dan

    konsisten dari waktu ke waktu.

    Sebaliknya, fleksibilitas lebih membebaskan individu atau

    perusahaan dalam menghadapi berbagai situasi.

    Measurement Conservatism vs OptimismMengacu pada bagaimana melihat masa depan dan kejadian yang

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    15/25

    Page 15

    tidak pasti. Nilai ini berkaitan dengan budaya pendekatan yang

    mengutamakan kehati-hatian dan optimistis (pengambil resiko).

    Disclosure Secrecy vs Transparency

    Dalam menyajikan laporan keuangan, nilai ini berkaitan dengan

    budaya yang bersifat rahasia dan pembatasan, berbanding terbalik

    dengan pendekatan akuntansi transparansi dan publikasi.

    Kerangka Pemikiran :

    Contoh :

    Tingkat Power Distance yang tinggi dikombinasiakn dengan individualisme yang rendah serta

    tingkat menghindari ketidakpastian yang tinggi menurut Gray, mencerminkan Low

    Professionalism. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai akuntansi di UAE adalah StatutoryControl, dan sistem akuntansi berdasarkan nilai akuntansi Statutory Control adalah Authority.

    Hofstedes Culture :

    Power Distance Individualism

    Uncertainty

    Avoidance

    Masculinity

    Grays Accounting

    System : Authority

    Enforcement

    Measurement

    Disclosure

    Grays Accounting Value :

    Professionalism vsStatutory Control

    Uniformity vs Flexibility

    Conservatism vs

    Optimism

    Secrecy vs Transparency

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    16/25

    Page 16

    JURNAL 3

    Praktek akuntansi dalam budaya kapitalisisme

    Ringkasan : Merupakan teori akuntansi positif; dikembangkan dari hasil riset

    Metodologi penelitian ;

    - Merupakan data empiris; disarikan dari hasil pengamatan dan ditarik kesimpulan

    (budaya berpengaruh terhadap informasi akuntansi/sebaliknya dan akuntansi tidak

    terlepas dari nilai dan dipengaruhi oleh budaya setempat.

    - Bersifat kelompok karena berhubungan dengan budaya satu Negara (kapitalis)

    Hubungan praktek akuntansi kapitalisme dengan budaya hofstede

    Budaya Hofstede terdiri dari :

    a. Individualism (lawan dari collectivism).

    Individualism merefleksikan sejauh mana individu mengharapkan kebebasan pribadi. Ini

    berlawan dengan collectivism(kelompok) yang didefinisikan menerima tanggungjawab dari

    keluarga, kelompok masyarakat, suku dan lainnya.

    b. Power distance.

    Didefinisikan sebagai jarak kekuasan antara atasan dan bawahan dalam hirarki organisasi

    adalah berbeda antara sejauh mana atasan dapat menentukan perilaku bawahan dan

    sebalikany (Hofstede 1983)

    c. Uncertainty avoidance.

    Ketidakpastian mengenai masa depan adalah sebagai dasar kehidupan masyarakat.

    Masyarakat yang tingkat ketidakpastiannya tinggi akan mengurangi dampak ketidakpastian

    dengan teknologi, peraturan dan ritual. Sedangkan masyarakat dengan tingkat menghindari

    ketidak pastian yang rendah akan lebih santai sehingga praktik lebih tergantung prinsip dan

    penyimpangan akan lebih bisa ditoleransi.

    d. Masculinityvsfemininity.

    Nilai masculine menekankan pada nilai kinerja dan pencapaian yang nampak, sedangkan

    feminine lebih pada preferensi pada kualitas hidup, hubungan persauda raan, modis dan

    peduli pada yang lemah.

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    17/25

    Page 17

    Empat dimensi budaya diatas mengidenfikasi nilai dasar yang mencoba untuk menjelaskan

    persamaan dan perbedaan budaya secara umum di seluruh dunia.

    Hofstede dan Bond (1988) menambahkan dimensi budaya kelima yaitu Confucian

    Dynamism, yang kemudian dinamakan dengan orientasi jangka panjang. Hofstede (2001)mendefinisikan jangka panjang sebagai gambaran masa datang yang berorientasi pada

    reward dan punishment. Dimensi ini dicipta kan ketika survey budaya cina dan mungkin

    mewakili perbedaan antara budaya barat dan timur.

    Karakteristik sistem kapitalisme

    Bila dikaitkan dengan sistem ekonomi, penggunaan sistem kapitalisme setidaknya akan

    memunculkan lima karakteristik pokok. Lima karakteristik pokok tersebut

    menurut Pratama Rahardja (2001) diantaranya :

    a)Hak kepemilikan; sebagian besar kepemilikan individu/swasta

    b)Profit/keuntungan; tujuan utama untuk mencapai kemakmuran bagi pemilik modal

    c) Konsumerisme; mengejar kepuasan sebesar-besarnya

    d)Kompetisi; dituntut efisiensi agar dapat berkompetisi dengan lainnya

    e)Harga; identik dengan kelangkaan

    Kaitan dengan budaya Hofstede dan kapitalisme

    Collectivism versus Individualism

    Budaya timur tengah ternyata lebih bersifat kolektif dibandingkan dengan budaya

    Amerika Serikat yang cenderung individual. Di negara-negara timur tengah seperti

    Arab Saudi, Kuwait dan Suriah cenderung melakukan konsensus secara kolektif

    dalam pengambilan keputusan, landasan berpikir yang diambil didapat dari AlQuran, Hadits, prakteknya dalam akuntansi negara-negara timur tengah ini akan

    dipengaruhi oleh intervensi pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi

    dalam pemerintahan dalam penyusunan sistem akuntansi.

    Hal ini berlaku sebaliknya di mana kapitalisme dengan kedudukan yang tinggi bagi

    seorang kapitalis akhirnya membentuk akuntansi yang memihak kepentingan kapitalis,

    bahkan praktisi akuntansi ikut terpengaruh dengan memanipulasi angka-angka laba

    untuk memuaskan kepentingan kapitalis.

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    18/25

    Page 18

    Power distance

    Power distance masyarakat Timur Tengah (Arab) lebih tinggi dibandingkan

    dengan masyarakat Israel dan Amerika Serikat. Dalam masyarakat yang

    kesenjangan kekuasaannya tinggi bentuk: pemerintahannya cenderung sentralitas,hal ini berpengaruh terhadap praktek akuntansi di negara tersebut dimana bila

    dikaitkan dengan pajak dan income differentials. Negara-negara yang memiliki

    income differentials yang besar dikombinasikan dengan sistem pajak yang tidak

    adil, kesenjangan kekuasaannya cenderung besar. Dengan pemerintahan yang

    cenderung sentralistis maka sistem akuntansi yang berlaku akan dipengaruhi

    oleh intervensi pemerintah.

    Uncertainty avoidance

    Negara-negara Timur Tengah cenderung memiliki tingkat kepastian yang tinggi,

    karena mereka berpegag teguh pada keyakinan yang mereka anut. Agama adalah

    nilai budaya terpenting di Timur Tengah, dengan mayoritasnya penganut agama

    Islam maka Al Qur'an dijadikan panduan dalam menciptakan aturan tentang

    hubungan manusia dengan Pencipta, juga mencakup aturan tentang

    hubungan manusia dengan Pencipta seperti etika, kejujuran, kepailitan,

    negosiasi bisnis, kontrak, akuntabilitas dan lainnya. Kapitalis lebih cenderung

    egois dalam konsep akuntansi dan menempatkan konsep entity theory

    (perusahaan eksis jika mampu menciptakan laba). Manipulasi laba, pajak

    dapat ditemui seperti di kasus Enron, untuk Indonesia seperti kasus Lippo dan

    Asian Agri.

    Masculinity versus Femininity

    Feminitas lebih kekeluargaan, keserdehanaan, peduli pada yang lemah dan

    kesetaraan hidup dengan pelestarian lingkungan. Dalam prakteknya kapitalis

    cenderung maskulin, dengan mengeploitasi sumberdaya untuk kepentingan

    pemegang saham.

    JURNAL 4

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    19/25

    Page 19

    The Influence Of Dysfunctional Behavior And

    Individual Culture On Audit Quality

    Perilaku disfungsional dan budaya organisasi mempengaruhi kualitas audit. Secara parsial,

    perilaku disfungsional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit.

    Penurunan kualitas audit karena auditor tidak penelitian standar akuntansi keuangan,

    menetapkan tingkat materialitas lebih rendah dari yang seharusnya, tidak meninjau lebih

    intensif dari dokumen klien, menghapus sebagian besar waktu audit telah dihabiskan dalam

    proses audit dan menghapus perbedaan antara waktu aktual serta audit anggaran waktu.

    Padahal, budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. The

    meningkatkan kualitas audit karena auditor tidak merasa stres ketika mereka memiliki proses

    audit, kurang kerja dan persaingan di antara mereka.

    Research model :

    Obyek dan ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis pengaruh perilaku disfungsional dan

    budaya organisasi terhadap kualitas audit. Jenis penelitian ini adalah verifikasi deskriptif karena

    menggambarkan variabel penelitian dan mengamati hubungan variabel dari hipotesis yang

    telah dibuat secara sistematis oleh uji statistik Sugiyono. Sementara itu, berdasarkan metode

    yang digunakan , penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk dalam metode penelitian

    survei . Menurut Kerlinger ( 1973) dalam Sugiyono penelitian survei adalah penelitian yang

    dilakukan pada populasi besar maupun kecil , tetapi data dari sampel yang diambil dari populasi

    , sehingga ditemukan kejadian relatif , distribusi , dan hubungan antara sosiologis dan variabel

    psikologis . Konsep perilaku disfungsional didasarkan pada pendapat Griffin et al dalam Ghozali

    dan Setiawan : 2006 yang mendefinisikan disfungsional

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    20/25

    Page 20

    perilaku sebagai perilaku dimotivasi oleh seorang atau sekelompok karyawan yang memiliki

    konsekuensi negatif bagi individu dalam organisasi , kelompok , dan / atau organisasi itu sendiri

    Selanjutnya konsep perilaku disfungsional mengoperasionalkan variabel ( X1 ) dengan dimensisebagai berikut :

    a) Prematur Sign - Off , indikator yang digunakan adalah :

    - Kelengkapan penyelesaian pekerjaan

    - Pemutusan pada prosedur audit yang diperlukan

    - Ketidakpedulian prosedur audit

    b ) Pengurangan pelaporan Of Time , indikator yang digunakan adalah :

    - Pemantauan jam waktu aktual

    - Anggaran waktu audit Pelaporan

    Sedangkan untuk konsep budaya organisasi didasarkan pada konsep yang didefinisikan oleh

    Hofstede (1991 : 4 ) sebagai program mental pola pikir , perasaan dan tindakan atau disebut

    sebagai " perangkat lunak dari pikiran " Chairuman Armia konsep budaya organisasi

    mengoperasionalkan variabel ( X2 ) dengan dimensi sebagai berikut :

    a) jarak Power, indikator yang digunakan adalah :

    1 . Luasnya geografis ( yang lebih luas itu , tingkat jarak kekuasaan rendah menjadi )

    2 . Jumlah penduduk yang besar (yang lebih besar itu , tingkat daya yang lebih tinggi menjadi

    jarak )

    3 .Prosperity ( lebih makmur itu , semakin rendah tingkat jarak kekuasaan menjadi ) Tinggi

    tingkat kemakmuran diwakili oleh langkah-langkah : kurangnya pertanian tradisional ,

    teknologi yang lebih modern, kehidupan yang lebih urban , mobilitas yang lebih sosial ,

    sistem pendidikan yang lebih baik , dan lebih mid - masyarakat tingkat .

    b ) Ketidakpastian penghindaran , indikator yang digunakan adalah :

    1 . Orientasi aturan ,

    2 . Pekerja Stabilitas ,

    3 . Stres .

    c ) Individualisme vs Kolektivisme , indikator yang digunakan adalah :1 . tingkat pendidikan

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    21/25

    Page 21

    2 . sejarah organisasi

    3 . Ukuran organisasi

    4 . Teknologi yang digunakan dalam organisasi , dan

    5 . Subkultur diadopsi oleh organisasi yang bersangkutan .

    d ) Maskulinitas dan Feminitas , indikator yang digunakan adalah :

    1 . lebih ambisius

    2 . Cinta untuk bersaing

    3 . Berani menyatakan pendapat mereka , dan

    4 . Meminjamkan mencoba untuk mencapai kesuksesan materi

    5 . Lebih memperhatikan kualitas hidup

    Konsep kualitas audit didasarkan pada Sawyers pendapat, [ 12 ] peningkatan kualitas audit oleh

    auditor dapat diukur dari kinerja didukung tujuan audit dan dapat dilihat dalam audit selesai di

    bawah anggaran waktu , menghasilkan temuan yang berguna dan rekomendasi , dan

    meningkatnya a jumlah pekerjaan audit permintaan Sawyer [ 12 ] . Selain itu , konsep kualitas

    audit dioperasionalisasikan dalam

    ( Y ) , dengan indikator :

    1 . Temuan dan rekomendasi

    2 . Pencapaian Tujuan Audit

    KESIMPULAN

    Perilaku disfungsional mempengaruhi kualitas audit. Peningkatan perilaku disfungsional akan

    menurun kualitas audit. Penurunan ini disebabkan auditor tidak belajar dari standar akuntansi

    keuangan, menetapkan tingkat materialitas lebih rendah dari yang seharusnya dan tidak

    meninjau dokumen klien serius, menghapus sebagian besar audit waktu yang dihabiskan dalam

    proses dan menghapus perbedaan antara anggaran waktu Audit dengan waktu yang

    sebenarnya. Budaya individu mempengaruhi kualitas audit. Budaya individu yang kuat akan

    meningkatkan kualitas audit. The meningkatkan adalah karena itors aud tidak merasa stres saat

    proses audit, bekerja kurang dan ada persaingan di antara mereka. Perilaku disfungsional dan

    budaya indivdual secara simultan mempengaruhi kualitas audit.

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    22/25

    Page 22

    JURNAL 5

    Towards an Understanding of Cultural Influence on the International Practice ofAccounting

    Nigel FinchMacquarie University

    Masalah pengaruh budaya dalam menjelaskan perilaku dalam sistem sosial telah diakui selama

    beberapa waktu, namun, dampaknya terhadap akuntansi sebagai sistem sosial adalah bidang

    studi yang lebih baru. Makalah ini membahas teori pengaruh budaya pada praktek

    internasional akuntansi dan kritik metodologi penelitian kontemporer yang digunakan untuk

    menguji teori ini.

    Makalah ini menggunakan pendekatan empiris dikembangkan dari hasil riset peneliti

    sebelumnya

    Merupakan penelitian pribadi

    DASAR TEORI

    Gray (1988) mengidentifikasi empat budaya akuntansi yang bisa digunakan untuk

    mendefinisikan sub-budaya akuntansi: Professionalism, Uniformity, Conservatism, and secrecy.

    Penjelasan mengenai nilai-nilai sub-budaya tersebut sebagai berikut;

    Kemudian Gray (1988) memperluas Model Hofstede dengan memetakan nilai-nilai dan sistem

    dan link mereka akuntansi untuk nilai-nilai sosial dan norma-norma kelembagaan. Gray

    berpendapat bahwa sistem nilai akuntansi terkait dengan dan berasal dari nilai-nilai sosial yang

    unik di setiap negara.

    Pada dasarnya, nilai-nilai akuntansi, pada gilirannya, mempengaruhi sistem akuntansi, oleh

    karena faktor budaya secara langsung mempengaruhi perkembangan sistem akuntansi dan

    pelaporan keuangan pada tingkat negara (Doupnik & Tsakumis, 2004).

    Ringkasan beberapa literatur tes empiris dari hofstede-gray framework berikut ini mencoba

    untuk mengembangkan atau memperbaiki kerangka Hofstede - Gray dan pemahaman terhadap

    pengaruh budaya pada akuntansi. :

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    23/25

    Page 23

    Author Findings

    Eddie (1990) Examined 13 Asian-Pacific countries and found evidence

    that supported all four of Grays hypotheses.Gray and Vint (1995) Studied 27 countries and found correlations that supported

    Grays hypotheses with respect to Secrecy.Salter and Niswander (1995) Examined 29 countries and found significant positive

    associations between: uncertainty avoidance (UA) and

    Professionalism; Uniformity and UA; Secrecy and UA.

    Found significant negative associations between Uniformity

    and Masculinity; Secrecy and Individualism.Sudarwan and Fogarty (1996) Studied a single countryIndonesia and found significant

    positive associations between Power Distance and

    Conservatism; Power Distance and Uniformity; UA and

    Uniformity; UA and Conservatism. Individualism and

    Professionalism; Individualism and Conservatism.

    Found significant negative associations between UA and

    Secrecy; Secrecy and Individualism.Zarzeski (1996) Examined seven countries and found evidence that

    secretiveness, individualism, masculinity and UA do

    influence companies disclosure practices.

    Wingate (1997)Looked at 39 countries and found no significantrelationship

    between Power Distance and financial disclosure, contrary

    to Grays hypothesis.Jaggi and Low (2000) Examined three common law and three code law countries

    and found no significant relationship between culture,

    accounting disclosure and the legal system for the common

    law countries; For the code law countries, all cultural

    variables were found to be significant.

    Hope (2003)Examined 39 countries over three-year period and foundno

    significant results between culture and financial disclosure.

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    24/25

  • 8/10/2019 Makalah TA KEL 6 Budaya-Hofstede, Maksi Trisakti

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Alkafaji,Yass. 2012.The Influence of Culture on Accounting Disclosures:The Case of the UAE.Social science research network.

    Finch, Nigel. Towards an Understanding of Cultural Influence on the International Practice ofAccounting. Journal of International Business and Cultural Studies.

    http://teorionline.wordpress.com/2012/02/23/kajian-budaya-organisasi-dari-hofstede/

    http://www.fig.net/council/enemark_papers/Athens.Enemark.march.2007.pdf

    Kustinah, Siti. 2013. The Influence Of Dysfunctional Behavior And Individual Culture On AuditQuality. International Journal Of Scientific & Technology Research. Volume 2, Issue 5

    Tjahjono, Heru Kurnianto. Tanpa tahun. Cultures And Organizations (Geert Hofstede): Kajian

    Buku

    Triantoro, Arvian. 2008. Praktek Akuntansi Dalam Budaya Kapitalisme. Fokus Ekonomi

    Vol.3 No.1:60 - 76